Anda di halaman 1dari 3

BELAJAR (BERSAMA)

DARI PENGALAMAN

Pembelajaran Orang Dewasa1


Bacaan ini tidak akan membicarakan teori dan konsep seputar Pendidikan Orang
Dewasa (andragogi), yang bahannya banyak ditemui di dunia maya, dan utamanya
menyinggung dua teoretisi yang terkemuka, yakni Malcolm Knowles dan Paulo Freire.
Bacaan ini akan membahas sudut pandang dari pendekatan MOVE (Moderation and
Visualization of Group Events) atas proses belajar, yang penekanannya ada proses
kelompok.

Dalam konteks keterampilan fasilitasi ini pun, pembelajaran orang dewasa (adult
learning) dipahami sebagai sebuah proses komunikasi yang dilakukan secara sadar
menuju ke arah tercapainya makna bersama dalam kelompok tersebut, yang ditujukan
untuk memecahkan masalah bersama atau memandu kegiatan/kehidupan kelompok ke
depan. Karena itu, ketika sebuah kelompok berinteraksi, belajar tidak dibatasi pada
sekedar “mendapatkan informasi” atau “berbagi informasi”. Pembagian informasi belum
mencukupi untuk memenuhi pengertian sejati tentang apa yang disebut sebagai
“proses belajar”. Belajar, periu berdasar atas kombinasi dari pengalaman praktis saat
bekerja dan hal ini terjadi dalam lingkungan material, sosial, dan budaya. Dalam hal ini,
proses belajar akan berangkat dari pengalaman nyata dan pengetahuan yang ditarik
bisa jadi akan sangat kontekstual, pekat dengan situasi yang melingkupinya.

Pembelajaran Berbasis Pengalaman2


Untuk mendorong pembelajaran, kita merujuk pada teori dari
David Kolb (1984). Kolb mengajukan bahwa pengalaman
memiliki peran kritis dalam konstruksi pengetahuan, karena
pembelajaran terjadi melalui penemuan dan partisipasi aktif.
Definisi pembelajaran dari Kolb sendiri adalah “proses di mana
pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman” (Kolb, 1984).

1
Diambil dari MOVE Manual: Moderation and Visualization for Group Events (Oepen, M., 2003)
2
Disarikan dari: Kolb’s Experiential Learning Theory & Learning Styles dari laman https://educationaltechnology.net

1
Teori Kolb tentang pembelajaran berbasis pengalaman sendiri terdiri atas dua bagian,
dan bacaan ini akan bicara mengenai hal pertama, yakni bahwa pembelajaran terjadi
mengikuti siklus 4 tahap, seperti dibahas di bawah ini.

Menurut Kolb, para pembelajar membentuk pengalaman mereka menjadi pengetahuan


setelah menjalani tahapan-tahapan untuk membentuk siklus yang utuh. Keutuhan ini
nampak ketika seseorang bisa menunjukkan pengetahuan mereka, atau pembelajaran
yang terjadi, bila mereka dapat menerapkan konsep yang abstrak pada situasi baru.

1. Pengalaman nyata
Siklus proses belajar Kolb dimulai dari sebuah pengalaman konkret, sesuatu yang bisa
benar-benar baru atau kejadian yang sudah lewat yang dibayangkan kembali. Dalam
sebuah pengalaman nyata, setiap pembelajar melibati sebuah tugas atau kegiatan, dan
memang ini yang diyakini Kolb sebagai kunci dari pembelajaran. Pengalaman harus
dijalani, tidak cukup hanya dibaca atau ditonton supaya seseorang bisa mendapatkan
pengetahuan baru.

2. Observasi reflektif
Setelah terlibat dalam sebuah pengalaman nyata, pembelajar mudur ke belakang dan
melakukan refleksi. Pada tahap siklus pembelajaran ini pembelajar mengajukan

2
pertanyaan-pertanyaan dan mungkin membahas pengalamannya bersama orang lain.
Dalam konteks kelompok, pada tahap inilah kelompok duduk bersama dan membahas
pengalaman bersama mereka. Komunikasi sifatnya sangat vital pada tahap ini, karena
pembelajar bisa menegakkan pemahaman mereka terhadap fakta-fakta yang terjadi
sebelum merenungkan pembelajaran dari pengalaman tersebut. Dalam konteks
kelompok, kekayaan akan kosa kata yang mendukung review dari pengalaman yang
dijalani, karena kelompok akan dapat mengutarakan pandangan mereka dengan lebih
tajam untuk mendukung pencapaian kesepahaman.

3. Konseptualisasi Abstrak:
Tahap berikutnya dari siklus pembelajaran adalah memaknai pengalaman. Pembelajar
akan mengambil kesimpulan-kesimpulan dari pengalaman tersebut dengan
menggunakan pengetahuan yang sudah mereka miliki, hal-hal yang sudah mereka
akrabi, atau membahas teori-teori yang mungkin bersama kelompok. Pembelajar
bergerak dari observasi reflektif kea rah konseptualisasi ketika mereka mulai melakukan
klasifikasi atas konsep-konsep dan membentuk kesimpulan dari pengalaman atau
kejadiannya. Proses ini melibatkan penafsiran atau analisis atas pengalamannya dan
membanding-bandingkan dengan pemahaman mereka saat ini atas konsepnya.
Kesimpulan yang lahir tidak harus “baru”; informasi baru yang diperoleh bisa saja
mengarah pada modifikasi dari kesimpulan atau pengetahuan yang sudah dimiliki
kelompok sebelumnya.

4. Pengujian Aktif:
Dalam siklus, ini adalah tahap pengujian. Pembelajar akan kembali terlibat dalam
kegiatan mereka, kali ini dengan tujuan untuk menerapkan kesimpulan mereka pada
pengalaman-pengalaman baru. Mereka akan bisa membuat prediksi, menganalisis
tugas dan situasi, serta membuat rencana untuk mendapatkan pengetahuan ke
depannya. Melakukan tahap ini secara sadar berarti memberikan ruang bagi
pembelajar, atau pembelajar memberikan ruang bagi dirinya, untuk menerapkan
pengetahuan mereka dalam situasi nyata dan menjajaki relevansinya, sehingga
pembelajaran akan semakin kuat tertanam.

Meski dengan kecepatan yang bervariasi dan kedalaman yang berbeda-beda pada
setiap tahapan, untuk bisa memastikan bahwa pembelajaran terjadi dengan efektif,
siklus ini harus dijalani secara utuh. Setiap tahap tergantung pada tahap lainnya untuk
memastikan bahwa pengetahuan baru terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai