Anda di halaman 1dari 17

KAJIAN SASTRA SUFISTIK DAN KONSEP CINTA JALALUDDIN RUMI

SANG PENYAIR PERSIA


DALAM KARYANYA “MATSNAWI”
Naila Zahra1, Dadan Rusmana2
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Jl. AH. Nasution No. 105 Cipadung Cibiru Bandung 40614
Telp. (022) 7810790 Fax. (022) 7803936
E-mail: nailazhr2002@gmail.com, dadan.rusmana@uinsgd.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktural dan perspektif cinta menurut Jalaluddin
Rumi melalui karyanya Matsnawi-i-Ma’nawi. Melalui analisis penulis, buku ini tidak hanya
berisi tentang dasar-dasar prinsip agama tetapi juga mengandung nilai universal lainnya. Penulis
menganalisis secara deskriftif kualitatif tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Matsanwi.
Penulis melihat adanya nilai-nilai mistik juga keindahan cinta dari perspektif Jalaluddin Rumi.
Dikenal sebagai salah satu karya sufi paling terkenal dalam sejarah dunia Islam, Matsnawi
bahkan menjadi salah satu karya sufi terbesar dalam sejarah peradaban dunia. Di tangan Rumi,
kitab ini diwujudkan dalam bentuk puisi yang sarat dengan banyak makna, simbol dan tampilan
yang menarik untuk dinikmati dan diapresiasi tidak hanya oleh umat Islam tetapi juga oleh siapa
saja yang menginginkannya untuk mencari kebenaran dan keindahan universal.

Kata Kunci: Sufistik, Pengosongan diri, Cinta dan Derita.

Abstract

This study aims to analyze the structural and perspective of love according to Jalaluddin Rumi
through his work Matsnawi-i-Ma'nawi. Through the author's analysis, this book not only
contains the basics of religious principles but also contains other universal values. The author
analyzes descriptively qualitatively about the values contained in Matsanwi. The author sees the
mystical values as well as the beauty of love from the perspective of Jalaluddin Rumi. Known as
one of the most famous Sufi works in the history of the Islamic world, Matsnevi is even one of the
greatest Sufi works in the history of world civilization. The Matsnawi is called the Persian
Quran because its content is more like a mystical interpretation of the Islamic holy book. In
Mevlana's hands, this book is realized in the form of poetry which is full of many meanings,
symbols and attractive displays to be enjoyed and appreciated not only by Muslims but
especially by anyone who wants it. seeking universal truth and beauty.

Keywords: Sufism, Self Emptying, Love and Suffering.

1
PENDAHULUAN tersebut memiliki karakteristik yang
Sastra atau dalam bahasa inggris berbeda. Seperti contoh Sastra Arab dan
disebut literatur, masih menjadi bahan Persia yang termasuk dalam Sastra Asia
diskusi hingga saat ini mengenai definisinya. Barat cenderung mengarah pada sastra
Hal ini disebabkan belum adanya definisi Islam. Sastra Islam sendiri biasanya
yang memuaskan. Sastra juga diidentikan didominasi oleh sastra sufistik juga sastra
dengan genre imajinatifnya yakni puisi, propethic (Ahmadi, 2017). Hal hal yang
prosa, cerita, dan drama (Lafamane, 2020). terkandung dalam sastra sufistik biasanya
Hal ini dikarenakan adanya pendapat bahwa tentang nilai-nilai dan pengalaman tasawuf,
sastra bukanlah ilmu melainkan cabang dari hakikat hubungan manusia dengan
seni yang ditentukan oleh faktor perasaan, penciptanya, juga ungkapan kerinduan
semangat, dan kepercayaan manusia. Karya kepada Tuhan (A.Manan, 2020).
sastra adalah cermin dari hati manusia. Ia Orang Barat berpendapat bahwa
dilahirkan untuk menjelaskan eksistensi tasawuf sebenarnya bukanlah ajaran murni
manusia, dan memberi perhatian besar dari agama Islam, sementara para tokoh sufi
terhadap dunia realitas sepanjang zaman dan cendikiawan Muslim mengungkapkan
(Ahyar, 2019). Selain itu, jenis sastra bahwa al-Qur’an dan al-Hadits merupakan
tersebut adalah yang mengandung unsur- sumber ajaran utama dari tasawuf, bahkan
unsur kesastraan secara dominan yaitu fiksi, inti ajaran-ajaran tasawuf seperti tentang
imaji, dan rekaan. Namun sebenarnya, karya cinta, sabar, tawakal, ikhlas, syukur, ridha,
non imajinatif dan non fiksi sudah ada dan taubat, raja’, zuhud, khauf, ketenangan dan
banyak diciptakan sejak dulu meski tidak lain sebagainya secara jelas diuraikan dalam
memberikan rasa seperti sedang membaca al-Qur’an. Salah satu contohnya terdapat
karya sastra. Adapun sesuatu yang pasti dalam Q.S. Al-Maidah ayat: 54 yang
ialah bahwa apapun jenis sastra, bahasa menjelaskan tentang ciri-ciri aliran tasawuf
adalah medianya untuk mengungkapkan dan salah satu ayat penguat bahwa tasawuf
atau menggambarkan perasaan sang penulis memang berasal dari Islam.
(Lustyantie, 2017). Bahasa yang memiliki
keaslian dan keartistikan, bahasa yang indah َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َم ْن يَّرْ تَ َّد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ٖه فَ َسوْ ف‬
juga dapat menggetarkan jiwa merupakan َ‫يَْأتِى هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم يُّ ِحبُّهُ ْم َويُ ِحبُّوْ نَهٗ ٓ ۙاَ ِذلَّ ٍة َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْين‬
bahasa yang digunakan dalam sastra.
‫اَ ِع َّز ٍة َعلَى ْال ٰكفِ ِر ْي ۖنَ ي َُجا ِه ُدوْ نَ فِ ْي َسبِي ِْل هّٰللا ِ َواَل‬
Sastra umumnya dikategorikan
berdasarkan bahasa dan letak geografis. ‫ك فَضْ ُل هّٰللا ِ يُْؤ تِ ْي ِه َم ْن يَّ َش ۤا ۗ ُء‬َ ِ‫يَخَافُوْ نَ لَوْ َمةَ اَل ۤ ِٕى ٍم ٰۗذل‬
‫اس ٌع َعلِ ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬
Sebagai contoh Sastra Barat berisi negara- ِ ‫َو ُ َو‬
negara Eropa dan jajahannya, seperti sastra
Belanda, Inggris, Italia, Prancis, Rusia, dan “Wahai orang-orang beriman, barang siapa
lain-lain. di antara kamu yang murtad (keluar dari
Sastra Asia dibagi menjadi Sastra Asia agamanya), maka kelak Allah akan
Timur, Sastra Asia Barat, Sastra Asia mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai
Tenggara. Ragam dari masing-masing sastra mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan
2
bersikap lemah lembut terhadap orang-orang sastra sufi pada umumnya adalah mengenai
beriman, tetapi bersikap keras terhadap dimensi spiritual yang dimulai oleh para ahli
orang-orang kafir, yang berjihad di jalan tasawuf. Genre sastra ini merupakan bagian
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan dari ungkapan para sastrawan mengenai
orang yang suka mencela. Itulah karunia ketuhanan dan keagamaan nya kala itu
Allah yang diberikan-Nya kepada siapa (Santosa, 2018). Tasawuf merupakan ajaran
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas tentang kerohanian dalam agama Islam atau
(pemberian-Nya), Maha Mengetahui”. (Q.S. dengan kata lain adalah bentuk spiritualistas
Al-Maidah : 54) untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
Selain ayat diatas, terdapat pula (Badrudin, 2015). Tasawuf merupakan jalan
beberapa pendapat-pendapat para ahli lain penyucian diri bagi manusia, ajaranya
yang menguatkan bahwa tasawuf berasal berfokus pada kehidupan bathiniah. Di
dari Islam. Diungkapkan bahwa tasawuf dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 55
didapati pada kehidupan Nabi Muhammad dijelaskan “Perintah agar mausia senantiasa
SAW. Contohnya, saat orang Arab bertaubat, membersihkan diri dan memohon
berbondong-bondong menghalalkan segala ampunan kepada Allah”. Proses penyucian
cara untuk mendapatkan harta, Nabi SAW diri tersebut para sufi hendaknya
sendiri mengasingkan diri di Gua Hira mengembangkan keimanan dan ketakwaan
menjauhi segala kebendaan dunia menjelang dalam melaksanakan ibadah yang wajib
datangnya wahyu. Kemudian tasawuf juga maupun sunnah seperti dzikir, wirid, puasa,
dapat ditemukan di zaman sahabat Rasul memperbanyak bersolawat dan bersedekah
juga keturunan sesudahnya (Hafiun, 2012). untuk menyempurnakan akhlaknya, juga
Selain itu, amalan para sahabat Nabi dan meninggalkan kehidupan megah duniawi
ajaran dasar akhlak para sufi tidak lain dan segala sesuatu yang akan membuat
adalah rujukan dari al-Qur’an dan al-Hadits. melalaikan serta melupakan kita terhadap
Sastra sufi di Indonesia sendiri sang pencipta (Amaliyah, 2016). Pada
belum mendapatkan ruang atau bisa dibilang awalnya, tasawuf digunakan oleh suatu
cukup asing. Sastra sufi berkaitan erat kelompok yang ingin mendekatkan diri
dengan tasawuf. Tasawuf banyak kepada Tuhan dengan sempurna, namun
melahirkan disiplin ilmu pengetahuan seiring perkembangannya jadi tidak jarang
seperti seni, seni bukan hanya dalam orang ingin memahaminya.
pengertian sastra tetapi juga bisa dalam Sastra sufi identik dengan gaya cinta
arsitektur, bagaimana seorang sufi dalam tafsir ketuhanannya. Penulis sufi
membangun masjid atau ruangan-ruangan sering menggunakan bahasa cinta dan puisi
tertentu pasti akan memasukan nilai-nilai yang mengandung rangkaian kata dengan
suufistik didalamnya. Ada ekspresi-ekspresi makna yang dalam dan unsur batin yang
yang dituangakan oleh seorang sufi, salah dalam. Cinta yang bersifat ilahiah adalah
satunya sastra. membenci sikap-sikap yang bertentangan
Asal mula sejarah sastra sufi saling dengan Allah dan mentaati segala perintah
bersangkutan dengan tasawuf. Hal ini Allah (Zainiyah, 2018). Sebagian besar
lantaran lingkup materi yang ada dalam sastra sufi biasanya berupa puisi, para sufi
3
juga mengambil cerita dalam Al-Qur'an nilai tasawuf adalah Matsnawi. Salah satu
tentang kisah-kisah yang mengungkapkan karya seni yang luar biasa sepanjang sejarah.
cinta mereka melalui kedamaian dan Matsnawi atau nama lengkapnya adalah
ketenangan jiwa serta iman yang mendalam Matsnawi-i-Ma'nawi, artinya karangan
kepada Tuhan. Sastra sufi adalah karya seni bersajak tentang makna atau rahasia
murni yang berhubungan dengan nilai-nilai terdalam dari ajaran agama (Budiarti, 2017).
dan masalah ketuhanan. Ini adalah Jalaluddin Rumi berjalan di jalan cinta
pengalaman mistik yang hanya dapat diserap dalam perjalanan sufinya. Tidak hanya
oleh pikiran intuitif dan imajinasi kreatif, menyampaikan cinta kepada Allah, Maulana
bukan oleh panca indera. Semua ini bermula Jalaluddin Rumi menciptakan tarian sufi
dari kenyataan hidup yang tidak dapat yang mengungkapkan apresiasi cintanya
dijelaskan dengan pemahaman yang logis kepada Allah dalam rangka menunggu
dan rasional. Penyair sufi datang dari cahaya yang Allah tebarkan bagi manusia
penghayatan cintanya kepada Allah. Puisi- (Rokhilatur Rosyidah, 2020). Buku ini berisi
puisinya mengandung refleksi mendalam tentang ajaran-ajaran dasar Islam, khususnya
tentang kehidupan, pesan bagi siapa saja dalam bidang tasawuf, tetapi juga dalam
yang membacanya, Muslim atau bukan. filsafat kehidupan.Karya ini bahkan menjadi
Karena penyajiannya yang intuitif dan magnet bukan hanya umat islam saja, namun
kreatif, para penulis Sufi berusaha umat dari berbagai agama seperti Yahudi,
menjelaskan apa yang terkandung dalam Nasrani, Hindu, Majusi dan penganut
pengalaman mistik mereka (Syaifudin, agama-agama lain bahkan menjadi favorit
2019). Dengan mempelajari sastra sufi, kita bagi mereka yang tidak memiliki agama.
bisa belajar bagaimana orang memuliakan Sejak dunia mulai mengenal Matsnawi
Tuhan melalui kontemplasi mereka sendiri. hingga saat ini, minat dan antusiasme
Membaca karya-karya sufi juga dapat manusia terhadap isi kandungannya yang
memberikan kita motivasi di luar jangkauan penuh dengan hikmah dan dengan bahasa
akal dan pikiran kita sebagai manusia untuk yang indah tidak pernah redup. Khususnya
lebih mengenal diri sendiri dan Tuhan. umat islam yang banyak sekali mendapat
Sastra sufi muncul pada abad ke-15 ilham dari kitab ini untuk berkarya, bersyair,
di bawah kepemimpinan para ahli sufi. maupun berfalsafah. Sedangkan dunia barat
Fariruddin al-'Attar, Omar al-Hayyami, baru mengenalnya pada abad ke-19, saat
Imam Ghazali, Abu Said al-Khayr, Hodja kitab ini diterjemahkan ke bahasa Inggris
Abdullah Ansari, tokoh wanitanya ada dan Jerman. Ditambah semakin banyaknya
Rabiah al-Adawiyyah dan salah satu penyair kitab ini ke berbagai bahasa Eropa
terkenal adalah Jalaluddin Rumi menjadikan minat orang Barat semakin
(Sihaloholistik, 2014). Jalaluddin Rumi meluas dan mendapat sambutan yang baik di
adalah nama yang sangat tidak asing di Amerika Serikat sehingga tahun demi tahun
kalangan manapun, namun orang kurang Rumi dinobatkan sebagai penyair paling
mengenal beliau sebagai seorang sufi yang masyhur di negara tersebut.
menjelaskan perspektif tasawufnya lewat
sastra. Karya besarnya yang memuat nilai- METODE PENELITIAN
4
Pada penelitian ini, penulis mereka masing-masing, orang lain, bahkan
menggunakan pendekatan deskriptif penciptanya (Nurul Apriani, 2021).
