X, XXX – XXX
Bulan 20XX
ABSTRAK
Abstrak Minyak goreng merupakan minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang
dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng
makanan. Minyak goreng yang paling sering digunakan oleh masyarakat indonesia adalah minyak
goreng sawit. Secara umum konsumen menginginkan kualitas minyak goreng yang baik. Menurut
BSN (2013) tentang mutu minyak goreng berdasarkan SNI dengan kriteria uji kadar air maksimal
0.3%, bilangan asam lemak bebas maksimal 0.6 mg KOH/g dan bilangan peroksida maksimal 10
mek O2/kg. Box-behnken merupakan desain eksperimen non faktorial yang dapat menentukan
jumlah eksperimen yang akan diterapkan dalam penelitian kualitas optimasi minyak goreng. Salah
satu metode untuk melakukan optimalisasi yaitu desirability function. Penelitian ini menghasilkan
Faktor Frekuensi Pemakaian, Suhu Pemanasan dan pH Air mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel Respon Kadar Air, Asam Lemak Bebas dan Bilangan Peroksida. Adapun kombinasi
yang optimum yang diperoleh pada penelitian ini Frekuensi Pemakaian 1 kali, Suhu Pemansan
170°C dengan pH Air 7, kombinasi inilah yang baik untuk diterapkan dalam penggunaan minyak
goreng yang sehat dan baik.
Kata Kunci: Box-behnken, Desirability, Kadar Air, Asam Lemak Bebas, Bilangan Peroksida,
Minyak Goreng
1. PENDAHULUAN
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang
dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk
menggoreng makanan (Sitepoe, 2008). Secara umum konsumen menginginkan kualitas minyak
goreng yang baik, menurut Badan Standarisasi Nasional (2013) tentang mutu minyak goreng
berdasarkan Standar Nasional Indonesia , yaitu menetapkan bahawa standar mutu minyak
goreng berdasarkan kriteria uji kadar air maksimal 0.3%, bilangan asam lemak bebas
maksimal 0.6 mg KOH/g dan bilangan peroksida maksimal 10 mek O 2/kg/. Turunnya kualitas
minyak goreng disebabkan oleh faktor pemakaian yang berulang, suhu yang tinggi ketika
dipanaskan, waktu simpan dan disimpan dengan baik. Untuk menguji optimasi kualitas
minyak goreng salah satu metode yang bisa digunakan adalah metode RSM, pada metode RSM
fungsi optimalisasi yang sering digunakan yaitu desirability function. Desirability function
adalah salah satu metode yang sering digunakan dalam dunia industri untuk melakukan
optimasi multirespon dari suatu proses (Bachtiyar & Amrillah, 2011). Sebelum melakukan
optimasi, yang paling utama dilakukan adalah mebuat suatu desain salah satu rancangan
yang sering digunakan adalah rancangan box-behnken. Box-behnken adalah salah satu desain
eksperimen non faktorial yang disetiap eksperimennya melibatkan nilai tengah dari masing-
masing faktor (variabel). Salah satu perbedaan desain box-behnken dengan rancangan faktorial
adalah pada box-behnken tidak adanya axial/star runs sehingga menyebabkan desain box-
behnken lebih efisien dalam rancangan karena melibatkan lebih sedikit unit percobaan.
memuat identifikasi masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, serta manfaat hasil
penelitian.
1
Received Bul 20XX; Accepted Bul 20XX; Published online on Bul 20XX
63
64 Nama Penulis
Tijuan dari penelitian ini yaitu (1) Menentukan faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas
minyak goreng yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel respon. (2) Menentukan
kombinasi taraf/level yang dapat mengoptimalkan kualitas minyak goreng.
