Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH KEPEMIMPINAN GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP

KONDISI SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR OLAHRAGA


(PENELITIAN PADA SMA NEGERI 01 BENGKULU TENGAH)
Ari Armadi Pranajaya

Ariarmadi04@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini berjudul Pengaruh Kepemimpinan Guru Pendidkan jasmani
Terhadap Kondisi Mental Siswa Peserta Pertandingan Olahraga (Studi di SMA
Negeri 01 Bengkulu Tengah). Rumusan pertanyaan dalam penelitian ini adalah
``Bagaimana pengaruh kepemimpinan guru Pendidikan jasmani terhadap kondisi siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar olahraga di SMA Negeri 01 Bengkulu Tengah?''.
Bengkulu Tengah menemukan bimbingan guru pendidikan jasmani terhadap motivasi
belajar siswa SMA Negeri. Alat yang digunakan adalah Skala Kepemimpinan guru
pendidikan jasmani dan Skala Motivasi Belajar para siswa, serta teknik pengolahan data
dan analisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Artinya
kepemimpinan guru pendidikan jasmani berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di
SMA Negeri 01 Bengkulu Tengah.

Kata Kunci: Kepemimpinan Guru, Kondisi Mental, Kompetisi Olahraga


Pendahuluan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan
seluruh masyarakat di Indonesia (Nishimura, 1995). Maka dari itu pendidikan harus
benar-benar berkembang dari berbagai ilmu, karena pendidikan yang berkualitas dapat
mengangkat kecerdasan suatu bangsa. Pendidikan merupakan bagian penting dari proses
pembangunan negara yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
negara (Psacharopoulos & Woodhall, 1993). Pendidikan juga merupakan investasi
dalam pengembangan sumber daya manusia, dimana diyakini bahwa tumbuhnya
keterampilan dan kemampuan mendukung usaha seseorang untuk mengarungi
kehidupan (Feldman & Matjasko, 2005). Proses pendidikan pada hakekatnya adalah
usaha sadar oleh orang dewasa (guru) versus orang yang belum dewasa (siswa) untuk
mencapai derajat kedewasaan yang diharapkan (Von Goble, 2023). Pendidikan adalah
proses mempengaruhi peserta didik untuk semaksimal mungkin menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, sehingga memungkinkan mereka menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat. membawa perubahan pada siswa itu sendiri yang memungkinkan mereka
untuk berfungsi dengan baik di dalam kelas (Ramachandran, 2011). Guru adalah orang
yang dapat kita percaya untuk melaksanakan proses pendidikan. Guru bertanggung
jawab untuk membantu siswa mencapai tujuan mereka. (Demchenko et al., 2021).
Kelancaran didalam sebuah pendidikan jasmani di Sekolah akan terwujud, jika
ditunjang oleh beberapa komponen, dan salah satu unsurnya adalah guru pendidikan
jasmani (Phytanza et al., 2021). Guru Pendidikan Jasmani merupakan orang yang
bertanggung jawab untuk menjabarkan kurikulum ke dalam bentuk kegiatan belajar
mengajar, dan juga sebagai "ujung tombak" yang sangat menentukan secara langsung
kelancaran didalam proses belajar mengajar guna meningkatkan kualitas Pendidikan
Jasmani (Mukherjee, 2020).
Guru penjas memberikan atau berperan penting agar siswa belajar dengan aktif
dan kreatif selama proses belajar mengajar , sehingga para peserta didik menguasai
keterampilan-keterampilan, memiliki pehamaman serta memupuk kebiasaan yang baik,
di samping terjadi perkembangan sikap ke arah positif penghayatan nilai yang menjadi
dasar bagi perilaku dan hidup bermasayarakat (Wang & Liu, 2018). Keberhasilan di
dalam proses belajar pendidikan jasmani untuk mencapai hasil belajar dipengaruhi oleh
dua faktor, faktor pertama dari peserta didik dan faktor kedua dari luar individu. Faktor
yang dikaitkan dengan individu terbagi dalam dua kategori: faktor fisik dan faktor
psikologis. Faktor fisik, meliputi sensasi tubuh, anggota tubuh, tubuh, kelenjar saraf,
dan kondisi organ. Faktor psikologis meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap,
sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan, fasilitas, guru dan metode, serta
bahan ajar(Handoyo et al., 2020).
Guru pendidikan jasmani juga harus membutuhkan keterampilan ganda. Salah
satunya sangat strategis, kemampuan menciptakan suasana kelas tempat berlangsungnya
proses belajar mengajar yang membantu tercapainya tujuan kelas. Untuk dapat
mengahasilkan suasana kelas pendidikan jasmani yang kondusif di sekolah, perilaku
guru pendidikan jasmani memerlukan persyaratan terkait dengan kompetensi dan
kemampuannya dalam mengarahkan kegiatan pembelajaran . Salah satu fakor yang
dianggap sangat penting dalam menciptakan suasana kelas adalah gaya kepemimpinan
guru itu sendiri.
Proses hubungan antara guru dan orang yang dipimpin juga mencerminkan
kepribadian guru (DeRue & Ashford, 2010). Kepemimpinan sebagai konsep diartikan
sebagai proses mempengaruhi seseorang yang dianggap sebagai pemimpin lebih dari
pihak lain untuk mencapai suatu tujuan.Bagaimana seorang pemimpin menunjukkan
perilaku kepemimpinan (Avolio et al., 2004). Guru pendidikan jasmani harus memiliki
kompetensi, sikap dan kemampuannya menyesuaikan diri dengan situasi saat berperan
sebagai guru dan guru di ruang dan lapangan. Guru pendidikan jasmani menjadi tokoh
panutan yang telah sepakat menjadi garda terdepan dalam kegiatan olah raga di
sekolahnya, ada tugas dan kewajiban untuk mengarahkan kegiatan tersebut. Ini
didasarkan pada gagasan bahwa guru melakukan tugas yang diperlukan untuk
membangun komunikasi yang positif dengan siswanya. Hubungan guru-siswa dalam
proses latihan memberikan kontribusi positif bagi keberhasilan pengembangan potensi
siswa. Jika tidak, pengabaian menghambat keberhasilan pengembangan potensi siswa
(Fenanlampir et al., 2021).

