Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MANDIRI DIAGNOSTIK PATOLOGI

(KOLERA UNGGAS/FOWL CHOLERA)

OLEH :

RAHMAN ZHARIF, S.KH.


2202501010...

LABORATORIUM PATOLOGI

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2022
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN MANDIRI DIAGNOSTIK PATOLOGI

LAPORAN KASUS NEKROPSI UNGGAS

“KOLERA UNGGAS/FOWL CHOLERA”

Dinyatakan Telah Menyelesaikan Tugas Akhir Mandiri Pada Laboratorium

Diagnostik Patologi Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Hewan Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala

19 juli 2022

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Nekropsi Penulis Laporan Akhir

Drh. Pembimbing., Rahman Zharif,S.KH.


NIP. 123... NPM.2202501010...
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim. Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala. Shalawat serta salam senantiasa kita

hantarkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan

ilmu pengetahuan. Suatu anugerah bagi penulis karena Allah Shubhanahu

Wata’ala telah memberikan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Mandiri Diagnostik Patologi yang berjudul “Kolera Unggas/Fowl kolera”

sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan Laboratorium Patologi.

Rasa hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada drh. Nazaruddin,

M.Si sebagai dosen pembimbing ,serta dosen dan staff Laborarium Diagnostik

Patologi Dr.drh. Etriwati, M.Si., Dr. drh. M. Nur Salim, M.Si., Prof. Dr. drh.

Ummu Balqis, M.Si., drh. Dwinna Aliza, M.Si., Dr. Siti Aisyah, M.Si., drh.

Awaluddin, dan drh. Denny Irmawati Hasan, M.Si yang telah memberi ide,

kritikan dan saran

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan balasan kebaikan yang

banyak kepada semua yang telibat dalam laporan ini. Penulis menyadari pada

laporan ini tentulah masih ada kekurangan, sehingga laporan ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk perbaikan laporan ini sangat

diharapkan. Semoga Laporan Mandiri Diagnostik Patologi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca. Amin ya rabbal’alamin.

Banda Aceh, 19 Juli 2022


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan
Manfaat

METODE PEMERIKSAAN

Sinyalmen Dan Anamnesa


Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pemeriksaan Histopatologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Riwayat Kasus
Patologi Anatomi
Histopatologi
Edukasi Profesional

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kolera unggas disebut juga/sinonim dengan Fowl cholera, Avian

pasteurellosis, Avian hemorrhagic septicemia, dan Avian cholera. Bakteri

Pasteurella multocida, disebut juga P.aviseptica, P.avicida atau P.cholera

gallinarum adalah penyebab kolera unggas. Bakteri ini bersifat aerob atau

fakultatif anaerob (Kementan, 2014).

Penyakit fowl cholera (disebut juga dengan avian cholera, avian

pasteureullosis! dan avian haemorragic septicemia) merupakan penyakit menular

yang umum dijumpai pada hewan domestifikasi dan sering terjadi dalam bentuk

septicemia perakut hingga akut atau bentuk kronis yang terlokalisasi (Polland, G.

dan Raftery, A., 2019).

Beberapa penyakit pada ayam mempunyai gejala klinis yang hampir sama.

Pendekatan melalui diagnosis patologis merupakan suatu tindakan yang umum

dilakukan dalam manajemen kesehatan hewan. Selain itu, dengan pemeriksaan

bedah bangkai yang ditunjang dengan informasi mengenai sejarah penyakit, sifat-

sifat agen penyebab, umur ayam, dan karakteristik epidemiologinya maka

diagnosis dapat lebih diarahkan ke suatu penyakit yang lebih spesifik. Lesi yang

menciri pada organ akibat penyakit tertentu membantu diagnosis yang tepat

(Wiedosari dan Wahyuwardani,2015)

1
Tujuan

Untuk mengetahui prosedur nekropsi pada unggas sebagai salah satu cara

dalammenegakkan diagnosa penyakit berdasar kan perubahan patologi anatomi

dan gambaran histopatologi organ yang dikoleksi (diambil dari kadaver hewan

yang di nekropsi.

