Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurkhaliza

NIM : P07131122039
Prodi : Diploma III Gizi

Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2022
menunjukkan bahwa Bali berhasil menurunkan prevalensi stunting sebesar 2% dari 10,9%
(SSGI 2021) menjadi 8% sekaligus tetap mempertahankan posisi kasus stunting terendah se-
Indonesia.
Walaupun hasil SSGI se-Provinsi Bali terendah se-Indonesia, namun terdapat
kabupaten yang perlu menjadi perhatian, yaitu data SSGI 2022 mengungkapkan bahwa
Kabupaten Jembrana tercatat paling tinggi angka stuntingnya sebesar 14,2%. Kabupaten
Buleleng 11,0%, Kabupaten Karangasem 9,2%, Kabupaten Bangli 9,1 %, dan Kabupaten
Tabanan 8,2 % yang angka stuntingnya masih berada di atas rata-rata stunting Bali secara
keseluruhan. Sementara empat Kabupaten/Kota masing-masing berada di bawah angka
stunting rata-rata Bali, yakni Kabupaten Klungkung 7,7%, Kabupaten Badung 6,6%,
Kabupaten Gianyar 6,3%, dan Kota Denpasar 5,5%.
Menurut data SSGI 2021, Kabupaten Jembrana menduduki peringkat ketiga dengan
prevalensi stunting sebesar 14.3%, dibandingkan dengan data SSGI 2022, Kabupaten
Jembrana menduduki peringkat pertama dengan prevalensi stunsting sebesar 14.2%.
walaupun kabupaten jembrana menduduki peringkat pertama prevalensi stunting tertinggi di
Bali, namun kabupaten Jembrana telah menurunkan prevalensi stunting sebanyak 0.1% .
Stunting merupakan kondisi anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga tinggi
badan tidak sesuai dengan rata-rata anak seusianya. Kondisi ini terjadi akibat masalah gizi
kronis atau kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama. Salah satu penyebab terjadinya
stunting adalah karena kurangnya pemahaman dalam pola asuh tentang stunting. Dan
penyebab utama stanting di Kab. Jembrana adalah karena kurangnya nutrisi atau makanan
bergizi dan juga karena infeksi. Di Kabupaten Jembrana banyak terdapat ikan tetapi tidak ada
yang mau makan ikan. Ini karena kurangnya pemahaman pola asuh tentang perilaku
masyarakat di Kabupaten Jembrana.

Anda mungkin juga menyukai