Anda di halaman 1dari 30

Kelompok 5

“Peran Kelembagaan Sosial dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui


Inovasi Program RASAILAHDAKU di Kota Padang”

Disusun Oleh:
1. Imam Fujima Jailani Hasibuan ( 20042217 )
2. Fari Rahma ( 20042012 )
3. Fina Jantika Putri ( 20042208 )
4. Rona Jauza ( 20042270 )
5. Siti Fazira Aranda (20042283)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya sehingga laporan
proposal yang berjudul, “Peran Kelembagaan Sosial dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat Melalui Inovasi Program RASAILAHDAKU di Kota Padang ”dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulis sangat berharap semoga laporan proposaal ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
proposal ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan proposal ini.

Penulis

KELOMPOK 5

1
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Program RASAILAHDAKU adalah sebuah program inovatif yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan kelembagaan sosial. Program
ini dilaksanakan di Kota Padang, yang merupakan ibu kota dari provinsi Sumatra Barat di
Indonesia.Latar belakang dari program ini adalah kebutuhan untuk mengatasi masalah
kemiskinan dan ketimpangan sosial di Kota Padang. Meskipun kota ini memiliki potensi
ekonomi yang besar, namun masih terdapat banyak masyarakat yang hidup di bawah garis
kemiskinan dan tidak memiliki akses yang memadai terhadap sumber daya yang diperlukan
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, pemerintah setempat bersama dengan beberapa
lembaga sosial dan masyarakat setempat menciptakan program RASAILAHDAKU. Program
ini menekankan pentingnya pemanfaatan kelembagaan sosial sebagai cara untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka.Kelembagaan sosial yang dimaksud dalam program ini meliputi
berbagai macam organisasi masyarakat, seperti kelompok tani, kelompok wanita, kelompok
remaja, kelompok usaha kecil dan menengah, dan lain sebagainya. Melalui program
RASAILAHDAKU, kelembagaan-kelembagaan tersebut diberikan pelatihan dan dukungan
untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas hidup anggotanya. Inovasi
program ini juga dapat menjadi kunci penting dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kelembagaan sosial. Program RASAILAHDAKU sendiri merupakan program yang bertujuan
untuk memberikan akses kepada masyarakat kurang mampu terhadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau.
Program RASAILAHDAKU ini telah memberikan dampak positif yang signifikan
terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Padang. Melalui pemanfaatan kelembagaan sosial,
masyarakat menjadi lebih terorganisir dan memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber
daya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Hal ini juga membuka
peluang bagi masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi lokal dan meningkatkan
pendapatan mereka. Oleh sebab itu Penulis mengangkat Judul “Peran Kelembagaan Sosial

2
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Inovasi Program
RASAILAHDAKU di Kota Padang.

1.2. Rumusan Masalah


Beberapa rumusan masalah yang didapat oleh penulis antara lain , sebagai berikut :
1. Apa itu kelembagaan sosial dan bagaimana perannya dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat?
2. Apa yang dimaksud dengan program RASAILAHDAKU dan bagaimana program ini
dapat berinovasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Padang?
3. Bagaimana implementasi program RASAILAHDAKU dalam memanfaatkan
kelembagaan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Padang?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program RASAILAHDAKU
dalam memanfaatkan kelembagaan sosial di Kota Padang?
5. Bagaimana dampak dari peran kelembagaan sosial dalam program RASAILAHDAKU
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kota Padang?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang didapat antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu kelembagaan sosial dan perannya dalam meningkatkan
kesejateraan masyarakat .
2. Untuk mendeskripsikan program RASAILAHDAKU serta bagaimana program ini dapat
berinovasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Padang
3. Untuk mengetahui implementasi program RASAILAHDAKU dalam memanfaatkan
kelembagaan sosial di Kota Padang
4. Untuk Menjelaskan faktor -faktor yang meempengaruhi keberhasilan program
RASAILAHDAKU dalam memanfaatkan kelembagaan sosial di Kota Padang
5. Untuk mengetahui dampak dari peran kelembagaan sosial dalam program
RASAILAHDAKU terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kota Padang

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Peran Kelembagaan Sosial


a) Definisi peran

Menurut Dewi Wulan Sari (2009:106) “Peran adalah konsep tentang apa yang harus
dilakukan individu dalam masyarakat, dan itu termasuk tuntutan perilaku masyarakat dan
merupakan perilaku individu yang penting dalam kaitannya dengan struktur sosial
masyarakat.”
Menurut Soerjono Soekanto (2006: 213) Peran yang melekat pada diri seseorang harus
dipisahkan dari posisinya dalam interaksi sosial. Kedudukan seseorang dalam masyarakat
merupakan unsur statis yang menunjukkan kedudukan seseorang dalam organisasi
masyarakat. Peran lebih berkaitan dengan tindakan, adaptasi dan sebagai proses. Jadi
seseorang menempati posisi dalam masyarakat dan menjalankan peran.

Peran tersebut menyangkut tiga hal, yaitu sebagai berikut:


a. Peran meliputi norma-norma yang berkaitan dengan kedudukan atau tempat seseorang
dalam masyarakat. Peran dalam pengertian ini adalah seperangkat aturan yang memandu
seseorang dalam kehidupan sosial.
b. Peran adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai
organisasi.
c. Peran juga dapat digambarkan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.

Dari pengertian peran di atas, dapat disimpulkan bahwa peran adalah tindakan atau
kegiatan yang diharapkan oleh masyarakat atau pihak lain, tergantung pada posisinya, untuk
dilakukan seseorang dalam rangka memenuhi peran atau peranan tersebut. dirasakan dalam
lingkup kehidupan.

4
b) Definisi Lembaga Sosial
1. Pengertian Lembaga

Yasmil Anwar dan Adang, (2013:198) berpendapat:


Sebaliknya istilah kelembagaan dapat diartikan secara sosiologis sebagai suatu bentuk
yang stabil, stabil, terstruktur dan mapan. Dalam pengertian ini, kelembagaan sebagai jaring-
jaring pangan mengandung peran-peran yang secara terus menerus dan berulang memenuhi
fungsi-fungsi masyarakat.

2. Pengertian Lembaga Sosial


Pada beberapa pendapat ahli tentang pengertian lembaga sosial:

Robert Mac Iver dan Charles H. Page dalam Yesmil Anwar dan Adang, (20013:
200) “Pengaturan sosial diartikan sebagai tata cara atau tata cara yang dibuat untuk
mengatur hubungan antara orang-orang yang dikelompokkan dalam suatu kelompok sosial
yang disebut perkumpulan”.

Alvin L. Bertrand dalam film Dewi Wulan Sari, (2009: 92) mengatakan:
Pranata sosial pada hakekatnya adalah kumpulan norma-norma sosial (struktur sosial)
yang diciptakan untuk memenuhi fungsi-fungsi masyarakat. Lembaga-lembaga ini berisi
seperangkat standar dan bukan standar independen.

