Anda di halaman 1dari 131

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS

PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA PERSIAPAN TANAH


DAN JUMLAH BIBIT YANG BERBEDA

TESIS

Oleh

Iwan Hasrizart
067001003/AGR

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS
PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA PERSIAPAN TANAH
DAN JUMLAH BIBIT YANG BERBEDA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains


dalam Program Studi Agronomi pada Program
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

Iwan Hasrizart
067001003/AGR

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Judul Penelitian : PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA
VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA
PERSIAPAN TANAH DAN JUMLAH BIBIT YANG
BERBEDA.
Nama : Iwan Hasrizart
NIM : 067001003
Program Studi : AGRONOMI

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc) (Ir. Edison Purba, MS, Ph.D)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, MSc)

Tanggal Lulus : 25 Agustus 2008

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Telah diuji Pada
Tanggal, 25 Agustus 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc


ANGGOTA : Ir. Edison Purba, MS, Ph.D

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Durian Pantai Labu. Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung ± 3 bulan yang dimulai bulan
Desember 2007 s/d Maret 2008. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah (RPPT) Rancangan Petak-Petak Terbagi (Split Split Plot Design) dengan
menggunakan 3 faktor yaitu varietas (V) sebagai petak utama terdiri dari tiga varietas
yaitu V1 = Hibrida (Arize-Hibrindo R-1), V2 = Mekongga, dan V3 = Cibogo.
Persiapan tanah (P) sebagai anak petak terdiri dari 2 taraf yaitu P1= (TI) Olah Tanah
Sempurna (OTS), dan P2 = (TOT) Tanpa Olah Tanah (No Tillage). Jumlah bibit (B)
sebagai anak-anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu B1 = 1 bibit/lubang tanam, B2 = 2
bibit/lubang tanam, B3 = 5 bibit/lubang tanam.Peubah yang diamati adalah: Tinggi
Tanaman, Jumlah Anakan, Jumlah Anakan Produktif, Bobot Kering Tanaman, Bobot
Kering Akar Tanaman, Luas Daun Perumpun, Jumlah Gabah Permalai, Jumlah
Gabah Hampa Pemalai, Jumlah Gabah Berisi Permalai, Bobot Kering Gabah Perplot,
LAB (Laju Asimilasi Bersih), LTR (Laju Tumbuh Relatif). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rataan tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada Perlakuan
(V3P2B1), rataan tertinggi jumlah anakan produktif terdapat pada Perlakuan (V3P2B1),
rataan tertinggi bobot kering tanaman terdapat pada Perlakuan (V3P2B1), rataan
tertinggi dari bobot kering akar tanaman terdapat pada Perlakuan (V3P2B1), rataan
tertinggi luas daun perumpun terdapat pada Perlakuan (V3P2B3) tetapi berbeda tidak
nyata untuk semua kombinasi, rataan tertinggi jumlah gabah permalai terdapat pada
Perlakuan (V3P2B1), sedang rataan tertinggi untuk jumlah gabah hampa pemalai
terdapat pada Perlakuan (V3P1B3), rataan tertinggi untuk jumlah gabah berisi permalai
terdapat pada kombinasi Perlakuan (V1P2B1), untuk rataan tertinggi bobot kering
gabah perplot terdapat pada kombinasi Perlakuan (V3P2B1), rataan tertinggi dari LAB
(laju asimilasi bersih) terdapat pada Perlakuan kombinasi (V2P2B2), tetapi untuk
semua interaksi Perlakuan menunjukkan berbeda tidaknya, dan rataan tertinggi dari
LTR (laju tumbuh relatif) terdapat pada Perlakuan (V3P2B1).

Kata Kunci : Padi Sawah, Olah Tanah, Tanpa Olah Tanah.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
ABSTRACT

This research is executed in Desa Durian Pantai Labu. Sub-Province Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara. month of December 2007 to March 2008. The device used
in this research is Split Split Plot Design by using 3 factor that is varietas (V) as
especial check consist of three varietas that is V1 = Hibrida (Arize-Hibrindo R1), V2 =
Mekongga, and V3 = Cibogo. Preparation of land ground (P) as check child consist of
2 level that is P1= Tillage (OTS), and P2 = No Tillage (TOT). Amount of seeds (B)
as check children consist of 3 level that is B1 = 1 lip/hol to plant, B2 = 2 lip/hol to
plant,B3 = 5 lip/hol to plant, Parameter the perceived is: High Plant, Same to bud
Productive, Weight dry Plant, Weight dry root, Wide Leaf Clump, Same shell of rice
Clump, Same Shell of Rice Emptyness Clump, Same Shell of Rice Contain Clump,
Weight dry Shell of Rice from Plot, LAB (Accelerate Asimilasi Bersih), LTR
(Accelerate Growth Relatif), Research result indicate that average highest from high
of crop there are at treatment (V3P2B1), average highest of amount bud productive
there are at treatment (V3P2B1), average highest of dry wight of crop there are at
treatment (V3P2B1), average highest of dry wight of crop root there are at treatment
(V3P2B1), average highest wide leaf clump there are at treatment (V3P2B3) but
differing not real for all combinations, average highest of shell of rices amount Shell
of Rice there are at treatment (V3P2B1), is rataan highest to the amount of of vacuous
shell of rices Shell of Rice there are at treatment (V3P1B3), average highest to the
amount of shell of rices contain Shell of Rice there are at combination treatment
(V1P2B), to average highest of dry wight of shell of rice perplot there are at
combination treatment (V3P2B1), = average highest from LAB (Accelerate Asimilasi
Bersih) there are at treatment combination (V2P2B2), but for all interactions treatment
show to differ don't him, and average highest from LTR (Accelerate Tumbuh Relatif)
there are at treatment (V3P2B1).

Key Word : Wet Rice Field, Tillage, No Tillage.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis panjatkan atas ke haribaan Allah SWT, yang telah

memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Penelitian ini yang berjudul “PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA

VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA PERSIAPAN TANAH DAN

JUMLAH BIBIT YANG BERBEDA”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof.

Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc. Selaku Pembimbing Utama, dan kepada Bapak Ir.

Edison Purba, MS, Ph.D Selaku Anggota Pembimbing, yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini tepat pada

waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak

kekurangannya, jauh dari sempurna. Untuk ini Penulis mengharapkan keritikan dan

saran yang bersifat membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan Tesis.

Medan, Agustus 2008


Wassalam,

Penulis

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT karena dengan taufik dan hidayah serta rahmatNya penulis dapat meyelesaikan

penulisan tesis ini.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik,

MSc. Selaku Pembimbing Utama, dan kepada Bapak Ir. Edison Purba, MS, Ph.D

Selaku Anggota Pembimbing, atas segala bimbingan, petunjuk, koreksi dan saran

yang diberikan sejak awal hingga akhir penelitian, dan penulisan tesis.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

- Rektor Universitas Sumatera Utara dan Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Program Magister

pada program Pascasarjana USU. Juga kepada seluruh staf dan pegawai

PPs USU yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

- Ketua Program Studi Agronomi PPs USU, Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J.

Damanik, MSc yang sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

- Bapak Ketua Yayasan Hajjah Rachmah Nasution H. Abdul Manan Muis

yang telah memberikan dorongan moril dan motifasi kepada penulis.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
- Rektor Universitas Al-Azhar yang telah memberikan rekomendasi kepada

penulis untuk mengikuti kuliah di Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

- Ibu Dr. Ir. Rosmayati, MS sebagai Sekretaris Jurusan Program Studi

Agronomi dan sekaligus dosen penguji penulis, yang telah memberikan

dorongan dan motifasi sehingga penulis dapat menyelasikan Thesis tepat

pada waktunya.

- Ibu Dr. Ir. Chairani Hanum, MS, dan Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MS,

sebagai dosen penguji, yang telah memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis.

- Serta penghargaan dan doa yang tulus penulis ucapkan kepada Ayahanda

dan Ibunda tercinta (alm) yang telah membesarkan penulis, semoga Allah

SWT menggampuni segala dosa-dosa beliau, amiin.

- Bapak dan ibu mertua Samidin Suprapto Damanik dan Sartik serta seluruh

keluarga besar di Bah Aren yang telah memberikan motifasi dan doa yang

senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT demi keberhasilan penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan program Magister ini.

- Istri tercinta Sukaryani Damanik, SPd, serta buah hati kami Fatiah

Agustina. Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang

tulus atas segala doa, pengorbanan dan pengertiannya selama penulis

mengikuti kuliah di Sekolah Pascasarjana USU hingga penyelesaian Tesis

ini.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
- Bapak Reban dan keluarga yang telah membantu penulis dalam

pelaksanaan praktek Tesis mulai dari persiapan lahan sawah untuk

penanaman padi hingga selesai pelaksanaan penelitian di lapangan.

- Rekan-rekan seakademis, khususnya rekan satu angkatan (Syam Safitri,

Julia Hutahaean, Donna Sinambela, M. Nasir, Erli dan Ira) yang telah

memberikan bantuan dan dukungan moril kepada penulis dalam

menyelesaikan Tesis ini.

Akhirnya kepada semua yang terlibat dan membantu yang tak mungkin

disebutkan satu persatu, penulis menghaturkan hormat dan terima kasih yang sebesar-

besarnya sehingga apa yang didapat penulis dalam studi ini dapat bermanfaat untuk

orang lain dan membuat kerendahan hati kepada penulis, bahwa banyak hal yang

mungkin harus dipelajari dengan bantuan orang lain.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal, 18 Nopember 1968 di Desa Ledong Barat

Kecamatan Ledong Barat, Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Sebagai anak

ke lima dari tujuh bersaudara, dari ayah H. Hasan Sakum dan ibu Hj. Saidatul Akmal

Lubis.

Pada tahun 1982, 1985, 1988, penulis berturut-turut lulus dari SD Negeri

0812002, Aek kanopan, SMP Negeri 2 Medan, SMA Negeri 2 Medan. Pada Tahun

1988 kuliah di Universitas Al-Azhar Medan dan meraih gelar sarjana pertanian

jurusan Agronomi pada tahun 1993.

Pada tahun 1995 penulis diterima sebagai dosen di Fakultas Pertanian

Universitas Al-Azhar Medan.

Pada tahun 1997, penulis menikah dengan Sukaryani damanik, SPd. Dan

dikarunia seorang putri yaitu Fatiah Agustina.

Pada tahun 2007 penulis memperoleh kesempatan mengikuti Program

Megister di Sekolah Pascasarjana USU pada Program Studi Agronomi dengan

bantuan program BPPs Sekolah Pascasarjana USU.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................………………………………………………………… i
ABSTRACT .................………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR……….………………………………………………… iii
UCAPAN TERIMA KASIH ..………………………………………………… iv
RIWAYAT HIDUP ....………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ..............………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL ......………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR .………………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xii

PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1
Latar Belakang ………………………………………………………… 1
Perumusan Masalah …………………………………………………… 4
Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 5
Hipotesis Penelitian …………………………………………………… 5
Manfaat Penelitian …………………………………………………… 5

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….. 6


Morfologi dan Syarat Tumbuh Padi …………………………………… 6
Pertumbuhan Tanaman Padi …………………………………………… 7
Varitas Padi Sawah …………………………………………………….. 8
Persiapan Tanah OTS dan TOT ……………………………………….. 9
Jumlah Bibit …………………………………………………………… 12

BAHAN DAN METODE …………………………..……………………….... 14


Tempat dan Waktu …………………………………………………….. 14
Bahan dan Alat .................……..……………………………………… 14
Metode Penelitian ….………………………………………………….. 14
Persiapan Lahan …..........……………………………………………… 17
Peubah Yang Diamati …………………………………………………. 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………. 25


Hasil .................…..........……………………………………………… 25
Pembahasan ......…..........……………………………………………… 88

KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………..…... 104


Kesimpulan ...................…………………………………………..…... 104
Saran .............................…………………………………………..…... 104

DAFTAR PUSTAKA ..………...…………………………………………....... 105

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL

Nomor J u d u l Halaman
1. Rataan Tinggi Padi 3, 6, 9, dan 12 MST Pada Perlakuan
Varietas, Persiapan Tanah, Dan Jumlah Bibit, serta Kombinasinya...... 27

2. Rataan Jumlah Anakan Padi 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan


Varietas, Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya.............. 37

3. Rataan Bobot Kering Tanaman 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan


Varietas, Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya ....................... 43

4. Rataan Bobot Kering Akar 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan


Varietas, Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya ...................... 48

5. Rataan Luas Daun Perumpun 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan


Varietas, Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya ....................... 54

6. Rataan Anakan Produktif 12 MST Pada Perlakuan Varietas,


Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya ………………………... 60

7. Rataan Jumlah Gabah Per Malai 12 MST Pada Perlakuan


Varietas, Olah Tanah, Jumlah Bibit, serta Interaksinya ........................ 64

8. Rataan Gabah Hampa Per Malai 12 MST Pada Perlakuan


Varietas, Olah Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya ........................ 68

9. Rataan Gabah Berisi Per Malai 12 MST Pada Perlakuan


Varietas, Olah Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya ......................... 71

10. Rataan Bobot Gabah Kering Perplot 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya .......................................... 75

11. Rataan LAB (Laju Asimilasi Bersih) 6, 9, Dan 12 MST


Pada Perlakuan Varietas, Olah Tanah, Jumlah Bibit,
Serta Interaksinya ..................................................................................... 79

12. Rataan LTR (Laju Tumbuh Relatif) 6, 9, Dan 12 MST Pada


Perlakuan Varietas, Olah Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya............ 84

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR

Nomor T e k s Halaman
1. Tinggi Tanaman Pada Perlakuan 3 Varietas Pada
Umur 3 MST ....................................................................................... 33

2. Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Persiapan Tanah


Yang Berbeda Umur 3 MST .............................................................. 34

3. Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Umur 3 MST. .......... 35

4. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Varietas dan Persiapan Tanah


Pada Umur 3 MST .............................................................................. 39

5. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Persiapan Tanah Pada


Umur 12 MST ………………………………………………………. 40

6. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Persiapan Tanah Pada


Umur 12 MST ………………………………………………………. 41

7. Bobot Kering Tanaman Terhadap Perlakuan Varietas Umur 6 MST.. 45

8. Bobot Kering Tanaman Pada Perlakuan Jumlah Umur 12 MST........ 46

9. Bobot Kering Akar Pada Perlakuan Jumlah Bibit Umur 6 MST ...... 51

10. Bobot Kering Akar Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST ................ 52

11. Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST........... 57

12. Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST .......... 57

13. Luas Daun Perumpun Pada Persiapan tanah Umur 12 MST ............. 58

14. Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah dan Jumlah


Bibit Umur 12 MST ........................................................................... 61

15. Jumlah Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST ..... 62

16. Anakan Produktif Pada Kombinasi Varietas, Persiapan


Tanah Dan Jumlah Bibit Umur 12 MST ............................................ 62

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
17. Jumlah Gabah Per malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST ...................................................................................... 65

18. Jumlah Gabah Per Malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit
Pada Umur 12 MST.............................................................................. 66

19. Jumlah Gabah Per malai Terhadap Jumlah Bibit Dan Persiapan Tanah
Pada Umur 12 MST ………………………………………………….. 66

20. Jumlah Gabah Hampa Per malai Tanaman Terhadap Pengolahan


Tanah Pada Umur 12 MST .................................................................. 69

21. Jumlah Gabah Hampa Per malai Tanaman Terhadap Jumlah Bibit
Pada Umur 12 MST ............................................................................. 70

22. Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan
Tanah pada Umur 12 MST ................................................................... 72

23. Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan
Tanah dan Jumlah Bibit pada Umur 12 MST ...................................... 73

24. Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST ...................................................................................... 73

25. Bobot Gabah Kering Perplot Terhadap Persiapan Tanah Pada


Umur 12 MST .................................................................................... 76

26. Bobot Gabah Kering Perplot Terhadap Dan Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST .................................................................................... 76

27. LAB (Laju Asimilasi Bersih) Tanaman Pada Varietas (Hibrida,


Mekongga dan cibogo) Umur 12 MST ............................................. 81

28. LAB (Laju Asimilasi Bersih) Tanaman Pada Pengolahan Tanah


Umur 12 MST ……………………………………………………… 82

29. LTR (Laju Tumbuh Relatif) Tanaman Pada PengolahanTanah


Pada Umur 9 MST ............................................................................. 86

30. LTR (LajuTumbuh Relatif) Tanaman Dari Beberapa Varietas


Pada Umur 12 MST ........................................................................... 87

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor T e k s Halaman
1 Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 3, 6, 9, dan 12 MST ………. 111

2 Daftar Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 3, 6, 9, dan


12 MST ............................................................................................. 112

3 Rataan Jumlah Anakan Umur 3, 6, 9, dan 12 MST ……………..... 113

4. Daftar Analisis Sidik Ragam Jumlah Anakan Umur 3, 6, 9,


dan 12 MST .................................................................................... 114

5 Rataan Bobot Kering Tanaman Umur 3, 6, 9, dan 12 MST …...... 115

6 Daftar Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman Umur


3, 6, 9, dan 12 MST ......................................................................... 116

7 Rataan Bobot kering akar Umur 3, 6, 9, dan 12 MST ..................... 117

8 Daftar Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Akar Umur 3,


6, 9, dan 12 MST ............................................................................ 118

9 Rataan Luas Daun Umur 3, 6, 9, dan 12 MST ................................ 119

10 Daftar Analisis Sidik Ragam Luas daun Umur 3, 6, 9,


dan 12 MST ..................................................................................... 120

11 Rataan Anakan Produktif 12 MST ................................................... 121

12 Daftar Analisis Sidik Ragam Anakan Produktif Umur 12 MST .... 122

13 Rataan Jumlah Gabah Berisi Permalai 12 MST ............................... 123

14. Daftar Analisis Sidik Ragam Jumlah Gabah Berisi Per malai
Umur 12 MST ................................................................................... 124

15. Rataan Jumlah Gabah Hampa Permalai 12 MST ............................ 125

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
16. Daftar Analisis Sidik Ragam Jumlah Gabah Hampa Umur 12 MST 126

17. Rataan Jumlah Gabah Berisi Permalai 12 MST ............................. 127

18. Daftar Analisis Sidik Ragam Bobot Gabah Kering Umur 12 MST 128

19. Rataan Bobot Gabah Kering Perplot 12 MST ............................... 129

20. Rataan Bobot Gabah Kering Perplot 12 MST .............................. 130

21 Rataan LAB (Laju Asimilasi Bersih, g.cm2.bulan) Umur 6, 9,


dan 12 MST ................................................................................... 131

22 Daftar Analisis Sidik Ragam LAB (Laju Asimilasi Bersih)


Umur 12 MST ................................................................................ 132

23. Rataan LTR (Laju Tumbuh Relatif) Umur 6, 9, dan 12 MST ........ 133

24. Daftar Analisis Sidik Ragam LTR (Laju Tumbuh Relatif) Umur
12 MST ............................................................................................ 134

25. Matriks Korelasi Varietas Padi Sawah Pada Persiapan Tanah Dan
Jumlah Bibit yang Berbeda ........…………………………………. 135

26. Denah Susunan Petak Percobaan …………………………………. 136

27. Deskripsi Varietas Padi Hibrida (Arize-Hibrindo R-1) …………… 137

28 . Deskripsi Varietas Mekongga …………………………..………… 138

29. Deskripsi Varietas Cibogo ……………………………………….. 139

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) diduga berasal dari Asia. Terdapat lebih

kurang 20.000 varietas padi di dunia. Pengenalan varietas-varietas padi hasil

pemuliaan pada tahun 1960-an yang dikenal dengan varietas “Revolusi hijau” dengan

ciri-ciri tanaman tegak pendek, dan tahan terhadap perubahan iklim, produksi tinggi

dan tahan terhadap serangan hama penyakit (Haryadi, 2006).

Dari arkeologi dan antropologi mutakhir menyatakan padi berasal dari dataran

tinggi Assam (Timur Laut India) dan di Yung Nan (Barat Daya Cina), perbatasan

Cina – India (Simanihuruk, dkk, 2002). Fosil butir padi dan gabah ditemukan di

Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM (Sony. 2007).

Tanaman padi merupakan tanaman penting di Asia terutama di Indonesia.

Padi menghasilkan beras menjadi makanan pokok menyediakan 35-80% dari total

kalori yang dibutuhkan oleh manusia (IRRI, 1997). Penyediaan pangan yang cukup

bagi penduduk dikenal dengan istilah Ketahanan Pangan (Andrian, 2006).

Menurut UU Pangan Nomor 7 tahun 1996 pasal 1 ayat 17 ketahanan pangan

adalah terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya

pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman dikonsumsi, merata dan terjangkau.

Lebih dari 2 milyar penduduk bumi mengkonsumsi beras, 90% beras dunia

ditanam dan dikonsumsi di Asia. Diperediksikan 1,4 milyar manusia bertambah

sebagai pengkonsumsi baru beras sampai tahun 2025 (Simanihuruk, dkk, 2002).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 245,71 juta jiwa

pada saat itu kebutuhan beras 36,42 juta ton, sedangkan produksi hanya 29,42 juta ton

sehingga terjadi defisit produksi beras sebesar 6,72 juta ton (Suryana, 2002).

Baihaki (2004), Sinambela (2004) dan Mashur (2007) menyatakan bahwa

untuk meningkatkan produksi padi dalam rangka ketahanan pangan nasional adalah

mengembangkan padi hibrida dan padi varietas unggul bersertifikat, seperti varietas

mekongga, cibogo, padi hibrida seperti Arize-hibrindo R-1, atau memperbaiki teknik

budidaya padi sawah juga termasuk salah satu upaya untuk meningkatkan produksi.

Padi varietas unggul dan padi hidrida mempunyai sifat genetic seperti batang

kokoh, malai panjang dan lebat, umur pendek 110-145 hari, mempunyai jumlah

anakan yang banyak, daun lebar berwarna hijau tua, produksi tinggi 6 - 12 ton/ha.

Padi varietas unggul sangat di anjurkan pindah tanam kelapangan umur muda 7 hari

dengan penanaman satu bibit/lubang tanam (Berkelaar, 2001).

Menurut Sumarno (2006) untuk mendapatkan produksi maksimal, padi

varietas unggul dan padi hibrida harus ditanam pada lahan yang subur, unsur hara

harus tersedia, pengairan yang cukup, pengendalian hama terpadu, dan pengelolaan

tanaman harus dilakukan secara baik. Penggunaan benih padi varietas unggul dan

padi hibrida bersertifikat sangat disarankan karena jumlah anakan maksimal,

pertumbuhan akar yang banyak dan produksi tinggi (Suyamto, 2007).