Kepemimpinan administratif adalah bentuk kepemimpinan administratif yang


terjadi secara teratur baik di kelas maupua proses belajar dilapangan. Proses
pembentukan mental pada siswa yang akan menjadi siswa biasanya mengandalkan
proses latihan yang dipimpin oleh seorang guru dalam hal ini guru pendidkan jasmani
sekolah. Guru adalah panutan bagi para siswa. Guru juga mengetahui potensi dan
kemampuan siswa, guru memberikan kepemimpinan dalam memelihara dan
mengembangkan potensi siswa. Perilaku kepemimpinan seorang guru di dalam dan di
luar lapangan mempengaruhi proses pengembangan ketangguhan mental seorang siswa.
Selain itu, interaksi antara guru dan siswa menciptakan suasana latihan yang nyaman
dan mempengaruhi perkembangan kekuatan mental siswa (Olson & Riordan, 2012).
Karena sejauh ini tidak ditemukan peningkatan kinerja yang signifikan dalam prosesnya,
maka peneliti melakukan penelitian dengan judul 'Pengaruh Pembinaan Instruktur
Pendidikan jasmani Terhadap Mental Siswa Saat Mengikuti pelajaran Olahraga (Studi)'
di SMA Negeri 01 Bengkulu Tengah.
Pendidikan jasmani merupakan bagian terpenting di dalam sebuah pendidikan di
sekolah. Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang diberikan disekolah yang
merupakan salah satu bagian dari sebuah pendidikan keseluruhan yang lebih
mengutamakan aktifitas fisik dan pengembangan motrik siswa. Pendidikan jasmani
merupakan bagian dari sebuah pendidikan, total yang mencoba mencapai tujuan
mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi para siswa
(Chuangchai, 2019).
Model pembelajaran adalah suatu pola pendekataan menyeluruh yang mendesain
pengajaran di dalamnya, terdapat pula strategi dan berbagai teknik pembelajaran. Guru
pendidikan jasmani harus dapat membuat keputusan tentang menentukan model
pembelajaran yang paling tepat untuk para siswanya, sehingga terjadi partisipasi siswa
secara maksimal. Secara umum pembelajaran pendidikan jasmani terdiri dari komando
(Invernizzi et al., 2019).
Perilaku pemimpinan guru Pendidikan jasmani adalah perilaku kepemimpinan
yang ditampilkan seorang guru ketika latihan atau mengikuti kompetisi. Guru
pendidikan jasmani juga harus menguasai Psikologi Olahraga. psikologi olahraga
meruoakan bagian yang sangat penting dari faktor yang mempengaruhi siswa, baik itu
pada saat latihan maupun saat pertandingan. Siswa yang rajin melatih mentalnya mereka
dapat bertanding secara konsisten (Stornæs et al., 2023). Artinya bahwa siswa yang
memilik kecenderungan mental yang bagus maka dia akan lebih bisa mengontrol dirinya
pada saat bertanding. Disinilah kita menemukan bahwa memiliki pola pikir yang bagus
atau mental tanding yang baik adalah kunci untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik.