kualitatif. Jenis penelitian tersebut Matsnawi berisi bukan hanya tentang tulisan
memanfaatkan data kualitatif kemudian Rumi mengenai dialognya dengan Tuhan,
diuraikan secara deskriptif. Adapun teknik tetapi juga tentang manusia yang ingin
pengumpulan data yang digunakan penulis berjalan menuju Tuhan. Jalaluddin Rumi
yaitu metode library research atau studi menunjukan kecerdasan dirinya dan
kepustakaan dengan menghimpun data dari keistimewaan rasionalnya karena Rumi
benda-benda tertulis seperti buku-buku, menuangkan perjalanan mistik dan
artikel, majalah, jurnal, web (internet), spiritualnya dalam karyanya Matsnawi.
ataupun informasi lainnya yang menyangkut
dengan objek yang akan diteliti (Prastowo, A. Biografi Jalaluddin Rumi dan
2012). Penulis menganalisis struktural dan karyanya “Matsnawi”
isi dari kitab yang berjudul Matsnawi karya Jalaluddin Rumi atau nama aslinya
Jalaluddin Rumi. Selain itu, penulis Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin
menganalisis isi yang terkandung dari karya Hasin al Khattabi al-Bakri juga dikenal
tersebut, mengembangkan makna-makna dengan nama “Rumi” yang merupakan nama
yang terdapat didalamnya untuk dijadikan julukannya karena ia menghabiskan
pemahaman baru. Dengan demikian Sebagian hidupnya di Konya (kota yang
diharapkan agar penelitian ini membawa sekarang bagian dari Turki dan dulunya
pemahaman baru dan perubahan dalam diri dikenal dengan sebutan Rum) (Murwati,
setiap insan. 2009). Rumi lahir tahun 604 Hijriah,
tepatnya pada tanggal enam Rabiul Awwal
atau dalam Masehi (30 September 1207 M).
Ia merupakan seorang guru, penyair,
HASIL DAN PEMBAHASAN sekaligus sufi ternama yang berasal dari
Di dalam sastra Persia banyak sekali jenis- Persia. Ia juga merupakan seorang yang
jenis syair atau puisi seperti Ruba’i, Ghazal, menganut paham tasawuf falsafi, ia berusaha
Matsnawi, dsb. Tetapi khusus Matsnawi, memadukan hal yang sifatnya mistis dengan
hampir beberapa sufi yang mengambil jalur yang sifatnya rasional. Jalaluddin Rumi
sastra memiliki karya Matsnawi seperti muncul sebagai tokoh penting di zamannya
Fariduddin al-Attar, Abdurrahman Jami, dan setelah menyadari bahwa banyak orang di
sastrawan sufi lainya (Faiz, 2016). Matsnawi sekitarnya yang beragama karena beberapa
karya Rumi ini berisi tentang rekaman keadaan yang tidak disadarinya. Mereka
perjalanan spiritual beliau secara universal. merasa puas setelah mereka terikat pada
Sebagian orang mengatakan bahwa syair suatu agama dan memperoleh informasi
Matsnawi karya Rumi ini merupakan peta resmi tentang agama mereka. Pada
jalan untuk kembali kepada yang haq. kenyataannya perilaku, kepribadian, dan
Dalam Matsnawi, Rumi mengungkapkan pemikiran mereka tidak mengalami
bahwa dengan tasawuf manusia akan perubahan yang berarti. Ternyata ajaran
mengenal lebih dalam mengenai hakekat diri yang telah diberikan selama ini tidak serta
5
merta mendorong mereka untuk lebih tempat yang dipenuhi para ulama, pemikir,
mengembangkan hati dan emosinya, dalam dan orang-orang bijak dan juga dapat
arti fokus pada sesuatu yang lebih positif disebut tempat perlindungan Rumi juga
dan bermakna. Jika sikap seseorang dalam keluarganya. Dalam pengembaraannya ia
jiwanya, pandangan hidupnya dan sempat singgah di berbagai kota dan selalu
pandangan dunianya berubah, maka mendapat sambutan hangat. Termasuk saat
perilaku, jiwa, kepribadian dan pikirannya ia singgah di Nishapur, kota kediaman
dapat berubah. Agar ini terjadi, kesadaran seorang penyair besar yaitu Fariduddin Attar
batinnya harus berubah. Inilah tugas ilmu- (Fillah, 2021).
ilmu agama, khususnya tasawuf dan filsafat. Ketika beranjak dewasa, beliau
Rumi juga berpendapat bahwa mulai berkiprah sebagai pengajar
pikiran seseorang akan tercerahkan dan jika meneruskan posisi ayahnya yang wafat pada
dia memiliki perasaan positif tentang segala tahun 628 H. Sejak itu, ia terus belajar
sesuatu, dia akan menjadi 'tercerahkan'. tentang syariat dan tasawuf dari
Dalam pengalamannya sendiri, Rumi Burhanuddin Muhaqqiq Termazi yang
menyadari bahwa konflik jangka panjang merupakan murid dari Ayahnya. Namun,
antara kelompok masyarakat, antar pemeluk sekitar tahun 1240 M Burhanuddin wafat
agama yang sama, tetapi antara aliran dan saat itu Rumi sudah ahli dalam hukum
pemikiran yang berbeda, sering muncul islam dan mulai mengeluarkan fatwa juga
karena tidak mengetahui keadaan masing- berdakwah di masjid-masjid Konya. Pada
masing. Rumi yang bertahun-tahun menjadi periode ini pula Rumi sering melakukan
guru yang mengajarkan berbagai ilmu perjalanan, hingga akhirnya bertemu dengan
kepada murid-muridnya menyadari bahwa Syamsuddin Al-Tabrizi atau Syams Tabrizi
ilmu syariat, fiqih dan logika (logika) yang yang merubah kehidupannya.
diajarkan kepada murid-muridnya tidak lain Syamsuddin Al-Tabrizi menjadi
adalah alat. melahirkan baik atau buruk. tokoh yang menyempurnakan ilmunya
Ayahnya Bernama Bahauddin Walad tentang tasawuf sehingga Rumi tumbuh
yang masih merupakan keturunan Abu menjadi seorang sufi agung yang terkenal
Bakar, ia adalah seorang cendikiawan saleh dengan karya syair indahnya. Syamsuddin
dan seorang guru yang terkenal di Balkh Al-Tabrizi merupakan seorang pemimpin
(Sultanov & Rokhila, 2020). Sedangkan atau ahli tasawuf yang menghabiskan
ibunya Bernama Mumina Khatun berasal hidupnya dengan mengembara dari satu kota
dari keluarga kerajaan Khawarazm. ke kota lain, tanpa memikirkan harta dan
Meskipun Bahauddin menikahi seorang keselamatan jiwanya, juga tidak merasa
anggota kerajaan, ia tidak serta merta takut melewati tempat-tempat yang saat itu
menyetujui semua kebijakan-kebijakan sang masih aktif berperang. Ia benar benar faqir
raja bahkan menentangnya. Ketika Rumi dalam arti sebenarnya. Dia mengajarkan
baru berusia tiga tahun, keluarganya kepada umat islam yang putus asa dan
mendapat ancaman dari pasukan Mongol, kebingungan, disebabkan oleh penjarahan
sehingga ia dan keluarganya harus hijrah yang dilakukan pasukan Mongol dan Salib.
