Hasrizart, Pertumbuhan - Dan - Produksi - Beberapa - Varietas - Padi - Sawah - Oryza - Sativa - L - Pada - Pwe
Hasrizart, Pertumbuhan - Dan - Produksi - Beberapa - Varietas - Padi - Sawah - Oryza - Sativa - L - Pada - Pwe
TESIS
Oleh
Iwan Hasrizart
067001003/AGR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS
PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA PERSIAPAN TANAH
DAN JUMLAH BIBIT YANG BERBEDA
TESIS
Oleh
Iwan Hasrizart
067001003/AGR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Judul Penelitian : PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA
VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA
PERSIAPAN TANAH DAN JUMLAH BIBIT YANG
BERBEDA.
Nama : Iwan Hasrizart
NIM : 067001003
Program Studi : AGRONOMI
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc) (Ir. Edison Purba, MS, Ph.D)
Ketua Anggota
(Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, MSc)
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Telah diuji Pada
Tanggal, 25 Agustus 2008
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Durian Pantai Labu. Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung ± 3 bulan yang dimulai bulan
Desember 2007 s/d Maret 2008. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah (RPPT) Rancangan Petak-Petak Terbagi (Split Split Plot Design) dengan
menggunakan 3 faktor yaitu varietas (V) sebagai petak utama terdiri dari tiga varietas
yaitu V1 = Hibrida (Arize-Hibrindo R-1), V2 = Mekongga, dan V3 = Cibogo.
Persiapan tanah (P) sebagai anak petak terdiri dari 2 taraf yaitu P1= (TI) Olah Tanah
Sempurna (OTS), dan P2 = (TOT) Tanpa Olah Tanah (No Tillage). Jumlah bibit (B)
sebagai anak-anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu B1 = 1 bibit/lubang tanam, B2 = 2
bibit/lubang tanam, B3 = 5 bibit/lubang tanam.Peubah yang diamati adalah: Tinggi
Tanaman, Jumlah Anakan, Jumlah Anakan Produktif, Bobot Kering Tanaman, Bobot
Kering Akar Tanaman, Luas Daun Perumpun, Jumlah Gabah Permalai, Jumlah
Gabah Hampa Pemalai, Jumlah Gabah Berisi Permalai, Bobot Kering Gabah Perplot,
LAB (Laju Asimilasi Bersih), LTR (Laju Tumbuh Relatif). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rataan tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada Perlakuan
(V3P2B1), rataan tertinggi jumlah anakan produktif terdapat pada Perlakuan (V3P2B1),
rataan tertinggi bobot kering tanaman terdapat pada Perlakuan (V3P2B1), rataan
tertinggi dari bobot kering akar tanaman terdapat pada Perlakuan (V3P2B1), rataan
tertinggi luas daun perumpun terdapat pada Perlakuan (V3P2B3) tetapi berbeda tidak
nyata untuk semua kombinasi, rataan tertinggi jumlah gabah permalai terdapat pada
Perlakuan (V3P2B1), sedang rataan tertinggi untuk jumlah gabah hampa pemalai
terdapat pada Perlakuan (V3P1B3), rataan tertinggi untuk jumlah gabah berisi permalai
terdapat pada kombinasi Perlakuan (V1P2B1), untuk rataan tertinggi bobot kering
gabah perplot terdapat pada kombinasi Perlakuan (V3P2B1), rataan tertinggi dari LAB
(laju asimilasi bersih) terdapat pada Perlakuan kombinasi (V2P2B2), tetapi untuk
semua interaksi Perlakuan menunjukkan berbeda tidaknya, dan rataan tertinggi dari
LTR (laju tumbuh relatif) terdapat pada Perlakuan (V3P2B1).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
This research is executed in Desa Durian Pantai Labu. Sub-Province Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara. month of December 2007 to March 2008. The device used
in this research is Split Split Plot Design by using 3 factor that is varietas (V) as
especial check consist of three varietas that is V1 = Hibrida (Arize-Hibrindo R1), V2 =
Mekongga, and V3 = Cibogo. Preparation of land ground (P) as check child consist of
2 level that is P1= Tillage (OTS), and P2 = No Tillage (TOT). Amount of seeds (B)
as check children consist of 3 level that is B1 = 1 lip/hol to plant, B2 = 2 lip/hol to
plant,B3 = 5 lip/hol to plant, Parameter the perceived is: High Plant, Same to bud
Productive, Weight dry Plant, Weight dry root, Wide Leaf Clump, Same shell of rice
Clump, Same Shell of Rice Emptyness Clump, Same Shell of Rice Contain Clump,
Weight dry Shell of Rice from Plot, LAB (Accelerate Asimilasi Bersih), LTR
(Accelerate Growth Relatif), Research result indicate that average highest from high
of crop there are at treatment (V3P2B1), average highest of amount bud productive
there are at treatment (V3P2B1), average highest of dry wight of crop there are at
treatment (V3P2B1), average highest of dry wight of crop root there are at treatment
(V3P2B1), average highest wide leaf clump there are at treatment (V3P2B3) but
differing not real for all combinations, average highest of shell of rices amount Shell
of Rice there are at treatment (V3P2B1), is rataan highest to the amount of of vacuous
shell of rices Shell of Rice there are at treatment (V3P1B3), average highest to the
amount of shell of rices contain Shell of Rice there are at combination treatment
(V1P2B), to average highest of dry wight of shell of rice perplot there are at
combination treatment (V3P2B1), = average highest from LAB (Accelerate Asimilasi
Bersih) there are at treatment combination (V2P2B2), but for all interactions treatment
show to differ don't him, and average highest from LTR (Accelerate Tumbuh Relatif)
there are at treatment (V3P2B1).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis panjatkan atas ke haribaan Allah SWT, yang telah
VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA PERSIAPAN TANAH DAN
Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc. Selaku Pembimbing Utama, dan kepada Bapak Ir.
Edison Purba, MS, Ph.D Selaku Anggota Pembimbing, yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini tepat pada
waktunya.
kekurangannya, jauh dari sempurna. Untuk ini Penulis mengharapkan keritikan dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan Tesis.
Penulis
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT karena dengan taufik dan hidayah serta rahmatNya penulis dapat meyelesaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik,
MSc. Selaku Pembimbing Utama, dan kepada Bapak Ir. Edison Purba, MS, Ph.D
Selaku Anggota Pembimbing, atas segala bimbingan, petunjuk, koreksi dan saran
yang diberikan sejak awal hingga akhir penelitian, dan penulisan tesis.
pada program Pascasarjana USU. Juga kepada seluruh staf dan pegawai
- Ketua Program Studi Agronomi PPs USU, Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
- Rektor Universitas Al-Azhar yang telah memberikan rekomendasi kepada
Sumatera Utara.
pada waktunya.
- Ibu Dr. Ir. Chairani Hanum, MS, dan Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MS,
kepada penulis.
- Serta penghargaan dan doa yang tulus penulis ucapkan kepada Ayahanda
dan Ibunda tercinta (alm) yang telah membesarkan penulis, semoga Allah
- Bapak dan ibu mertua Samidin Suprapto Damanik dan Sartik serta seluruh
keluarga besar di Bah Aren yang telah memberikan motifasi dan doa yang
- Istri tercinta Sukaryani Damanik, SPd, serta buah hati kami Fatiah
ini.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
- Bapak Reban dan keluarga yang telah membantu penulis dalam
Julia Hutahaean, Donna Sinambela, M. Nasir, Erli dan Ira) yang telah
Akhirnya kepada semua yang terlibat dan membantu yang tak mungkin
disebutkan satu persatu, penulis menghaturkan hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya sehingga apa yang didapat penulis dalam studi ini dapat bermanfaat untuk
orang lain dan membuat kerendahan hati kepada penulis, bahwa banyak hal yang
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Kecamatan Ledong Barat, Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Sebagai anak
ke lima dari tujuh bersaudara, dari ayah H. Hasan Sakum dan ibu Hj. Saidatul Akmal
Lubis.
Pada tahun 1982, 1985, 1988, penulis berturut-turut lulus dari SD Negeri
0812002, Aek kanopan, SMP Negeri 2 Medan, SMA Negeri 2 Medan. Pada Tahun
1988 kuliah di Universitas Al-Azhar Medan dan meraih gelar sarjana pertanian
Pada tahun 1997, penulis menikah dengan Sukaryani damanik, SPd. Dan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................………………………………………………………… i
ABSTRACT .................………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR……….………………………………………………… iii
UCAPAN TERIMA KASIH ..………………………………………………… iv
RIWAYAT HIDUP ....………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ..............………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL ......………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR .………………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xii
PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1
Latar Belakang ………………………………………………………… 1
Perumusan Masalah …………………………………………………… 4
Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 5
Hipotesis Penelitian …………………………………………………… 5
Manfaat Penelitian …………………………………………………… 5
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor J u d u l Halaman
1. Rataan Tinggi Padi 3, 6, 9, dan 12 MST Pada Perlakuan
Varietas, Persiapan Tanah, Dan Jumlah Bibit, serta Kombinasinya...... 27
10. Rataan Bobot Gabah Kering Perplot 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Olah Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya .......................................... 75
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor T e k s Halaman
1. Tinggi Tanaman Pada Perlakuan 3 Varietas Pada
Umur 3 MST ....................................................................................... 33
9. Bobot Kering Akar Pada Perlakuan Jumlah Bibit Umur 6 MST ...... 51
10. Bobot Kering Akar Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST ................ 52
12. Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST .......... 57
13. Luas Daun Perumpun Pada Persiapan tanah Umur 12 MST ............. 58
15. Jumlah Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST ..... 62
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
17. Jumlah Gabah Per malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST ...................................................................................... 65
18. Jumlah Gabah Per Malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit
Pada Umur 12 MST.............................................................................. 66
19. Jumlah Gabah Per malai Terhadap Jumlah Bibit Dan Persiapan Tanah
Pada Umur 12 MST ………………………………………………….. 66
21. Jumlah Gabah Hampa Per malai Tanaman Terhadap Jumlah Bibit
Pada Umur 12 MST ............................................................................. 70
22. Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan
Tanah pada Umur 12 MST ................................................................... 72
23. Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan
Tanah dan Jumlah Bibit pada Umur 12 MST ...................................... 73
24. Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST ...................................................................................... 73
26. Bobot Gabah Kering Perplot Terhadap Dan Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST .................................................................................... 76
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor T e k s Halaman
1 Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 3, 6, 9, dan 12 MST ………. 111
12 Daftar Analisis Sidik Ragam Anakan Produktif Umur 12 MST .... 122
14. Daftar Analisis Sidik Ragam Jumlah Gabah Berisi Per malai
Umur 12 MST ................................................................................... 124
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
16. Daftar Analisis Sidik Ragam Jumlah Gabah Hampa Umur 12 MST 126
18. Daftar Analisis Sidik Ragam Bobot Gabah Kering Umur 12 MST 128
23. Rataan LTR (Laju Tumbuh Relatif) Umur 6, 9, dan 12 MST ........ 133
24. Daftar Analisis Sidik Ragam LTR (Laju Tumbuh Relatif) Umur
12 MST ............................................................................................ 134
25. Matriks Korelasi Varietas Padi Sawah Pada Persiapan Tanah Dan
Jumlah Bibit yang Berbeda ........…………………………………. 135
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa L.) diduga berasal dari Asia. Terdapat lebih
pemuliaan pada tahun 1960-an yang dikenal dengan varietas “Revolusi hijau” dengan
ciri-ciri tanaman tegak pendek, dan tahan terhadap perubahan iklim, produksi tinggi
Dari arkeologi dan antropologi mutakhir menyatakan padi berasal dari dataran
tinggi Assam (Timur Laut India) dan di Yung Nan (Barat Daya Cina), perbatasan
Cina – India (Simanihuruk, dkk, 2002). Fosil butir padi dan gabah ditemukan di
Padi menghasilkan beras menjadi makanan pokok menyediakan 35-80% dari total
kalori yang dibutuhkan oleh manusia (IRRI, 1997). Penyediaan pangan yang cukup
adalah terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman dikonsumsi, merata dan terjangkau.
Lebih dari 2 milyar penduduk bumi mengkonsumsi beras, 90% beras dunia
sebagai pengkonsumsi baru beras sampai tahun 2025 (Simanihuruk, dkk, 2002).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 245,71 juta jiwa
pada saat itu kebutuhan beras 36,42 juta ton, sedangkan produksi hanya 29,42 juta ton
sehingga terjadi defisit produksi beras sebesar 6,72 juta ton (Suryana, 2002).
untuk meningkatkan produksi padi dalam rangka ketahanan pangan nasional adalah
mengembangkan padi hibrida dan padi varietas unggul bersertifikat, seperti varietas
mekongga, cibogo, padi hibrida seperti Arize-hibrindo R-1, atau memperbaiki teknik
budidaya padi sawah juga termasuk salah satu upaya untuk meningkatkan produksi.
Padi varietas unggul dan padi hidrida mempunyai sifat genetic seperti batang
kokoh, malai panjang dan lebat, umur pendek 110-145 hari, mempunyai jumlah
anakan yang banyak, daun lebar berwarna hijau tua, produksi tinggi 6 - 12 ton/ha.
Padi varietas unggul sangat di anjurkan pindah tanam kelapangan umur muda 7 hari
varietas unggul dan padi hibrida harus ditanam pada lahan yang subur, unsur hara
harus tersedia, pengairan yang cukup, pengendalian hama terpadu, dan pengelolaan
tanaman harus dilakukan secara baik. Penggunaan benih padi varietas unggul dan
kompleks, bagian tanaman yang berhubungan langsung dengan tanah adalah akar,
akar mengambil air dan unsur hara dari dalam tanah (Nazira, 2007).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Olah Tanah Sempurna (OTS) yaitu tanah sawah diberi air hingga tergenang
temurun masih dilakukan oleh petani terutama pada lahan sawah beririgasi teknis
untuk setiap musim tanam. Menurut Rachman (1995) pengolahan tanah dapat
terhadap erosi dan mempercepat pelapukan bahan organik tanah yang menyebabkan
degradasi lahan.
Admin (2002) pelaporkan bahwa tanpa olah tanah memberikan hasil untuk
bobot kering batang, jumlah anakan dan produksi padi tidak menunjukkan perbedaan
Atman (2005), dan Uun (2007) BPTP Sumatera Barat menyatakan bahwa
sejak beberapa tahun yang lalu Provinsi Sumatera Barat telah mengembangkan
teknologi tanpa olah tanah (TOT) yang termasuk dalam pertanian ramah lingkungan
Tanpa olah tanah pada tanaman padi sawah merupakan teknologi hemat air,
biaya produksi, waktu, dan tenaga kerja. Dari hasil penelitian Balai Penelitian
teknologi tanpa olah tanah (TOT) secara finansial lebih menguntungkan dari (TI)
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
seoptimal mungkin dan mengurangi degradasi lahan akibat perlakuan pengolahan
Perumusan Masalah
masih rendah baik ditinjau dari segi produktifitas lahan maupun dari segi
produktifitas hasil tananan per hektar hal ini disebabkan antara lain:
Pertama petani masih menanam padi dengan jumlah bibit banyak dalam satu
lubang tanam sehingga dibutuhkan bibit dalam jumlah banyak untuk setiap musim
tanam. Kedua petani masih melakukan pengolahan tanah setiap musim tanam
sehingga mengakibatkan degradasi lahan secara cepat. Ketiga petani belum memakai
bibit varietas unggul bersertifikat, apalagi memakai bibit padi hibrida, padahal padi
hibrida produksi tinggi dan tahan terhadap hama, penyakit, dan tersedia di pasar
Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.) Pada Persiapan Tanah dan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tujuan Penelitian
beberapa varietas padi sawah (Oryza sativa L.) melalui persiapan tanah dan jumlah
Hipotesis Penelitian
1. Pertumbuhan dan produksi varietas padi sawah berbeda pada jumlah bibit yang
berbeda.
2. Pertumbuhan dan produksi varietas padi sawah berbeda pada persiapan tanah yang
berbeda.
3. Ada interaksi jumlah bibit dan persiapan tanah terhadap pertumbuhan dan
Manfaat Penelitian
pertumbuhan dan produksi dari beberapa varietas padi sawah melalui penanaman
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem perakaran tanaman padi adalah akar serabut, yang terdiri dari 2 jenis
akar yaitu, akar seminal dan akar adventif (Manurung dkk, 1988). Akar seminal yang
tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara, dan
akar yang kedua adalah akar adventif yaitu akar bercabang bebas dan tumbuh dari
buku batang muda bagian bawah, akar adventif tersebut menggantikan akar seminal
(Suharno, 2007).
