Anda di halaman 1dari 3

PEMBERONTAKAN APRA

MATERI PPT
1. Apa itu pemberontakan APRA
pemberontakan APRA merupakan salah satu peristiwa yang terjadi
pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia. APRA merupakan
kepanjangan dari Angkatan Perang Ratu Adil yang berdasar dari mitologi
ramalan Jayabaya, yang berarti seorang pemimpin hendak bertindak adil
dan bijaksana bagi rakyatnya. Latar belakang munculnya gerakan
pemberontakan ini bermula di Bandung, pada 23 Januari 1950 karena
hendak dibubarkannya negara bagian bentukan Belanda di RIS (Republik
Indonesia Serikat) yang kembali bersatu dengan Republik Indonesia.

2. Dalang pemberontakan APRA


Raymond Westerling
Raymond Westerling adalah pemimpin pasukan elite Belanda yang
dikenal sangat kejam karena melakukan genosida di Sulawesi Selatan
pada 1946-1947. Dalam peristiwa yang dikenal sebagai Pembantaian
Westerling itu, ia bertanggung jawab atas pembantaian puluhan ribu
nyawa yang dilakukan oleh pasukan khusus, Depot Speciale Troepen
(DST). Selain itu, Westerling juga bertanggung jawab atas percobaan
kudeta dan teror Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di
Bandung.

3. Mengapa pemberontakan ini terjadi


Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah peristiwa
pemberontakan yang meletus pada 23 Januari 1950 di Bandung.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Raymond Westerling, mantan kapten
tentara Kerajaan Hindia Belanda Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger
(KNIL).Pada saat itu, Westerling berusaha untuk mempertahankan bentuk
negara federal dan menolak Republik Indonesia Serikat (RIS). Westeling
menilai, RIS di bawah Soekarno dan Hatta terlalu fokus pada wilayah Jawa
atau Jawa sentris.latar belakang pemberontakan APRA didorong oleh hasil
Komisi Meja Bundar (KMB).
Latar Belakang Pemberontakan APRA
Konferensi Meja Bundar pada Agustus 1949 menghasilkan keputusan:
1. Kerajaan Belanda akan menarik pasukan KL (Koninklijk Leger) dari
Indonesia.
2. Tentara KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger) akan dibubarkan
dan akan dimasukkan ke dalam kesatuan-kesatuan TNI.
Pasukan KL dan KNIL merasa dirugikan dengan keputusan KMB. Pasukan
KNIL takut mengalami hukuman atau ancaman saat menyatu dengan TNI
kelak.Akhirnya, seorang Komandan dari kesatuan khusus Depot Speciale
Troopen (DST), Kapten Raymond Westerling memanfaatkan keadaan. Ia
berhasil mengumpulkan 8.000 pasukan dari desertir dan anggota KNIL.
Westeling kemudian menggunakan nama Ratu Adil dari kitab Jangka
Jayabaya tentang datangnya "Sang Ratu Adil". Westerling pun menamai
gerakan ini dengan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).

4. Kapan peristiwa ini terjadi ?


Tanggal 23 Januari 1950, pasukan yang menamakan diri APRA
(Angkatan Perang Ratu Adil) bergerak dari Cimahi menuju markas Divisi
Siliwangi di Jalan Oude Hospitaalweg (sekarang Jalan Lembong).
Sepanjang jalan, pasukan APRA menembaki siapapun tentara RI yang
dijumpainya.

5. Dimana terjadinya peristiwa ini


Bandung 23 januari 1950.