Paul B. Harton dan Chester L. Hunt dalam Dewi Wulan Sari, (2009: 93) mengatakan:
Institusi yang digunakan oleh konsep sosiologi berbeda dengan institusi yang digunakan oleh
konsep umum lainnya. Institusi bukanlah bangunan, sekelompok orang atau organisasi.
Lembaga (institusi) adalah sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang
dianggap penting oleh masyarakat, atau secara formal lembaga adalah seperangkat kebiasaan
dan aturan perilaku yang berputar di sekitar aktivitas dasar manusia.

J.B.A.F. Mayor Polak dalam film Dewi Wulan Sari, (2009: 93) “Ada batasan-batasan
bagi pranata sosial, yaitu seperangkat atau sistem aturan dan kebiasaan yang mendukung nilai-
nilai penting; Percaya bahwa tujuan institusi adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia”.

5
c) Ciri-ciri umum lembaga sosial

1) Setiap pranata sosial merupakan organisasi pola pikir dan tingkah laku yang
diwujudkan dalam bentuk kegiatan masyarakat dan hasil-hasilnya; dan pranata sosial
tersebut terdiri atas tata tertib, tata krama, adat istiadat dan unsur budaya lainnya yang
secara langsung atau tidak langsung menyatu dengan unit kegiatan pranata sosial.
2) Dalam pranata sosial manapun, sistem kepercayaan dan berbagai tindakan menjadi
pranata sosial hanya setelah waktu yang relatif lama. Misalnya, setelah masa percobaan,
sistem pendidikan baru diperkenalkan. Institusi sosial ini cenderung berumur panjang
dan karena itu dianggap sebagai struktur normatif yang berkisar pada kebutuhan dasar
anggota masyarakat dan harus dipertahankan.
3) Setiap organisasi sosial memiliki tujuan dan alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan organisasi sosial tersebut. Tanaman dapat berupa bangunan, mesin, tanaman lain,
dll. Format perangkat keras ini antara kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat
lainnya dapat bervariasi.
4) Institusi sosial selalu memiliki simbol-simbol simbolik
secara simbolis mewakili tujuan dan tugas lembaga, mis. B. satuan angkatan bersenjata
yang masing-masing mempunyai bendera satuan; Perguruan tinggi seperti universitas,
institut dan lain-lain, masing-masing memiliki lambang, terkadang lambang tersebut
berbentuk prasasti atau slogan.
5) Setiap lembaga sosial memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang menentukan
tujuannya, aturan yang berlaku, dll. Tradisi-tradisi semacam itu menjadi landasan bagi
lembaga-lembaga sosial untuk mencapai tujuannya.

d) Tipe-tipe Lembaga Sosial

Menurut Jhon Lewis Gillin dan John Philip Gillin, jenis lembaga sosial dapat
diklasifikasikan ke dalam karakteristik umum lembaga sosial, yang dijelaskan oleh Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Abdulsyan (2012:96) Sebutkan hal-hal berikut:

a) Klasifikasi menurut perkembangannya (emergent institusi) adalah pranata sosial yang


tumbuh secara acak dari kebiasaan masyarakat, misalnya. Pranata sosial yang mengatur

6
tentang hak milik, perkawinan, dan agama atau kepercayaan: Badan yang diatur adalah
badan sosial yang sengaja didirikan untuk memenuhi tujuan tertentu, seperti lembaga
perkreditan (bank), badan usaha, dan lembaga pendidikan.
b) klasifikasi dari sudut pandang sistem nilai yang diterima secara sosial; lembaga dasar
adalah lembaga sosial yang sangat penting untuk menjaga dan memelihara ketertiban
dalam masyarakat, misalnya. keluarga, sekolah dan negara; Fasilitas tambahan adalah
fasilitas sosial yang kurang penting, seperti fasilitas rekreasi.
c) Klasifikasi menurut penerimaan publik:
Lembaga yang diakui atau diakui secara sosial adalah lembaga sosial yang diakui oleh
masyarakat umum, seperti misalnya. perusahaan komersial, sekolah, dll.; Institusi yang
tidak disetujui adalah institusi sosial yang ditolak oleh masyarakat, mis. kelompok
kriminal, dll.
d) Klasifikasi dari sudut pandang faktor distribusi:
Lembaga umum adalah lembaga sosial yang diketahui dan dianut oleh hampir sebagian
masyarakat tertentu, misalnya agama; Institusi terkait adalah institusi sosial yang diikuti
oleh komunitas tertentu dalam masyarakat, mis. Islam, Katolik, Kristen, Hindu/Budha.
e) klasifikasi sehubungan dengan operasinya; Institusi fungsional adalah institusi sosial
yang mengumpulkan pola atau prosedur yang diperlukan untuk mencapai tujuan institusi
itu, mis. kelembagaan industrialisasi; Badan pengatur adalah badan sosial yang bertugas
menjaga adat istiadat atau tata tertib yang bukan merupakan bagian dari badan itu
sendiri, seperti badan hukum seperti kejaksaan dan pengadilan.

e) Tugas lembaga sosial

Yesmil Anwar dan Adang, (2013:204) menjelaskan bahwa pranata sosial berperan
sebagai pedoman bagi masyarakat dalam setiap sikap dan perilaku. Pranata sosial berfungsi
sebagai unsur kontrol rakyat, agar tidak melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam
kehidupan kerakyatan. Dan secara individual, pranata sosial memiliki dua fungsi dalam
kehidupan bermasyarakat, yaitu:

1) Memantapkan diri agar bersih dari dengki, dengki, amarah dan hal-hal yang
berhubungan dengan kesucian hati nurani.

7
2) pengaturan tingkah laku manusia dalam masyarakat untuk mewujudkan keselarasan
antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Dalam hal ini, masyarakat
diharapkan bersikap sopan dan baik kepada orang lain untuk menciptakan kedamaian
dan keharmonisan untuk hidup berdampingan.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto dalam Yesmil dan Adang, (2013:205), Lembaga
sosial pada dasarnya mempunyai beberapa tugas, yaitu :
1) Petunjuk kepada anggota masyarakat tentang bagaimana bersikap atau seharusnya
bersikap dalam menghadapi masalah-masalah sosial terutama yang berkaitan dengan
kebutuhan yang relevan.
2) Pelestarian keutuhan masyarakat yang terkena dampak.
3) Memberikan pedoman bagi masyarakat untuk membangun sistem kontrol sosial,
yaitu sistem yang melaluinya masyarakat mengontrol perilaku anggotanya.

