Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No.

2 (2023) 251-260
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/
p-ISSN : 2798-3420 I e-ISSN : 2477-6068

Analisis Kualitas Air Menggunakan Metode Indeks Pencemaran,


CCME-WQI, dan NSF-WQI di Sungai Surabaya, Jawa Timur
Analysis of Water Quality Using The Pollution Index Method, CCME-WQI, and
NSF-WQI in the Surabaya River, East Java.
Diza Alifya Hadinah1*, Riyanto Haribowo2, Emma Yuliani3
123
Departemen Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Jalan MT. Haryono
No. 167, Malang, 65141, Indonesia

Korespondensi Email : Abstrak: Sungai Surabaya memasok 96% dari


dizaalifya27@gmail.com kebutuhan air baku PDAM Kota Surabaya. Namun,
kualitasnya dinyatakan telah mengalami pencemaran
DOI: dan tidak layak dijadikan air baku PDAM. Tujuan
https://doi.org/10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.022 penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air di
Sungai Surabaya dengan metode Indeks Pencemaran,
Kata kunci: Sungai Surabaya, Metode CCME-WQI dan NSF-WQI, membandingkan ketiga
Indeks Pencemaran, CCME-WQI, NSF- metode kualitas air tersebut dan mengetahui hasil
WQI pemetaan sebaran beban pencemaran kualitas air di
sekitar Sungai Surabaya. Penelitian ini menggunakan
Keywords: Surabaya River, Pollution metode Indeks Pencemaran, CCME-WQI dan NSF-
Index Method, CCME-WQI, NSF-WQI WQI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
metode Indeks Pencemaran: status mutu air pada titik
Article history: hulu 100% Cemar Ringan, Titik tengah 66,67%
Received: 24-03-2023 Cemar Ringan, 33,33% Cemar Sedang. Tititk hilir dan
Accepted: 22-05-2023 muara 83,33% Cemar Ringan dan 16,67% Cemar
Sedang; (2) CCME-WQI: status mutu air pada titik
hulu 66,67% Kurang, 16,67% Cukup dan 16,67%
Sangat Buruk. Titik tengah 33,33% Buruk, 16,67%
Cukup Baik dan 16,67% Kurang. Titik hilir 83,33%
Buruk dan 16,67% Kurang. Dan titik muara 50%
Buruk, 33% Kurang, dan 16,67% Cukup; (3) NSF-
WQI: status mutu air pada titik hulu, tengah, hilir, dan
muara 100% buruk. Dapat disimpulkan bahwa metode
NSF-WQI lebih sesuai untuk manajemen
pengendalian pencemaran air karena metode ini
memiliki hasil terburuk, sehingga dapat digunakan
sebagai pertimbangan manajemen pengendalian
pencemaran air.
Abstract: The Surabaya River supplies 96% of the
raw water needs of PDAM Surabaya City. The quality
is stated to have been polluted and unfit to be used as
PDAM raw water. The purpose of this study was to
determine the water quality in the Surabaya River
using the Pollution Index, CCME-WQI and NSF-WQI

*Penulis korespendensi: dizaalifya27@gmail.com


Maharani, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 251-260

methods, to compare the three water quality methods


and to find out the results of mapping the distribution
of water quality pollution loads around the Surabaya
River. The results showed that: (1) Pollution Index
method: water quality status at the upstream point
was 100% Lightly Polluted, Midpoint 66.67% Lightly
Polluted, 33.33% Moderately Polluted. Downstream
and estuary points are 83.33% Lightly Polluted and
16.67% Moderately Polluted; (2) CCME-WQI: water
quality status at the upstream point is 66.67% Poor,
16.67% Fair and 16.67% Very Poor. The midpoint is
33.33% Bad, 16.67% Fair and 16.67% Poor. The
downstream point is 83.33% Bad and 16.67% Less.
And the estuary point is 50% Bad, 33% Less, and
16.67% Enough; (3) NSF-WQI: water quality status at
the upstream, middle, downstream and estuary points
is 100% bad. so it can be used as a consideration for
water pollution control management.