Anakan padi muncul pada batang utama (primer), batang sekunder, dan
batang tersier dalam urutan yang bergantian, anakan primer tumbuh dari buku
terbawah dari batang utama dan anakan primer berkembang akan memunculkan
anakan sekunder, anakan sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan
Pada batang tanaman padi terdapat nodus dan internodus yang urutannya
bergantian selang seling. Batang tanaman padi terdiri dari ruas dan buku, ruas adalah
bagian batang yang berongga, buku adalah sambungan antara ruas dan tidak berongga
dan keras. Buku yang terletak bagian bawah memiliki sebuah daun dan sebuah mata
tunas yang dapat tumbuh menjadi anakan. Ruas yang telah dewasa berongga dan
bercelah sangat halus. Pada batang tersebut terdapat pelepah daun bunga determinit,
yaitu bunga terletak pada bagian ujung tajuk atau daun bendrara. Pelepah daun
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pertumbuhan Tanaman Padi
Pola pertumbuhan tanaman padi ada 3 fase yaitu fase vegetatif, fase generatif,
dan fase pematangan gabah. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai
dengan inisiasi primordia malai, fase generatif dimulai dari inisiasi primordia malai
sampai pembungaan, dan fase pematangan gabah dimulai dari pembungaan sampai
gabah matang. Lama fase vegetatif tidak sama untuk setiap varietas sehingga
pematangan gabah umumnya sama untuk setiap varietas (BPTP Bengkulu, 2007).
pembentukan anakan yang aktif, bertambah tingginya tanaman dan daun tumbuh
secara teratur. Sedang lama fase reproduktif dan pematangan gabah dipengaruhi oleh
dan pematangan biji. Pada fase generatif pertumbuhan dan perkembagan malai muda
malai yang ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera.
Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun, pada umumnya,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Fase pemasakan gabah merupakan fase akhir dari perkembangan
pertumbuhan tanaman padi, yang ditandai dengan menuanya daun dan terhentinnya
pertumbuhan gabah, terjadi perubahan warna gabah menjadi menguning cerah. Ada
tiga tahapan dalam pemasakan/pematangan gabah yaitu, tahap pertama gabah matang
susu, yang kedua gabah setengah matang (dough grain stage) dan tahap ketiga gabah
Padi termasuk genus Oryza L. Yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar
di daerah tropik dan sub trapik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi
yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza offinalis dan Oryza sativa
spontania. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi lahan kering (gogo) yang
umumnya ditanam di dataran tinggi, dan padi sawah di tanam di dataran rendah yang
Penggunaan varietas padi unggul dan padi hibrida harus mempunyai jaminan
sertifikat yang mengacu pada produksi tinggi, tahan terhadap serangan hama dan
penyakit, pohon jagur, untuk tanaman padi jumlah anakan yang banyak, dan umur
tanaman singkat/genjah. Padi hibrida mulai dirintis oleh Puslitbang Tanaman pagan,
sejak akhir tahun 1985. Tahun 2007 telah tersedia 17 varietas padi hibrida yang telah
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
dan tiga belas lainya hasil dari penelitian perusaan benih swasta, namun minat petani
yang maksimal, dari padi varietas unggul dan padi hibrida harus ditanam pada lahan
yang subur, unsur hara harus tersedia, pengairan yang cukup, tanah sebaiknya
Tujuan pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki sifat fisik, kima dan
biologi tanah sehingga sesuai dengan perkembangan akar tanaman penerapan prinsip-
prinsip di atas dalam budi daya tanaman padi sangat perlu diperhatikan agar produksi
Sarwono dkk (2005) menyatakan bahwa tanah sawah (paddy soil) adalah
tanah yang digunakan untuk bertanam padi atau berpotensi digunakan untuk menanan
padi sawah. Hal ini senada dengan Kyuma (2004) tanah sawah merupakan tanah yang
sangat penting di Indonesia karena merupakan sumber daya alam yang utama dalam
produksi padi/beras.
cenderung meningkat. Hal ini apabila dibiarkan terus akan membahayakan bagi
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Taslim dkk (1993) menyatakan bahwa pengolahan tanah sawah pada
umumnya meliputi tiga hal yaitu penggenangan lahan sampai tergenang, pembajakan
tanah sawah untuk pembalikan tanah, pemecahan dan menghaluskan sehingga tanah
tanah, pemadatan tanah dan kepekaan tanah terhadap terhadap erosi, sehingga laju
erosi dan pelapukan bahan organik tanah semakin tinggi pada akhirnya menyebabkan
degradasi lahan.
Admin (2002) menambahkan bahwa keadaan ini akan lebih parah lagi apabila
waktu pengolahan tanah, air dibiarkan mengalir dari petak yang satu kepetak yang
lain, karena bersamaan dengan itu agregat-agregat tanah akan tererosi ikut aliran air
Menurut Poniman dkk (2001) olah tanah sempurna (OTS) berdampak pada
pemberian pupuk nitrogen. pupuk N dapat mengalami mobilisasi yang tinggi melalui
aliran permukaan (run off) menuju tempat lain, atau ikut larut kedalam lapisan tanah
yang lebih dalam (infiltrasi). Meskipun pengolahan tanah dipandang dari sudut teori
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap produksi padi, tapi
dampaknya dapat menurunkan ketersedian unsur hara dan mikroba di dalam tanah
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Utomo dalam Rachman (1995) menyatakan bahwa tanpa olah tanah (TOT)
adalah membiarkan tanah sawah tanpa diganggu sama sekali. Sisa tanaman musim
sebelumnya di babat dan dimanfaakan untuk menutupi permukaan tanah, atau sisa
tanaman musim lalu dan gulma yang ada di areal disemprot dengan herbisida, setelah
Menurut Blevins and Frye (1994) ada sepuluh keuntungan atau keunggulan
Jumlah Bibit
tanam, terjadi persaingan unsur hara dan ruang gerak untuk perkembangan akar dan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berkelaar (2001) menyatakan bahwa metode SRI (The System Of Rice
meningkatkan proses fiksasi nitrogen (Biological Nitrogen fixation- BNF) bakteri dan
mikroba yang bebas hidup di sekitar akar padi dapat bersimbiosis dan menguraikan
batang primer, tanaman tersebut mempunyai waktu untuk recovery atau kembali
Anakan pertama tumbuh pada kondisi yang terbaik, sehingga terbentuk anakan yang
perkembangan akar lebih baik sehingga kandungan gula terlarut, nitrogen non
protein, dan prolin pada daun meningkat sehingga tanaman tersebut lebih tahan
terhadap kekeringan dan anakan yang terbentuk lebih banyak (Shao-hua, dkk, 2002).
padi secara nasional yaitu, (1) penanaman satu bibit per lubang tanam, (2) umur
pindah ke lapangan 7-12 hari setelah semai, (3) penghematan dalam penggunaan air,
(4) pemberian pupuk organik. Untuk memaksimalkan hasil maka keempat komponen
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Ditambahkan oleh Vallois dkk (2000) bahwa setiap batang atau anakan akan
berkembang menjadi anakan berikutnya. Jika salah satu anakan tidak terbentuk maka
aktifnya perkembangan akar maka tanaman lebih banyak menyerap air dan unsur hara
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAHAN DAN METODE
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit padi Hibrida (Arize-
Hibrindo R-1), varietas Mekongga, dan varietas Cibogo, pupuk Urea, SP-36, dan
Alat yang dipakai pada penelitian ini yaitu; timbangan, meteran, tali pelastik,
bambu, parang, pisau, gunting, cangkul, babat, parang, kored, knapsack, sprayer
oven, leaf area meter, alat tulis, buku, kantongan plastik, dan amplop besar.
Metode Penelitian
Petak-Petak Terbagi (Split Split Plot Design) dengan menggunakan 3 faktor yaitu
varietas (V) sebagai petak utama, persiapan tanah (P) sebagai anak petak, jumlah
bibit (B) sebagai anak-anak petak dan diulangan sebanyak 3 kali (Gomez dan
Gomez, 1995).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Faktor perlakuannya adalah :
V2 = Mekongga
V3 = Cibogo
B1 = 1 bibit/lubang tanam.
B2 = 3 bibit/lubang tanam.
B3 = 5 bibit/lubang tanam.
perlakuan petak utama, anak petak, dan anak-anank petak, maka kombinasi perlakuan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Kombinasi perlakuan/plot percobaan :
V1 V3 V2 V3 V1 V2 V3 V2 V1
P2 P1 P2 P1 P1 P2 P2 P1 P1 P2 P1 P2 P2 P1 P2 P1 P1 P2
B3 B1 B3 B1 B3 B2 B3 B2 B1 B2 B1 B2 B3 B2 B1 B3 B3 B1
B2 B3 B2 B3 B2 B1 B1 B3 B2 B3 B2 B3 B1 B3 B2 B1 B2 B3
B1 B2 B1 B2 B1 B3 B2 B1 B3 B1 B3 B1 B2 B1 B3 B2 B1 B2
Keterangan :
V = Varitas (Arize-Hibrindo R-1, Mekongga, Cibogo)
P = Persiapan tanah (TOT, TI)
B = Jumlah Bibit (1, 3, 5)
Jumlah kombinasi plot dalam ulangan = 18
Jumlah ulangan = 3
Jumlah kombinas plot keseluruhan = 54
Jumlah lubang tanaman per plot = 60
Jumlah lubang tanaman keseluruhan = 3.240
Jumlah tanaman sampel per plot = 10
Jumlah tanaman sample destruktif per plot = 9
Jumlah tanaman sample destruktif seluruhnya = 486
Luas plot perlakuan = 180 cm x 390 cm
Jarak antara tanaman dalam plot = 30 cm x 30 cm
Jarak antar plot = 50 cm
Jara antara ulangan = 100 cm
Metode Analisis
Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Petak Terpisah Pisah (RPTT)
dalam RAK dengan model matematis adalah sebagai berikut:
Yijkl =µ + i+ j + iij +hk + ( h) jk + iijk + kl + ( k)jl + (hk)kl + ( hk)jkl + iijkl
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dimana :
Yijkl = Nilai pengamatan karena pengaruh faktor V taraf ke-i, faktor P taraf ke-j
faktor B taraf ke-l dan pada ulangan ke-k
µ = Nilai tengah umum
i = Pengaruh ulangan pada taraf ke-i
j = Pengaruh blok atau ulangan ke- j
hk = Pengaruh perlakuan ke-k
( h)jk = Pengaruh interaksi ke-ij
ijk = Pengaruh Galat Pada ulangan ke-i varietas, olah tanah taraf ke-k
( k)jl = Pengaruh interaksi ke-ik
(hk)kl = Pengaruh interaksi ke-jk
( hk)jkl = Pengaruh interaksi ke-ijk
iijkl = Pengaruh sisa (residual effect) ulangan ke i taraf ke-i, pada ulangan ke-k
nyata dapat dilanjutkan dengan analisis regresi, korelasi dan uji beda rataan dengan
Persiapan Lahan
Plot perlakuan dibuat dengan ukuran 180 cm x 390 cm jarak antar petak
dalam ulangan 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm dalam satu ulangan ada 18 plot
perlakuan, setiap perlakuan dibuat dalam tiga ulangan. Jarak tanaman dalam plot 30
cm x 30 cm, jumlah lubang tanam per plot 5 x 12 = 60 (gambar dapat di lihat pada
lampiran 2).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Hamparan petakan sawah relatif datar, kondisi tanah sedikit agak keras
sehingga dapat dibedakan mana tanah yang diolah dan tidak diolah, lahan sawah
ditumbuhi oleh gulma berdaun lebar seperti keladi- keladian dan genjer dan gulma
Untuk perlakukan olah tanah sempurna (OTS) Plot digenangi dengan air
sampai selama 1 hari kemudian tanah dicangkul dengan sedalam 20 cm dan di balik
kemudian dibiarkan selama 2 hari, setelah itu tanah dicangkul kembali hingga halus
dan diratakan kemudian bibit di tanam ke lapangan dengan umur bibit 7 hari setelah
semai.
Untuk perlakuan tanpa olah tanah (TOT) plot tidak diolah. Pengendalian
gulma di plot di semprot dengan glifosat (Polaris) dengan dosis 6 l/ha, sepuluh hari
setelah aplikasi herbisida, air dimasukkan ke plot percobaan setinggi 10 cm, 3 hari
kemudian air dikeluarkan sampai tanah kondisi macak-macak (tanah jenuh air)
kemudian bibit di tanam kelapangan dengan umur bibit 7 hari setelah semai.
Penyemaian Bibit
Lahan persemaian dicangkul dan dihaluskan setelah itu diberi pupuk kompos
setara 2 ton/ha (1 kg untuk luas lahan 1 x 5 m). Kondisi lahan persemaian dibuat
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sebelum benih disemai terlebih dahulu benih padi direndam di dalam air
mengalir lebih kurang 24 jam untuk mempercepat keluarnya akar, setelah itu bibit
Penanaman Bibit
hari setelah semai (HSS) sesuai dengan perlakuan yaitu; 1 bibit/lubang tanam, 3
bibit/lubang tanam, dan 5 bibit/ lubang tanam. Jarak tanan dalam plot percobaan 30
cm x 30 cm. Pada saat penanaman bibit ke plot percobaan atau selama fase vegetatif
kondisi tanah dijaga agar tetap pada posisi jenuh air sehingga perkembangan akar dan
anakan maksimal.
Pemupukan
Dosis anjuran pupuk Urea (250 kg urea/ha) diberikan 3 sebanyak kali yaitu
飴 dari dosis anjuran (0,1755 kg/plot), pemberian pertama dilakukan pada waktu 1
hari sebelum tanam sebanyak (0,058 kg/plot), pemberian pupuk yang kedua pada saat
3 mst sebanyak (0,058 kg/plot), dan pemberian yang ketiga pada 6 mst sebanyak
(0,058 kg/plot) (Anom, 1991). Pupuk SP 36 dan KCL diberikan sebagai pupuk dasar
sesuai dengan dosis anjuran yaitu 100 kg/ha atau 0,0702 kg/plot (Anom, 1991).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pemeliharaan Tanaman
Kondisi tanah dijaga dalam kondisi jenuh air selama masa pertumbuhan
vegetatif dengan cara mengatur air irigasi, bila terjadi hujan dibuat saluran
pembengkakan batang utama (bunting), tanah sawah diberikan air sampai tergenang
tanaman setelah tanaman berumur 3, 6 MST atau sehari sebelum aplikasi pemberian
secara perlahan dikeluarkan sampai kondisi tanah mencapai jenuh air, terus mencapai
kapasitas lapang dan akhirnya kering. Pengeringan ini bertujuan untuk mempercepat
Pemanenan
Pemanenan gabah dapat dilakukan apabila daun tanaman padi sudah mulai
menguning semuanya atau daun kuning sudah mencapai 90% hanya daun bendera
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Peubah yang diamati
1. Tinggi Tanaman
12 MST. Pengukuran dimulai dari pangkal rumpun sampai ujung daun terpanjang
2. Jumlah Anakan
MST. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah
Jumlah anakan produktif di hitung pada saat panen, yang dihitung hanya
anakan yang memiliki malai. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman
9, dan 12 MST. Tanaman sampel destruktif dicangkul secara hati-hati agar akar
jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember kemudian air digoyang-
goyang agar tanaman bersih dari tanah dan lumpur, setelah tanaman bersih lalu
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
5. Bobot Kering Akar Tanaman
akar jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember kemudian air
digoyang-goyang supaya akar bersih dari tanah dan Lumpur, setelah akar bersih
lalu dikeringkan anginkan setelah itu di masukkan ke dalam oven pada suhu
Luas daun diukur dengan Leaf Area Meter pada tanaman berumur 3, 6, 9,
dan 12 MST pengamatan dilakukan dengan mengambil semua helaian daun yang
terbuka sempurna dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
Jumlah gabah per malai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh
saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
Jumlah gabah hampa per malai dihitung dengan mengambil semua gabah
hampa dari tanaman sample. Penghitungan dilakukan saat panen, dari tanaman
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
9. Jumlah Gabah Berisi Per Malai
Jumlah gabah berisi per malai, dihitung dengan mengambil semua gabah
berisi dari tanaman sample, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung
dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari 3 tanaman sampel yang
Dimana :
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
12. LTR (Laju Tumbuh Relatif). (g.cm-2 bulan-1).
untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LTR dihitung dengan
rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari 3 tanaman sampel yang ditetapkan
(Ln W2 - Ln W1)
LTR =
T2 – T1
Dimana :
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Tinggi Tanaman
minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat
pada Lampiran 1 dan 2. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan
varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada
umur 9 dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman
pada umur 3, dan 6 MST. Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak
Perlakuan jumlah bibit (B) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi
tanaman pada umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3, 9, dan 12 MST.
Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak
nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 9, dan 12 MST, tetapi
berpengaruh nyata pada umur 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan persiapan tanah
dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi
tanaman pada umur 6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3 MST.
tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 6, 9, 12 MST, tetapi
berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3 MST. Sedang
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur 3, 9, dan
12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur
6 MST.
Berdasarkan hasil sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji beda rata-
rata dengan Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 1, disajikan data rataan tinggi
tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta
kombinasinya.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 1. Rataan Tinggi Padi 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah, Dan Jumlah Bibit, serta Kombinasinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 3 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varietas (V)
V1 (Hibrida) 17.08 16.31 15.65 16.35b
V2 (Mekongga) 17.38 16.58 16.58 16.85a
V3 (Cibogo) 17.32 16.90 16.97 17.06a
Persiapan Lahan
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 16.79c 16.94e 16.67d 16.80
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 17.73a 16.24c 16.13e 16.70
Interaksi (VxP)
V1 P1 16.34 16.18 16.08 16.19d
P2 17.81 16.43 15.23 16.49d
V2 P1 17.06 17.53 17.33 17.31a
P2 17.70 15.62 15.84 16.39d
V3 P1 16.95 17.13 16.61 16.90c
P2 17.69 16.67 17.32 17.23b
Rataan 17.26c 16.59b 16.40a
Umur 6 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varietas (V)
V1 (Hibrida) 44.90abc 43.84bc 41.64d 43.46b
V2 (Mekongga) 44.11abc 41.06d 43.34a 42.83b
V3 (Cibogo) 41.64d 45.47ab 44.85abc 45.36a
Persiapan Lahan
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 45.23 44.08 44.26 44.52
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 44.62 42.84 42.30 43.26
Interaksi (VxP)
V1 P1 45.18abc 43.13d 43.51cb 43.94bc
P2 44.62abc 44.55abc 39.78f 42.99bcde
V2 P1 44.44abc 42.90e 43.42abc 43.59bcd
P2 43.78abc 39.23f 43.27c 42.09e
V3 P1 46.06ab 46.20a 45.84abc 46.03a
P2 45.47abc 44.7abc 43.87abc 44.69ab
Rataan 44.93 43.46 43.28
Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varietas (V)
V1 (Hibrida) 70.38 70.76 67.26 67.30
V2 (Mekongga) 68.36 64.70 64.25 66.33
V3 (Cibogo) 67.22 64.25 66.39 65.95
Persiapan Lahan
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 68.41 68.06 65.10 67.19
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 68.90 67.84 66.83 67.86
Interaksi (VxP)
V1 P1 70.65 71.52 64.78 68.98
P2 70.12 70.00 69.73 69.95
V2 P1 68.55 63.70 64.58 65.61
P2 68.17 65.70 63.91 65.93
V3 P1 66.03 68.96 65.94 66.98
P2 68.41 67.81 66.84 67.69
Rataan 68.65a 67.95a 65.96c
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varietas (V)
V1 (Hibrida) 90.48 88.68 89.43 89.53
V2 (Mekongga) 90.44 89.94 89.85 90.07
V3 (Cibogo) 89.43 90.05 89.27 90.14
Persiapan Lahan
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 89.94 89.30 89.28 89.51
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 91.41 89.82 89.75 90.32
Interaksi (VxP)
V1 P1 89.60 88.34 89.21 89.05
P2 91.36 89.03 89.65 90.01
V2 P1 89.56 90.24 89.70 89.83
P2 91.32 89.64 89.99 90.32
V3 P1 90.67 89.31 88.93 89.83
P2 91.54 90.79 89.60 90.32
Rataan 90.68a 89.56b 89.51b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) umur 3 MST rataan
tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada varietas Cibogo V3 (45.36 cm) yang
diikuti oleh varietas Mekongga V2 (16.85 cm) dan Hibrida V1 (16.35 cm). Sedang
kombinasi varietas dan jumlah bibit (VxB), tidak berbeda nyata terhadap
pertambahan tinggi tanaman untuk semua kombinasi, tapi rataan tertinggi untuk
tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi Mekongga dengan jumlah bibit 1/lubang
V2B1 (17.38 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi Hibrida
dengan 5 bibit/lubang tanam V1B3 (16.13 cm). Pada perlakuan jumlah bibit (B) rataan
tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada perlakuan jumlah bibit 1/lubang tanam B1
Pada persiapan tanah (P) tertinggi pada olah tanah sempurna (OTS) tidak
persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi dari tinggi tanaman pada
kombinasi perlakuan tanpa persiapan tanah dengan perlakuan jumlah bibit jumlah 1
bibit/lubang tanam P2B1 (17.73 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi
tanaman pada perlakuan tanpa olah tanah dengan jumlah 3 bibit/lubang tanam
(P2B3,) dan berbeda nyata pada P1B1, P1B2, P1B3, P1B3, P2B2, P2B3, sedangkan rataan
terendah terdapat pada P2B3 (16.13). Sedang kombinasi perlakuan varietas, persiapan
lahan, dan jumlah bibit (VxPxB) menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap
penambahan tinggi tanaman untuk semua kombinasi perlakuan, tetapi rataan tertinggi
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
untuk tinggi tanaman terdapat pada V2 P2 B1 (17,70), sedang rataan terendah terdapat
pada V1 P2 B3 (17,70).
Pada umur 6 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi diperoleh pada
varietas Cibogo V3 (45.36 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman
pada Hibrida V1, dan varietas Mekongga V2, tetapi rataan terendah tinggi tanaman
varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi tinggi tanaman terdapat tinggi
pada kombinasi perlakuan V1P1, V1P2, V2P1, V2P2, berbeda tidak nyata dengan V3P2.
Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (44.93 cm)
berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada B2, dan B3, sedang rataan terendah pada
B3 (43.28 cm). Dari kombinasi perlakuan varietas dan jumlah bibit (VxB), rataan
tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi perlakuan V2B3 (43.34 cm)
berbeda tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan
V1B1, V2B1, V3B2, V3B3, tetapi berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman
pada kombinasi perlakuan V1B3, V1B2, V2B2, V1B3, sedang rataan terendah untuk
menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada semua
kombinasi, untuk rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi
perlakuan P2B1 (44.62 cm), sedang rataan terendah dari tinggi tanaman diperoleh
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
pada kombinasi perlakuan V2B3 (42.30 cm). Tetapi dari perlakuan kombinasi
varietas, persiapan lahan, dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada
tanaman pada kombinasi V1P1B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B2, V2P2B2, V2P2B2, berbeda
tidak nyata dengan V1P1B1, V1P2B1, V1P2B2, V2P1B1, V2P1B3, V2P2B1, V3P1B1, V3P1B3,
Pada umur 6 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi diperoleh pada
padi Hibrida V1 (67.30) berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman
pada semua varietas, sedang rataan terendah untuk tinggi tanaman diperoleh pada
varietas Cibogo V3 (65.95). Pada kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB),
rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi Hibrida dengan jumlah 1
bibit/lubang tanam V1B1 (90.48cm), berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi
tanaman pada semua kombinasi, sedang rataan terendah tinggi tanaman pada
kombinasi V1B2 (88.68 cm). Sedang pada kombinasi persiapan tanah dengan
jumlah bibit (PxB) berbeda tidak nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada
semua kombinasi, tetapi rataan tertinggi terdapat pada kombinasi P2B1 (91.41 cm)
dan rataan terendah terdapat pada kombinasi P1B3 (89.28 cm). Pada persiapan tanah
P, rataan tertinggi dari tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi P2 (87.86 cm)
berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada persiapan tanah, tetapi rataan
terendah tinggi tanaman pada kombinasi P1 (67.19 cm). Pada perlakuan jumlah
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada perlakuan B3 (65.97 cm), tetapi berbeda
tidak nyata pada perlakuan B2 (67.95 cm), sedang rataan terendah tinggi tanaman
pada kombinasi B3 (65.97 cm). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan tanah
dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan
V3P1B2 (46.20 cm) berbeda nyata terhadap penambahan tinggi tanaman pada
kombinasi perlakuan V1P1B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B2, V2P2B2, V2P2B2, berbeda tidak
nyata dengan V1P1B1, V1P2B1, V1P2B2, V2P1B1, V2P1B3, V2P2B1, V3P1B1, V3P1B3,
V3P2B1, V3P2B2, V3P2B3, rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi
V1P2B2 (39.23).
Pada umur 9 MST perlakuan varietas (V), persiapan tanah (P), kombinasi
varietas dan jumlah bibit (VxB), kombinasi perlakuan persiapan lahan dengan
jumlah bibit (PxB), kombinasi perlakuan (VxP), dan kombinasi perlakuan varietas,
persiapan lahan dengan jumlah bibit (VxPxB) pada semua perlakuan berbeda tidak
nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi
diperoleh pada B1 (68.65 cm) berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada B2,
tetapi berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada pada B3, sedangkan rataan terendah
Pada umur 12 MST perlakuan varietas (V), rataan tertinggi dari tinggi
tanaman diperoleh pada varietas Cibogo V3 (90.14 cm) berbeda tidak nyata terhadap
pertambahan tinggi tanaman pada semua perlakuan varietas, sedang rataan terendah
tinggi tanaman diperoleh pada padi Hibrida V1 (89.53 cm). Sedang kombinasi VxB,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi V1B1 (90.48 cm) berbeda
tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua kombinasi, sedang rataan terendah
dari tinggi tanaman pada kombinasi V3B3 (80.27 cm). tetapi pada kombinasi PxB
menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua kombinasi,
rataan tertinggi terdapat pada kombinasi P2B1 (91.41 cm) dan rataan terendah
terdapat pada kombinasi P1B3 (89.28). Pada persiapan tanah P, rataan tertinggi
tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi P2 (90.32 cm) berbeda tidak nyata
terhadap tinggi tanaman pada perlakuan P1 (89.51 cm), sedang rataan terendah tinggi
tanaman pada perlakuan P1 (89.51 cm). Pada perlakuan jumlah bibit B, rataan
tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada perlakuan B1 (90.68 cm) berbeda nyata
terhadap tinggi tanaman pada perlakuan B3 (89.51 cm), tetapi berbeda tidak nyata
pada perlakuan B2 (89.56), sedang rataan terendah tinggi tanaman pada perlakuan B3
(89.51 cm). Dari kombinasi VxP rataan tertinggi tinggi tanaman diperoleh pada
kombinasi V3P2 (90.32 cm), berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada
semua kombinasi, tetapi rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi
V1P1 (89.05 cm). Sedang kombinasi perlakuan (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh
pada kombinasi V3P2B1 (91.54 cm) berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada
kombinasi semua kombinasi, tetapi rataan terendah tinggi tanaman diperoleh pada
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tinggi Ta na m a n (c m ) 18.00
17.00
16.00
15.00
Hibrida Mekongga Cibogo
Varietas
dan V3 (Cibogo) pada umur 3 MST. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tinggi
tanaman tertinggi pada varietas Mekongga (V3), dan tinggi tanaman terendah
terdapat pada padi Hibrida (V1). Hal ini menunjukkan bahwa varietas Cibogo
(Hibrida), dan V2 (Mekongga). Hal ini disebabkan banyak faktor salah satunya adalah
faktor lingkungan. Padi varietas Hibrida harus beradaptasi terlebih dahulu dengan
lingkungannya karena padi Hibrida ini di introduksi dari luar daerah sedangkan
varietas Cibogo telah beradaptasi lama dengan lingkungannya, karena tetua Cibogo
dan Mekongga ini berasal dari IR 64. dimana IR 64 ini telah lama dibudidayakan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
18.00 (P2)
(P1)
T in g g i T an am an C m )
17.00 (P1)
(P1)
(P2)
(P2)
16.00
Gambar 2. Tinggi Tanaman Terhadap Jumlah Bibit Pada Persiapan Tanah Yang
Berbeda Umur 3 MST
Gambar 2 dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman pada
persiapan tanah tertinggi terdapat pada perlakuan (P2) tanpa olah tanah dan jumlah 1
bibit/lubang tanam (B1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah bibit
perlubang tanam dan tanpa olah tanah tinggi tanaman semakin tinggi.
Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam akan
terjadi persaingan dalam mengambil unsur hara dari dalam tanah, dan perkembangan
akar tidak sempurna akibat terjadinya tumpang tindih akar yang satu degan akar
tercucinya/hanyut unsur hara ke tempat lain yang diakibatkan oleh air yang mengalir
dan terjadi menguap unsur hara akibat sinar matahari sehingga unsur hara yang
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
18.00
16.00
0 1 2 3
Jumlah Bibit
semakin tinggi, demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang
Tanaman padi memiliki daya tumbuh yang tinggi sehingga apabila ditanamam
Jumlah Anakan
minggu setelah tanam (MST) dan analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada
Lampiran 3 dan 4. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anakan
pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
jumlah anakan pada umur 3, 6, dan 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap
persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan
pada umur 6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada pertambahan jumlah
anakan umur 3 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan dengan jumlah bibit (VxB)
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 9, dan
perlakuan persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata
terhadap pertambahan jumlah anakan pada umur 3, 6, dan 9, dan 12 MST. Sedangkan
kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak
terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji Jarak
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 2. Rataan Jumlah Anakan Padi 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan
Tanah Jumlah Bibit, serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 3 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 6.38 7.03 6.75 6.72
V2 (Mekongga) 6.90 7.23 6.77 6.97
V3 (Cibogo) 6.65 7.37 6.93 6.98
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 6.44 7.27 6.64 6.79
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 6.84 7.16 6.99 7.00
Interaksi (V x P)
V1 P1 6.30 7.53 6.80 6.88b
P2 6.47 6.53 6.70 6.57c
V2 P1 6.80 7.03 7.03 6.77bc
P2 7.00 7.43 7.07 7.17a
V3 P1 6.23 7.23 6.67 6.71bc
P2 7.07 7.50 7.20 7.26a
Rataan 6.64b 7.21a 6.82a
Umur 6 MST
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 14.12b 13.78bc 13.62bc 13.84
V2 (Mekongga) 15.15a 13.80bc 13.47bc 14.14
V3 (Cibogo) 15.68a 14.18b 13.38c 14.42
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 14.64 13.70 13.51 13.95
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 15.32 14.14 13.47 14.31
Interaksi (V x P)
V1 P1 13.23 13.37 13.67 13.42
P2 15.00 14.20 13.57 14.26
V2 P1 15.13 13.87 13.67 14.22
P2 15.17 13.73 13.27 14.06
V3 P1 15.57 13.87 13.20 14.21
P2 15.80 14.50 13.57 14.62
Rataan 14.98a 13.92b 13.49b
Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 37.97 36.68 35.90 36.85
V2 (Mekongga) 37.60 37.25 36.63 37.16
V3 (Cibogo) 38.30 37.10 36.45 37.28
Persiapan Tanah (P)
P1 (Persiapan Tanah) 37.53 36.90 35.99 36.81
P2 (Tanpa Persiapan tanah) 38.38 37.12 36.67 37.39
Interaksi (V x P)
V1 P1 37.77 36.70 35.57 36.68
P2 38.17 36.67 36.23 37.02
V2 P1 37.17 37.23 36.23 36.88
P2 38.03 37.27 37.03 37.44
V3 P1 37.67 36.77 36.17 36.87
P2 38.93 37.43 36.73 37.70
Rataan 37.96a 37.01b 36.33c
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 38.53 37.32 36.95 37.60
V2 (Mekongga) 38.10 37.63 37.43 37.72
V3 (Cibogo) 38.68 37.80 37.15 37.88
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 38.00 37.51 36.73 37.41b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 38.88 37.66 37.62 38.05a
Interaksi (V x P)
V1 P1 38.27 37.33 36.43 37.34
P2 38.80 37.30 37.47 37.86
V2 P1 37.77 37.93 37.00 37.57
P2 38.43 37.33 37.87 37.88
V3 P1 37.97 37.27 36.77 37.33
P2 39.40 38.33 37.53 38.42
Rataan 38.44a 37.58b 37.18c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata Pada Taraf Uji 5%
Menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada Tabel 2 umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan persiapan tanah
(P), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada perlakuan (TOT) tanpa olah tanah
P2 (7.00) berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada perlakuan (OTS) olah tanah
sempurna P1 (6.79), tetapi rataan terendah pada P1 (6.79). Sedang pada kombinasi
perlakuan varietas dengan dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi jumlah
anakan diperoleh pada kombinasi V3P2 (7.26), berbeda nyata terhadap jumlah
anakan pada V1P1, V1P2, V2P1, V3P1, tetapi berbeda tidak nyata pada V2P2,
sedangkan rataan terendah pada V1 P2 (6.57). Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan
berbeda nyata terhadap jumlah anakan pada perlakuan B1, tetapi berbeda tidak nyata
pada perlakuan 5 bibit/lubang tanam B3, sedangkan rataan terendah pada B1 (6.64).
