Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Redoks: Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia ISSN : 2614-7300

Volume 6 No.2 Tahun 2023

ANALISIS KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS PADA PRODUK MINYAK
GORENG DENGAN METODE GRAVIMETRI DAN VOLUMETRI

Leni Legasari*, Rio Riandi, Weni Febriani dan Rengga Ariansah Pratama.
Kimia, Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang,
Palembang, 30126
*Email : lenilegasari_uin@radenfatah.ac.id

ABSTRAK

Minyak goreng merupakan bahan pokok utama yang berperan penting dalam mencukupi
kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Kadar air dan asam lemak bebas adalah parameter
utama menentukan minyak goreng baik atau tidak minyak tersebut dikonsumsi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai kadar air dan asam lemak bebas pada beberapa jenis
minyak dengan metode gravimetri dan volumetri. Sampel produk minyak yang digunakan
adalah minyak merk nasional, merk lokal, minyak curah dari pasar jakabaring dan minyak
jelantah 3 kali pengulangan. Pengujian kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode
titrasi alkali metri menggunakan titran NaOH dan penetapan kadar air dilakukan dengan
metode gravimetri. Dari hasil yang didapatkan kadar asam lemak bebas untuk minyak goreng
bermerk nasional, lokal dan curah memenuhi ambang batas SNI yaitu 0,30% sedangkan pada
minyak jelantah 3 kali pengulangan hasilnya melebihi ambang batas SNI 0,30%. Pada
pengujian kadar air menunjukkan minyak goreng bernerk nasional dan lokal memiliki kadar
air dibawah ambang batas SNI 0,15% sedangkan pada minyak goreng curah dan jelantah
memiliki kadar air melebihi batas SNI 0,15%.

Kata Kunci : Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, Gravimetri, Volumetri.

PENDAHULUAN

Minyak goreng adalah kebutuhan pokok utama yang berperan penting untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat Indonesia [1]. Saat ini tingkat konsumsi minyak goreng cenderung
tinggi pada masyarakat dikarenakan banyak masyarakat beranggapan bahwa makanan akan
jauh lebih nikmat jika disajikan dengan cara digoreng. Banyak olahan makanan yang kerap
diolah dengan cara digoreng seperti gorengan, lauk-pauk, dan berbagai jenis makanan
lainnya. Peminatan yang semakin tinggi inilah membuat banyak beredar produk minyak
goreng kemasan yang memiliki mutu yang berbeda-beda [2].
Penggunaan produk minyak goreng terus menerus dan berulang kali pada suhu 161-
185°C kemudian dengan kontak langsung oksigen dan air di sekitar penggorengan akan
menyebabkan terjadinya reaksi pemutusan ikatan yang kompleks dalam minyak dan
menimbulkan senyawa yang berbahaya untuk kualitas minyak. Reaksi pemecahan ini menjadi
pemicu minyak menjadi cepat berasap dan peningkatan warna hitam serta rasa yang tidak
enak pada makanan yang digoreng. Produk reaksi pemecahan yang terjadi dalam minyak

51
Jurnal Redoks: Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia ISSN : 2614-7300
Volume 6 No.2 Tahun 2023

goreng juga akan membuat kualitas nilai gizi pangan yang digoreng menjadi tidak baik,
membuat bau minyak menjadi tengik dan menimbulkan berbagai penyakit berbahaya [3].
Minyak yang digunakan secara berulang ulang akan meningkatkan tingkat kerusakan di
dalam produk minyak. Kualitas dari minyak ditentukan salah satunya dari kadar air dan kadar
ALB di dalam minyak tersebut. Kadar air dan ALB merupakan bagian dari parameter utama
kualitas minyak goreng. Kadar air yang tinggi dalam minyak dapat menyebabkan reaksi
hidrolisis, di mana air merusak struktur molekul minyak dan menyebabkan perubahan rasa,
bau dan warna minyak. Selain itu, tingginya kadar ALB dalam minyak goreng dinyatakan
dengan nilai angka asam. Angka asam yang tinggi menyatakan bahwa ALB yang ada pada
minyak goreng juga tinggi sehingga menurunkan kualitas minyak goreng [4].
Kadar air dapat di analisis dengan metode gravimetri dan ALB dengan metode alkalimetri.
Pemilihan metode gravimetri dalam proses analisis dikarenakan metode ini dapat
memberikan hasil yang tepat dalam menentukan kadar air di dalam minyak. Dalam metode
ini, sampel minyak yang akan dianalisis dipanaskan secara hati-hati untuk menguapkan air
yang terkandung di dalamnya. Dengan memperhatikan kondisi dan parameter yang tepat,
metode gravimetri dapat memberikan hasil yang sangat akurat dan andal. Kemudian
digunakan metode titrasi asam basa karena dapat memberikan hasil yang tepat dalam
menentukan kadar ALB, ALB dan larutan basa akan bereaksi menggunakan indikator pH yang
sesuai. Titik ekivalen titrasi dapat diidentifikasi dengan tepat, sehingga memungkinkan
perhitungan yang tepat untuk menentukan kadar ALB. Selain itu metode titrasi alkalimetri
dapat dilakukan dengan cepat dibandingkan dengan beberapa metode lain yang digunakan
untuk mengukur kadar ALB. Proses titrasi biasanya relatif singkat dan dapat diotomatiskan,
sehingga menghemat waktu dalam analisis [5].
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilakukan penelitian mengenai penentuan kadar
air dan kadar asam lemak bebas pada beberapa produk minyak goreng di sekitar Palembang
dengan metode gravimetri dan titrasi asam basa.

