Anda di halaman 1dari 13

Muara Sabak, 08 September 2023

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Negeri Tanjung Jabung Timur
Komplek Perkantoran Bukit Menderang,Muara Sabak
di-
MUARA SABAK.

Perihal:

Permohonan Pembatalan Putusan Arbritase


Perkara Nomor :45100/XII/ARB-BANI/2022

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Koperasi Sawit Lagan Jaya, yang berbadan hukum Negara Republik Indonesia,
yang beralamat Jalan Antasari Pasar Blok A Pandan Mulyo Kode Pos 36764
Kelurahan Pandan Jaya Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
Yang dalam hal ini di wakili oleh Kuasa hukum H.HAJIS MESSAH S.H. dan ABDUL
RAHMAN SAYUTI ARMANDA, S.H. yang beralamat Komplek Regency Blok.C4.
Kel.Talang Babat Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
berdasarkan Surat Kuasa tanggal 5 September 2023, selanjutnya disebut
“PEMOHON”(dahulu Termohon dalam Perkara Arbritase).
MELAWAN:
BADAN ARBRITASE NASIONAL INDONESIA, Gedung Wahana Graha Lantai 1 dan
2, Jalan Mampang Prapatan No.2 Jakarta 12760 selanjutnya disebut TERMOHON I.
PT.INDONUSA AGROMULIA, Alamat Komplek Karang anyar Permai Jalan Karang
Anyar Raya Blok A1 No.23-23, sawah besar, Jakarta Pusat, selanjutnya di sebut
TERMOHON II. (dahulu Pemohon dalam Perkara Arbritrase)
Dengan ini PEMOHON mengajukan Permohonan Pembatalan Putusan Arbritase
Nomor : 45100/XII/ARB-BANI/2022 sebagaimana telah didaftarkan di Register
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tanjung Jabung Timur dengan Nomor Register
No.1/PEN.ARB/2023/PN.TJT tertanggal 14 Agustus 2023, dengan ini
mengemukakan alasan-alasan formil sebagai berikut :
1. Bahwa Putusan Arbritase telah diputus oleh Arbitrase
Tunggal pada Badan Arbritase Nasional Indonesia (BANI) di Jakarta Pada
tanggal 24 Juli 2023 dalam Perkara Nomor Nomor : 45100/XII/ARB-
BANI/2022.
2. Bahwa sebagaimana ketentuan Pasal 59 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (“UU ARBRITASE”), Pada tanggal 14 Agustus 2023, yang
selanjutnya oleh Sekretaris Arbritase Tunggal, Luqmanul Hakim, S,H. telah
mendaftarkan Putusan Arbritase di kepaniteraan Pengadilan Negeri Tanjung
Jabung Timur. Berdasarkan Pasal 59 ayat (1) UU Arbitrase berbunyi sebagai
berikut:
“Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
putusan diucapkan, lembar asli atau salinan otentik putusan arbitrase
diserahkan dan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada Panitera
Pengadilan Negeri”.
3. Bahwa selanjutnya sesuai dengan Pasal 71 UU Arbitrase, telah
menentukan jangka waktu pengajuan permohonan pembatalan putusan
arbitrase, yakni dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase di kepaniteraan
pengadilan negeri.
Selengkapnya Pasal 71 UU Arbitrase berbunyi sebagai berikut:
“Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan secara tertulis
dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak hari
penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan
Negeri.”
4. Bahwa PEMOHON sesuai dengan Pasal 71 UU Arbitrase, jangka waktu
pengajuan permohonan pembatalan Putusan Arbitrase yang dihitung dari
pendaftaran Putusan Arbitrase adalah sampai dengan tanggal 12 September
2023.
5. Bahwa Permohonan Pembatalan Putusan Arbitrase a quo didaftarkan
pada Pengadilan Negeri Tanjung Jabung Timur pada tanggal 14 Agustus 2023,
sehingga pengajuan Permohonan Pembatalan Putusan Arbitrase ini telah
memenuhi ketentuan Pasal 71 UU Arbitrase.
6. Bahwa PEMOHON berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Pengajuan
Permohonan Pembatalan Putusan Arbitrase a quo telah sesuai dengan
ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku, sehingga patut
bagi Majelis Hakim perkara a quo agar berkenan menerima permohonan
pembatalan Putusan Arbitrase ini.

