Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MHD DZAKY ZAIN DINAR

KELAS : XI MIPA 3
1.Kasus pelanggaran HAM di Indonesia:
Peristiwa penembakan misterius 1982-1985
Penembakan Misterius atau Petrus merupakan kasus yang terjadi antara tahun 1983 hingga
1985 atau pada masa Orde Baru. Peristiwa ini termasuk dalam golongan kasus pelanggaran
Hak Asasi Manusia, karena telah mengadili seseorang tanpa melalui proses hukum.
Pelanggaran hak asasi yang dilakukan dalam Petrus adalah menghakimi siapa saja yang
dinilai sebagai pelaku kriminal atau kejahatan, seperti preman, perampok, dan lain-lain. Pada
1983, tercatat sebanyak 532 orang tewas dan 367 tewas karena luka tembak diduga korban
penembakan misterius. Kemudian, pada 1984, ada 107 tewas dan pada 1985 sejumlah 74
orang tewas, 28 di antaranya tewas karena ditembak.
Ibu dua anak itu terlihat gelisah memikirkan suaminya yang sudah beberapa hari tak pulang.
Dia waswas Kentus — julukan suaminya — mati dibunuh.Wahyu Handayani, nama
perempuan itu, khawatir Kentus menjadi korban operasi pembunuhan terhadap orang-orang
yang dianggap meresahkan masyarakat.Saat itu di Yogyakarta, pada1983, nyaris tiap hari
ditemukan mayat tak dikenal yang tergeletak di jalanan. Mereka dicap
sebagai gali, akronimgabungan anak liar untuk mengistilahkan orang-orang bertato yang
melakukan kejahatan.Mayatnya biasanya diletakkan di jalanan atau dibuang di hutan. Kondisi
tangannya biasanya terikat dan atau dibungkus karung.
Inilah yang membuat Wahyu gelisah. Apalagi pagi itu salah seorang tetangganya tergopoh-
gopoh memperlihatkan satu berita di surat kabar.
"Bu Nuk, Pak Kentus masuk koran Kompas," cetus sang tetangga. Adapun Bu Nuk adalah
panggilan akrab Wahyu, istri Kentus.
Jari jemari Wahyu kontan gemetar saat membaca judul berita koran pagi itu.
Tiga orang ini, termasuk Kentus, dicap oleh aparat keamanan sebagai penjahat yang harus
dihabisi. Inilah yang melatari mereka berangkat ke Jakarta.
Koran Kompas yang dimaksud Bu Nuk itu, terbit 8 April 1983. Surat kabar itu menurunkan
berita di halaman tiga, berjudul: Tiga Penduduk Yogya Mengadu ke LBH Jakarta.
Mereka pergi ke ibu kota saat Garnisun Yogyakarta menggelar Operasi Pemberantasan
Kejahatan (OPK) dengan target orang-orang yang dicap preman atau di Yogyakarta dikenal
sebagai gali — akronim dari "gabungan anak liar".

Kelak peristiwa kekerasan ini, yang terjadi pula di beberapa kota besar di Jawa, disebut
sebagai 'penembakan misterius' alias 'petrus'.
Operasi tertutup, yang digelar antara 1982 dan 1985 ini, menargetkan orang-orang yang dicap
sebagai penjahat. Nantinya, pemerintahan Suharto mengakui berada di balik operasi yang
menewaskan lebih dari 1.000 orang itu.
Setelah Reformasi 1998, muncul tuntutan kepada pemerintah untuk mengusut tuntas kasus
petrus karena dianggap melanggar hak asasi manusia.
Komnas HAM kemudian memutuskan melakukan penyelidikan kasus ini mulai 2008 hingga
2012, antara lain mewawancarai penyintas dan keluarganya, serta mendatangi lokasi
pembunuhan. Temuan mereka menguatkan ada pelanggaran HAM berat.
Mereka lantas menyampaikan temuannya kepada Kejaksaan Agung untuk
menindaklanjutinya. Namun ini tidak pernah direalisasikan dengan berbagai alasan.
Dan barulah pada akhir Desember 2022 lalu, Presiden Joko Widodo, atas nama
negara, mengakui dan menyesalkan 12 kasus pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu,
termasuk kasus pembunuhan misterius 1982-1985.
Presiden berjanji menyelesaikannya tanpa melalui proses hukum, walau tak menutup upaya
hukumnya, dengan menyiapkan sejumlah program, seperti pemulihan terhadap para korban.
Kebijakan ini sesuai rekomendasi Tim Penyelesaian Non-Yudisial Pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang Berat Masa Lalu (Tim PPHAM) yang sebelumnya dibentuk oleh Presiden.

2. Kasus pelanggaran ham di sekolah:


Tindakan bullying diantara siswa
Masa remaja atau masa dewasa ini,sering sekali terjadi kasus Bullying.Bullying dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI),yang artinya adalah proses,cara,perbuatan merundung
yang dapat di artikan sebagai seseorang yang menggunakan kekuatan untuk menyakiti atau
mengintimidasi orang orang yang lebih lemah darinya.Korban dari bullying ini tidak dari
kalangan anak-anak tetapi kebanyakan dari anak SMA atau sederajatnya.
Biasanya dengan memaksanya untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pelaku.Tujuan
bullying itu biasanya untuk mempermalukan dan menyakiti si korban sehingga pelaku nya
merasa lebih hebat.Kebanyakan bullying dilakukan hanya karna bercanda,namun perlu di
waspadai walaupun hanya hal yang bercanda tidak adanya tujuan yang buruk,tapi hal yang
lucu bagi seseorang mungkin tidak lucu bagi seseorang lainnya.
Sesorang yang menjadi korban dalam bullying ini ia akan merasa adanya trauma dan stress
yang mengakibatkan hal hal yang tidak diinginkan umtuk menyakiti dirinya sendiri.Hal
tersebut biasanya karena pelaku bullying ini memperlakukan hal yang tidak
semestinya,memang sulit untuk menghadapinya namun jika kita yang berada dalam posisi
tersebut kita harus bisa melawan dengan sekuat tenaga.Dan melaporkan perbuatan tersebut ke
pihak yang berwajib agar si pelaku merasa jera dan berpikir bahwa Tindakan ini salah.
Jadi dalam pasal 1 ayat 6 NO 39 Tahun 1999 yang menjelaskan bahwa pelanggaran Hak
Asasi Manusia yaitu setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara,baik di sengaja maupun tidak disengaja atau kelalain yang secara hukum
mengurangi,menghalangi,membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang di jamin oleh undang undang dan tidak mendapatkan atau di
khawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.

Upaya Pencegahan Bullying:

Dapat kita siapkan cara untuk mengurango kemungkinan atau pencegahan agar tidak menjadi
sasaran Tindakan bullying.
Pertama,bantulah remaja itu untuk menumbuhkan harga diri yang baik,bersikap positif
menghargai dirinya sendiri,menghargai orang lain,percaya diri,optimis,dan berani
mengatakan haknya.

Kedua,mempunyai banyak teman bergabunglah dengan kegiatan yang positif.


Ketiga,kembangkan keterampilan social untuk menghadapi bullying.

Jadi sudah jelas ya..bahwa bullying ini termasuk dalam pelanggaran HAM,sebab perilaku ini
membatasi atau merenggut kebebasan serta merugikan orang lain (korban).

Anda mungkin juga menyukai