Pada umur 6 MST dapat dilihat perlakuan varietas (V), berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah anakan. Sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi
nyata pada B2, dan B3, tetapi rataan terendah terdapat pada B3 (13.49). Pada
kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi jumlah
anakan diperoleh pada kombinasi V3B1 (15.68) berbeda nyata terhadap penambahan
jumlah anakan pada kombinasi V1B1, V1B2, V2B2, V3B2, V1B3, V2B3, V3B3, berbeda
tidak nyata dengan V2B1, rataan terendah jumlah anakan diperoleh pada kombinasi
V2B3 (13.38). Sedang pada kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB),
dan kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP), serta kombinasi vaietas,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) masing-masing berbeda tidak nyata
Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V), berbeda tidak
nyata terhadap penambahan jumlah anakan, tetapi rataan tertinggi jumlah anakan
terdapat pada varietas Cibogo V3 (37,88) yang diikuti oleh varietas Mekongga V2
(37,72), dan padi Hibrida V1 (37,60). Pada persiapan tanah (P), rataan tertinggi
diperoleh pada P2 (38.05), tetapi rataan terendah pada P1 (37.41). Dari perlakuan
jumlah bibit (B), rataan tertinggi jumlah anakan diperoleh pada B1 (38.44) berbeda
nyata terhadap jumlah anakan pada B2 (37.58), dan B3 (37.18), sedangkan rataan
7.40
(P2)
7.20 (P2)
Ju m lah A n akan
7.00 (P1)
(P1)
6.80 (P1)
(P2)
6.60
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
6.40
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
6.20
Hibrida Mekongga Cibogo
Varietas
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Gambar 4 menunjukkan respon jumlah anakan terhadap kambinasi varietas
dan persiapan tanah (VxP). Pada varietas Cibogo (V3) menunjukkan jumlah anakan
teringgi terdapat pada perlakuan TOT dan yang terendah pada OTS. Pada varietas
Mekongga (V2) menunjukkan jumlah anakan teringgi pada perlakuan TOT dan yang
38.20 (P2)
38.00
Ju m lah A n akan
37.80
37.60 (P1)
37.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah
jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan TOT (38,05) dan yang terendah pada
perlakuan OTS (36,81), Hal ini dikarenakan pada tanah yang diolah sempurna telah
terjadi degradasi lahan dan pencucian unsur hara dan memiliki pori-pori yang longgar
hal demikian tidak sesuai dengan kondisi tanah yang diinginkan oleh perkembangan
tanaman.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
39.00
Jumlah Anakan
38.00
= 38.994-0.6306x
r = 0.9593
37.00
0 1 2 3
Jum lah Bibit
umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa garis persamaan membentuk
garis linier negatif, hal ini menggambarkan semakin banyak jumlah bibit maka
jumlah anakan semakin menurun. Penurunan jumlah anakan ini diakibatkan adanya
persaingan dalam mendaptkan unsur hara serta terbatasnya ruang gerak pertumbuhan.
12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat
pada Lampiran 5 dan 6. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa bobot
kering tanaman pada perlakuan varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap
pertambahan bobot kering tanaman pada umur 3, dan 9 MST, tetapi berpengaruh
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
nyata terhadap bobot kering tanaman pada umur 6 dan 12 MST. Pada perlakuan
persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering
tanaman pada semua umur pengamatan. Pada perlakuan jumlah bibit (B) berpengaruh
tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering tanaman pada umur 6, MST, tetapi
berpengaruh nyata pada umur 3, 9, dan 12, MST. Sedangkan kombinasi perlakuan
dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot
kering tanaman pada umur 3, dan 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap
lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji
Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 3, disajikan data rataan bobot kering tanaman padi
sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 3. Rataan Bobot Kering Tanaman 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 3 MST --------------------------(g)---- - --------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 2.43 1.94 2.29 2.22
V2 (Mekongga) 2.31 2.45 2.17 2.31
V3 (Cibogo) 2.68 2.20 2.66 2.51
Persiapan Tanah (P)
P1 (Persiapan Tanah) 2.35 2.19 2.39 2.31
P2 (Tanpa Persiapan tanah) 2.59 2.20 2.35 2.38
Interaksi (V x P)
V1 P1 2.20 1.74 2.17 2.04
P2 2.65 2.13 2.40 2.39
V2 P1 2.23 2.66 2.27 2.39
P2 2.39 2.24 2.07 2.23
V3 P1 2.63 2.22 2.72 2.51
P2 2.74 2.22 2.59 2.52
Rataan 2.47a 2.20b 2.37a
Umur 6 MST --------------------------(g)---- - --------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 35.75cd 35.29cd 35.76cd 35.60b
V2 (Mekongga) 36.24abc 34.48d 37.24bcd 35.98b
V3 (Cibogo) 38.46ab 37.81ab 36.06bcd 37.44a
Persiapan Tanah (P)
P1 (Persiapan Tanah) 36.48 36.42 37.03 36.65
P2 (Tanpa Persiapan tanah) 37.15 35.30 35.68 36.04
Interaksi (V x P)
V1 P1 34.87 36.11 37.33 36.10
P2 36.63 34.48 34.20 35.10
V2 P1 35.55 33.88 37.19 35.54
P2 36.93 35.08 37.29 36.43
V3 P1 39.03 39.28 36.58 38.30
P2 37.88 36.35 35.54 36.59
Rataan 36.82 35.86 36.35
Umur 9 MST --------------------------(g)---- - --------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 161.67 153.11 157.61 157.46
V2 (Mekongga) 165.23 155.78 156.11 159.04
V3 (Cibogo) 161.58 157.62 155.53 158.24
Persiapan Tanah (P)
P1 (Persiapan Tanah) 163.28 156.55 156.00 158.61
P2 (Tanpa Persiapan tanah) 162.37 154.45 156.83 157.89
Interaksi (V x P)
V1 P1 162.15 154.46 160.41 159.01
P2 161.18 151.76 154.81 155.92
V2 P1 165.42 154.77 154.54 158.24
P2 165.04 156.79 157.69 159.84
V3 P1 162.26 160.42 153.07 158.58
P2 160.90 154.81 157.99 157.90
Rataan 162.83b 155.50b 156.42a
Umur 12 MST --------------------------(g)---- - --------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 371.37abc 361.89bcd 348.52d 360.59
V2 (Mekongga) 351.61d 360.47cd 374.65ab 362.24
V3 (Cibogo) 384.09a 353.69d 367.77bc 368.52
Persiapan Tanah (P)
P1 (Persiapan Tanah) 366.14 349.29 361.26 358.90
P2 (Tanpa Persiapan tanah) 371.91 368.08 366.03 368.67
Interaksi (V x P)
V1 P1 368.79 354.92 340.66 354.79
P2 373.95 368.86 356.38 366.40
V2 P1 345.10 349.93 377.44 357.49
P2 358.12 371.02 371.87 367.00
V3 P1 384.52 343.03 365.69 364.42
P2 383.66 364.35 369.84 372.62
Rataan 369.02a 358.68b 363.65ab
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada Tabel 3 umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan jumlah bibit
(B), rataan tertinggi bobot kering tanaman dijumpai pada perlakuan 1 bibit/lubang
tanam B1 (2.47) diikuti oleh 3 bibit/lubang tanam B3 (2.37) dan 5 bibit/lubang tanam
B2 (2.20).
Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V, rataan tertinggi
bobot kering tanaman diperoleh pada varietas Cibogo V3 (37.44) berbeda nyata
terhadap bobot kering tanaman pada padi Hibrida V1 (35.60), varietas Mekongga V2
(35.98), sedangkan rataan yang terendah terdapat pada padi Hibrida V1 (16.35). tetapi
kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering tanama
diperoleh pada kombinasi V3B1 (38.46) berbeda nyata terhadap bobot kering
tanaman pada V1B1, V1B2, V2B2, V1B3, tetapi berbeda tidak nyata dengan kombinasi
V2B1, V3B2, V2B3, V3B3, rataan terendah bobot kering tanaman diperoleh pada
berbeda tidak nyata terhadap bobot kering tanaman pada semua pengamatan.
Pada umur 9 MST dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) rataan tertinggi
varietas terdapat pada perlakuan Hibrida V1 (159.04), sedang perlakuan jumlah bibit
(B), rataan tertinggi bobot kering tanaman diperoleh pada B1 (162.83) berbeda nyata
terendah pada B2 (155.50). Pada persiapan tanah rataan tertinggi terdapat pada
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sedang pada perlakuan kombinasi (VxPxB) rataan tertinggi terdapat pada perlakuan
V2P1B1 (165,42), dan rataan terendah terdapat pada perlakuan V2P2B2 (158,61).
Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan
tertinggi bobot kering tanaman terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (368.52) diikuti
dengan jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering tanaman diperoleh pada
kombinasi V3B1 (384.09) berbeda nyata dengan V2B1, V1B2, V2B2, V3B2, V3B2, V3B3.
Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (369.02) berbeda
nyata pada B2 (358.68), berbeda tidak nyata pada B3 (363.65), sedangkan rataan
38.00
Bobot Kering Tanaman
37.50
37.00
36.50
Hibrida
36.00
Mekongga
35.50 Cibogo
35.00
34.50
Hibrida Mekongga Cibogo
Varietas
beberapa varietas padi sawah pada pengolahan tanah yang berbeda umur 3 MST.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering dari ketiga varietas yang
tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Mekongga dan Hibrida. Hal
tersebut menunjukkan bahwa varietas Cibogo memiliki bobot kering tanaman yang
tertinggi, dimana hal ini sejalan dengan jumlah anakan dan tinggi tanaman yang
370.00
368.00
Bobot Kering Tanam an
366.00
364.00
358.00
0 1 2 3
Jumlah Bibit
Gambar 8. Bobot Kering Tanaman Pada Perlakuan Jumlah Bibit Umur 12 MST
umur 3 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering tanaman
membentuk garis linier negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit
jumlah bibit perlubang tanaman, maka bobot kering tanaman semakin tinggi
demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam maka bobot
kering tanaman semakin rendah pada. Hal ini disebabkan jumlah anakan dan tinggi
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Bobot Kering Akar
setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada
Lampiran 7 dan 8. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering
akar pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan
pertambahan bobot kering akar pada umur 3, 6, dan 9, MST, tetapi berpengaruh nyata
pada umur 12 MST. Pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh tidak nyata pada
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot kering akar tanaman pada umur
6, 9, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3, MST. Sedang kombinasi
perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap
pertambahan bobot kering akar pada umur 9 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap
lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji
Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 4, disajikan data rataan bobot kering akar pada
setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta kombinasinya, berikut notasi hasil uji
bedanya.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4. Rataan Bobot Kering Akar 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 3 MST --------------------------- g ---- ------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.74ab 0.35c 0.72abc 0.607
V2 (Mekongga) 0.80a 0.67abcd 0.37cd 0.615
V3 (Cibogo) 0.42bcd 0.46bcd 0.48abcd 0.450
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.67 0.56 0.55 0.591
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.64 0.43 0.50 0.524
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.91 0.41 0.94 0.753a
P2 0.58 0.29 0.51 0.460b
V2 P1 0.60 0.75 0.37 0.570ab
P2 1.00 0.59 0.38 0.659ab
V3 P1 0.49 0.52 0.34 0.449b
P2 0.35 0.40 0.61 0.451b
Rataan 0.65 0.49 0.52
Umur 6 MST --------------------------- g ---- ------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 13.52a 11.87b 11.86b 12.40
V2 (Mekongga) 11.77b 11.85b 12.58ab 12.06
V3 (Cibogo) 12.75ab 12.11b 12.36ab 12.41
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 12.84 11.81 12.31 12.32
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 12.52 12.07 12.21 12.27
Interaksi (V x P)
V1 P1 13.77 11.54 11.77 12.36
P2 13.27 12.19 11.95 12.47
V2 P1 11.59 12.02 13.26 12.29
P2 11.96 11.67 11.90 11.84
V3 P1 13.16 11.87 11.92 12.32
P2 12.34 12.35 12.80 12.50
Rataan 12.68a 11.94b 12.26a
Umur 9 MST --------------------------- g ---- ------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 24.31 21.85 25.87 24.01
V2 (Mekongga) 25.31 22.16 26.41 24.62
V3 (Cibogo) 24.79 25.59 25.45 25.28
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 24.32 24.08 25.30 24.57
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 25.29 22.32 26.51 24.71
Interaksi (V x P)
V1 P1 24.20 22.68 25.03 23.97
P2 24.41 21.02 26.71 24.05
V2 P1 25.96 21.75 25.84 24.52
P2 24.66 22.57 26.97 24.73
V3 P1 22.79 27.80 25.04 25.21
P2 26.79 23.38 25.86 25.35
Rataan 24.80a 23.20b 25.91a
Umur 12 MST --------------------------- g ---- ------------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 46.52a 42.18c 47.23a 45.31
V2 (Mekongga) 45.67ab 43.51bc 47.40a 45.53
V3 (Cibogo) 44.83ab 46.28a 46.02ab 45.71
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 44.50 43.94 46.45 44.97b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 46.85 44.04 47.32 46.07a
Interaksi (V x P)
V1 P1 46.26 41.76 46.75 44.93
P2 46.79 42.60 47.71 45.70
V2 P1 45.53 43.31 46.15 45.00
P2 45.81 43.72 48.65 46.06
V3 P1 41.72 46.76 46.44 44.97
P2 47.94 45.80 45.60 46.45
Rataan 45.67 43.99 46.88
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5%
menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umur 3 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas (V) rataan
tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Mekongga V2 (0,615), diikuti
Hibrida V1 (0,607). Cibogo V3 (0,450), dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit
(VxB) rataan tertinggi bobot kering akar tinggi diperoleh pada kombinasi V2B1
(0.80), berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada V1B2, V2B3, V3B1, V3B2,
tetapi berbeda tidak nyata pada V1B1, V2B2, V1B3, V3B3, sedangkan rataan terendah
terdapat pada V1B2 (0.451). Pada kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan
persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P1 (0.753),
berbeda nyata terhadap bobot kering akar tanaman pada V1P2, V3P1, V3P2, berbeda
tidak nyata dengan V2 P1, V2 P2. sedangkan rataan terendah pada V3 P1 (0.449).
Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan
tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (12,40), diikuti
bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering akar diperoleh pada kombinasi V1B1
(13.52) berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada V1B1, V1B2, V2B2, V3B2, V1B3,
berbeda tidak nyata dengan V3B1, V2B3, V3B3, rataan terendah bobot kering akar
diperoleh pada kombinasi V2B1 (11.77). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan
tertinggi diperoleh pada B1 (12.68) berbeda nyata dengan B2 (11.94), berbeda tidak
Pada umur 9 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan
tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (24,01), diikuti
Mekongga V2 (24,62), Hibrida V1 (24,01), sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
tertinggi diperoleh pada B3 (25.91) berbeda nyata dengan B2 (23.20), berbeda
tidak nyata terhadap bobot kering akar pada B2 (23.20), tetapi rataan terendah
pada B2 (23.20).
Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas (V) rataan
tertinggi bobot kering akar terdapat pada perlakuan Cibogo V3 (45,71), diikuti
jumlah bibit (VxB), rataan tertinggi bobot kering akar diperoleh pada kombinasi
V2B3 (47.40) berbeda nyata dengan V2B2, tetapi berbeda tidak nyata pada V1B1, V2B1,
V3B1, V3B2, V1B3, V2B3, V3B3, sedang rataan terendah bobot kering akar diperoleh
pada kombinasi V1B2 (42.18). Dari perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi
13.00
Bobot Kering Akar
12.00
11.50
0 1 2 3
Jumlah Bibit
Gambar 9. Bobot Kering Akar Pada Perlakuan Jumlah Bibit Umur 6 MST
Gambar 9 menunjukkan bobot kering akar terhadap jumlah bibit pada umur 6
MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering tanaman membentuk
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
garis linier negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah bibit
perlubang tanaman maka bobot kering tanaman semakin tinggi demikian pula
sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang tanam maka bobot kering tanaman
semakin rendah pada. Hal ini disebabkan jumlah anakan yang tertinggi terdapat pada
perlakuan satu bibit/lubang tanam (B1) dan tinggi tanaman tertinggi juga terdapat
pada perlakuan satu bibit/lubang tanam (B1), sehingga bobot kering yang tertinggi
terdapat pada perlakuan jumlah bibit yang sama yaitu 1 bibit/lubang tanam (B1).
