Anda di halaman 1dari 10

Kepemimpinan Pancasila dan Kearifan Lokal

Jamak diketahui bahwa arah dan tabiat pengelolaan sumber sumber strategis
termasuk pelaksanaan pasal 33 UUD 1945, telah terkooptasi oleh sistem
liberalisme yang menyeret masyarakat dan petani atau nelayan kecil dalam
kesengsaraan”

Salah satu hal penting, dalam penelusuran landasan kepemimpinan yang berkarakter di Indonesia,
adalah apa yang saya sebut sebagai Kepemimpinan Pancasila.

Maa huwa Kepemimpinan Pancasila? Atau apa maksud dan arti Kepemimpinan Pancasila (KP)? Makhluk
apaan ini?

Maksud atau bayangan saya, KP ini: Kepemimpinan yang menjunjung tinggi akhlakul karimah.
Kepemimpinan yang tidak berpaling dari koridor prinsip Ketuhanan yang Maha Esa, dan kepemimpinan
yang menjunjung tinggi kemanusiaan, membangun peradaban yang unggul, berprinsip demokrasi dan
keadilan.

Penelusuran dan pendalaman tentang KP, ini sangat dibutuhkan dan, sangat penting di tengah
runtuhnya kepercayaan atas beberapa pemimpin yang terpilih secara demokratis. Setidaknya, saya
menemukan urgensinya dalam beberapa konteks.

Pertama, dalam konteks pemerintahan. Kita sangat butuh menguatkan good governance (GG) atau
pemerintahan yang baik. Dalam konteks public, selalu memikirkan kebutuhan dasar dan kesejahteraan
rakyat. Kita sudah tak ingin kompromi dengan pemimpin yang suka memperkaya diri dan menerabas
tatanan negara.

Bila KP ini sudah menjadi pohon ilmu atau batang ilmu secara akademik, pasti bagus untuk bisa
menopang good corporate governance dan demokratisasi ekonomi.

KP dalam konteks kepemimpinan publik dan kepemimpinan pemerintahan, sangat urgen dirumuskan
agar semua cita-cita pendiri bangsa, bagi bangunan negara yang adil dan makmur, ini bisa tercapai.
Tanpa KP yang diberesi secara mendasar, maka, ke depan bangsa kita akan mengalami kesulitan, karena
dipimpin dengan cara-cara yang tak bersumber pada falsafah kepemimpinan yang baik.

Kedua, KP penting dirumuskan untuk merapikan tatanan dan perbaikan arah industrialisasi,
pengembangan bisnis dan perusahaan yang sehat. Dalam konteks menajemen industri dan perusahaan
disebut good corporate governance (GCG) perlu dikuatkan hujjahnya atau academic basisnya.

Jamak diketahui bahwa arah dan tabiat pengelolaan sumber sumber strategis termasuk pelaksanaan
pasal 33 UUD 1945, telah terkooptasi oleh sistem liberalisme yang menyeret masyarakat dan petani
atau nelayan kecil dalam kesengsaraan.

KP sangat penting dalam ruang bisnis dan tatakelola perusahaan, juga urgen dalam memenuhi
kebutuhan kepemimpinan politik dan kebutuhan Indonesia Emas yang sejahtera bermartabat.

Maka, saya, di Pascasarjana merasa perlu mengkaji dengan seksama tipe kepemimpinan KP ini.
Karakteristik KP ialah kepemimpinan yang meletakkan persatuan dan harmoni sebagai basis
pengambilan kebijakan dan keputusan. KP ini adalah hal baru yang memang belum banyak
kepemimpinan yang menghormati. Pemimpin yang dalam kebijakannya mengutamakan mereka yang
dipimpin, bukan sebaliknya.