METODE
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan berupa oven merk memert, neraca analitiik Metler toledo ME
204, desikator (Dormex), cawan porselen 30 mL bertutup, buret 50 mL (pyrex), statif, klemp,
erlenmeyer 250 mL (Iwaki), labu ukur 100 mL (pyrex), gelas ukur 10 mL (Iwaki) pipet tetes
dan gelas kimia 250 mL (pyrex). Bahan yang digunakan adalah sampel minyak goreng merk
nasional, tidak bermerk, minyak bekas 3 kali pengulangan, etanol netral 95%, indikator pp
1%, Natrium hidroksida 0,1 N dan aquadest.
Prosedur Penelitian
Penetapan kadar Air
Prosedur penelitian kali ini merujuk pada SNI 7709:2012, dimana SNI 7709:2012
digunakan dalam menganalisis kadar air di BSPJI Bandar Lampung. Langkah pertama
panaskan didalam oven termasuk tutupnya di suhu 130°C selama ± 30 meniit dan dimasukkan
ke dalam desikator kurang lebih selama 20 menit, kemudian ditimbang dengan neraca analitiik
untuk mendapatkan berat awal dari cawan yang digunakan, selanjutnya masukkan 2 g sampel
minyak ke dalam cawan dan ditimbang beserta tutupnya (W1). Lalu panaskan cawan yang
berisi sampel minyak tersebut dengan tutup yang terbuka dengan meletakkan tutup cawan di

52
Jurnal Redoks: Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia ISSN : 2614-7300
Volume 6 No.2 Tahun 2023

dalam oven pada suhu (130 ±1)°C selama 30 menit. Selanjutnya cawan berisi sampel beserta
tutupnya dipindahkan ke dalam desikator dan didiamkan selama 20 menit - 30 menit hingga
suhunya dingin kemudian timbang (W2). Kemudian hitung kadar air yang menguap dalam
minyak menggunakan persamaan dibawah ini.
Perhitungan :
Kadar air dan bahan menguap (%) = x 100%
Keterangan :
W0 : berat cawan kosong (g).
W1 : berat cawan dan sampel sebelum dipanaskan (g).
W2 : berat cawan dan sampel sesudah dipanaskan (g).
Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
Langkah pertama pembuatan etanol netral diawali dengan etanol 95% ditambahkan
dengan 3 tetes indikator pp dan dititrasi menggunakan natrium hidroksida 0,1 N sampai
terbentuk warna merah muda. Timbang 10 gram sampel minyak ke dalam erlenmeyer.
Kemudian dilarutkan menggunakan 50 mL etanol yang sudah dihangatkan dan tambahkan 3
tetes larutan indikator pp . Dititrasi sampel tersebut dengan NaOH 0,1 N sampai terbentuk
warna merah muda yang bertahan kurang lebih 20 detik, selama titrasi erlemeyer harus
digoyang goyangkan. Kemudian dicatat volume larutan NaOH yang diberkurang (V), diulangi
langkah tersebut sebanyak 3 kali dan berulang terhadap merk minyak yang lain.
Perhitungan :
,
Asam lemak bebas (sebagai asam palmitat) =

Keterangan :
25,6 : berat molekul asam palmitat
V : volume titran NaOH berkurang (mL)
N : normalitas NaOH (N)
W : berat sampel (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penetapan kadar air dan asam lemak bebas pada beberapa jenis minyak goreng
ditampilkan pada kedua tabel dibawah ini.