Manfaat

Menjadi informasi ilmiah dasar kepada masyarakat tentang prosedur

nekropsi pada unggas sebagai salah satu cara dalam menegakkan dianosa penyakit

kolera unggas pada ayam berdasarkan perubahan patologi anatomi dan gambaran

histologi organ.

METODE PEMERIKSAAN

Sinyalmen Dan Anamnesa

Sinyalmen adalah identifikasi dari pasien atau hewan seperti jenis hewan,

ras/bangsa, umur, berat badan dan mana pemilik seta nama hewan. Sinyalmen

sangat penting untuk dikenali dan dicatat pada awal pemeriksaan fisik. Sedangkan

Anamnesa atau history atau sejarah kejadian terhadap hewan sampai terjadinya

kelainan tersebut pada hewan. Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya

jawab kepada pasien maupun dengan keluarga pasien.jika pada hewan tanya

jawab dengan sipemilik hewan.


Pemeriksaan Patologi Anatomi

Prosedur nekropsi pada kadaver dimulai dengan pegamatan keadaan fisik

atau keadaam umum luar ayam mulai dari status gizi, keadaan bulu, kulit,

ektoparasit, kepala (mata, konjungtiva, pial, paruh, dan lubang hidung), kloaka

dan kaki untuk melihat apakah terjadi anemis, hiperemi, hemoragi, ataupun

perubahan lainnya. Selanjutnya tubuh ayam dibasahi dengan cara dicelupkan ke

air mulai dari bagian leher ke bawah untuk menghindari bulu mengganggu bidang

pemeriksaan. Ayam diletakkan dengan posisi dorsal recumbence pada nampan

nekropsi, kulit dan fascia antara kaki dan abdomen dipotong kemudian kaki

dikuakkan hingga os femur dan ossa vertebralis terlepas. Selanjutnya dilakukan

penyayatan kulit pada ujung os sternum diteruskan hingga kulit pangkal paha,

kemudian dilakukan preparir kulit pada ujung os sternum hingga daerah leher,

kemudian diamati perubahan pada regio dada. Regio leher diamati (trachea,

esophagus, saraf, pembuluh darah, timus, dan tembolok). Setelah itu,

thoracoabdominal cavity dibuka dengan memotong atau menyayat tepi otot dada

di ventral sternum dilanjutkan dengan memotong cartilago intercostalis. Otot

dada kemudian dikuakkan (ditarik keatas) atau dipotong sehingga viscera terlihat.

Air sac diamati (kejernihan, warna, ada tidaknya eksudat). Perhatikan situs

viscerum dan letak organ-organ viscera apakah masih dalam keadaaan normal

atau tidak. Potong paruh bagian atas untuk melihat sinus dan rongga hidung.

Setelah itu, paruh dibagian samping dipotong lalu perlahan keluarkan esophagus,

tembolok, dan trakea setelah itu dibuka dan diamati (lumen dan isi).
Hati, limpa dan jantung dikeluarkan dan diamati (warna, tekstur, ukuran).

Saluran pencernaan dikeluarkan dengan memotong esophagus dan penggantung

usus kemudian diuraikan. Amati pancreas di loop duodenum (normal, atropi atau

hipertropi). Saluran pencernaan disayat mulai dari proventrikulus hingga kloaka

lalu diamati isi dan lumen dari setiap bagian. Saluran pernafasan dikeluarkan

bersama paru-paru lalu diamati lumen (eksudat atau parasit). Paru-paru diamati

(warna dan konsistensi) serta dilakukan uji apung. Amati ginjal (warna, tekstur,

dan ukuran), ureter dan saluran reproduksi. Amati bursa fabricius di dorsal kloaka

yaitu warna dan ukuran lalu sayat untuk melihat bagian lumen. Periksa plexus

brachialis di sayap dan nervus ischiadiscus di paha. Amati sendi terutama di

bagian middle of hock joint lalu sayat untuk melihat bagian dalam. Buka bagian

kepala untuk melihat perubahan yang terjadi di bagian otak. Semua perubahan

yang terjadi dicatat pada protokol seksi. Organ-organ yang mengalami

perubahan dilakukan fiksasi kedalam Formalin 10% guna mempertahankan

morfologi jaringan untuk kemudian dibuat preparat histologi.