Ketiga, KP penting, sebab hari-hari ini kita seperti krisis kearifan, krisis sosok yang arif, merakyat dan
sosok yang adil, sosok yang ideal. Padahal sejak dulu, masyarakat kita dikenal sebagai salah satu
masyarakat yang menjunjung tinggi harmoni, moral sosial dan penghormatan manusia atas manusia
lain.
Kita dikenal sebagai penjaga keseimbangan sumber daya alam dan, derajat kemanusiaan masyarakat
dengan tatanan sosial yang menjunjung tinggi keadilan yang tetap menjunjung tinggi local wishdom-nya.

Rindu Pemimpin yang Ajarkan Harmoni


Hal yang menarik adalah bahwa kita sendiri dan termasuk pejabat pemerintahan, sering alpa akan
tugas kepemimpinan yang saling menguatkan yang berakar dari budaya adi luhung bangsa.

Kita rindu pemimpin yang mengajarkan harmoni, yang menjadi modal penting untuk membangun
daerah dan membangun kejayaan negara.

Di tengah pesatnya pembangunan dan hilangnya beberapa perilaku arif di kalangan masyarakat
modern, KP sangat urgen sebagai lawan dari perilaku elit politik dan pejabat pemerintahan maupun
tokoh politik yang, sering berbicara kebaikan tapi perilakunya merongrong wibawa negara.

KP sangat diperlukan kembali dalam upaya menghidupkan keaslian adat istiadat kita dan membangun
harmoni kita. Dalam ranah yang lain, bahkan hal ini berguna untuk menguatkan pemerintahan yang
bersih dan merakyat.

Tentu pengembangan KP dan penelitian tentang hal ini, sangat relevan dengan Dasar Negara
Pancasila, khususnya Sila Persatuan serta ajaran akhlakul karimah yang diwajibkan di semua agama,
yakni berbuat adil sebagai lawan dari sistem kepemimpinan modern yang punya sikap apatis dan
budaya saling mengalahkan.

Dalam konteks modern, KP ini adalah sesuatu nilai kepemimpinan yang harus dihidupkan lagi, karena
dengan sikap ini, arah pembangunan akan sesuai dengan ajaran agama apapun.

Sengketa dagang, konflik politik dan kegalauan rakyat atas perilaku pemerintahan di era modern ini,
jangan-jangan kurang belajar dari dasar kepemimpinan KP ini.

Acapkali kita yang mengaku sebagai bangsa maju beradab ini bersikap sebaiknya dan menghasilkan
kacaunya nilai-nilai kebersamaan dan keadilan ekonomi. Rusaknya tata nilai modernitas sekarang ini,
mungkin karena faktor kelalaian menguatkan nila luhur tersebut.

Kepemimpinan KP tak melegalkan perselisihan dengan sikap tak boleh saling memfitnah satu dengan
lainnya. Masyarakat kita selama ratusan tahun, hidup dalam harmoni. Jarang terdengar percekcokan
yang berakhir dengan tawuran, apalagi saling bunuh karena fitnah dan penyebar hoax. Fenomena hoax
di dalam Pemilu dan Pilkada di era bangsa maju sekarang ini, adalah lemahnya Kepemimpinan model
KP ini. Masyarakat modern kita sekarang ini sangat rentan dengan penyakit saling iri dan saling dengki.
Sesuatu yang harus diakhiri untuk menunju masyarakat damai.

Masyarakat dan pemimpin Nusantara, dulu sangat ulung dalam mengamalkan harmonisasi
masyarakatnya dengan contoh yang baik dari pemimpin adatnya. Semua intrik dan dengki, dapat
dieliminasi, karena mereka tak mau iri dengki dan srei ini. Jangan-jangan segala pertikaian yang terjadi
akhir akhir ini, karena kita terjangkit penyakit tak saling respek, tak saling hormat, saling menyalahkan
dan saling menyerang satu dengan lainnya.

Kasus-kasus pemaksaan dalam masyarakat, penindasan dalam ranah publik, pencaplokan hak hak
dasar orang lain, walau dibalut legalitas perijinan usaha, perijinan penguasaan lahan pertanian dan
lahan industry, adalah alpanya dan absennya Kepemimpinan Pancasila.