Berdasarkan teori peran dan pranata sosial yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pranata pranata sosial mengacu pada aktivitas berdasarkan posisi saat ini
dari individu atau kelompok dalam sistem hubungan sosial yang terorganisir atau teratur.
menunjukkan hubungan nilai, standar, peraturan, peran, dan adat istiadat yang diatur bersama
untuk memenuhi kebutuhan orang-orang dalam masyarakat tertentu, dengan tujuan untuk
dapat mengontrol setiap anggota.

B. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan dapat didefinisikan sebagai kondisi umum kepuasan individu. Inilah
yang mengarah pada pemahaman dasar pemahaman yang kompleks yang jatuh ke dalam dua
wilayah wacana. Yang pertama adalah sejauh mana substansi kesejahteraan lainnya seperti
intensitasnya zat-zat ini dapat direpresentasikan sebagai agregat.
Kesejahteraan adalah seperangkat kepuasan yang diterima seseorang hasil konsumsi
dari pendapatan yang diterima. Namun, levelnya Kesejahteraan itu sendiri adalah sesuatu yang
relatif, karena tergantung pada kepuasan yang diperoleh dari hasil konsumsi pendapatan ini.
Menurut Sunarti (2012), kesejahteraan adalah keteraturan kehidupan sosial, material dan
spiritual dan penghidupan penuh emosi Keamanan, kesopanan, dan ketenangan pikiran yang
memungkinkan semua orang Warga negara harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan fisik,
kehidupan spiritual dan sosial yang terbaik bagi diri sendiri, rumah tangga dan masyarakat.

8
Kesejahteraan adalah berbagai kepuasan yang dicapai beberapa hasil mengkonsumsi
pendapatan yang diterima, tetapi levelnya Kesejahteraan itu sendiri adalah sesuatu yang
relatif, karena tergantung pada kepuasan yang diperoleh dari hasil konsumsi pendapatan ini.
Hubungan antara konsep dan konsep kesejahteraan Kebutuhan agar kebutuhan tersebut
terpenuhi, maka seseorang dianggap kaya karena tingkat kebutuhan tersebut tidak langsung
dengan indikator kesejahteraan (Pramata et al 2012).
Kesejahteraan merupakan tatanan kehidupan dan kehidupan sosial. Secara material
dan mental, keamanan, kesopanan dan ikuti Ketenangan jiwa, rumah tangga dan kebersamaan
baik lahir maupun batin memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk
mewujudkan usahanya kebutuhan fisik, mental dan sosial terbaik untuk diri mereka sendiri,
untuk rumah rumah tangga dan masyarakat melalui pembelaan hak asasi manusia (Liony et
al., 2013).
Kesejahteraan adalah titik ukur masyarakat, yaitu berada dalam keadaan makmur.
Definisi sehat yang sebenarnya adalah kondisi manusia dimana manusia berada dalam
keadaan sejahtera, kondisi sehat dan damai bagi seseorang untuk mencapai keadaan ini
bisnis dengan kemampuan terbaik saya. lihat ekonom Kesejahteraan sebagai indikator
pendapatan (arus pendapatan) dan kekuasaan seseorang Pembelian (potensi pembelian)
perusahaan. Konsep ini didasarkan pada pemahaman ini Kesejahteraan adalah arti yang
sempit, karena hanya melihat Penghasilan sebagai indikator kesejahteraan finansial berarti
kesejahteraan sebagai lawan kemiskinan” (Dwi 2008, dikutip dari Widyastuti 2012).
Sementara itu, menurut Imron (2012), kesejahteraan hidup masyarakat dipahami
seperti jaminan sosial. Imron (2012) menambahkan Pasal 1(1). UU No. 11 Tahun 2009
tentang Jaminan Sosial: "Kesejahteraan Kesejahteraan merupakan prasyarat untuk memenuhi
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara-negara agar dapat hidup layak dan
berkembang, sehingga dapat menunaikan tugas-tugas sosialnya. Ada beberapa tanda
perbaikan kesejahteraan manusia, termasuk (1) pertumbuhan pendapatan kuantitatif; (2)
kesehatan keluarga yang lebih baik dalam kualitas; dan (3) investasi keuangan keluarga dalam
bentuk tabungan (Rauta 2012). Di Indonesia, kesejahteraan sosial seringkali dipandang
sebagai tujuan atau kondisi hidup yang nyaman, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar orang
(Suharto, 2007).
Meskipun tidak ada batasan materi yang jelas kesejahteraan, tetapi tingkat
kesejahteraan meliputi pangan, pendidikan, kesehatan, dan sering diperluas ke jaminan sosial
lainnya seperti mis Kesempatan kerja, jaminan hari tua, kebebasan dari kemiskinan, dll dll.

9
Indikator untuk menentukan kesejahteraan Ada sepuluh di antaranya, yaitu umur, jumlah
tanggungan, pendapatan, konsumsi atau Pengeluaran keluarga, kondisi kehidupan, perumahan,
kesehatan Anggota keluarga, akses mudah ke layanan kesehatan, kenyamanan Akses anak
terhadap pendidikan dan fasilitas dasar.

C. Inovasi
a) Pengertian Inovasi
Inovasi merupakan salah satu pilihan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghadapi persaingan pasar dan pengelolaan yang berkelanjutan. Freeman (2004) melihat
inovasi sebagai upaya perusahaan untuk menggunakan teknologi dan pengetahuan untuk
mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk baru untuk suatu industri. Dengan
kata lain, inovasi adalah implementasi atau penemuan ide untuk perbaikan dan pengembangan
terus menerus sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Pervaiz K. Ahmed dan Charles D. Shepherd (2010), inovasi bisnis dapat mengarah
pada R&D (penelitian dan pengembangan), manufaktur dan pendekatan pemasaran dan pada
akhirnya mengarah pada komersialisasi inovasi tersebut. Dengan kata lain, inovasi adalah
proses implementasi ide baru yang berbeda dari yang sebelumnya dengan diproduksi atau
diimplementasikan, dimana inovasi melibatkan evaluasi, konsep baru dan implementasi. Saat
Anda menggunakan metode dan teknologi baru dan berbeda untuk meningkatkan kualitas atau
mengurangi biaya untuk memenuhi atau melampaui sasaran perusahaan.
Pervaiz K. Ahmed dan Charles D. Shepherd (2010) Inovasi tidak terbatas pada benda
atau barang manufaktur, tetapi juga mencakup sikap, perilaku atau gerakan menuju proses
perubahan dalam segala bentuk kehidupan sosial. Secara umum, inovasi berarti ide, produk,
Teknologi informasi, institusi, perilaku, nilai-nilai dan praktik-praktik baru yang tidak
diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan oleh mayoritas orang di suatu tempat, yang
dapat digunakan atau didorong untuk berubah dalam semua aspek kehidupan untuk
mewujudkan perbaikan tersebut kualitas setiap individu dan semua anggota masyarakat yang
relevan.