Tanah merupakan suatu lingkungan tempat hidup tanaman yang sangat

kompleks, bagian tanaman yang berhubungan langsung dengan tanah adalah akar,

akar mengambil air dan unsur hara dari dalam tanah (Nazira, 2007).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Olah Tanah Sempurna (OTS) yaitu tanah sawah diberi air hingga tergenang

kemudian di teraktor/dicangkul, dihaluskan kemudian diratakan. OTS secara turun

temurun masih dilakukan oleh petani terutama pada lahan sawah beririgasi teknis

untuk setiap musim tanam. Menurut Rachman (1995) pengolahan tanah dapat

menyebabkan rusaknya struktur, tekstur tanah, pemadatan tanah, kepekaan tanah

terhadap erosi dan mempercepat pelapukan bahan organik tanah yang menyebabkan

degradasi lahan.

Admin (2002) pelaporkan bahwa tanpa olah tanah memberikan hasil untuk

bobot kering batang, jumlah anakan dan produksi padi tidak menunjukkan perbedaan

nyata bila dibandingkan dengan perlakuan olah tanah sempurna (OTS).

Atman (2005), dan Uun (2007) BPTP Sumatera Barat menyatakan bahwa

sejak beberapa tahun yang lalu Provinsi Sumatera Barat telah mengembangkan

teknologi tanpa olah tanah (TOT) yang termasuk dalam pertanian ramah lingkungan

dan berkelanjutan (Sustainable Agriculture).

Tanpa olah tanah pada tanaman padi sawah merupakan teknologi hemat air,

biaya produksi, waktu, dan tenaga kerja. Dari hasil penelitian Balai Penelitian

Teknologi Pertanian (BPTP) di Subang menunjukkan bahwa dengan memakai

teknologi tanpa olah tanah (TOT) secara finansial lebih menguntungkan dari (TI)

tradisionil tillage (Surdianto, dkk, 2007).

Tahun 1997 konferensi IFOAM (International Federation of Organic

Agriculture Movement) membahas secara mendalam tentang pemanfaatan lahan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
seoptimal mungkin dan mengurangi degradasi lahan akibat perlakuan pengolahan

secara tradisional (Nurmala, 2002).

Perumusan Masalah

Ada beberapa faktor yang mengakibatkan produktifitas padi secara nasional

masih rendah baik ditinjau dari segi produktifitas lahan maupun dari segi

produktifitas hasil tananan per hektar hal ini disebabkan antara lain:

Pertama petani masih menanam padi dengan jumlah bibit banyak dalam satu

lubang tanam sehingga dibutuhkan bibit dalam jumlah banyak untuk setiap musim

tanam. Kedua petani masih melakukan pengolahan tanah setiap musim tanam

sehingga mengakibatkan degradasi lahan secara cepat. Ketiga petani belum memakai

bibit varietas unggul bersertifikat, apalagi memakai bibit padi hibrida, padahal padi

hibrida produksi tinggi dan tahan terhadap hama, penyakit, dan tersedia di pasar

dengan harga terjangkau.

Berdasarkan faktor-faktor di atas untuk meningkatkan produksi beras

nasional, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pertumbuhan dan

Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.) Pada Persiapan Tanah dan

Jumlah Bibit Yang Berbeda”

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi

beberapa varietas padi sawah (Oryza sativa L.) melalui persiapan tanah dan jumlah

bibit yang tepat.

Hipotesis Penelitian

1. Pertumbuhan dan produksi varietas padi sawah berbeda pada jumlah bibit yang

berbeda.

2. Pertumbuhan dan produksi varietas padi sawah berbeda pada persiapan tanah yang

berbeda.

3. Ada interaksi jumlah bibit dan persiapan tanah terhadap pertumbuhan dan

produksi beberapa varietas padi sawah.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk peningkatkan

pertumbuhan dan produksi dari beberapa varietas padi sawah melalui penanaman

jumlah bibit yang tepat, serta persiapan tanah yang tepat.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi dan Syarat Tumbuh Padi

Sistem perakaran tanaman padi adalah akar serabut, yang terdiri dari 2 jenis

akar yaitu, akar seminal dan akar adventif (Manurung dkk, 1988). Akar seminal yang

tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara, dan

akar yang kedua adalah akar adventif yaitu akar bercabang bebas dan tumbuh dari

buku batang muda bagian bawah, akar adventif tersebut menggantikan akar seminal

(Suharno, 2007).

Anakan padi muncul pada batang utama (primer), batang sekunder, dan

batang tersier dalam urutan yang bergantian, anakan primer tumbuh dari buku

terbawah dari batang utama dan anakan primer berkembang akan memunculkan

anakan sekunder, anakan sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan

tersier (Suharno, 2007).

Pada batang tanaman padi terdapat nodus dan internodus yang urutannya

bergantian selang seling. Batang tanaman padi terdiri dari ruas dan buku, ruas adalah

bagian batang yang berongga, buku adalah sambungan antara ruas dan tidak berongga

dan keras. Buku yang terletak bagian bawah memiliki sebuah daun dan sebuah mata

tunas yang dapat tumbuh menjadi anakan. Ruas yang telah dewasa berongga dan

bercelah sangat halus. Pada batang tersebut terdapat pelepah daun bunga determinit,

yaitu bunga terletak pada bagian ujung tajuk atau daun bendrara. Pelepah daun

bendera menentukan panjang malai (Suharno, 2007).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pertumbuhan Tanaman Padi

Pola pertumbuhan tanaman padi ada 3 fase yaitu fase vegetatif, fase generatif,

dan fase pematangan gabah. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai

dengan inisiasi primordia malai, fase generatif dimulai dari inisiasi primordia malai

sampai pembungaan, dan fase pematangan gabah dimulai dari pembungaan sampai

gabah matang. Lama fase vegetatif tidak sama untuk setiap varietas sehingga

menyebabkan terjadinya perbedaan umur panen, sedangkan fase generatif dan

pematangan gabah umumnya sama untuk setiap varietas (BPTP Bengkulu, 2007).

Manurung dkk, (1988) menyatakan bahwa fase vegetatif ditandai dengan

pembentukan anakan yang aktif, bertambah tingginya tanaman dan daun tumbuh

secara teratur. Sedang lama fase reproduktif dan pematangan gabah dipengaruhi oleh

faktor genetik yaitu masing-masing 30 hari (De Datta, 1981).

Fase pertumbuhan generatif adalah pembentukan malai sampai pembungaan

dan pematangan biji. Pada fase generatif pertumbuhan dan perkembagan malai muda

meningkat dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan

pelepah daun bendera menggembung (bulge). Penggembungan pelepah daun bendera

ini disebut dengan istilah bunting (BPTP Bengkulu, 2007).

Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Heading adalah stadia keluarnya

malai yang ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera.

Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun, pada umumnya,

floret (kelopak bunga) membuka pada pagi hari (IRRI, 2003).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Fase pemasakan gabah merupakan fase akhir dari perkembangan

pertumbuhan tanaman padi, yang ditandai dengan menuanya daun dan terhentinnya

pertumbuhan gabah, terjadi perubahan warna gabah menjadi menguning cerah. Ada

tiga tahapan dalam pemasakan/pematangan gabah yaitu, tahap pertama gabah matang

susu, yang kedua gabah setengah matang (dough grain stage) dan tahap ketiga gabah

matang penuh dan siap untuk dipanen.

Varietas Padi Sawah

Padi termasuk genus Oryza L. Yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar

di daerah tropik dan sub trapik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi

yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza offinalis dan Oryza sativa

spontania. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi lahan kering (gogo) yang

umumnya ditanam di dataran tinggi, dan padi sawah di tanam di dataran rendah yang

memerlukan pengenangan air.

Penggunaan varietas padi unggul dan padi hibrida harus mempunyai jaminan

sertifikat yang mengacu pada produksi tinggi, tahan terhadap serangan hama dan

penyakit, pohon jagur, untuk tanaman padi jumlah anakan yang banyak, dan umur

tanaman singkat/genjah. Padi hibrida mulai dirintis oleh Puslitbang Tanaman pagan,

sejak akhir tahun 1985. Tahun 2007 telah tersedia 17 varietas padi hibrida yang telah

dilepas di Indonesia, empat diantaranya hasil penelitian Puslitbang tanaman pagan,

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
dan tiga belas lainya hasil dari penelitian perusaan benih swasta, namun minat petani

untuk membudidayakannya masih sangat rendah (Sumarno, 2007).

Menurut Suyamto (2007) dan Sumarno (2007) untuk mendapatkan produksi

yang maksimal, dari padi varietas unggul dan padi hibrida harus ditanam pada lahan

yang subur, unsur hara harus tersedia, pengairan yang cukup, tanah sebaiknya

mengandung bahan organik, pengendalian hama yang terpadu, dan pengelolaan

tanaman harus dilakukan secara baik (7 – 12 ton/ha).

Persiapan Tanah OTS dan TOT

Tujuan pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki sifat fisik, kima dan

biologi tanah sehingga sesuai dengan perkembangan akar tanaman penerapan prinsip-

prinsip di atas dalam budi daya tanaman padi sangat perlu diperhatikan agar produksi

tanaman padi optimal (Heddy, dkk, 1994).

Sarwono dkk (2005) menyatakan bahwa tanah sawah (paddy soil) adalah

tanah yang digunakan untuk bertanam padi atau berpotensi digunakan untuk menanan

padi sawah. Hal ini senada dengan Kyuma (2004) tanah sawah merupakan tanah yang

sangat penting di Indonesia karena merupakan sumber daya alam yang utama dalam

produksi padi/beras.

Degradasi lahan pertanian disebabkan oleh manusia maupun bencana alam

cenderung meningkat. Hal ini apabila dibiarkan terus akan membahayakan bagi

pertanian dan ketahanan pangan Indonesia (Surdianto, dkk, 2007).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Taslim dkk (1993) menyatakan bahwa pengolahan tanah sawah pada

umumnya meliputi tiga hal yaitu penggenangan lahan sampai tergenang, pembajakan

tanah sawah untuk pembalikan tanah, pemecahan dan menghaluskan sehingga tanah

sawah menjadi lumpur.

Rahman dkk (1994) menyatakan bahwa pengolahan tanah sawah yang

dilakukan berulang-ulang setiap musim tanam dapat menyebabkan rusaknya struktur

tanah, pemadatan tanah dan kepekaan tanah terhadap terhadap erosi, sehingga laju

erosi dan pelapukan bahan organik tanah semakin tinggi pada akhirnya menyebabkan

degradasi lahan.

Admin (2002) menambahkan bahwa keadaan ini akan lebih parah lagi apabila

waktu pengolahan tanah, air dibiarkan mengalir dari petak yang satu kepetak yang

lain, karena bersamaan dengan itu agregat-agregat tanah akan tererosi ikut aliran air

keluar petakan sawah.

Menurut Poniman dkk (2001) olah tanah sempurna (OTS) berdampak pada

pemberian pupuk nitrogen. pupuk N dapat mengalami mobilisasi yang tinggi melalui

aliran permukaan (run off) menuju tempat lain, atau ikut larut kedalam lapisan tanah

yang lebih dalam (infiltrasi). Meskipun pengolahan tanah dipandang dari sudut teori

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap produksi padi, tapi

dampaknya dapat menurunkan ketersedian unsur hara dan mikroba di dalam tanah

tanah (Taslim, dkk, 1993)

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Utomo dalam Rachman (1995) menyatakan bahwa tanpa olah tanah (TOT)

adalah membiarkan tanah sawah tanpa diganggu sama sekali. Sisa tanaman musim

sebelumnya di babat dan dimanfaakan untuk menutupi permukaan tanah, atau sisa

tanaman musim lalu dan gulma yang ada di areal disemprot dengan herbisida, setelah

gulma kering/mati baru padi ditanam.

Menurut Blevins and Frye (1994) ada sepuluh keuntungan atau keunggulan

dari TOT yaitu:

1. Mengurangi tenaga kerja dan menghemat waktu,

2. Mengurangi biaya dan peralatan dalam pengolahan tanah,

3. Meningkatkan produktivitas tanah dan pendapatan petani,

4. Meningkatkan bahan organik tanah dan unsur hara,

5. Memperbaiki agregasi tanah,

6. Meningkatkan konservasi tanah,

7. Menekan aliran permukaan tanah dan erosi,

8. Meningkatkan bio diversitas tanah,

9. Memperbaiki kualitas sumber daya air dan tanah,

10. Memperbaiki kualitas udara tanah (aerase tanah).

Jumlah Bibit

Sistem budidaya padi sawah umumnya memakai bibit 3 – 7 bibit/lubang

tanam, terjadi persaingan unsur hara dan ruang gerak untuk perkembangan akar dan

anakan yang pada akhirnya produktifitas rendah (Uphoff, 2001).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berkelaar (2001) menyatakan bahwa metode SRI (The System Of Rice

Intensification), dengan penanaman satu tanaman per lubang tanaman akan

meningkatkan proses fiksasi nitrogen (Biological Nitrogen fixation- BNF) bakteri dan

mikroba yang bebas hidup di sekitar akar padi dapat bersimbiosis dan menguraikan

nitrogen sehingga tersedia bagi tanaman.

Penanaman 1bibit/lubang tanam, sebelum keluar anakan pertama tumbuh pada

batang primer, tanaman tersebut mempunyai waktu untuk recovery atau kembali

menstabilkan diri di lapangan akhirnya anakan yang terbentuk akan maksimal.

Anakan pertama tumbuh pada kondisi yang terbaik, sehingga terbentuk anakan yang

banyak dan rumpun yang besar (Vallois dkk., 2000).

Penanaman satu bibit per lubang tanam menunjukkan karakteristik fisiologi

perkembangan akar lebih baik sehingga kandungan gula terlarut, nitrogen non

protein, dan prolin pada daun meningkat sehingga tanaman tersebut lebih tahan

terhadap kekeringan dan anakan yang terbentuk lebih banyak (Shao-hua, dkk, 2002).

Sistem tanaman terpadu yang telah diterapkan di delapan provinsi di

Indonesia juga telah mengembangkan teknologi SRI untuk meningkatkan produksi

padi secara nasional yaitu, (1) penanaman satu bibit per lubang tanam, (2) umur

pindah ke lapangan 7-12 hari setelah semai, (3) penghematan dalam penggunaan air,

(4) pemberian pupuk organik. Untuk memaksimalkan hasil maka keempat komponen

di atas diaplikasikan secara bersama (Gani dkk, 2002).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Ditambahkan oleh Vallois dkk (2000) bahwa setiap batang atau anakan akan

berkembang menjadi anakan berikutnya. Jika salah satu anakan tidak terbentuk maka

tanaman akan kehilangan fase eksponensial (berlipat).

Penanaman bibit umur muda akan merangsang pertumbuhan akar, dengan

aktifnya perkembangan akar maka tanaman lebih banyak menyerap air dan unsur hara

yang dibutuhkan tanaman, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal

(Zhu Defeng, 2002).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Durian Pantai Labu. Kabupaten Deli

Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penelitian berlangsung sejak Desember 2007

sampai dengan Maret 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit padi Hibrida (Arize-

Hibrindo R-1), varietas Mekongga, dan varietas Cibogo, pupuk Urea, SP-36, dan

KCL. Untuk pengendalian hama dan penyakit dipakai insektisida sedangkan

pengendalian gulma dipakai herbisida berbahan aktif glifosat.

Alat yang dipakai pada penelitian ini yaitu; timbangan, meteran, tali pelastik,

bambu, parang, pisau, gunting, cangkul, babat, parang, kored, knapsack, sprayer

oven, leaf area meter, alat tulis, buku, kantongan plastik, dan amplop besar.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (RPPT) Rancangan

Petak-Petak Terbagi (Split Split Plot Design) dengan menggunakan 3 faktor yaitu

varietas (V) sebagai petak utama, persiapan tanah (P) sebagai anak petak, jumlah

bibit (B) sebagai anak-anak petak dan diulangan sebanyak 3 kali (Gomez dan

Gomez, 1995).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Faktor perlakuannya adalah :

Petak Utama (PU): Varietas terdiri dari yaitu,

V1 = Hibrida (Arize-Hibrindo R-1)

V2 = Mekongga

V3 = Cibogo

Anak Petak (AP) : Persiapan tanah terdiri dari yaitu,

P1 = (OTS) Olah Tanah Sempurna

P2 = (TOT) Tanpa Olah Tanah (No Tillage)

Anak-Anak Petak (AAP) : Jumlah bibit terdiri dari yaitu,

B1 = 1 bibit/lubang tanam.

B2 = 3 bibit/lubang tanam.

B3 = 5 bibit/lubang tanam.

Dengan demikian diperoleh 18 kombinasi perlakuan, dan setiap kombinasi

perlakuan diulang sebanyak 3 kali, maka diperoleh 54 unit percobaan. Berdasarkan

perlakuan petak utama, anak petak, dan anak-anank petak, maka kombinasi perlakuan

adalah sebagai berikut:

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Kombinasi perlakuan/plot percobaan :

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

V1 V3 V2 V3 V1 V2 V3 V2 V1

P2 P1 P2 P1 P1 P2 P2 P1 P1 P2 P1 P2 P2 P1 P2 P1 P1 P2

B3 B1 B3 B1 B3 B2 B3 B2 B1 B2 B1 B2 B3 B2 B1 B3 B3 B1

B2 B3 B2 B3 B2 B1 B1 B3 B2 B3 B2 B3 B1 B3 B2 B1 B2 B3

B1 B2 B1 B2 B1 B3 B2 B1 B3 B1 B3 B1 B2 B1 B3 B2 B1 B2

Keterangan :
V = Varitas (Arize-Hibrindo R-1, Mekongga, Cibogo)
P = Persiapan tanah (TOT, TI)
B = Jumlah Bibit (1, 3, 5)
Jumlah kombinasi plot dalam ulangan = 18
Jumlah ulangan = 3
Jumlah kombinas plot keseluruhan = 54
Jumlah lubang tanaman per plot = 60
Jumlah lubang tanaman keseluruhan = 3.240
Jumlah tanaman sampel per plot = 10
Jumlah tanaman sample destruktif per plot = 9
Jumlah tanaman sample destruktif seluruhnya = 486
Luas plot perlakuan = 180 cm x 390 cm
Jarak antara tanaman dalam plot = 30 cm x 30 cm
Jarak antar plot = 50 cm
Jara antara ulangan = 100 cm

Metode Analisis
Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Petak Terpisah Pisah (RPTT)
dalam RAK dengan model matematis adalah sebagai berikut:
Yijkl =µ + i+ j + iij +hk + ( h) jk + iijk + kl + ( k)jl + (hk)kl + ( hk)jkl + iijkl

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dimana :
Yijkl = Nilai pengamatan karena pengaruh faktor V taraf ke-i, faktor P taraf ke-j
faktor B taraf ke-l dan pada ulangan ke-k
µ = Nilai tengah umum
i = Pengaruh ulangan pada taraf ke-i
j = Pengaruh blok atau ulangan ke- j
hk = Pengaruh perlakuan ke-k
( h)jk = Pengaruh interaksi ke-ij
ijk = Pengaruh Galat Pada ulangan ke-i varietas, olah tanah taraf ke-k
( k)jl = Pengaruh interaksi ke-ik
(hk)kl = Pengaruh interaksi ke-jk
( hk)jkl = Pengaruh interaksi ke-ijk
iijkl = Pengaruh sisa (residual effect) ulangan ke i taraf ke-i, pada ulangan ke-k

Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah.

Jika pengaruh perlakukan terhadap peubah diamati menunjukkan pengaruh yang

nyata dapat dilanjutkan dengan analisis regresi, korelasi dan uji beda rataan dengan

uji DRMT pada taraf 5 % (Gomez K.A, 1995).

Persiapan Lahan

Plot perlakuan dibuat dengan ukuran 180 cm x 390 cm jarak antar petak

dalam ulangan 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm dalam satu ulangan ada 18 plot

perlakuan, setiap perlakuan dibuat dalam tiga ulangan. Jarak tanaman dalam plot 30

cm x 30 cm, jumlah lubang tanam per plot 5 x 12 = 60 (gambar dapat di lihat pada

lampiran 2).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Hamparan petakan sawah relatif datar, kondisi tanah sedikit agak keras

sehingga dapat dibedakan mana tanah yang diolah dan tidak diolah, lahan sawah

diolah sesuai dengan perlakuan.

Kondisi awal lahan praktek merupakan sawah irigasi yang umumnya

ditumbuhi oleh gulma berdaun lebar seperti keladi- keladian dan genjer dan gulma

berdaun pita seperti gulma padi-padian karena bentuknya seperti padi.

Untuk perlakukan olah tanah sempurna (OTS) Plot digenangi dengan air

sampai selama 1 hari kemudian tanah dicangkul dengan sedalam 20 cm dan di balik

kemudian dibiarkan selama 2 hari, setelah itu tanah dicangkul kembali hingga halus

dan diratakan kemudian bibit di tanam ke lapangan dengan umur bibit 7 hari setelah

semai.

Untuk perlakuan tanpa olah tanah (TOT) plot tidak diolah. Pengendalian

gulma di plot di semprot dengan glifosat (Polaris) dengan dosis 6 l/ha, sepuluh hari

setelah aplikasi herbisida, air dimasukkan ke plot percobaan setinggi 10 cm, 3 hari

kemudian air dikeluarkan sampai tanah kondisi macak-macak (tanah jenuh air)

kemudian bibit di tanam kelapangan dengan umur bibit 7 hari setelah semai.

Penyemaian Bibit

Lahan persemaian dicangkul dan dihaluskan setelah itu diberi pupuk kompos

setara 2 ton/ha (1 kg untuk luas lahan 1 x 5 m). Kondisi lahan persemaian dibuat

dalam kondisi macak-macak.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sebelum benih disemai terlebih dahulu benih padi direndam di dalam air

mengalir lebih kurang 24 jam untuk mempercepat keluarnya akar, setelah itu bibit

disebar merata di persemaian, kemudian disiram dengan pasir hingga tertutup.