Dalam konteks masyarakat modern, ketidakkeseimbangan, perkosaan akan hak rakyat oleh pemilik
modal raksasa, sistem yang memaksa atas nama legalitas perijinan usaha dan pengelolaan tambang
dan, penguasaan sumber kekayaan negara menjadi asal muasal ketimpangan ini berujung dari absennya
KP ini.

KP sangat penting sebagai jembatan menuju implementasi pasal 33 UUD 1945 yaitu ‘Bumi Air Serta
Kekayaan yang Terkandung di Dalamnya Dipelihara Oleh Negara dan Dipergunakan untuk Sebesar
besarnya Kemakmuran Rakyat’.

Dalam ranah masa kini, fenomena kepemilikan lahan yang terlalu luas dan penggunaan bumi air dan
kekayaan di dalamnya yang tak terkira dampak buruknya, menandaskan betapa pentingnya KP ini.
Butuh pemikiran kembali. Kita butuh terobosan moral untuk menuju keadilan sosial. Jangan sampai
pemilik modal bisa memaksa-maksa pekerja dan masyarakat mengikuti kehendaknya.

Usul ke BPIP
Dengan pemimpin yang mempersatukan, maka tingkat kohesivitas masyarakat Indonesia akan
meningkat. Sikap harmoni, sikap gotong, sikap toleransi yang menipis bisa dibangkitkan kembali.

Sikap toleransi diancam oleh sikap ananiyah atau kelompok yang mengental bisa dikurangi. Kasih
sayang antar sesama ummat beragama, bisa dijaga. Anarkisme pemaksaan kehendak, sikap radikalisme
di berbagai kelompok, bahkan kelompok agama, bisa dieliminasi.

Menurut analisis Badan Intelejen Negara (BIN), sikap radikalisme yang menguat bahkan bisa
mengancam kebhinnekaan dan keberadaan NKRI

Kasus pencurian, beberapa kasus korupsi besar dan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara,
anggota dan pimpinan DPR-DPRD di berbagai wilayah dan tingkatan, serta penyelenggara negara yang
korup, juga berawal dari kurangnya sikap nerima ing pandum, yang bersumber dari nilai nilai luhur
Pancasila. Korupsi adalah musuh kita bersama.

Dalam konteks pemerintahan, perdagangan serta pengembangan bisnis, rupanya kita mesti banyak
belajar untuk meletakkan kejujuran sebagai syarat menuju perbaikan tatanan kebangsaan, tercapainya
cita cita kenegaraan yang adil dan sejahtera.

Saya mengusulkan ke Kepala Badan Pengembangan Ideologi Pancasila (BPIP) dan dewan ahlinya, serta
mengajak beberapa pakarnya, untuk menguatkan ide dan membangun pohon ilmu atau batang ilmu
kepemimpinan baru yang, rupanya ada di tanah kesejarahan bangsa, tapi lama terkubur. Mari kita
bangun ajaran publik tentang ilmu kepemimpinan Pancasila. Wallahu a’lam (*)

Penulis
Prof. M. Mas’ud Said, MM., Ph.D Direktur Pascasarjana Unisma
Puasa dan Covid-19, Memaksa Kita Menuju ke
Arah Kebaikan

akarta – Sebelum bulan puasa tiba, seakan akan kita ini hidup dalam goncangan
psikologis (psychological shock). Ini akibat dari belum ditemukannya obat
penawar atau penyembuh virus yang telah menjadi penyebab kematian dari
ribuan pasien penyandang positif Covid-19 dan ribuan yang antre untuk
mendapat perawatan rumah sakit.

Dua Bulan sebelum puasa, tamu tak diundang itu datang, membawa
ketidakmenentuan (uncertainty), aleniasi sosial, kecemasan masal akibat dari
terpaan pemberitaan yang masif. Akibat turunannya menyusul; melemahnya
daya beli masyarakat, dipulangkannya pekerja dan karyawan, mandeknya sektor
usaha informal, turunnya kekuatan keuangan negara, mandeknya sektor dan
pariwisata, perhubungan, industri dan jasa.