b) Manfaat Inovasi
Everett M. Rogers (2003) Inovasi bukan hanya tentang pengetahuan baru dan cara
baru, tetapi juga tentang nilai, karena harus mampu menghasilkan hasil yang lebih baik, maka

10
inovasi tidak hanya melibatkan ilmu dan teknologi baru, tetapi juga perspektif dan perubahan
sosial.
Inovasi dapat menawarkan manfaat berikut:
(1) Meningkatkan kualitas hidup manusia melalui penemuan-penemuan baru yang
membantu memenuhi kebutuhan hidup manusia.
(2) Memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan.
(3) Kemampuan berbagi kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru
meningkat.
(4) Ada banyak jenis produk di pasaran dan jenisnya,

Everett M. Rogers (2003). Inovasi dapat didukung oleh beberapa faktor pendukung,
seperti:
(1). Ingin berubah, tidak bisa menjadi mampu dan tahu karena ketidaktahuan.
(2) Ada kebebasan berekspresi.
(3) Adanya mentor yang berpengalaman dan kreatif
(4). Ketersediaan tempat dan infrastruktur.
(5). Kondisi lingkungan yang harmonis di lingkungan keluarga, di masyarakat dan di
sekolah.

11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata tertulis dan lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 30
Maret sampai dengan 20 Mei, dan dilaksanakan di Kota Padang
B. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil wawancara yang berisi pertanyaan yang berkaitan
dengan inovasi dinas sosial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dikota Padang.
Yang mana data ini diperoleh langsung dari instansi, atau objek penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung penelitian yang diperoleh dari hasil
observasi dan dokumentasi, hasil dokumentasi dapat berupa sejarah, struktur organisasi, dan
gambar yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan penelitian di Kota Padang. Dalam
penelitian ini kami sebagai penulis juga menggunakan buku, jurnal, artikel sebagai referensi
dan penunjang yang memiliki hubungan dengan judul yang kami teliti.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
mengambarkan secara naratif dengan berdasar pada data-data hasil penelitian yang
ditelaah secara objektif dari hasil wawancara, observasi.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
a. Teknik pengumpulan data
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dengan cara peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
terkait dengan topik penelitian kemudian dijawab oleh informan sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
2. Observasi
Untuk melengkapi data yang diperoleh, maka kami sebagai penulis juga berupaya
memperoleh informasi melalui kegiatan observasi selama pengumpulan data
dilaksanakan. Pengamatan yang kami lakukan bersama secara langsung terhadap aktifitas
kerja pada Dinas Sosial di Kota Padang .
b. Analisis Data
Dengan menganalisa dan menulis dengan menggunakan metode analisis deskriptif
dimana metode ini menggambarkan dan menguraikan masalah objek penelitian berdasarkan
pengumpulan dan pengelolaan data secara fakta kemudian disusun secara sistematis dan
kemudian di tarik suatu kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti hendak menguraikan informasi serta penemuan riset terpaut
Implementasi Program Rasailah Daku untuk Anak Jalanan di Kota Padang, memakai hasil
informasi serta penemuan dari proses observasi, wawancara serta riset kepustakaan. Data
serta hasil riset hendak dipecah jadi 2 bagian ulasan, ialah proses program rasailah daku
selaku penindakan anak jalanan serta hasil dari program rasailah daku.

Dalam kerangka berpikir tercantum penanda penilaian program yang dimana periset
memilah model penilaian akibat memakai penanda penilaian secara before- after dengan
memandang efektifitas, kecukupan, pelaksanaan, responsibilitas, serta penetapan buat
meninjau gimana tahapan program pemberdayaan tersebut bisa pengaruhi serta tingkatkan
keseiahteraan anak jalanan di Kota Padang yang menjajaki program pembinaan, hingga
periset memakai penanda kesejahteraan yang dikemukakan oleh Kolle( Bintarto, 1989)
selaku acuan dalam melaksanakan penilaian ialah dengan memandang kesejahteraan dari segi
modul, raga, mental serta spiritual. Kerangka berpikir ini, bisa jadi landasan untuk periset
buat memandang kesesuaian program di lapangan dengan teori.

Pada riset ini, dalam mengumpulkan informasi serta data terpaut penilaian akibat
pelayanan sosial terhadap anak jalanan di Kota Padang, periset melaksanakan wawancara
kepada 3 narasumber yang bagi periset ialah sumber informan yang valid serta mencukupi
dalam kebutuhan informasi serta data yang dibutuhkan.

Program yang terbuat oleh Dinas Sosial ialah wujud implementasi dari kebijakan
Kementrian Sosial yang berwenang bertanggung jawab mengatasi kasus anak jalanan.
Program rasailah daku yang dijalankan meliputi pembinaan mental, pembinaan psikologi,
serta pembinaan spiritual. Dalam riset ini, periset hendak menarangkan lebih rinci menimpa
program pembinaan. Berikut merupakan uraian yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
ayah Y( nama samaran) sebagai sekretaris Dinas Sosial Kota Padang menimpa wujud serta
tahapan Aktivitas yang dicoba dalam program pelayanan sosial. Uraian yang sudah diberikan
oleh Ayah Y sebagai Sekertaris Dinas Sosial Kota Padang cocok dengan hasil observasi dari
sebagian aktivitas yang sudah periset jalani dalam aktivitas penjangkauan serta pendekatan
dini.

Pemerintahan yang mempunyai wewenang dalam menanggulangi permasalahan anak


jalanan serta penanggulangan anak jalanan berkewajiban buat melaksanakan penindakan
permasalahan anak jalanan cocok dengan Peraturan Wilayah Kota Padang No 1 Tahun 2012
tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, Pengamen serta Orang dagang
Asongan, peristiwa penjangkauan serta penangkapan anak jalanan. Cocok dengan Visi serta
Misi Dinas Sosial Kota Padang ialah, visinva.

A. Implementasi Program Penanganan Anak Jalanan melalui Rasailah Daku (Rangkul


Sayangi Latihlah dengan Terpadu)

RASAILAH DAKU (Rangkul Sayangi Latihlah dengan Terpadu) merupakan program


penanganan anak jalanan yang dibuat oleh Dinas Sosial Kota Padang sebagai inovasi dalam
menangani permasalahan anak jalanan di Kota Padang. Program in pertama kali dijalankan
pada tahun 2017 oleh Dinas Sosial Kota Padang yang bekerjasama dengan Batalyon133 /
Yudha Sakti. Sejak diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 1 Tahun 2012
tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, Pengamen dan Pedagang
Asongan, kejadian penjangkauan dan penangkapan anak jalanan adalah kasus yang paling
banyak ditemukan.