1. Pendahuluan
Air merupakan benda yang menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup termasuk manusia yang
dibutuhkan setiap waktu, sehingga dibutuhkan ketersediaan air yang selalu ada dan berkelanjutan [1].
Pertumbuhan populasi, perubahan gaya hidup, penurunan layanan ekosistmem dan perubahan iklim
dapat mengurangi akses kualitas dan kuantitas air yang memadai serta meningkatkan variabilitas
besarnya kejadian ekstrim [2]. Sungai Surabaya memegang peranan penting bagi Provinsi Jawa Timur
terutama sebagai sumber air baku yang digunakan dalam keberlangsungan hidup sehari – hari
masyarakatnya [3]. Air sungainya digunakan sebagai sumber air bagi penyediaan air minum, irigasi,
perikanan, perindustrian, rekreasi air, dan kebutuhan rumah tangga lainnya [4].
Seiring pesatnya pertumbuhan pemukiman dan perkembangan sektor industri serta kegiatan
pertanian di sekitar Sungai telah memberikan dampak yang besar terhadap perubahan kualitas air
Sungai Surabaya. Masalah Sungai Surabaya adalah sebagian besar limbah cair hasil dari kegiatan
manusia dibuang ke saluran yang bermuara di Sungai Surabaya. Limbah tersebut berasal dari
pemukiman, industri, pertanian, peternakan, dan lain – lain [5]. Meskipun memiliki peranan penting
dalam keberlangsungan hidup masyarakat sekitar, tetapi Sungai Surabaya sekarang mengalami
masalah pencemaran air yang cukup berat. Hal ini disebabkan karena adanya pencemaran air baik
limbah yang berasal dari sumber tertentu (point source) maupun limbah yang berasal dari sumber tak
tentu (non-point source). Dalam menangani masalah tersebut perlu dilakukan kegiatan pemantauan
kualitas air akurat dan efisien sebagai acuan untuk melakukan upaya pengelolaan kualitas air sungai
[6]. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada
kondisi alamiahnya. [7]
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh limbah pertanian, limbah domestik dan
limbah industri terhadap kualitas air di Sungai Surabaya. Metode kajian yang digunakan dalam studi
penelitian ini adalah metode Indeks Pencemaran, yang digunakan sebagai Standart Nasional Indonesia
berdasarkann KepMen LH No 115 Tahun 2003, Canadian Council Minister of the Environment –
Water Quality Index (CCME-WQI), dan National Sanitation Foundation – Water Quality Index (NSF-
WQI). Serta kemudian membandingkan hasil kualitas air dari ketiga metode tersebut agar mengetahui
metode mana yang baik dan relevan dalam menguji kualitas air di Sungai Surabaya, Jawa Timur.
Selain itu, menggunakan Metode IDW untuk menentukan lokasi dimana beban pencemaran itu
terjadi.

252
Maharani, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 251-260

2. Bahan dan Metode


2.1. Lokasi Studi
Lokasi studi terletak di sungai Surabaya. Sungai Surabaya merupakan salah satu pecahan dari
Sungai Brantas. Sungai Surabaya memiliki Panjang 42 km. Sungai Surabaya merupakan sumber
bahan baku air minum bagi PDAM. Peta lokasi Sungai Surabaya ditunjukkan dalam gambar di bawah
ini.

Gambar 1. Peta Sungai Surabaya

2.2. Bahan
Penelitian ini membutuhkan bahan data diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Data peta wilayah Sungai Surabaya dan peta Titik Pengambilan Sampel Air.
2. Data kualitas air tiap titik pengambilan pada Sungai Surabaya.
3. Data tata guna lahan di sekitar Sungai Surabaya.
4. Data-data yang terkait dengan kondisi lingkungan setempat.