Sampai pertengahan Mei bulan ke-lima setelah pandemi muncul, semua masih
teka teki; teknologi secara paripurna, tokoh tokoh canggih berkumpul berlomba,
kekuatan negara adidaya Amerika dan Eropa jadi rapuh, laboratorium kesehatan
dan ahli ahlipun kalang kabut dibuatnya.

Untung Ramadhan tiba, inilah bulan yang disebut juga syahrut – tarbiyah, bulan
di mana kita secara sendiri sendiri, bersama sama, sekeluarga, selingkungan,
sebangsa untuk belajar dan berubah. Puasa adalah syahrut taubah bulan
momentum untuk taubat, inilah pintu taubat sosial dan spiritual dengan makna
yang sesungguh sungguhnya

Pengingat Allah SWT.

Kalau kita obyektif dan mau introspeksi, jangan jangan ada yang salah, termasuk
yang oleh Rasulullah SAW disebut sebagai orang yang yuhibbuunaddunya
wayansaunal akhiroh, terlalu mencintai dunia dan lupa akan kehidupan akhirat.
Jangan jangan kita ini kurang beres, termasuk hamba yang lebih cinta harta dan
materi, yuhibbunal maala, wa yanshaunal hisab, sehingga melupakan hisab.

Mungkin Malaikat melaporkan kepada Tuhan bahwa kita ini, naudzubillahi


mindaalik, termasuk yang yubibbuunal kholqoh wayansaunal khooliqoh, diam diam
dan terang terangan, lebih mencintai dan memiliki perhatian kepada makhluk
Allah dan lupa kepada penciptanya.

Bisa saja kita termasuk ummat yang yuhibbunaddzunubah wayansaunattaubah,


lebih menyukai perbuatan dosa namun lupa bertaubat kita kepada Allah
SWT.Jangan jangan dalam catatan Malaikat banyak dari kita
termasuk yuhibbunal kusuroh wayansaunal fahfaroh, lebih menyukai gedung yang
megah, rumah mewah tapi lupa terhadap kuburan dan hari akhir di mana kita
semua akan hidup lebih kekal atasnya.

Untung Ramadhan segera tiba.


Sebagai kaum beriman kita disarankan untuk tetap waspada tanpa
menghilangkan rasa syukur. Bahkan dalam cobaan kita diminta untuk optimis.
Kaum beriman adalah kaum yang memiliki keyakinan akan keberhasilan dan
sabar dalam situasi yang sulit.

Tak ada Nabi dan Rasul yang hidup tanpa beban yang berat. Namun semua Nabi
dan Rasul adalah orang orang yang tak takluk dengan halangan, ancaman,
kesulitan dan situasi yang memaksa maksa dan menghimpit himpit.

Dalam bulan penuh hikmah, kita harus penuh harapan. Sebagaimana intisari
buku karya Aidh al Qarnie yang berjudul Laa Tahzan, jangan bersedih. Buku yang
berbahasa Arab tersebut mengajak kita untuk optimis, Al Qarnie mengutip doa
Nabi Musa AS, yaa Allah yaa Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah
urusanku sebagaimana dalam Qs Thaha ayat 25-26. Rabbisrohli shadri wayassirli
amri.

Semua sedang diuji dengan ujian yang menggelisahkan. Sistem sosial yang
terbangun ratusan tahun khususnya sistem sosial berkerumun seakan runtuh.
Apakah kita boleh putus asa?. Jawab walaa taiazuu, mirrauhillah. Laa tahzan,
innallaha maana, ini adalah jalan Allah untuk merubah.