Tabel 1. Data kadar air beberapa jenis minyak goreng


Jenis Sampel Kadar Air (%) SNI Keterangan
Merk Nasional 0,05 < 0,15% Baik
Merk lokal 0,09 < 0,15% Baik
Tidak Bermerk 0,253 < 0,15% Tidak Baik
Jelantah 3,22 < 0,15% Tidak Baik

Tabel 2. Data kadar asam lemak bebas beberapa minyak goreng

53
Jurnal Redoks: Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia ISSN : 2614-7300
Volume 6 No.2 Tahun 2023

Kadar Asam Lemak Bebas (%)


Jenis Sampel Rata-
1 2 3 Rata SNI Ket

Merk Nasional
0,178 0,178 0,152 0,169 < 0,30% Baik
Merk Lokal
0,205 0,178 0,178 0,187 < 0,30% Baik
Tidak Bermerk
0,229 0,282 0,282 0,264 < 0,30% Baik
Tidak
Jelantah 1,45 1,58 1,45 1,49 < 0,30%
Baik

Kadar air adalah jumlah (dalam persen) air yang terdapat pada minyak goreng. Kadar
air pada minyak goreng tergantung dari bahan baku minyak goreng tersebut. Apabila
kelembaban udara disekitar minyak goreng tinggi, maka akan terjadi penarikan uap air dari
udara sehingga bahan baku menjadi lembab atau kadar airnya menjadi meningkat [6].
Langkah awal untuk menetapkan kadar air pada sampel minyak adalah memanaskan cawan
porselen pada suhu 130oC menggunakan oven. Hal ini dilakukan karena porselen memiliki
sifat menyerap kelembaban dari udara sekitarnya, oleh karena itu pemanasan porselen
berfungsi untuk memastikan bahwa tidak ada kelembaban yang terkandung dalam cawan
porselen yang dapat mempengaruhi hasil penetapan kadar air. Kemudian cawan yang telah
dipanaskan ditimbang untuk mendapatkan berat W0.
Kemudian sampel dimasukkan kedalam oven dengan suhu 130o C selama 30 menit.
Suhu 130oC dianggap cukup tinggi untuk menguapkan air, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga
dapat merusak atau mengubah komponen minyak yang sensitif terhadap panas. Dalam
penetapan kadar air, penting untuk mempertahankan integritas komponen minyak lainnya
seperti lemak, asam lemak atau senyawa lainnya. Menggunakan suhu 130oC, risiko
kerusakan atau perubahan yang signifikan pada komponen minyak dapat diminimalkan.
Selanjutnya sampel dimasukkan kedalam desikator yang berfungsi untuk melindungi atau
menjaga agar sampel yang telah dipanaskan tetap kering. Desikator dengan bahan pengering
di dalamnya dapat menyerap kelembaban dari udara di sekitarnya, mencegah sampel yang
telah dipanaskan untuk menyerap kelembaban tersebut. Selanjutnya sampel ditimbang untuk
medapatkan berat W2. Waktu minimum 20 menit setelah pemanasan sampel minyak dalam
desikator disarankan untuk memastikan bahwa kelembaban dalam sampel benar-benar
terbuang dan sampel mencapai keadaan stabil sebelum ditimbang. Setiap sampel minyak
dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali sampai berat konstan.
Berdasarkan Tabel 1, ditunjukkan hasil pengujian kadar air pada produk minyak goreng
dengan empat jenis yang berbeda. Syarat mutu yang ditetapkan menurut SNI 01-3741:2013
ialah nilai asam lemak bebas yang diperbolehkan tidak ≤ 0,15%. Dari semua sampel minyak
goreng pada Tabel 1, minyak goreng tidak bermerk dan jelantah memiliki kualitas tidak baik
dikarenakan nilai kadar air yang melebihi batas standar maksimum SNI. Kadar air minyak
goreng yang melebihi dari 0,15% akan mengakibatkan hidrolisis minyak, dimana hidrolisis ini
akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan rasa dan bau tidak
enak pada minyak. Kadar air yang tinggi didalam minyak goreng membuat pembentukan
asam lemak bebas semakin cepat. Semakin tinggi kadar air pada minyak maka semakin tinggi
kandungan asam lemak bebas didalamnya. Terdapat hubungan kimia antara kadar air pada
minyak dan kandungan asam lemak bebas dalam minyak. Ketika minyak mengandung kadar