Pemeriksaan Histopatologi

Proses pembuatan dan pemeriksaan preparat histopatologi dilakukan dengan

proses, yaitu pertama dilakukan fiksasi dengan formalin 10% untuk

mempertahankan bentuk dan integritas bentuk sel, kemudian dilakukan triming

untuk memperkecil agar masuk di tissue cassete. Lakukan dehidrasi dengan

larutan alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 96%, alkohol absolut I, alkohol

absolut II, Xylol. Lakukan infiltrasi dengan parafin cair selama 3 jam dalam oven.
Setelah itu lakukan embeding - blocking dengan parafin dan dilakukan cutting

dengan mikrotom. Lakukan staining dengan pewarnaan HE dengan proses seperti

perendaman selama 5 menit secara bergantian dengan larutan xylol I, xylol II

masing-masing selama 5 menit, alkohol absolut I, alkohol absolut II, alkohol 96%

I, alkohol 96% II, alkohol 90% I, alkohol 90% II masing-masing selama 3 menit.

Selanjutnya lakukan perendaman dengan air. Kemudian perendaman dengan HE

(Hematoxylin 5 menit, bilas dengan air, eosin 1 menit, bilas dengan air). Celupkan

secara bergantian dengan larutan alkohol 96% I, alkohol 96% II, alkohol absolut I,

alkohol absolut II, xylol I, xylol II. Teteskan entelan dan tutup dengan cover glass,

Setelah itu diperiksa dibawah mikroskop.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Riwayat Kasus

Pada kegiatan koasistensi gelombang 23 kelompok 3 mendapatkan berbagai

macam kasus yang terjadi pada unggas dan mamalia sebanyak 36 kasus. Selama

nekropsi kasus pada ayam berjumlah 32 ayam, kasus yang ditemukan yaitu :

Chronic Respiratory Disease (CRD) yaitu 5 ekor ayam didiagnosa terinfeksi,

Colibasilosis yaitu 2 ekor ayam didiagnosa terinfeksi, Coksidiosis yaitu 1 ekor

ayam didiagnosa terinfeksi, Ascariasis yaitu 1 ekor ayam didiagnosa terinfeksi,

Newcastle disease yaitu 13 ekor ayam didiagnosa terinfeksi, Fowl Cholera yaitu 3

ekor ayam didiagnosa terinfeksi, Infectious Bronchitis (IB) yaitu 1 ekor ayam
didiagnosa terinfeksi, Pulorrum ) yaitu 1 ekor ayam didiagnosa terinfeksi,

Infectious Bursal Disease (IBD). ) yaitu 1 ekor ayam didiagnosa terinfeksi, Marek

disease ) yaitu 1 ekor ayam didiagnosa terinfeksi dan Leucositozoon (malaria like)

) yaitu 1 ekor ayam didiagnosa terinfeksi. Selama nekropsi kasus pada mamalia

berjumlah 4 ayam, kasus yang ditemukan yaitu : Feline panleucopenia yaitu 1

ekor ayam didiagnosa terinfeksi, Distemper yaitu 1 ekor ayam didiagnosa

terinfeksi, Feline cholangio hepatitis yaitu 1 ekor ayam didiagnosa terinfeksi dan

Hernia diafragmatica yaitu 1 ekor ayam didiagnosa terinfeksi.

Ayam broiler (U230/22), berjenis kelamin jantan, ras Broiler, alamat

Lambaro, diperiksa pada tanggal 19 Junli 2022, umur ±3 minggu berwarna putih.

Hasil anamnesa diketahui bahwa ayam ditemukan mati pada pagi hari di dalam

kandang penampungan.

Patologi Anatomi

Hasil pembahasan temuan yang dituangkan dalam kasus U230/22

dituangkan dalam bentuk pembahasan, adapun temuan yang mengalami patologi

anatomi yaitu:

 Organ bagian luar

Memiliki body condition score 3 (normal), kulit ditemukan hemoragi

dengan diagnosanya (pa) selulitis, bulu/rambut bulu tampak kusam, mukosa mata

ditemukan hemoragi, mukosa hidung terdapat eksudat serous, mukosa mulut

terdapat eksudat mukous, mukosa kloaka ditemukan hemoragi. Sub kutis

mengalami hiperemi.
 Organ bagian dalam

4
2

5 6 8

Gambar 1. organ dalam. 1Jantung, 2hati, 3trakea dan paru-paru, 4proventikulus dan ventrikulus,
7
5
busrsa fabrisius, 6limpa, 7otak, 8uji apung paru-paru