Penanaman Bibit

Bibit dipindahkan ke lapangan atau ke plot percobaan setelah berumur 7

hari setelah semai (HSS) sesuai dengan perlakuan yaitu; 1 bibit/lubang tanam, 3

bibit/lubang tanam, dan 5 bibit/ lubang tanam. Jarak tanan dalam plot percobaan 30

cm x 30 cm. Pada saat penanaman bibit ke plot percobaan atau selama fase vegetatif

kondisi tanah dijaga agar tetap pada posisi jenuh air sehingga perkembangan akar dan

anakan maksimal.

Pemupukan

Dosis anjuran pupuk Urea (250 kg urea/ha) diberikan 3 sebanyak kali yaitu

飴 dari dosis anjuran (0,1755 kg/plot), pemberian pertama dilakukan pada waktu 1

hari sebelum tanam sebanyak (0,058 kg/plot), pemberian pupuk yang kedua pada saat

3 mst sebanyak (0,058 kg/plot), dan pemberian yang ketiga pada 6 mst sebanyak

(0,058 kg/plot) (Anom, 1991). Pupuk SP 36 dan KCL diberikan sebagai pupuk dasar

sesuai dengan dosis anjuran yaitu 100 kg/ha atau 0,0702 kg/plot (Anom, 1991).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pemeliharaan Tanaman

Kondisi tanah dijaga dalam kondisi jenuh air selama masa pertumbuhan

vegetatif dengan cara mengatur air irigasi, bila terjadi hujan dibuat saluran

pembuangan air sehingga kondisi tanah tetap jenuh air.

Setelah tanaman memasuki masa pertumbuhan generatif yang ditandai dengan

pembengkakan batang utama (bunting), tanah sawah diberikan air sampai tergenang

dengan ketinggian air mencapai 5 – 7 cm.

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara menyiangi rumput dari areal

tanaman setelah tanaman berumur 3, 6 MST atau sehari sebelum aplikasi pemberian

pupuk pada 3 dan 6 MST.

Setelah tanaman memasuki masa pematangan bulir/biji, air di areal sawah

secara perlahan dikeluarkan sampai kondisi tanah mencapai jenuh air, terus mencapai

kapasitas lapang dan akhirnya kering. Pengeringan ini bertujuan untuk mempercepat

pematangan bulir padi secara serentak.

Pemanenan

Pemanenan gabah dapat dilakukan apabila daun tanaman padi sudah mulai

menguning semuanya atau daun kuning sudah mencapai 90% hanya daun bendera

saja yang masih terlihat berwarna hijau.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Peubah yang diamati

1. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 3, 6, 9, dan

12 MST. Pengukuran dimulai dari pangkal rumpun sampai ujung daun terpanjang

dengan menggunakan meteran.

2. Jumlah Anakan

Pengamatan jumlah anakan dihitung saat tanaman berumur 3, 6, 9, dan 12

MST. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah

ditetapkan pada setiap plot.

3. Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan produktif di hitung pada saat panen, yang dihitung hanya

anakan yang memiliki malai. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman

sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot.

4. Bobot Kering Tanaman

Pengamatan bobot kering tanaman dihitung setelah tanaman berumur 3, 6,

9, dan 12 MST. Tanaman sampel destruktif dicangkul secara hati-hati agar akar

jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember kemudian air digoyang-

goyang agar tanaman bersih dari tanah dan lumpur, setelah tanaman bersih lalu

dikeringkan dalam oven pada suhu 650C sampai bobotnya stabil.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
5. Bobot Kering Akar Tanaman

Pengamatan bobot kering akar tanaman dihitung setelah tanaman berumur

3, 6, 9, dan 12 MST. Tanaman sampel destruktif dicangkul secara hati-hati agar

akar jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember kemudian air

digoyang-goyang supaya akar bersih dari tanah dan Lumpur, setelah akar bersih

lalu dikeringkan anginkan setelah itu di masukkan ke dalam oven pada suhu

650C sam pai bobotnya stabil.

6. Luas Daun Perumpun

Luas daun diukur dengan Leaf Area Meter pada tanaman berumur 3, 6, 9,

dan 12 MST pengamatan dilakukan dengan mengambil semua helaian daun yang

terbuka sempurna dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

7. Jumlah Gabah Per Malai

Jumlah gabah per malai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh

malai tanaman sample kemudian di rata-ratakan Penghitungan dilakukan pada

saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

8. Jumlah Gabah Hampa Per Malai

Jumlah gabah hampa per malai dihitung dengan mengambil semua gabah

hampa dari tanaman sample. Penghitungan dilakukan saat panen, dari tanaman

sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
9. Jumlah Gabah Berisi Per Malai

Jumlah gabah berisi per malai, dihitung dengan mengambil semua gabah

berisi dari tanaman sample, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

Penghitungan dilakukan saat panen.

10. Bobot Kering Gabah Per Plot


Pengamatan bobot kering gabah perplot dihitung pada saat panen. Gabah
pisahkan dari malai kemudian dikeringkan dengan cara di jemur sampai kadar
airnya mencapai 14 %.

11. LAB (Laju Asimilasi Bersih). (g.cm-2 bulan-1).

Laju asimilasi bersih dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering

tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung

dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari 3 tanaman sampel yang

ditetapkan pada setiap plot.

(W2 – W1) (Ln A2 - Ln A1)


LAB = x
(A2 – A1 ) (T2 – T1 )

Dimana :

W1 dan W2 = Total berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan Ke-2


A1 dan A1 = Total luas daun pengamatan ke-1 dan ke-2
T2 dan T2 = Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
12. LTR (Laju Tumbuh Relatif). (g.cm-2 bulan-1).

Laju tumbuh relatif dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman

untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LTR dihitung dengan

rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari 3 tanaman sampel yang ditetapkan

pada setiap plot.

(Ln W2 - Ln W1)
LTR =
T2 – T1

Dimana :

W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2


T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Tinggi Tanaman

Data pengamatan tinggi tanaman padi sawah pada pengamatan 3, 6, 9, dan 12

minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat

pada Lampiran 1 dan 2. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan

varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada

umur 9 dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman

pada umur 3, dan 6 MST. Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak

nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 6, 9, dan 12 MST.

Perlakuan jumlah bibit (B) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi

tanaman pada umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3, 9, dan 12 MST.

Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak

nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 9, dan 12 MST, tetapi

berpengaruh nyata pada umur 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan persiapan tanah

dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi

tanaman pada umur 6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3 MST.

Untuk kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh

tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6, 9, 12 MST, tetapi

berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3 MST. Sedang

kombinasi perlakuan varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB)

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 9, dan

12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur

6 MST.

Berdasarkan hasil sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji beda rata-

rata dengan Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 1, disajikan data rataan tinggi

tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta

kombinasinya.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 1. Rataan Tinggi Padi 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah, Dan Jumlah Bibit, serta Kombinasinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 3 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varietas (V)
V1 (Hibrida) 17.08 16.31 15.65 16.35b
V2 (Mekongga) 17.38 16.58 16.58 16.85a
V3 (Cibogo) 17.32 16.90 16.97 17.06a
Persiapan Lahan
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 16.79c 16.94e 16.67d 16.80
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 17.73a 16.24c 16.13e 16.70
Interaksi (VxP)
V1 P1 16.34 16.18 16.08 16.19d
P2 17.81 16.43 15.23 16.49d
V2 P1 17.06 17.53 17.33 17.31a
P2 17.70 15.62 15.84 16.39d
V3 P1 16.95 17.13 16.61 16.90c
P2 17.69 16.67 17.32 17.23b
Rataan 17.26c 16.59b 16.40a
Umur 6 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varietas (V)
V1 (Hibrida) 44.90abc 43.84bc 41.64d 43.46b
V2 (Mekongga) 44.11abc 41.06d 43.34a 42.83b
V3 (Cibogo) 41.64d 45.47ab 44.85abc 45.36a
Persiapan Lahan
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 45.23 44.08 44.26 44.52
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 44.62 42.84 42.30 43.26
Interaksi (VxP)
V1 P1 45.18abc 43.13d 43.51cb 43.94bc
P2 44.62abc 44.55abc 39.78f 42.99bcde
V2 P1 44.44abc 42.90e 43.42abc 43.59bcd
P2 43.78abc 39.23f 43.27c 42.09e
V3 P1 46.06ab 46.20a 45.84abc 46.03a
P2 45.47abc 44.7abc 43.87abc 44.69ab
Rataan 44.93 43.46 43.28
Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varietas (V)
V1 (Hibrida) 70.38 70.76 67.26 67.30
V2 (Mekongga) 68.36 64.70 64.25 66.33
V3 (Cibogo) 67.22 64.25 66.39 65.95
Persiapan Lahan
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 68.41 68.06 65.10 67.19
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 68.90 67.84 66.83 67.86
Interaksi (VxP)
V1 P1 70.65 71.52 64.78 68.98
P2 70.12 70.00 69.73 69.95
V2 P1 68.55 63.70 64.58 65.61
P2 68.17 65.70 63.91 65.93
V3 P1 66.03 68.96 65.94 66.98
P2 68.41 67.81 66.84 67.69
Rataan 68.65a 67.95a 65.96c
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varietas (V)
V1 (Hibrida) 90.48 88.68 89.43 89.53
V2 (Mekongga) 90.44 89.94 89.85 90.07
V3 (Cibogo) 89.43 90.05 89.27 90.14
Persiapan Lahan
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 89.94 89.30 89.28 89.51
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 91.41 89.82 89.75 90.32
Interaksi (VxP)
V1 P1 89.60 88.34 89.21 89.05
P2 91.36 89.03 89.65 90.01
V2 P1 89.56 90.24 89.70 89.83
P2 91.32 89.64 89.99 90.32
V3 P1 90.67 89.31 88.93 89.83
P2 91.54 90.79 89.60 90.32
Rataan 90.68a 89.56b 89.51b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) umur 3 MST rataan

tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada varietas Cibogo V3 (45.36 cm) yang

diikuti oleh varietas Mekongga V2 (16.85 cm) dan Hibrida V1 (16.35 cm). Sedang

kombinasi varietas dan jumlah bibit (VxB), tidak berbeda nyata terhadap

pertambahan tinggi tanaman untuk semua kombinasi, tapi rataan tertinggi untuk

tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi Mekongga dengan jumlah bibit 1/lubang

V2B1 (17.38 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi Hibrida

dengan 5 bibit/lubang tanam V1B3 (16.13 cm). Pada perlakuan jumlah bibit (B) rataan

tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada perlakuan jumlah bibit 1/lubang tanam B1

(17.26 cm) diikuti oleh 3 bibit/lubang tanam dan 5 bibit/lubang tanam.

Pada persiapan tanah (P) tertinggi pada olah tanah sempurna (OTS) tidak

menunjukkan penambahan terhadap tinggi tanaman. Sedang pada kombinasi

persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi dari tinggi tanaman pada

kombinasi perlakuan tanpa persiapan tanah dengan perlakuan jumlah bibit jumlah 1

bibit/lubang tanam P2B1 (17.73 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi

tanaman pada perlakuan tanpa olah tanah dengan jumlah 3 bibit/lubang tanam

(P2B3,) dan berbeda nyata pada P1B1, P1B2, P1B3, P1B3, P2B2, P2B3, sedangkan rataan

terendah terdapat pada P2B3 (16.13). Sedang kombinasi perlakuan varietas, persiapan

lahan, dan jumlah bibit (VxPxB) menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap

penambahan tinggi tanaman untuk semua kombinasi perlakuan, tetapi rataan tertinggi

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
untuk tinggi tanaman terdapat pada V2 P2 B1 (17,70), sedang rataan terendah terdapat

pada V1 P2 B3 (17,70).

Pada umur 6 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi diperoleh pada

varietas Cibogo V3 (45.36 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman

pada Hibrida V1, dan varietas Mekongga V2, tetapi rataan terendah tinggi tanaman

diperoleh pada varietas Mekongga V2 (42.84cm). Sedang kombinasi perlakuan

varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi tinggi tanaman terdapat tinggi

tanaman pada kombinasi V3 P1 (46.03cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman

pada kombinasi perlakuan V1P1, V1P2, V2P1, V2P2, berbeda tidak nyata dengan V3P2.

Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (44.93 cm)

berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada B2, dan B3, sedang rataan terendah pada

B3 (43.28 cm). Dari kombinasi perlakuan varietas dan jumlah bibit (VxB), rataan

tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi perlakuan V2B3 (43.34 cm)

berbeda tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan

V1B1, V2B1, V3B2, V3B3, tetapi berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman

pada kombinasi perlakuan V1B3, V1B2, V2B2, V1B3, sedang rataan terendah untuk

tinggi tanaman pada kombinasi V2B2 (41.06).

Dari perlakuan kombinasi persiapan lahan dengan jumlah bibit (PxB)

menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada semua

kombinasi, untuk rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi

perlakuan P2B1 (44.62 cm), sedang rataan terendah dari tinggi tanaman diperoleh

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
pada kombinasi perlakuan V2B3 (42.30 cm). Tetapi dari perlakuan kombinasi

varietas, persiapan lahan, dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada

kombinasi perlakuan V3P1B2 (46.20) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi

tanaman pada kombinasi V1P1B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B2, V2P2B2, V2P2B2, berbeda

tidak nyata dengan V1P1B1, V1P2B1, V1P2B2, V2P1B1, V2P1B3, V2P2B1, V3P1B1, V3P1B3,

V3P2B1, V3P2B2, V3P2B3.

Pada umur 6 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi diperoleh pada

padi Hibrida V1 (67.30) berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman

pada semua varietas, sedang rataan terendah untuk tinggi tanaman diperoleh pada

varietas Cibogo V3 (65.95). Pada kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB),

rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi Hibrida dengan jumlah 1

bibit/lubang tanam V1B1 (90.48cm), berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi

tanaman pada semua kombinasi, sedang rataan terendah tinggi tanaman pada

kombinasi V1B2 (88.68 cm). Sedang pada kombinasi persiapan tanah dengan

jumlah bibit (PxB) berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada

semua kombinasi, tetapi rataan tertinggi terdapat pada kombinasi P2B1 (91.41 cm)

dan rataan terendah terdapat pada kombinasi P1B3 (89.28 cm). Pada persiapan tanah

P, rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi P2 (87.86 cm)

berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada persiapan tanah, tetapi rataan

terendah tinggi tanaman pada kombinasi P1 (67.19 cm). Pada perlakuan jumlah

bibit B, rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi B1 (68.66)

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada perlakuan B3 (65.97 cm), tetapi berbeda

tidak nyata pada perlakuan B2 (67.95 cm), sedang rataan terendah tinggi tanaman

pada kombinasi B3 (65.97 cm). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan tanah

dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan

V3P1B2 (46.20 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada

kombinasi perlakuan V1P1B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B2, V2P2B2, V2P2B2, berbeda tidak

nyata dengan V1P1B1, V1P2B1, V1P2B2, V2P1B1, V2P1B3, V2P2B1, V3P1B1, V3P1B3,

V3P2B1, V3P2B2, V3P2B3, rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi

V1P2B2 (39.23).

Pada umur 9 MST perlakuan varietas (V), persiapan tanah (P), kombinasi

varietas dan jumlah bibit (VxB), kombinasi perlakuan persiapan lahan dengan

jumlah bibit (PxB), kombinasi perlakuan (VxP), dan kombinasi perlakuan varietas,

persiapan lahan dengan jumlah bibit (VxPxB) pada semua perlakuan berbeda tidak

nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi

diperoleh pada B1 (68.65 cm) berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada B2,

tetapi berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada pada B3, sedangkan rataan terendah

pada B3 (43.28 cm).

Pada umur 12 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi dari tinggi

tanaman diperoleh pada varietas Cibogo V3 (90.14 cm) berbeda tidak nyata terhadap

pertambahan tinggi tanaman pada semua perlakuan varietas, sedang rataan terendah

tinggi tanaman diperoleh pada padi Hibrida V1 (89.53 cm). Sedang kombinasi VxB,

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V1B1 (90.48 cm) berbeda

tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua kombinasi, sedang rataan terendah

dari tinggi tanaman pada kombinasi V3B3 (80.27 cm). tetapi pada kombinasi PxB

menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua kombinasi,

rataan tertinggi terdapat pada kombinasi P2B1 (91.41 cm) dan rataan terendah

terdapat pada kombinasi P1B3 (89.28). Pada persiapan tanah P, rataan tertinggi

tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi P2 (90.32 cm) berbeda tidak nyata

terhadap tinggi tanaman pada perlakuan P1 (89.51 cm), sedang rataan terendah tinggi

tanaman pada perlakuan P1 (89.51 cm). Pada perlakuan jumlah bibit B, rataan

tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada perlakuan B1 (90.68 cm) berbeda nyata

terhadap tinggi tanaman pada perlakuan B3 (89.51 cm), tetapi berbeda tidak nyata

pada perlakuan B2 (89.56), sedang rataan terendah tinggi tanaman pada perlakuan B3

(89.51 cm). Dari kombinasi VxP rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada

kombinasi V3P2 (90.32 cm), berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada

semua kombinasi, tetapi rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi

V1P1 (89.05 cm). Sedang kombinasi perlakuan (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh

pada kombinasi V3P2B1 (91.54 cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada

kombinasi semua kombinasi, tetapi rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada

kombinasi V1P1B2 (88.34 cm).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tinggi Ta na m a n (c m ) 18.00

17.00

16.00

15.00
Hibrida Mekongga Cibogo
Varietas

Gambar 1. Tinggi Tanaman Pada Perlakuan Ketiga Varietas Umur 3 MST

Gambar 1 menunjukkan tinggi tanaman varietas V1 (Hibrida), V2 (Mekongga)

dan V3 (Cibogo) pada umur 3 MST. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tinggi

tanaman tertinggi pada varietas Mekongga (V3), dan tinggi tanaman terendah

terdapat pada padi Hibrida (V1). Hal ini menunjukkan bahwa varietas Cibogo

memiliki kemampuan yang lebih baik bila dibandingkan dengan varietas V1

(Hibrida), dan V2 (Mekongga). Hal ini disebabkan banyak faktor salah satunya adalah

faktor lingkungan. Padi varietas Hibrida harus beradaptasi terlebih dahulu dengan

lingkungannya karena padi Hibrida ini di introduksi dari luar daerah sedangkan

varietas Cibogo telah beradaptasi lama dengan lingkungannya, karena tetua Cibogo

dan Mekongga ini berasal dari IR 64. dimana IR 64 ini telah lama dibudidayakan

khusunya di Sumatera Utara.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
18.00 (P2)

(P1)
T in g g i T an am an C m )

17.00 (P1)
(P1)

(P2)
(P2)
16.00

P1= (Olah Tanah Sempurna)

P2= (Tanpa Olah Tanah )


15.00
1 3 5
Jum lah Bibit

Gambar 2. Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Persiapan Tanah Yang
Berbeda Umur 3 MST

Gambar 2 dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman pada

persiapan tanah tertinggi terdapat pada perlakuan (P2) tanpa olah tanah dan jumlah 1

bibit/lubang tanam (B1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah bibit

perlubang tanam dan tanpa olah tanah tinggi tanaman semakin tinggi.

Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam akan

terjadi persaingan dalam mengambil unsur hara dari dalam tanah, dan perkembangan

akar tidak sempurna akibat terjadinya tumpang tindih akar yang satu degan akar

lainnya. Sedang pada perlakuan olah tanah sempurna (OTS) mengakibatkan

tercucinya/hanyut unsur hara ke tempat lain yang diakibatkan oleh air yang mengalir

dan terjadi menguap unsur hara akibat sinar matahari sehingga unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman menjadi tidak tersedia bagi tanaman.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
18.00

Tinggi Tanaman (cm)


y = 17.61 - 0.4294x
17.00
r = 0.9076

16.00
0 1 2 3

Jumlah Bibit

Gambar 3. Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Umur 3 MST

Gambar 3 menunjukkan tinggi tanaman terhadap perlakuan jumlah bibit B1 (1

tanaman/lubang), B2 (3 tanaman/lubang) dan B3 (5 tanaman/lubang). Hal

menunjukkan bahwa semakin sedikit bibit perlubang tanaman, tinggi tanaman

semakin tinggi, demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang

tanaman maka tinggi tanaman semakin rendah.

Tanaman padi memiliki daya tumbuh yang tinggi sehingga apabila ditanamam

1 bibit/lubang akan merangsang pertumbahan tinggi tanaman, tanaman lebih leluasa

memperoleh unsur hara serta proses fotosintesis berjalan denan baik.

Jumlah Anakan

Data pengamatan jumlah anakan padi sawah pada pengamatan 6, 9, 12

minggu setelah tanam (MST) dan analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 3 dan 4. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anakan

pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
jumlah anakan pada umur 3, 6, dan 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap

pertambahan jumlah anakan umur 12 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan dengan

persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan

pada umur 6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada pertambahan jumlah

anakan umur 3 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan dengan jumlah bibit (VxB)

berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 9, dan

12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 6 MST. Sedangkan kombinasi

perlakuan persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata

terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 6, dan 9, dan 12 MST. Sedangkan

kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak

nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 6, 9, dan 12 MST.

Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut

terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak

Ganda Duncan. Dapat dilihat pada Tabel 2,

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 2. Rataan Jumlah Anakan Padi 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan
Tanah Jumlah Bibit, serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 3 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 6.38 7.03 6.75 6.72
V2 (Mekongga) 6.90 7.23 6.77 6.97
V3 (Cibogo) 6.65 7.37 6.93 6.98
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 6.44 7.27 6.64 6.79
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 6.84 7.16 6.99 7.00
Interaksi (V x P)
V1 P1 6.30 7.53 6.80 6.88b
P2 6.47 6.53 6.70 6.57c
V2 P1 6.80 7.03 7.03 6.77bc
P2 7.00 7.43 7.07 7.17a
V3 P1 6.23 7.23 6.67 6.71bc
P2 7.07 7.50 7.20 7.26a
Rataan 6.64b 7.21a 6.82a
Umur 6 MST
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 14.12b 13.78bc 13.62bc 13.84
V2 (Mekongga) 15.15a 13.80bc 13.47bc 14.14
V3 (Cibogo) 15.68a 14.18b 13.38c 14.42
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 14.64 13.70 13.51 13.95
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 15.32 14.14 13.47 14.31
Interaksi (V x P)
V1 P1 13.23 13.37 13.67 13.42
P2 15.00 14.20 13.57 14.26
V2 P1 15.13 13.87 13.67 14.22
P2 15.17 13.73 13.27 14.06
V3 P1 15.57 13.87 13.20 14.21
P2 15.80 14.50 13.57 14.62
Rataan 14.98a 13.92b 13.49b
Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 37.97 36.68 35.90 36.85
V2 (Mekongga) 37.60 37.25 36.63 37.16
V3 (Cibogo) 38.30 37.10 36.45 37.28
Persiapan Tanah (P)
P1 (Persiapan Tanah) 37.53 36.90 35.99 36.81
P2 (Tanpa Persiapan tanah) 38.38 37.12 36.67 37.39
Interaksi (V x P)
V1 P1 37.77 36.70 35.57 36.68
P2 38.17 36.67 36.23 37.02
V2 P1 37.17 37.23 36.23 36.88
P2 38.03 37.27 37.03 37.44
V3 P1 37.67 36.77 36.17 36.87
P2 38.93 37.43 36.73 37.70
Rataan 37.96a 37.01b 36.33c
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 38.53 37.32 36.95 37.60
V2 (Mekongga) 38.10 37.63 37.43 37.72
V3 (Cibogo) 38.68 37.80 37.15 37.88
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 38.00 37.51 36.73 37.41b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 38.88 37.66 37.62 38.05a
Interaksi (V x P)
V1 P1 38.27 37.33 36.43 37.34
P2 38.80 37.30 37.47 37.86
V2 P1 37.77 37.93 37.00 37.57
P2 38.43 37.33 37.87 37.88
V3 P1 37.97 37.27 36.77 37.33
P2 39.40 38.33 37.53 38.42
Rataan 38.44a 37.58b 37.18c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata Pada Taraf Uji 5%
Menurut Uji Jarak Duncan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada Tabel 2 umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan persiapan tanah

(P), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada perlakuan (TOT) tanpa olah tanah

P2 (7.00) berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada perlakuan (OTS) olah tanah

sempurna P1 (6.79), tetapi rataan terendah pada P1 (6.79). Sedang pada kombinasi

perlakuan varietas dengan dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi jumlah

anakan diperoleh pada kombinasi V3P2 (7.26), berbeda nyata terhadap jumlah

anakan pada V1P1, V1P2, V2P1, V3P1, tetapi berbeda tidak nyata pada V2P2,

sedangkan rataan terendah pada V1 P2 (6.57). Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan

tertinggi jumlah anakan diperoleh pada perlakuan 3 bibit/lubang tanam B2 (7.21)

berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada perlakuan B1, tetapi berbeda tidak nyata

pada perlakuan 5 bibit/lubang tanam B3, sedangkan rataan terendah pada B1 (6.64).

Pada umur 6 MST dapat dilihat perlakuan varietas (V), berpengaruh tidak

nyata terhadap jumlah anakan. Sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi

jumlah anakan diperoleh pada perlakuan 1 bibit/lubang tanam B1 (14.98) berbeda

nyata pada B2, dan B3, tetapi rataan terendah terdapat pada B3 (13.49). Pada

kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi jumlah

anakan diperoleh pada kombinasi V3B1 (15.68) berbeda nyata terhadap penambahan

jumlah anakan pada kombinasi V1B1, V1B2, V2B2, V3B2, V1B3, V2B3, V3B3, berbeda

tidak nyata dengan V2B1, rataan terendah jumlah anakan diperoleh pada kombinasi

V2B3 (13.38). Sedang pada kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB),

dan kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP), serta kombinasi vaietas,

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) masing-masing berbeda tidak nyata

terhadap jumlah anakan pada.

Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V), berbeda tidak

nyata terhadap penambahan jumlah anakan, tetapi rataan tertinggi jumlah anakan

terdapat pada varietas Cibogo V3 (37,88) yang diikuti oleh varietas Mekongga V2

(37,72), dan padi Hibrida V1 (37,60). Pada persiapan tanah (P), rataan tertinggi

diperoleh pada P2 (38.05), tetapi rataan terendah pada P1 (37.41). Dari perlakuan

jumlah bibit (B), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada B1 (38.44) berbeda

nyata terhadap jumlah anakan pada B2 (37.58), dan B3 (37.18), sedangkan rataan

terendah pada B3 (37.18). Sedang pada kombinasi (VxPxB) menunjukkan berbeda

tidak nyata terhadap jumlah anakan pada semua perlakuan.

7.40
(P2)
7.20 (P2)
Ju m lah A n akan

7.00 (P1)
(P1)
6.80 (P1)
(P2)
6.60
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
6.40
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
6.20
Hibrida Mekongga Cibogo
Varietas

Gambar 4. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Varietas dan Persiapan Tanah


Umur 3 MST

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Gambar 4 menunjukkan respon jumlah anakan terhadap kambinasi varietas

dan persiapan tanah (VxP). Pada varietas Cibogo (V3) menunjukkan jumlah anakan

teringgi terdapat pada perlakuan TOT dan yang terendah pada OTS. Pada varietas

Mekongga (V2) menunjukkan jumlah anakan teringgi pada perlakuan TOT dan yang

terendah pada OTS.

38.20 (P2)

38.00
Ju m lah A n akan

37.80

37.60 (P1)

37.40 P1 = (Olah Tanah Sempurna)

37.20 P2 = (Tanpa Olah Tanah)

37.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah

Gambar 5. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Persiapan Tanah Pada


Umur 12 MST

Gambar 5 menunjukkan respon jumlah anakan pada perlakuan olah (P),

jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan TOT (38,05) dan yang terendah pada

perlakuan OTS (36,81), Hal ini dikarenakan pada tanah yang diolah sempurna telah

terjadi degradasi lahan dan pencucian unsur hara dan memiliki pori-pori yang longgar

hal demikian tidak sesuai dengan kondisi tanah yang diinginkan oleh perkembangan

tanaman.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
39.00
Jumlah Anakan

38.00
= 38.994-0.6306x
r = 0.9593

37.00
0 1 2 3
Jum lah Bibit

Gambar 6. Jumlah Anakan Terhadap Perlakuan Jumlah Bibit Pada


Umur 12 MST

Gambar 6 menunjukkan jumlah anakan terhadap perlakuan jumlah bibit (B)

umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa garis persamaan membentuk

garis linier negatif, hal ini menggambarkan semakin banyak jumlah bibit maka

jumlah anakan semakin menurun. Penurunan jumlah anakan ini diakibatkan adanya

persaingan dalam mendaptkan unsur hara serta terbatasnya ruang gerak pertumbuhan.

Bobot Kering Tanaman

Data pengamatan bobot kering tanaman padi sawah pada pengamatan 3, 6, 9,

12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat

pada Lampiran 5 dan 6. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa bobot

kering tanaman pada perlakuan varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap

pertambahan bobot kering tanaman pada umur 3, dan 9 MST, tetapi berpengaruh

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
nyata terhadap bobot kering tanaman pada umur 6 dan 12 MST. Pada perlakuan

persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering

tanaman pada semua umur pengamatan. Pada perlakuan jumlah bibit (B) berpengaruh

tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering tanaman pada umur 6, MST, tetapi

berpengaruh nyata pada umur 3, 9, dan 12, MST. Sedangkan kombinasi perlakuan

dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot

kering tanaman pada umur 3, dan 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap

pertambahan pada umur 6, dan 12 MST.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji

lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji

Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 3, disajikan data rataan bobot kering tanaman padi

sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut

notasi hasil uji bedanya.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 3. Rataan Bobot Kering Tanaman 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 3 MST --------------------------(g)---- - --------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 2.43 1.94 2.29 2.22
V2 (Mekongga) 2.31 2.45 2.17 2.31
V3 (Cibogo) 2.68 2.20 2.66 2.51
Persiapan Tanah (P)
P1 (Persiapan Tanah) 2.35 2.19 2.39 2.31
P2 (Tanpa Persiapan tanah) 2.59 2.20 2.35 2.38
Interaksi (V x P)
V1 P1 2.20 1.74 2.17 2.04
P2 2.65 2.13 2.40 2.39
V2 P1 2.23 2.66 2.27 2.39
P2 2.39 2.24 2.07 2.23
V3 P1 2.63 2.22 2.72 2.51
P2 2.74 2.22 2.59 2.52
Rataan 2.47a 2.20b 2.37a
Umur 6 MST --------------------------(g)---- - --------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 35.75cd 35.29cd 35.76cd 35.60b
V2 (Mekongga) 36.24abc 34.48d 37.24bcd 35.98b
V3 (Cibogo) 38.46ab 37.81ab 36.06bcd 37.44a
Persiapan Tanah (P)
P1 (Persiapan Tanah) 36.48 36.42 37.03 36.65
P2 (Tanpa Persiapan tanah) 37.15 35.30 35.68 36.04
Interaksi (V x P)
V1 P1 34.87 36.11 37.33 36.10
P2 36.63 34.48 34.20 35.10
V2 P1 35.55 33.88 37.19 35.54
P2 36.93 35.08 37.29 36.43
V3 P1 39.03 39.28 36.58 38.30
P2 37.88 36.35 35.54 36.59
Rataan 36.82 35.86 36.35
Umur 9 MST --------------------------(g)---- - --------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 161.67 153.11 157.61 157.46
V2 (Mekongga) 165.23 155.78 156.11 159.04
V3 (Cibogo) 161.58 157.62 155.53 158.24
Persiapan Tanah (P)
P1 (Persiapan Tanah) 163.28 156.55 156.00 158.61
P2 (Tanpa Persiapan tanah) 162.37 154.45 156.83 157.89
Interaksi (V x P)
V1 P1 162.15 154.46 160.41 159.01
P2 161.18 151.76 154.81 155.92
V2 P1 165.42 154.77 154.54 158.24
P2 165.04 156.79 157.69 159.84
V3 P1 162.26 160.42 153.07 158.58
P2 160.90 154.81 157.99 157.90
Rataan 162.83b 155.50b 156.42a
Umur 12 MST --------------------------(g)---- - --------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 371.37abc 361.89bcd 348.52d 360.59
V2 (Mekongga) 351.61d 360.47cd 374.65ab 362.24
V3 (Cibogo) 384.09a 353.69d 367.77bc 368.52
Persiapan Tanah (P)
P1 (Persiapan Tanah) 366.14 349.29 361.26 358.90
P2 (Tanpa Persiapan tanah) 371.91 368.08 366.03 368.67
Interaksi (V x P)
V1 P1 368.79 354.92 340.66 354.79
P2 373.95 368.86 356.38 366.40
V2 P1 345.10 349.93 377.44 357.49
P2 358.12 371.02 371.87 367.00
V3 P1 384.52 343.03 365.69 364.42
P2 383.66 364.35 369.84 372.62
Rataan 369.02a 358.68b 363.65ab
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada Tabel 3 umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan jumlah bibit

(B), rataan tertinggi bobot kering tanaman dijumpai pada perlakuan 1 bibit/lubang

tanam B1 (2.47) diikuti oleh 3 bibit/lubang tanam B3 (2.37) dan 5 bibit/lubang tanam

B2 (2.20).

Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V, rataan tertinggi

bobot kering tanaman diperoleh pada varietas Cibogo V3 (37.44) berbeda nyata

terhadap bobot kering tanaman pada padi Hibrida V1 (35.60), varietas Mekongga V2

(35.98), sedangkan rataan yang terendah terdapat pada padi Hibrida V1 (16.35). tetapi

kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering tanama

diperoleh pada kombinasi V3B1 (38.46) berbeda nyata terhadap bobot kering

tanaman pada V1B1, V1B2, V2B2, V1B3, tetapi berbeda tidak nyata dengan kombinasi

V2B1, V3B2, V2B3, V3B3, rataan terendah bobot kering tanaman diperoleh pada

kombinasi V2B2 (34.48). Pada persiapan tanah dan kombinasinya menunjukkan

berbeda tidak nyata terhadap bobot kering tanaman pada semua pengamatan.

Pada umur 9 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) rataan tertinggi

terdapat pada perlakuan Mekongga V2 (157.46), dan rataan terendah perlakuan

varietas terdapat pada perlakuan Hibrida V1 (159.04), sedang perlakuan jumlah bibit

(B), rataan tertinggi bobot kering tanaman diperoleh pada B1 (162.83) berbeda nyata

terhadap bobot kering tanaman pada B2 (155.50), B3 (156.42), sedangkan rataan

terendah pada B2 (155.50). Pada persiapan tanah rataan tertinggi terdapat pada

perlakuan P1 (158,61), dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P2 (157,89).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sedang pada perlakuan kombinasi (VxPxB) rataan tertinggi terdapat pada perlakuan

V2P1B1 (165,42), dan rataan terendah terdapat pada perlakuan V2P2B2 (158,61).

Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan

tertinggi bobot kering tanaman terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (368.52) diikuti

oleh Mekongga V2 (362,24) dan Hibrida V1 (360.59). Pada kombinasi vareitas

dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering tanaman diperoleh pada

kombinasi V3B1 (384.09) berbeda nyata dengan V2B1, V1B2, V2B2, V3B2, V3B2, V3B3.

Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (369.02) berbeda

nyata pada B2 (358.68), berbeda tidak nyata pada B3 (363.65), sedangkan rataan

terendah pada B2 (155.50).

38.00
Bobot Kering Tanaman

37.50
37.00
36.50
Hibrida
36.00
Mekongga
35.50 Cibogo
35.00
34.50
Hibrida Mekongga Cibogo
Varietas

Gambar 7. Bobot Kering Tanaman Terhadap Perlakuan Varietas Umur 6 MST

Gambar 7 menunjukkan bobot kering tanaman terhadap jumlah bibit dari

beberapa varietas padi sawah pada pengolahan tanah yang berbeda umur 3 MST.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering dari ketiga varietas yang

tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Mekongga dan Hibrida. Hal

tersebut menunjukkan bahwa varietas Cibogo memiliki bobot kering tanaman yang

tertinggi, dimana hal ini sejalan dengan jumlah anakan dan tinggi tanaman yang

terbanyak terdapat pada varietas Cibogo.

370.00

368.00
Bobot Kering Tanam an

366.00

364.00

362.00 = 369.16 - 2.6876x


r = 0.2701
360.00

358.00
0 1 2 3
Jumlah Bibit

Gambar 8. Bobot Kering Tanaman Pada Perlakuan Jumlah Bibit Umur 12 MST

Gambar 8 menunjukkan bobot kering tanaman terhadap jumlah bibit pada

umur 3 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering tanaman

membentuk garis linier negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit

jumlah bibit perlubang tanaman, maka bobot kering tanaman semakin tinggi

demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam maka bobot

kering tanaman semakin rendah pada. Hal ini disebabkan jumlah anakan dan tinggi

tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan 1 bibit/lubang tanam (B1).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Bobot Kering Akar

Data pengamatan bobot kering akar pada pengamatan 3, 6, 9, 12 minggu

setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 7 dan 8. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering

akar pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan

bobot kering akar pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST.

Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap

pertambahan bobot kering akar pada umur 3, 6, dan 9, MST, tetapi berpengaruh nyata

pada umur 12 MST. Pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh tidak nyata pada

umur 3, MST, berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 6, 9, dan 12

MST. Sedangkan perlakuan kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP)

berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering akar tanaman pada umur

6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3, MST. Sedang kombinasi

perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap

pertambahan bobot kering akar pada umur 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap

pertambahan pada umur 3, 6, dan 12 MST.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji

lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji

Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 4, disajikan data rataan bobot kering akar pada

setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta kombinasinya, berikut notasi hasil uji

bedanya.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4. Rataan Bobot Kering Akar 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 3 MST --------------------------- g ---- ------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.74ab 0.35c 0.72abc 0.607
V2 (Mekongga) 0.80a 0.67abcd 0.37cd 0.615
V3 (Cibogo) 0.42bcd 0.46bcd 0.48abcd 0.450
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.67 0.56 0.55 0.591
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.64 0.43 0.50 0.524
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.91 0.41 0.94 0.753a
P2 0.58 0.29 0.51 0.460b
V2 P1 0.60 0.75 0.37 0.570ab
P2 1.00 0.59 0.38 0.659ab
V3 P1 0.49 0.52 0.34 0.449b
P2 0.35 0.40 0.61 0.451b
Rataan 0.65 0.49 0.52
Umur 6 MST --------------------------- g ---- ------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 13.52a 11.87b 11.86b 12.40
V2 (Mekongga) 11.77b 11.85b 12.58ab 12.06
V3 (Cibogo) 12.75ab 12.11b 12.36ab 12.41
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 12.84 11.81 12.31 12.32
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 12.52 12.07 12.21 12.27
Interaksi (V x P)
V1 P1 13.77 11.54 11.77 12.36
P2 13.27 12.19 11.95 12.47
V2 P1 11.59 12.02 13.26 12.29
P2 11.96 11.67 11.90 11.84
V3 P1 13.16 11.87 11.92 12.32
P2 12.34 12.35 12.80 12.50
Rataan 12.68a 11.94b 12.26a
Umur 9 MST --------------------------- g ---- ------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 24.31 21.85 25.87 24.01
V2 (Mekongga) 25.31 22.16 26.41 24.62
V3 (Cibogo) 24.79 25.59 25.45 25.28
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 24.32 24.08 25.30 24.57
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 25.29 22.32 26.51 24.71
Interaksi (V x P)
V1 P1 24.20 22.68 25.03 23.97
P2 24.41 21.02 26.71 24.05
V2 P1 25.96 21.75 25.84 24.52
P2 24.66 22.57 26.97 24.73
V3 P1 22.79 27.80 25.04 25.21
P2 26.79 23.38 25.86 25.35
Rataan 24.80a 23.20b 25.91a
Umur 12 MST --------------------------- g ---- ------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 46.52a 42.18c 47.23a 45.31
V2 (Mekongga) 45.67ab 43.51bc 47.40a 45.53
V3 (Cibogo) 44.83ab 46.28a 46.02ab 45.71
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 44.50 43.94 46.45 44.97b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 46.85 44.04 47.32 46.07a
Interaksi (V x P)
V1 P1 46.26 41.76 46.75 44.93
P2 46.79 42.60 47.71 45.70
V2 P1 45.53 43.31 46.15 45.00
P2 45.81 43.72 48.65 46.06
V3 P1 41.72 46.76 46.44 44.97
P2 47.94 45.80 45.60 46.45
Rataan 45.67 43.99 46.88
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5%
menurut Uji Jarak Duncan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umur 3 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas (V) rataan

tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Mekongga V2 (0,615), diikuti

Hibrida V1 (0,607). Cibogo V3 (0,450), dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit

(VxB) rataan tertinggi bobot kering akar tinggi diperoleh pada kombinasi V2B1

(0.80), berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada V1B2, V2B3, V3B1, V3B2,

tetapi berbeda tidak nyata pada V1B1, V2B2, V1B3, V3B3, sedangkan rataan terendah

terdapat pada V1B2 (0.451). Pada kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan

persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P1 (0.753),

berbeda nyata terhadap bobot kering akar tanaman pada V1P2, V3P1, V3P2, berbeda

tidak nyata dengan V2 P1, V2 P2. sedangkan rataan terendah pada V3 P1 (0.449).

Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan

tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (12,40), diikuti

Hibrida V1 (12,40), Mekongga V2 (12,06), sedang kombinasi varietas dengan jumlah

bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering akar diperoleh pada kombinasi V1B1

(13.52) berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada V1B1, V1B2, V2B2, V3B2, V1B3,

berbeda tidak nyata dengan V3B1, V2B3, V3B3, rataan terendah bobot kering akar

diperoleh pada kombinasi V2B1 (11.77). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan

tertinggi diperoleh pada B1 (12.68) berbeda nyata dengan B2 (11.94), berbeda tidak

nyata dengan B3 (12.26), sedangkan rataan terendah pada B2 (11.94).

Pada umur 9 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan

tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (24,01), diikuti

Mekongga V2 (24,62), Hibrida V1 (24,01), sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
tertinggi diperoleh pada B3 (25.91) berbeda nyata dengan B2 (23.20), berbeda

tidak nyata terhadap bobot kering akar pada B2 (23.20), tetapi rataan terendah

pada B2 (23.20).

Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan

tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (45,71), diikuti

Mekongga V2 (45,53), Hibrida V1 (45,31), dari kombinasi perlakuan varietas dengan

jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering akar diperoleh pada kombinasi

V2B3 (47.40) berbeda nyata dengan V2B2, tetapi berbeda tidak nyata pada V1B1, V2B1,

V3B1, V3B2, V1B3, V2B3, V3B3, sedang rataan terendah bobot kering akar diperoleh

pada kombinasi V1B2 (42.18). Dari perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi

diperoleh pada P2 (46.07) berbeda nyata pada P1 (44.97).

13.00
Bobot Kering Akar

12.50 = 12.713 - 0.2089x


r = 0.3168

12.00

11.50
0 1 2 3
Jumlah Bibit

Gambar 9. Bobot Kering Akar Pada Perlakuan Jumlah Bibit Umur 6 MST

Gambar 9 menunjukkan bobot kering akar terhadap jumlah bibit pada umur 6

MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering tanaman membentuk

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
garis linier negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah bibit

perlubang tanaman maka bobot kering tanaman semakin tinggi demikian pula

sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam maka bobot kering tanaman

semakin rendah pada. Hal ini disebabkan jumlah anakan yang tertinggi terdapat pada

perlakuan satu bibit/lubang tanam (B1) dan tinggi tanaman tertinggi juga terdapat

pada perlakuan satu bibit/lubang tanam (B1), sehingga bobot kering yang tertinggi

terdapat pada perlakuan jumlah bibit yang sama yaitu 1 bibit/lubang tanam (B1).