dari Balkh menuju Asia Kecil, sebuah Yang diajarkannya ialah kekuatan cinta
6
Illahi dalam merubah nasib manusia apabila melakukan tarian berputar-putar dengan
manusia berikhtiar untuk meraihnya maka diiringi suara musik dari seruling dan
dapat dipastikan akan merubah nasibnya itu. gendang. Tujuannya adalah semata-mata
Dia juga mengajarkan agar umat islam untuk menemukan keindahan ilahiyah
senantiasa memerangi kelemahan- dengan penghayatan yang mendalam.
kelemahan dan kebodohan-kebodohan yang Matsnawi berisi pemikiran-
bersarang dalam dirinya, terutama yang pemikiran cemerlang Jalaluddin Rumi.
disebabkan oleh ajaran Jabbariyah dan Matsnawi ini juga menjadi salah satu karya
faham yang mengutamakn taqlid. agung dunia sufisme yang paling
Suatu ketika, Syamsuddin Al-Tabrizi berpengaruh di dunia dan sering disebut
meninggalkan Rumi tanpa penjelasan sebagai tafsir Al-Qur’an dalam Bahasa
apapun, yang ternyata itu disebabkan oleh Persia dengan pendekatan tasawuf
para murid dari Jalaluddin Rumi yang tidak (Nugroho, 2019). Buku ini terdiri dari
menyukai kehadiran Syams Tabrizi. Rumi sekitar dua puluh lima ribuan bait syair yang
mengungkapan kerinduannya terhadap sang terbagi menjadi enam jilid. Jalaluddin Rumi
guru melalui karyanya yang berjudul Diwan dan karyanya pun sangat terkenal bukan
Syams Tabriz (Rohayati, 2020). Salah satu hanya di Persia, tapi juga di kalangan
karya Rumi yang paling populer, yaitu sarjana Barat. Dapat dibuktikan dengan
Matsnawi yang ia susun di Konya pada abad diterjemahkannya karya-karya Jalaluddin
ke-13, dianggap sebagai salah satu puisi Rumi yang berbahasa Persia ke berbagai
terbaik dan terbesar dalam Bahasa Persia, Bahasa, termasuk Bahasa Inggris. Para
yang merupakan Bahasa Dunia Islam kedua penerjemah menyalin karya Rumi menjadi
setelah Bahasa Arab. Karya ini juga ditulis gaya bebas, prosa, puisi, atau bahkan
berkat murid sekaligus sahabatnya gabungan dari semuanya. Hal ini
Husamuddin Ghalabi yang ia temui setelah dikarenakan puisi-puisi Rumi menggunakan
kepergian Syamsuddin Al-Tabriz. kata-kata Persia yang sangat sukar dicari
Husamuddin meminta Rumi agar bersedia persamaannya dalam bahasa lain. Jalaluddin
untuk menguraikan rahasia-rahasia ilmu Rumi merupakan seorang yang tidak hanya
tasawuf dalam bentuk karya sastra seperti mahir dalam bidang keduniaan, ia juga
yang sudah dilakukan oleh tokoh-tokoh sufi merupakn seorang yang memahami hakikat
lainnya. Rumi memenuhi permohonan dari cintanya kepada sang illahi. Beliau juga
Husamuddin hingga kitab Matsnawi itu merupakan seorang sufi yang menumbuhkan
selesai setelah 12 tahun dikerjakan (Hadi, cintanya melalui perantara sastra. berbagai
2017). Bersama Hisamuddin juga Rumi karya sastra lahir dari tangan Rumi, baik
membuat tarekat yang dikenal dengan puisi ataupun prosa.
tarekat Maulawiyah. Tarekat Maulawiyah Jalaluddin Rumi wafat pada tanggal
ini dikenal dengan sebutan the Whirling 17 Desember 1273 M, lebih tepatnya pada
Dervishes yang artinya para darwis yang hari Minggu tanggal 5 Jumadil Tsani 672 H
berputtar-putar (Eva Syarifah Wardah dan di Konya (Rumi, 2014). Pemakamannya
Siti Rohayati, 2020). Penganut tarekat ini tidak hanya dihadiri oleh umat Muslim, tapi
melantunkan dzikir kepada Allah sambil beragam komunitas masyarat di kota itu
7
bahkan orang-orang Kristen dan Yahudi Karena semua isi dari kitab
juga dating untuk mengucapkan selamat Matsnawi adalah kisah, jadi tidak ditemukan
tinggal kepada tokoh penyair paling struktur yang sistematis dan jelas. Kadang
berpengaruh pada periode itu. Rumi memotong atau menggantungkan
kisah yang ditulisnya kemudian kisahnya
B. Gaya Bahasa dan Struktural muncul lagi didalam kisah yang lain, seperti
Matsnawi Karya Jalaluddin Rumi apa yang dia tulis mengalir begitu saja.
Matsnawi berisi uraian tentang Sama halnya dengan Al-Qur’an yang bukan
keluasan dari semangat keruhanian dan dilihat dari keseluruhan strukturnya yang
perjalanan manusia dari dunia menuju jelas tetapi dilihat dari segi kita memahami
kebenaran yang sesungguhnya. Seorang sufi isinya (Tilawati, 2019). Hanya saja
Persia abad ke-15 yaitu Abdul Rahman Matsnawi merupakan sebuah karya yang
Jami’ menyatakan bahwa Matsnawi dibuat oleh seseorang yang telah mencapai
merupakan tafsiran al-Qur’an yang indah level kesempurnaan dalam ilmu sebagai
berbahasa Persia. Yang dimaksud tafsir oleh manusia sehingga mampu menyusun karya
Jami ialah ta’wil atau tafsir keruhanian yang dialamnya terdapat banyak kandungan
terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis juga sifat yang mencerminkan Al-Qur’an,
dalam bentuk karangan bersajak indah. ditafsirkan dan diadopsi oleh Matsnawi
Jalaluddin Rumi membuat karya yang secara struktural. Sebagian peneliti
seperti tafsir Al-Qur’an ini dalam bentuk berpendapat bahwa Rumi tidak sedang
syair-syair yang memiliki makna serta bersastra, melainkan Rumi meminjam sastra
symbol yang dalam ketika dikaji, juga rupa sebagai media perantara nya untuk ia
yang indah sehingga dapat dinikmati dan memasukan pengetahuannya tentang nilai-
diapresiasi bukan hanya oleh kaum muslim, nila sufistik. Kebanyakan sufi memasukan
tetapi juga siapa pun yang hendak mereguk ajarannya yang berupa doktrin-doktrin,
cahaya kebenaran dan keindahan universal. namun istimewa nya Rumi adalah ia
Di dalam kitab Matsnawi karya menuangkan pengetahuannya melalui puisi
Rumi, yang berisi sekitar 25.000 untaian bait yang berisi tentang kisah-kisah dimana para
bersajak yang dibagi menjadi 6 jilid, yang pembaca saat membacanya akan
berisi pendahuluan dalam bahasa Arab di mendapatkan kadar pemahamannya sesuai
setiap jilidnya, dan diteruskan menggunakan pengalaman atau bisa disebut bahwa isi dari
bahasa Persia. Terdapat nilai didaktik dan kitab Matsnawi ini adalah mengenai refleksi
sastra yang mengagumkan. Bahasa ekspresi diri kita sebagai manusia. Kisah pertama
dalam kitab Matsnawi ini mengandung dalam Matsnawi adalah tentang Ney
makna yang dalam. Bersamaan dengan itu, (seruling). Ney sendiri melambangkan satu
para pembaca cenderung berhasrat pada dimensi kekosongan. Kosong itu satu
kiasan-kiasan yang dikemukakannya sebab identitas penting bagi manusia yang berjalan
sesuai dengan kenyataan hidup, sehingga menuju Tuhan. Jadi jika diri kita diisi
bisa dijadikan sebagai motivasi, gairah dan dengan ego maka Tuhan tidak akan
kesenangan mereka. memanifestasikan diriNya kedalam diri kita,
jadi kita tidak bisa menyerap dan merasakan
8
keindahan Tuhan jika diri kita ini diisi itu, kitab Matsnawi ini dipenuhi dengan
dengan ego. Seperti syair Rumi “dia metafora yang indah. Rumi menyadarkan
mengatakan aku, engkau mengatakan aku, kita akan kekeliruan pada setiap kalimat
disisinya tidak ada dua aku, jadi intinya melalui sejumlah metafora. Rumi juga
apakah engkau mati disisinya atau aku mati membuat pembaca lama merenungkan
disisimu, tapi karena dia hakekat yang tak makna dari perbandingan dan perumpamaan
pernah hidup maka engkau mati disisi Nya” yang Rumi buat. Matsnawi juga disebut
maksudnya adalah jika seseorang memiliki Ma’nawi karena dimaksudkan untuk
ego aku, Dia juga mengatakan aku maka membaca dengan saksama karena
tidak akan bertemu. Jika ingin jadi pejalan, membutuhkan pemahaman yang dalam
simbolnya harus menjadi ney, dimana ada untuk bisa mengetahui makna dibalik
dimensi kekosongan. Jadi ada keidentikan tulisan-tulisan Rumi tersebut yang puitis.