Penertiban in dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Padang bekerjasama dengan Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Padang. Meningkatnya keberadaan anak jalanan memberikan dampak
meninkatnya kasus kriminal dan perbuatan melanggar hukum lainnya yang dilakukan anak
jalanan seperti:

1. Banyaknya anak yang hidup di jalanan dan mengikuti pergaulan yang salah seperti:
ngelem, mencuri, minuman keras, mengkomsumsi obat-obatan terlarang dan tawuran
antar geng/kelompok.
2. Belum terlaksananya pembinaan mental terhadap anak-anak jalanan karena kurangnya
dukungan anggaran dan juga sarana dan prasarana untuk melakukan pembinaan.
3. Belum terlaksananya sosialisasi bag anak-anak dalam usia sekolah terhadap bahaya
menghisap lem karena belum adanya dukungan anggaran.
4. Menurunnya nilai kesetiakawanan sosial dan rasa nasionalisme bagi anak.
Berdasarkan kondisi di atas dan mengingat penanganan terhadap anak jalanan belum
dilakukan secara komprehensif Strategi Penanganan Anak Jalanan Melalui Pola Pembinaan
Terpadu merupakan salah satu inovasi yang diusulkan oleh Dinas Sosial beserta Leading
Sector. Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Sosial melakukan terobosan inovasi berupa
Penanganan Anak Jalanan Melalui Pola Pembinaan Terpadu yang berkerjasama dengan
Batalyon Infanteri 133/Yudha Sakti, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja
dan Perindustrian, Sat. Pol.PP Kota Padang, Kementerian Agama Kota Padang, Universitas
Islam Negeri Imam Bonjol Padang, BAZNAS, CSR Semen Padang, LKSA/Panti Asuhan se
Kota Padang, dituangkan pada nota kesepakatan bersama antara Dinas Sosial dengan lintas
sektor diatas.

Proses pada program in pada dasarya terbagi menjadi tiga tahap penting berdasarkan
durasi jangka waktunya yang dijalani yaitu sebagai berikut:

1. Jangka Pendek 15 hari

Terlaksananya penanganan anak jalanan melalui pola pembinaan fisik dan mental
spiritual secara terpadu antara Dinas Sosial Kota Padang dengan Batalyon Infanteri 133
Yudha Sakti Kota Padang, Kementerian Agama Kota Padang dan Dinas Kesehatan Kota
Padang. Pada dasarya tahapan jangka pendek yang akukan dinas sosial bekerjasama
dengan Batalyon ateri 133 Yudha Sakti Kota Padang merupakan proses perkenalan
lingkungan dan kelompok serta pendisiplinan kepada peserta anak jalanan dengan
menggunakan metode kemiliteran yang dirasa cook untuk menggembleng mental anak
jalanan yang susah diatur atau tidak disiplin pada saat hidup di jalanan.

2. Jangka Menengah (1 tahun)

Terlaksananya penanganan anak jalanan melalui pola pembinaan pendidikan


berkelanjutan secara terpadu antara Dinas Sosial Kota Padang dengan Dinas
Pendidikan Kota Padang. Melalui proses ini dilakukan pelatihan keterampilan dan juga
pembinaan spiritual serta psikologis untuk peserta anak jalanan shingga nantinya
terbiasa untuk terbina menjadi masyarakat yang sesuai dengan norma yang berlaku.

3. Jangka Panjang (2 tahun)

Terlaksananya penanganan anak jalanan melalui pola pembinaan kewirausahaan


secara terpadu antara Dinas Sosial Kota Padang dengan Perguruan Tinggi (UIN Imam
Bonjol) dan Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Padang. Dengan begitu, dapat
dengan mudah dilakukannya penyaluran terhadap anak jalanan yang memiliki
keterampilan khusus agar memiliki pekerjaan dan meniadi produktif sehingga
diharapkan dapat menghasilkan penghasilan untuk dirinya sendiri maupun membantu
keluarganya.

Dengan begitu, dapat dengan mudah dilakukannya penyaluran terhadap anak


jalanan yang memiliki keterampilan khusus agar memiliki pekerjaan dan menjadi
produktif sehingga diharapkan dapat menghasilkan penghasilan untuk dirinya sendiri
maupun membantu keluarganya. Penanganan Anak Jalanan Melalui Pola Pembinaan
Terpadu sasarannya adalah :

1) Tawuran
2) Mengkonsumsi obat - obatan terlarang
3) Menghisap lem
4) Kekerasan Seksual
5) Tindak pidana pencurian
6) Dan tindakan kekerasan lainnya.

a. Pelaksanaan dan penerapan

Untuk mencapai dari kegiatan inovasi penanganan anak jalanan melalui pola
pembinaan terpadu perlu disusun perencanaan yang matang, pelaksanaan tahap
awal inovasi sebagai berikut:

a) Tahap Pembentukan Tim Efektif (21 Juni 2017)

1) Rapat pembentukan tim efektif


2) Penetapan SK tim efektif
3) Rapat tim kerja efektif

b) Tahap Kordinasi (12 Juli 2017 - 24 Juli 2017)

1) Rapat kerja tim internal dengan tim ekstrenal


2) Penetapan rancangan kesepakatan bersama
3) Penandatanganan kesepakatan bersama dengan stakeholder terkait.

c) Pembuatan Panduan/Pedoman Penanganan Anak Jalanan Melalui Pola


Pembinaan Terpadu di Kota Padang (26 Juli 2017)

1) Penyusunan Konsep, Panduan Penanganan Anak Jalanan Melalui


2) Finalisasi Panduan/ Pedoman Penanganan Anak Jalanan Melalui

d) Tahap Penjangkauan Anak Jalanan (7 Agustus 2017 – 9 Agustus 2017)

e) e) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Fisik dan Mental Spiritual.

1) Persiapan Materi Pembinaan


2) Launching Kegiatan Pembinaan Mental dan Spiritual Anak Jalanan
3) Kegiatan Pembinaan Mental dan Spiritual Anak Jalanan
4) Penutupan Kegiatan Pembinaan Mental dan Spiritual Anak Jalanan.