2.3. Persamaan
2.3.1. Indeks Pencemaran (IP)

𝐶𝑖 2 𝐶𝑖
2
IPj = √(𝐿𝑖𝑗) 𝑀+(𝐿𝑖𝑗 ) 𝑅 Pers. 1
2

Dengan Keterangan :
IPj = Indeks Pencemaran bagi peruntukan j
Ci = Konsentrasi hasil uji parameter
Lij = Konsentrasi parameter sesuai baku mutu peruntukan air j
(Ci/Lij)M = Nilai Ci/Lij Maksimum

253
Maharani, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 251-260

(Ci/Lij)R = Nilai Ci/Lij rata-rata

2.3.2. Canadian Council of Minister of the Environment – Water Quality Index (CCME-WQI)
√𝐹1 +𝐹2 +𝐹3
CCME = 100 – [ ] Pers. 2
1,732

Dengan Keterangan :

F1 = Banyaknya jumlah parameter yang melebihi baku mutu


F2 = Banyaknya hasil nilai uji pada parameter yang melebihi baku mutu
F3 = Besaran/selisih hasil uji pada suatu parameter yang melebihi baku mutu
1,732 = Nilai normalitas antara 0 sampai 100

2.3.3 National Sanitation Foundation – Water Quality Index (NSF / nsf-ika)


𝑛
NSF – WQI = ∑ Wi qi Pers. 3
𝑖=1
Dengan Keterangan :
NSF – WQI = Indeks kualitas air
Qi = Sub indeks masing-masing parameter
Wi = Bobot masing-masing parameter
n = Jumlah parameter

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Kondisi Daerah Penelitian
Sungai Surabaya merupakan pecahan dari Sungai Brantas bagian hilir yang mengalir dari
Kabupaten Mojokerto ke Timur laut lalu melewati Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik dan Kota
Surabaya. Sungai Surabaya memiliki Panjang ± 42 km yang mengalir melalui kota Surabaya dan
bermuara di Selat Madura di Utara dan Timur kota Surabaya.
3.2. Perhitungan Kualitas Air Menggunakan Metode Indeks Pencemaran (IP)
Dalam metode Indeks Pencemaran, menghasilkan nilai skor sebesar 4,328, maka dapat
disimpulkan bahwa status mutu air di Titik Hilir (Jembatan Karang Pilang) Sungai Surabaya tahun
2016 yaitu kualitas air dalam kondisi Cemar Ringan.
Berikut Rekapitulasi Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran (IP)

Gambar 2: Grafik Status Mutu Air metode Indeks Pencemaran Sungai Surabaya Tahun 2016-2021

254
Maharani, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 251-260

Berdasarkan grafik status mutu air menggunakan metode Indeks Pencemaran di Titik Hulu,
Tengah, Hilir, dan Muara Sungai Surabaya menunjukkan nilai yang fluktuatif selama 6 (enam) tahun
dari tahun 2016-2021. Untuk status mutu airnya sendiri pada titik hulu (Jembatan Perum Jetis Permai)
diperoleh 100% yaitu air dalam kondisi cemar ringan, pada titik tengah (Jembatan Legundi) diperoleh
66,67% yaitu air dalam kondisi cemar ringan dan 33,33% yaitu air dalam kondisi cemar sedang, pada
titik hilir (Jembatan Karang Pilang) diperoleh 83,33% yaitu air dalam kondisi cemar ringan dan
16,67% yaitu air dalam kondisi cemar sedang, terakhir pada titik muara (Jembatan Joyoboyo) sama
seperti di titik hilir yaitu diperoleh 83,33% yaitu air dalam kondisi cemar ringan dan 16,67% yaitu air
dalam kondisi cemar sedang.
3.3. Perhitungan Kualitas Air Menggunakan Metode Canadian Council of Minister of the
Environment – Water Quality Index (CCME-WQI)
Dalam metode CCME-WQI menghasilkan nilai skor sebesar 40,06, maka dapat disimpulkan
bahwa status mutu air di Titik Hilir (Jembatan Karang Pilang) Sungai Surabaya tahun 2017 yaitu
kualitas air dalam kondisi Sangat Buruk. Berikut Rekapitulasi Status Mutu Air dengan Metode
CCME-WQI