antara ney dan pejalan, dua-duanya mesti Namun yang paling penting adalah pesan
kosong. Ada beberapa penafsir dan peneliti yang disampaikan dalam Matsnawi adalah
matsnawi yang menyatakan bahwa ney itu pesan untk kita belajar bagaimana melihat
symbol dari Rumi sendiri yang berjalan dimensi diri kita atau bisa disebut juga
menuju illahi. cermin untuk melihat diri. Seperti hal nya
Cara memahami saat membaca membaca al-Qur’an, kita harus mencoba
matsnawi masih menjadi perdebatan. rasakan bahwa al-Qur’an itu diturunkan
Apakah kita bisa memaknainya sendiri dan kepada diri kita. Jadi seolah-olah Rumi
atau memang ada struktur khusus yang menulis Matsnawi ini untuk kita untuk
Rumi buat. Namun menurut Muh Nur Jabir bercermin.
(salah satu penerjemah kitab Matsnawi)
sebenarnya Rumi tidak membangun struktur C. Cinta dan Derita menurut
dan juga tidak menuliskan kunci-kunci Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi
untuk memahami diksi. Namun ada satu Jalaluddin Rumi menempuh jalan
diksi yang disepakati oleh para tokoh cinta dalam menjalankan tasawufnya, yakni
sastrawan sufi sendiri seperti Ney (seruling). dengan cara menyadari kehadiran Tuhan
Dijelaskan pada bait pertama dalam kisah dalam diri sesama dan alam semesta. Setelah
Ney: “Semua orang bisa mengira bahwa dia mempelajari tasawuf, Rumi menyadari
senafas dan sebatin denganku, tapi tidak bahwa di dalam diri manusia terdapat suatu
semua orang bisa mengira atau menangkap hal tersembunyi, yang jika dukaji sungguh-
tentang rahasia batinku” artinya Rumi sungguh dengan cara yang tepat akan
membebaskan pembaca untuk menangkap membuat manusia meraih kebahagiaan juga
apapun maknanya, namun Rumi pengetahuan yag luas. Jalaluddin Rumi
menegaskan bahwa tidak semua orang bisa mengajarkan tentang hakikat cinta,
menangkap apa yang dialami Rumi. kesejatian cinta, juga kendahan cinta. Cinta
Matsnawi kaya akan analogi-analogi, dan yang ia dalami adalah cinta yang bersifat
pengambilan analoginya sendiri bukan universal. Penguasaan Rumi terhadap
sembarangan karena itu benar-benar tepat berbagai bidang ilmu pengetahuan
dengan apa yang Rumi sampaikan. Selain terungkap secara mendalam lewat syair-
9
syairnya yang merupakan ungkapan- Seperti misalnya kita cinta terhadap
ungkapan pengalaman mistiknya yang manusia, rasanya akan sama seperti kita
mendalam. cinta terhadap sesuatu yang lain termasuk
Dalam Matsnawi terdapat dua Tuhan, cinta akan membunuh, merenggut,
definisi ilmu, definisi yang pertama mengambil semua yang kita miliki karena
dikaitkan dengan materi yang dapat dilihat itu adalah dimensi cinta. Jadi hubungan kita
dan bisa diterobos melalui fasilitas dengan Tuhan sama seperti dengan sesuatu
pendidikan. Sedangkan definisi kedua yaitu, yang kita cintai. Terkadang Tuhan
ilmu tidak duniawi yang tidak bisa didapat disebutkan sangat jauh karena maha agung,
melalui ajaran di sekolah serta tidak bisa tapi juga dalam al-Qur’an disebutkan bahwa
didapat melalui buku, riset penelitian, atau Tuhan maha dekat, dan ada yang lebih dekat
fasilitas pendidikan dan akademis, lagi ketika Tuhan menyebutkan “Aku lebih
melainkan ilmu ini memberi kesaksian dekat dari urat nadi”. Meskipun antara
terhadap pemahaman kepada kebenaran manusia dan Tuhan tak terpisahkan, namun
yang berada diluar nalar manusia, atau tidaklah berarti sama dengan atau sepadan
kesadaran akan realitas yang tersembunyi dengan Tuhan Dalam sastra sufi Tuhan
serta merupakan satu-satunya dimensi kadang digambarkan sebagai kekasih,
eksistensi yang absolut. Menurut Rumi, kadang digambarkan dengan cinta, kadang
manusia dapat memahami asal usul juga digambarkan seperti teman. Ada
ketuhanannya melalui jalan cinta, bukan peristilahan yang digunakan oleh para sufi,
semata-mata melalui jalan pengetahuan. mereka membagi tiga cinta, ada cinta dusta,
Biasanya saat berbicara cinta kita merujuk cinta metafor, dan cinta sejati. Cinta dusta
ke Romeo dan Juliet atau Qays dan Layla, adalah kecintaan seseorang terhadap objek
namun dalam Matsnawi karya Rumi ini yang tidak abadi dan tidak akan
semua isi baik jika berbicara tentang cinta mengantarkan kepada sesuatu yang sejati
atau manusia adalah tentang ketuhanan atau seperti cinta kepada harta yang tidak akan
illahi. Cinta menjadi unsur utama dalam mengantarkan kita kepada keabadian. Cinta
Matsnawi ini, dengan pengertian bahwa metafor adalah cinta yang mengantarkan
cinta adalah sebuah proses bagaimana kita kepda cinta sejati seperti cinta kepada
dibaliknya ada sebuah bentuk derita. Rasul yang merupakan penghantar kita
Dalam dunia sufisme, para sufi kepada Tuhan. Lalu cinta sejati kita adalah
menjadikan cinta sebagai prinsip tertinggi illahi yaitu Allah SWT yang memang adalah
dalam etaika sufi (Siregar, 1988). Bagi hakikat keabadian. Intinya cinta tidak pernah
mereka cinta adalah satu-satunya jalan sah salah, yang salah itu adalah objek yang kita
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. cintai.
