Oleh :
AGRIS SETYAWAN
857973152
adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan
adanya penjiplakan (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi akademik.
Meterai Rp10.000,-
(AGRIS SETYAWAN)
NIM 857973152
ABSTRAK
Kata kunci: Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT).
KATA PENGANTAR
Selama penulisan karya ilmiah ini, segala hambatan dan kekurangan Penulis
telah mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Selanjutnya Penulis
Muhammad Arifin Baihaqi, S. Pd. Gr. M. Pd. selaku dosen pembimbing yang sabar,
serta saran-saran yang berharga kepada Penulis selama penyusunan karya ilmiah ini.
Kepala Sekolah Tutik Rochayani S.Pd. SD. Guru kelas V Sri Palupi, S.Pd SD. serta
kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya ilmiah
ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
Agris Setyawan
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .............................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
D. Cara Memecahkan Masalah .................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
Lampiran A
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran B
1. Lembar Kerja Murid Siklus I
2. Lembar Kerja Murid Siklus II
3. Tes Siklus I
4. Tes Siklus II
Lampiran C
1. Hasil Evaluasi Siklus I
2. Hasil Evaluasi Siklus II
3. Kategori Skor Hasil Belajar Murid
Lampiran D
1. Lembar Observasi Guru
2. Lembar Observasi Murid
3. Daftar Hadir Murid
Lampiran E
1. Dokumentasi Penelitian
2
BAB I
PENDAHULUAN
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya
pendidikan dasar dan menengah. Untuk itu peningkatan mutu pendidikan nasional
ditelaah dari aspek input, proses, dan output. Perbaikan, pengembangan, dan inovasi
berkualitas.
Pendidikan dasar dan wajib belajar 9 tahun merupakan salah satu upaya
tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional Bab V pasal 13 ayat 1 ditetapkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam
mengikuti pendidikan menengah. Dari pernyataan di atas terdapat dua sasaran pada
Dalam proses pendidikan tersebut tentunya sangat terkait erat dengan kegiatan
suatu proses pembelajaran antara guru dan siswa. Pembelajaran merupakan upaya
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan
kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam usaha pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, matematika yang merupakan salah satu
bidang ilmu memegang peranan penting serta mempunyai andil yang sangat besar
terlepas dari kesiapan peserta didik dan kesiapan pengajar, peserta didik dituntut
menguasai materi yang akan diajarkan serta mampu memilih metode pembelajaran
yang tepat sehingga akan tercipta interaksi edukatif yang baik menuju kearah
4
peningkatan hasil belajar matematika, karena hingga saat ini hasil belajar matematika
Candimulyo Kedu Temanggung pada tanggal 1 Mei 2023, bahwa tingkat kemampuan
siswa untuk memahami dan mengerti pelajaran matematika masih rendah. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata matematika kelas V semester genap tahun ajaran
65. Hal ini disebabkan oleh karena guru masih melaksanakan proses pembelajaran
yang hanya menggunakan metode ceramah dimana siswa bertindak sebagai pelaku
pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya mendengarkan saja hal- hal yang
disampaikan oleh guru dan kurang mendapatkan kesempatan untuk aktif dalam
dimiliki oleh peserta didik. Sebagian besar guru di SD Negeri 1 Candimulyo Kedu
Temanggung tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran. Dampak dari hal
tersebut dapat dilihat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung di mana beberapa
siswa tidak memperhatikan guru yang tengah mengajar dan beberapa siswa merasa
yang memungkinkan siswa belajar aktif dan menemukan serta memahami konsep-
konsep pelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru karena adakalanya siswa lebih
mudah belajar.