2. METODE PENELITIAN
Data dalam penelitian ini merupakan data primer dari minyak goreng, dengan jumlah data
sebanyak 15 perlakuan dengan pengulangan 1 kali disetiap varian minyak goreng
menggunakan rancangan box-behnken. Adapun minyak goreng yang digunakan yaitu minyak
goreng bimoli, minyak goreng sanco dan minyak goreng sania. Variable yang digunakan pada
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variable respon dan variable faktor. Variabel respon
terbagi memjadi tiga yaitu kadar air (KA), asam lemak bebas (ALB) dan bilangan peroksida (BP),
sedangakan variable faktor yaitu frekuensi pemakaian (FP), suhu pemanasan (SP) dan pH air
(PA). Untuk penentuan level faktor, digunakan level atas, level tengah dan level bawah yang
diprediksi dapat menghasilkan nilai respon yang optimal. Hal ini sangat penting dilakukan,
agar proses optimasi dapat menghasilkan nilai respon yang optimal. Penentuan level frekuensi
pemakaian minyak goreng menurut United State dapertement of Agricultur (USDA) pada
(Indonesian Chef Association, 2019), penggunaan minyak goreng untuk menggoreng
dianjurkan hanya 3 kali. Penentuan level suhu pemanasan yang dianjurkan oleh Guru Besar
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir Sri Raharjo, M. Sc adalah
170-200 derajat celcius (Agmasari, 2018). Dan untuk penentuan level dari pH air menurut
(Hariyadi, 2010) minyak goreng segar diketahui memiliki kandungan trigliserida terbesar dan
miliki karakterisasi memiliki pH ≥ 6 ditunjukkan pada Tabel.1. Analisis data yang digunakan
pada penelitian ini yaitu, perencanaan percobaan, persiapan percobaan, pelaksanaan
percobaan, pengambilan data, uji kesesuian model, optimasi dengan fungsi desirability dan
penarikan kesimpulan dan pemberian saran
Pada penelitian ini pengujian asumsi residual yang diterapkan yaitu Uji distribusi normal.
Pengujian distribusi normal dilakukan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan α = 0.05.
Hipotesis yang digunakan adalah:
Berdasarkan Tabel 2 diatas nilai dari P-Value lebih besar dari 0.05, sehingga H0 gagal ditolak
yang artinya residual-residual terhadap variabel respon Kadar Air, Asam Lemak Bebas dan
Bilangan Peroksida pada ketiga variasi minyak goreng memenuhi asumsi berdistribusi normal.
Kecukupan dari suatu model dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi dan uji lack of fit
dari persamaan regresi. Pengujian kesesuaian model terhadap respon Kadar Air, Asam Lemak
Bebas dan Bilangan Peroksida dilakukan dengan menggunakan uji koefisien determinasi (R 2)
dan uji lack of fit.
Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwa nilai P lack of fit Kadar Air, Asam Lemak Bebas dan
Bilangan Peroksida pada ketiga varian minyak goreng lebih besar dari α = 0.05, maka H 0
gagal ditolak atau tidak ada lack of fit. Karena tidak ada lack of fit, maka model yang
digunakan pada percobaan ini telah sesuai.
Pengujian koefisien regresi secara serentak dilakukan pada nilai α = 0.05 dengan hipotesis
sebagau berikut:
H0 : semuaβ i tidak berpengaruh terhadap β1 = β2 = ... = β k = 0
H1 : minimal ada satu β i ≠ 0; = 1 ..., k
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai P dari respon Kadar Air, Asam Lemak Bebas
dan Bilangan Peroksida pada minyak bimoli kurang dari α = 0.05, sehinhgga H 0 ditolak untuk
koefisien model, linier, kuadratik dan interaksi.
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai P dari respon Kadar Air, Asam Lemak Bebas dan
Bilangan Peroksida pada minyak sanco kurang dari α = 0.05, sehinhgga H 0 ditolak untuk
koefisien model, linier, kuadratik dan interaksi.
Berdasarkan Tabel 7. dapat dilihat bahwa nilai P dari respon Kadar Air, Asam Lemak Bebas
dan Bilangan Peroksida pada minyak sania kurang dari α = 0.05, sehinhgga H 0 ditolak untuk
koefisien model, linier, kuadratik dan interaksi.
Minyak Bimoli
Tabel 12. Nilai Koefisien Regresi Asam Lemak Bebas Minyak Sanco
Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF
Constant 4.8933 0.0318 153.89 0.000
Frekuensi Pemakain -0.0500 0.0195 -2.57 0.050 1.00
Suhu Pemanasan -0.0675 0.0195 -3.47 0.018 1.00
pH Air 0.0575 0.0195 2.95 0.032 1.00
Suhu Pemanasan*pH Air -0.0100 0.0275 -0.36 0.731 1.00
Sumber: Perhitungan Minitab
Tabel 15. Nilai Koefisien Regresi Asam Lemak Bebas Minyak Sania
Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF
Constant 4.8933 0.0389 125.81 0.000
Frekuensi Pemakain -0.0612 0.0238 -2.57 0.050 1.00
Suhu Pemanasan -0.0662 0.0238 -2.78 0.039 1.00
pH Air 0.0700 0.0238 2.94 0.032 1.00
Sumber: Perhitungan Minitab
Setelah melakukan pengujian, maka model matematis yang menunjukkan pengaruh FP (X 1), SP
(X2) dan PA (X3) terhadap KA (Y1), ALB (Y2) dan BP (Y3) disetiap varian Minyak Goreng dapat
dilihat pada persamaan regresi berikut:
A. Minyak Bimoli
C. Minyak Sania
Pada penelitian ini, optimasi yang digunakan adalah fungsi desirability. Fungsi desirability
digunakan untuk mengoptimasi respon-respon yang bertujuan untuk mendekatkan nilai
respon yang paling besar. Optimasi akan dilakukan dengan mentransformasi masing-masing
respon ^y , kepada nilai yang diinginkan dan dinotasikan dengan d (desirability) 0 ≤ d i ≤ 1. Pada
Tabel 4.20 sampai Tabel 4.22 menunjukkan batasan optimasi respon Kadar Air (KA), Asam
Lemak Bebas (ALB) dan Bilangan Peroksida (BP) pada variasi minyak goreng, dimana α
menyatakan bobot dari respon.
