NIM :0402521010
Prodi :S2 Pendidikan IPA
Matkul : Bumi Antariksa dan Atmosfir
Gempa Suoh yang terjadi tahun 1933 waktu itu tak berkesudahan, Gunung Ratu di tengah
lembah menyemburkan aroma belerang disertai kepulan asap kelabu tebal dan air panas. Warga
Suoh mengungsi meninggalkan kampung mereka. Gempa tersebut menarik perhatian geolog
Belanda Ch E Stehn yang ditugaskan Pemerintah Hindia Belanda untuk meneliti bencana alam
tersebut. Stehn datang ke Suoh pada pertengahan Juli hingga awal Agustus 1933.
Dalam laporannya Stehn menyebutkan, sekitar 13 jam setelah gempa, tanah-tanah di Suoh yang
rekah mulai melontarkan air panas. Fenomena geologi ini dikenal sebagai letusan freatik
(phreatic eruption), yaitu letusan yang dipicu masuknya air ke kantong magma. Persentuhan air
dan magma memicu munculnya uap panas yang segera menjebol sumbat, melontarkan debu,
bebatuan, hingga air panas.
Letusan freatik tersebut membentuk dua kawah, yang masing-masing sisi terpanjangnya 1
kilometer dan 2 kilometer. Gejolak tektonik diikuti letusan vulkanik di Suoh itu masih bisa
dilihat jejaknya dalam bentuk lima danau yang mengeluarkan air panas yaitu, Danau Asam,
Lebar, Minyak, Berikan, dan Selibis.
(i) Pencairan Dekompresi:Dalam kondisi normal, suhu di Bumi, yang ditunjukkan oleh
gradien panas bumi, lebih rendah dari suhu leleh material batuan mantel. Jadi, agar batuan
mantel mencair harus ada mekanisme untuk menaikkan gradien panas bumi. Salah satu
mekanisme tersebut adalah konveksi dimana bahan mantel panas naik ke daerah tekanan
batuan yang lebih rendah dan dalam proses itu membawa panasnya dengan itu (Gbr.1). Jika
gradien panas bumi yang meningkat menjadi lebih tinggi dari suhu leleh awal pada tekanan
apa pun, maka sebagian lelehan akan terbentuk. Cairan dari lelehan parsial ini dapat
dipisahkan dari kristal yang tersisa karena pada umumnya cairan memiliki massa jenis yang
lebih rendah daripada padatan. Magma basaltik tampaknya berasal dengan cara ini. Mantel
upwelling tampaknya terjadi di bawah punggungan samudera, di titik panas, dan di bawah
lembah retakan benua. Dengan demikian, pembentukan magma di ketiga lingkungan geologi
tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh proses pelelehan dekompresi.
Gambar.2 Hubungan Tekanan-Suhu untuk Peleburan Dekompresi
(ii) Perpindahan Panas: Ketika magma yang dihasilkan oleh mekanisme lain masuk
ke kerak dingin, mereka membawa panas[5]. Setelah pemadatan mereka kehilangan
panas ini dan mentransfernya ke kerak sekitarnya. Intrusi berulang dapat mentransfer
panas yang cukup untuk meningkatkan gradien panas bumi lokal dan menyebabkan
pencairan batuan di sekitarnya untuk menghasilkan magma baru (Gbr.2).
Energi panas bumi mengacu pada energi yang dimanfaatkan dari perairan entalpi tinggi, dalam
bentuk air hangat atau panas. Mungkin juga dalam bentuk uap alami yang telah dipanaskan oleh
panas yang memancar dari bagian dalam bumi. Magma sebagai bahan alam pada suhu tinggi
memiliki panas yang cukup untuk memanaskan air tanah yang bersentuhan dengannya. Adanya
pori-pori dan zona minggu dalam massa batuan memudahkan rembesan air tanah. Magma dapat
membentuk ruang magmatik dan terletak pada kedalaman dangkal dari permukaan tanah atau
mungkin meletus di pusat-pusat vulkanik ke permukaan
Ruang magmatik yang terletak pada kedalaman yang dangkal seringkali membentuk sistem
panas bumi bersuhu tinggi. Sistem seperti yang diilustrasikan pada gambar 5, mengacu pada
semua bagian komponen hidrologi yang terlibat dalam proses pemanasan alami. Komponen
tersebut meliputi zona pengisian ulang, semua bagian bawah permukaan dan aliran keluar
sistem. Biasanya, sistem panas bumi secara geoteknik diklasifikasikan ke dalam tiga kategori
utama yaitu:
1. Sistem panas bumi vulkanik dengan sumber panas menjadi intrusi panas atau ruang magma
di kerak,
2. Sistem konvektif dengan sirkulasi air dalam di daerah yang aktif secara tektonik lebih
disukai dengan gradien panas bumi yang tinggi,
3. Sistem sedimen dengan lapisan permeabel pada kedalaman yang sangat dalam (2-5 km),
termasuk sistem geo-tekanan yang sering ditemukan bersama dengan sumber daya minyak.
Aktivitas panas bumi dimanifestasikan di permukaan tanah dalam berbagai bentuk yang
meliputi mata air panas, mata air cacing atau geyser, semburan uap, fumarol, dasar panas dan
endapan permukaan Sulfur [4, 5. Aktivitas panas bumi yang terkait dengan vulkanisme
tersebar luas di seluruh dunia, terutama di sepanjang batas lempeng dan sistem keretakan
benua. Sebagai contoh, gunung api aktif Indonesia terbentang dari Sumatera, Jawa, Bali,
Lombok, Flores, Sulawesi Utara, dan Halmahera. Busur vulkanik menampung 276 gunung
berapi dengan 29 GWe Sumber Daya Panas Bumi sehingga menunjukkan potensi panas bumi
yang menjanjikan untuk wilayah tersebut [6, 7, 8]. Penunjaman lempeng samudera Hindia-
Australia ke lempeng benua Eurasia, yang dimulai sejak Miosen Akhir hingga saat ini dengan
sedikit kekurangan, menghasilkan aktivitas magmatik di sepanjang busur Sunda-Banda. Di
tepi subduksi Sunda-Banda, beberapa batuan vulkanik-magmatik kuarter memiliki sistem
panas bumi. Cluster tinggi lokalitas panas bumi yang terletak di Jawa Barat (Gambar 6) saat
ini memasok sekitar 80% energi panas bumi yang berasal dari lapangan panas bumi suhu
tinggi di bawahnya.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa danau suoh yang terbentuk akibat gempa dan
lapisan tektonik lampung barat dilewati jalur vulkanik magmatic maka dari itu danau yang
terbentuk itu mengeluarkan sumber air panas atau panas bumi yang mengeluarkan aroma
belerang.
Daftar Pustaka