47.00
B obot K ering A kar

(P2)
46.00

(P1)
45.00

44.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Olah Tanah

Gambar 10. Bobot Kering Akar Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST

Gambar 10 menunjukkan bobot kering akar terhadap olah tanah sempurna

(P1) dan tanpa olah tanah (P1) pada persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda

umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering akar tanaman

terhadap persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda menunjukkan (P2) lebih

tinggi bila di bandingkan dengan (P1). Hal ini menunjukkan bahwa (P2) memberikan

respon yang lebih baik bila di bandingkan (P1).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Luas Daun Per Rumpun

Data pengamatan luas daun perumpun tanaman padi sawah pada pengamatan

3, 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat

dilihat pada Lampiran 9 dan10. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa

tinggi tanaman pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap

pertambahan luas daun perumpun pada umur 9 dan 12 MST, tetapi berpengaruh

nyata terhadap pertambahan pada umur 3 dan 6 MST. Pada persiapan tanah (P)

berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 6 MST, berpengaruh nyata

terhadap luas daun perumpun pada umur 3, 9, dan 12 MST. Pada perlakuan jumlah

Bibit (B) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan luas daun perumpun pada

umur 6, dan 9, MST, berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 3 dan 12,

MST. berpengaruh nyata pada umur 3, MST. Sedang kombinasi perlakuan dengan

persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan luas daun

perumpun pada umur 3, 6, 9, dan 12 MST. Sedang perlakuan kombinasi dengan

jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun perumpun pada

umur 6, dan 12 MST, berpengaruh nyata pada umur 3 dan 9 MST. Pada perlakuan

kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata

terhadap pertambahan luas daun perumpun pada umur 12 MST, berpengaruh nyata

terhadap pertambahan pada umur 3, 6, dan 9 MST. Sedang perlakuan kombinasi,

varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata terhadap

pertambahan luas daun perumpun pada umur 3, 9, dan 12 MST, berpengaruh nyata

pada umur 6 MST.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji

lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji

Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 5, disajikan data rataan luas daun perumpun

tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta

Kombinasinya. Berikut notasi hasil uji bedanya.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 5. Rataan Luas Daun Perumpun 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
2
Umur 3 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 25.75bcd 27.48abc 28.52ab 27.25a
V2 (Mekongga) 26.87abcd 25.50bcd 29.18a 27.18a
V3 (Cibogo) 24.90cd 21.24e 24.79de 23.64b
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 22.05d 21.59d 26.74c 23.40a
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 29.63ab 27.89bc 28.24ab 28.59b
Interaksi (V x P)
V1 P1 21.47 24.91 27.58 24.65
P2 30.03 30.04 29.45 29.84
V2 P1 23.10 20.67 27.46 23.74
P2 30.63 30.33 30.90 30.62
V3 P1 21.56 19.19 25.19 21.98
P2 28.24 23.28 24.38 25.30
Rataan 25.84b 24.74b 27.49a
2
Umur 6 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 108.74 107.70 112.62 109.69b
V2 (Mekongga) 110.65 106.86 108.87 108.79b
V3 (Cibogo) 114.74 114.43 114.00 114.39a
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 106.63c 106.87c 110.69b 108.06
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 116.13a 112.46b 112.97c 113.85
Interaksi (V x P)
V1 P1 105.38fg 101.14g 109.49ef 105.34
P2 112.10bcde 114.26abcde 115.74abc 114.03
V2 P1 104.08fg 103.89g 108.81ef 105.59
P2 117.21ab 109.84de 108.94ef 111.99
V3 P1 110.41cde 115.58abcd 113.76abcde 113.25
P2 119.07a 113.29abcde 114.25abcde 115.54
Rataan 111.38 109.67 111.83
Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 494.93bc 553.17a 512.34abc 520.15
V2 (Mekongga) 490.27bc 531.70ab 488.04bc 503.34
V3 (Cibogo) 496.41abc 458.73bc 514.02abc 489.72
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 443.36c 496.57b 491.48b 477.14b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 544.38a 532.50ab 518.12ab 531.66a
Interaksi (V x P)
V1 P1 459.59 551.55 508.48 506.54
P2 530.27 554.80 516.21 533.76
V2 P1 426.79 471.34 464.35 454.16
P2 553.76 592.06 511.73 552.52
V3 P1 443.72 466.82 466.82 470.72
P2 549.10 450.64 526.42 508.72
Rataan 493.87 514.53 504.80
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 649.48 671.45 669.95 663.63
V2 (Mekongga) 616.78 664.10 630.88 637.25
V3 (Cibogo) 638.79 674.48 679.22 664.17
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 593.28 647.16 646.71 629.05b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 676.75 692.86 673.33 680.98a
Interaksi (V x P)
V1 P1 595.11 639.75 663.18 632.68
P2 703.85 703.16 676.73 694.58
V2 P1 588.32 652.38 625.13 621.94
P2 645.24 675.81 636.64 652.56
V3 P1 596.42 649.34 651.82 632.52
P2 681.17 699.62 706.63 695.81
Rataan 635.02b 670.01a 660.02a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5%
menurut Uji Jarak Duncan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas V, rataan

tertinggi diperoleh pada V1 (27.25) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada

V3 (23.64), berbeda tidak nyata dengan V2 (27.18), sedangkan rataan yang terendah

terdapat pada V3 (23.64). Dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan

tertinggi luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi V2 B3 (29.18) berbeda nyata

terhadap luas daun perumpun pada V1B1, berbeda tidak nyata dengan V3B1, V2B2,

V3B2, V3B3, rataan terendah luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi V3B2

(21.24). Sedang perlakuan kombinasi PxB, rataan tertinggi luas daun perumpun

diperoleh pada kombinasi P2B1 (29.63) berbeda nyata terhadap terhadap luas daun

perumpun pada P1B1, P1B2, dan berbeda nyata dengan P2B2, P3B2, sedangkan rataan

terendah terdapat pada P2B2 (21.59). Dari perlakuan olah persiapan tanah P, rataan

tertinggi diperoleh pada P2 (28.59) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada

P1 (23.46), sedangkan rataan terendah pada P1 (23.46). Dari perlakuan jumlah bibit B,

rataan tertinggi diperoleh pada B3 (24.74) berbeda nyata terhadap luas daun

perumpun pada B1 (25.84), B2 (24.74), sedang kan rataan terendah pada B3

(24.74).

Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas V, rataan

tertinggi diperoleh pada V3 (114.39) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun

pada V1 (109.69), V2 (108.79), sedangkan rataan yang terendah terdapat pada V2

(108.79). Pada kombinasi (PxB), rataan tertinggi luas daun perumpun tanaman

diperoleh pada kombinasi P2B1 (116.13) berbeda nyata terhadap luas daun

perumpun pada P1B1, P1B2, dan berbeda nyata dengan P1B3, P2B2, P2B3, sedangkan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
rataan terendah terdapat pada P1B1 (106.63). Sedang kombinasi perlakuan varietas,

persiapan persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada

kombinasi V3P2B1 (119.07) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada

kombinasi V1P1B1, V2P1B1, V1P1B2, V2P1B2, berbeda nyata dengan pada kombinasi

V1P2B1, V3P1B1, V2P2B2, V1P1B3, V2P1B3, V2P2B3, berbeda tidak nyata dengan V2P2B1,

V1P2B2, V3P1B2, V3P2B2, V1P2B3, V3P1B3, V3P2B3,

Pada umur 9 MST dapat dilihat bahwa dari kombinasi VxB, rataan tertinggi

luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi V1B2 (553.17) berbeda nyata terhadap

luas daun perumpun pada V1B1, V2B1, V3B2, V2B3, berbeda tidak nyata pada V3B1,

V2B2, V1B3, V3B3, rataan terendah luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi

V3B2 (458.73). Sedangkan perlakuan kombinasi PxB, rataan tertinggi tinggi

tanaman diperoleh pada kombinasi P2 B1 (544.38) berbeda nyata terhadap luas daun

perumpun pada P1B1, P1B2, P1B3, dan berbeda tidak nyata dengan P2B2, P2B3,

sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B1 (443.36). Dari persiapan tanah P,

rataan tertinggi diperoleh pada P2 (531.66) berbeda nyata dengan P1 (477.14),

sedangkan rataan terendah pada P1 (477.14).

Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan persiapan tanah (P),

rataan tertinggi diperoleh pada P2 (680.98) berbeda nyata dengan P1 (629.05),

sedangkan rataan terendah pada P1 (629.05). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan

tertinggi diperoleh pada B2 (670.01) berbeda nyata dengan B1 (635.02), tetapi

berbeda tidak nyata pada perlakuan B3 (660.02), sedangkan rataan terendah

pada B1 (635.02).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
116.00

Luas Daun Perum pun


114.00

112.00

110.00

108.00

106.00

104.00
Hibrida Mekongga Cibogo
Varietas

Gambar 11. Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST

Gambar 11 menunjukkan luas daun perumpun terhadap jumlah bibit dari

beberapa varietas padi sawah pada pengolahan tanah yang berbeda umur 6 MST.

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas daun perumpun dari ketiga varietas

yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Mekongga dan Hibrida.

125.00
Luas Daun Perumpun

120.00
115.00
110.00
105.00
100.00
95.00
90.00
P2 2
B3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1

V 3 2B
V 3 2B
V 3 1B
V 3 1B
V 1 1B
V 1 2B
V 1 2B
V 1 1B
V 1 1B

V 2 2B
V 2 1B
V 2 1B
V 2 1B
V 2 2B
V 2 2B
V 3 2B
V 3 1B
P
V1

Kombinasi

Gambar 12. Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Gambar 12 menunjukkan luas daun perumpun terhadap kombinasi perlakuan

varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) umur 6 MST. Dari gambar

tersebut dapat dilihat bahwa luas daun perumpun terhadap varietas persiapan tanah

dan jumlah bibit (VxPxB), dari kombinasi perlakuan luas daun tertinggi terdapat pada

kombunasi ((P3P2B1).

700.00
(P2)
Luas Daun P erum pun

680.00

660.00

640.00 (P1)

620.00

600.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Olah Tanah

Gambar 13. Luas Daun Per rumpun Pada Persiapan tanah Umur 12 MST

Gambar 13 menunjukkan luas daun perumpun terhadap Persiapan tanah

Sempurna (P1) dan Tanpa Persiapan tanah (P1) pada Persiapan Tanah dan jumlah

bibit yang berbeda umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas

daun perumpun terhadap persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda

menunjukkan (P2) lebih tinggi bila di bandingkan dengan (P2). Hal ini menunjukkan

bahwa (P2) memberikan yang lebih baik bila di bandingkan (P1).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Jumlah Anakan Produktif

Data pengamatan jumlah anakan produktif tanaman padi sawah pada

pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat

bahwa jumlah anakan produktif pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak

nyata pada umur 12 MST, sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit

(VxB) berbeda tidak nyata. Tetapi pada perlakuan kombinasi persiapan tanah dan

jumlah bibit (PxB) berbeda nyata. Tetapi pada kombinasi perlakuan varietas,

persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) Berbeda nyata.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji

lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji

Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 6, disajikan data rataan anakan produktif tanaman

padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut

notasi hasil uji bedanya.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 6. Rataan Anakan Produktif 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya

Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 24.6 23.0 22.7 23.4
V2 (Mekongga) 25.7 22.8 23.5 24.0
V3 (Cibogo) 25.0 23.7 22.5 23.7
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 24.5b 22.9c 22.7c 23.4
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 25.6a 23.4c 22.9c 24.0
Interaksi (V x P)
V1 P1 24.1c 22.3fgh 22.0gh 22.8
P2 25.0abc 23.5def 23.3defg 24.0
V2 P1 25.6ab 22.8defgh 24.4bc 24.3
P2 25.7ab 22.7defgh 22.4efgh 23.7
V3 P1 23.8cd 23.7cde 21.8h 23.1
P2 26.0a 23.6cde 23.1defg 24.3
Rataan 25.1a 23.1b 22.8b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan

Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari kombinasi perlakuan persiapan

tanah dengan jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi jumlah anakan produktif diperoleh

pada kombinasi P2B1 (25.6) berbeda nyata terhadap jumlah anakan produktif pada

P1B1, P1B2, P2B2, P1B3, P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B3 (22.78),

tetapi perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi diperoleh pada P2 (23.97) berbeda

nyata terhadap jumlah anakan produktif tanaman pada P1 (23.78), sedangkan rataan

terendah pada P1 (23.78). Sedangkan kombinasi perlakuan VxPxB rataan tertinggi

diperoleh pada kombinasi V3P2B1 (26.07) berbeda nyata terhadap jumlah anakan

produktif tanaman pada kombinasi V1P1B1, V2P2B1, V1P1B2, V1P2B2, V2P1B2, V2P2B2,

V3P1B2, V3P2B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B3, V2P2B3, V3P1B3, V3P2B3, berbeda tidak nyata

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
dengan pada kombinasi V1P2B1, V2P1B1, V2P2B2, V1P1B3, V2P1B3, V2P2B3, berbeda

tidak nyata dengan V1P2B1, V2P1B1, V2P2B1, rataan terendah luas daun tanaman

diperoleh pada kombinasi V1P1B2 (21.80). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan

tertinggi diperoleh pada B1 (25.08) berbeda nyata dengan B2 (23.14), B3 (22.88),

sedangkan rataan terendah pada B3 (22.88).

26.00
P2
25.50
25.00
P1
24.50
Ju m lah A n akan

24.00
Pro d u ktif

P2
23.50 P2
23.00 P1
P1
22.50
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
22.00
21.50
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
21.00
1 3 5
Jumlah Bibit

Gambar 14. Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah Dan Jumlah Bibit
Umur 12 MST

Gambar 14 menunjukkan jumlah anakan produktif yang tertinggi terdapat

pada perlakuan TOT (P2) dibanding dengan jumlah anakan produktif pada persiapan

tanah sempurna OTS (P1) umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa

jumlah anakan produktif tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan (P2B1) (Tabel

6). Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman dan perkembangan akar yang terbaik

pada perlakuan TOT pada jumlah 1 bibit/lubang.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
23.9

Jumlah Anakan
Produktif
23.6

23.3

23.0
P1 P2
Persiapan Tanah

Gambar 15. Jumlah Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST

Gambar 15 menunjukkan jumlah anakan produktif Tanpa olah tanah (P2)

lebih tinggi di banding dengan jumlah anakan produktif pada (P1).

27.0
26.0
Jumlah Anakan

25.0
Produktif

24.0
23.0
22.0
21.0
20.0
19.0
B3
P2 2
P 3
P 1
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 1
P 2

V3 2B
V3 2B
V3 1B
V3 2B
V3 1B
V3 1B
V2 1B
V2 2B
V2 2B
V2 2B
V2 1B
V2 1B
V1 1B
V1 2B
V1 2B
V1 1B
V1 1B
P
V1

Kombinasi perlakuan

Gambar 16. Jumlah Anakan Produktif Pada Kombinasi Varietas, Persiapan


Tanah Dan Jumlah Bibit Umur 12 MST

Gambar 16 menunjukkan anakan produktif pada kombinasi varietas persiapan

Tanah dan jumlah bibit umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
anakan produktif tertinggi (26,07) terdapat pada perlakuan varietas Cibogo yang

ditanam pada tanpa olah tanah (TOT) dengan perlakuan jumlah bibit 1 bibit/lubang

tanam (V3P2 B1).

Jumlah Gabah Per Malai

Data pengamatan jumlah gabah per malai tanaman padi sawah pada

pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat

bahwa jumlah gabah per malai pada perlakuan varietas (V) berpengaruh tidak nyata

pada umur 12 MST, sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB)

berbeda tidak nyata. Tetapi pada persiapan tanah (P) berbeda tidak nyata. Pada

pengamatan jumlah bibit (B) berbeda nyata. Tetapi pada perlakuan kombinasi

persiapan tanah dan jumlah bibit (PxB) berbeda tidak nyata. Sedang kombinasi

perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berbeda tidak nyata. Tetapi pada

kombinasi perlakuan varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) Berbeda

tidak nyata. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah per

malai pada ketiga varietas (V) berbeda tidak nyata. tetapi pada perlakuan persiapan

tanah (P) dan perlakuan jumlah bibit (B), serta kombinasi persiapan tanah, dan

jumlah bibit (PxB) menunjukkan berbeda nyata, jumlah gabah tertinggi (199,33)

terdapat pada kombinasi perlakuan varietas Cibogo yang ditanam pada tanah yang

tidak diolah (TOT) dengan perlakuan jumlah bibit satu bibit/lubang tanam (V3P2B1),

dapat dilihat pada Tabel 7 .

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji

lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji

Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 7, disajikan data rataan jumlah gabah per malai

tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta

kombinasinya berikut notasi hasil uji bedanya.

Tabel 7. Rataan Jumlah Gabah Per Malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya

Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - butir - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 192.17 173.83 167.00 177.67
V2 (Mekongga) 190.00 167.67 160.17 172.61
V3 (Cibogo) 180.33 169.33 165.67 171.78
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 173.33bc 164.00c 162.22c 166.52b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 201.67a 176.56b 166.33bc 181.52a
Interaksi (V x P)
V1 P1 179.33 166.33 166.00 170.56
P2 205.00 181.33 168.00 184.78
V2 P1 179.33 161.33 152.67 164.44
P2 200.67 174.00 167.67 180.78
V3 P1 161.33 164.33 168.00 164.56
P2 199.33 174.33 163.33 179.00
Rataan 187.50a 170.28b 164.28b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan

Tabel 7 ditampilkan bahwa rataan tertinggi jumlah gabah per malai (205,00

butir) diperoleh pada kombinasi V1P2B1 (201.67) berbeda nyata terhadap jumlah

gabah Per malai pada P1B1, P1B2, P2B2, P1B3, P2B3, sedangkan rataan terendah

terdapat pada P1B3 (162.22). Dari perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
diperoleh pada P2 (181.52) berbeda nyata terhadap jumlah gabah per malai pada P1

(166.52), sedangkan rataan terendah pada V2P1B3 (152,67 butir)). Dari perlakuan

jumlah bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B1 (187.50) berbeda nyata terhadap

jumlah gabah Per malai pada B2 (170.28), B3 (164.28), sedangkan rataan terendah

pada B3 (164.28).

250
J um la h Ga ba h Pe rm a la i

P2
200 P1 P2
P1 P1 P2
150

100
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
50
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
0
1 3 5
Jumlah Bibit

Gambar 17. Jumlah Gabah Per malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST

Gambar 17 menunjukkan jumlah gabah permalai yang tertinggi terdapat pada

perlakuan TOT (P2) dan OTS (P1) pada Persiapan Tanah dan jumlah bibit yang

berbeda umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah

tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan (P2B1). Hal ini dikarenakan

pertumbuhan tanaman dan perkembangan akar yang terbaik pada perlakuan TOT

pada jumlah 1 bibit/lubang.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
185.00

180.00
Jumlah Gabah Permalai

175.00

170.00

165.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
160.00
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
155.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah

Gambar 18. Jumlah Gabah Per Malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST

Gambar 18 menunjukkan jumlah gabah per malai tertinggi terdapat pada

perlakuan Tanpa Persiapan tanah (P2)

250.00
P2
200.00
P1 P2
Gabah Berisi

P2
P1 P1
150.00

100.00

50.00 P1 = (Olah Tanah Sempurna)


P2 = (Tanpa Olah Tanah)
0.00
1 3 5
Jumlah Bibit

Gambar 19. Jumlah Gabah Per malai Terhadap Jumlah Bibit Dan Persiapan Tanah
Pada Umur 12 MST

Gambar 19 menunjukkan jumlah gabah Per malai terhadap jumlah bibit pada

pengolahan tanah pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa

jumlah gabah Per malai pada perlakuan persiapan tanah serta jumlah bibit tertinggi

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
pada perlakuan TOT dengan satu bibit/lubang tanam. Hal tersebut menunjukkan

bahwa perlakuan TOT lebih baik terhadap perlakuan persiapan tanah sempurna OTS,

artinya semakin sedikit bibit perlubang tanaman maka jumlah gabah per malai

semakin tinggi, demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang

tanam maka jumlah gabah Per malai semakin rendah.

Jumlah Gabah Hampa Per Malai

Data pengamatan jumlah gabah hampa per malai tanaman padi sawah pada

pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat

bahwa tinggi tanaman pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata. Pada

persiapan tanah (P) berpengaruh nyata. Sedang kombinasi perlakuan dengan

persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata. Sedang kombinasi perlakuan

dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh nyata. Pada perlakuan kombinasi

persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata. Sedang

kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh nyata

terhadap pertambahan.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji

lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji

Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 8, disajikan data rataan jumlah gabah hampa Per

malai tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta

Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 8. Rataan Gabah Hampa Per Malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya

Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - butir - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 7.83 10.83 11.83 10.17
V2 (Mekongga) 7.50 10.67 12.33 10.17
V3 (Cibogo) 8.50 13.00 12.83 11.44
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 9.67 13.56 13.89 12.37a
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 6.22 9.44 10.78 8.81b
Interaksi (V x P)
V1 P1 8.67 13.67 13.67 12.00
P2 7.00 8.00 10.00 8.33
V2 P1 10.33 13.00 14.33 12.56
P2 4.67 8.33 10.33 7.78
V3 P1 10.00 14.00 13.67 12.56
P2 7.00 12.00 12.00 10.33
Rataan 7.94b 11.50a 12.33a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan

Pada umur 12 MST dapat dilihat dari perlakuan persiapan tanah P, rataan

tertinggi diperoleh pada P1 (12.37) berbeda nyata terhadap jumlah gabah hampa per

malai pada P2 (8.81), sedangkan rataan terendah pada P2 (8.81). Dari perlakuan

jumlah bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B3 (12.33) berbeda nyata terhadap

jumlah gabah hampa per malai pada B1 (7.94), berbeda tidak nyata dengan B1

(7.94)B3 (164.28), sedangkan rataan terendah pada B2 (11.50).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
J u m l a h G a b a h P e rm a l a i 185.00 P2

180.00

175.00
P1
170.00

165.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
160.00
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
155.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah

Gambar 20. Jumlah Gabah Hampa Per Malai Tanaman Terhadap Pengolahan
Tanah Pada Umur 12 MST

Gambar 20 menunjukkan jumlah gabah hampa per malai terhadap olah tanah

Sempurna (P1) dan Tanpa olah tanah (P2) pada persiapan tanah dan jumlah bibit yang

berbeda umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah

hampa per malai terhadap persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda

menunjukkan (P1) lebih tinggi bila di bandingkan dengan (P2). Hal ini menunjukkan

bahwa perlakuan OTS (P1) memberikan gabah hampa per malai yang lebih tinggi,

dan sebaliknya perlakuan TOT (P2) memberikan gabah hampa per malai yang lebih

rendah.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
14.00

12.00
G ab ah H am p a Per m alai
10.00
= 2.1944x + 6.2037
8.00
r = 0.8863
6.00

4.00

2.00

0.00
0 1 2 3
Jumlah Bibit

Gambar 21. Jumlah Gabah Hampa Per Malai Tanaman Terhadap Jumlah Bibit
Pada Umur 12 MST

Gambar 21 menunjukkan jumlah gabah hampa per malai terhadap jumlah

bibit umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah hampa

per malai membentuk linier positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit

bibit perlubang tanaman maka jumlah gabah hampa per malai semakin rendah.