Gambar 3: Grafik Status Mutu Air metode CCME-WQI Sungai Surabaya Tahun 2016-2021

Berdasarkan grafik status mutu air menggunakan metode CCME-WQI di Titik Hulu, Tengah,
Hilir, dan Muara Sungai Surabaya menunjukkan nilai yang fluktuatif selama 6 (enam) tahun dari
tahun 2016-2021. Untuk status mutu airnya sendiri pada titik hulu (Jembatan Perum Jetis Permai)
diperoleh 66,67% yaitu air dalam kondisi kurang, dan 16,67% yaitu air dalam kondisi cukup dan
sangat buruk, pada titik tengah (Jembatan Legundi) diperoleh 33,33% yaitu air dalam kondisi buruk
dan sangat buruk dan 16,67% yaitu air dalam kondisi cukup baik dan kurang, pada titik hilir
(Jembatan Karang Pilang) diperoleh 83,33% yaitu air dalam kondisi buruk dan 16,67% yaitu air
dalam kondisi kurang, terakhir pada titik muara (Jembatan Joyoboyo) diperoleh 50% air dalam
kondisi buruk, 33% yaitu air dalam kondisi kurang, dan 16,67% air dalam kondisi cukup.
3.4. Perhitungan Kualitas Air Menggunakan Metode National Sanitation Foundation – Water Quality
Index (NSF-WQI)
Dalam metode NSF-WQI menghasilkan nilai skor sebesar 41,37, maka dapat disimpulkan bahwa
status mutu air di Titik Hilir (Jembatan Karang Pilang) Sungai Surabaya tahun 2021 yaitu kualitas air
dalam kondisi Buruk. Berikut Rekapitulasi Status Mutu Air dengan Metode NSF-WQI.

255
Maharani, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 251-260

Gambar 4: Grafik Status Mutu Air metode NSF -WQI Sungai Surabaya Tahun 2016-2021

Berdasarkan grafik status mutu air menggunakan metode NSF-WQI di Titik Hulu, Tengah, Hilir,
dan Muara Sungai Surabaya menunjukkan nilai yang sama selama 6 (enam) tahun dari tahun 2016-
2021. Untuk status mutu airnya sendiri pada titik hulu (Jembatan Perum Jetis Permai), titik tengah
(Jembatan Legundi), titik hilir (Jembatan Karang Pilang), dan titik muara (Jembatan Joyoboyo) yaitu
diperoleh 100% yaitu air dalam kondisi buruk.
3.5. Kebutuhan dan Hasil Analisis Data
Penentuan status mutu air Sungai Surabaya dengan ketiga metode berupa Indeks Pencemaran
(IP), CCME-WQI, dan NSF-WQI memiliki kebutuhan parameter atau data yang sama yaitu sembilan
parameter meliputi Suhu, Kekeruhan, TSS, pH, DO, BOD, Nitrat, Fosfat, dan Total Coliform.
Meskipun kebutuhan data yang diperlukan sama namun perhitungan indeks ketiga metode tersebut
memiliki hasil yang berbeda.
Tabel 1: Hasil analisis data dengan metode IP, CCME-WQI, dan NSF-WQI

Metode IP Metode CCME-WQI Metode NSF-WQI


Titik
Klasifik
Sampling Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor
asi
Cemar
Hulu 3.565 49.445 Kurang 39.263 Jelek
Ringan
Cemar
Tengah 3.503 59.577 Kurang 43.965 Jelek
Ringan
3.332 Cemar
Hilir 43.338 Buruk 43.753 Jelek
5 Ringan
Cemar
Muara 4.224 45.873 Kurang 37.383 Jelek
Ringan

Status mutu air di Sungai Surabaya berdasarkan metode Indeks Pencemaran (IP) cemar ringan
pada setiap daerahnya (Hulu, Tengah, Hilir, dan Muara). Air tercemar ringan berarti perairan telah
mengalami penurunan kualitas air dari keadaan alaminya namun masih dalam taraf ringan. Kelebihan
metode IP yaitu dapat menentukan status mutu air yang dipantau hanya dengan satu seri data sehingga
biaya dan waktu yang relatif sedikit. Sedangkan kekurangannya yaitu data yang dapat dihitung adalah
data tunggal, sehingga terkadang data tunggal tersebut tidak cukup mewakili kualitas perairan yang
sebenarnya [8].