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

7. Bahwa hubungan Hukum antara PEMOHON dan TERMOHON II


berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara PT.INDONUSA AGROMULIA dengan
Koperasi Sawit Lagan Jaya tentang Pembangunan dan Pengelolaan
Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan Bagi Hasil yang ditandatangani
Kedua Belah Pihak dimulai pada tanggal 12 Agustus 2009, yang dibuat di
hadapan Rini Nawang Sari S.H., Notaris Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
8. Bahwa hubungan hukum antara PEMOHON dan TERMOHON II terjadi
kesepakatan dalam perjanjian kerjasama penyediaan lahan, pembangunan
dan pengelolaan Perkebunan kelapa sawit serta Pola Bagi Hasil dengan syarat,
hak dan kewajiban sebagaimana ketentuan Perjanjian Kerjasama tersebut.
9. Bahwa Pelaksanaan Perjanjian tersebut TERMOHON II dahulu
PEMOHON (dalam perkara arbitrase) adalah menyediakan Dana Investasi,
penjamin (avalist), serta pelaksana proyek mulai dari masa pembangunan
kebun sampai dengan pengelolaan kebun selama jangka waktu Perjanjian dan
bertanggung jawab sebagai wadah koperasi dari masyarakat petani peserta
untuk menyediakan dan/atau menyerahkan lahan yang akan dibangun.
10. Bahwa PEMOHON DAN TERMOHON II sepakat melaksanakkan pola
kemitraan bagi hasil yang mengacu pada ketentuan dalam perjanjian kerja
sama, Bagi Hasil Usaha dengan Pembagian lahan sebesar 50 % (lima puluh
persen) Hak Guna Usaha sebesar 50% (lima puluh persen), dengan rincian
Pembagian sebesar 50 % (lima pulih persen) dari Plasma dan Pembagian
sebesar 50 % (lima puluh persen) dari lahan inti sesuai realisasi hasil produksi
Tandan Buah Segar (“TBS”).
11. Bahwa PEMOHON dan TERMOHON II sepakat setiap bulannya Sisa Bagi
Hasil usaha (“SHU”) dihitung secara tetap (fix) untuk setiap tahunnya
berdasarkan tahun tanam yang berlaku sejak periode SHU dari Tahun 2017
sampai dengan tahun 2035 atau disebut selama 1 (satu) siklus tanaman
kelapa sawit, rincian nilai perhitungan SHU dalam lampiran kerjasama sebagai
bagian yang tidak terpisahkan yang telah disepakati.
12. Bahwa TERMOHON II mengajukan Perubahan dan/atau Addendum
Kepada PEMOHON yakni Peninjauan Kembali dengan Pengajuan Pola
Kerjasama 70 : 30, Besaran pola kerjasama tersebut ditentukan oleh
TERMOHON II, dengan alasan adanya kerugian Perusahaan akibat banjir jika
hujan, kemudian dengan cara akan menggunakan water management system
(penutupan parit sebagian) untuk mengatasi banjir.
13. Bahwa PEMOHON menindaklanjuti usulan TERMOHON II, melaksanakan
Rapat bersama anggota koperasi untuk membahas usulan TERMOHON II,
Hasil Rapat tersebut tidak dapat menerima dikarenakan faktor-Faktor usulan