47.00
B obot K ering A kar
(P2)
46.00
(P1)
45.00
44.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Olah Tanah
Gambar 10. Bobot Kering Akar Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST
(P1) dan tanpa olah tanah (P1) pada persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda
umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot kering akar tanaman
terhadap persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda menunjukkan (P2) lebih
tinggi bila di bandingkan dengan (P1). Hal ini menunjukkan bahwa (P2) memberikan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Luas Daun Per Rumpun
Data pengamatan luas daun perumpun tanaman padi sawah pada pengamatan
3, 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat
dilihat pada Lampiran 9 dan10. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa
tinggi tanaman pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata terhadap
pertambahan luas daun perumpun pada umur 9 dan 12 MST, tetapi berpengaruh
nyata terhadap pertambahan pada umur 3 dan 6 MST. Pada persiapan tanah (P)
terhadap luas daun perumpun pada umur 3, 9, dan 12 MST. Pada perlakuan jumlah
Bibit (B) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan luas daun perumpun pada
umur 6, dan 9, MST, berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada umur 3 dan 12,
MST. berpengaruh nyata pada umur 3, MST. Sedang kombinasi perlakuan dengan
persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan luas daun
jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun perumpun pada
umur 6, dan 12 MST, berpengaruh nyata pada umur 3 dan 9 MST. Pada perlakuan
kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata
terhadap pertambahan luas daun perumpun pada umur 12 MST, berpengaruh nyata
varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata terhadap
pertambahan luas daun perumpun pada umur 3, 9, dan 12 MST, berpengaruh nyata
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji
lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji
Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 5, disajikan data rataan luas daun perumpun
tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 5. Rataan Luas Daun Perumpun 3, 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
2
Umur 3 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 25.75bcd 27.48abc 28.52ab 27.25a
V2 (Mekongga) 26.87abcd 25.50bcd 29.18a 27.18a
V3 (Cibogo) 24.90cd 21.24e 24.79de 23.64b
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 22.05d 21.59d 26.74c 23.40a
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 29.63ab 27.89bc 28.24ab 28.59b
Interaksi (V x P)
V1 P1 21.47 24.91 27.58 24.65
P2 30.03 30.04 29.45 29.84
V2 P1 23.10 20.67 27.46 23.74
P2 30.63 30.33 30.90 30.62
V3 P1 21.56 19.19 25.19 21.98
P2 28.24 23.28 24.38 25.30
Rataan 25.84b 24.74b 27.49a
2
Umur 6 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 108.74 107.70 112.62 109.69b
V2 (Mekongga) 110.65 106.86 108.87 108.79b
V3 (Cibogo) 114.74 114.43 114.00 114.39a
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 106.63c 106.87c 110.69b 108.06
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 116.13a 112.46b 112.97c 113.85
Interaksi (V x P)
V1 P1 105.38fg 101.14g 109.49ef 105.34
P2 112.10bcde 114.26abcde 115.74abc 114.03
V2 P1 104.08fg 103.89g 108.81ef 105.59
P2 117.21ab 109.84de 108.94ef 111.99
V3 P1 110.41cde 115.58abcd 113.76abcde 113.25
P2 119.07a 113.29abcde 114.25abcde 115.54
Rataan 111.38 109.67 111.83
Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 494.93bc 553.17a 512.34abc 520.15
V2 (Mekongga) 490.27bc 531.70ab 488.04bc 503.34
V3 (Cibogo) 496.41abc 458.73bc 514.02abc 489.72
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 443.36c 496.57b 491.48b 477.14b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 544.38a 532.50ab 518.12ab 531.66a
Interaksi (V x P)
V1 P1 459.59 551.55 508.48 506.54
P2 530.27 554.80 516.21 533.76
V2 P1 426.79 471.34 464.35 454.16
P2 553.76 592.06 511.73 552.52
V3 P1 443.72 466.82 466.82 470.72
P2 549.10 450.64 526.42 508.72
Rataan 493.87 514.53 504.80
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - cm2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 649.48 671.45 669.95 663.63
V2 (Mekongga) 616.78 664.10 630.88 637.25
V3 (Cibogo) 638.79 674.48 679.22 664.17
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 593.28 647.16 646.71 629.05b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 676.75 692.86 673.33 680.98a
Interaksi (V x P)
V1 P1 595.11 639.75 663.18 632.68
P2 703.85 703.16 676.73 694.58
V2 P1 588.32 652.38 625.13 621.94
P2 645.24 675.81 636.64 652.56
V3 P1 596.42 649.34 651.82 632.52
P2 681.17 699.62 706.63 695.81
Rataan 635.02b 670.01a 660.02a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5%
menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umur 3 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas V, rataan
tertinggi diperoleh pada V1 (27.25) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada
V3 (23.64), berbeda tidak nyata dengan V2 (27.18), sedangkan rataan yang terendah
terdapat pada V3 (23.64). Dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit (VxB), rataan
tertinggi luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi V2 B3 (29.18) berbeda nyata
terhadap luas daun perumpun pada V1B1, berbeda tidak nyata dengan V3B1, V2B2,
V3B2, V3B3, rataan terendah luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi V3B2
(21.24). Sedang perlakuan kombinasi PxB, rataan tertinggi luas daun perumpun
diperoleh pada kombinasi P2B1 (29.63) berbeda nyata terhadap terhadap luas daun
perumpun pada P1B1, P1B2, dan berbeda nyata dengan P2B2, P3B2, sedangkan rataan
terendah terdapat pada P2B2 (21.59). Dari perlakuan olah persiapan tanah P, rataan
tertinggi diperoleh pada P2 (28.59) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada
P1 (23.46), sedangkan rataan terendah pada P1 (23.46). Dari perlakuan jumlah bibit B,
rataan tertinggi diperoleh pada B3 (24.74) berbeda nyata terhadap luas daun
(24.74).
Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan varietas V, rataan
tertinggi diperoleh pada V3 (114.39) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun
(108.79). Pada kombinasi (PxB), rataan tertinggi luas daun perumpun tanaman
diperoleh pada kombinasi P2B1 (116.13) berbeda nyata terhadap luas daun
perumpun pada P1B1, P1B2, dan berbeda nyata dengan P1B3, P2B2, P2B3, sedangkan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
rataan terendah terdapat pada P1B1 (106.63). Sedang kombinasi perlakuan varietas,
persiapan persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada
kombinasi V3P2B1 (119.07) berbeda nyata terhadap luas daun perumpun pada
kombinasi V1P1B1, V2P1B1, V1P1B2, V2P1B2, berbeda nyata dengan pada kombinasi
V1P2B1, V3P1B1, V2P2B2, V1P1B3, V2P1B3, V2P2B3, berbeda tidak nyata dengan V2P2B1,
Pada umur 9 MST dapat dilihat bahwa dari kombinasi VxB, rataan tertinggi
luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi V1B2 (553.17) berbeda nyata terhadap
luas daun perumpun pada V1B1, V2B1, V3B2, V2B3, berbeda tidak nyata pada V3B1,
V2B2, V1B3, V3B3, rataan terendah luas daun tanaman diperoleh pada kombinasi
tanaman diperoleh pada kombinasi P2 B1 (544.38) berbeda nyata terhadap luas daun
perumpun pada P1B1, P1B2, P1B3, dan berbeda tidak nyata dengan P2B2, P2B3,
sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B1 (443.36). Dari persiapan tanah P,
Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari perlakuan persiapan tanah (P),
sedangkan rataan terendah pada P1 (629.05). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan
pada B1 (635.02).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
116.00
112.00
110.00
108.00
106.00
104.00
Hibrida Mekongga Cibogo
Varietas
Gambar 11. Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST
beberapa varietas padi sawah pada pengolahan tanah yang berbeda umur 6 MST.
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas daun perumpun dari ketiga varietas
yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Mekongga dan Hibrida.
125.00
Luas Daun Perumpun
120.00
115.00
110.00
105.00
100.00
95.00
90.00
P2 2
B3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
V 3 2B
V 3 2B
V 3 1B
V 3 1B
V 1 1B
V 1 2B
V 1 2B
V 1 1B
V 1 1B
V 2 2B
V 2 1B
V 2 1B
V 2 1B
V 2 2B
V 2 2B
V 3 2B
V 3 1B
P
V1
Kombinasi
Gambar 12. Luas Daun Perumpun Pada Perlakuan Varietas Umur 6 MST
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Gambar 12 menunjukkan luas daun perumpun terhadap kombinasi perlakuan
varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) umur 6 MST. Dari gambar
tersebut dapat dilihat bahwa luas daun perumpun terhadap varietas persiapan tanah
dan jumlah bibit (VxPxB), dari kombinasi perlakuan luas daun tertinggi terdapat pada
kombunasi ((P3P2B1).
700.00
(P2)
Luas Daun P erum pun
680.00
660.00
640.00 (P1)
620.00
600.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Olah Tanah
Gambar 13. Luas Daun Per rumpun Pada Persiapan tanah Umur 12 MST
Sempurna (P1) dan Tanpa Persiapan tanah (P1) pada Persiapan Tanah dan jumlah
bibit yang berbeda umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas
daun perumpun terhadap persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda
menunjukkan (P2) lebih tinggi bila di bandingkan dengan (P2). Hal ini menunjukkan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Jumlah Anakan Produktif
pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam
dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat
bahwa jumlah anakan produktif pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak
nyata pada umur 12 MST, sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit
(VxB) berbeda tidak nyata. Tetapi pada perlakuan kombinasi persiapan tanah dan
jumlah bibit (PxB) berbeda nyata. Tetapi pada kombinasi perlakuan varietas,
lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji
Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 6, disajikan data rataan anakan produktif tanaman
padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta Kombinasinya Berikut
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 6. Rataan Anakan Produktif 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - batang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 24.6 23.0 22.7 23.4
V2 (Mekongga) 25.7 22.8 23.5 24.0
V3 (Cibogo) 25.0 23.7 22.5 23.7
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 24.5b 22.9c 22.7c 23.4
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 25.6a 23.4c 22.9c 24.0
Interaksi (V x P)
V1 P1 24.1c 22.3fgh 22.0gh 22.8
P2 25.0abc 23.5def 23.3defg 24.0
V2 P1 25.6ab 22.8defgh 24.4bc 24.3
P2 25.7ab 22.7defgh 22.4efgh 23.7
V3 P1 23.8cd 23.7cde 21.8h 23.1
P2 26.0a 23.6cde 23.1defg 24.3
Rataan 25.1a 23.1b 22.8b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa dari kombinasi perlakuan persiapan
tanah dengan jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi jumlah anakan produktif diperoleh
pada kombinasi P2B1 (25.6) berbeda nyata terhadap jumlah anakan produktif pada
P1B1, P1B2, P2B2, P1B3, P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B3 (22.78),
tetapi perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi diperoleh pada P2 (23.97) berbeda
nyata terhadap jumlah anakan produktif tanaman pada P1 (23.78), sedangkan rataan
diperoleh pada kombinasi V3P2B1 (26.07) berbeda nyata terhadap jumlah anakan
produktif tanaman pada kombinasi V1P1B1, V2P2B1, V1P1B2, V1P2B2, V2P1B2, V2P2B2,
V3P1B2, V3P2B2, V1P1B3, V1P2B3, V2P1B3, V2P2B3, V3P1B3, V3P2B3, berbeda tidak nyata
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
dengan pada kombinasi V1P2B1, V2P1B1, V2P2B2, V1P1B3, V2P1B3, V2P2B3, berbeda
tidak nyata dengan V1P2B1, V2P1B1, V2P2B1, rataan terendah luas daun tanaman
diperoleh pada kombinasi V1P1B2 (21.80). Dari perlakuan jumlah bibit B, rataan
26.00
P2
25.50
25.00
P1
24.50
Ju m lah A n akan
24.00
Pro d u ktif
P2
23.50 P2
23.00 P1
P1
22.50
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
22.00
21.50
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
21.00
1 3 5
Jumlah Bibit
Gambar 14. Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah Dan Jumlah Bibit
Umur 12 MST
pada perlakuan TOT (P2) dibanding dengan jumlah anakan produktif pada persiapan
tanah sempurna OTS (P1) umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
jumlah anakan produktif tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan (P2B1) (Tabel
6). Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman dan perkembangan akar yang terbaik
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
23.9
Jumlah Anakan
Produktif
23.6
23.3
23.0
P1 P2
Persiapan Tanah
Gambar 15. Jumlah Anakan Produktif Pada Persiapan Tanah Umur 12 MST
27.0
26.0
Jumlah Anakan
25.0
Produktif
24.0
23.0
22.0
21.0
20.0
19.0
B3
P2 2
P 3
P 1
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 3
P 1
P 2
P 1
P 2
V3 2B
V3 2B
V3 1B
V3 2B
V3 1B
V3 1B
V2 1B
V2 2B
V2 2B
V2 2B
V2 1B
V2 1B
V1 1B
V1 2B
V1 2B
V1 1B
V1 1B
P
V1
Kombinasi perlakuan
Tanah dan jumlah bibit umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
anakan produktif tertinggi (26,07) terdapat pada perlakuan varietas Cibogo yang
ditanam pada tanpa olah tanah (TOT) dengan perlakuan jumlah bibit 1 bibit/lubang
Data pengamatan jumlah gabah per malai tanaman padi sawah pada
pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam
dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat
bahwa jumlah gabah per malai pada perlakuan varietas (V) berpengaruh tidak nyata
pada umur 12 MST, sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB)
berbeda tidak nyata. Tetapi pada persiapan tanah (P) berbeda tidak nyata. Pada
pengamatan jumlah bibit (B) berbeda nyata. Tetapi pada perlakuan kombinasi
persiapan tanah dan jumlah bibit (PxB) berbeda tidak nyata. Sedang kombinasi
perlakuan varietas dengan jumlah bibit (VxB) berbeda tidak nyata. Tetapi pada
kombinasi perlakuan varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) Berbeda
tidak nyata. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah per
malai pada ketiga varietas (V) berbeda tidak nyata. tetapi pada perlakuan persiapan
tanah (P) dan perlakuan jumlah bibit (B), serta kombinasi persiapan tanah, dan
jumlah bibit (PxB) menunjukkan berbeda nyata, jumlah gabah tertinggi (199,33)
terdapat pada kombinasi perlakuan varietas Cibogo yang ditanam pada tanah yang
tidak diolah (TOT) dengan perlakuan jumlah bibit satu bibit/lubang tanam (V3P2B1),
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji
lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji
Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 7, disajikan data rataan jumlah gabah per malai
tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta
Tabel 7. Rataan Jumlah Gabah Per Malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, Serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - butir - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 192.17 173.83 167.00 177.67
V2 (Mekongga) 190.00 167.67 160.17 172.61
V3 (Cibogo) 180.33 169.33 165.67 171.78
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 173.33bc 164.00c 162.22c 166.52b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 201.67a 176.56b 166.33bc 181.52a
Interaksi (V x P)
V1 P1 179.33 166.33 166.00 170.56
P2 205.00 181.33 168.00 184.78
V2 P1 179.33 161.33 152.67 164.44
P2 200.67 174.00 167.67 180.78
V3 P1 161.33 164.33 168.00 164.56
P2 199.33 174.33 163.33 179.00
Rataan 187.50a 170.28b 164.28b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Tabel 7 ditampilkan bahwa rataan tertinggi jumlah gabah per malai (205,00
butir) diperoleh pada kombinasi V1P2B1 (201.67) berbeda nyata terhadap jumlah
gabah Per malai pada P1B1, P1B2, P2B2, P1B3, P2B3, sedangkan rataan terendah
terdapat pada P1B3 (162.22). Dari perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
diperoleh pada P2 (181.52) berbeda nyata terhadap jumlah gabah per malai pada P1
(166.52), sedangkan rataan terendah pada V2P1B3 (152,67 butir)). Dari perlakuan
jumlah bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B1 (187.50) berbeda nyata terhadap
jumlah gabah Per malai pada B2 (170.28), B3 (164.28), sedangkan rataan terendah
pada B3 (164.28).
250
J um la h Ga ba h Pe rm a la i
P2
200 P1 P2
P1 P1 P2
150
100
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
50
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
0
1 3 5
Jumlah Bibit
Gambar 17. Jumlah Gabah Per malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST
perlakuan TOT (P2) dan OTS (P1) pada Persiapan Tanah dan jumlah bibit yang
berbeda umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah
pertumbuhan tanaman dan perkembangan akar yang terbaik pada perlakuan TOT
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
185.00
180.00
Jumlah Gabah Permalai
175.00
170.00
165.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
160.00
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
155.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah
Gambar 18. Jumlah Gabah Per Malai Terhadap Varietas Dan Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST
250.00
P2
200.00
P1 P2
Gabah Berisi
P2
P1 P1
150.00
100.00
Gambar 19. Jumlah Gabah Per malai Terhadap Jumlah Bibit Dan Persiapan Tanah
Pada Umur 12 MST
Gambar 19 menunjukkan jumlah gabah Per malai terhadap jumlah bibit pada
pengolahan tanah pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
jumlah gabah Per malai pada perlakuan persiapan tanah serta jumlah bibit tertinggi
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
pada perlakuan TOT dengan satu bibit/lubang tanam. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perlakuan TOT lebih baik terhadap perlakuan persiapan tanah sempurna OTS,
artinya semakin sedikit bibit perlubang tanaman maka jumlah gabah per malai
semakin tinggi, demikian pula sebaliknya semakin banyak jumlah bibit perlubang
Data pengamatan jumlah gabah hampa per malai tanaman padi sawah pada
pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam
dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat
bahwa tinggi tanaman pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata. Pada
persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata. Sedang
kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh nyata
terhadap pertambahan.
lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji
Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 8, disajikan data rataan jumlah gabah hampa Per
malai tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 8. Rataan Gabah Hampa Per Malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - butir - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 7.83 10.83 11.83 10.17
V2 (Mekongga) 7.50 10.67 12.33 10.17
V3 (Cibogo) 8.50 13.00 12.83 11.44
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 9.67 13.56 13.89 12.37a
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 6.22 9.44 10.78 8.81b
Interaksi (V x P)
V1 P1 8.67 13.67 13.67 12.00
P2 7.00 8.00 10.00 8.33
V2 P1 10.33 13.00 14.33 12.56
P2 4.67 8.33 10.33 7.78
V3 P1 10.00 14.00 13.67 12.56
P2 7.00 12.00 12.00 10.33
Rataan 7.94b 11.50a 12.33a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Pada umur 12 MST dapat dilihat dari perlakuan persiapan tanah P, rataan
tertinggi diperoleh pada P1 (12.37) berbeda nyata terhadap jumlah gabah hampa per
malai pada P2 (8.81), sedangkan rataan terendah pada P2 (8.81). Dari perlakuan
jumlah bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B3 (12.33) berbeda nyata terhadap
jumlah gabah hampa per malai pada B1 (7.94), berbeda tidak nyata dengan B1
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
J u m l a h G a b a h P e rm a l a i 185.00 P2
180.00
175.00
P1
170.00
165.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna)
160.00
P2 = (Tanpa Olah Tanah)
155.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah
Gambar 20. Jumlah Gabah Hampa Per Malai Tanaman Terhadap Pengolahan
Tanah Pada Umur 12 MST
Gambar 20 menunjukkan jumlah gabah hampa per malai terhadap olah tanah
Sempurna (P1) dan Tanpa olah tanah (P2) pada persiapan tanah dan jumlah bibit yang
berbeda umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah
hampa per malai terhadap persiapan tanah dan jumlah bibit yang berbeda
menunjukkan (P1) lebih tinggi bila di bandingkan dengan (P2). Hal ini menunjukkan
bahwa perlakuan OTS (P1) memberikan gabah hampa per malai yang lebih tinggi,
dan sebaliknya perlakuan TOT (P2) memberikan gabah hampa per malai yang lebih
rendah.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
14.00
12.00
G ab ah H am p a Per m alai
10.00
= 2.1944x + 6.2037
8.00
r = 0.8863
6.00
4.00
2.00
0.00
0 1 2 3
Jumlah Bibit
Gambar 21. Jumlah Gabah Hampa Per Malai Tanaman Terhadap Jumlah Bibit
Pada Umur 12 MST
bibit umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah hampa
per malai membentuk linier positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sedikit
bibit perlubang tanaman maka jumlah gabah hampa per malai semakin rendah.
Data pengamatan jumlah gabah berisi per malai tanaman padi sawah pada
pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam
dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat
bahwa tinggi tanaman pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak nyata. Pada
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata. Sedang kombinasi perlakuan
dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata. Pada perlakuan kombinasi
persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh nyata. Sedang kombinasi
perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata.
lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji
Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 9, disajikan data rataan Jumlah gabah berisi Per
malai tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta
Tabel 9. Rataan Gabah Berisi Per malai 12 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan
Tanah Jumlah Bibit, Serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - butir - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 184.33 163.00 155.17 167.50
V2 (Mekongga) 182.50 157.00 147.83 162.44
V3 (Cibogo) 171.83 156.33 152.83 160.33
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 163.67bc 150.44d 148.33d 154.15b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 195.44a 167.11b 155.56cd 172.70a
Interaksi (V x P)
V1 P1 170.67 152.67 152.33 158.56
P2 198.00 173.33 158.00 176.44
V2 P1 169.00 148.33 138.33 151.89
P2 196.00 165.67 157.33 173.00
V3 P1 151.33 150.33 154.33 152.00
P2 192.33 162.33 151.33 168.67
Rataan 179.56a 158.78b 151.94b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umur 12 MST dapat dilihat dari kombinasi persiapan tanah dengan
jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi jumlah gabah per malai tanaman diperoleh pada
kombinasi P2B1 (195.44) berbeda nyata terhadap jumlah gabah berisi per malai
pada P1B1, P1B2, P2B2, P1B3, P2B3, Dari perlakuan persiapan tanah P, rataan tertinggi
diperoleh pada P2 (172.70) berbeda nyata terhadap jumlah gabah berisi per malai
pada P1 (154.15), sedangkan rataan terendah pada P1 (154.15). Dari perlakuan jumlah
bibit B, rataan tertinggi diperoleh pada B1 (179.56) berbeda nyata terhadap jumlah
250.00
P2
200.00
P1 P2
Gabah Berisi
P2
P1 P1
150.00
100.00
Gambar 22. Jumlah Gabah Berisi Per malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan
Tanah dan Jumlah Bibit pada Umur 12 MST
pada perlakuan jumlah 1 bibit/lubang tanam dengan kombinasi tanpa olah tanah. Hal
ini disebabkan tanaman padi memiliki pertumbuhan yang lebih baik bila ditanam
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
P2
175.00
170.00
Jumlah Gabah Berisi 165.00
160.00
P1
155.00
150.00
145.00
140.00
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Persiapan Tanah
Gambar 23. Jumlah Gabah Berisi Per Malai Terhadap Jumlah Bibit, Persiapan
Tanah dan Jumlah Bibit pada Umur 12 MST
Gambar 23 menunjukkan jumlah gabah berisi per malai terhadap (P1) dan
(P2) pada persiapan tanah umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
jumlah gabah berisi per malai tertinggi terdapat pada perlakuan (P2).
190.00
Jumlah gabah Berisi
160.00
= 191.04 - 13.806x
130.00 r = 0.9216
100.00
0 1 2 3
Jum lah Bibit
Gambar 24. Jumlah Gabah Berisi Per Malai Terhadap Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST
Gambar 24 Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah berisi per
malai terhadap jumlah bibit yang berbeda membentuk linier negatif. Hal tersebut
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
menunjukkan bahwa semakin banyak bibit perlubang tanaman maka jumlah gabah
berisi Per malai semakin rendah, demikian pula sebaliknya semakin sedikit jumlah
bibit perlubang tanam maka jumlah gabah per malai semakin tinggi.
Data pengamatan bobot gabah kering per plot tanaman padi sawah pada
pengamatan 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam
dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat
bahwa bobot gabah kering per plot pada perlakuan Varietas (V) berpengaruh tidak
nyata . Pada persiapan tanah (P) bobot gabah kering per plot berpengaruh nyata.
Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) bobot gabah
kering per plot berpengaruh tidak nyata. Sedang kombinasi perlakuan varietas
dengan jumlah bibit (VxB) bobot gabah kering per plot berpengaruh tidak nyata,
tetapi Perlakuan jumlah bibit (B) bobot gabah kering per plot berpengaruh nyata.
Pada perlakuan kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit (PxB) berpengaruh
tidak nyata. Pada kombinasi perlakuan, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB)
lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji
Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 10, disajikan data rataan bobot gabah kering per
plot tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 10. Rataan Bobot Gabah Kering Per Plot 12 MST Pada Perlakuan Varietas,
Persiapan Tanah Jumlah Bibit, serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
Umur 12 MST ----------- ----- g ---- -------------
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 139.25 118.27 113.05 123.53
V2 (Mekongga) 141.70 110.57 108.38 120.21
V3 (Cibogo) 132.78 116.43 111.40 120.21
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 119.73b 106.06d 106.69cd 110.83b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 156.09a 124.12b 115.20c 131.80a
Interaksi (V x P)
V1 P1 122.22 106.24 106.52 111.66
P2 156.28 130.31 119.59 135.39
V2 P1 130.51 104.04 105.58 113.37
P2 152.89 117.10 111.17 127.05
V3 P1 106.46 107.92 114.85 107.45
P2 159.10 124.95 114.85 132.97
Rataan 137.91a 115.09b 110.94b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan,
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan
Pada umur 12 MST dapat dilihat dari kombinasi persiapan tanah dengan
jumlah bibit (PxB), rataan tertinggi bobot gabah kering per plot diperoleh pada
kombinasi P2B1 (156.09) berbeda nyata dengan kombinasi P1B1, P1B2, P2B2, P1B3,
P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B2 (106.06). Dari perlakuan
persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh pada P2 (131.80) berbeda nyata
terhadap bobot gabah kering per plot pada P1 (110.83), sedangkan rataan terendah
pada P1 (110.83). Dari perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1
(137.91) berbeda nyata terhadap bobot gabah kering per plot pada B2 (115.09), B3
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
P2
160.00
Jumalah G abah Kering Perplot
150.00
140.00
130.00 P2
P1
120.00 P2
Gambar 25. Bobot Gabah Kering Per Plot Terhadap Persiapan Tanah Pada
Umur 12 MST
Gambar 25 dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot gabah kering per
plot terhadap varietas dan persiapan tanah serta jumlah bibit yang berbeda
membentuk linier negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak bibit
perlubang tanaman maka jumlah bobot gabah kering per plot semakin rendah.
150.00
Bobot Gabah Kering Perplot
140.00
110.00
100.00
0 1 2 3
Jumlah Bibit
Gambar 26. Bobot Gabah Kering Per Plot Terhadap Dan Jumlah Bibit Pada
Umur 12 MST
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Gambar 26 menunjukkan bobot gabah kering Per malai terhadap jumlah bibit
pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah gabah berisi
Per malai terhadap varietas dan persiapan tanah serta jumlah bibit yang berbeda
membentuk linier negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah bibit
perlubang tanaman, maka jumlah gabah berisi Per malai semakin rendah, demikian
pula sebaliknya semakin sedikit jumlah bibit perlubang tanam maka jumlah gabah Per
Data pengamatan LAB (Laju Asimilasi Bersih) tanaman padi sawah pada
pengamatan 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik
ragam dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat
dilihat bahwa laju tumbuh relatif tanaman pada perlakuan varietas (V) berpengaruh
tidak nyata pada umur 9 dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap
pertambahan pada umur 6 MST. Pada persiapan tanah (P) berpengaruh tidak nyata
pada umur 6, 9, dan 12 MST. Sedang pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh
tidak nyata pada umur 6, 9, dan 12 MST. Pada kombinasi perlakuan dengan
persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata pada umur 9, dan 12 MST, tetapi
berpengaruh nyata pada umur 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan dengan jumlah
bibit (VxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 9 MST, tetapi berbeda nyata pada
umur 6 dan 12 MST. Pada perlakuan kombinasi persiapan tanah dengan jumlah
bibit (PxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, dan 9 MST, tetapi berpengaruh
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
nyata terhadap pada umur 12 MST, sedang kombinasi perlakuan persiapan tanah dan
jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 9, dan 12 MST, tetapi
Pada uji lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti
prosedur Uji Jarak Ganda Duncan. Dapat dilihat pada Tabel 11,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 11. Rataan LAB (Laju Asimilasi Bersih) 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan
Varietas, Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
-2 -1
Umur 6 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.m .h ) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 2.01abc 2.10ab 1.91bcd 2.00a
V2 (Mekongga) 1.90bcd 1.92cd 2.18a 2.00a
V3 (Cibogo) 1.82cd 1.80cd 1.71d 1.78b
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 1.98 1.98 1.98 1.98
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 1.85 1.91 1.89 1.88
Interaksi (V x P)
V1 P1 2.04ef 2.37a 2.09abc 2.17d
P2 1.98bcdef 1.84cdef 1.72ef 1.85bcd
V2 P1 1.98bcdef 1.82cdef 2.09abcd 1.96bc
P2 1.82cdef 2.01bcdef 2.27ab 2.04ab
V3 P1 1.91cdef 1.73ef 1.75def 1.80bcd
P2 1.74ef 1.86cdf 1.69f 1.76d
Rataan 1.91 1.94 1.93
Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.m-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.58 0.49 0.49 0.52
V2 (Mekongga) 0.60 0.43 0.54 0.52
V3 (Cibogo) 0.49 0.50 0.49 0.49
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.60 0.48 0.51 0.53
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.51 0.47 0.50 0.49
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.63 0.47 0.45 0.52
P2 0.53 0.51 0.53 0.52
V2 P1 0.62 0.48 0.57 0.56
P2 0.57 0.38 0.50 0.48
V3 P1 0.53 0.50 0.51 0.52
P2 0.44 0.50 0.47 0.47
Rataan 0.55 0.47 0.50
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.m-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.038ab 0.039a 0.036bc 0.038
V2 (Mekongga) 0.035c 0.039a 0.040a 0.038
V3 (Cibogo) 0.039a 0.037abc 0.039a 0.039
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.037bc 0.037c 0.038ab 0.037
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.038ab 0.040a 0.038ab 0.039
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.038 0.038 0.035 0.037
P2 0.039 0.041 0.038 0.039
V2 P1 0.034 0.038 0.040 0.037
P2 0.036 0.040 0.039 0.038
V3 P1 0.039 0.035 0.040 0.038
P2 0.039 0.039 0.039 0.039
Rataan 0.038 0.038 0.038
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji
5% menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umur 6 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit
berbeda nyata pada kombinasi V2B1, V3B1, V2B2, V3B2, V1B3, V3B1, berbeda tidak
nyata dengan V1B1, V1B2, rataan terendah LAB tanaman diperoleh pada kombinasi
V3B3 (1.71). Dari perlakuan varietas V, rataan tertinggi diperoleh pada V3 (114.39)
berbeda nyata pada perlakuan V3 (1.78), berbeda tidak nyata dengan V2 (2.00),
sedangkan rataan yang terendah terdapat pada V3 (1.78). Dari perlakuan kombinasi
varietas, persiapan tanah dan jumlah bibit (VxPxB) rataan tertinggi diperoleh pada
kombinasi V2P1B2 (2.37) berbeda nyata pada kombinasi V1P1B1, V1P2B1, V2P1B1,
V2P2B1, V3P1B1, V3P2B1, V1P2B2, V2P1B2, V2P2B2, V3P1B2, V3P2B2, V1P2B3, V3P1B3,
V3P2B3, berbeda tidak nyata dengan V1P1B3, V2P1B3, V2P2B3, sedang rataan terendah
LAB terdapat pada kombinasi V3P2B3 (1.68). Pada kombinasi perlakuan varietas
dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P1
(2.17), berbeda nyata terhadap pada kombinasi V1P2, V2P1, V3P1, V3P2, berbeda
Pada umur 9 MST dapat dilihat dari perlakuan varietas (V) serta
persiapan tanah (P) berbeda tidak nyata. Pada perlakuan jumlah bibit (B)
Pada umur 12 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan (VxB),
nyata terhadap LAB pada V2B1, V3B1, berbeda tidak nyata dengan V1B1, V3B2, V2B3,
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
V3B2, V1B3, V2B3, V3B3, rataan terendah LAB tanaman diperoleh pada kombinasi
V2B1 (0.035). Dari kombinasi PxB, rataan tertinggi LAB diperoleh pada kombinasi
P2 B3 (156.09) berbeda nyata pada kombinasi P1B1, P1B2, berbeda tidak nyata dengan
kombinasi P2B1, P1B3, P2B3, sedangkan rataan terendah terdapat pada P1B2 (0.037).