256
Maharani, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 251-260

Apabila dibandingkan dengan status mutu air dengan metode IP, status mutu air yang dihasilkan
dari metode CCME-WQI memberikan status mutu air yang Kurang. Analisis dengan metode CCME-
WQI menunjukkan status mutu air Sungai Surabaya dalam kondisi kurang untuk daerah Hulu,
Tengah, dan Muara, dan dalam kondisi buruk untuk daerah Hilir. Kelebihan metode CCME-WQI
yaitu metode ini dianggap yang paling bisa mengambbarkan status kualitas air secara komprehensif
karena berdasarkan perhitungannya dengan pendekatan statistika. Sedangkan kekurangannya yaitu
perhitungannya lebih kompleks bila dibandingkan dengan metode IP yang perhitungannya lebih
sederhana [9]

Sedangkan berdasarkan metode NSF-WQI status mutu air Sungai Surabaya termasuk dalam
kondisi buruk pada setiap daerahnya (Hulu, Tegah, Hilir dan Muara). Berbeda dengan 2 metode
sebelumnya, metode NSF-WQI dilakukan dengan mengalikan bobot masing-masing parameter
dengan nilai sub indeks parameter uji yang diperoleh dari kurva.

3.6. Perbandingan Standar Deviasi dan Standar Error


Tabel 2: Nilai standar deviasi dan standar error ketiga metode

Indeks n Rata-rata(µ) Standar Deviasi Standar Error


Indeks Pencemaran 24 3.656 1.205 0,246
CCME-WQI 24 49.558 13.019 2,658
NSF-WQI 24 41.091 5,685 1,160

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dengan jumlah sampel/data sebanyak 24 sampel, rata rata
nilai dari setiap metode adalah sebagai berikut : IP memiliki nilai skor rata-rata 3,656: CCME-WQI
memiliki nilai skor rata-rata 49,558; dan NSF-WQI memiliki skor rata-rata 41,091. Hasil standar
deviasi untuk masing-masing metode secara berturut-turut adalah 1,205 untuk metode IP; 13,019
untuk metode CCME-WQI dan 5,685 untuk metode NSF-WQI. Standar error yang dihasilkan dari
setiap metode yaitu sebagai berikut : metode IP sebesar 0,246; metode CCME-WQI sebesar 2,673 dan
untuk metode NSF-WQI sebesar 1,173. Standar error yang semakin kecil menunjukkan semakin
akurat estimasi yang dihasilkan [10].

3.7. Korelasi Antar Metode Penentuan Status Mutu Air

Tabel 3: Nilai koefisien korelasi (r) antar metode dan rata-rata nilai r masing-masing metode

r
Metode Rata-rata
IP CCME-WQI NSF-WQI
IP 1 -0.563 -0.760 -0.661
CCME-WQI -0.563 1 0.649 0.043
NSF-WQI -0.760 0.649 1 -0.055

Berdasarkan hasil nilai koefisien korelasi antar metode ditunjukkan pada tabel. Nilai koefisien
korelasi (r) antara metode IP dengan CCME-WQI yaitu sebesar -0,563, maka variabel-variabel
independen (IP) menunjukkan kemampuan yang amat terbatas dalam menjelaskan variasi variabel
dependen (CCME-WQI). Dengan demikian, korelasi antara metode IP dengan CCME-WQI tersebut
bersifat berlawanan. Hal tersebut juga terjadi pada hubungan antara metode IP dengan NSF-WQI.
Dari tabel diketahui nilai koefisien korelasi (r) antara metode IP dengan NSF-WQI yaitu sebesar -
0,760. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel idependen (IP) dalam menjelaskan
variasi variabel dependen (CCME-WQI) amat terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara
metode IP dengan NSF-WQI memiliki hubungan yang berlawanan, karena nilai r bernilai negative.