Metode penelitian
Dalam menyusun laporan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk menghasilkan data dalam bentuk tulisan
dan lisan tentang individu dan subjek yang diamati. Peneliti ingin mengetahui apa,
bagaimana, berapa banyak, dan dalam keadaan apa, sehingga mereka perlu lebih jauh
menganalisis dan menginterpretasikan metode deskriptif, yaitu bagaimana mereka
mencoba menggambarkan keadaan saat ini yang ada. Ini adalah penyelidikan
dimaksudkan untuk menggambarkan atau menjelaskan peristiwa saat ini.

Desain Penelitian
Didalam penelitian ini terdapat desain penelitian Kemudian untuk menentukan
yang harus diambil dalam suatu populasi yang ada. Dalam penelitian ini, semua anggota
dari populasi tidak akan diteliti semua karena mengingat terbatasnya waktu, biaya dan
tenaga yang ada pada peneliti, maka dalam penentuan sampel peneliti menggunakan
teknik “Random Sampling” yakni pemilihan sekelompok subyek (pengambilan sampel)
yang secara acak dan tidak pandang bulu. Sampel dalam penelitian ini yaitu berjumlah 70
peserta didik yang acak dari 12 kelas yang diambil 25 dari jumlah populasi.
a. Teknik Pengumpulan Data
Karena kualitas hasil dari penelitian itu tergantung pada kualitas data yang
diperoleh, keputusan untuk memilih metode merupakan salah satu prasyarat untuk
keberhasilan penelitian. Untuk mendapatkan data yang sahih dan valid, dalam
penelitian ini akan digunakan metode sebagai berikut: kuesioner dan dokumentasi
b. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tentang kepemimpinan guru terhadap
mental siswa atau siswa dalam mengikuti kompetisi olahraga. Angket
kepemimpinan Guru PJOK adalah persepsi siswa mengenai perilaku seorang
pemimpin atau guru dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk
memaksimalkan performa mereka, dengan indikator sebagai berikut : a.
Keterampilan berkomunikasi. b.Keterampilan mengajar. Sedangkan angket
kondisi mental siswa yaitu respon psikologis terhadap keadaan yang belum terjadi
dalam pertandingan.

Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner (angket) yang disusun
dalam bentuk model Skala Likert.
Tabel 1. Alternatif jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai :4 Sangat :1
(SS) Sesuai (SS)
Sesuai (S) :3 Sesuai (S) :2
Tidak Sesuai :2 Tidak :3
(TS) Sesuai (TS)
Sangat Tidak :1 Sangat :4
Sesuai (STS) Tidak
Sesuai
(STS)

Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini Menentukan lokasi dan topik penelitian. Pertama,
memutuskan akan melakukan penelitian seperti apa ? dan melakukan penelitian di mana.
Kedua melakukan pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu langsung di lapangan. Hal ini
dapat dilakukan melalui observasi, kuesioner, wawancara mendalam dengan partisipan
penelitian, penelitian tertulis, atau diskusi kelompok terarah. Ketiga Reduksi dan
Klasifikasi Data Pada langkah ini data mentah disaring. Peneliti memilih data yang paling
relevan untuk digunakan untuk mendukung penelitian yang sedang berlangsung. Data
kualitatif dapat diperoleh melalui wawancara dan observasi. Oleh karena itu, pengurutan
ini perlu dilakukan untuk memudahkan pengklasifikasian data. Oleh karena itu, data yang
akan disaring dikategorikan sesuai keinginan. Tampilan Data Beralih ke Tampilan Data
saat mereduksi atau mengklasifikasikan data. Pada tahap proses ini, peneliti dapat
merancang baris dan kolom matriks data kualitatif dan menentukan format data dan jenis
data yang akan dimasukkan ke dalam metrik. Terakhir menarik kesimpulan Setelah
melalui ketiga proses di atas, langkah terakhir peneliti adalah menarik kesimpulan. Isi
kesimpulan ini harus mencakup berbagai informasi relevan yang ditemukan dalam
penelitian kualitatif.

Analisis Data
Analisa data dimaksudkan untuk mengkaji dalam kaitanya dengan pengujian
hipotesis penelitian yang telah penulis rumuskan. Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis data deskriptif persentase.
Tabel 2. Norma Penilaian
No I Kategori
1 M + 1,5 S < X Sangat Tinggi
2 M + 0,5 S < X ≤ M + Tinggi
3 M - 0,5 S < X ≤ M + Cukup
4 M - 1,5 S < X ≤ M - Rendah
5 X ≤ M - 1,5 S Sangat Rendah

Keterangan:
M : nilai rata-rata (mean)
X : skor
S : standar deviasi
Cara perhitungan analisis data mencari besarnya frekuensi relatif persentase. Dengan
rumus sebagai berikut :
F
P= x 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase yang dicari (Frekuensi Relatif)
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden

Hasil
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kepemimpinan guru pendidikan jasmani
dan kondisi para mental siswa dalam mengikuti kompetisi pertandingan olahraga yang
dilakukan di SMA Negeri 01 Bengkulu Tengah menggunakan skala psikologi dengan
jumlah sampel 70 peserta didik, maka penulis dapat mengumpulkan data melalui angket
yang diisi oleh para siswa SMA Negeri o1 Bengkulu Tengah, kemudian diberikan skor
pada masing-masing item soal dan disajikan dalam bentuk tabel. bawah ini menunjukkan
hasil analisis deksriptif data kepemimpinan guru pendidikan jasamani dan Kondisi
Mental Siswa SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah dalam mengikuti Kompetisi Olahraga
dengan bantuan program Statistical Packages For Social Science (SPSS) versi 20.
Berdasarkan hasil penelitian ini yang telah dilakukan dengan 70 sampel, maka dengan
menggunakan angket kepemimpinan guru pendidikan jasmani dapat diperoleh data
sebagai berikut.

Tabel 1. Statistik Hasil Analisis Kepemimpinan guru PJOK di SMA Negeri 1


Bengkulu Tengah
Statistik Skor Statistik
Jumlah Sampel Penelitian 70
Nilai Tertinggi 39
Nilai Terendah 30
Nilai Rata-Rata 35,17
Setandar Deviasi 2,309

Tabel di atas menunjukkan bahwasnya maksimum 39 dan nilai minimum 30.


Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 35,17 dengan standar deviasi 2,309. Hasil analisis
deskriptif ini menggunakan data yang diuraikan dalam PJOK Klasifikasi Kepemimpinan
Guru di Sekolah. Taksonomi terdiri dari kategori rendah, sedang dan tinggi, dapat melihat
hasil klasifikasi pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Kepemimpinan guru PJOK di SMA


Negeri 1 Bengkulu Tengah
No Batas kategori Frekuensi Persentase Ket.
1. X < ( - 1,0 ) 10 14% Rendah
2. (µ - 1,0α) ≤ X 50 72% Sedang
< (µ + 1,0 α)
3. (µ + 1,0) ≤ X 10 14% Tinggi
Jumlah 34 100%

Hasil analisis di atas menunjukkan sebanyak 10 responden Dengan demikian


dapat disimpulkan bahwa tingkat kepemimpinan guru pendidikan jasamani berada pada
kategori sedang. Hasil analisis deskriptif data tingkat kondisi mental siswa dalam
mengikuti kompetisi olahraga peserta didik dengan bantuan SPSS

Tabel 3. Statistik Hasil Analisis Kondisi mental siswa dalam mengikuti kompetisi
olahraga Siswa SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah
Statistik Skor Statistik
Jumlah Sampel 70
Nilai Tertinggi 40
Nilai Terendah 30
Nilai Rata-Rata 34,36
Satndar Deviasi 2,335

Tabel di atas menunjukkan memiliki nilai maksimum 40 dan nilai minimum 30.
Hasil anlisis deskriptif tersebut akan menggunakan data yang akan digambarkan dalam
membuat kategorisasi kondisi mental siswa dalam mengikuti kompetisi olahraga peserta
didik. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Kondisi mental siswa dalam mengikuti kompetisi
olahragaar Siswa SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah.

No Batas kategori Frekuensi Persentase Ket.