54
Jurnal Redoks: Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia ISSN : 2614-7300
Volume 6 No.2 Tahun 2023

air yang tinggi, reaksi hidrolisis dapat terjadi, di mana air memisahkan asam lemak dari gliserol
(proses hidrolisis gliserida). Hasilnya asam lemak bebas terbentuk dalam minyak. Proses
hidrolisis gliserida dapat terjadi karena adanya air yang bereaksi dengan ester pada gliserida
(senyawa yang terbentuk dari gliserol dan asam lemak) dalam kondisi tertentu, seperti
kelembaban yang tinggi dan suhu yang sesuai [7]. Air bertindak sebagai katalis dalam reaksi
ini.Kadar asam lemak bebas yang terbentuk dalam minyak dapat menyebabkan berbagai
masalah, termasuk penurunan kualitas minyak, peningkatan oksidasi, dan penurunan
stabilitas oksidatif.
Selanjutnya parameter yang diuji adalah kadar ALB. ALB merupakan komponen penting
yang mempengaruhi kualitas minyak secara kimia. Kualitas minyak ditentukan oleh beberapa
faktor dan ALB merupakan salah satu parameter penting yang diukur. Senyawa ALB adalah
molekul asam lemak yang terlepas dari gliserol dalam bentuk triasilgliserol. Tingkat ALB dalam
minyak adalah indikator degradasi atau kerusakan minyak. Semakin tinggi konsentrasi ALB
didalam minyak maka semakin mudah minyak mengalami degradasi termal. Minyak
mengandung komponen utama yaitu trigliserida. Ketika dilakukan pemanasan secara terus
menerus akan terjadi pemutusan atau degradasi ikatan trigliserida yang kemudian bereaksi
dengan kadar air yang ada di dalam minyak membentuk gliserol dan asam lemak bebas [8].
Adapun reaksi pembentukan adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Proses Pembentukan Asam Lemak Bebas


Pada penetapan kadar asam lemak bebas diawali dengan menetralkan etanol sebagai
pelarut, hal ini dikarenakan etanol dapat memberikan kontribusi pada keasaman keseluruhan
sampel karena etanol sendiri adalah senyawa asam lemah. Jika etanol tidak dinetralkan
sebelum titrasi, dapat terjadi reaksi antara etanol dan basa yang digunakan dalam titrasi,
menghasilkan kesalahan dalam penentuan konsentrasi asam lemak bebas. Kemudian etanol
dipanaskan yang berfungsi agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut dapat berjalan
dengan cepat, sehingga pada saat titrasii diharapkan alkohol larut sepenuhnya [9].
Kemudian etanol panas dimasukkan kedalam minyak, etanol memiliki sifat polar yang
memungkinkannya melarutkan senyawa polar seperti asam lemak bebas. Sehingga etanol
dapat membantu memisahkan asam lemak bebas dari komponen lain dalam sampel. Setelah
itu sampel dititrasi menggunakan NaOH yang telah ditambahkan indikator pp. NaOH
digunakan untuk menetralkan sampel tersebut. Hal ini memastikan bahwa reaksi asam-basa
yang diinginkan dapat terjadi dengan sempurna selama titrasi sedangkan indikator fenolftalein
umumnya digunakan dalam titrasi asam-basa untuk mengindikasikan titik akhir titrasi
berdasarkan perubahan warna yang terjadi pada pH tertentu [10]. Berikut adalah reaksi antara
asam lemak bebas dengan natrium hidroksida.
𝑅𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝑅𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎 + 𝐻2𝑂
Penambahan natrium hidroksida terus menerus ditambahkan sampai ALB habis
bereaksi dengan NaOH. Hal ini diindikasi dengan perubahan warna pada larutan yang tidak