Secara spiritual jangan jangan kemarin itu kita lalai sebagai individu, keliru
sebagai anggota keluarga, belum amanah sebagai abdillah dan wakil Allah di
bumi, masih defisit sebagai hamba. Inilah masanya Allah SWT memaksa manusia
di abad ini sedikit undur dari gejala kebodohan dan kecongkakan yang dalam Al
Qur’an dikenal sebagai dlolaalan baiida

Turning Directions ke Arah Kebaikan

Laksana cerita ummat ummat terdahulu yang lupa, kita seperti dipaksa berbelok
arah ke arah kebaikan. Puasa dan Covid-19 adalah cambuk sekaligus tali
pengarah. Sesungguhnya kalau pandai berhitung, kita ini defisit, merugi.

Kita tak henti hentinya diberi rizky, karunia ilmu pengetahuan, rizki kesehatan,
kesehataan tangan, kesehatan kaki, kesehatan mata, kesehatan indera perasa,
indera pendengaran, karunia rizky, karunia kemerdekaan, karunia keutuhan
keluarga, karunia udara yang bebas lebih banyak nilainya dari kesulitan PSBB
atau lainnya.

Oleh sebab itu kita harus ber muhasabah, menghitung hitung, kalau perlu
mengakui dan taubat kepada Allah SWT. Hanya Allah yang tahu caranya. Ini
adalah ayat kauniyahnya. Mungkin atas nama kebaikan, kita pantas sedikit
disiksa karena sikap teledor. Kita memang harus berubah atau diubah keadaan
yang memaksa. Inilah cara Tuhan mengingatkan kita.

Menurut ahli sufi, masih banyak lautan kesyukuran dan kenikmatan yang Allah
berikan kepada kita. Jangan putus asa, ayo bangkit, mari menengok kenikmatan
ini dengan jalan berbagi kebaikan, alhamdulillah kita semua berangsung bangkit
dengan berkahnya berpuasa. Tidak ada yang diciptaka Tuhan dengan sia sia,
semua ada hikmahnya.
Puasa dan Covid-19 adalah rahasia, alat Allah SWT. Jalan taubat atau berhenti
melakukan kesalahan itu dengan cara beristigfar dan banyak berdzikir,
melakukan shalat taubat, dan berjanji kepada diri sendiri untuk sekuat tenaga
untuk memperbaiki kesalahan kesalahan baik kepada Allah SWT.

Rasanya kita perlu memohon ampun atas kesalahan dengan orang lain, kepada
orang tua kita yang membesarkan kita dengan susah payah, atau kepada
penyedia kemerdekaan bangsa ini namun kita lupa merawatnya.

Waallahu alam bi showab.

M. Mas’ud Said
Direktur Pascasarjana Unisma Malang, Ketua ISNU Jawa Timur,

* Artikel ini sudah pernah diterbitkan di pembaca detikcom,


Puasa Double Track di Tengah Pendemi

Double Track adalah gambaran mengenai sesuatu yang dilaksanakan dengan


dua jalur secara bersamaan.

Puasa duble track maksudnya ialah kita sudah berpuasa secara medis, dan
berpuaa secara syariat agama.

Puasa kita kali ini bisa disebut demikian sebab sebelum Ramadhan 1442 H tiba
di bulan April 2021, sudah setahun lebih penduduk dunia harus berpuasa akibat
virus yang menjadi penyebab lebih dari 2,7 juta penduduk dunia wafat.

Kalau puasa diartikan sebagai pengendalian diri dan berpantang, untuk


membatasi diri, untuk tidak melakukan sesuatu, maka 14 bulan masa Pandemi
kita ini telah semacam dipaksa untuk mengendalikan diri, berpuasa.

Puasa juga telah terlihat dari kesendirian dan tangisan putus asa, taubat jutaan
94 juta pasien Covid 19.

Sebagai manusia kita banyak memiliki bakat, nafsu, dan sifat. Walau manusia
diciptakan sebagai sebaik baiknya makhluk Allah memberi sifat tercela, sifat
serakah, sifat angkara murka.