1 X < ( - 1,0 ) 7 10% Rendah
2 (µ - 1,0α) ≤ X 56 80% Sedang
< (µ + 1,0 α)
3 (µ + 1,0) ≤ X 7 10% Tinggi
Jumlah 70 100 %

Pembahasan
Kepemimpinan merupakan suatu landasan yang harus di perlukan di dalam
sebuah peroses pembelajaran, Tanpa ada sosok pemimpin di dalam pendidikan jasmani
maka proses belajar mengajar pendidikan jasmani menjadi terhambat. Menurut (Daniel
gloud) Kepemimpinan telah didefinisikan sebagai proses dimana seorang individu
mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama. Disini perlunya
peran guru sebagai sosok pemimpin didalam pendidikan jasmani agar mencapai
evektifitas pembelajaran pendidikan jasmani.
Salah satu Faktor, keberhasilan dan efektifitas pembelajaran pendidikan jasmani
adalah dari gaya kepemimpinan yang di terapkan oleh guru. Seseorang guru pendidikan
jasmani yang di bekali dengan gaya Kepempinan transformasional memiliki keterampilan
khusus untuk mendorong motivasi dan kepercayaan diri yang optimal kepada para
siswanya. Terdapat hubungan postif dan signifikan antara seseorang yang memiliki
kepempinan transformasional terhadap pengembangan motivasi internal pada siswanya
(nooshin esfhania).
Kepempinan transformational guru mengacu pada pemimpin yang memberikan
perhatiaan kepada para siswanya untuk meningkatkan tujuan dan motivasi serta
mendorong mentalitas siswa. Terdapat empat jenis gaya kempinan yang biasanya di
miliki oleh seorang guru pendidikan jasmani : a. Kepemimpinan karismatik adalah gaya
memimpin dengan mempersentasikan visi dan tujuan yang jelas, dapat menunjukan
norma atau peraturan yang harus diikuti oleh siswanya. b. Kepempinan yang
menginspirasi : adalah gaya memimpin dengan cara mendorong individu dan mendorong
motivasi dan potensi siswa. c. Kepemimpinan intelektual : adalah gaya memimpin secara
aktif dan memberikan langkah-langkah inovasi untuk merangsang siswa dalam
melakukan upaya memaksimalkan tugas dan tujuan. d. Kepemimpinan indvidual : gaya
memimpin yang cenderung memperhatikan kebutuhan siswa dan memfasilitas
pengembangan potensi agar lebih mencapai tingkat aktualisasi diri (Zheng jiang).
Sebagai seorang tenaga pendidik yang dibekali tentang pehaman psikologi para
siswa harusnya seorang guru pendidikan jasmani bisa menentukan gaya kempimpinan
mana yang sesuai dengan para siswanya agar tercapainya tugas dan tujuan dari
pendidikan jasmani itu.
Sebagai hasil dari analisis kategorikal, sebanyak 7 responden masih menilai
tingkat kondisi mental siswanya saat mengikuti kompetisi olahraga dengan angka 10%
lebih rendah, kemudian sebanyak 56 responden menilai tingkat kondisi mental siswanya
saat mengikuti kompetisi olahraga serendah 10% Menunjukkan bahwa Anda menilai
tingkat kondisi mental siswa. Kompetisi Olahraga Kompetisi Siswa termasuk dalam
kategori sedang dengan pangsa 80%. 7 responden. Tingkat mental siswa yang
berpartisipasi dalam pertemuan atletik itu tinggi, terhitung 10%.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tingkat kejiwaan siswa pada saat mengikuti
perlombaan olahraga siswa tergolong sedang. Pengaruh Bimbingan Instruktur pendidikan
jasmani Terhadap Status Mental Siswa Pada Keikutsertaan Lomba Olahraga Siswa SMA
