Nim :041860739
1. Maka dari itu pada etika profesi memiliki fungsi dalam melaksanakan pekerjaan.
Jawab:
Kode etik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang
dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika-rasional umum(common sense) dinilai menyimpang dari
kode etik. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Masyarakat memahami fungsi kemasyarakatan dari profesi tersebut. Kode
etik menunjukan penerimaan profesi atas tanggung jawab dan kepercayaan masyarakat
yang telah memberikannya. Masyarakat pun menjadikan sebagai pedoman dengan
tujuan mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi.
Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan.
Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan ornagisasi profesi itu sendiri. Fungsi sebagai pedoman
pelaksana tugas profesional anggota suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna
suatu profesi dalam meminta pertanggung jawaban jika ada anggota profesi yang bertindak
diluar kewajaran sebagai seorang profesional. Kode etik guru sesungguhnya merupakan
pedoman yang mengatur hubungan guru dengan teman sejawat,peserta
didik,pemimpin,masyarakat,dan dengan misi tugasnya.
Jawab:
Setiap perpustakaan dan pustakawan diharapkan mampu memberikan citra yang positif agar
selalu sukses dalam berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya. Perpustakaan merupakan
salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sulebuah kekuatan untuk mencerdaskan
bangsa. Perpustakaan memberi kontribusi penting bagi terbukanya informasi tentang ilmu
pengetahuan. Perpustakaan dan juga pustakawan harus menjadi sarana interaktif dan menjadi
tempat dihasilkannya berbagai hal baru serta perlunya membangun citra perpustakaan berbagai
hal baru serta perlunya membangun citra perpustakaan dan pustakawan Dimata masyarakat
lingkungannya. Ruang perpustakaan haruslah menciptakan suasana yang tenang dan nyaman
untuk berpikir bagi pembaca,pustakawan umumnya bekerja dalam kediaman yang interaksinya
seringkali dengan bahasa-bahasa nonverbal. Bagian yang paling terlihat dari operasional
perpustakaan dan sering kali menjadi penilaian baik buruknya terhadap perpustakaan adalah
pelayanan menjadi penilaian baik buruk terhadap perpustakaan adalah pelayanan personal
seorang pustakawan kepada pemakainya. Model pustakawan harus:
Adaptability
Positive thinking
Berwawasan entrepreneurship
Team work-sinergi
3. Menurut anda apakah kualitas layanan berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam
pelaksanaan kerja? Jelaskan!
Jawab:
Berfungsi karena perpustakaan sebagai pelayan kljasa informasi dan dokumentasi harus dapat
berperan ganda sebagai tenaga penyuluhan berbagai lapisan masyarakat. Pustakawan juga
dituntut untuk dapat memberikan layanan informasi sesuai latar belakang pendidikan yang
dimiliki. Layanan perpustakaan kepada masyarakat selain layanan standar yang ada seperti
layanan ruang baca,sirkulasi,layanan rujukan maupun layanan fotokopi. Keberhasilan suatu
perpustakaan dalam melakukan layanan terhadap pengguna,pemakai ataupun masyarakat yang
memerlukan sangat tergantung bagaimana pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya
manusia maupun informasi yang menjadi koleksi perpustakaan tersebut.
4. Bagaimana menerapkan konsep library 2.0 bagi masyarakat luas?
Jawab:
Konsep kolaborasi dengan banyak orang inilah yang memberikan inspirasi lahirnya konsep
library 2.0 untuk mewujudkan participatory library service. Participatory library service artinya
payanan-layanan perpustakaan yang dibangun berdasarkan masukan,evaluasi dan ketertiban
banyak orang,seperti staf perpustakaan,pimpinan perpustakaa,dan pengguna. Jadi inti library
2.0 perubahan yang berpusat pada pengguna arltau user-centered change. Hal ini dimungkinkan
melalui teknologi informasi atau tahap teknologi informasi.
Konsep library 2.0 adalah konsep baru yang berkaitan dengan mengadakan perubahan di
perpustakaan yang melibatkan pengguna. Perubahan ini dimaksudkan untuk perubahan yang
senantiasa terjadi,tidak bersifat merombak secara drastis,tapi perubahan yang bertahap.
Dengan demikian perubahan akan selalu terjadi didalam perpustakaan,baik
layanannya,infrastrukturnya,fasilitasnya dan bahkan atmosfer di perpustakaan. Konsep ini
diperuntukan bagi semua jenis perpustakaan dan semua ukuran perpustakaan. Ukuran
perpustakaan yang kecil cenderung lebih mudah melakukan adaptasi perubahan,sementara
semakin besar semakin membutuhkan lebih banyak usaha untuk berubah.
Library 2.0 merupakan model untuk perubahan yang terus menerus,untuk memberdayakan
pengguna melalui keterlibatan mereka dan layanan yang berfokus pada pengguna,dan untuk
menjangkau pihak lain yang berpotensi sebagai pengguna melalui layanan-layananya.
Perubahan yang dapat dilakukan dengan konsep library 2.0 adalah pelayanan,prosedur dan
operasional lainnya.