tersebut harus diaudit oleh Lembaga Akuntan Keuangan yang disepakati serta
keadaan banjir tersebut bukanlah suatu keadaan force majeru sebagaimana
yang ditentukan dalam Perjanjian Kerjasama, bahwa penutupan parit akan
mengakibat banjir ke tanah masyarakat.
14. Bahwa usulan Peninjauan Kembali oleh TERMOHON II, hanyalah alasan-
alasan untuk menunda kewajibannya membayar hasil usaha kepada
PEMOHON, secara fakta hukum telah wanprestasi atau ingkar janji.
15. Bahwa PEMOHON telah menempuh jalur hukum dengan melaporkan
TERMOHON II ke Polisi Daerah Jambi (“POLDA JAMBI”), dengan dugaan
penggelapan uang, dalam laporan akhirnya TERMOHON II membayar hanya
tunggakan pada tahun 2022 masih ada Tunggakan pada tahun 2023 tidak
terbayar.
16. Bahwa PEMOHON dan TERMOHON II telah melakukan upaya
pendekatan dan musyawarah baik Fasilitasi oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan hasil rapat berdasarkan notulen
tersebut disepakati bahwa PT.INDONUSA AGROMULIA agar dapat membayar
hasil usaha kepada Koperasi Sawit Lagan sebagaimana nilai tunggakan.
17. Bahwa TERMOHON II mengundang PEMOHON untuk membahas usulan
tersebut di Kantor Pusat PT.INDONUSA AGROMULIA Jakarta pada tanggal 15
Maret 2021 untuk membicarakan pengajuan bagi hasil 70 ; 30 serta water
management system, dalam pertemuan tersebut hanya diberikan daftar
hadir, tidak ada satu pun kertas atau notulen rapat yang ditunjukan kepada
PEMOHON dalam rapat tersebut, setelah pembahasan PEMOHON langsung
meninggalkan ruangan Karen tidak ada kesepakatan antara PEMOHON dan
TERMOHON II.
18. Bahwa beberapa kali pertemuan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
antara PEMOHON dan TERMOHON II yang difasilitasi oleh Pemerintah
Daerah Tanjung Jabung Timur, TERMOHON II tidak pernah memberikan hasil
audit keuangan dari Tim audit perkebunan atau lembaga audit keuangan
eksternal yang telah disepakati dalam perjanjian kerjasama, hasil audit
hanyalah dari pihak keuangan perusahaan.
19. Bahwa PEMOHON II menolak atas usulan perbaikan system water
management system Karena akan berdampak banjir pada lingkungan warga
setempat, sehingga anggota koperasi menolak, dalam bidang perkebunan
masih ada alternatif untuk mengatasi kebanjiran tersebut.
20. Bahwa TERMOHON II dahulu PEMOHON pada tanggal 5 Desember 2022,
TERMOHON II mendaftarkan permohonan arbritase pada BANI (“PERKARA
ARBRITASE” dan diputus pada tanggal 24 Juli 2023, dimana ternyata proses
berperkara di Arbritase tersebut telah terdapat pelanggaran-pelanggaran atas
ketentuan Pasal 70 jo Penjelasan Umum UU Arbritase sebagaimana di
kemukakan dibawah ini