Negeri 1 Bengkulu Tengah. Uji normalitas Dengan menggunakan data pelatihan guru
Pendidkan jasmani terapan dan metode Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS versi
20, dilakukan normalisasi data kondisi mental siswa pada saat mengikuti perlombaan
olahraga siswa yang diadakan di masing-masing kelompok. a.Data Bimbingan Guru
pendidikan jasmani Tes Normal Uji normalitas data hasil supervisi pendidikan jasmani
menggunakan taraf signifikansi α = 0,05.
Berdasarkan hasil pengolahan data, output menunjukkan nilai Klomogrov-
Smirnov dengan signifikansi Sig = 0,319 yaitu Sig = 0,319 > α = 0,05 yang menunjukkan
bahwa pengajaran pendidikan jasmani berdistribusi normal. B. Uji Normalitas Data
Status mental siswa yang mengikuti lomba olah raga siswa Uji Normalitas Data Kondisi
Mental Pada Peserta Lomba Olahraga Siswa SMA Negeri 1 Bunkle Tengah
Menggunakan Significance Levels dari α = 0,05. Berdasarkan hasil pengolahan data,
hasil keluaran yang diperoleh adalah nilai Klomogrov-Smirnov dengan signifikansi Sig =
0,160 yaitu Sig = 0,160 > α = 0,05, sehingga data mental state siswa peserta pertandingan
olahraga berdistribusi normal. Diskusi Kepemimpinan Instruktur PJOK Setelah penulis
melakukan analisis data, data yang diperoleh dari variabel kepemimpinan guru PJOK
berada pada kategori sedang. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 34,36 dan nilai standar
deviasi yang diperoleh adalah 2,335. Nilai rata-rata Bimbingan Guru PJOK adalah 34,36,
yang menunjukkan bahwa variabel Bimbingan Guru PJOK terletak pada interval 24-37,
sehingga disimpulkan berada pada kategori sedang. Kondisi mental anak sekolah saat
mengikuti perlombaan olahraga Data yang diperoleh dari variabel kondisi mental siswa
yang mengikuti perlombaan olahraga termasuk dalam kategori sedang. Nilai rata-rata
yang diperoleh adalah 35,17 dengan nilai standar deviasi 2,309. Nilai rata-rata kondisi
mental siswa saat mengikuti pertandingan olahraga adalah 35,17, yang menunjukkan
bahwa variabelnya kondisi mental siswa saat mengikuti kompetisi olahraga berada pada
interval 24 sampai dengan 37. Variabel kondisi mental pada saat itu sedang kategori.
Selanjutnya dari pengaruhnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya
terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan yang di terapakan guru pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani terhadap kondisi mental siswa dalam mengikuti Pertandingan
olahraga di SMA Negeri 01 Bengkulu Tengah. Dalam kegiatan pembelajaran faktor yang
mampu mempengaruhi kondisi mental siswa dalam mengikuti kompetisi olahraga peserta
didik adalah kinerja guru.(kirk david anderson). Guru yang mempunyai kinerja bagus
didalam kelas akan mampu menjelaskan pelajaran dengan baik, dan mampu
menumbuhkan kondisi mental para siswanya dalam mengikuti pertandingan olahraga
peserta didik dengan baik, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik,
mampu membimbing dan mengarahkan para peserta didiknya dalam pembelajaran
sehingga peserta didik akan memiliki semangat dalam belajar, senang kegiatan
pembelajaran yang diikuti dan memahami materi yang disajikan oleh guru.

