Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SKRINING HIPOTIROID KONENITAL (SHK)


No. Kode : Ditetapkan Oleh
Terbitan : Kepala Dinas Dinas Kesehatan
No. Revisi : Kota Mataram
SOP Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :

dr. H. Usman Hadi


NIP. 19631121 199603 1 002

1. Pengertian 1.1. Hipotiroidkongetialadalahkeadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar


tiroid yang didapat sejak lahir. Hal ini terjadi karena kelainan anatomi atau
gangguan metabolisme pembentukan hormone tiroid atau defisi ensiiodium.
1.2. Skrining Hipotiroid kongenital (SHK) adalah skrining atau uji saring untuk
memilah bayi yang menderita HK dari bayi yang bukan penderita
1.3. Kondisi bayi yang dilakukan pemeriksaan SHK yaitu bayi premature (umur
kehamilan kurang dari 37 minggu), bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir
sangat rendah, juga termasuk bayi sakit yang dirawat di NICU, bayi kembar
terutama yang mempunyai jenis kelaminan yang sama.
1.4. Skrining Hipotiroid kongenital dilakukan pada bayi usia 48 jam sampai 72 jam.
Pengambilan spesimen segera sebelum bayi mendapatkan tindakan pengobatan.
Tindakan tersebut adalah tarnsfusi, pemberian nutrisi dan pemberian antibiotic.

2. Tujuan 2.1. Skrining Hipotiroid kongenital ditujukan untuk mencegah terjadinya hambatan
pertumbuhan dan retardasi mental pada bayi baru lahir.

3. Kebijakan Surat keputusan ditetapkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


HK.02.02/ll/3398/2022 tentang Kewajiban pelaksanaan Skrining Hipotiroid
Kongenital pada bayi baru lahir di fasilitas pelayanan kesehatan penyelenggara
pertolongan persalinan dalam rangka meningkatkan kualitas anak indonesia.

4. Refrensi Buku pedoman SHK


5. Prosedur 1. Persiapan
a. Persiapan Bayi dan Keluarga
b. Persetujuan atau penolakan
1. Persetujuan (informed consent)
2. Penolakan (dissent consent/refusal consent)
c. Persiapan alat
1. Sarung tangan
2. Lancet
3. Alkohol swab
4. Kertas saring
5. Kassa steril
6. Rak pengering
7. Safety box
8. Plester
d. Persiapan diri
2. Pelaksanaan
a. Pengambilan spesimen darah
1) Waktu (timing) Pengambilan Spesimen
Pengambilan spisimen darah yang paling ideal adalah ketika umur bayi
48 sampai 72 jam.
2) Data / Identitas Bayi
Isi identitas bayi dengan lengkap dan benar dalam kertas saring.

3) Metode dan Tempat


Metode dan Tempat Teknik pengambilan darah yang digunakan adalah
melalui tumit bayi (heel prick). Teknik ini adalah cara yang sangat
dianjurkan dan paling banyak dilakukan diseluruh dunia. Darah yang
keluar diteteskan pada kertas saring khusus sampai bulatan kertas penuh
terisi darah, kemudian setelah kering dikirim ke laboratorium SHK. Perlu
diperhatikan dengan seksama, pengambilan spesimen dari tumit bayi
harus dilakukan sesuai dengan tata cara pengambilan spesimen darah
tetes darah kering. Petugas kesehatan yang bisa mengambil darah adalah
dokter, bidan, perawat terlatih yang memberikan pelayanan pada bayi
baru lahir serta analis kesehatan.
4) Prosedur pengambilan spesimen darah melalui tahapan berikut :
 Cuci tangan menggunakan sabun dengan air bersih dan mengalir dan
pakailah sarung tangan. Hangatkan tumit bayi yang akan ditusuk
dengan cara :
1. Mengosok-gosok dengan jari atau
2. Menempelkan handuk penghangat elektrik
3. Dihangatakan dengan penghangat bayi/baby warmer/lampu
pemancar/radian warmer
 Supaya aliran darah bayi lebih lancer. Posisikan kaki lebih rendah dari
pada kepala bayi.
 Agar bayi lebih tenang pengambilan spesimen dilakukan sambal disusui
ibunyaatau dengan perlekatan kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin).
 Tentukan lokasi penusukan yaitu bagian lateral tumit kiri atau kanan
sesuai daerah berwarna merah (gambar 1 dan 2)
 Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan antiseptic kapas alcohol
70% biarkan kering (gambar 3)
 Tusuk tumit dengan lanset steril sekali pakai dengan ukuran kedalaman
2 mm. Gunakan lanset dengan ujung bentuk pisau (blade tip lancet)
(gambar 4b).

Gambar 4b. macam-macam lanset dengan ujung pipih (blade tip lancet)
 Setelah tumit ditusuk, usap tetes darah pertama dengan kain kasa steril
(gambar 5)
 Kemudian lakukan pijatan lembut sehingga terbentuk tetes darah yang
cukup besar.
 Hindarkan gerakan memeras karena akan menggakibatkan hemolysis
atau darah tercampur cairan jaringan (gambar 6)

 Selanjutnya teteskan darah ke tengah bulatan kertas saring sampai


bulatan terisi penuh dan tembus kedua sisi.
 Sesudah bulatan kertas saring terisi penuh,tekan bekas tusukan dengan
kasa/kapas steril sambal menggangkat tumit bayi sampai berada diatas
kepala bayi (gambar 8)
6. Unit a. Loket pendaftaran
Terkait
b. Poli KIA
c. Poli Umum
d. Ruang Bersalin
e. Laboratorium
f. Rumah Bayi (Ibu/Bapak)

Anda mungkin juga menyukai