Berdasarkan hasil kesepakatan bersama tentang pembinaan terpadu dengan


uraian kegiatan pembinaan sebagai berikut:

1. Pembinaan Mental di Batalyon 133/Yudha Sakti Padang.

Pembinaan mental dilaksanakan oleh Batalyon Infanteri 133/ Yudha Sakti dengan
materi sebagai berikut:

a. Pengenalan Kelompok
b. Orientasi Lingkungan
c. PBB
d. Karate
f. Tata Upacara Militer (TUM)
g. Long Malap/P3K
h. Bimsuh
i. Senam Militer
j. Wawasan Nusantara
k. Upacara Bendera
l. Mountenering
m. Penyeberangan Basah
n. Jurit Malam
o. Latihan Demonstrasi

2. Pembinaan Spiritual

Kegiatan pembinaan spiritual dilaksanakan oleh tim dari Kementerian agama dengan
materi pembelajaran meliputi:

a. Pendidikan agama / Tausiyah


b. Sholat berjamaah
c. Dzikir bersama
d. Muhasabah

3. Pembinaan Psikologi

Kegiatan pembinaan psikologi dilaksanakan oleh tim dari Rumah Ceria dari BBPPKS
Regional Sumatera yang bekerjasama dengan Universitas Andalas kegiatan meliputi :

a. Tes Psikologi anak


b. Pengembangan bakat
c. Bermain kelompok
d. Pendidikan keluarga,
e. Bermain kelompok
f. Pendidikan keluarga,

Dilaksanakan pembinaan mental spiritual Batalyon 133/Yudha Sakti anak jalanan


diberikan pelatihan lanjutan untuk meningkatkan kemandirian sebagai berikut :
1) Angkatan I Tahun 2017 diberikan keterampilan pelatihan salon sebanyak 15 orang
sesuai dengan anggaran yang ada.
2) Angkatan II Tahun 2018 diberikan pelatihan Salon dan Papan Karangan Bunga
sebanyak 25 orang dibagi 2 angkatan yaitu 10 orang angkatan pertama dan 15 orang
angkatan kedua.
3) Angkatan III Tahun 2019 lanjutan untuk anak jalanan diberikan pelatihan penanganan
Barbershop sebanyak 10 orang dan pelatihan papan karangan bunga sebanyak 10
orang.
4) Tahun 2020 kegiatan belum dilaksanakan karena pandemic Covid 19.

B. Pemantauan dan Evaluasi

Uraian bagaimana pelaksanaan inovasi pelayanan publik in dipantau dan dievaluasi,


kegiatan pemantauan dilaksanakan pada setiap tahapan inovasi Penanganan Anak Jalanan
Melalui Rasailah Daku:

1) Tahap Perencanaan

Hail pemantauan kegiatan perencanaan tahan awal kegiatan penanganan anak


jalanan melalui pola pembinaan terpadu tahun 2017 terlaksana dengan baik,
dimana semua kegiatan dalam tahap sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal
dan waktuyang ditentukan dimana diharapkan Kota Padang dapat menganggarkan
kegiatan penanganan anak jalanan melalui pola pembinaan terpadu dalam DPA
Dinas Sosial Kota Padang.

2) Pelaksanaan Kegiatan

Pemantauan pelaksanaan kegiatan dilihat dari KAK, SOP dan POAC Penanganan
Anak Jalanan Melalui Pola Pembinaan Terpadu terlaksana dengan baik dengan
rencana yang dibuat oleh Tim Penanganan Anak Jalanan Melalui Pola Pembinaan
Terpadu.

3) Kegiatan Hasil yang di capai (Check)


Kegiatan yang dilaksanakan berupa rapat persiapan kegiatan sehubungan dengan
penanda-tanganan kontrak kerjasama dengan lintas terkait dalam rangka
penanganan anak jalanan me lalui pola pembinaan terpadu untuk memulainya
berialan dengan baik dan lancar berkat kerjasama dari tim pelaksana kegiatan
tersebut.

4) Rencana Tindak Lanjut Kegiatan (Actuiting)

Pemantauan terhadap rencana tindak lajut adalah memastikan bahan kegiatan


Penanganan Anak Jalanan Melalui Pola Pembinaan Terpadu dapat terlaksana
secara berkelanjutan.
Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Penanganan Anak Jalanan Melalui Pola Pembinaan
Terpadu terdiri dari :

a) Tahap awal dilaksanakan dengan menggunakan dana bantuan dari BAZNAZ dan
CSR Semen Padang yang merupakan launching Kegiatan Penanganan Anak
Jalanan Melalui Pola Pembinaan Terpadu yang di buka ole Walikota Padang dan
dihadiri oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI dan
lintas sektor terkait, termasuk keluarga dari anak jalanan yang akan mengikuti
kegiatan bimbingan mental dan spritual di Batalyon 133/Yudha Sakti dengan
jumlah peserta pembinaan sebanyak 39 orang.

b) Tahap kedua kegiatan Penanganan Anak Jalanan

Melalui Pola Pembinaan Terpadu dilaksanakan antombo» 2010 di Datalyon


133/Yudha.

C. Hasil Yang Dicapai


Hasil dari kegiatan inovasi Penanganan Anak Jalanan
Melalui Pola Pembinaan Terpadu yang diharapkan adalah berkurangnya jumlah anak
jalanan mengikuti pergaulan yang salah sehingga dapat menunaikan hak-haknya untuk
mendapatkan penghidupan yang layak dengan meningkatkan nilai kesetiakawanan sosial,
rasa nasionalisme bagi anak, dimana anak sebagai generasi penerus memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang berdayaguna, mandiri serta bekarya.
Dampak kegiatan penanganan anak jalanan melalui pola pembinaan terpadu terhadap
kesejahteraan sosial di Kota Padang dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:

a. Tahun 2017 dari 87 anak jalanan yang terjaring sebanyak 39 orang anak jalanan
sudah diberikan pembinaan anak jalanan di Batalyon 133/Yudha Sakti, dimana
sebanyak 15 orang diberikan pelatihan sablon dan 2 orang mendapatkan pelatihan
berkelanjutan di PSBR Lubuk Alung dibawah naungan Dinas Sosial Provinsi
Sumatera Barat.
b. Tahun 2018 dari 117 anak jalanan yang terjaring, sebanyak 10 orang anak jalanan
diberikan pelatihan papan karangan bunga, 25 orang anak jalanan sudah dibina di
Batalyon 133/Yudha Sakti, setelah dilakukan pelatihan anak jalanan tersebut
diberikan pelatihan sablon sebanyak 15 orang sesuai dengan anggaran yang
tersedia, selanjutnya dipulangkan ke orang tua dan bagi anak yang tidak atau
keluarga belum menjemput anaknya, anak jalanan di titip ke Lembaga
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) Kasih Ibu Kota Padang untuk
diberikan bimbingan lanjutan berupa pendidikan keagamaan, ketrampilan,
pembinaan kemandirian termasuk bimbingan lanjutan dari psikolog yang berasal
dari Rumah Ceria dibawah naungan BBPPKS Regional I Sumatera.

c. Tahun 2019 dari 129 anak jalanan yang terjangkau sebanyak 30 orang sudah
mengikuti pembinaan fisik dan mental di Batalyon 133/ Yudha Sakti selama 1
minggu kemudian sebanyak 10 orang diberikan latihan pangkas rambut dan 10
orang di berikan pelatihan membuat papan karangan bunga serta yang lainnya di
pulangkan ke pada keluarga melalui perianiian dan kembali kesekolah.