5
digunakan dalam kelas yang memiliki kemampuan siswa yang bervariasi karena
dengan mencampurkan para siswa dengan kemampuan yang beragam tersebut, maka
siswa yang kurang akan sangat terbantu dan termotivasi siswa yang lebih. Demikian
juga siswa yang lebih akan semakin terasah pemahamannya. Dalam pembelajaran
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan
meningkatkan rasa harga diri, serta menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-
masing sehingga tumbuh kesadaran bahwa para siswa belajar untuk berpikir,
adalah suatu model pembelajaran berbasis sosial di mana siswa yang berkemampuan
rendah, sedang dan tinggi dikelompokkan menjadi satu kelompok kemudian para
siswa berlomba dalam game akademik sebagai wakil kelompoknya dengan wakil
kelompok lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Game
atau kompetisi antar siswa terkait pemahaman siswa atas materi yang telah
dipelajari.
6
(TGT) yang berisi game akademik mampu mendorong semua anggota kelompok
untuk terlibat dalam pengerjaan tugas kelompoknya. “Dalam TGT setiap siswa
ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 4 orang berkemampuan rendah,
sedang, dan tinggi” (Miftahul Huda, 2012: 116). Melalui model pembelajaran
tersebut siswa yang berkemampuan rendah dapat berperan aktif dalam pembelajaran
melalui kelompoknya.
menambah motivasi belajar siswa dan materi pelajaran dapat dipahami secara
kondisi belajar yang kondusif, siswa dapat berpartisipasi aktif dan dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan
C. Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah : Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa
penerapan metode pengajaran adalah salah satu upaya untuk meningkatkan hasil
ini dapat dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT)
E. Tujuan Penelitian
a. Bagi siswa:
Agar siswa dapat lebih mudah dalam pemahaman materi dengan adanya
variasi metode pembelajaran dan dapat berperan aktif dalam proses belajar
b. Bagi penulis
tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
karya ilmiah .
c. Bagi guru
berikutnya.
d. Bagi sekolah
BAB II
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Hakikat Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada individu. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat dilihat
dari berbagai bentuk seperti perubahan pada segi pengetahuan, pemahaman, sikap
melibatkan manusia secara orang per orangan sebagai satu kesatuan organism
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi
lingkungannya.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu dari lingkungan sekitar
kita.
10
esensial adalah bagaimana agar belajar itu mencapai tujuan yang diinginkan, karena
dalam latar belakang atau dasar yang berbeda, maka timbul konsep belajar dan
pengertian belajar yang berbeda. Namun penekanan dalam hal belajar adalah
terjadinya perubahan yang merupakan hasil usaha dan kerja keras dari individu itu
sendiri selama proses belajar berlangsung dan selama perubahan itu menuju ke arah
2. Hasil Belajar
sekolah. Proses belajar yang telah berlangsung akan diketahui ketercapaian tujuan
terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar tersebut dipertegas
lagi oleh Nawawi dalam Susanto (2016:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar
Hasil pada dasarnya adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas,
sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu,
yakni perubahan tingkah laku. Jika perubahan tingkah laku adalah tujuan yang ingin
dicapai dari aktivitas, maka perubahan tingkah laku itulah yang menjadi salah satu
indikator yang dijadikan pedoman untuk mengetahui tujuan individu/siswa yang telah
diperoleh di sekolah.
Dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah ukuran
yang dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur yang disebut tes hasil belajar.
dengan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa dalam
bidang studi tertentu dapat diketahui dengan jalan melakukan pengukuran yang
dikenal dengan istilah pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil belajar adalah suatu
tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan instruksional dapat dicapai
oleh siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar. Hasil belajar dapat diukur
dengan menggunakan tes hasil belajar. Secara operasional tes merupakan alat atau
prosedur yang telah ditentukan dan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan.
3. Hakikat Matematika
matematika itu bahasa simbol, matematika metode berpikir logis, matematika sarana
12
ilmu tentang bilangan dan ruang, dan masih banyak lagi pengertian yang lainnya.
dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang
pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika
merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logic dan masalah yang
sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional
suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia,
dan yang paling penting adalah memikirkan dalam melihat dan menggunakan
hubungan-hubungan”.
Matematika adalah ilmu logika yang mempelajari pola, bentuk, susunan dan
4. Model Pembelajaran
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
lain.
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa,
siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak
terhadap matematika yang banyak dialami para siswa. Pembelajaran kooperatif juga
telah terbukti sangat bermanfaat bagi siswa yang heterogen. Siswa yang heterogen
adalah siswa yang tingkat intelegensinya rendah, sedang, dan tinggi bergabung dalam
satu kelompok.
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Keberhasilan
dari model ini sangat bergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik
sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tapi memiliki struktur dorongan
dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga terjadi interaksi secara terbuka.
belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 2 – 3
meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong
15
pelajarannya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya, suku,
belajar
bimbingan teman.
digunakan adalah jenis TGT (Teams Games Tournaments). Robert E. Slavin (2005:
13) menyatakan bahwa “Teams Games Tournament pada mulanya diciptakan oleh
John Hopkins yang kemudian dikembangkan oleh David DeVries dan Keith
Edwards”.
anggota kelompok.
e. Memberi evaluasi.
f. Kesimpulan.
akademik siswa, selain itu terdapat game akademik di mana para siswa berlomba
sebagai wakil kelompok mereka terhadap wakil kelompok lain yang kinerja
(TGT)
Tahap 1 : Persiapan :
a. Materi
atau bumping”. Menurut Nur Asma (2006: 54) kegiatan pembelajaran dengan model
TGT diawali dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan
pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Sebagai ganti dari tes
tertulis, setiap siswa akan bertemu seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua
pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu:
20
akademik.
ditetapkan.
1. Unsur-unsur Kubus
c) Perpotongan dua sisi kubus merupakan sebuah garis yang disebut rusuk
kubus.
d) Titik perpotongan dari setiap tiga rusuk yang bertemu disebut titik sudut
kubus.
datar penyusunnya dihubungkan satu sama lain dengan benar, membentuk suatu
bangun ruang.
Seperti yang kita ketahui jaring-jaring kubus adalah beberapa bangun datar
persegi yang digabungkan hingga membentuk kubus atau dapat kita pahami juga
menjadi suatu bangun datar yang tidak terpisah satu sama lain. Kubus memiliki 6 sisi
yang berbentuk persegi. Cara membuat jaring-jaring kubus yaitu dengan membuka
sebagian rusuk-rusuknya digunting agar menjadi suatu bangun datar yang tidak
Bangun ruang adalah himpunan semua titik, garis, dan bidang dalam ruang
berdimensi tiga yang terletak dalam bagian tertutup beserta seluruh permukaan yang
membatasinya. Semakin besar ukuran bangun ruang, semakin besar pula volumenya.
Volume diukur dalam satuan kubik, seperti sentimeter kubik (cm3) atau meter kubik
(m3). Satuan lain untuk volume diantaranya adalah liter (1.000 cc), galon dan barel.
24
1. Kubus
1. Bangun ruang kubus memiliki enam bidang sisi yang sama ukurannya.
Pada hakikatnya kubus adalah sebuah balok yang semua rusuknya sama
panjang atau p = l = t. Karena itu, rumus volume kubus dapat diturunkan dari rumus
volume balok. Jika s menyatakan panjang rusuk kubus, maka volume kubus
Volume Kubus = s x s x s
= s3
25
2. Balok
1. Bangun ruang balok memiliki enam bidang sisi yang berbeda ukurannya. Tapi,
setiap sisi yang berhadapan memiliki bentuk dan ukuran yang sama.
2. Bangun ruang kubus memiliki 12 rusuk, tapi tidak sama panjang. Ada tiga
kelompok rusuk yang masing-masing terdiri dari empat rusuk yang sama panjang.
Jika panjang balok sama dengan p satuan panjang, lebar balok sama dengan l
satuan panjang, dan tinggi balok sama dengan t satuan panjang, dan volume balok
maka volume balok dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas alas dengan tinggi
balok.
Volume Balok = A x t
26
C. Penelitian Yang Relevan
Tournament (TGT) ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal ini
penelitian yang dilakukan oleh Harjoko (2014 : 71). Hal tersebut ditunjukkan
dengan peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu pada saat pratindakan 6,8 meningkat
menjadi 7,5 pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 8,05.
kooperatif tipe TGT, siswa lebih termotivasi dan aktif dalam pembelajaran.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Dian Safitri (2019). Berdasarkan hasil
analisa data yang diperoleh dari hasil tes siswa, dapat disimpulkan bahwa
(1) Rata- rata skor hasil belajar siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 11 Pontianak
Kota (kelas eksperimen) pada materi Kelipatan dan Faktor dengan menerapkan
model kooperatif tipe Teams Games Tournament adalah 83,42 dari skor total sebesar
(2) Rata-rata skor hasil belajar siswa kelas IVB Sekolah Dasar Negeri 11 Pontianak
Kota (kelas kontrol) pada materi Kelipatan dan Faktor tanpa menerapkan model
kooperatif tipe Teams Games Tournament adalah 66,94 dari skor total sebesar 1807,5
(3) Dari hasil belajar siswa (post-test) di kelas eksperimen dan kelas kontrol, terdapat
perbedaan skor rata-rata post-test siswa sebesar 16,48 dan berdasarkan pengujian
hipotesis (uji-t) menggunakan t-tes polled varians diperoleh thitung data post-test
sebesar 3,63 Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa
yang diajar dengan menerapkan model kooperatif tipe teams games tournament
(kelas eksperimen) dan data yang diajar dengan tidak menerapkan model kooperatif
27
tipe teams games tournament (kelas kontrol),
(4) Pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe teams games tournament
memberikan pengaruh yang besar terhadap tingginya hasil belajar siswa pada materi
Kelipatan dan Faktor dengan harga effect size sebesar 0,86 dengan kriteria effect
pada siswa kelas VII-A MTs Pancasila Salatiga. Peningkatan hasil belajar tersebut
dapat terlihat dari setiap siklus. Pada siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari
28 siswa yaitu 72,1, untuk persentase siswa yang tuntas yaitu 20 (71,4%) dan
persentase siswa yang belum tuntas yaitu 10 (35,7%). Pada siklus II, menunjukkan
bahwa nilai rata-rata dari 28 siswa yaitu 77,5, untuk persentase siswa yang tuntas
yaitu 25 (89,3%) dan persentase siswa yang belum tuntas yaitu 3 (1,8%).
yang mereka lakukan. Adapun perbedaannya yaitu terletak pada materi pelajaran dan
hasil akhir yang diperoleh namun tetap terjadi peningkatan pada setiap siklus.
D. Kerangka Pikir
Tournament (TGT). Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe model
disajikan dalam bentuk permainan dan mudah diterapkan. Teams Games Tournament
dilakukan saat prose pembelajaran berlangsung dapat membuat siswa lebih mudah
menguasai dan menghayati materi pelajaran karena siswa dapat belajar lebih rileks
dan terlibat langsung dalam kegiatan belajar. Pembelajaran yang seperti ini
memberikan pengaruh yang signifikan dan positif dalam peningkatan hasil belajar siswa.
E. Hipotesis Tindakan
tindakannya adalah:
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yang
melibatkan refleksi berulang dan terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan,
B. Subjek Penelitian
Temanggung pada semester genap 2022/2023 dengan banyak siswa laki-laki 10 orang
C. Prosedur Penelitian
dalam dua siklus. Tiap siklus meliputi empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan
Dari tiap siklus ini diamati kualitas proses pembelajaran yang terdiri dari
aktivitas siswa dan guru, serta hasil belajar siswa yang diukur dari hasil tes.
Siklus I
a. Tahap perencanaan
3. Menyusun dan mempersiapkan soal tes untuk siswa. Tes akan diberikan
pada setiap akhir pertemuan. Soal tes disusun oleh peneliti dengan
b. Tahap tindakan
game akademik.
ditetapkan.
c. Tahap observasi
Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa, baik sebelum, saat, maupun
d. Tahap refleksi
dikumpulkan serta dianalisis. Baik berupa hasil evaluasi maupun data hasil
D. Data penelitian
1. Hasil belajar siswa yang diukur melalui tes evaluasi setiap akhir siklus.
2. Aktivitas yang dilakukan siswa setiap pertemuan yang diambil dari lembar
observasi.
E. Instrumen penelitian
dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data.
2. Lembar observasi
Pertemuan Rata-
% Kategori
No. Aspek yang diamati rata
I II III IV
Siswa yang hadir pada saat
1. proses pembelajaran T
berlangsung.
Siswa yang E
2. memperhatikan penjelasan
dan pengarahan dari guru. S
Siswa yang menjawab
3. pertanyaan yang diajukan
oleh guru .
Siswa yang mengerjakan S
4.
soal di papan tulis.
Siswa yang berpartisipasi I
5.
dalam kelompok.
Siswa yang membimbing K
teman kelompoknya dalam
6. L
menyelesaikan soal-soal
dalam LKS.
Siswa yang melakukan U
7. kegiatan lain (main-main,
menggangu teman, dll). S
Siswa yang berpartisipasi
8. dalam tahap game dan
turnamen.
Jumlah
Rata-rata
35
adalah:
1. Tes
Merupakan instrumen pengumpulan data untukmengukur kemampuan
Teams Games Tournaments (TGT ). Jenis tes yang digunakan yaitu dalam
2. Observasi
tentang hal yang akan diamati atau diteliti. Penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data observasi untuk mengamati perilaku siswa dan guru
Data yang terkumpul tidak akan bermakna tanpa analisis yakni diolah
langkah penting dalam PTK. Instrumen berupa tes digunakanuntuk mengetahui hasil
belajar matematika peserta didik setelah proses belajar mengajar yang akan dianalisis
secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan mencari rerata. Sugiyono (2010: 49)
kelompok kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok
Me =
Keterangan :
Me = mean (rata-rata)
x = skor
n = jumlah siswa
Rata-rata kelas yang diperoleh pada tiap siklus dihitung selisihnya untuk
kooperatif tipe TGT akan dianalisis secara dekriptif kualitatif yaitu dengan
2 55 ≤ x < 65 Rendah
3 65 ≤ x < 80 Sedang
4 80 ≤ x < 90 Tinggi
H. Indikator keberhasilan
peningkatan hasil belajar siswa yang ditinjau dari perkembangan hasil belajar siswa
pada siklus I dan siklus II. Selanjutnya seorang siswa dikatakan tuntas pada materi
tersebut jika nilai perolehannya telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
65. Kemudian ketuntasan klasikal minimal diperoleh setelah 85% siswa telah
mencapai skor 90. Sementara itu, indikator proses pada penelitian tindakan kelas ini
adalah terjadinya peningkatan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar dari
siklus I ke siklus II. Keaktifan tersebut merupakan komponen yang diamati pada saat
BAB IV
A. Hasil Penelitian
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V SD Negeri 1
Candimulyo Kedu Temanggung. Adapun yang dianalisis adalah hasil tes siklus I
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan langkah-langkah yang peneliti lakukan yaitu :
2) Peneliti dan guru membahas materi yang akan disampaikan kepada siswa.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) yang akan
5) Peneliti menyusun dan mempersiapkan soal tes untuk siswa. Tes akan
diberikan pada setiap akhir pertemuan. Soal tes disusun oleh peneliti
bentuk gambar.
b. Tahap Tindakan
matematika siswa pada siklus I adalah 78 dari skor ideal 100, skor
Kedu Temanggung pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
nilainya berada pada kategori sangat rendah, 1 siswa atau 7,7 % nilainya
berada pada kategori rendah, 2 siswa atau 15,4 % nilainya berada pada
persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
c. Tahap Observasi
Pertemuan Rata-
% Kategori
No. Aspek yang diamati rata
I II III IV
Siswa yang hadir pada
Sangat
1. saat proses pembelajaran 13 12 13 T 12,6 96,92
Tinggi
berlangsung.
E
Siswa yang
2. memperhatikan penjelasan 10 11 11 S 10,6 81,53 Sedang
dan pengarahan dari guru.
Siswa yang menjawab
Sangat
3. pertanyaan yang diajukan 5 5 6 S 5,3 40,76
rendah
oleh guru .
I
Siswa yang mengerjakan Sangat
4. 4 7 8 6,3 48,46
soal di papan tulis. K rendah
Siswa yang berpartisipasi L
5. 10 9 10 9,6 73,84 Sedang
dalam kelompok.
Siswa yang membimbing U
teman kelompoknya S Sangat
6. 6 6 5 5,6 43,07
dalam menyelesaikan rendah
soal-soal dalam LKS.
Siswa yang melakukan I Sangat
7. kegiatan lain (main-main, 5 4 5 4,6 35,38
rendah
menggangu teman, dll).
Siswa yang berpartisipasi
8. dalam tahap game dan 12 13 12 12,3 94,61 Tinggi
turnamen.
Jumlah 514,5
Rata-rata 64,31 Rendah
43
Sumber : Lampiran D
94,61%.
d. Tahap Refleksi
secara garis besar tentang model kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT), namun antusias siswa dalam mengerjakan soal-soal di papan tulis masih
Pada pertemuan kedua, ada kendala yang dihadapi oleh guru yaitu ada
sekelompoknya adalah siswa yang berkemampuan rendah. Selain itu, masih ada
beberapa siswa yang berkemampuan rendah yang masih berharap pada siswa
namun masih ada beberapa siswa yang kurang antusias dalam mengikuti
yang ada pada lembar soal, hal tersebut menunjukkan kurangnya kesadaran
ada beberapa siswa yang berusaha memberikan bantuan jawaban pada teman
kelompoknya yang berada di meja turnamen lain karena adanya rasa takut akan
Pada ujian siklus I masih ada beberapa dari mereka yang tidak bisa
sehingga para siswa bisa lebih sering dan terbiasa tampil sehingga para
peroleh.
2) Siklus II
a. Tahap Perencanaan
kelompok.
b) Guru harus memancing siswa agar aktif sehingga terjadi interaksi antar
guru dan siswa. Dalam hal ini siswa diminta menyiapkan sebuah
dilemparkan kepada siswa lain sesuai dengan intruksi dari guru. Siswa
2) Peneliti dan guru membahas materi yang akan disampaikan kepada siswa.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) yang akan
4) Peneliti menyusun dan mempersiapkan soal tes untuk siswa. Tes akan
diberikan pada setiap akhir pertemuan. Soal tes disusun oleh peneliti
bentuk gambar.
b. Tahap Tindakan
materi volume balok, pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 08 Mei 2023
dengan materi volume kubus dan balok dan pertemuan IV pada tanggal 11 Mei
a) Analisis Kuantitatif
matematika siswa pada siklus II adalah 85, skor terendah 75, skor
dibawah ini :
1 siswa atau 7,7% nilainya berada pada kategori tinggi 2 siswa atau
15,4% dan 10 siswa atau 77% yang nilainya berada pada kategori sangat
tinggi.
kategori tuntas dan 7,7% yaitu 1 siswa dari 13 termasuk kategori tidak
tuntas.
50
c. Tahap Observasi
Pertemuan Rata-
% Kategori
No. Aspek yang diamati rata
I II III IV
Siswa yang hadir pada saat
Sangat
1. proses pembelajaran 13 12 13 12,6 96,92
Tinggi
berlangsung. T
Siswa yang Sangat
E
2. memperhatikan penjelasan 12 12 12 12 92,30 Tinggi
dan pengarahan dari guru. S
Siswa yang menjawab
Sedang
3. pertanyaan yang diajukan 10 11 10 10,3 79,23
oleh guru . S
Siswa yang mengerjakan Sedang
4. 9 12 10 I 10,3 79,23
soal di papan tulis.
Siswa yang berpartisipasi K
5. 13 10 12 11,6 89,23 Tinggi
dalam kelompok. L
Siswa yang membimbing
teman kelompoknya dalam U Tinggi
6. 10 11 12 11 84,61
menyelesaikan soal-soal S
dalam LKS.
Siswa yang melakukan
Rendah
7. kegiatan lain (main-main, 3 2 1 II 2 15,38
menggangu teman, dll).
Siswa yang berpartisipasi Sangat
8. dalam tahap game dan 12 12 12 12 92,30 Tinggi
turnamen.
Jumlah 629,2
Rata-rata 78,65 Sedang
51
Sumber : Lampiran D
92,30%.
d. Tahap Refleksi
pertemuan, pada pertemuan disiklus ini kesadaran dan perhatian siswa semakin
memperlihatkan kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam
52
Bahkan ada beberapa siswa yang berebutan tampil di depan kelas untuk
mengerjakan soal di papan tulis. Ini merupakan suatu peningkatan yang sangat
bagus, karena siswa senantiasa mendapat dorongan dan semangat untuk tampil
dan mengajukan pertanyaan atau pendapat tentang materi yang baru diajarkan.
Di samping itu mereka merasa dihargai karena diberikan kesempatan untuk ikut
menanggapi atau memberi saran tentang model mengajar yang lebih baik untuk
kepentingan mereka, agar hasil belajar mereka dapat ditingkatkan. Selain itu,
bila ada soal yang dianggap sulit, mereka mendiskusikan dengan temannya atau
peningkatan. Baik dari segi perubahan sikap siswa, keaktifan dan kesungguhan
siswa maupun motivasi siswa belajar matematika. Tentunya hal ini telah
Berdasarkan hasil analisis data dan refleksi di atas dan mengacu kepada
indikator keberhasilan yang ditetapkan, hasil belajar siswa yang dilihat dari
nilai rata-rata kelas pada tes formatif siklus II menunjukkan peningkatan atau
dengan kata lain indikator keberhasilan yang ditetapkan sudah mencapai karena
seluruh siswa yang menjadi aspek penelitian telah memperoleh nilai rata-rata
53
85. Dan secara klasikal jumlah siswa yang tuntas belajar telah mencapai 92,4%.
B. Pembahasan
1. Hasil Belajar
mengikuti tes siklus I, terdapat 10 orang siswa yang tuntas secara individual
dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 78 dan secara klasikal belum
terpenuhi karena hanyan 85% dari jumlah siswa yang tuntas belajar.
Kedu Temanggung yang mengikuti tes siklus II, 12 orang atau 92,30%
menjadi 95 pada siklus II, nilai rata-rata pada siklus I hanya 78 meningkat
menjadi 85 pada siklus II, nilai modus pada siklus I adalah 85 dan 90
pada siklus II, nilai median 80 pada siklus I dan meningkat menjadi 85
pada siklus II. Standar deviasi pada siklus I hanya 9,69 meningkat menjadi
10,69 pada siklus II, dan rentang skor pada siklus I hanya 30 meningkat
bawah ini.
55
Siklus I Siklus II
No Skor Kategori
F % F %
1. 0 ≤ x < 55 Sangat Rendah 0 0 0 0
2. 55 ≤ x < 65 Rendah 1 7,7 0 0
3. 65 ≤ x < 80 Sedang 2 15,4 1 7,7
4. 80 ≤ x < 90 Tinggi 10 77 2 15,4
5. 90 ≤ x ≤ 100 Sangat tinggi 0 0 10 77
Jumlah 13 100 13 100
Hasil olahan Lampiran C
pada kategori nilai sangat rendah pada siklus I dan pada siklus II. Pada
pada siklus II sudah mengalami penurunan karena tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai pada kategori tersebut (0%). Pada kategori sedang pada
siklus I terdapat 2 siswa yaitu sebesar 15,4% dan siklus II terdapat 1 siswa
Pada kategori tinggi pada siklus I terdapat 10 siswa atau 77% siswa dan
pada siklus II terdapat 2 siswa yaitu 15,4%. Pada kategori sangat tinggi
pada siklus I tidak ada dan pada siklus II sebesar 10 siswa yaitu 77%
siswa.
Frekuensi Persentase
Skor Kategori
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
0 ≤ x < 65 Tidak Tuntas 1 0 7,7 0
65 ≤ x ≤ 100 Tuntas 12 13 92,4 100
tidak tuntas yaitu sebesar 7,7% sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 12
belajar mengajar pada siklus II tidak ada siswa yang tidak tuntas yaitu
sebesar 0% dan 13 siswa yang mendapat nilai tuntas atau sebesar 100%.
2. Aktivitas Siswa
bawah ini.
berikut:
57
1) Persentase siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung sama
tidak mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-rata
96,92%.
dari siklus I sampai siklus II semakin meningkat dimana pada siklus I sebesar
3) Persentase siswa yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dari
siswa yang menjawab pertanyaan sebanyak 40,76%, pada siklus II siswa yang
4) Persentase siswa yang mengerjakan soal dipapan tulis dari siklus I sampai
soal di papan tulis sebanyak 48,46% dan pada siklus II sebanyak 79,23%.
menurun dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I sebesar 94,61% dan pada
teman, dll) mengalami penurunan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I
58
sebesar 35,38% dan pada siklus II menurun menjadi 15,38%.
C. Penerimaan Hipotesis
kategori hasil belajar dan tingkat ketuntasan hasil belajar telah menunjukan
diterima”.
D. Indikator
skor rata-rata hasil belajar siswa, dan terjadi peningkatan jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar. Siswa dianggap tuntas belajar jika mendapat skor
minimal 83 dari skor ideal 100 dan tuntas belajar secara klasikal jika 85% dari
jumlah siswa yang tuntas belajar. Indikator tambahan bila terjadi perubahan aktivitas
siswa selama siklus I dan siklus II setelah dilaksanakan proses belajar mengajar
(TGT) .
tuntas belajar dengan rata-rata nilai mencapai 78% sedangkan secara klasikal hanya
80% dari jumlah siswa yang tuntas belajar. Dibanding siklus I, hasil belajar
matematika siklus II secara individual sebanyak 13 orang siswa tuntas belajar dengan
rata-rata nilai 85 yakni mengalami peningkatan rata-rata nilai sebesar 15% dan secara
klasikal sebanyak 100% dari jumlah siswa tuntas belajar, hal tersebut menunjukkan
adanya peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal sebanyak 20%. Hal tersebut
59
dikarenakan seluruh langkah-langkah pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) sudah terlaksana dengan baik dan berhasil, tingkat keberhasilannya dari kedua
BAB V
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
1. Skor rata-rata yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes akhir siklus I ke
85.
terdapat 12 orang yang berada pada kategori tuntas dengan persentase 92,4%,
tipe Teams Games Tournament (TGT) memberikan perubahan sikap pada diri
siswa ke arah yang lebih baik. Hal ini di lihat dari hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, mulai dari kehadiran siswa, sikap siswa dalam
berikut:
1. Untuk siswa, hasil belajar yang sudah baik harus ditingkatkan lagi dengan
pembelajaran selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, M.Pd., Prof., DR., 2008. Guru Profesional Menguasai Metode dan
Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta Bandung.
Dian Safitri, 2019. Pengaruh Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 1 Pakuan Aji
Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Metro.
Fathani, Abdul Halim, 2016. Matematika: Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz
media
Hasan, Alwi, dkk., 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Harjoko, 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada Siswa
Kelas V SD N Kedungjambal 02 Kab. Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli & Sri Harmianto. (2011). Model-model
Pembelajaran Inovatif. Bandung : Alfabeta.