55
Jurnal Redoks: Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia ISSN : 2614-7300
Volume 6 No.2 Tahun 2023

terdapat merah muda menjadi berwarna merah muda. Jumlah NaOH yang ditambahkan
semakin banyak pada proses titrasi menunjukkan ALB yang semakin tinggi. Berdasarkan data
pada Tabel 2, dapat dilihat hasil pengujian asam lemak bebas pada produk minyak goreng
dengan empat jenis yang berbeda. Syarat mutu yang ditetapkan menurut SNI 01 3741:2013
ialah nilai asam lemak bebas yang diperbolehkan tidak ≤ 0,3%. Dari semua sampel minyak
goreng pada Tabel 2, hanya minyak goreng jenis jelantah yang memiliki kualitas tidak baik
sehingga tidak aman untuk dikonsumsi, dikarenakan nilai asam lemak bebas yang melebihi
batas standar maksimum SNI. Hal ini diakibatkan penggorengan secara berulang lebih dari 2
kali pengulangan. Setiap kali minyak dipanaskan dalam proses penggorengan maka terjadi
degradasi termal. Paparan minyak pada suhu tinggi dapat menyebabkan oksidasi dan
pemecahan molekul lemak menjadi asam lemak bebas. Oleh sebab itu, semakin sering
minyak digunakan untuk penggorengan maka akan semakin tinggi degradasi termal dan
peningkatan kadar asam lemak bebas [11].
Kadar asam lemak bebas yang melebihi SNI menunjukkan adanya proses hidrolisis atau
oksidasi yang berlebihan. Hidrolisis terjadi ketika air atau enzim memecah triasilgliserol
menjadi asam lemak bebas. Oksidasi juga dapat terjadi ketika minyak terpapar udara, panas,
atau cahaya yang menyebabkan asam lemak teroksidasi. Atom oksigen pada udara ini dapat
bereaksi dengan asam lemak bebas dalam minyak dan membentuk radikal alkil (R•). Reaksi
ini terjadi melalui perpindahan satu elektron dari asam lemak bebas ke atom oksigen,
membentuk radikal alkil pada rantai asam lemak. Radikal alkil yang terbentuk pada tahap
inisiasi bereaksi dengan oksigen di udara dan membentuk radikal peroksil (ROO•). Reaksi ini
melibatkan perpindahan satu elektron dari radikal alkil ke atom oksigen, membentuk radikal
peroksil pada rantai asam lemak. Radikal peroksil ini kemudian dapat berinteraksi dengan
asam lemak bebas lainnya dan membentuk radikal alkil baru serta radikal peroksil baru.
Proses oksidasi ini dapat menyebabkan perubahan rasa, aroma, dan warna minyak,
serta pembentukan senyawa yang tidak diinginkan, seperti radikal bebas dan aldehida
oksidatif. Terbentuknya radikal bebas dapat memicu reaksi rantai oksidasi dalam minyak.
Radikal bebas yang terbentuk, seperti radikal hidroksil (OH•) dapat bereaksi dengan molekul-
molekul minyak yang lain, merusak ikatan kimia dalam molekul tersebut dan membentuk
radikal baru. Radikal baru ini dapat melanjutkan reaksi rantai dengan cara yang serupa,
mempercepat proses oksidasi pada minyak. Selain itu ALB dalam minyak dapat
mempengaruhi struktur dan sifat fisiknya [12].
Adapun mekanisme oksidasi minyak menjadi radikal bebas dan hidroperoksida:

Gambar 2. Mekanisme Oksidasi Minyak

56
Jurnal Redoks: Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia ISSN : 2614-7300
Volume 6 No.2 Tahun 2023

Senyawa-senyawa oksidatif yang terbentuk oleh radikal tersebut dapat merusak


membran sel, protein dan DNA sehingga mengganggu fungsi normal sel yang menyebabkan
kerusakan seluler. Membran sel yang rusak oleh radikal dapat mengalami peningkatan
permeabilitas, mengganggu struktur dan fungsi normalnya. Hal ini dapat mempengaruhi
proses transportasi nutrien, mengganggu sinyal seluler dan mempengaruhi kemampuan sel
untuk bertahan hidup dan berfungsi dengan baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian menggunakan SNI 7709: 2012 yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan hasil pada uji kadar air yaitu pada sampel minyak merk nasional dan lokal
memiliki kandungan dibawah SNI yaitu 0,055% dan 0,09%. Sedangkan pada minyak tidak
bermerk dan jelantah memiliki kadar air yang melebihi SNI yaitu 0,253% dan 3,22%.
Kemudian hasil pada pengujian kadar asam lemak bebas didapatkan pada sampel minyak
merk nasional, lokal, tidak bermerk memiliki kandungan asam lemak bebas dibawah SNI
dengan nilai rata rata berturut turut yaitu 0,169% ; 0,187% dan 0,264%. Sedangkan pada
minyak jelantah kandungan asam lemak bebasnya melebihi SNI yaitu 1,49%.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan Terima kasih diberikan untuk Laboratorium kimia Universitas Islam Raden Fatah
Palembang yang telah memberikan banyak bantuan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] B. Untari, Miksusanti, and A. Ainna, “Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan
Kandungan Jenis Asam Lemak dalam Minyak yang Dipanaskan dengan Metode Titrasi
Asam Basa dan Kromatografi Gas,” J. Ilm. Bakti Farm., vol. 1, no. 1, pp. 1–10, 2020.
[2] R. F. S. Murti, N. Hidayati, and M. Mardiyono, “Asam Lemak Bebas dan Angka
Peroksida pada Minyak Kelapa Hasil OlahanTradisional dan Hasil Olahan dengan
Penambahan Saccharomyces cereviseae,” Biomedika, vol. 11, no. 1, 2019, doi:
10.31001/biomedika.v11i1.381.
[3] M. Sari, Y. Ritonga, and S. W. Saragih, “Pengaruh Kadar Air Pada Proses Pemucatan
Minyak Kelapa Sawit,” Talent. Conf. Ser. Sci. Technol., vol. 2, no. 1, pp. 79–83, 2019,
doi: 10.32734/st.v2i1.317.
[4] B. S. Nasional, “Standardisasi Nasional Indonesia Minyak Goreng,” Sni-3741-2013, pp.
1–27, 2013, [Online]. Available: www.bsn.go.id
[5] M. Zaitun and K. Secara, “penetapan kadar asam lemak bebas pada minyak kelapa,
minyak kelapa sawit dan minyak zaitun kemasan secara alkalimetri,” vol. 2, no. 4, pp.
242–250, 2017.
[6] N. G. A. M. D. A. Suastuti, “KADAR AIR DAN BILANGAN ASAM DARI MINYAK
KELAPA YANG DIBUAT DENGAN CARA TRADISIONAL DAN FERMENTASI N. G. A.
M. Dwi Adhi Suastuti,” pp. 69–74, 1996.
[7] Z. Amra, M. Anggriawin, T. H. Pertanian, F. Pertanian, and U. T. Umar, “PENGARUH
KADAR AIR TERHADAP ASAM LEMAK BEBAS CRUDE PALM OIL ( CPO ) YANG
TERDAPAT PADA VACUUM DRYER DI PT SOCFINDO KEBUN SEUNAGAN THE
EFFECT OF WATER CONTENT ON FREE FATTY ACID OF CRUDE PALM OIL ( CPO
) FOUND IN THE VACUUM DRYER AT PT SOCFINDO KEBUN,” vol. 25, no. 1, pp.
276–281, 2023.
[8] C. Irawan, A. Tiara, Nur, and H. Sherly, Uthami, w, p, “Pengurangan Kadar Asam

57
Jurnal Redoks: Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia ISSN : 2614-7300
Volume 6 No.2 Tahun 2023

Lemak Bebas (Free Fatty Acid) Dan Warna Dari Minyak Goreng Bekas Dengan Proses
Adsorpsi Menggunakan Campuran,” Konversi, vol. 2, no. 2, pp. 29–33, 2013.
[9] R. Mardiana, A. Adriani, and F. Ridha, “Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Dalam
Minyak Goreng Curah Secara Alkalimetri,” vol. 1, no. 1, pp. 11–13, 2020.
[10] D. I. Jl, A. W. S. Samarinda, H. Nurhasnawati, R. Supriningrum, and N. Caesariana,
“PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS YANG DIGUNAKAN PEDAGANG
GORENGAN,” vol. 1, no. 1, pp. 25–30, 2015.
[11] M. Sabrangan, I. F. Ulfindrayani, and A. Qurrota, “Penentuan Kadar Asam Lemak
Bebas Dan Kadar Air Pada Minyak Goreng Yang Digunakan Oleh Pedagang Gorengan
Di Jalan,” vol. 3, no. 2, 2018.
[12] J. Rorong, H. Aritonang, and F. . Ranti, “Sintesis Metil Ester Asam Lemak dari Minyak
Kelapa Hasil Pemanasan,” Chem. Prog, vol. 1, no. 1, pp. 9–18, 2008.

58

Anda mungkin juga menyukai