Oleh sebab itulah diwajibkan atas manusia berpuasa, tidak pandang bulu, dia
beragama apa saja, ada kewajiban puasa (QS. Al Baqarah, 183-184).

Kalau puasa dimaknai dengan mendekat Tuhan Dzat tempat meminta dan
bermohon, maka hakikat puasa bisa kita lihat dari doa dan harapan serta
tangisan batin untuk memohon pertolongan keluarga yang antre untuk
mendapat mukjizat kesembuhan dari-Nya lah kiranya kita bisa melihat
kesadaran itu.

puasa adalah sebuah rahasia dimana hanya Allah yang kakan menilainya, maka
kita lihat hakekat puasa di sela sela teka teki, dicurahkannya semua keahlian,
teknologi canggih dan cemas gagal.

Maha Tahu telah banyak mengecoh ilmuwan itu dengan tantangan: bahwa
begitu sekali ditemukan vaksin, tiga empat kali virus bermutasi, berubah wajah,
berubah jenis, berubah unsur yang kecepatannya tak terkira.

Tenggelamlah temuan vaksin pertama, kedua, ketiga dan kesebelas dengan


luncuran air-bah mutasi dan lompatan virus yang kecepatannya tiga empat kali
lipat wujud dan ciri asalnya.

Virus itu telah setahun lebih menjdi hantu teknologi dunia. Sekarang hantu itu
berkelebat menyusup ke jantung orang orang sehat dan orang yang telah
dinyatakan “aman”.

Di tengah perlombaan berbagai laboratorium dunia, di tengah ke-aku-an para


ahli, keangkuhan kebenaran ilmiah dan presisi diagnosa dan triliunan dana
dikeluarkan, virus tetap gentayanga, Virus Covid 19 telah berubah dan terus
menyerang negara negara maju dan rakyat terutama orang kaya yang lemah
secara membabi buta. Bahkan Sebagian ahli viruspun akhirnya juga terkena
imbasnya. Inna lillahi wainna ilaihi roojiuun.

Untung Ramadhan tiba. Puasa adalah syahrut taubah bulan momentum untuk
taubat. Bulan inilah pintu taubat sesungguh sungguhnya.

Pengingat Double Track dari Allah SWT.

Kalau kita obyektif dan mau introspeksi, jangan jangan ada yang salah, jangan
jangan ada yang tengah mabuk dunia. Sesungguhnya mestinya sepanjaang tahun
kita harus berpuasa.

Jangan jangan kita ini kurang beres, hidup kisruh dengan muda
menenggelamkan akhirat dengan capaian dunia.Mengendalikan diri.

Maka terbuktilah apa yang oleh Rasulullah SAW disebut yuhibbuunaddunya


wayansaunal akhiroh, terlalu mencintai dunia dan lupa akan kehidupan akhirat.

Mungkin Malaikat sudah melapor: bahwa kita ini,-naudzubillahi mindaalik-,


termasuk yang yubibbuunal kholqoh wayansaunal khooliqoh, diam diam dan
terang terangan, lebih mencintai.

Dan lebih takut makhluk Allah dan lupa kepada penciptanya.

Rupanya ummat di dunia ini yuhibbunaddzunubah wayansaunattaubah, lebih


menyukai perbuatan dosa namun lupa bertaubat kita kepada Allah SWT.

Jangan jangan dalam catatan Malaikat banyak dari kita termasuk yuhibbunal
kusuroh wayansaunal fahfaroh, lebih menyukai gedung yang megah, rumah
mewah tapi lupa terhadap kuburan dan hari akhir di mana kita semua akan
hidup lebih kekal atasnya.

Sebagai kaum beriman kita disarankan untuk tetap waspada tanpa


menghilangkan rasa syukur.

Bahkan dalam cobaan kita diminta untuk optimis. Kaum beriman adalah kaum
yang memiliki keyakinan akan keberhasilan dan sabar dalam situasi yang sulit.