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesim[ulan bahwa tingkat kejiwaan siswa
pada saat mengikuti perlombaan olahraga siswa tergolong sedang. Pengaruh Bimbingan
Instruktur Pendidikan jasmani didalam Kondisi Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Belajar
Olahraga Siswa SMA Negeri 01 Bengkulu tengah.

Limition/keterbatasan
Keterbatasan yang mempengaruhi hasil penelitian ini adalah Hasil penelitian
sangat bergantung pada kejujuran responden menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian
ini memiliki keterbatasan dalam proses pengumpulan data. Aktivitas responden yang
padat dapat mempengaruhi konsentrasi responden dalam menjawab pertanyaan dari
peneliti pada saat wawancara.

REKOMENDASI PENELITIAN SELANJUTNYA


Rekomendasi untuk kepada para peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti
apa saja yang dapat terpengaruh dari kepemimpinan didalam pendidikan jasamani dapat
dilihat dari beberapa kelemahan yang ada dalam penelitian ini. Dari segi metode
penelitian, penelitian ini sifatnya deskriptif, sehingga hasil yang didapatkan berupa
gambaran serta hubungan antara variabel.

Referensi

Avolio, B. J., Gardner, W. L., Walumbwa, F. O., Luthans, F., & May, D. R. (2004).
Unlocking the mask: A look at the process by which authentic leaders impact
follower attitudes and behaviors. The leadership quarterly, 15(6), 801–823.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1048984304000876
Chuangchai, P. (2019). The problem of democracy in the ASEAN Creative City: the cases
of Chiang Mai, Bandung, Cebu, and George Town.
https://www.academia.edu/download/85966294/4_LGD_SI_2019_ChuangchaI.pdf
Demchenko, I., Maksymchuk, B., Bilan, V., Maksymchuk, I., & Kalynovska, I. (2021).
Training future physical education teachers for professional activities under the
conditions of inclusive education. BRAIN. Broad Research in Artificial Intelligence
and Neuroscience, 12(3), 191–213.
https://www.brain.edusoft.ro/index.php/brain/article/view/1176
DeRue, D. S., & Ashford, S. J. (2010). Who will lead and who will follow? A social
process of leadership identity construction in organizations. Academy of
management review, 35(4), 627–647.
https://journals.aom.org/doi/abs/10.5465/amr.35.4.zok627
Feldman, A. F., & Matjasko, J. L. (2005). The role of school-based extracurricular
activities in adolescent development: A comprehensive review and future directions.
Review of educational research, 75(2), 159–210.
https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.3102/00346543075002159?
journalCode=rera
Fenanlampir, A., Leasa, M., & Batlolona, J. R. (2021). The Development of
Homogeneity Psycho Cognition Learning Strategy in Physical Education Learning.
International Journal of Evaluation and Research in Education, 10(3), 1047–1059.
https://eric.ed.gov/?id=EJ1313115
Franco, M., & Antunes, A. (2020). Understanding servant leadership dimensions:
Theoretical and empirical extensions in the Portuguese context. Nankai Business
Review International. https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/NBRI-
08-2019-0038/full/html
Handoyo, M. T., Priambodo, A., & Kumaat, N. A. (2020). The Relationship of
Professional Competence of Physical Education Sport and Health Teachers to the
Implementation of the 2013 Curriculum of Physical Education, Sport and Health in
Elementary Schools in Tambaksari District. Britain International of Humanities and
Social Sciences (BIoHS) Journal, 2(2), 529–536.
http://biarjournal.com/index.php/biohs/article/view/255
Invernizzi, P. L., Crotti, M., Bosio, A., Cavaggioni, L., Alberti, G., & Scurati, R. (2019).
Multi-teaching styles approach and active reflection: Effectiveness in improving
fitness level, motor competence, enjoyment, amount of physical activity, and effects
on the perception of physical education lessons in primary school children.
Sustainability, 11(5), 405. https://www.mdpi.com/2071-1050/11/2/405
Mukherjee, H. B. (2020). Education for fullness: A study of the educational thought and
experiment of Rabindranath Tagore. Taylor & Francis.
https://books.google.co.id/books?id=OXD8DwAAQBAJ&lpg=PT7&ots=-
tl7V1OacP&dq=It is said so%2C because the Physical Education teacher is the
person who is responsible for elaborating the curriculum in the form of teaching and
learning activities%2C and also as the %22spearhead%22 who directly determines
the smooth running of the teaching an&lr&hl=id&pg=PT7#v=onepage&q&f=false
Nishimura, S. (1995). The development of Pancasila moral education in Indonesia.
Japanese Journal of Southeast Asian Studies, 33(3), 303–316.
https://www.jstage.jst.go.jp/article/tak/33/3/33_KJ00000131872/_article/-char/ja/
Olson, S., & Riordan, D. G. (2012). Engage to excel: producing one million additional
college graduates with degrees in science, technology, engineering, and
mathematics. Report to the president. Executive Office of the President.
https://eric.ed.gov/?id=ed541511
Phytanza, D. T. P., Mumpuniarti, M., Burhaein, E., Demirci, N., Parmadi, M., & Azizah,
A. R. (2021). Floortime approach: Can it improve the learning outcomes of side-
rolling exercises for autism spectrum disorder students. Sport Science, 15(1), 141–
151.
Psacharopoulos, G., & Woodhall, M. (1993). Education for development. Oxford: Oxford
University Press.
Ramachandran, N. T. (2011). Enhancing international students’ experiences: An
imperative agenda for universities in the UK. Journal of Research in International
Education, 10(2), 201–220.
https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1475240911413204?journalCode=jria
Stornæs, A. V, Sundgot-Borgen, J Pettersen, G., Rosenvinge, J. H., & Nordin-Bates, S.
M. (2023). Self-Expectations, Socially Prescribed Expectations, and Wellness in 14-
to 15-Year-Old Athletes, Ballet, and Music Students in Norwegian Talent Schools—
An Interview Study. The Sport Psychologist, 1–14.
https://journals.humankinetics.com/view/journals/tsp/aop/article-10.1123-tsp.2022-
0133/article-10.1123-tsp.2022-0133.xml
Von Goble, B. (2023). Teacher As Nomad, Teacher As Emissary: Peripatetically
Negotiating Temporality, Locality, And Culture Across Transnational Knowledge
Spheres. European Journal of Education Studies, 10(1).
https://oapub.org/edu/index.php/ejes/article/view/4637
Wang, X., & Liu, Y. (2018). Cooperative learning method in physical education teaching
based on multiple intelligence theory. Educational sciences: theory & practice,
18(5). https://jestp.com/index.php/estp/article/view/304

Anda mungkin juga menyukai