257
Maharani, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 251-260

Dengan demikian, hubungan atau korelasi antara metode IP dengan NSF-WQI memiliki hubungan
yang berlawanan, begitu juga koelasi antara metode IP dengan CCME-WQI.

Hal tersebut juga terjadi pada hubungan antara metode IP dengan NSF-WQI. Dari tabel diketahui
nilai koefisien korelasi (r) antara metode IP dengan NSF-WQI yaitu sebesar -0,760. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel idependen (IP) dalam menjelaskan variasi variabel
dependen (CCME-WQI) amat terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara metode IP dengan
NSF-WQI memiliki hubungan yang berlawanan, karena nilai r bernilai negative. Dengan demikian,
hubungan atau korelasi antara metode IP dengan NSF-WQI memiliki hubungan yang berlawanan,
begitu juga koelasi antara metode IP dengan CCME-WQI.

3.8. Hasil Perhitungan Status Mutu Air Kondisi Eksisting

Berikut merupakan tabel hasil perhitungan status mutu air kondisi eksisting pada sungai
Surabaya menggunakan metode Indeks Pencemaran, CCME-WQI, dan NSF-WQI ditampilkan pada
halaman berikutnya :

Tabel 4: Status mutu air kondisi eksisting pada Sungai Surabaya

Indeks Status Mutu Air


Indeks Pencemaran Cemar ringan
CCME-WQI Cukup
NSF-WQI Buruk

Dari tabel hasil perhitungan status mutu air kondisi eksisting pada sungai Surabaya
menggunakan metode Indeks Pencemaran, CCME-WQI dan NSF-WQI dengan kebutuhan data yang
sama tersebut, ternyata hasil status mutu air yang dihasilkan memiliki perbedaan. Metode Indeks
Pencemaran menghasilkan status mutu air kondisi Cemar ringan, selanjutnya, metode CCME-WQI
menghasilkan status mutu air kondisi Cukup, dan metode NSF-WQI menghasilkan status mutu air
kondisi Buruk.
3.9. Pemetaan Status Mutu Air Sungai Surabaya Menggunakan Metode IDW
Inverse distance weighted atau IDW merupakan metode yang digunakan dalam membuat peta
sebaran kualitas air. Pengolahan data pada metode IDW yaitu terdiri dari x, y, dan z. Dimana data x
dan y mewakili koordinat titik pantau hulu, tengah, hilir, dan muara Sungai Surabaya dan data z
adalah nilai indeks kualitas air dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran, CCME-WQI, dan
NSF-WQI selama 6 tahun yaitu 2016-2021.

Gambar 5: Peta Sebaran Kualitas Air Metode Indeks Pencemaran Sungai Surabaya Tahun 2017

258
Maharani, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 251-260

Berdasarkan gambar 3.5, pada tahun 2017 titik hulu memiliki nilai 3,830. Selanjutnya pada titik
tengah memiliki nilai 5,284, titik hilir memiliki nilai 3,652 dan titik muara memiliki nilai 3,319.
Berdasarkan hasil pemetaan dapat dilihat bahwa kualitas airnya fluktuatif dari titik hulu ke titik
tengah mengalami peningkatan, dari titik tengah ke titik hilir dan muara mengalami penurunan
kualitas air.