Cinta menurut para sufi adalah kendaraan Bagi Rumi, cinta tidak dapat
menuju illahi. Cinta hanya bisa bisa diungkapkan tetapi orang tetap dapat
dipahami melalui pengalaman, tidak bisa membahas juga membincangkannya. Cinta
didefinisikan dengan kata-kata. Para sufi tidak dapat dijelaskan melalui kata-kata,
juga berpendapat bahwa semua cinta itu melainkan hanya dapat dipahami melalui
sama, tetapi yang berbeda itu objeknya. pengalaman. Sebagaiman cinta seseorang
10
terhadap kekasihnya, cinta tidak bisa disebut dengan derita kerinduan. Dalam
diutarakan melalui apapun karna itu berasal Matsnawi ini sebenarnya Rumi ingin
dari hati, cinta seorang sufi kepada Tuhan mengabarkan bahwa setiap dari kita
pun yang sering disebut Kekasih tidak hanya memiliki derita keterpisahan. Derita
melampaui dunia tetapi segala sesuatu akan keterpisahan ini disebut dengan derita
terjangkau olehnya. Rumi menyimpulkan eksistensi, beda dengan derita keseharian,
bahwa cinta tak terungkapkan melalui kata- beda dengan istilah kesedihan, beda dengan
kata. Ia adalah pengalaman yang berada di istilah luka. Yang disebut tersebut
seberang pemikiran tapi sebuah pengalaman merupakan efek dari derita tapi pesan utama
yang lebih nyata daripada dunia dan segala adalah pada derita. Dalam kisah pembuka
yang ada di dalamnya (Istiqomah, 2019). tentang Ney (seruling) Rumi membahas
Kita bisa mencintai sesuatu karena melihat tentanng derita keterpisahan. Sebuah
adanya kesempurnaan apapun bentuk seruling yang terpisah dari rumpun bambu
kesempurnaan itu, boleh jadi keindahan nya, merindukan rumahnya, dan dengan
fisik, boleh jadi sesuatu yang memberikan begitu seruling mengungkapkan rasa cinta
kita gelora atau lainnya, atau sesuatu yang abadi. Seruling tersebut mengungkapkan
bersifat marifat seperti hal nya cinta kepada cinta abadi. “Dengarkanlah seruling ini,
Tuhan yang sangat abstrak dan tidak bisa betapa dia mengadu atas kisah derita
dilihat secara indrawi. keterpisahannya. Semenjak dia terpisan
Jalan cinta sufisme adalah melalui dari rumpun bambu”. Lewat kutipan
kekosongan, untuk itu manusia harus tersebut, kita bisa menafsirkan bahwa
melakukan pengosongan diri terlebih manusia pada dasarnya mengalami suatu
dahulu. Manusia memiliki dua dimensi diri. bentuk keterjatuhan dari alam ruh masuk ke
Diri yang pertama sering diidentikan dengan alam dunia dan menjadikan manusia
hawa nafsu dan itu merupakan diri yang terpisah secara rohani dengan Tuhannya
palsu, sedangkan yang kedua adalah diri yang mengakibatkan manusia menanggung
yang didalamnya terdapat keindahan Illahi derita. Rumi melihat derita dengan
dari sang pencipta dan itu adalah diri yang pandangan positif, ia menuturkan bahwa
sebenarnya (Zainiyah, 2018). Manusia harus derita sebenarnya berkah dari Tuhan yang
terlebih dahulu berusaha dan bekerja keras dibaliknya ada makna yang melimpah. Jadi
untuk memusnahkan segala yang sudah ketika Rumi berbicara tentang derita, poin
tercemar oleh dimensi diri yang pertama. utamanya bukan pada derita, tetapi pada
Bagi Rumi, pengosokan diri berarti pesan dibalik derita. Jika kita mampu
lenyapnya kedirian dan hanya berlindung menemukan pesan dibalik derita, maka kita
kepada Tuhan. akan menemukan makna hidup. Jika kita
Cinta dan derita memiliki melihat diri kita, seringkali saat menerima
keterkaitan, terutama cinta kepada sang derita pasti akan mempertanyakan banyak
illahi karena kita berjalan menuju yang tak hal seperti mempertanyakan teman atau
terbatas oleh karena itu akana ada kerinduan keluarga yang tidak ada ketika sedang
yang tak bertepi, dari kerinduan tak bertepi menderita dan membutuhkannya, atau
inilah melahirkan suatu bentuk derita yang bertanya mengapa Tuhan memberikan beban
11
yang sangat berat. Namun dari situ kita akan derita adalah pesan dari Tuhan maka yang
berpikir dan merasa teralineasi, itulah yang pertam-tama adalah jangan lari karena yang
dimaksud kita teralineasi dari diri kita akan kita dapat adalah pelarian dan itu
sendiri. Derita diibaratkan juga sebagai menimbulkan efek yang negative. Seperti
media agar kita lebih dekat dengan Tuhan, yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa
jadi dalam derita kita tidak bisa mengatakan kita harus memeluk deritanya sendiri untuk
bahwa Tuhan sedang menghukum karena mendapatkan makna. Berbicara tentang
disisi lain ada pelajaran dan hikmah yang makna, jika kita memahami inti pesan dari
Tuhan sampaikan lewat derita. Lalu dalam derita itu adalah pesan dari derita bukan
salah satu bait Rumi mengatakan bahwa deritanya, maka kita akan menyadari bahwa
deritamu dari khamr yang engkau minum tidak ada yang tidak bis akita pikul. Maka
sendiri tapi engkau tidak tahu khamr itu dari jika ita focus pada pesannya maka tidak ada
mana, kita harus paham semua ini derita yang tidak bis akita lewati dan itulah
terkoneksi dengan diri kita. Pada umumnya, yang disebut dengan obat derita ada dalam
ketika derita datang kita cenderung derita.
menyalahkan orang lain, kenapa kita Rumi selalu membedakan derita,
menyalahkan orang lain? Karena kita lupa luka, dan kesedihan. Bagi Maulana Rumi
bahwa itu pesan untuk kita, boleh jadi derita luka dan kesedihan adalah objek keseharian
itu dari orang lain tapi harus diingat bahwa seperti contohnya tidak punya uang, jadi
semuanya terkait dengan diri kita. Tidak ada sesuatu yang sifatnya temporer. Sedangkan
suatu derita datang pada diri kita tanpa derita akan merenggut segala eksistensi
terkait dengan diri kita. Ada sebab akibat maka dari itu derita berdekatan dengan cinta
yang biasanya kita lupa akan itu. Ketika karena dua-duanya akan merenggut kita.
derita datang, kita akan cenderung Sebenarnya focus Maulana Rumi adalah
menyalahkan orang lain atau sebab yang lain pada derita bukan pada luka dan kesedihan,
terlebih dahulu, namun seharusnya cara meskipun dalam Matsnawi terdapat bait
pertama menghadapi derita adalah kita harus syair tentang luka dan kesedihan, itu
memeluk derita itu sendiri. Karena dengan sebenarnya merupakan efek-efek dari derita.