Traktus respiratorius yang mengalami perubahan: rongga hidung terdapat

eksudat serous, laring hemoragi dan terdapat eksudat, faring hemoragi dan

terdapat eksudat, trachea terdapat eksudat serous dan hemoragi, bronkhus

mengalami hemoragi, biforcatio mengalami hemoragi, air sac terdapat perkejuan

dan paru-paru tidak mengalami pembengkakan, konsistensi kenyal, berwarna

merah muda, bidang sayatan tertutup dan uji apung mengapung.

Traktus digestivus yang mengalami perubahan: mulut terdapat eksudat

serous, esofagus mengalami hemoragi, proventriculus ditemukan ptechi, small

intestine(duodenum ,jejunum, ileum dan caecum) hiperemi dan hemoragi, seca

tonsil terdapat pembengkakan dan hemoragi, cloaca mengalami hiperemi, hepar

mengalami pembengkakan dan konsistensi kenyal. Berwarna merah pucat dan


bidang sayatan terbuka, empedu berwarna hijau gelap dan terisi penuh tidak

mengalami perubahan,pankreas berwarna pucat.

Traktus sirkulatorius yang mengalami perubahan: jantung berwarna pucat

dan mengalami penimbunan lemak, buluh darah mengalami hiperemi.

Traktus urinarius yang mengalami: kelenjar pertahanan timus tidak ada

perubahan, limpa membengkak, konsistensi kenyal serta berwarna gelap dan

nekrosis.

Organ lain yang mengalami perubahan: cerebrum mengalami hiperemi

diagnosanya ensefalitis cerebellum mengalami hiperemi, semua otot mengalami

hemoragi.

Adapun kausa mortisnya berupa tanda-tanda perubahan patologi anatomi

beserta dengan pembahasanya yaitu kolera unggas.

Patologi anatomi Newcastle disease ditemukan adanya Ptekie pada trachea,

proventrikulus, ventrikulus dan usus halus serta seka tonsil, Limpa dan hati

membesar dan kongesti, paru-paru meradang, kantung udara menebal dan suram

serta degenerasi dan nekrosa pada otak (Primanya et al, 2014).

Penyakit kolera unggas dapat bersifat preakut yang dapat membunuh unggas

sekitar 60% tanpa menunjukkan tanpa-tanda sakit sebelumnya. Bentuk akut

ditandai oleh adanya kelemahan, tidak ada nafsu makan, mencret, keluar cairan

dari mata dan hidung, berlangsung beberapa hari dan kematian mencapai sekitar

30% . Bentuk subakut biasanya menyerang organ pernapasan dengan tanpa-tanda

susah bernapas, keluar eksudat dari rongga hidung, sedangkan bentuk khronis

biasanya bersifat lokal dengan adanya pembengkakan pada persendian kaki atau
balung. Biasanya ayam berumur di bawah 4 bulan tahan terhadap Penyakit kolera,

sedangkan itik berumur 4 minggu dan kalkun berumur 6- 10 minggu peka

terhadap Penyakit kolera (Poernomo dan Sarosa, 1996).

Histopatologi

Hasil pembahasan temuan yang dituangkan dalam kasus U230/22

dituangkan dalam bentuk pembahasan, adapun temuan histopatologi yaitu :

1 2 a
a
b
c
b

3a 3b a
a
b
b
c

Gambar 2. Histopatologi organ unggas., 1. Paru paru; a). kongesti, b). jaringan
ikat dan c). hemoragi., 2. Jejenum; a). inflamasi, dan b). hemoragi., 3a., Hati; a).
inflamasi, b). hiperemi dan c). dilatasi pembuluh darah., 3b. Hati; a). hemoragi
dan b). konesti/hiperemi

Menurut Ghaly et al. (2017) gambaran histopatologi hati ayam

menunjukkan multifocal nekrosis, degenerasi hepatosit, dan infiltasi sel radang.