0.0388
0.0386
0.0384
0.0382
LAB
0.0380
0.0378
0.0376
0.0374
Hibrida Mekongga Cibogo
Varietas
Gambar 27. LAB (Laju Asimilasi Bersih) Tanaman Pada Varietas (Hibrida,
Mekongga dan Cibogo) Umur 12 MST
padi sawah pada umur 12 MST. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa LAB dari
ketiga varietas yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Hibrida
dan Mekongga. Hal tersebut menunjukkan bahwa varietas Cibogo memiliki luas daun
perumpun yang tertinggi, dimana hal ini sejalan dengan jumlah anakan yang
terbanyak terdapat pada varietas Cibogo dan tinggi tanaman yang tertinggi juga
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
0.0390
0.0385
0.0380
P1
LAB
P2
0.0375
0.0370
0.0365
P1 P2
Persiapan Tanah
tanah Sempurna (P1) dan Tanpa Persiapan tanah (P1) pada umur 12 MST. Dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa LAB (Laju Asimilasi Bersih) terhadap persiapan
tanah dan jumlah bibit yang berbeda menunjukkan (P1) lebih rendah bila di
bandingkan dengan (P2). Hal ini menunjukkan bahwa (P1) memberikan LAB (Laju
Asimilasi Bersih) yang lebih rendah, dan sebaliknya (P2) memberikan LAB (Laju
pengamatan 6, 9, 12 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik
ragam dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat
dilihat bahwa laju tumbuh relatif tanaman pada perlakuan varietas (V) berpengaruh
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
tidak nyata pada umur 6, 9, dan 12 MST. Pada persiapan tanah (P) berpengaruh
tidak nyata pada umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan pada
umur 9, dan 12 MST. Pada perlakuan jumlah Bibit (B) berpengaruh tidak nyata pada
umur 6, dan 12 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 9 MST. Pada kombinasi
perlakuan dengan persiapan tanah (VxP) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, 9,
dan 12 MST. Sedang kombinasi perlakuan dengan jumlah bibit (VxB) berpengaruh
nyata terhadap pertambahan pada umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur
9, dan 12 MST. Pada perlakuan kombinasi persiapan tanah dengan jumlah bibit
(PxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, dan 9 MST, berpengaruh nyata terhadap
tanah dan jumlah bibit (VxPxB) berpengaruh tidak nyata pada umur 6, dan 12 MST,
lanjut terhadap beda rata-rata perlakuan dan interaksinya, mengikuti prosedur Uji
Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 12, disajikan data rataan LTR (LajuTumbuh
Relatif) tanaman padi sawah pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 12. Rataan LTR (Laju Tumbuh Relatif) 6, 9, Dan 12 MST Pada Perlakuan
Varietas, Persiapan Tanah, Jumlah Bibit, serta Interaksinya
Jumlah Bibit
Perlakuan Rataan
B1 (1 bibit) B2 (3 bibit) B3 (5 bibit)
-2 -1
Umur 3 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.tan .h ) - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.141abcd 0.150a 0.142cd 0.144
V2 (Mekongga) 0.141abcd 0.138bcd 0.146d 0.142
V3 (Cibogo) 0.138cd 0.145abcd 0.145d 0.140
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.143 0.146 0.142 0.143
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.138 0.143 0.141 0.140
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.146 0.157 0.146 0.150
P2 0.137 0.143 0.138 0.139
V2 P1 0.143 0.134 0.144 0.140
P2 0.140 0.142 0.148 0.143
V3 P1 0.139 0.146 0.135 0.140
P2 0.136 0.144 0.137 0.139
Rataan 0.140 0.144 0.141
Umur 9 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.tan-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.065ab 0.064bcde 0.064abcd 0.064
V2 (Mekongga) 0.066a 0.065abc 0.062e 0.064
V3 (Cibogo) 0.063cde 0.063cde 0.063de 0.063
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.064 0.064 0.062 0.063b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.065 0.064 0.064 0.064a
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.064bcd 0.064bcd 0.062d 0.063
P2 0.066abc 0.064bcd 0.067a 0.066
V2 P1 0.067ab 0.065bcd 0.062d 0.064
P2 0.065abcd 0.065abcd 0.062d 0.064
V3 P1 0.062d 0.063d 0.063d 0.062
P2 0.065abcd 0.063d 0.063abc 0.063
Rataan 0.065a 0.064a 0.063b
Umur 12 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g.tan-2.h-1) - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Varitas (V)
V1 (Hibrida) 0.038ab 0.039a 0.036c 0.038
V2 (Mekongga) 0.035c 0.039ab 0.040a 0.038
V3 (Cibogo) 0.039c 0.037bc 0.039ab 0.039
Persiapan Tanah (P)
P1 (OTS) Olah Tanah Sempurna 0.037b 0.037b 0.038b 0.037b
P2 (TOT) Tanpa Olah Tanah 0.038b 0.040a 0.038ab 0.039a
Interaksi (V x P)
V1 P1 0.038 0.038 0.035 0.037ab
P2 0.039 0.041 0.038 0.039a
V2 P1 0.034 0.038 0.040 0.037c
P2 0.036 0.040 0.039 0.038c
V3 P1 0.039 0.035 0.040 0.038ab
P2 0.039 0.039 0.039 0.039a
Rataan 0.037 0.038 0.038
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5%
menurut Uji Jarak Duncan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umur 6 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit
berbeda nyata pada kombinasi V3B1, V2B2, V1B3, V2B3, V3B3, tetapi berbeda tidak
Pada umur 9 MST dapat dilihat dari kombinasi varietas dengan jumlah bibit
(VxB), rataan tertinggi LTR tanaman diperoleh pada kombinasi V2B1 (0.066)
berbeda nyata pada kombinasi V1B2, V3B1, V3B2, V2B3, V3B3, tetapi berbeda tidak
nyata dengan V2B2, V1B3, rataan terendah LTR diperoleh pada kombinasi V2B3
tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P2B3 (0.067) berbeda nyata terhadap LTR
pada kombinasi V1P1B1, V2P2B1, V1P1B2, V1P2B2, V2P1B2, V3P1B2, V3P2B2, V1P1B3,
V2P1B3, V2P2B3, V3P1B3, tetapi berbeda tidak nyata dengan V1P2B1, V2P1B1, V2P2B1,
V3P2B1, V2P2B2, V3P2B3, rataan terendah LTR tanaman pada kombinasi V3P2B1
(0.062). Dari perlakuan persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh pada P2
(0.064) berbeda nyata dengan P1 (0.063), sedangkan rataan terendah pada P1 (0.063).
Sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1 (0.065)
berbeda nyata dengan B3 (0.063), tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan B2
Pada umur 12 MST dapat dilihat bahwa kombinasi varietas dengan jumlah
bibit (VxB), rataan tertinggi LTR tanaman diperoleh pada kombinasi V2B3 (0.040)
berbeda nyata pada kombinasi V2B1, V1B3, V3B1, V3B2, berbeda tidak nyata dengan
V1B1, V1B2, V3B3, rataan terendah LTR diperoleh pada kombinasi V2B1 (0.035).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dari kombinasi PxB, rataan tertinggi LTR diperoleh pada kombinasi P2 B2 (0.040)
berbeda nyata terhadap LTR pada kombinasi P1B1, P1B2, P1B2, P1B3, berbeda tidak
nyata dengan P2B3. Dari perlakuan persiapan tanah (P), rataan tertinggi diperoleh
pada P2 (0.039) berbeda nyata pada P1 (0.037), sedangkan rataan terendah pada P1
(0.037). Dari kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi
diperoleh pada kombinasi V3P2 (0.039), berbeda nyata pada kombinasi V2P1, V2P2,
berbeda tidak nyata dengan V1P1, V1P2, V3P1, V3P2, sedangkan rataan terendah pada
V2P1 (0.037). Sedang perlakuan jumlah bibit (B), rataan tertinggi diperoleh pada B1
(0.065) berbeda nyata dengan B3 (0.063), tetapi berbeda tidak nyata pada
0.0399
P2
LTR
0.0378 P1
0.0357
P1 = (Olah Tanah Sempurna) P2 = (Tanpa Olah Tanah)
Olah Tanah
tanah Sempurna (P1) dan Tanpa Persiapan tanah (P1) pada umur 12 MST. Dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa LTR (LajuTumbuh Relatif) terhadap persiapan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
tanah menunjukkan (P2) lebih tinggi bila di bandingkan dengan (P2). Hal ini
menunjukkan bahwa (P2) memberikan LTR (Laju Tumbuh Relatif) yang lebih
tinggi, dan sebaliknya (P1) memberikan LTR (LajuTumbuh Relatif) yang lebih
rendah. LTR tidak terlepas dari banyaknya jumlah anakan dan luas daun. Tanaman
sinar matahari, energi yang dihasilkan dari hasil potosintesisi ini dipakai oleh
0.0399
LTR
0.0378
0.0357
Hibrida Mekongga Cibogo
varietas
Gambar 30 dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa LTR dari ketiga varietas
yang tertinggi terdapat pada varietas Cibogo V3, diikuti oleh Hibrida dan Mekongga.
Hal tersebut menunjukkan bahwa varietas Cibogo LTR perumpun yang tertinggi,
dimana hal ini sejalan dengan jumlah anakan yang terbanyak terdapat pada varietas
Cibogo dan tinggi tanaman yang tertinggi juga terdapat pada varietas Cibogo.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
PEMBAHASAN
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pengunaan tanaman unggul
pengolahan tanah secara sempurna guna menghindari pencucian unsur hara, bahan
mineral dan bahan organik penting bagi tanaman (www.syngenta). Serta hemat dalam
pemakaian bibit, satu bibit/lubang tanam, bila memakai umur bibit relatif muda
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa perlakuan (TOT) tanpa olah tanah
(P2) berbeda nyata dengan perlakuan (OTS) olah tanah sempurna (P1) Pada
pengamatan jumlah anakan, bobot kering akar, luas daun perumpun, jumlah gabah
permalai, jumlah gabah hampa permalai, gabah berisi permalai, bobot gabah kering
per plot, dan LTR, dapat dilihat pada (tabel 1 s/d 12).
tanah sawah tanpa olah tanah (TOT) memberikan hasil yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tanah diolah secara sempurna (OTS), dimana TOT ini dapat
diterapkan 4 kali musim tanam secara kontinyu setelah itu baru dilakukan olah tanah
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Untuk pengamatan tinggi tanaman dari ketiga varietas yang tertinggi terdapat
pada varietas Cibogo (90.14 cm), kemudian diikuti oleh Mekongga (90,07 cm) dan
Hibrida (89,53cm) dapat dilihat pada (tabel 1). Tinggi tanaman ini sangat ditentukan
oleh faktor genetik, bila dilihat dari deskripsi tinggi tanaman Cibogo (81-120) lebih
tinggi bila dibandingkan dengan varietas Mekongga (91-106), padi Hibrida (84-118)
Dari hasil analisis bila dikorelasi antara parameter tinggi tanaman dengan
jumlah anakan ada korelasinya semakin banyak jumlah anakan maka tinggi tanaman
semakin tinggi, dapat dilihat pada lampiran 25 Matrik korelasi. Hal ini ada tendensi
persaingan untuk mendapatkan sinar matahari sehingga semakin banyak anakan maka
pemanjagan batang sehingga ruas ruas tanaman padi memanjang ke atas atau ke
anakan sehingga terbentuk rumpun. Jumlah anakan dipengaruhi oleh banyak faktor
salah satunya adalah sifat fisik tanah. Jumlah anakan dapat dilihat pada (Tabel 2)
pada perlakuan persiapan tanah jumlah anakan tertinggi terdapat pada P2 (38,05)
berbeda nyata dengan P1 (37,41). Dari hasil penelitian ini, anakan tertinggi terdapat
pada varietas Cibogo V3 (37.88) yang diikuti oleh Mekongga V2 (37.72) Hibrida V1
(37.72).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Varietas Cibogo dan Mekongga memiliki beberapa keunggulan seperti bentuk
tanaman tegak, tinggi tanaman antara 81 – 120, anakan produktif 12 –19 batang
(Sinambella, 2004).
anakan tertinggi terdapat pada kombinasi V3P2 (38,42), yaitu varietas Cibogo pada
perlakuan tanpa olah tanah memberikan jumlah anakan tertingi. Menurut BPTP
Jawa Tengah (2008) varietas Cibogo dan Mekongga memiliki tetua yang sama
berasal dari varietas IR64, dimana varietas IR64 telah lama dibudidayakan di
Indonesia sehingga adaptasinya lebih baik bila dibandingkan dengan padi hibrida
Akar tanaman berfungsi mengambil unsur hara dari dalam tanah, semakin
banyak akar maka kemampuannya untuk menyerap unsur hara semakin tinggi
(Wikipedia, 2008). Akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik apabila
kondisi tanah stabil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bobot
kering akar tertinggi (46.07 g) terdapat pada perlakuan (P2) TOT, dapat dilihat pada
(Tabel 4).
Dari hasil analisis bila dikorelasi antara parameter tinggi tanaman dengan
jumlah anakan dan anakan produktif ada korelasinya semakin banyak jumlah anakan
maka secara otomatis jumlah akar terbentuk semakin banyak. Akar tanaman padi
munculdan tumbuh dari pangkal buku setiap anakan. Semakin banyak akar maka
kemampuan tanaman untuk menyerap air dan unsur hara semakin tingggi, secara
otomatis laju pembelahan sel meningkat sehingga tinggi tanamn akan bertambah.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsifnya adalah tindakan pembalikan,
pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Strukur tanah yang semula padat
Meskipun tanah yang diolah lebih disenangi oleh akar tanaman, tapi
pengolahan tanah dapat memberikan efek samping yaitu dapat merugikan tanaman
dalam jangka panjang. Menurut Utomo (1997) tanah yang diolah secara intensif akan
mengalami erosi serta pencucian unsur hara, pelapukan bahan organik semakin cepat,
baik pada musim kemarau atau musim hujan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
dilakukan pengolahan tanah secara konservasi yaitu menerapkan tanpa olah tanah
(TOT). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa jumlah anakan lebih banyak
terbentuk pada perlakuan tanpa olah tanah dibandingkan dengan perlakuan olah
tanah sempurna.
Tanaman merupakan suatu keutuhan yang terdiri dari akar, batang, daun dan
malai produksi (buah). Apabila salah satu bagian tanaman terganggu maka bagian
tanaman lain juga akan terganggu. Jumlah akar sangat tergantung kepada jumlah
anakan, semakin banyak anakan, secara otomatis akar semakin banyak, karena akar
tanaman padi tumbuh dari pangkal batang paling bawah dari setiap anakan
(Soemartono, 2007).
Dari penelitian ini dapat dilihat adanya korelasi antara jumlah anakan dengan
bobot kering akar semakin banyak anakan terbentuk maka bobot kering akar semakin
tinggi, hal ini dapat dilihat pada (Tabel 2 dan Tabel 4). Dari tabel tersebut dapat
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
dilihat jumlah anakan dan bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa
olah tanah (P2) berbeda nyata dengan perlakuan olah tanah sempurna (P1).
Lebih tegas lagi Utomo (1995) menyatakan pengolahan tanah secara intensif
pada musim kering akan menimbulkan degradasi lahan yang semakin cepat terutama
pada daerah trofik basah seperti Indonesia dengan curah hujan yang tinggi
mengakibatkan penghanyutan unsur hara dan bahan organik dan suhu yang terik
sepanjang tahun pada bulan-bulan kering mengakibatkan penguapan air tanah serta
Menurut Atika (1997) dan Utomo, dkk (1997) keunggulan TOT adalah
mampu mempertahankan arease tanah dan menjaga unsur hara tidak tercuci sehingga
Menurut Yunus (2004) di dalam tanah akar tanaman tumbuh dan memanjang
pada ruangan diantara padatan tanah. Ruang ini dikenal dengan pori tanah.
Pergerakan air dan hara yang dibutuhkan oleh tanaman juga terjadi lewat ruang pori
ini.
Hal ini senada dengan pendapat Cannel dkk, (1981) menyatakan bahwa akar
tanaman dapat tumbuh dengan bebas 100 m. Jika diameter pori tanah lebih besar
dari diameter akar maka akar akan mengalami pembesaran akar sehingga mencapai
besar lubang pori tanah tersebut, begitu juga sebaliknya jika pori tanah lebih kecil
maka akar tanaman memerlukan energi yang lebih besar untuk menembus pori tanah
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Itulah sebabnya tanpa pengolahan tanah (TOT) memberikan pertumbuhan
tanaman yang lebih baik, tanah yang terlau sering diolah dapat mengakibat rusaknya
struktur tanah, pori-pori tanah tidak stabil sehingga akar tanaman tidak kokoh
mencengram sehingga tanaman mudah rebah dan terjadinya pemadatan tanah akibat
Dalam penelitian ini dapat dilihat bobot kering akar lebih tinggi pada tanah
yang tidak diolah hal ini dapat di lihat pada tabel (Tabel 4). Akar tanaman berfungsi
Padi Hibrida merupakan hasil persilangan dari dua atau satu induk yang
bersifat heterosis yang menyebabkan tanaman F1 umumnya lebih vigor, tumbuh lebih
cepat, anakan lebih banyak dan produksi lebih tinggi dari tetuanya (Irsal, 2003).
Sedangkan padi varietas unggul merupakan hasil persarian antara dua spesies yang
memiliki sifat-sifat unggul dimana produksinya masih berada dibawah padi Hibrida,
tapi bila padi unggul tersebut dirawat dengan benar produksinya bisa menyamai
Dalam penelitian ini dapat dilihat pada (Tabel 10) bahwa bobot gabah kering
ketiga varietas tersebut berbeda tidak nyata meskipun bobot kering gabah tertinggi
terdapat pada padi Hibrida V1 (123,53 g) yang diikuti oleh varietas Mekongga V2
(120,21 g) dan Cibogo V3 (120,21 g). Pada (tabel 7) terlihat bahwa jumlah gabah
permalai tidak berbeda nyata, tetapi jumalah gabah tertinggi terdapat pada padi
(171,78 g).
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (VxP) pada
(Tabel 7) menunjukkan berbeda nyata, terhadap jumlah gabah per malai terdapat pada
Varietas Hibrida memiliki potensi hasil dari pada varietas padi inbrida yang
budidayanya. Menurut hasil penelitian (Suwarno, et al, 2002) tinggi tanaman pada
padi Hibrida 105,17 cm, jumlah gabah permalai 154 butir, produksi 7,6 ton/ha,
Dalam penelitian ini jumlah gabah malai tertinggi terdapat pada padi Hibrida
177.67 butir berbeda tidak nyata dengan varietas Mekongga (172.61) dan varietas
Cibogo (171.78). Begitu juga dengan bobot gabah kering per plot tertinggi pada padi
Hibrida (123.53), berbeda tidak nyata dengan varietas Mekongga (120.21) dan
Cibogo (120.21).
inhibrid bila mendapat perlakuan budidaya yang tepat menunjukkan hasil yang
berbeda untuk tinggi tanaman dapat dilihat pada (Tabel 1), pada pengamatan bobot
kering tanaman dapat dilihat pada (Tabel 3), pada pengamatan luas daun dapat dilihat
pada (Tabel 5), pada pengamatan LAB dapat dilihat pada (Tabel 11),
Adanya perbedaan dari ketiga varietas tersebut yaitu pada tinggi tanaman,
bobot kering tanaman, luas daun dan pada LAB, hal ini dikarenakan adanya faktor
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada dasarnya produksi padi Hibrida jauh lebih tinggi bila dibandingkan
dengan varietas unggul lokal, kenyataaan hasil yang diperoleh dari penelian ini
produksi Hibrida lebih tinggi tetapi tidak berbeda nyata, hal ini dikarenakan padi
Hibrida ini memiliki sifat resesif yang unggul dari induknya (Akmal, kk. 2003).
Sedang pada padi varietas unggul Mekongga dan Cibogo apabila mendapatkan
perawatan yang tepat dan baik akan menghasilkan produksi yang maksimal.