Pada Tabel 17, Tabel 18 dan Tabel 19 menunjukkan hasil perhitungan optimasi dengan
menggunakan fungsi desirability, berikut adalah hasil kombinasi taraf/level optimasi dari
penelitian ini:
Berdasarkan Tabel 22. diperoleh kombinasi perlakuan yang dapat mengoptimasi masing-
masing respon ditandai dengan nilai desirability = 1. Kombinasi perlakuan tersebut yaitu
Frekuensi Pemakaian (FP) 1 kali, Suhu Pemanasan (SP) 170°C dan pH Air (PA) 7 menghasilkan
nilai respon Kadar Air (KA) 2.7292%, Asam Lemak Bebas (ALB) 5.3146 mg KOH/g dan Bilangan
Peroksida (BP) 8.1292 O 2/kg. Nilai masing-masing respon telah memenuhi standar SNI dimana
Kadar Air (KA) tidak melebihi 3%, Asam Lemak bebas (ALB) 6 mg KOH/g dan Bilangan
Peroksida (BP) 10 mek O2/k.
DAFTAR PUSTAKA
Agmasari, S. (2018). Teknik Menggoreng untuk Hasil Masakan yang Sempurna. Kompas.
https://travel.kompas.com/read/2018/05/10/192900427/teknik-menggoreng-untuk-hasil-
masakan-yang-sempurna?page=all
Aryantini, N. L. P. E. (2017). Optimasi jaringan akses fiber to the home dengan metode multiresponse
surface dan desirability function di PT. TKM. Institut Teknologi Sepuluh November.
Bachtiyar, C., & Amrillah, R. (2011). Setting Parameter Mesin Press Dengan Metode Respon
Permukaan pada Pabrik Kelapa Sawit. Journal of Industrial Research (Jurnal Riset Industri),
5(2).
Badan Pusat Statistik. (2021). Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng Indonesia 2021. BPS
RI.
Badan Standar Nasiona. (2013). Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng. SNI, 37741, 2013.
Hariyadi, P. (2010). Sepuluh karakter unggul minyak sawit. Infosawit Oktober.
Hasibuan, H. A. (2012). Kajian mutu dan karakteristik minyak sawit Indonesia serta produk
fraksinasinya. Jurnal Standardisasi, 14(1), 13–21.
Indonesian Chef Association. (2019). Minyak Goreng Maksimal Digunakan Tiga Kali, Ini Alasannya.
Indonesianchefassociation.Com.
https://indonesianchefassociation.com/article/content/minyak-goreng-maksimal-digunakan-
tiga#
Iriawan, N., & Astuti, S. P. (2006). Mengolah data statistik dengan mudah menggunakan minitab 14.
Ketaren, S. (1986). Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. UI press, Jakarta.
Montgomery, D. C. (2009). Design and analysis of experiments. John Wiley & Sons, New York. Design
and Analysis of Experiments. 7th Ed. John Wiley & Sons, New York.
Myers, R. H., Montgomery, D. C., & Anderson-Cook, C. M. (2016). Response surface methodology:
process and product optimization using designed experiments. John Wiley & Sons.
Pudjaatmaka, A. H. (2002). Kamus kimia. PT Balai Pustaka.
Sitepoe, M. (2008). Corat-coret anak desa berprofesi ganda. Kepustakaan Populer Gramedia.
Sumarna, D. (2014). Studi Metode Pengolahan Minyak Sawit Merah (Red Palm Oil) dari Crude Palm
Oil (CPO). Prosiding Seminar Nasional Kimia.
Wu, C. F. J., & Hamada, M. (2000). Experiments planning analysis and parameter design
optimization. Jhon Wiley and Sons. Inc., Singapore, 2000.