memeluk kita akan merasakan tenang, kita Seperti lewat kerinduan manusia akan
akan sadar bahwasanya kita mengalami merasakan bentuk kesedihan. Kesedihan
sesuatu yang harus kita tangkap pesannya akan membungkus diri kita untuk
dan kita harus percaya bahwa diujung gelap mengurung diri dan menimbulkan efek
matahari akan terbit. Lain hal nya jika kita negative terhadap diri, sedangkan derita kita
berontak maka kita tidak akan tahu apa yang bisa me-manage itu untuk menghasilkan
sebenarnya terjadi pada diri kita. sesuatu yang positif. Nabi juga merasakan
Salah satu bait dalam Matsnawi juga penderitaan itu. Ada bait syair Rumi yang
Rumi menuturkan bahwa obat derita ada menuturkan bahwa semakin tinggi
dalam derita, kebayakan dari kita saat marifatnya, wajahnya semakin pucat.
menghadapi derita ingin cepat-cepat selesai, Artinya semakin kita mempunyai
ingin cepat-cepat lari dari apa yang sedang pengetahuan justru akan semakin menderita.
kita alami. Jika kita sadar bahwa setiap Para Nabi ini karena marifatnya tinggi maka
12
wajahnya semakin pucat dan deritanya dari keterpisahan manusia dengan Tuhan.
semakin luar biasa. Maka kita tidak akan Untuk menuju Tuhan, Rumi memberi tahu
paham mengapa marifat menimbulkan bahwa setiap orang berbeda jalannya, ada
penderitaan, kecuali kita bisa tenggelam orang memilih dengan jalan memberi, ada
dalam marifat itu sendiri. juga dengan jalan lapar, dan jalan-jalan
Lalu apakah perbuatan yang lainnya. Artinya kita tidak bisa mengatakan
melanggar larangan Tuhan akan jalan suluk (jalan menuju kesempurnaan
menimbulkan derita? Perbuatan yang batin) itu harus dengan ritual atau
melanggar larangan Tuhan atau bermaksiat semacamnya, tapi juga bisa dengan bukti
kepada Tuhan akan menimbulkan derita Tindakan tangan. Rumi tidak memfokuskan
eksistensial. Jika kita bermaksiat kepada satu jalan untuk menuju Tuhan tetapi ia
Tuhan artinya kita mengambil jarak dari membuka segala jalan, kita tidak perlu
Tuhan, jadi jika kita berbuat sesuatu yang membandingkan yang mana yang tepat
menentang Tuhan maka jarak kita akan karena ternyata setiap orang bisa memilih
semakin jauh dari Tuhan. Lambat laun jarak jalan untuk menuju Tuhan nya dan bagi
keterjauhan itu akan membuat kita lebih Rumi yang terpenting adalah kita mau
jatuh dalam bentuk kerendahan. Jadi derita berjalan dan focus untuk tidak membanding-
eksistensial ini bukan hanya tentang bandingkannya dengan jalan orang lain.
kejatuhan manusia ke bumi tetapi bisa Jalaluddin Rumi menunjukkan
diperluas dengan perilaku perbuatan sehari- bahwa perasaan seorang sufi tidak dapat
hari dengan melanggar larangan Tuhan. diukur secara objektif (Majid, 2021).
Derita eksistensial juga bisa berupa hal yang Penderitaan mereka adalah kebahagiaan.
sering kali kita tidak menyadarinya. Para sufi bergembira dalam kesengsaraan.
Ney, derita, dan cinta adalah tiga hal Mereka mencari kesedihan karena itu adalah
yang sering hadir dalam kitab Matsnawi ini. jalan menuju Sang Kekasih. Kekasih
Ketiganya memiliki hubungan yang sangat memberikan cinta dan kasih sayang melalui
erat, karena mengibaratkan suatu derita berbagai rasa sakit. Para sufi secara sukarela
keterpisahan lalu menimbulkan kerinduan menceburkan diri ke dalam api cinta yang
juga melalui kerinduan muncul cinta yang menghancurkan diri sendiri. Tetapi dalam
bergelora kepada Tuhan. Melalui derita penderitaan ini mereka menemukan
keterpisahan, kita bisa menafsirkan Tuhan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati
sedang mengirimkan pesan pada jiwa untuk adalah pengalaman yang tidak bisa
menemukan jalan Kembali pulang. Jadi kita digambarkan dengan kata-kata. Itu hanya
tidak bisa mengatakan bahwa ketika dapat dipahami dengan pengalaman
penderitaan datang bukan semata-mata langsung. Itu sebabnya Jalaluddin Rumi dan
Tuhan sedang menghukum, tetapi ada para sufi lain umumnya menyarankan setiap
hikmah dan pelajaran yang ingin Tuhan orang untuk mempersiapkan perjalanan
sampaikan melalui pesan. Namun harus spiritual untuk menemukan kebahagiaan
dipertegas bahwa yang dimaksud Rumi dalam penderitaan. Di sinilah letak
bukan derita yang berakar pada persoalan perbedaan antara para arif dengan para
duniawi, melainkan derita yang bersumber teolog dan para ulama fiqh. Seorang ulama
13
fikih disibukkan dengan sarana teknis
hukum, sehingga seringkali memusuhi aktor KESIMPULAN
teknis hukum yang tidak sejalan dengan apa Dari uraian di atas dapat disimpulkan
yang dipraktikkannya. Ketika seorang teolog bahwa kitab Matsnawi karya Jalaluddin
disibukkan dengan konsep-konsep tentang Rumi ini merupakan sebuah kitab falsafah
Tuhan, yang sebenarnya merupakan yang ditulis tidak secara sistematis dan
keterbatasan alam. Mereka akan membenci runtut. Dalam karya agung Rumi tersebut, ia
orang lain yang memahami Tuhan secara mencurahkan pemikiran, gagasan dan
berbeda dari konsep mereka sendiri tentang perenunganya dalam untaian karangan
Tuhan (Mahfud, 2015). Tidak diherankan, bersajak yang indah, menggunakan gaya
pandangan teknis dan konseptual bahasa metafora (isti’ara), tamsil, daan kias.
mengundang kebencian dan menjadi benih Syair-syair yang berada dalam Matsnawi
perselisihan dan perpecahan. Sementara itu, menyampaikan pesan untuk kita belajar
orang bijak yang telah mengalami cinta bagaimana kita melihat dimensi diri kita
tidak lagi melihat konsep dan sudut pandang sendiri, atau bisa dianggap cermin diri kita.
teknis tertentu. Mereka melihat yang baik Menurut Ritcher, seorang pakar sastra
dalam semua kenyataan. Dengan demikian, berpendapat bahwa Matsnawi mengikuti
ajaran tasawuf filosofis yang diyakini pradigma Al-Qur’an dalam menggabungkan
Jalaluddin Rumi menjadi potensi persatuan kisah, perumpamaan, pesan etik, dan filsafat
manusia yang dilandasi cinta dan didaktik. Meski rumit dan menyiratkan
kebijaksanaan. Oleh karena itu, tidak sejumlah makna, Matsnawi diumpamakan
diragukan lagi bahwa ajaran sufistik- seperti permadani Persia yg indah.
filosofis harus terus dikembangkan untuk Cinta bagi Jalaluddin Rumi berarti
meningkatkan rasa cinta dan persaudaraan di semangat persatuan dengan alam semesta.
