z
Islam dan
Sastra Sunda
z
Pengaruh agama Islam terhadap budaya Jawa telah banyak ditelaah. Dikatakan demikian
karena memang ada banyak bagian dari budaya Sunda yang juga merupakan kebiasaan umat
muslim. Sunda dan Islam.
Di antara hal-hal yang dianggap memiliki interelasi antara budaya Sunda dan kebiasaan umat
Islam adalah seperti yang telah dipraktekan oleh Sunan Kali Jaga dalam proses penyebaran
dakwah Islam.
Suksesi dakwah Sunan Kali Jaga melibatkan budaya Sunda yakni wayang golek. Dengan
demikian ini, pengikut Islam menjadi banyak, dan dominasinya adalah orang Sunda.
Dari sekian banyaknya ajaran yang berusaha mempengaruhi, yang memiliki pengaruh paling
besar adalah Islam. Sehingga, pandangan hidup masyarakat Sunda yang tercermin dari tradisi
lisan dan sastra Sunda.
Seperti peribahasa, istilah, pepatah, serta pameo. Misalnya saja, pameo “silih asih, silih asah,
dan silih asuh” yang berarti saling mengasihi, saling berbagi ilmu, dan saling melindungi.
z
Jaringan Islam Nusantara dan Sastra
Sufistik Sunda
Islam Nusantara atau model Islam Indonesia adalah istilah organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) untuk
menyebut wujud empiris Islam yang dikembangkan di Nusantara. Istilah ini diperkenalkan dan digalakkan oleh
NU pada 2015, sebagai bentuk penafsiran alternatif masyarakat Islam global yang selama ini selalu
didominasi perspektif Arab dan Timur Tengah.
Jaringan Islam Nusantara didefinisikan sebagai penafsiran Islam yang mempertimbangkan budaya dan adat
istiadat lokal di Indonesia dalam merumuskan fikihnya.
Jasa besar kaum sufi kiranya tidak bisa dinafikan dalam mengembangkan tradisi intelektual Islam, termasuk di
dalamnya tradisi sastra sufistik Nusantara.
Dalam tradisi sastra Sunda, sastra sufistik Sunda berkembang setelah masuknya pengaruh Islam di tatar
Sunda pasca jatuhnya Kerajaan Sunda pada 1579.
Islamisasi melalui jalur Cirebon dan Banten yang didukung Jawa-Mataram berdampak pada masuknya
pengaruh budaya Jawa terhadap tradisi sastra Sunda. Karenanya bisa dipahami bila sastra Sunda tradisional
berbentuk dangding atau guguritan dan juga cerita berupa wawacan semula merupakan karya sastra tulis
yang banyak dipengaruhi budaya Jawa-Mataram.
Salah satunya adalah karya sastra sufistik Haji Hasan Mustapa. Ia adalah sastrawan sekaligus mistikus
Sunda terbesar dengan lebih dari 10.000 bait puisi dangding atau guguritan sufistik
z
Haji Hasan Mustapa, Sastrawan Sunda
Terbesar
Hasan Mustapa lahir di Cikajang, Garut pada 5 Juni 1852 - 1930. Ia adalah Penghulu
Besar, ulama, dan dianggap salah satu Pujangga Sunda terbesar di Tatar Pasundan.
Hasan Mustapa dianggap sebagai orang yang benar-benar ahli tentang adat-istiadat
Sunda, sehingga kemudian ia diminta menulis buku tentang hal itu yang menghasilkan
Bab Adat-adat Urang Priangan jeung Sunda Lianna ti Eta di Batavia tahun 1913.
Selain itu Hasan Mustapa menulis naskah dalam bahasa melayu Kasful Sarair Fihakikati
Aceh wa Fidir yang sampai sekarang naskahnya tersimpan di perpustakaan Universitas
Leiden.
Tahun 1895, Hasan Mustapa dipindahkan dan diangkat menjadi Penghulu Besar Bandung
sampai pensiun pada tahun 1918.
Sekitar tahun 1900 ia menulis lebih dari 10.000 bait Dangding yang mutunya dianggap
sangat tinggi oleh para pengeritik sastra Sunda, umumnya membahas masalah Suluk,
terutama membahas hubungan antara hamba (kaula) dengan Tuhan (Gusti).
z
Dangding Sufistik Haji Hasan Mustapa