ALASAN – ALASAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBRITASE BERDASARKAN PASAL 70


UU NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA
21. Bahwa Pasal 70 UU Arbitrase mengatur alasan-alasan pembatalan
putusan arbitrase. Selengkapnya Pasal 70 UU Arbitrase Kami kutip sebagai
berikut: “Terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan
permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusa
dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu
b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan,
yang disembunyikan oleh pihak lawan; atau
c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu
pihak dalam pemeriksaan sengketa.”
22. Bahwa selanjutnya PEMOHON akan menguraikan alasan-alasan
pembatalan Putusan Arbitrase sesuai dengan Pasal 70 huruf a UU Arbitrase.

DOKUMEN-DOKUMEN YANG DIAJUKAN BUKTI P-7 OLEH TERMOHON II BERSIFAT


MENENTUKAN OLEH TERMOHON I DALAM PEMERIKSAAN DI BANI MENGANDUNG
KETERANGAN PALSU.

23. Bahwa Arbiter Tunggal Sekarang TERMOHON I, mengabulkan tuntutan


atas mengenai Peninjauan Kembali TERMOHON II berdasarkan alat bukti P-7,
halamanl 22 angka 7 dan angka 8, yang kami kutip sebagai berikut :
7. Menimbang peninjauan kembali tersebut, Pemohon dan Termohon telah
mengadakan Rapat Koordinasi pada tanggal 15 Maret 2021
(“KESEPAKATAN AWAL”) yang pada intinya menyepakati pembagian
lahan Afdelling A di kelola oleh Pemohon, dan lahan Afdeling B di kelola
oleh Termohon, dengan pengelolaan pola 70:30 (Bukti P-7).
8. Menimbang Kesepakatan Awal, Termohon sepakat untuk membicarakan
dan mengkoordinasikan teknis pelaksanaannya dengan meminta
persetujuan anggota koperasi termohon (Bukti P-7).
Dengan demikian, Arbriter Tunggal berpendapat peninjauan kembali atas Pola
Kerjasama bagi hasil dan Pengelolaan Manajemen didalam perjanjian
kerjasama memiliki alasan dasar hukum yang sah
24. Bahwa ada keterangan Palsu dalam “Minutes Of Metting”yang berisikan
dan/atau bertuliskan “Koperasi dan Perusahaan setuju membuat
kesepakatan awal untuk melakukan perubahan kerjasama sebagaimana
angka 7 halaman 22 putusan arbritase”, mengingat faktanya antara
PEMOHON dan TERMOHON II tidak terjadi ada kesepakatan dan mengada-
ada pada tanggal 15 maret 2021 dalam pertemuan tersebut yang diberikan
hanya daftar hadir, seharusnya jika ada kesepakatan awal kenapa
TERMOHON II tetap mengajukan penyelesaian perkara di Badan Arbritase
Nasional Indonesia.
25. Bahwa Fakta Dokumen Bukti P-7 yang dibuat oleh TERMOHON II atas
dasar keinginan sendiri, tanpa ada persetujuan dan tidak ada tanda tangan
kesepakatan antara PEMOHON dan TERMOHON II, maka itu dapat
menimbulkan keterangan palsu dan atau dokumen palsu yang menentukan
serta menjadi pertimbangan Arbriter Tunggal pada penyelesaian Perkara
Nomor 45100/XII/ARB-BANI/2022 antara PT.INDONUSA AGROMULIA Dan
KOPERASI SAWIT LAGAN JAYA.
26. Bahwa TERMOHON I secara hukum tidak memberikan pertimbangan
hukum dan memeriksa alat bukti yang telah dibantah oleh PEMOHON,
pertimbangan hukum yang tidak jelas dan kabur, dengan ini kami kutip sesuai
halaman 22 “Dengan demikian, Arbriter Tunggal berpendapat peninjauan
kembali atas Pola Kerjasama bagi hasil dan Pengelolaan Manajemen
didalam perjanjian kerjasama memiliki alasan dasar hukum yang sah”,
seharusnya Arbiter Tunggal memberikan peertimbangan hukum perjanjian
yang mana?. Dan pasal mana dalam perjanjian kerjasama memilik dasar
hukum yang sah, maka itu pendapat ini sangatlah tidak adil dan bijaksana.
Bahwa berdasarkan uraian-uraian diatas, jelas dan tidak terbantahkan ketentuan
Pasal 70 Huruf a UU Arbritase telah terpenuhi. Sehingga cukup alasan bagi majelis
hakim perkara a quo untuk membatalkan putusan arbritase ini.

DOKUMEN YANG DISEMBUNYIKAN DAN BERSIFAT MENENTUKAN

27. Bahwa TERMOHON II telah menyembunyikan dokumen yang bersifat


menentukan Bukti P-7 yaitu “Minute off Metting” bersifat menentukan yang
berisikan tulisan kesepakatan awal antara PEMOHON dan TERMOHON II,
dengan ini jelas kebohongan yang dibuat sendiri oleh TERMOHON II.
28. Bahwa TERMOHON II jelas bertikad buruk dan telah merugikan
PEMOHON, akibat dokumen yang direkayasa menjadi penentu penyelesaian
Perkara di Badan Arbitrase Nasional Indonesia, secara hukum haruslah
dikesampingkan dan ditolak.
29. Bahwa Dokumen Bukti P-7 secara hukum haruslah ditolak dan tidak sah
secara KHUPerdata yang kami kutip sebagai berikut :
Pasal 1876
“Barang siapa dihadapi dengan suatu tulisan di bawah tangan oleh orang
yang mengajukan tuntutan terhadapnya, wajib mengakui atau memungkiri
tanda tangannya secara tegas, tetapi bagi para ahli warisnya atau orang
yang mendapat hak darinya, cukuplah mereka menerangkan bahwa mereka
tidak mengakui tulisan atau tanda tangan itu sebagai tulisan atau tanda
tangan orang yang mereka wakili.”.