antara manusia. Cinta adalah obat untuk kesombongan,
Bagi Rumi, cinta adalah perasaan kelemahan dan kesedihan yang melekat
yang datang dari lubuk hati. Terkadang pada sifat manusia. Cinta juga merupakan
keindahan cinta tidak dapat dirasionalisasi, kekuatan yang menyebabkan perputaran
berbeda dengan akal, yang harus selalu dunia dan alam semesta, dan cintalah yang
menyerang untuk mencapai keinginan dan memberi makna pada keberadaan kita.
mendapatkan apa yang manusia inginkan. Semakin seseorang mencintai, semakin dia
Meskipun alasannya Kecerdasan, tetapi terjebak dalam tujuan hidup ilahi. Manusia
menurut Rumi, kecerdikan adalah pekerjaan menerima makna sebenarnya dari hidupnya
iblis. Sebaliknya, jika dia tidak terampil, di dunia ini dalam tujuan penciptaan ilahi
maka dia akan dikendalikan dalam sesuatu ini, dan itu juga yang memberinya
yang tidak baik. Menurut Rumi, akal sering kebahagiaan spiritual yang tak ternilai.
jatuh ke dalam jurang-jurang kehampaan Penderitaan memiliki tempat yang penting
jika kita tidak bisa mengendalikannya, karena melalui penderitaan akan
sedangkan cinta adalah pengorbanan juga menimbulkan kerinduan kepada Tuhan,
penyerahan dan tidak ada yang lebih indah sehingga manusia dapat memahami hakikat
daripada berserah diri pada sang kekasih. kesuciannya. Dan melalui rasa sakit karena
14
perpisahan, kita dapat menafsirkan Tuhan https://doi.org/10.14421/esensia.v17i1.
sebagai mengirimkan pesan kepada jiwa 1274
untuk menemukan jalan pulang.Derita dan Fillah, D. I. (2021). Tujuh Lembah Cinta
Fariduddin Attar : Sebuah Proses
cinta memiliki hubungan yang sangat erat,
Perjalanan Spiritual Manusia Dalam
karena mengibaratkan suatu derita Kitab Mantiq Al-Tayr.
keterpisahan lalu menimbulkan kerinduan Hadi, A. (2017). Masnawi : senandung cinta
juga melalui kerinduan muncul cinta yang abadi / Jalaluddin Rumi (R. . Fajri
bergelora kepada Tuhan. Selain itu, (ed.); Cetakan Pe).
pengosongan diri dalam konsep cinta Rumi Hafiun, M. (2012). Teori Asal Usul
menjadi penting, karena dengan Tasawuf. Ejournal.Uin-Suka.Ac.Id,
XIII(2), 241–253. http://ejournal.uin-
pengosongan dirilah manusia dapat
suka.ac.id/dakwah/jurnaldakwah/article
mencintai Tuhan dan sesamanya tanpa /view/391
syarat dan tanpa batas. Istiqomah, C. I. (2019). konsep cinta
Jalaluddin Rumi. etheses.uin.malang,
DAFTAR PUSTAKA 8(5), 55.
A.Manan, N. (2020). Seni ala sufi dalam Lafamane, F. (2020). Karya Sastra( Puisi ,
pendekatan diri kepada Tuhan dan Prosa , Drama ). OSF Preprints.
implikasinya dalam psikoterapi Islam. Lustyantie, N. (2017). Peranan Bahasa
14(2), 274–282. Indonesia dalam Karya Sastra
Ahmadi, R. (2017). Jejak Sang Penyair Terjemahan. Makalah disampaikan
Persia: Corak Sastra Sufistik Jalaluddin pada Seminar Nasional Fakultas
Muhammad Maulavi Dalam Karyanya Sastra dan Budaya Universitas Negeri
“Matsnawi.” Jurnal CMES, 6(2), 221. Gorontalo, 1–9.
https://doi.org/10.20961/cmes.6.2.1171 http://pps.unj.ac.id/publikasi/dosen/nin
8 uk.lustyantie/07.pdf
Ahyar, J. (2019). Apa Itu Sastra; Jenis-Jenis Mahfud. (2015). Tuhan dalam Kepercayaan
Karya Sastra dan Bagaimanakah Cara Manusia Modern ( Mengungkap Relasi
Menulis dan Mengapresiasi Sastra. Primordial Antara Tuhan dan Manusia
Amaliyah, R. (2016). ). 1.
Cara_Kaum_Sufi_mendekatkan_diri_p Majid, A. N. (2021). Kerinduan Dalam
ada_All. academia.edu. Sajak Jalaluddin Rumi.
Badrudin. (2015). Pengantar Ilmu Tasawuf. Murwati, D. (2009). Industri pariwisata-
In Buku. Kajian Wilayah Turki. 10, 86–88.
Budiarti, L. (2017). Bab II Profil Rumi dan Nugroho, A. (2019). Spiritualitas Feminin:
Gibran. 17–34. Interpretasi Teks Matsnawi Melalui
Eva Syarifah Wardah dan Siti Rohayati. Seni Lukis.
(2020). Peranan Jalaluddin Rumi Nurul Apriani. (2021). Pemikiran
dalam Mendirikan Tarekat Jalaluddin Rumi dalam Buku Matsnawi
Maulawiyah Tahun 1258-1273 M. Tentang Nilai-Nilai Pendidikan
18(01), 86–97. Tasawuf dan Relevansinya Terhadap
Faiz, F. (2016). Sufisme-Persia Dan Pendidikan Islam. 6.
Pengaruhnya Terhadap Ekspresi Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian
Budaya Islam Nusantara. ESENSIA: Kualitatif dalam Perspektif rancangan
Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 17(1), 1. penelitian. Ar-Ruzz Media.

15
Rohayati, E. S. W. S. (2020). Peranan Sufi. Jendela Sastra.
Jalaluddin Rumi dalam Mendirikan https://www.jendelasastra.com/wawasa
Tarekat Maulawiyah di Konya Tahun n/artikel/sastra-islam-sastra-sufi?
1258-1273 M. 1–25. quicktabs_1=1
Rokhilatur Rosyidah. (2020). Filosofi Cinta Siregar, M. A. (1988). Cinta dan Tasawuf
Maulana Jlaluddin Rumi. International Rumi. 20157661.
Journal of Hypertension, 1(1), 1–171. Sultanov, T., & Rokhila, R. (2020). Study of
http://etd.eprints.ums.ac.id/14871/%0A the Life and Work of Bahauddin
https://doi.org/10.1016/j.cell.2017.12.0 Muhammad Sultan Walad Study of the
25%0Ahttp://www.depkes.go.id/ Life and Work of Bahauddin
resources/download/info-terkini/hasil- Muhammad Sultan Walad. May.
riskesdas-2018.pdf%0Ahttp:// Syaifudin, M. (2019). Agama dan
www.who.int/about/licensing/ Pengalaman: Pengalaman Mistik dalam
%0Ahttp://jukeunila.com/wp-content/ Islam. Prosiding, 131–150.
uploads/2016/12/Dea Tilawati, A. (2019). Struktur Simetris Al-
Rumi, J. (2014). Fihi Ma Fihi. Qur’an. 1–19.
Santosa, P. (2018). Sastra Sufistik: Sarana Zainiyah. (2018). Esensi Manusia Dalam
Ekspresi Asmara Sufi Sastrawan. Buku Fihi Ma Fihi (Karya Jalaluddin
Badan Pengembangan dan Pembinaan Rumi, 1207 - 1273 M) (Nomor 124).
Bahasa, August.
Sihaloholistik. (2014). Sastra Islam: Sastra

16
17

Anda mungkin juga menyukai