Jumlah Gabah Berisi Per Malai

Data pengamatan jumlah gabah berisi per malai tanaman padi sawah pada

pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat

bahwa tinggi tanaman pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata. Pada

persiapan tanah (P) berpengaruh nyata. Sedang kombinasi perlakuan dengan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata. Sedang kombinasi perlakuan

dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata. Pada perlakuan kombinasi

persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh nyata. Sedang kombinasi

perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji

lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji

Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 9, disajikan data rataan Jumlah gabah berisi Per

malai tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta

Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya.

Tabel 9. Rataan Gabah Berisi Per malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan
Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya

Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - butir - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 184.33 163.00 155.17 167.50
V2 (Mekongga) 182.50 157.00 147.83 162.44
V3 (Cibogo) 171.83 156.33 152.83 160.33
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 163.67bc 150.44d 148.33d 154.15b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 195.44a 167.11b 155.56cd 172.70a
Interaksi (V x P)
V1 P1 170.67 152.67 152.33 158.56
P2 198.00 173.33 158.00 176.44
V2 P1 169.00 148.33 138.33 151.89
P2 196.00 165.67 157.33 173.00
V3 P1 151.33 150.33 154.33 152.00
P2 192.33 162.33 151.33 168.67
Rataan 179.56a 158.78b 151.94b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umur 12 MST dapat dilihat dari kombinasi persiapan tanah dengan

jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi jumlah gabah per malai tanaman diperoleh pada

kombinasi P2B1 (195.44) berbeda nyata terhadap jumlah gabah berisi per malai

pada P1B1, P1B2, P2B2, P1B3, P2B3, Dari perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi

diperoleh pada P2 (172.70) berbeda nyata terhadap jumlah gabah berisi per malai

pada P1 (154.15), sedangkan rataan terendah pada P1 (154.15). Dari perlakuan jumlah

bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B1 (179.56) berbeda nyata terhadap jumlah

gabah berisi per malai pada B2 (158.78), B3 (151.94).

250.00
P2
200.00
P1 P2
Gabah Berisi

P2
P1 P1
150.00

100.00

50.00 P1 = (Olah Tanah Sempurna)

P2 = (Tanpa Olah Tanah)


0.00
1 3 5
Jumlah Bibit

Gambar 22. Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan
Tanah dan Jumlah Bibit pada Umur 12 MST

Gambar 22 menunjukkan jumlah gabah berisi per malai tertinggi terdapat

pada perlakuan jumlah 1 bibit/lubang tanam dengan kombinasi tanpa olah tanah. Hal

ini disebabkan tanaman padi memiliki pertumbuhan yang lebih baik bila ditanam

dengan umur bibit yang muda dan 1 bibit/lubang tanam.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
P2
175.00
170.00
Jumlah Gabah Berisi 165.00
160.00
P1
155.00
150.00
145.00
140.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah

Gambar 23. Jumlah Gabah Berisi Per Malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan
Tanah dan Jumlah Bibit pada Umur 12 MST

Gambar 23 menunjukkan jumlah gabah berisi per malai terhadap (P1) dan

(P2) pada persiapan tanah umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa

jumlah gabah berisi per malai tertinggi terdapat pada perlakuan (P2).

190.00
Jumlah gabah Berisi

160.00

= 191.04 - 13.806x
130.00 r = 0.9216

100.00
0 1 2 3
Jum lah Bibit

Gambar 24. Jumlah Gabah Berisi Per Malai Terhadap Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST

Gambar 24 Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah berisi per

malai terhadap jumlah bibit yang berbeda membentuk linier negatif. Hal tersebut

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
menunjukkan bahwa semakin banyak bibit perlubang tanaman maka jumlah gabah

berisi Per malai semakin rendah, demikian pula sebaliknya semakin sedikit jumlah

bibit perlubang tanam maka jumlah gabah per malai semakin tinggi.

Bobot Gabah Kering Per Plot

Data pengamatan bobot gabah kering per plot tanaman padi sawah pada

pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam

dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat

bahwa bobot gabah kering per plot pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak

nyata . Pada persiapan tanah (P) bobot gabah kering per plot berpengaruh nyata.

Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) bobot gabah

kering per plot berpengaruh tidak nyata. Sedang kombinasi perlakuan varietas

dengan jumlah bibit (VxB) bobot gabah kering per plot berpengaruh tidak nyata,

tetapi Perlakuan jumlah bibit (B) bobot gabah kering per plot berpengaruh nyata.

Pada perlakuan kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh

tidak nyata. Pada kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB)

bobot gabah kering per plot berpengaruh tidak nyata..

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji

lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji

Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 10, disajikan data rataan bobot gabah kering per

plot tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta

Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 10. Rataan Bobot Gabah Kering Per Plot 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, serta Interaksinya

Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 12 MST ----------- ----- g ---- -------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 139.25 118.27 113.05 123.53
V2 (Mekongga) 141.70 110.57 108.38 120.21
V3 (Cibogo) 132.78 116.43 111.40 120.21
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 119.73b 106.06d 106.69cd 110.83b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 156.09a 124.12b 115.20c 131.80a
Interaksi (V x P)
V1 P1 122.22 106.24 106.52 111.66
P2 156.28 130.31 119.59 135.39
V2 P1 130.51 104.04 105.58 113.37
P2 152.89 117.10 111.17 127.05
V3 P1 106.46 107.92 114.85 107.45
P2 159.10 124.95 114.85 132.97
Rataan 137.91a 115.09b 110.94b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan

Pada umur 12 MST dapat dilihat dari kombinasi persiapan tanah dengan

jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi bobot gabah kering per plot diperoleh pada

kombinasi P2B1 (156.09) berbeda nyata dengan kombinasi P1B1, P1B2, P2B2, P1B3,

P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B2 (106.06). Dari perlakuan

persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh pada P2 (131.80) berbeda nyata

terhadap bobot gabah kering per plot pada P1 (110.83), sedangkan rataan terendah

pada P1 (110.83). Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1

(137.91) berbeda nyata terhadap bobot gabah kering per plot pada B2 (115.09), B3

(115.09), sedangkan rataan terendah pada B3 (115.09).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
P2
160.00
Jumalah G abah Kering Perplot

150.00

140.00

130.00 P2
P1
120.00 P2

P1 P1 P1 = (Olah Tanah Sempurna)


110.00
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
100.00
1 3 5
Jumlah Bibit

Gambar 25. Bobot Gabah Kering Per Plot Terhadap Persiapan Tanah Pada
Umur 12 MST

Gambar 25 dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot gabah kering per

plot terhadap varietas dan persiapan tanah serta jumlah bibit yang berbeda

membentuk linier negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak bibit

perlubang tanaman maka jumlah bobot gabah kering per plot semakin rendah.

150.00
Bobot Gabah Kering Perplot

140.00

130.00 =148.28 - 13.483x


r = 0.8622
120.00

110.00

100.00
0 1 2 3
Jumlah Bibit

Gambar 26. Bobot Gabah Kering Per Plot Terhadap Dan Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Gambar 26 menunjukkan bobot gabah kering Per malai terhadap jumlah bibit

pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah berisi

Per malai terhadap varietas dan persiapan tanah serta jumlah bibit yang berbeda

membentuk linier negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah bibit

perlubang tanaman, maka jumlah gabah berisi Per malai semakin rendah, demikian

pula sebaliknya semakin sedikit jumlah bibit perlubang tanam maka jumlah gabah Per

malai semakin tinggi.

LAB (Laju Asimilasi Bersih)

Data pengamatan LAB (Laju Asimilasi Bersih) tanaman padi sawah pada

pengamatan 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik

ragam dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat

dilihat bahwa laju tumbuh relatif tanaman pada perlakuan varietas (V) berpengaruh

tidak nyata pada umur 9 dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap

pertambahan pada umur 6 MST. Pada persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata

pada umur 6, 9, dan 12 MST. Sedang pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh

tidak nyata pada umur 6, 9, dan 12 MST. Pada kombinasi perlakuan dengan

persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata pada umur 9, dan 12 MST, tetapi

berpengaruh nyata pada umur 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan dengan jumlah

bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 9 MST, tetapi berbeda nyata pada

umur 6 dan 12 MST. Pada perlakuan kombinasi persiapan tanah dengan jumlah

bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, dan 9 MST, tetapi berpengaruh

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
nyata terhadap pada umur 12 MST, sedang kombinasi perlakuan persiapan tanah dan

jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 9, dan 12 MST, tetapi

berbeda nyata pada umur 6 MST,

Pada uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti

prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Dapat dilihat pada Tabel 11,

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 11. Rataan LAB (Laju Asimilasi Bersih) 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan
Varietas, Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
-2 -1
Umur 6 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.m .h ) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 2.01abc 2.10ab 1.91bcd 2.00a
V2 (Mekongga) 1.90bcd 1.92cd 2.18a 2.00a
V3 (Cibogo) 1.82cd 1.80cd 1.71d 1.78b
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 1.98 1.98 1.98 1.98
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 1.85 1.91 1.89 1.88
Interaksi (V x P)
V1 P1 2.04ef 2.37a 2.09abc 2.17d
P2 1.98bcdef 1.84cdef 1.72ef 1.85bcd
V2 P1 1.98bcdef 1.82cdef 2.09abcd 1.96bc
P2 1.82cdef 2.01bcdef 2.27ab 2.04ab
V3 P1 1.91cdef 1.73ef 1.75def 1.80bcd
P2 1.74ef 1.86cdf 1.69f 1.76d
Rataan 1.91 1.94 1.93
Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.m-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.58 0.49 0.49 0.52
V2 (Mekongga) 0.60 0.43 0.54 0.52
V3 (Cibogo) 0.49 0.50 0.49 0.49
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.60 0.48 0.51 0.53
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.51 0.47 0.50 0.49
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.63 0.47 0.45 0.52
P2 0.53 0.51 0.53 0.52
V2 P1 0.62 0.48 0.57 0.56
P2 0.57 0.38 0.50 0.48
V3 P1 0.53 0.50 0.51 0.52
P2 0.44 0.50 0.47 0.47
Rataan 0.55 0.47 0.50
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.m-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.038ab 0.039a 0.036bc 0.038
V2 (Mekongga) 0.035c 0.039a 0.040a 0.038
V3 (Cibogo) 0.039a 0.037abc 0.039a 0.039
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.037bc 0.037c 0.038ab 0.037
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.038ab 0.040a 0.038ab 0.039
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.038 0.038 0.035 0.037
P2 0.039 0.041 0.038 0.039
V2 P1 0.034 0.038 0.040 0.037
P2 0.036 0.040 0.039 0.038
V3 P1 0.039 0.035 0.040 0.038
P2 0.039 0.039 0.039 0.039
Rataan 0.038 0.038 0.038
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji
5% menurut Uji Jarak Duncan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umur 6 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit

(VxB), rataan tertinggi LAB tanaman diperoleh pada kombinasi V1 B2 (2.18)

berbeda nyata pada kombinasi V2B1, V3B1, V2B2, V3B2, V1B3, V3B1, berbeda tidak

nyata dengan V1B1, V1B2, rataan terendah LAB tanaman diperoleh pada kombinasi

V3B3 (1.71). Dari perlakuan varietas V, rataan tertinggi diperoleh pada V3 (114.39)

berbeda nyata pada perlakuan V3 (1.78), berbeda tidak nyata dengan V2 (2.00),

sedangkan rataan yang terendah terdapat pada V3 (1.78). Dari perlakuan kombinasi

varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada

kombinasi V2P1B2 (2.37) berbeda nyata pada kombinasi V1P1B1, V1P2B1, V2P1B1,

V2P2B1, V3P1B1, V3P2B1, V1P2B2, V2P1B2, V2P2B2, V3P1B2, V3P2B2, V1P2B3, V3P1B3,

V3P2B3, berbeda tidak nyata dengan V1P1B3, V2P1B3, V2P2B3, sedang rataan terendah

LAB terdapat pada kombinasi V3P2B3 (1.68). Pada kombinasi perlakuan varietas

dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P1

(2.17), berbeda nyata terhadap pada kombinasi V1P2, V2P1, V3P1, V3P2, berbeda

tidak nyata dengan V2 P2, sedangkan rataan terendah pada V3 P2 (1.76).

Pada umur 9 MST dapat dilihat dari perlakuan varietas (V) serta

kombinasinya menujukkan berbeda tidak nyata pada semua perlakuan. Pada

persiapan tanah (P) berbeda tidak nyata. Pada perlakuan jumlah bibit (B)

menujukkan berbeda tidak nyata,

Pada umur 12 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan (VxB),

rataan tertinggi LAB tanaman diperoleh pada kombinasi V1 B2 (0.039) berbeda

nyata terhadap LAB pada V2B1, V3B1, berbeda tidak nyata dengan V1B1, V3B2, V2B3,

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
V3B2, V1B3, V2B3, V3B3, rataan terendah LAB tanaman diperoleh pada kombinasi

V2B1 (0.035). Dari kombinasi PxB, rataan tertinggi LAB diperoleh pada kombinasi

P2 B3 (156.09) berbeda nyata pada kombinasi P1B1, P1B2, berbeda tidak nyata dengan

kombinasi P2B1, P1B3, P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B2 (0.037).

0.0388
0.0386
0.0384
0.0382
LAB

0.0380
0.0378
0.0376
0.0374
Hibrida Mekongga Cibogo
Varietas

Gambar 27. LAB (Laju Asimilasi Bersih) Tanaman Pada Varietas (Hibrida,
Mekongga dan Cibogo) Umur 12 MST

Gambar 27 menunjukkan LAB terhadap jumlah bibit dari beberapa varietas

padi sawah pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa LAB dari

ketiga varietas yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Hibrida

dan Mekongga. Hal tersebut menunjukkan bahwa varietas Cibogo memiliki luas daun

perumpun yang tertinggi, dimana hal ini sejalan dengan jumlah anakan yang

terbanyak terdapat pada varietas Cibogo dan tinggi tanaman yang tertinggi juga

terdapat pada varietas Cibogo.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
0.0390

0.0385

0.0380
P1
LAB

P2
0.0375

0.0370

0.0365
P1 P2
Persiapan Tanah

Gambar 28. LAB (Laju Asimilasi Bersih) Tanaman Pada PengolahanTanah


Umur 12 MST

Gambar 27 menunjukkan LAB (Laju Asimilasi Bersih) terhadap Persiapan

tanah Sempurna (P1) dan Tanpa Persiapan tanah (P1) pada umur 12 MST. Dari

gambar tersebut dapat dilihat bahwa LAB (Laju Asimilasi Bersih) terhadap persiapan

tanah dan jumlah bibit yang berbeda menunjukkan (P1) lebih rendah bila di

bandingkan dengan (P2). Hal ini menunjukkan bahwa (P1) memberikan LAB (Laju

Asimilasi Bersih) yang lebih rendah, dan sebaliknya (P2) memberikan LAB (Laju

Asimilasi Bersih) yang lebih Tinggi.

LTR (LajuTumbuh Relatif)

Data pengamatan LTR (LajuTumbuh Relatif) tanaman padi sawah pada

pengamatan 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik

ragam dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat

dilihat bahwa laju tumbuh relatif tanaman pada perlakuan varietas (V) berpengaruh

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
tidak nyata pada umur 6, 9, dan 12 MST. Pada persiapan tanah (P) berpengaruh

tidak nyata pada umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada

umur 9, dan 12 MST. Pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh tidak nyata pada

umur 6, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 9 MST. Pada kombinasi

perlakuan dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, 9,

dan 12 MST. Sedang kombinasi perlakuan dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh

nyata terhadap pertambahan pada umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur

9, dan 12 MST. Pada perlakuan kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit

(PxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, dan 9 MST, berpengaruh nyata terhadap

pertambahan pada umur 12 MST. Sedang kombinasi perlakuan, varietas, persiapan

tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, dan 12 MST,

tetapi berpengaruh nyata pada umur 9, MST,

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji

lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji

Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 12, disajikan data rataan LTR (LajuTumbuh

Relatif) tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta

Kombinasinya Berikut notasi hasil uji bedanya.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 12. Rataan LTR (Laju Tumbuh Relatif) 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan
Varietas, Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
-2 -1
Umur 3 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.tan .h ) - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.141abcd 0.150a 0.142cd 0.144
V2 (Mekongga) 0.141abcd 0.138bcd 0.146d 0.142
V3 (Cibogo) 0.138cd 0.145abcd 0.145d 0.140
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.143 0.146 0.142 0.143
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.138 0.143 0.141 0.140
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.146 0.157 0.146 0.150
P2 0.137 0.143 0.138 0.139
V2 P1 0.143 0.134 0.144 0.140
P2 0.140 0.142 0.148 0.143
V3 P1 0.139 0.146 0.135 0.140
P2 0.136 0.144 0.137 0.139
Rataan 0.140 0.144 0.141
Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.tan-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.065ab 0.064bcde 0.064abcd 0.064
V2 (Mekongga) 0.066a 0.065abc 0.062e 0.064
V3 (Cibogo) 0.063cde 0.063cde 0.063de 0.063
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.064 0.064 0.062 0.063b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.065 0.064 0.064 0.064a
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.064bcd 0.064bcd 0.062d 0.063
P2 0.066abc 0.064bcd 0.067a 0.066
V2 P1 0.067ab 0.065bcd 0.062d 0.064
P2 0.065abcd 0.065abcd 0.062d 0.064
V3 P1 0.062d 0.063d 0.063d 0.062
P2 0.065abcd 0.063d 0.063abc 0.063
Rataan 0.065a 0.064a 0.063b
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.tan-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.038ab 0.039a 0.036c 0.038
V2 (Mekongga) 0.035c 0.039ab 0.040a 0.038
V3 (Cibogo) 0.039c 0.037bc 0.039ab 0.039
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.037b 0.037b 0.038b 0.037b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.038b 0.040a 0.038ab 0.039a
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.038 0.038 0.035 0.037ab
P2 0.039 0.041 0.038 0.039a
V2 P1 0.034 0.038 0.040 0.037c
P2 0.036 0.040 0.039 0.038c
V3 P1 0.039 0.035 0.040 0.038ab
P2 0.039 0.039 0.039 0.039a
Rataan 0.037 0.038 0.038
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5%
menurut Uji Jarak Duncan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umur 6 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit

VxB, rataan tertinggi LTR tanaman diperoleh pada kombinasi V1 B2 (0.150)

berbeda nyata pada kombinasi V3B1, V2B2, V1B3, V2B3, V3B3, tetapi berbeda tidak

nyata dengan V1B1, V2B1, V3B2,

Pada umur 9 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit

(VxB), rataan tertinggi LTR tanaman diperoleh pada kombinasi V2B1 (0.066)

berbeda nyata pada kombinasi V1B2, V3B1, V3B2, V2B3, V3B3, tetapi berbeda tidak

nyata dengan V2B2, V1B3, rataan terendah LTR diperoleh pada kombinasi V2B3

(0.062). Dari perlakuan kombinasi vareitas persiapan tanah (VxPxB) rataan

tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P2B3 (0.067) berbeda nyata terhadap LTR

pada kombinasi V1P1B1, V2P2B1, V1P1B2, V1P2B2, V2P1B2, V3P1B2, V3P2B2, V1P1B3,

V2P1B3, V2P2B3, V3P1B3, tetapi berbeda tidak nyata dengan V1P2B1, V2P1B1, V2P2B1,

V3P2B1, V2P2B2, V3P2B3, rataan terendah LTR tanaman pada kombinasi V3P2B1

(0.062). Dari perlakuan persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh pada P2

(0.064) berbeda nyata dengan P1 (0.063), sedangkan rataan terendah pada P1 (0.063).

Sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (0.065)

berbeda nyata dengan B3 (0.063), tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan B2

(0.064), sedangkan rataan terendah pada B3 (0.063).

Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa kombinasi varietas dengan jumlah

bibit (VxB), rataan tertinggi LTR tanaman diperoleh pada kombinasi V2B3 (0.040)

berbeda nyata pada kombinasi V2B1, V1B3, V3B1, V3B2, berbeda tidak nyata dengan

V1B1, V1B2, V3B3, rataan terendah LTR diperoleh pada kombinasi V2B1 (0.035).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dari kombinasi PxB, rataan tertinggi LTR diperoleh pada kombinasi P2 B2 (0.040)

berbeda nyata terhadap LTR pada kombinasi P1B1, P1B2, P1B2, P1B3, berbeda tidak

nyata dengan P2B3. Dari perlakuan persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh

pada P2 (0.039) berbeda nyata pada P1 (0.037), sedangkan rataan terendah pada P1

(0.037). Dari kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi

diperoleh pada kombinasi V3P2 (0.039), berbeda nyata pada kombinasi V2P1, V2P2,

berbeda tidak nyata dengan V1P1, V1P2, V3P1, V3P2, sedangkan rataan terendah pada

V2P1 (0.037). Sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1

(0.065) berbeda nyata dengan B3 (0.063), tetapi berbeda tidak nyata pada

perlakuan B2 (0.064), sedangkan rataan terendah pada B3 (0.063).

0.0399

P2
LTR

0.0378 P1

0.0357
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Olah Tanah

Gambar 29. LTR (Laju Tumbuh Relatif) Tanaman Pada PengolahanTanah


Pada Umur 9 MST

Gambar 29 menunjukkan LTR (Laju Tumbuh Relatif) terhadap Persiapan

tanah Sempurna (P1) dan Tanpa Persiapan tanah (P1) pada umur 12 MST. Dari

gambar tersebut dapat dilihat bahwa LTR (LajuTumbuh Relatif) terhadap persiapan

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
tanah menunjukkan (P2) lebih tinggi bila di bandingkan dengan (P2). Hal ini

menunjukkan bahwa (P2) memberikan LTR (Laju Tumbuh Relatif) yang lebih

tinggi, dan sebaliknya (P1) memberikan LTR (LajuTumbuh Relatif) yang lebih

rendah. LTR tidak terlepas dari banyaknya jumlah anakan dan luas daun. Tanaman

melakukan memproses pembentukan karbohidrat dan energi di daun dengan bantuan

sinar matahari, energi yang dihasilkan dari hasil potosintesisi ini dipakai oleh

tanaman untuk pertumbuhan vegetatifnya. Pada (tabel 5) dapat dilihat.