d. Untuk pembinaan selanjutnya LK3 Dinas Sosial Kota Padang juga melakunan
bimbingan lanjutan terhadap keluarga sehingga keluarga benar-benar memahami
dalam pola pengasuhan dan kontrol terhadap anak.

e. Semakin meningkatnya jumlah anak jalanan yang terjaring sehubungan telah


adanya keriasama dengan lintas sektor terkait.
f. Tujuan Kota Padang bebas anak jalanan dapat tercapai.

g. Terkait dengan hal diatas maka didaptkan hasil sebagai berikut :


1) Melanjutkan sekolah :19 orang
2) Mengambil paket A : 12 orang
3) Mengambil paket B : 8 orang
4) Mengambil paket C : 2 orang
5) Tamat SMA : 2 orang
6) Mengikuti pelatihan : 4 orang
7) Bekerja/ membantu orang tua : 13 orang

(Sumber: Arsip Dinas Sosial Kota Padang)

Adapun beberapa inti yang peneliti kira menjadi hasil yang dicapai dari program
rasailah daku, yaitu sebagai berikut:
1. Mengurangi jumlah anak jalanan di kota padang
2. Memenuhi hak-hak sosial yang seharusya didapat oleh seorang anak
3. Terbentuknya karakter disiplin sosial dan mental yang baik
4. Anak jalanan memiliki pengetahuan dan keterampilan berdaya guna, mandiri serta
berkarya.
C.Peranan Kelembagaan Sosial dalam Program RASAILAHDAKU

Dinas Sosial sebagai penggerak utama dalam untuk pembinaan lanjutan anak jalanan
yang berhubungan langsung dengan Leading Sector terkait sebagai berikut:
1. Dinas Sosial Provinsi
a) Memfasilitasi bimbingan berkelanjutan berupa pelatihan keterampilan bagi anak
jalanan dari Kota Padang
2. Dinas Sosial Kota Padang bertugas:
a) Melakukan koordinasi dengan lintas sektor terkait dalam rangka kegiatan penanganan
anak jalanan.
b) Melakukan asessment kepada anak jalanan oleh Saka Bakti Pekerja Sosial (Sakti
Peksos) perlindungan anak Kota Padang.
c) Mendampingi tenaga kesehatan dan anak jalanan selama proses pemeriksaan
kesehatan.
3. Batalyon Infateri 133/Yudha Sakti bertugas:
a) Melakukan pembinaan mental kebangsaan dan disiplin terhadap anak jalanan di Kota
Padang
b) Melakukan pembinaan fisik bagi anak jalanan.
4. Satuan Polisi Pamong Praja bertugas :
a) Melakukan penjaringan dan penjangkauan terhadap anak jalanan di Kota Padang.
b) Mengantar anak jalanan yang terjaring ke Balatyon Infanteri 133/Yudha Sakti untuk
dilakukan pembinaan.
5. Dinas Kesehatan Kota Padang bertugas:
a) Memfasilitasi anak jalanan untuk dilakukan cek kesehatan fisik sebelum mengikuti
pembinaan.
b) Melakukan rujukan pada pemeriksaan lanjutan bagi anak jalanan untuk mendapatkan
pelayanan berkelanjutan bagi anak jalanan pada kasus penyakit tertentu.
6. Kementerian Agama Wilayah Kota Padang bertugas:
a) Memberikan pendidikan dan pemahaman spiritual terhadap anak jalanan dalam
bentuk bimbingan keagamaan selama anak jalanan dalam pembinaan.
7. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)/ Panti Asuhan bertugas:
a) Menfasilitasi/menampung anak jalanan yang sudah dibina, bagi anak yang tidak
memiliki orang tua dan keluarga/ anak tidak layak tinggal bersama orang tua atau
keluarga.
8. Dinas Pendidikan Kota Padang bertugas:
a) Memfasilitasi anak jalanan yang sudah dibina untuk dapat kembali ke lingkup
pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan tingkat pendidikannya.
9. Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang bertugas:
a) Memberikan workshop dan motivasi terhadap anak jalanan yang telah dibina untuk
berwirausaha dan mengikuti keterampilan.
b) Memfasilitasi anak jalanan yang sudah dibina untuk dapat melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi.
10. Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Padang bertugas:
a) Memfasilitasi anak jalanan yang sudah dibina untuk dapat mengikuti pelatihan
keterampilan kerja dan pelatihan kewirausahaan
b) Memfasilitasi anak jalanan yang sudah dibina untuk mendapatkan pekerjaan sesuai
dengan keterampilan yang sudah dimiliki oleh anak jalanan tersebut.
11. CSR bertugas:
a) Memberikan dukungan dan bantuan danadalam pelaksanaan kegiatan pembinaan anak
jalanan di Kota Padang.
12. Rumah Ceria BBPPKS Regional I Sumatera
a) Memberikan bimbingan psikologis dan bimbingan mental sosial dalam menentukan
pola asuh dan kepribadian anak jalanan.
BAB V
PENUTUP