Vili usus atropi dan terdapat kongesti pada pembuluh darah di usus. Deplesi

limfosit yang parah dari folikel limfoid di limpa karena nekrosis limfosit.

Perubahan yang terlihat pada paru-paru dan limpa ditemukan banyak sel

radang dan hiperemi. Perubahan yang ditemukan sesuai dengan pernyataan

Zainuddin (2014) bahwa hati dan paru-paru ditemukan infiltasi sel radang sel

hepatosit nekrosis, eksudat fibrin, trombus dalam pembuluh darah. Perdarahan


secara sistemik di sepanjang usus, terdapat nekrosis sel-sel usus, serta terjadi

hemoragi.

Diferensial Diagnosa

Kolera unggas dapat dikelirukan dengan berbagai penyakit dengan gejala

klinis yang hampir sama seperti misalnya :

a. Tanda-tanda tortikolis seperti tanda-tanda pada tetelo (Newcastle Disease).

b. Pembengkakan dan sarang-sarang nekrose pada hati dapat dikelirukan dengan

fowl typhoid yang disebabkan oleh Salmonella spp.

c. Angka mortalitas dan morbiditas tinggi dapat dikelirukan dengan fowl plaque

yang disebabkan oleh virus.

d. Tanda gangguan respirasi, synovitis juga dijumpai pada penyakit unggas lain

bukan fowl cholera (kementa, 2014).

Edukasi Profesional

1. Pencegahan dan pengobatan;

Vaksinansi pertama dilakuakan pada 6-8 minggu dan diulangi 8-10 minggu

kemudian. Menggunakan rtivalen serotipe 1, 3 dan 4 dalam emulsi atau vaksin

inaktif yang telah teregistrasi. Selain biosekuri, sanitasi juga penting yang mana

kandang perlu di sucihamakan atau di sterilkan selama 3 bulan. dapat

menggunakan anti mikroba antara lain:

Preoarat sulfa: Sulfaquinoxalin 0,05% dalam air minum,Sulfametasin dan

sodium sulfametasin 0,5-1 % dalam makanan atau 0,1 dalam air minum dan
Sulfamerasin 0,5% dalam makanan atau 0,2% dalam air minum pemberian per

oral dengan dosis 120 mg/kg berat badan

Anti biotika: Streptomycin 150.000 mg dapat mencegah kematian bila di

berikan di awal infeksi dan Terramisin 25 mg/kg berat badan.

2. Penanganan; dapat berupa pengendalian dan peberantasan

Bila ayam menunjukkan gejala sakit langsung dipisahkan dan bila

menghindari adanya resiko penularan ke ayam lainnya. Tindakan pemberantasan

pada daerah tertular umumnya sulit dilakukan pada hewan “carrier”.


DAFTAR PUSTAKA

Ghaly, S., Awadin, W. dan Elsawak, A. (2017). Pathological and


immunohistochemical study of P. multocida capsular type a in tissues of
chickens and ducks infected with fowl cholera. Assiut Vet. Med. J., 63
(153): 1-18.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2014. Manual Penyakit Unggas.
Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Hlm. 136-
144.
Poernomo, S., dan Sarosa, A. (1996). Isolasi Pasteurella multocida dari ayam
pedaging. JITV, 2(2), 132-136.
Polland. G. dan Raftery, A. (2019). BSAVA Manual of Backyard Poultry
Medicine and Surgery. British Small Animal Veterinary Association, UK.
Prasetyo, D. W., Rudyanto, M. D., & Berata, I. K. (2014). Pengamatan
Makroskopis Kadaver Ayam Broiler di Rumah Pemotongan Unggas Pt.
Ciomas Adisatwa di Desa Kaba-Kaba, Tabanan, Bali Yang Didasarkan
Atas Kausa primanya. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus, 3(1):73-83.
Wiedosari, E., dan Wahyuwardani, S. (2015). Studi kasus penyakit ayam
pedaging di Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan
Indonesian Journal of Veterinary Sciences, 9(1).
Zainuddin. (2014). Studi kasus kolera unggas ayam broiler pada usaha ternak
masyarakat di banda aceh secara patologi. Jurnal Medika Veterinaria,
8(1): 56-59.

Anda mungkin juga menyukai