0.0399
LTR

0.0378

0.0357
Hibrida Mekongga Cibogo
varietas

Gambar 30. LTR (LajuTumbuh Relatif) Tanaman Dari Beberapa Varietas


Pada Umur 12 MST

Gambar 30 dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa LTR dari ketiga varietas

yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Hibrida dan Mekongga.

Hal tersebut menunjukkan bahwa varietas Cibogo LTR perumpun yang tertinggi,

dimana hal ini sejalan dengan jumlah anakan yang terbanyak terdapat pada varietas

Cibogo dan tinggi tanaman yang tertinggi juga terdapat pada varietas Cibogo.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
PEMBAHASAN

Dalam rangka meningkatkan produksi padi agar tercapai swasembada pangan

salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pengunaan tanaman unggul

(www.bappenas, 2007). Pengolahan tanah secara konservasi yaitu tidak melakukan

pengolahan tanah secara sempurna guna menghindari pencucian unsur hara, bahan

mineral dan bahan organik penting bagi tanaman (www.syngenta). Serta hemat dalam

pemakaian bibit, satu bibit/lubang tanam, bila memakai umur bibit relatif muda

menghasilan anakan yang banyak (Wirajaswadi L, dkk. 2002).

Pertumbuhan Dan Produksi Varietas (Hibrida, Mekongga dan Cibogo)


Terhadap Persiapan Tanah

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa perlakuan (TOT) tanpa olah tanah

(P2) berbeda nyata dengan perlakuan (OTS) olah tanah sempurna (P1) Pada

pengamatan jumlah anakan, bobot kering akar, luas daun perumpun, jumlah gabah

permalai, jumlah gabah hampa permalai, gabah berisi permalai, bobot gabah kering

per plot, dan LTR, dapat dilihat pada (tabel 1 s/d 12).

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Utomo (1995) menyatakan bahwa

tanah sawah tanpa olah tanah (TOT) memberikan hasil yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan tanah diolah secara sempurna (OTS), dimana TOT ini dapat

diterapkan 4 kali musim tanam secara kontinyu setelah itu baru dilakukan olah tanah

sempurna (OTS) kemudian dilanjutkan dengan TOT kembali.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Untuk pengamatan tinggi tanaman dari ketiga varietas yang tertinggi terdapat

pada varietas Cibogo (90.14 cm), kemudian diikuti oleh Mekongga (90,07 cm) dan

Hibrida (89,53cm) dapat dilihat pada (tabel 1). Tinggi tanaman ini sangat ditentukan

oleh faktor genetik, bila dilihat dari deskripsi tinggi tanaman Cibogo (81-120) lebih

tinggi bila dibandingkan dengan varietas Mekongga (91-106), padi Hibrida (84-118)

dapat dilihat pada Lampiran 26, 27, 28.

Dari hasil analisis bila dikorelasi antara parameter tinggi tanaman dengan

jumlah anakan ada korelasinya semakin banyak jumlah anakan maka tinggi tanaman

semakin tinggi, dapat dilihat pada lampiran 25 Matrik korelasi. Hal ini ada tendensi

persaingan untuk mendapatkan sinar matahari sehingga semakin banyak anakan maka

tinggi tanaman semakin tinggi.

Etiolasi adalah fenomena tanaman untuk mencari cahaya dengan merangsang

pemanjagan batang sehingga ruas ruas tanaman padi memanjang ke atas atau ke

samping guna mendapatkan cahaya (Harjadi, 1988).

Tanaman padi termasuk jenis rumput-rumputan yang aktif menumbuhkan

anakan sehingga terbentuk rumpun. Jumlah anakan dipengaruhi oleh banyak faktor

salah satunya adalah sifat fisik tanah. Jumlah anakan dapat dilihat pada (Tabel 2)

pada perlakuan persiapan tanah jumlah anakan tertinggi terdapat pada P2 (38,05)

berbeda nyata dengan P1 (37,41). Dari hasil penelitian ini, anakan tertinggi terdapat

pada varietas Cibogo V3 (37.88) yang diikuti oleh Mekongga V2 (37.72) Hibrida V1

(37.72).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Varietas Cibogo dan Mekongga memiliki beberapa keunggulan seperti bentuk

tanaman tegak, tinggi tanaman antara 81 – 120, anakan produktif 12 –19 batang

(Sinambella, 2004).

Pada kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) jumlah

anakan tertinggi terdapat pada kombinasi V3P2 (38,42), yaitu varietas Cibogo pada

perlakuan tanpa olah tanah memberikan jumlah anakan tertingi. Menurut BPTP

Jawa Tengah (2008) varietas Cibogo dan Mekongga memiliki tetua yang sama

berasal dari varietas IR64, dimana varietas IR64 telah lama dibudidayakan di

Indonesia sehingga adaptasinya lebih baik bila dibandingkan dengan padi hibrida

yang harus memyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru.

Akar tanaman berfungsi mengambil unsur hara dari dalam tanah, semakin

banyak akar maka kemampuannya untuk menyerap unsur hara semakin tinggi

(Wikipedia, 2008). Akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik apabila

kondisi tanah stabil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bobot

kering akar tertinggi (46.07 g) terdapat pada perlakuan (P2) TOT, dapat dilihat pada

(Tabel 4).

Dari hasil analisis bila dikorelasi antara parameter tinggi tanaman dengan

jumlah anakan dan anakan produktif ada korelasinya semakin banyak jumlah anakan

maka secara otomatis jumlah akar terbentuk semakin banyak. Akar tanaman padi

munculdan tumbuh dari pangkal buku setiap anakan. Semakin banyak akar maka

kemampuan tanaman untuk menyerap air dan unsur hara semakin tingggi, secara

otomatis laju pembelahan sel meningkat sehingga tinggi tanamn akan bertambah.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsifnya adalah tindakan pembalikan,

pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Strukur tanah yang semula padat

diubah menjadi gembur sehingga sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

akar tanaman (www.uns.ac.id, 2008).

Meskipun tanah yang diolah lebih disenangi oleh akar tanaman, tapi

pengolahan tanah dapat memberikan efek samping yaitu dapat merugikan tanaman

dalam jangka panjang. Menurut Utomo (1997) tanah yang diolah secara intensif akan

mengalami erosi serta pencucian unsur hara, pelapukan bahan organik semakin cepat,

baik pada musim kemarau atau musim hujan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu

dilakukan pengolahan tanah secara konservasi yaitu menerapkan tanpa olah tanah

(TOT). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa jumlah anakan lebih banyak

terbentuk pada perlakuan tanpa olah tanah dibandingkan dengan perlakuan olah

tanah sempurna.

Tanaman merupakan suatu keutuhan yang terdiri dari akar, batang, daun dan

malai produksi (buah). Apabila salah satu bagian tanaman terganggu maka bagian

tanaman lain juga akan terganggu. Jumlah akar sangat tergantung kepada jumlah

anakan, semakin banyak anakan, secara otomatis akar semakin banyak, karena akar

tanaman padi tumbuh dari pangkal batang paling bawah dari setiap anakan

(Soemartono, 2007).

Dari penelitian ini dapat dilihat adanya korelasi antara jumlah anakan dengan

bobot kering akar semakin banyak anakan terbentuk maka bobot kering akar semakin

tinggi, hal ini dapat dilihat pada (Tabel 2 dan Tabel 4). Dari tabel tersebut dapat

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
dilihat jumlah anakan dan bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa

olah tanah (P2) berbeda nyata dengan perlakuan olah tanah sempurna (P1).

Lebih tegas lagi Utomo (1995) menyatakan pengolahan tanah secara intensif

pada musim kering akan menimbulkan degradasi lahan yang semakin cepat terutama

pada daerah trofik basah seperti Indonesia dengan curah hujan yang tinggi

mengakibatkan penghanyutan unsur hara dan bahan organik dan suhu yang terik

sepanjang tahun pada bulan-bulan kering mengakibatkan penguapan air tanah serta

hara yang terlarut (nitrogen) sangat tinggi.

Menurut Atika (1997) dan Utomo, dkk (1997) keunggulan TOT adalah

mampu mempertahankan arease tanah dan menjaga unsur hara tidak tercuci sehingga

kesuburan tanah dalam jangka panjang.

Menurut Yunus (2004) di dalam tanah akar tanaman tumbuh dan memanjang

pada ruangan diantara padatan tanah. Ruang ini dikenal dengan pori tanah.

Pergerakan air dan hara yang dibutuhkan oleh tanaman juga terjadi lewat ruang pori

ini.

Hal ini senada dengan pendapat Cannel dkk, (1981) menyatakan bahwa akar

tanaman dapat tumbuh dengan bebas 100 m. Jika diameter pori tanah lebih besar

dari diameter akar maka akar akan mengalami pembesaran akar sehingga mencapai

besar lubang pori tanah tersebut, begitu juga sebaliknya jika pori tanah lebih kecil

maka akar tanaman memerlukan energi yang lebih besar untuk menembus pori tanah

(Russel, 1977 dan Dexter, 1978).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Itulah sebabnya tanpa pengolahan tanah (TOT) memberikan pertumbuhan

tanaman yang lebih baik, tanah yang terlau sering diolah dapat mengakibat rusaknya

struktur tanah, pori-pori tanah tidak stabil sehingga akar tanaman tidak kokoh

mencengram sehingga tanaman mudah rebah dan terjadinya pemadatan tanah akibat

alat pengolahan tanah melintasi lahan pertanian.

Dalam penelitian ini dapat dilihat bobot kering akar lebih tinggi pada tanah

yang tidak diolah hal ini dapat di lihat pada tabel (Tabel 4). Akar tanaman berfungsi

mengambil unsur hara dan air dari dalam tanah.

Padi Hibrida merupakan hasil persilangan dari dua atau satu induk yang

bersifat heterosis yang menyebabkan tanaman F1 umumnya lebih vigor, tumbuh lebih

cepat, anakan lebih banyak dan produksi lebih tinggi dari tetuanya (Irsal, 2003).

Sedangkan padi varietas unggul merupakan hasil persarian antara dua spesies yang

memiliki sifat-sifat unggul dimana produksinya masih berada dibawah padi Hibrida,

tapi bila padi unggul tersebut dirawat dengan benar produksinya bisa menyamai

produksi padi Hibrida (Wirajaswadi, 2008).

Dalam penelitian ini dapat dilihat pada (Tabel 10) bahwa bobot gabah kering

ketiga varietas tersebut berbeda tidak nyata meskipun bobot kering gabah tertinggi

terdapat pada padi Hibrida V1 (123,53 g) yang diikuti oleh varietas Mekongga V2

(120,21 g) dan Cibogo V3 (120,21 g). Pada (tabel 7) terlihat bahwa jumlah gabah

permalai tidak berbeda nyata, tetapi jumalah gabah tertinggi terdapat pada padi

Hibrida V1 (177,67 g) yang diikuti oleh Mekongga V2 (172,61 g) dan Cibogo V3

(171,78 g).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) pada

(Tabel 7) menunjukkan berbeda nyata, terhadap jumlah gabah per malai terdapat pada

perlakuan P1B1 (201.67 g).

Varietas Hibrida memiliki potensi hasil dari pada varietas padi inbrida yang

disebabkan oleh adanya pengaruh heterosis. Meskipun demikian pengaruh heterosis

tersebut tidak selalu terekspresi tergantung kepada lingkungan dan teknik

budidayanya. Menurut hasil penelitian (Suwarno, et al, 2002) tinggi tanaman pada

padi Hibrida 105,17 cm, jumlah gabah permalai 154 butir, produksi 7,6 ton/ha,

Dalam penelitian ini jumlah gabah malai tertinggi terdapat pada padi Hibrida

177.67 butir berbeda tidak nyata dengan varietas Mekongga (172.61) dan varietas

Cibogo (171.78). Begitu juga dengan bobot gabah kering per plot tertinggi pada padi

Hibrida (123.53), berbeda tidak nyata dengan varietas Mekongga (120.21) dan

Cibogo (120.21).

Seperti halnya penelitian di atas, dalam penelitian ini perlakuan varietas

inhibrid bila mendapat perlakuan budidaya yang tepat menunjukkan hasil yang

berbeda untuk tinggi tanaman dapat dilihat pada (Tabel 1), pada pengamatan bobot

kering tanaman dapat dilihat pada (Tabel 3), pada pengamatan luas daun dapat dilihat

pada (Tabel 5), pada pengamatan LAB dapat dilihat pada (Tabel 11),

Adanya perbedaan dari ketiga varietas tersebut yaitu pada tinggi tanaman,

bobot kering tanaman, luas daun dan pada LAB, hal ini dikarenakan adanya faktor

lingkungan yang mempengaruhi genetik tanaman.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada dasarnya produksi padi Hibrida jauh lebih tinggi bila dibandingkan

dengan varietas unggul lokal, kenyataaan hasil yang diperoleh dari penelian ini

produksi Hibrida lebih tinggi tetapi tidak berbeda nyata, hal ini dikarenakan padi

Hibrida ini memiliki sifat resesif yang unggul dari induknya (Akmal, kk. 2003).

Sedang pada padi varietas unggul Mekongga dan Cibogo apabila mendapatkan

perawatan yang tepat dan baik akan menghasilkan produksi yang maksimal.

Untuk parameter luas daun tertinggi (680,98) terdapat pada perlakuan tanpa

olah tanah (P2) dapat dilihat pada (Tabel 5). Untuk anakan produktif yang tertinggi

(23,97) terdapat pada perlakuan tanpa olah tanah (P2), pada (Tabel 6) untuk gabah

berisi, pada (Tabel 9) untuk bobot gabah kering, pada (Tabel 10) untuk LAB, dapat

dilihat pada (Tabel 30), dan untuk LTR dapat dilihat pada (Tabel 31).

Tanah yang diolah secara intensif akan menurunkan jumlah dan produktifitas

bakteri di dalam tanah. Pada tanah yang tidak diolah proses fiksasi biologis nitrogen

(Biological Nitrogen Fixation – BNF). Bakteri dan mikrobia yang hidup bebas di

sekitar akar padi dapat menguraikan nitrogen yang diperlukan tanaman terutama pada

tanaman padi dan yang termasuk famili rumput-rumputan (Berkelaar, 2001).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas (Hibrida, Mekongga dan Cibogo)
Terhadap Jumlah Bibit

Jonhamas, dkk (2001) mengatakan dari hasil wawancaranya dengan petani di

kabupaten Deli Serdang, Asahan, Simalungun dan Tapanuli selatan pada umumnya

petani menabur benih 33,3 kg sampai 50 kg per hektar, kemudian ditanam 5 – 7

batang perlubang tanam. Sehingga dalam pemakaian bibit di sumatera utara tergolong

tinggi dan boros dalam pemakaian bibit.

Dari hasil penelitian Sembiring, dkk (2001) dari variabel tinggi tanaman dan

produksi dengan melakukan penanaman satu bibit perlubang tanamam memberikan

anakan sebanyak 27,88, dengan jumlah anakan produktif sebanyak 19 sampai 20

perumpun, antar varietas menunjukkan berbeda nyata hal ini berkaitan dengan

kemampuan varietas umumnya tidak sama.

Dalam penelitian Jonhamas. dkk (2001) hasil analisi statistik perlakuan

jumlah bibit saat tanam tidak berinteraksi dengan varietas pada perameter tinggi

tanaman diperoleh hasil tinggi tanaman rata-rata 104,8 cm, untuk parameter jumlah

anakan tertingg 33,8 batang/rumpun.

Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa ada pengaruh jumlah bibit terhadap

pertumbuhan dan produksi varietas padi sawah hal ini dapat dilihat pada (Tabel 1s/d

12). Sedang untuk pengamatan tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada pelakuan

varietas Cibogo (90.14cm) dapat dilihat pada (Tabel 1).

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Bibit padi ditanam satu bibit perlubang tanaman akan memiliki ruang gerak

untuk menyebar serta masuk lebih dalam ke dalam tanah sehingga tanaman dapat

mengambil air dan unsur hara lebih banyak.

Tanaman padi yang ditanam satu bibit/lubang tanaman tidak mengalami

persaingan dalam mengambil unsur hara dan penyerapan cahaya matahari untuk

proses photosintesis, sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman

menjadi lebih baik, yang pada akhirnya produktifitas tanaman padi akan meningkat.

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat

pada perlakuan satu bibit/lubang tanam (38,44) berbeda nyata dengan perlakuan tiga

bibit/lubang tanam (37,58) dan perlakuan 5 bibit/lubang tanam (37,18).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Berkelaar (2001) telah mempelajari

suatu metode penanaman padi yang mampu memberikan hasil panen yang jauh lebih

tinggi dengan pemakaian bibit dan input yang lebih sedikit satu bibit perlubang tanam

dari pada metode tradisional lebih dari lima bibit per lubang tanam. Bibit

ditranplantasi satu bibit perlubang tanaman akan memiliki ruang untuk menyebar dan

memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat untuk

memperoleh ruang tumbuh, cahaya, atau nutrisi dalam tanah. Sistem perakaran

menjadi lebih baik.

Penelitian ini juga sejalan dengan metode SRI (System Rice of Intensification)

yang menerapkan teknologi penaman satu bibit/lubang tanam dengan umur 7 hari

setelah semai memberikan jumlah anakan lebih banyak bila dibandingkan dengan

penanaman konfensional 7 batang/bibit dengan umur 21 hari setelah semai.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Semakin sedikit jumlah bibit/lubang tanam maka semakin banyak jumlah

anakan produktif yang terbentuk. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pada

perlakuan penanaman bibit satu/lubang sejak awal pertumbuhan tanaman tidak

mengalami persaingan sehingga tanaman lebih leluasa menumbuhkan anakan yang

maksimal dan leluasa dalam penyerapan unsur hara dan didukung oleh tinggi

tanaman yang tinggi sehingga penampang daun lebih leluasa menyerap sinar matahari

untuk proses photosintesis (Masdar, 2001).

Jumlah anakan produktif sangat dipengaruhi oleh umur bibit. Dengan

bertambahnya bibit pertitik tanaman cendrung meningkatkan persaingan antar

tanaman dalam satu rumpun maupun antar rumpun (Novia, 2005).

Dalam penelitian ini untuk parameter jumlah anakan tertinggi terdapat pada

perlakuan B1 (38,44), dapat dilihat pada (Tabel 2). Hal ini dikarenakan tanaman yang

ditanam satu bibit perlubang tanaman memiliki kemampuan untuk membentuk

anakan lebih banyak.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jonhamas. dkk (2001) yang

menyatakan bibit yang ditanam dengan jumlah yang sedikit akan memiliki

kemampuan yang lebih baik terhadap terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

padi. Jumlah gabah permalai (92,5), hasil panen 5,31 ton/ha.

Pada parameter berat kering tanaman dapat dilihat pada (Tabel 9 s/d 12),

untuk parameter luas daun dapat dilihat pada (Tabel 17 s/d 20), anakan produktif,

pada (Tabel 21), untuk jumlah gabah permalai dapat dilihat pada (Tabel 22), jumlah

gabah hampa permalai dapat dilihat pada (Tabel 23), untuk jumlah gabah berisi dapat

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
dilihat pada (Tabel 7), untuk bobot gabah kering perplot dapat dilihat pada (Tabel

10), untuk LAB dapat dilihat pada (Tabel 11), untuk LTR (laju tumbuh relatif) dapat

dilihat pada (Tabel 12),

Lebih jauh Berkelaar (2001) mengatakan tanaman padi dalam model SRI

(satu bibit perlubang tanam) pada awalnya akan tampak kecil, kurus dan jarang di

sawah selama sebulan atau lebih setelah transplantasi. Dalam bulan pertama,

tanaman mulai menumbuhkan batang. Selama bulan ke-2 pertumbuhan batang mulai

terlihat nyata. Dalam bulan ke-3, petak sawah tampak “meledak” dengan

pertumbuhan batang yang sangat cepat. Untuk memahami hal ini, perlu dimengerti

konsep phyllochrons, sebuah konsep yang diaplikasikan pada keluarga rumput-

rumputan, termasuk tanaman biji-bijian seperti padi, gandum, dan barley.

Lebih jelas lagi Berkelaar (2001) mengatakan bahwa phyllochron bukan suatu

benda, tetapi periode waktu antara munculnya satu phytomer (satu set batang, daun,

dan akar yang muncul dari dasar tanaman) dan perkecambahan selanjutnya. Ukuran

phyllochrons ditentukan terutama oleh temperatur, tapi juga dipengaruhi oleh faktor

lainnya seperti panjang hari, kelembaban, kualitas tanah, kontak dengan air dan

cahaya serta ketersediaan nutrisi.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Phyllochrons

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII


1 0 0 1 1 2 3 5 8 12 20 31
Batang baru
Total batang 1 1 1 2 3 5 8 13 21 33 53 84

Keterangan : Batang pertama dan berikutnya menghasilkan batang baru yang


menghasil kan batang baru lagi). Pada akhir seri, pertumbuhan
tanaman meningkat secara eksponensial (berlipat) dan tidak satu-satu.

Sebaliknya, dalam kondisi miskin hara, phyllochrons berlangsung lebih lama,

dan hanya sedikit yang mampu mencapai fase pembungaan. Yang perlu diingat :

hanya beberapa batang yang tumbuh dalam fase awal phyllochrons (dan tidak ada

sama sekali selama phillochrons kedua dan ketiga), namun setelah fase phillochrons

ketiga setiap batang akan menghasilkan batang baru dari pangkalnya (dengan

tenggang waktu satu phyllochrons sebelum proses malai) (lihat table 2). Dalam

periode vegetatif berikutnya, dalam kondisi yang ideal, pertambahan batang tanaman

menjadi berlipat (eksponensial) dan bukan aditif (sesuai dengan hukum Fibonacci

dalam ilmu Biologi). Dalam praktek budidaya lama, periode produksi batang

maksimum tercapai sebelum inisiasi malai, tapi dengan SRI keduanya bisa dicapai

bersamaan.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Interaksi Pengolahan Tanah dan Jumlah bibit Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Varietas (Hibrida, Mekongga dan Cibogo)

Dari hasil penelitan ini menunjukkan bahwa pengaruh masing-masing

perlakuan memberikan pengaruh yang berimbang dan saling mendukung sehingga

dari hampir semua pengamatan tidak berbeda kecuali pada jumlah anakan produktif

Interaksi dari ketiga perlakuan dalam penelitian ini menunjukkan respon

berbeda nyata terhadap para meter anakan produktif pada (Tabel 21).