A .Kesimpulan
Implementasi Program Penanganan Anak Jalanan melalui Rasailah Daku (Rangkul
Sayangi Latihlah dengan Terpadu) dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Padang sebagai upaya
inovatif dalam menangani permasalahan anak jalanan di Kota Padang. Program ini dimulai
pada tahun 2017 dengan kerjasama antara Dinas Sosial Kota Padang, Batalyon 133/Yudha
Sakti, dan berbagai instansi terkait lainnya.Program ini terbagi menjadi tiga tahap yang
masing-masing memiliki durasi jangka waktu yang berbeda, yaitu:
1. Jangka Pendek (15 hari): Tahap ini fokus pada pembinaan fisik dan mental
spiritual anak jalanan. Dalam tahap ini, Dinas Sosial bekerja sama dengan
Batalyon 133/Yudha Sakti, Kementerian Agama, dan Dinas Kesehatan Kota
Padang untuk memberikan pendidikan dan pembinaan kepada anak jalanan.
Metode yang digunakan dalam tahap ini adalah metode kemiliteran untuk
membentuk disiplin dan mental yang lebih baik pada anak jalanan.
2. Jangka Menengah (1 tahun): Pada tahap ini, fokusnya adalah pembinaan
pendidikan anak jalanan secara berkelanjutan. Dinas Sosial bekerja sama
dengan Dinas Pendidikan Kota Padang untuk memberikan pelatihan
keterampilan dan pembinaan spiritual serta psikologis kepada anak jalanan.
Tujuannya adalah agar anak-anak jalanan terbiasa hidup sesuai dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat.
3. Jangka Panjang (2 tahun): Tahap ini difokuskan pada pembinaan
kewirausahaan anak jalanan. Dinas Sosial bekerja sama dengan Perguruan
Tinggi (UIN Imam Bonjol) dan Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota
Padang untuk memberikan pelatihan kewirausahaan kepada anak jalanan. Hal
ini bertujuan agar anak jalanan dapat memiliki keterampilan khusus dan dapat
mandiri secara ekonomi.
Dalam program ini, beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain pembinaan mental
oleh Batalyon 133/Yudha Sakti, pembinaan spiritual oleh tim dari Kementerian Agama, dan
pembinaan psikologi oleh tim dari Rumah Ceria. Selain itu, juga dilakukan pelatihan lanjutan
untuk meningkatkan keterampilan anak jalanan, seperti pelatihan salon, papan karangan
bunga, dan penanganan barbershop.Untuk memantau dan mengevaluasi program ini,
dilakukan berbagai tahapan pemantauan dan evaluasi. Tahapan tersebut meliputi pemantauan
pada tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan, hasil yang dicapai, dan rencana tindak lanjut
kegiatan. Evaluasi dilakukan untuk memastikan keberlanjutan program dan dampak yang
dicapai terhadap kesejahteraan sosial di Kota Padang.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam program
RASAILAHDAKU untuk pembinaan lanjutan anak jalanan di Kota Padang, terdapat peran
penting dari berbagai kelembagaan sosial. Kelembagaan-kelembagaan tersebut bekerja sama
dalam rangka memberikan bimbingan, perlindungan, dan pelayanan kepada anak jalanan
guna meningkatkan kualitas hidup mereka.Hasil yang diharapkan dari program ini adalah
berkurangnya jumlah anak jalanan yang terlibat dalam pergaulan yang salah, peningkatan
nilai kesetiakawanan sosial dan rasa nasionalisme anak, serta peningkatan pengetahuan dan
keterampilan anak sebagai generasi penerus.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, terdapat beberapa saran yang dapat diajukan untuk lebih
meningkatkan peran kelembagaan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui inovasi program RASAILAHDAKU di Kota Padang:
1. Penguatan kerjasama antara lembaga sosial dan pemerintah: Penting untuk
memperkuat kerjasama antara lembaga sosial yang terlibat dalam program
RASAILAHDAKU dengan pemerintah setempat. Sinergi yang kuat antara
kedua pihak akan memastikan dukungan dan sumber daya yang mencukupi
untuk menjalankan program ini dengan efektif.
2. Penyediaan fasilitas dan sarana yang memadai: Program ini membutuhkan
fasilitas yang memadai untuk memberikan bimbingan, perlindungan, dan
pelayanan kepada anak jalanan. Sarana seperti pusat pembinaan, ruang kelas,
perpustakaan, dan area rekreasi perlu disediakan dengan baik agar anak-anak
jalanan dapat memperoleh lingkungan yang kondusif untuk belajar dan
berkembang.
3. Pelatihan dan pendampingan bagi staf dan relawan: Staf dan relawan yang
terlibat dalam program RASAILAHDAKU perlu mendapatkan pelatihan dan
pendampingan yang memadai. Mereka harus dilengkapi dengan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman yang diperlukan untuk bekerja dengan anak
jalanan secara efektif. Dukungan dan supervisi rutin juga diperlukan agar
mereka dapat memberikan pembinaan yang optimal.
4. Pemberdayaan anak jalanan melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan:
Selain memberikan perlindungan dan pelayanan, penting untuk memberikan
pendidikan formal dan pelatihan keterampilan kepada anak jalanan. Hal ini
akan membantu mereka untuk mengembangkan potensi diri, meningkatkan
kualifikasi, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Diperlukan
kerjasama dengan sekolah dan institusi pelatihan untuk memfasilitasi proses
ini.
5. Pemantauan dan evaluasi program secara berkala: Adanya pemantauan dan
evaluasi program secara berkala akan membantu dalam menilai efektivitas dan
dampak dari program RASAILAHDAKU ini. Dengan melakukan evaluasi,
dapat diidentifikasi keberhasilan dan tantangan yang dihadapi, serta dapat
diambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan
kualitas program.
6. Kolaborasi dengan sektor swasta dan masyarakat: Melibatkan sektor swasta
dan masyarakat dalam program RASAILAHDAKU dapat memberikan
kontribusi yang berharga dalam bentuk dukungan finansial, penyaluran
bantuan, atau peluang kerja bagi anak jalanan yang telah dibina. Kolaborasi ini
dapat memperluas jangkauan program dan memberikan dampak yang lebih
besar bagi kesejahteraan anak jalanan.
7. Pengembangan jaringan dan pertukaran pengalaman: Membangun jaringan
antara lembaga sosial, pemerintah, dan organisasi lain yang bekerja dalam
bidang yang sama dapat memberikan manfaat dalam pertukaran pengalaman,
pembelajaran bersama, dan saling mendukung. Pertemuan rutin, seminar, atau
workshop dapat diadakan untuk memfasilitasi
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (2018). Peran Kelembagaan Sosial dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 2(1), 45-58.

Anwar, M. (2020). Inovasi Program RASAILAHDAKU dalam Meningkatkan


Kesejahteraan Masyarakat di Kota Padang. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(2), 78-91.

Hidayati, N., & Kusumawati, D. (2019). Analisis Peran Kelembagaan Sosial dalam
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Kajian Pembangunan, 4(2), 145-160.

Putri, S. A., & Irawan, Y. (2021). Dampak Program RASAILAHDAKU terhadap


Kesejahteraan Masyarakat di Kota Padang. Jurnal Inovasi Sosial dan Pembangunan, 6(1),
23-36.

Sari, F., & Hidayat, A. (2022). Evaluasi Keberhasilan Inovasi Program


RASAILAHDAKU dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Kesejahteraan
Sosial, 7(2), 112-125.

Yohanis. (2023). Peran Lembaga Sosial Terhadap Pembinaan Moral Remaja di


Kelurahan Banuaran Nan XX. Jurnal Administrasi Publik dan Pemerintahan Vol 2, No 1

http://axaq.blogspot.co.id/2016/01/peran-lembaga-sosial-dan-fungsi-lembaga.html
Tanggal 11/02/2017 pukul : 14.10

https://brainly.co.id/tugas/1436209 Tanggal 11/02/2007 Pukul 14.03

Dinas Sosial Kota Padang. 2020. Dinas Sosial Kota Padang. 11


September. Diakses Januari 25, 2022 https://dinsos.padang.go.id/inovasi-dinas-sosial-kota-
padang-tentang-penanganan-anak-jalanan-melalui-rasailah-daku-rangkul-sayangi-latihlah-
dengan-pendidikan-terpadu.

Fadoli, M Irsyad, dan Dewi Rostyaningsih. 2017. "Implementasi


Program Penangan Anak Jalanan di Kota Semarang." Journal of Public Policy and
Management Review FISIP-UNDIP 1-18.

Anda mungkin juga menyukai