Dan

Pasal 1877
“Jika seseorang memungkiri tulisan atau tanda tangannya, ataupun jika
para ahli warisnya atau orang yang mendapat hak daripadanya tidak
mengakuinya, maka Hakim harus memerintahkan supaya kebenaran tulisan
atau tanda tangan tersebut diperiksa di muka Pengadilan.”.
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, ketentuan Pasal 70 huruf b UU
Arbitrase sudah terpenuhi. Sehingga, cukup beralasan hukum bagi Majelis Hakim
yang memeriksa perkara a quo untuk membatalkan Putusan Arbitrase.

PUTUSAN ARBRITASE DIAMBIL DARI TIPU MUSLIHAT YANG DILAKUKAN PADA SAAT
PEMERIKSAAN SENGKETA

30. Bahwa Tindakan TERMOHON II dengan ditunujukannya Bukti P-7 adalah


TINDAKAN TIPU MUSLIHAT, jelas telah merekayasa isi hasil rapat Minute of
Metting tanpa ada tangan kesepakatan kedua belah pihak, sehingga Bukti P-7
tersebut seolah-olah terjadi kesepakatan awal antara PEMOHON dengan
TERMOHON II, dan anehnya Bukti P-7 sebagai menentukan dalam amar
putusan arbritrase.
31. Bahwa sesuai dengan Pasal 70 huruf c UU ARBRITASE tindakan
TERMOHON II, merupakan tindakan tipu muslihat yang kemudian
dipertimbangkan dan dikabulkan oleh Arbriter Tunggal Pada Putusan
Arbritase Poin 4 halaman 25.
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, sesuai dengan ketentuan Pasal 70
huruf c UU Arbitrase TERMOHON telah melakukan tindakan tipu muslihat
dengan memasukkan dokumen Minute Of Metting oleh TERMOHON II
sebagai Bukti P-7 yang dijadikan amar putusan poin 4 halaman 25 oleh
TERMOHON I, sehingga cukup beralasan hukum bagi Majelis Hakim perkara a
quo pada Pengadilan Negeri Tanjung Jabung Timur untuk membatalkan
Putusan Arbitrase ini.

ARBITER TUNGGAL TIDAK MEMBERIKAN PERTIMBANGAN HUKUM YANG CUKUP DALAM


PUTUSAN (ONVOLDOENDE GEMOTIVEERD)

32. Bahwa TERMOHON I tidak memberikan pertimbangan hukum yang cukup


dalam putusan (onvoldoende gemotiveerd), hanya mengunakan pengamatan
saja dan tidak mendalami apakah Bukti P-7 memang ada terjadi kesepakatan
antara PEMOHON dan TERMOHON II, tanpa ada tanda tangan dan diparaf
serta penanggungjawab rapat tersebut seperti hal dalam Notulen Rapat
secara resmi.
33. Bahwa TERMOHON I hanya mempertimbangkan berdasarkan alat bukti
P-7, tanpa ada pertimbangan hukum keabsahan dan kekuatan Pembuktian
Risalah Rapat atau Minute Of Metting, sebagai bukti, hal ini dapat dilihat
dalam Pasal 1876 dan Pasal 1877 KHUPerdata.
Pasal 1876
“Barang siapa dihadapi dengan suatu tulisan di bawah tangan oleh orang
yang mengajukan tuntutan terhadapnya, wajib mengakui atau memungkiri
tanda tangannya secara tegas, tetapi bagi para ahli warisnya atau orang
yang mendapat hak darinya, cukuplah mereka menerangkan bahwa mereka
tidak mengakui tulisan atau tanda tangan itu sebagai tulisan atau tanda
tangan orang yang mereka wakili.”.
Pasal 1877
“Jika seseorang memungkiri tulisan atau tanda tangannya, ataupun jika

para ahli warisnya atau orang yang mendapat hak daripadanya tidak
mengakuinya, maka Hakim harus memerintahkan supaya kebenaran tulisan
atau tanda tangan tersebut diperiksa di muka Pengadilan.”.
34. Bahwa TERMOHON I tidak mempertimbangkan bukti-bukti, saksi fakta
dan Ahli yang diajukan PEMOHON, dan telah mengesampingkan Asas Audi et
Alteram Partem dalam Putusan Arbitrase
35. Bahwa selanjutnya Putusan Arbitrase merupakan Putusan yang tidak
sempurna dan patut dibatalkan, oleh karena kurang cukup pertimbangannya
(Onvoldoende gemotiveerd), sebagaimana dalam yurisprudensi No.
429K/Sip/1970, tanggal 16 Desember 1970 yang pada pokoknya Kami kutip
sebagai berikut: “Pertimbangan dalam putusan pengadilan negeri yang
hanya mempertimbangkan soal tidak benarnya bantahan dari pihak
tergugat, tanpa mempertimbangkan fakta-fakta apa dan dalil-dalil mana
yang telah dianggap terbukti lalu mengabulkan begitu saja seluruh gugatan
tanpa satu dasar pertimbangan adalah kurang lengkap dan karenanya
putusan pengadilan negeri harus dibatalkan”
Bahwa berdasarkan uraian-Uraian tersebut di atas, Arbiter dalam Putusan
Arbitrase tidak memberikan pertimbangan yang cukup (Onvoldoende
gemotiveerd) dan mengesampingkan asas Audi et Alteram Partem oleh karena
tidak mempertimbangkan Bukti-bukti, Saksi fakta dan Ahli PEMOHON, sehingga
cukup beralasan bagi Majelis Hakim perkara a quo untuk membatalkan Putusan
Arbitrase.

SENGKETA TIDAK DAPAT DISELESAIKAN LAGI MELALUI ARBRITRASE

36. Bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 72 ayat (2) UU Arbitrase yang


menjelaskan bahwa: “Ketua Pengadilan Negeri dapat memutuskan bahwa
setelah diucapkan pembatalan, arbiter yang sama atau arbiter lain akan
memeriksa kembali sengketa bersangkutan atau menentukan bahwa
suatu sengketa tidak mungkin diselesaikan lagi melalui arbitrase.”
37. Bahwa apabila permohonan pembatalan Putusan BANI dikabulkan, maka
PEMOHON dengan ini mengajukan bahwa sengketa tidak dapat diselesaikan
lagi melalui arbitrase karena terbukti Arbritase Tunggal tidak dapat menjaga
netralitas dan independensi dalam memutus Perkara Arbitrase, sehingga
perkara diputus dengan alasan-alasan pembatalan sebagaimana
dikemukakan oleh PEMOHON dalam Permohonan Pembatalan a quo.
38. Bahwa oleh karena BANI sudah tidak lagi kompeten untuk memeriksa
perkara a quo, maka Pengadilan Negeri Tanjung jabung Timur meskipun
kompetensinya hanya memberlakukan suatu putusan arbitrase, dapat
diberikan kewenangan untuk dapat memeriksa dan mengadili perkara
perselisihan antara PEMOHON dan TERMOHON, apabila putusan BANI ini
dibatalkan
39. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka beralasan menurut hukum,
apabila Putusan BANI dibatalkan, maka pemeriksaan perselisihan antara
PEMOHON dan TERMOHON sesuai dengan Penjelasan Pasal 72 ayat (2) UU
Arbitrase, untuk tidak mungkin diselesaikan lagi melalui arbitrase (dalam hal
ini BANI), melainkan oleh Pengadilan Negeri Tanjung Jabung Timur.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PEMOHON memohon kepada Majelis Hakim pada
Pengadilan Negeri Tanjung Jabung Timur yang memeriksa dan memutus perkara a quo,
untuk berkenan memutus dengan amar sebagai berikut:
1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Membatalkan Putusan Arbitrase BANI Nomor 45100/ARB-BANI/2022,
tanggal 24 Juli 2023;
3. Menyatakan BANI tidak lagi berwenang untuk memeriksa dan memutus
perkara a quo;
4. Memerintahkan Pengadilan Negeri Tanjung Jabung Timur untuk
memeriksa kembali sengketa antara Pemohon dan Termohon;
5. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara;
A t a u,
Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Jabung Timur memiliki pendapat yang
lain, mohon keadilan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Hormat kami
Kuasa Hukum Pemohon

H. HAJIS MESSAH, S.H.

ABDUL RAHMAN SAYUTI ARMANDA, S.H.

Anda mungkin juga menyukai