6. Bagaimana peristiwa ini terjadi ?


kala itu baru saja disapa mentari pagi. Warga beraktivitas rutin seperti
biasa di pasar-pasar. Mereka membuka toko-toko untuk menatap hari
penuh sukacita. Suasana tampak ramai.
Tak berselang lama, Bandung berubah bak kota mati. Pukul 08.00 WIB,
Senin, 23 Januari 1950 silam, sekitar 500 hingga 800 prajurit gabungan
tentara Belanda KNIL-KL merangsek masuk ke sudut-sudut strategis kota.
Pasukan itu bergerak sejak pukul 04.30 WIB melalui Jalan Pos Besar
menuju Bandung. Serdadu itu tergabung dalam Angkatan Perang Ratu
Adil (APRA) di bawah kepemimpinan Kapten KNIL Raymond Westerling.
Mereka bergerak menggunakan truk, jeep, motor, dan ada pula yang
berjalan kaki. Semua berseragam dan bersenjata lengkap. Sambil
melepaskan tembakan ke atas, para perusuh itu meneror penduduk sipil
dengan merampas barang dan menyiksanya.
Akibatnya, warga ketakutan. Banyak toko-toko yang baru buka langsung
ditutup kembali. Mereka menyelamatkan diri masing-masing dari pasukan
APRA.
Tak hanya itu, pos-pos polisi di sepanjang jalan raya seperti Cimindi,
Cibereum, dan beberapa lainnya mereka lucuti. Kondisi Jawa Barat saat
itu masih belum kondusif karena tengah dilanda masalah Negara
Pasundan.
Dalam aksi biadabnya, mereka membunuh semua orang berseragam
Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) yang dijumpai.
Mereka juga menyergap beberapa personel yang tengah bersiap-siap
menuju markasnya masing-masing. Satu per satu anggota APRIS itu tewas
dengan kondisi mengenaskan.
Seperti yang terjadi di perempatan Jalan Banceuy Bandung. Seorang
prajurit APRIS yang tengah mengendarai Jeep Willys dihentikan. Dia
disuruh turun lalu kepalanya ditembak. Tak hanya itu, di sekitar Jalan
Braga, tepat di muka Apotheek Rathkam mereka juga menghabisi seorang
perwira APRIS dengan dua pengawalnya yang tengah mengendarai sedan.
Keberingasan pasukan APRA semakin menjadi-jadi. Di dekat Taman Sari,
tiga prajurit APRIS yang tertangkap diperintahkan berdiri di atas
jembatan. Mereka kemudian ditembak mati. Jasadnya langsung terjebur
dan hanyut di Sungai Cikapundung yang membelah Kota Bandung.
Markas Divisi Siliwangi menjadi incaran pasukan APRA. Para tentara yang
sebagian besar dari Korps Speciale Troepen (KST, Kopassusnya Belanda)
itu mengepung sasarannya. 15 Tentara dari regu jaga tak mau kalah.
Mereka melawan. Pasukan yang dipimpin Letkol Sutoko itu menghadang
laju gerakan tentara APRA yang jumlahnya mencapai 150 orang.
Ini mereka lakukan demi meloloskan para komandan dari kepungan
pasukan APRA.
Lantaran kalah jumlah, pasukan APRIS Divisi Siliwangi pun tumbang. Satu
per satu personelnya gugur di tangan pasukan APRA. Hanya Letkol Sutoko,
Letkol Abimanyu dan seorang opsir lainnya yang selamat karena dapat
meloloskan diri dari pengepungan. Alhasil, APRA menduduki markas Divisi
Siliwangi
Kala markas telah diduduki APRA, Letkol Lembong dan ajudannya Leo
Kailola masuk ke lokasi tersebut. Keduanya langsung dihujani peluru oleh
gerombolan tersebut dan dua prajurit itu pun gugur.
“Perdjurit TNI yang sedang berjalan-jalan di kota dengan tidak bersenjata,
dibunuh seperti anjing dan dicincang seperti terjadi dengan almarhum
Overste Lembong,” kata RSoenario, Jaksa Penuntut Jungschlager (Rekan
Westerling).

7. Korban peristiwa
pemberontakan yang dilakukan oleh APRA.Peristiwa tersebut telah
menewaskan 79 orang. Mereka terdiri atas 61 serdadu TNI dan 18 sipil.
Sedangkan di pihak APRA, tak ada seorang pun yang menjadi korban.

Anda mungkin juga menyukai