Menurut hasil analisis dari ketiga metode penentuan status mutu air tersebut, metode NSF-WQI
lebih sesusai untuk manajemen pengendalian pencemaran air karena metode ini memiliki hasil paling
buruk, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk manajemen pencemaran air.
4. Kesimpulan
Dari dari hasil Analisa yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Penentuan
status mutu air di Sungai Surabaya dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran dari tahun 2016-
2021 diperoleh status mutu air yaitu pada titik hulu kualitas airnya 100% Cemar Ringan. Titik tengah
66,67% Cemar Ringan dan 33,33% Cemar Sedang. Tititk hilir dan muara 83,33% Cemar Ringan dan
16,67% Cemar Sedang. Untuk metode CCME-WQI diperoleh status mutu air yaitu pada titik hulu
66,67% Kurang, dan 16,67% Cukup dan 16,67% Sangat Buruk. Titik tengah 33,33% Buruk, dan
16,67% Cukup Baik dan 16,67% Kurang. Titik hilir 83,33% Buruk dan 16,67% Kurang. Dan titik
muara 50% Buruk, 33% Kurang, dan 16,67% Cukup. Terakhir, pada metode NSF-WQI diperoleh
status mutu air yaitu pada titik hulu, tengah, hilir, dan muara adalah 100% buruk.
Hasil perbandingan kualitas air di Sungai Surabaya dari ketiga metode yaitu metode Indeks
Pencemaran, CCME-WQI, dan NSF-WQI dibandingkan dengan data primer yang sesuai dengan
kondisi esksisting di sungai Surabaya adalah metode Indeks Pencemaran.
Berdasarkan pemetaan sebaran kualitas air menggunakan software ArcMap dengan metode IDW
yaitu kualitas air di Sungai Surabaya dari titik hulu hingga muara sangat fluktuatif. Hal ini bisa
disebabkan oleh banyak faktor, seperti yang paling umum banyak dipengaruhi oleh aktivitas manusia
dan pembuangan limbah industri.
Daftar Pustaka
[1] Ivan, Hans, and Riyanto Haribowo. "Studi perencanaan jaringan pipa air baku menggunakan
aplikasi Watercad di desa Sukoraharjo kabupaten Malang." J. Tek. Pengair. Univ.
Brawijaya (2017)
[2] M. D. P. Gupta, R. Haribowo, and T. B. Prayogo, “Studi Penentuan Status Mutu Air
Menggunakan Metode Indeks Pencemaran Dan WQI Di Tukad Badung, Denpasar”, JTP, vol.
11, no. 2, pp. 83–93, Dec. 2020
[3] Perum Jasa Tirta I (2008), Kajian Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Kali
Surabaya.
[4] Novitasri, A. K. (2015). Analisis identifikasi & inventarisasi sumber pencemar di Kali
Surabaya (Doctoral dissertation, Institut Technology Sepuluh Nopember).
[5] Fatnasari, H. dan Joni H. 2010. Strategi Pengelolaan Air Limbah Permukiman di Bantaran
Kali Surabaya. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI. 6 Pebruari .2010. D-5-
1.
[6] S. G. Prihatino, E. Yuliani, and R. Haribowo, “Studi Evaluasi Instalasi Pengolahan Air
Limbah pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Haryoto Kabupaten Lumajang”, jtresda, vol. 2,
no. 2, pp. 156–165, May 2022.

259
Maharani, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 251-260

[7] Lusiana, Novia, Akhmad Adi Sulianto, Luhur Akbar Devianto, and Septyana Sabina.
"Penentuan indeks pencemaran air dan daya tampung beban pencemaran menggunakan
software QUAL2Kw (Studi kasus Sungai Brantas Kota Malang)." J. Wilayah dan
Lingkungan 8, no. 2 (2020).
[8] Yusrizal, H. (2015). Efektivitas metode perhitungan storet, Ip dan ccme wqi dalam
menentukan Status kualitas air way sekampung. Provinsi lampung. Jurnal Sains dan
Pendidikan, 2(1), 11-23.
[9] Saraswati, S.P., Sunyoto, S., Kironotom, B.A., Hadisusanto, S., 2014, Kajian Bentuk dan
Sensitivitas Rumus Indeks PI, Storet, CCME untuk Penentuan Status Mutu Perairan Sungai
Tropis Indonesia. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(2): pp 129–142.
[10] Thompson, D. J. M. dan Wesolowski, B. 2018. The SAGE Encyclopedia of Educational
Research, Measurement, and Evaluation. Thousand Oaks : SAGE Publications

260

Anda mungkin juga menyukai