Untuk parameter luas daun tertinggi (680,98) terdapat pada perlakuan tanpa
olah tanah (P2) dapat dilihat pada (Tabel 5). Untuk anakan produktif yang tertinggi
(23,97) terdapat pada perlakuan tanpa olah tanah (P2), pada (Tabel 6) untuk gabah
berisi, pada (Tabel 9) untuk bobot gabah kering, pada (Tabel 10) untuk LAB, dapat
dilihat pada (Tabel 30), dan untuk LTR dapat dilihat pada (Tabel 31).
Tanah yang diolah secara intensif akan menurunkan jumlah dan produktifitas
bakteri di dalam tanah. Pada tanah yang tidak diolah proses fiksasi biologis nitrogen
(Biological Nitrogen Fixation – BNF). Bakteri dan mikrobia yang hidup bebas di
sekitar akar padi dapat menguraikan nitrogen yang diperlukan tanaman terutama pada
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas (Hibrida, Mekongga dan Cibogo)
Terhadap Jumlah Bibit
kabupaten Deli Serdang, Asahan, Simalungun dan Tapanuli selatan pada umumnya
batang perlubang tanam. Sehingga dalam pemakaian bibit di sumatera utara tergolong
Dari hasil penelitian Sembiring, dkk (2001) dari variabel tinggi tanaman dan
perumpun, antar varietas menunjukkan berbeda nyata hal ini berkaitan dengan
jumlah bibit saat tanam tidak berinteraksi dengan varietas pada perameter tinggi
tanaman diperoleh hasil tinggi tanaman rata-rata 104,8 cm, untuk parameter jumlah
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa ada pengaruh jumlah bibit terhadap
pertumbuhan dan produksi varietas padi sawah hal ini dapat dilihat pada (Tabel 1s/d
12). Sedang untuk pengamatan tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada pelakuan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Bibit padi ditanam satu bibit perlubang tanaman akan memiliki ruang gerak
untuk menyebar serta masuk lebih dalam ke dalam tanah sehingga tanaman dapat
persaingan dalam mengambil unsur hara dan penyerapan cahaya matahari untuk
menjadi lebih baik, yang pada akhirnya produktifitas tanaman padi akan meningkat.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat
pada perlakuan satu bibit/lubang tanam (38,44) berbeda nyata dengan perlakuan tiga
suatu metode penanaman padi yang mampu memberikan hasil panen yang jauh lebih
tinggi dengan pemakaian bibit dan input yang lebih sedikit satu bibit perlubang tanam
dari pada metode tradisional lebih dari lima bibit per lubang tanam. Bibit
ditranplantasi satu bibit perlubang tanaman akan memiliki ruang untuk menyebar dan
memperoleh ruang tumbuh, cahaya, atau nutrisi dalam tanah. Sistem perakaran
Penelitian ini juga sejalan dengan metode SRI (System Rice of Intensification)
yang menerapkan teknologi penaman satu bibit/lubang tanam dengan umur 7 hari
setelah semai memberikan jumlah anakan lebih banyak bila dibandingkan dengan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Semakin sedikit jumlah bibit/lubang tanam maka semakin banyak jumlah
anakan produktif yang terbentuk. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pada
maksimal dan leluasa dalam penyerapan unsur hara dan didukung oleh tinggi
tanaman yang tinggi sehingga penampang daun lebih leluasa menyerap sinar matahari
Dalam penelitian ini untuk parameter jumlah anakan tertinggi terdapat pada
perlakuan B1 (38,44), dapat dilihat pada (Tabel 2). Hal ini dikarenakan tanaman yang
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jonhamas. dkk (2001) yang
menyatakan bibit yang ditanam dengan jumlah yang sedikit akan memiliki
kemampuan yang lebih baik terhadap terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
Pada parameter berat kering tanaman dapat dilihat pada (Tabel 9 s/d 12),
untuk parameter luas daun dapat dilihat pada (Tabel 17 s/d 20), anakan produktif,
pada (Tabel 21), untuk jumlah gabah permalai dapat dilihat pada (Tabel 22), jumlah
gabah hampa permalai dapat dilihat pada (Tabel 23), untuk jumlah gabah berisi dapat
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
dilihat pada (Tabel 7), untuk bobot gabah kering perplot dapat dilihat pada (Tabel
10), untuk LAB dapat dilihat pada (Tabel 11), untuk LTR (laju tumbuh relatif) dapat
Lebih jauh Berkelaar (2001) mengatakan tanaman padi dalam model SRI
(satu bibit perlubang tanam) pada awalnya akan tampak kecil, kurus dan jarang di
sawah selama sebulan atau lebih setelah transplantasi. Dalam bulan pertama,
tanaman mulai menumbuhkan batang. Selama bulan ke-2 pertumbuhan batang mulai
terlihat nyata. Dalam bulan ke-3, petak sawah tampak “meledak” dengan
pertumbuhan batang yang sangat cepat. Untuk memahami hal ini, perlu dimengerti
Lebih jelas lagi Berkelaar (2001) mengatakan bahwa phyllochron bukan suatu
benda, tetapi periode waktu antara munculnya satu phytomer (satu set batang, daun,
dan akar yang muncul dari dasar tanaman) dan perkecambahan selanjutnya. Ukuran
phyllochrons ditentukan terutama oleh temperatur, tapi juga dipengaruhi oleh faktor
lainnya seperti panjang hari, kelembaban, kualitas tanah, kontak dengan air dan
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Phyllochrons
dan hanya sedikit yang mampu mencapai fase pembungaan. Yang perlu diingat :
hanya beberapa batang yang tumbuh dalam fase awal phyllochrons (dan tidak ada
sama sekali selama phillochrons kedua dan ketiga), namun setelah fase phillochrons
ketiga setiap batang akan menghasilkan batang baru dari pangkalnya (dengan
tenggang waktu satu phyllochrons sebelum proses malai) (lihat table 2). Dalam
periode vegetatif berikutnya, dalam kondisi yang ideal, pertambahan batang tanaman
menjadi berlipat (eksponensial) dan bukan aditif (sesuai dengan hukum Fibonacci
dalam ilmu Biologi). Dalam praktek budidaya lama, periode produksi batang
maksimum tercapai sebelum inisiasi malai, tapi dengan SRI keduanya bisa dicapai
bersamaan.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Interaksi Pengolahan Tanah dan Jumlah bibit Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Varietas (Hibrida, Mekongga dan Cibogo)
dari hampir semua pengamatan tidak berbeda kecuali pada jumlah anakan produktif
berbeda nyata terhadap para meter anakan produktif pada (Tabel 21).
Dalam penelitian Lubis (2004) interaksi yang sangat kuat terdapat pada
pengamatan tinggi tanaman dan bobot kering 1000 butir. Hal ini membuktikan bahwa
Dalam penelitian ini intraksi ketiga faktor memberikan tinggi tanaman pada
interaksi V1P2B1 (91,54 cm). Hal ini sejalan dengan penelitian Jonhamas, dkk (2003)
sangat nyata pada tinggi tanaman berkisar antara 93,6 – 123,8 cm.
pertumbuhan dan perkembanan vegetatif ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti faktor genetis dan faktor lingkungan atau interaksi beberapa faktor pendukung
lainnya. Dalam fase vegetatif ini tumbuhan mengalami tiga proses penting yaitu
sebahagian besar karboidrat yang terbentuk dari hasil asimilat dipakai untuk
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
pertumbuhan vegetatif ini, apabila pertumbuhan vegetatif ini sangat mempengaruhi
Dalam penelitian ini intraksi dari ketiga faktor memberikan anakan produktif
yang tertinggi dapat dilihat pada kombinasi perlakuan V3P2B1 (26,07). Seperti yang
telah dijelaskan di atas bahwa ada korelasi positif antara persiapan tanah dengan
perlakuan jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi.
Pengaruh perlakuan olah tanah (P2) yaitu (TOT) tanpa olah tanah terhadap
varietas padi sawah memacu perkembangan akar yang lebih baik. Hal ini sejalan
dengan pendapat Harjadi (1996) yang menyatakan bila kondisi tanah kering akar
tanaman akan mengalami stress air atau kekurangan air, tanaman akan merespon
dengan memperpanjang akar guna mencari air dan unsur hara jauh ke dalam tanah.
Dengan semakin banyak dan panjang akar maka kemampuan akar menyerap
air dan unsur hara akan lebih baik. Hal ini dapat dilihat dapat dilihat pada (Tabel 4)
yang menunjukkan bobot kering akar tertinggi terdapat pada P2 (46.07 g) hal ini
sejalan dengan hasil produksi gabah kering giling tertinggi juga terdapat pada ke tiga
rataan tertinggi LAB diperoleh pada kombinasi P2B3 (156.09) berbeda nyata pada
kombinasi P1B1, P1B2. Hal dapat dilihat dari uji matriks korelasi bahwa ada
hubungan antara persiapan tanah dengan jumlah bibit/lubang tanam terhadap berat
kering tanaman. Hal ini ada korelasinya semakin tinggi laju asimilasi bersih (LAB),
maka semakin banyak asimilat yang terbentuk hal ini ditunjukkan dengan berat
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
kering tanaman yang tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan (V3P2B1) yaitu
(383.66 g).
Menurut Salisbury (1995) bila tumbuhan atau bagian dari tumbuhan dicabut
dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70 – 80oC selama 1 atau 2 hari, maka
hampir seluruh air yang terdapat pada tumbuhan tersebut telah menguap, bahan yang
tertinggal disebut dengan bahan kering. Komponen utamanya adalah polisakarida dan
lignin yang berasal dari dinding sel, sedang protein, lipid, asam amino, asam organik
berasal dari sitoplasma. Kesemua ini adalah hasil dari hasil potosintesis yang
bersumber dari unsur hara yang diserap oleh akar yang diproses di daun dengan
bantuan sinar matahari yang dikenal dengan hasil fotosintat yang merupakan indikasi
Dari kombinasi varietas dengan persiapan tanah (VxP) rataan tertinggi LTR
diperoleh pada kombinasi V3P2 (0.039), Laju tumbuh relatif berkorelasi dengan
berat kering tanaman, dimana berat kering tanaman ini di pengaruhi oleh laju tumbuh
tanam.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis data statistik serta analisis matriks korelasi
dibandingkan dengan Hibrida, tetapi dari segi produksi Hibrida lebih tinggi
0,81%.
2. Bibit padi yang ditanam 1 bibit/lubang tanam memberikan hasil yang lebih
tanam.
3. Perlakuan Tanpa Olah Tanah memberikan hasil yang lebih tinggi 0,95%, bila
anakan produktif.
Saran
bibit unggul atau hibrida, dengan memadukan teknik tanpa olah tanah (OTS), serta
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2002. Respon Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas IR 64 Terhadap Cara
Pengolahan Tanah dan Dosis Pupuk Nitrogen.
Adrian, Y. 2006. Kajian Serapan Hara, Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Sawah
(Oryza Sativa L.) Pada Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik Dan
Anorganik Tesis S-2 Program Studi Agronomi Kelompok Bidang Ilmu – Ilmu
Pertanian Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Anom, 2001. Budidaya Tanaman Pangan Padi Tanpa Olah Tanah (Zero tillage)
Distan Pangan Prop. Irja. Diakses tanggal 26 September 2007.
Atika P, S., M. Utomo, dan Afandi, 1997. Pengaruh Berbagai Sistem Olah Tanah
Dan Perlakuan Pupuk N Terhadap Kemantapan Agregat Tanah Dan Produksi
Padi Gogo (Oryza sativa L.) Musim ke-13 di tanah Ultisol Hajimena, Bandar
Lampung.
Atman R, 2005. Mensiasati Langkanya Buruh Tani. BPTP Sumbar Sukaramai Solok.
[diakses tanggal 3 September 2007].
BPTP Jawa Tengah, 2008. “Jurnal” Penelitian Padi Verietas Mekongga di Pemulung
Jawa Tengah. [diakses tanggal 2 Agustus 2007].
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Cannel, R. Q. and M. B. Jackson, 1981. Aleviating Aeration Stress, In Arkin. G. F.
and H. M. Taylor (eds). Modifying The Root Environment To Reduce Crops
Stress. ASAE aaamonograph No. 4 ASAE, St. Joseph.
De Datta, S, K, 1981. Principles and Practices of Rice Production, John Wiley and
Sons. New York (USA).
Dexter, 1978. A. Stochastic Model for the Growth of Roots In Tilled Tilths. J.
Terramechhanics p.
Lubis E, 2004. Pengaruh Sistem Tanam dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oriza sativa L.) ”Thesis”.
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Hal 73.
Gomez, K.A, dan A.A. Gomez, 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Penerjemah : Sjamsuddin, E.J. S. Baharsjah, dan A.H. Nasution. UI Press.
Jakarta. 698 h.
Haryadi, 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Seri Teknologi Pertanian Penerbit UGM
Gajah mada University Press.
http://www.bappenas.go.id/.../PerpresRKP202007/Buku2/&view=Bab20182020Nara
si.doc).
http://www.uns.ac.id/~hamasains/BAB20VIIIdasgro.htm2008, diakses pada tanggal
[1 Juli 2008].
International Rice Research Institud, 2003. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi. Dalam
http://www.knowledgebank.irri.org/regionalSites/indonesia.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
IRRI, 1997. Rice Almanac, second edition IRRI, Los Banos, Philippines. 181p.
Irsal L, B. Abddullah, dan A. A. Darajat, 2003. Padi Tipe baru dan Hibrida
Mendukung Ketahanan Pangan.
Kyuma. K, 2004. Paddy Soil Science, Kyoto University Press Trans Pacific Press.
280pp.
Manurung. S, dan M, Ismunadji, 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi Dalam Budidaya
Padi Sawah Buku 1 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Masdar. K, K. Musliar, B. Rusman, N. Hakim, dan Helmi. 2001. Tingkat Hasil dan
Komponen Hasil Sistem Intensifikasi Padi (SRI) Tanpa Pupuk Organik di
Daerah Curah Hujan Tinggi.
Novia, C, Akmal, K. Romjali, dan H. Sembiring, 2005. Pengaruh Umur dan Jumlah
Bibit padi dan Pupuk Kandang terhadap produksi padi sawah di Deli Serdang
Sumatera Utara.
Nazira L, 2007. Tanggap Beberapa Varietas Padi Gogo Terhadap Tingkat dan
Interval Pemberian Air. “Thesis”. Sekolah Pascasarjana USU. Medan. Hal 35.
Rahman, A. S., W, Hermawan dan Hartono, 1994. Sistem Tanpa Olah Tanah dengan
Herbisida Glifosat. Prosiding Konfrensi HIGI XII. Hal. 217-221;.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Russel, 1977. Plant Root System. McGraw Hill Book Co. London.
Salisbury F. B., and C. W. Rose, 1995. Plant Physiology. Colorado State University.
Hal. 27.
Shao-hua, W, C., Wexcing, J., Dong, D.Tingho, and Z, Yan, 2002. Physiological
Characteristic and high-yiel Techniques With SRI Rice. Naanjing Agricultural
University. China.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Surdianto, Y., Hendi, S., Sadeli, S., dan Agus G., 2007. “Jurnal” Adaptasi Teknologi
Tanaman Padi Tanpa Olah Tanah(TOT) pada Lahan Sawah Irigasi. BPTP
Lembang. www.bptpjb.netura.net.id/html/tp_027.html. [diakses tanggal 26
September 2007].
Suryana A., 2002. Ketahanan Pangan : Mati-hidupnya Bangsa Kita Dikemudian Hari.
Makalah Seminar Nasional Forum WACANA Indonesia. Bogor.
Suyamto, Sarlan. A., Putu. W., Hasil. S., I. Nyoman, W. 2007. Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembagan
Pertanian Departemen Pertanian.
Taslim, H., S. Partohardjono dan Djuminah, 1986. Bercocok Tanam Padi Sawah.
Buku 2 Pusbitbangtan Bogor. H. 481-505;.
Utomo. M. 1995. ”Jurnal” Sitem Olah Tanah Konservasi (SOTK) dan Pertanian
Berkelanjutan.
Wikipedia, 2008. Fisiologi akar tanaman, Jenis akar tunggang, serabut dan
fungsinya. http://WWW.Wikipedia.com [diakses tanggal 31 Juli 2008].
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Wirajaswadi L, Awaludin H, Mashur. 2002. Pengelolaan Tanaman Terpadu Budidaya
Padi Sawah di Nusa tenggara Barat.
Zhu Defeng C, Z. Shibua, Yuping, and L. Xiaqing, 2002. Tillering Pattrens and The
Contribution of Tillers to Grain Yield With Hybrid Rice and Wide Spacing,
China National Rice Research Institute, Hangzhou.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 26. Denah Susunan lubang tanam pada plot Percobaan:
* * * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * * *
180 cm
* * * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * * *
390 cm
15 cm
* 30 cm * *
30 cm
* * *
. 15 cm
.
* * *
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 27. Deskripsi Varitas Padi Hibrida (Arize-Hibrindo R-1)
Sumber : Deskripsi Varitas Padi UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas
Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 28. Deskripsi Varitas Mekongga
Sumber : Deskripsi Varitas Padi UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas
Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004.
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 29. Deskripsi Varitas Cibogo
Iwan Hasrizart: Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah
Bibit Yang Berbeda, 2008.
USU e-Repository © 2008