Dalam penelitian Lubis (2004) interaksi yang sangat kuat terdapat pada

pengamatan tinggi tanaman dan bobot kering 1000 butir. Hal ini membuktikan bahwa

maing-masing perlakuan memberikan respon yang positif terhadap tinggi tanaman,

anakan produktif, dan luas daun.

Dalam penelitian ini intraksi ketiga faktor memberikan tinggi tanaman pada

interaksi V1P2B1 (91,54 cm). Hal ini sejalan dengan penelitian Jonhamas, dkk (2003)

yang menyatakan dari 14 varietas yang diujikan memperlihatkan perbedaan yang

sangat nyata pada tinggi tanaman berkisar antara 93,6 – 123,8 cm.

Tinggi tanaman merupakan bagian dari pertumbuhan vegetatif, dimana

pertumbuhan dan perkembanan vegetatif ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor

seperti faktor genetis dan faktor lingkungan atau interaksi beberapa faktor pendukung

lainnya. Dalam fase vegetatif ini tumbuhan mengalami tiga proses penting yaitu

pembelahan sel, perpanjangan/perkembangan sel, dan pembentukan sel, dimana

sebahagian besar karboidrat yang terbentuk dari hasil asimilat dipakai untuk

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
pertumbuhan vegetatif ini, apabila pertumbuhan vegetatif ini sangat mempengaruhi

pada fase pertumbuhan generatif (Harjadi, 1996).

Dalam penelitian ini intraksi dari ketiga faktor memberikan anakan produktif

yang tertinggi dapat dilihat pada kombinasi perlakuan V3P2B1 (26,07). Seperti yang

telah dijelaskan di atas bahwa ada korelasi positif antara persiapan tanah dengan

perlakuan jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi.

Pengaruh perlakuan olah tanah (P2) yaitu (TOT) tanpa olah tanah terhadap

varietas padi sawah memacu perkembangan akar yang lebih baik. Hal ini sejalan

dengan pendapat Harjadi (1996) yang menyatakan bila kondisi tanah kering akar

tanaman akan mengalami stress air atau kekurangan air, tanaman akan merespon

dengan memperpanjang akar guna mencari air dan unsur hara jauh ke dalam tanah.

Dengan semakin banyak dan panjang akar maka kemampuan akar menyerap

air dan unsur hara akan lebih baik. Hal ini dapat dilihat dapat dilihat pada (Tabel 4)

yang menunjukkan bobot kering akar tertinggi terdapat pada P2 (46.07 g) hal ini

sejalan dengan hasil produksi gabah kering giling tertinggi juga terdapat pada ke tiga

kombinasi perlakuan (V3P2 B1) yaitu (159.10 g).

Dari kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit/lubang tanam (PxB)

rataan tertinggi LAB diperoleh pada kombinasi P2B3 (156.09) berbeda nyata pada

kombinasi P1B1, P1B2. Hal dapat dilihat dari uji matriks korelasi bahwa ada

hubungan antara persiapan tanah dengan jumlah bibit/lubang tanam terhadap berat

kering tanaman. Hal ini ada korelasinya semakin tinggi laju asimilasi bersih (LAB),

maka semakin banyak asimilat yang terbentuk hal ini ditunjukkan dengan berat

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
kering tanaman yang tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan (V3P2B1) yaitu

(383.66 g).

Menurut Salisbury (1995) bila tumbuhan atau bagian dari tumbuhan dicabut

dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70 – 80oC selama 1 atau 2 hari, maka

hampir seluruh air yang terdapat pada tumbuhan tersebut telah menguap, bahan yang

tertinggal disebut dengan bahan kering. Komponen utamanya adalah polisakarida dan

lignin yang berasal dari dinding sel, sedang protein, lipid, asam amino, asam organik

berasal dari sitoplasma. Kesemua ini adalah hasil dari hasil potosintesis yang

bersumber dari unsur hara yang diserap oleh akar yang diproses di daun dengan

bantuan sinar matahari yang dikenal dengan hasil fotosintat yang merupakan indikasi

dari laju tumbuh relatif.

Dari kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi LTR

diperoleh pada kombinasi V3P2 (0.039), Laju tumbuh relatif berkorelasi dengan

berat kering tanaman, dimana berat kering tanaman ini di pengaruhi oleh laju tumbuh

relatif. Dimana hasil potosintat yang dihasilkan terakumulasi pada pertumbuhan

tanam.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis data statistik serta analisis matriks korelasi

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;

1. Mekongga dan Cibogo menujukkan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik

dibandingkan dengan Hibrida, tetapi dari segi produksi Hibrida lebih tinggi

0,81%.

2. Bibit padi yang ditanam 1 bibit/lubang tanam memberikan hasil yang lebih

tinggi 0,5%, bila dibandingkan 3 bibit/lubang tanam dan 5 bibit/lubang

tanam.

3. Perlakuan Tanpa Olah Tanah memberikan hasil yang lebih tinggi 0,95%, bila

dibandingkan dengan Olah Tanah Sempurna.

4. Adanya interaksi dari ketiga kombinasi perlakuan tarhadap peningkatan

anakan produktif.

Saran

Untuk mendapatkan produksi padi sawah yang optimal dianjurkan memakai

bibit unggul atau hibrida, dengan memadukan teknik tanpa olah tanah (OTS), serta

pemakaian 1 bibit/lubang tanam dengan umur muda 7 HSS.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2002. Respon Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas IR 64 Terhadap Cara
Pengolahan Tanah dan Dosis Pupuk Nitrogen.

Adrian, Y. 2006. Kajian Serapan Hara, Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Sawah
(Oryza Sativa L.) Pada Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik Dan
Anorganik Tesis S-2 Program Studi Agronomi Kelompok Bidang Ilmu – Ilmu
Pertanian Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Akmal, Amrizal Yusuf, H. Sembiring, T. M. Gurning dan Rinaldi, 2003. Paket


Teknologi Padi Hibrida Pada Lahan Sawah Irigasi Sipare-pare Kabupaten
Asahan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara.

Anom, 2001. Budidaya Tanaman Pangan Padi Tanpa Olah Tanah (Zero tillage)
Distan Pangan Prop. Irja. Diakses tanggal 26 September 2007.

Atika P, S., M. Utomo, dan Afandi, 1997. Pengaruh Berbagai Sistem Olah Tanah
Dan Perlakuan Pupuk N Terhadap Kemantapan Agregat Tanah Dan Produksi
Padi Gogo (Oryza sativa L.) Musim ke-13 di tanah Ultisol Hajimena, Bandar
Lampung.

Atman R, 2005. Mensiasati Langkanya Buruh Tani. BPTP Sumbar Sukaramai Solok.
[diakses tanggal 3 September 2007].

Baihaki, 2004. “Jurnal”. Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur


Diperta.prop.Jatim.go.id. [diakses tanggal 2 Agustus 2007].

Berkelaar, D, 2001. Sistem Intensifikasi Padi (The Sistem of Rice Intensification-


SRI): Sedikit Dapat Memberi Lebih Banyak. Hal 7 Terjemahan Echo, Inc.
17391 Durrance Rd. North Ft. Myyers FL 33917. USA.
http://www.elsppat.or.id/download/file/SRI-echo20note.htm

Blevins, R. I, and W.W. Frye, 1994. Conservation Tillage, an Ecological Approach to


Soil Management. Adv. Agronomy. Vol.51. 53p.

BPTP Bengkulu, 2007. “Jurnal”. http://www.Deptan.go.id/litbang/bptp/


Bengkulu/patekbaru. htm. [diakses tanggal 19 September 2007].

BPTP Jawa Tengah, 2008. “Jurnal” Penelitian Padi Verietas Mekongga di Pemulung
Jawa Tengah. [diakses tanggal 2 Agustus 2007].

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Cannel, R. Q. and M. B. Jackson, 1981. Aleviating Aeration Stress, In Arkin. G. F.
and H. M. Taylor (eds). Modifying The Root Environment To Reduce Crops
Stress. ASAE aaamonograph No. 4 ASAE, St. Joseph.

Berkelaar. D, 2001. Sistem Intensifikasi Padi (The System of Rice Intensification –


SRI) : Sedikit dapat Memberi Lebih Banyak (Diambil dari Buletin ECHO
Development Notes, January 2001, Issue 70, Halaman 1-6. Terjemahan
bebas oleh Indro Surono, staf ELSPPAT.

De Datta, S, K, 1981. Principles and Practices of Rice Production, John Wiley and
Sons. New York (USA).

Dexter, 1978. A. Stochastic Model for the Growth of Roots In Tilled Tilths. J.
Terramechhanics p.

Lubis E, 2004. Pengaruh Sistem Tanam dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oriza sativa L.) ”Thesis”.
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Hal 73.

Gani T, Anischan, S. Kadir, A. Jatiharti, I. P. Wardhana, and I, Las. 2002. The


Sistem of Rice Intensification In Indonesia, Research Institute for Rice,
Agency for Agricultural and development. Bogor. Indonesia.

Gomez, K.A, dan A.A. Gomez, 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Penerjemah : Sjamsuddin, E.J. S. Baharsjah, dan A.H. Nasution. UI Press.
Jakarta. 698 h.

Guritno Bambang dan S, M, sitompul, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.


Penerbit Gajah Mada University Press.

Haryadi, 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Seri Teknologi Pertanian Penerbit UGM
Gajah mada University Press.

Heddy S, Wahono, H. S, K. Metty, 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan


Penanganan Pasca Panen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

http://www.bappenas.go.id/.../PerpresRKP202007/Buku2/&view=Bab20182020Nara
si.doc).
http://www.uns.ac.id/~hamasains/BAB20VIIIdasgro.htm2008, diakses pada tanggal
[1 Juli 2008].

International Rice Research Institud, 2003. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi. Dalam
http://www.knowledgebank.irri.org/regionalSites/indonesia.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
IRRI, 1997. Rice Almanac, second edition IRRI, Los Banos, Philippines. 181p.

Irsal L, B. Abddullah, dan A. A. Darajat, 2003. Padi Tipe baru dan Hibrida
Mendukung Ketahanan Pangan.

Jonhamas S. B, dan T. Marbun, 2001. Pengaruh Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan


dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Utara.

Kyuma. K, 2004. Paddy Soil Science, Kyoto University Press Trans Pacific Press.
280pp.

Manurung. S, dan M, Ismunadji, 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi Dalam Budidaya
Padi Sawah Buku 1 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Masdar. K, K. Musliar, B. Rusman, N. Hakim, dan Helmi. 2001. Tingkat Hasil dan
Komponen Hasil Sistem Intensifikasi Padi (SRI) Tanpa Pupuk Organik di
Daerah Curah Hujan Tinggi.

Mashur, D. Praptomo, L. Wirajaswadi dan A. Muzani, 2008. Pengembangan


Program Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3t) Untuk Meningkatan
Pendapatan Petani Di Nusa Tenggara Barat. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Nusa Tenggara Barat.

Novia, C, Akmal, K. Romjali, dan H. Sembiring, 2005. Pengaruh Umur dan Jumlah
Bibit padi dan Pupuk Kandang terhadap produksi padi sawah di Deli Serdang
Sumatera Utara.

Nazira L, 2007. Tanggap Beberapa Varietas Padi Gogo Terhadap Tingkat dan
Interval Pemberian Air. “Thesis”. Sekolah Pascasarjana USU. Medan. Hal 35.

Nurmala P, 2002. ”Jurnal” Kembali ke Pertanian Organik. Universitas Terbuka (UT).


[di akses tanggal 25 Juli 2008].

Poniman E, S. Harsanti, Mulyana dan Suharijanto, 2001. Pengaruh Cara Pengolahan


Tanah dan Penggunaan Bentuk Urea pada Pertanaman Padi Sistem Gadu.
Prosiding Seminar Nasional Olah Tanah Konservasi dan Mendukung
Agribisnis. UPN Veteran Yogyakarta.
Rachman A, 1995. Budi Daya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Prosiding Seminar
Apresiasi Hasil Penelitian. Balitpa. Sukamandi hal: 15 – 24.

Rahman, A. S., W, Hermawan dan Hartono, 1994. Sistem Tanpa Olah Tanah dengan
Herbisida Glifosat. Prosiding Konfrensi HIGI XII. Hal. 217-221;.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Russel, 1977. Plant Root System. McGraw Hill Book Co. London.

Salisbury F. B., and C. W. Rose, 1995. Plant Physiology. Colorado State University.
Hal. 27.

Sarwono Hardjowigeno, M. Luthfi, dan Rayes, 2005. Tanah Sawah Karakteristik,


Kondisi dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing,
Malang, Jawa Timur.

Sembiring H, A. Hippi, dan L. Wirajaswadi, 2001. “Jurnal” Pengaruh Umur dan


Jumlah Bibit Terhadap Produksi Padi Sawah Pada Tanah Entisol Dan
Inseptisol Di Nusa Tenggara Barat. ntb.litbang.deptan.go.id/l00/8.pdf

Setiadi S. H, dan Y. Sudirman, 1988. Fisiologi Stress Lingkungan. PAU B


Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Shao-hua, W, C., Wexcing, J., Dong, D.Tingho, and Z, Yan, 2002. Physiological
Characteristic and high-yiel Techniques With SRI Rice. Naanjing Agricultural
University. China.

Simanihuruk M, Damanik, 2002. Beras di Asia, Kisah Kehidupan Tujuh Petani.


Penerbit Universitas Sumatera Utara Press.

Sinambela D., J. Hutahaean, B. Saragih, S. Sangkot, 2004. Deskripsi Varietas Padi


UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintah
Propinsi Sumatera Utara Medan.

Soemartono, S. Bahrin, R. Harjono, 2007. Bercocok Tanam Padi Penerbit CV.


Yasaguna Djakarta.

Sony, 2007. Departemen Pertanian Jawa Timur. http://Diperta.prop.Jatim.go.id.


[diakses tanggal 18 September 2007].

Suharno, 2007. Penyuluhan Pertanian Yogyakarta. http://www.distan.pemda-


diy.go.id/index2.php?option=content&task=view&id=178&pop=1&page=0
[diakses tanggal 19 September 2007].

Sumarno, 2007. Mengapa Padi Hibrida Tidak Sesukses Jagung Hibrida.


htt://www.Indonesia.go.id/id Badan Litbang Pertanian Bogor, Juknis Tentang
budidaya Padi Hibrida. [diakses tanggal 13 Juli 2007].

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Surdianto, Y., Hendi, S., Sadeli, S., dan Agus G., 2007. “Jurnal” Adaptasi Teknologi
Tanaman Padi Tanpa Olah Tanah(TOT) pada Lahan Sawah Irigasi. BPTP
Lembang. www.bptpjb.netura.net.id/html/tp_027.html. [diakses tanggal 26
September 2007].

Suryana A., 2002. Ketahanan Pangan : Mati-hidupnya Bangsa Kita Dikemudian Hari.
Makalah Seminar Nasional Forum WACANA Indonesia. Bogor.

Suyamto, Sarlan. A., Putu. W., Hasil. S., I. Nyoman, W. 2007. Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembagan
Pertanian Departemen Pertanian.

Taslim, H., S. Partohardjono dan Djuminah, 1986. Bercocok Tanam Padi Sawah.
Buku 2 Pusbitbangtan Bogor. H. 481-505;.

Uun J, 2007. Analisis Padi Sawah di Kabupaten Pandeglang. www.dispertanak. Pan


deglang.go.id/artikel-07.htm. [diakses tanggal 19 September 2007].

Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor, 29. Tahun, 2000. Tentang Perlindungan


Varietas Tanaman.

Uphoff N. 2001. Oppurtunities for raising yields by changing management practices:


The system of rice intensification in Madagascar: Agroecological Innovation:
Increasing roof prodction With Participatory Development.

Utomo, M. 1997. Produktivitas Lahan dibandingkan dengan Olah Tanah Intensif


Pada Tanah Ultisol Bandar lampung.

Utomo. M. 1995. ”Jurnal” Sitem Olah Tanah Konservasi (SOTK) dan Pertanian
Berkelanjutan.

UU Pangan Nomor 7 tahun 1996 pasal 1 ayat 17. Ketahanan Pangan.

Vallois, P., N. Upphoff and A. Collick, 2000. Malagasy System of Rice


Intensification (SRI). Early Rice Planting System. Miscellaneou. V.1.3-
I.P.N.R.

Wikipedia, 2008. Fisiologi akar tanaman, Jenis akar tunggang, serabut dan
fungsinya. http://WWW.Wikipedia.com [diakses tanggal 31 Juli 2008].

Wirajaswadi L, 2008. Mempercepat Adoptasi Varietas Unggul Baru (VUB) Padi


Melalui Pemilihan Varietas Secara Partisipatif.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Wirajaswadi L, Awaludin H, Mashur. 2002. Pengelolaan Tanaman Terpadu Budidaya
Padi Sawah di Nusa tenggara Barat.

Yunus Y. 2004. Tanah dan Pengolahan. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung.

Zhu Defeng C, Z. Shibua, Yuping, and L. Xiaqing, 2002. Tillering Pattrens and The
Contribution of Tillers to Grain Yield With Hybrid Rice and Wide Spacing,
China National Rice Research Institute, Hangzhou.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 26. Denah Susunan lubang tanam pada plot Percobaan:

* * * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * * *
180 cm
* * * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * * *

390 cm

Jumlah Lobang tanam : 5 x 12 = 60

Jarak antar lobang tanam dalam plot percobaan : 30 cm x 30 cm

15 cm

* 30 cm * *

30 cm

* * *
. 15 cm

.
* * *

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 27. Deskripsi Varitas Padi Hibrida (Arize-Hibrindo R-1)

Nomor Seleksi : 92089


Asal Persilangan : F1 dari persilangan induk betina (CMS) 6 CO2 dengan
Induk Jantan (restor) M07
Golongan : Indica
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman (cm) : 84 - 118
Anakan Produktif : 5 – 13 batang
Warna :
Kaki : Hijau
Batang : Hijau
Helai Daun : Hijau
Telinga Daun : Hijau
Lidah Daun : Tidak berwarna
Muka Daun : Kasar
Posisi Daun : Semi erect
Daun Bendera :Miring
Gabah
Bentuk : Ramping
Warna : Kuning
Bobot 1000 Butir (g) : 21,4 – 27,4
Jumlah Gabah/Malai :-
Nasi
Rasa :
Tekstur : Pulen
Kadar Amilosa : 15,67 – 27,4
Panen
Potensi Hasil : 9.32 ton/ha GKG
Rata-rata Hasil : 6.77 ton/ha GKG
Umur (hari) : 108 – 129
Kerontokan : Tahan
Ketahanan Terhadap
Rebah : Tahan
Hama : Peka terhadap wereng coklat biotip 2 dan 3
Penyakit : Peka terhadap hawar daun bakteri strain iv dan VIII
Keterangan : Cocok di tanam untuk lahan sawah irigasi
Tahun Dilepas : 14 Pebruari 2003
No. SK. Pelepasan : 118/Kpts/TP.240/2/2003
Pengusul : PT. Sutowido Galang Pratama, Salim Group.

Sumber : Deskripsi Varitas Padi UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas
Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 28. Deskripsi Varitas Mekongga

Nomor Seleksi : S4663-5D-Kn-5-3-3


Asal Persilangan : A2790/IR64/IR64
Golongan : Cere
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman (cm) : 91 - 106
Anakan Produktif : 15 –16 batang
Warna :
Kaki : Hijau
Batang : Hijau
Helai Daun : Hijau
Telinga Daun : Putih
Lidah Daun : Putih
Muka Daun : Agak kasar
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Gabah
Bentuk : Ramping panjang
Warna : Kuning Bersih
Bobot 1000 Butir (g) : 27 – 28
Jumlah Gabah/Malai :-
Nasi
Rasa : Pulen
Tekstur : Pulen
Kadar Amilosa : 23
Panen
Potensi Hasil : 6 ton/ha GKG
Rata-rata Hasil :
Umur (hari) : 116 – 125
Kerontokan : Sedang
Ketahanan Terhadap
Rebah :
Hama : Agak peka terhadap wereng coklat biotip 2 dan 3
Penyakit : Agak peka terhadap hawar daun bakteri strain IV
Keterangan : Cocok di tanam untuk lahan sawah Sulawesi
Tahun Dilepas : 4 Juni 2004
No. SK. Pelepasan : 374/Kpts/LB.240/6/2004
Pengusul :

Sumber : Deskripsi Varitas Padi UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas
Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 29. Deskripsi Varitas Cibogo

Nomor Seleksi : S3382-2D-PN-16—3-KP-1


Asal Persilangan : IR487B-752/IR19661-131-3-1//IR IR19661-131-3-1///
IR64////IR64
Golongan : Cere
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman (cm) : 81 - 120
Anakan Produktif : 12 –19 batang
Warna :
Kaki : Hijau tua
Batang : Hijau muda
Helai Daun : Hijau
Telinga Daun : Putih
Lidah Daun : Putih
Muka Daun : Kasar pada bagian permukaan sebelah bawah
Posisi Daun : Tegak (lebih tegak dari Konawe)
Daun Bendera : Tegak panjang (menutup malai)
Gabah
Bentuk : Ramping panjang
Warna : Kuning Bersih
Bobot 1000 Butir (g) : 27 – 30
Jumlah Gabah/Malai :-
Nasi
Rasa :
Tekstur : Pulen
Kadar Amilosa : 24
Panen
Potensi Hasil : 8,1 ton/ha GKG
Rata-rata Hasil : 7,0 ton/ha GKG
Umur (hari) : 115– 125
Kerontokan : Agak Tahan
Ketahanan Terhadap
Rebah : Sedang
Hama : Tahan wereng coklat biotip 2. Agak tahan wereng coklat
biotip 3
Penyakit : Agak tahan hawar daun bakteri strain IV rentan terhadap
Penyakit virus tungro
Keterangan : Rendengan giling dan rendengan beras kepala, dan ketera
wangan lebih tinggi dari IR64, dapat di tanam lawan
sawah sampai 800 m dpl
Tahun Dilepas : 4 Juni 2004
No. SK. Pelepasan : 374/Kpts/LB.240/6/2004
Pengusul :
Sumber : Deskripsi Varitas Padi UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas
Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004.

Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008

Anda mungkin juga menyukai