Tak ada Nabi dan Rasul yang hidup tanpa beban yang berat. Semua Nabi dan
Rasul adalah orang orang yang tak takluk dengan halangan, ancaman, kesulitan
dan situasi yang memaksa maksa dan menghimpit himpit. Puasa mudah
mudahan mengingatkan dan memaksa kita kepada kesadaran baru.

Dalam bulan penuh hikmah, kita harus penuh harapan. Sebagaimana intisari
buku karya Aidh al Qarnie yang berjudul Laa Tahzan, jangan bersedih.

Buku yang berbahasa Arab tersebut mengajak kita untuk optimis, Al Qarnie
mengutip doa Nabi Musa AS, yaa Allah yaa Tuhanku, lapangkanlah dadaku,
mudahkanlah urusanku sebagaimana dalam Qs Thaha ayat 25-26. Rabbisrohli
shadri wayassirli amri.

Semua sedang diuji dengan ujian yang menggelisahkan. Sistem sosial yang
terbangun ratusan tahun khususnya sistem sosial berkerumun seakan runtuh.
Apakah kita boleh putus asa?. Jawab walaa taiazuu, mirrauhillah. Laa tahzan,
innallaha maana, ini adalah jalan Allah untuk merubah.

Secara spiritual jangan jangan kemarin itu kita lalai sebagai individu, keliru
sebagai anggota keluarga, belum amanah sebagai abdillah dan wakil Allah di
bumi, masih defisit sebagai hamba.

Inilah masanya Allah SWT memaksa manusia di abad ini sedikit undur dari gejala
kebodohan dan kecongkakan yang dalam Al Qur’an dikenal sebagai dlolaalan
baiida, kesesatan yang nyata.

Doble track memaksa diri ke arah kebaikan

Cukuplah kiranya pengingat itu. Laksana cerita ummat ummat terdahulu yang
lupa, kita seperti dipaksa berbelok arah ke arah kebaikan.

Puasa dan Covid-19 adalah cambuk sekaligus tali pengarah. Sesungguhnya


kalau pandai berhitung, kita ini defisit, merugi, kecuali bertaubah dengan puasa,
shalat, zakat dan sedekah.

Untung puasa tiba lagi. Kita sudah setahun dilatih “membungkam sebagian
mulut kita” dengan masker dzikir, kita sudah setahun lebih terlatih agar uzlah
menyendiri. Kita telah dilatih Allah SWT melalui Covid-19 untuk merubah diri,
menahan diri.

Kita dapat pelajaran keras bahwa “keadaan seseorang” bisa menular ke


keluarga, menulari kawan dan menulari saudara.

Kita harus “menjaga jarak” dari dosa, maksiat dan syaitan dunia yaitu pekerjaan,
nama baik dan jabatan yang palsu adanya.

Kalau kita punya tangan kotor kita harus membasuh dan bersesuci dengan jalan
mencuci tangan kita dari dosa dan masiat.

Kita sudah dilatih untuk mencari rejeki dan menggunakannya secara bersih pula.
Puasa tahun ini, di masa pandemic ini sangat istimewa. Kita dipaksa tidak
berkerumun dalam kesesatan dunia.

Oleh sebab itu kita harus ber muhasabah, perlu taubat kepada Allah SWT.
Hanya Allah yang tahu caranya. Ini adalah ayat kauniyahnya.

Mungkin atas nama kebaikan, kita pantas sedikit disiksa karena sikap teledor.
Kita memang harus berubah atau diubah keadaan yang memaksa. Inilah cara
Tuhan mengingatkan kita.

Puasa dan Covid-19 adalah rahasia, alat Allah SWT. Jalan taubat atau berhenti
melakukan kesalahan itu dengan cara beristigfar dan banyak berdzikir,
melakukan shalat taubat, dan berjanji kepada diri sendiri untuk sekuat tenaga
untuk memperbaiki kesalahan kesalahan baik kepada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai