Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ekspresi Seni

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni


Available online at: https://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi

Telaah Nirmana sebagai Proses Kreatif Dalam Dinamika Estetika Visual


Husni Mubarat1, Muhsin Ilhaq2
1 Universitas Indo Global Mandiri, Indonesia. E-mail:husni_dkv@uigm.ac.id
2 Universitas PGRI Palembang, Indonesia. E-mail: ilhaque_@gmail.com

ARTICLE INFORMATION ABSTRACT

Nirmana sebagai ilmu dasar pokok dalam seni rupa dan desain,
sesungguhnya memiliki peranan penting dalam mewujudkan karya-
Submitted: 2021-01-26 karya seni rupa dan desain yang bernilai estetik, karena di dalamnya
Review: 2021-02-19 mencakup unsur-unsur titik, garis, bidang, warna, tekstur dengan
Review: 2021-06-26 prinsip-prinsip pengorganisasiannya adalah keseimbangan, kesatuan,
Accepted: 2021-06-25 kesederhanaan, kekontrasan dan keselarasan. Akan tetapi tidak sedikit
Published: 2021-06-29 yang memahami nirmana sebagai dasar yang konstruktif dalam
mengolah elemen-elemen visual sebagai bagian dari proses kreatif dan
imajinatif serta bernilai estetik. Penelitian ini bertujuan untuk memberi
KEYWORDS sudut pandang ilmu nirmana sebagai sesuatu yang konstruktif sebagai
dasar seni rupa dan desain. Penelitian ini menggunakan metodologi
nirmana; proses kreatif; estetika; visual. penelitian kualitatif yang bersifat penelitian terapan. Adpun landasan
teori yang digunakan adalah teori formalisme, yakni suatu kajian yang
CORRESPONDENCE fokus terhadap bentuk dan struktur seni secara objektif. Landasan teori
E-mail: husni_dkv@uigm.ac.id juga didukung dengan teori-teoti esetika dan nirmana. Adapun capaian
hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa eksistensi nirmana sebagai
bagian dari proses kreatif, imajinatif dan esetetik merupakan dasar
yang sangat konstruktif dalam melahirkan karya-karya seni rupa dan
desain baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.
PENDAHULUAN Seni rupa dan desain sebagai salah satu
medium proses kreatif melalui berbagai dasar-
Proses kreatif dalam melahirkan karya
dasarnya, seperti menggambar, sketsa, ornamen,
seni rupa dan desain pada umumnya dapat
ilustrasi dan nirmana adalah bagian yang tidak
ditempuh melalui proses pendidikan secara
terpisahkan dalam dunia seni rupa dan desain.
akademik dan otodidak. Secara akademik,
Nirmana sebagai salah satu cabang ilmu seni
proses tersebut ditempuh dengan jenjang
rupa yang mempelajari unsur-unsur seni rupa,
pendidikan seni, mulai dari tingkat Sekolah
seperti titik, garis, bidang, warna, ruang dan
Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
tekstur yang diorganisasikan dengan
Kejuruan (SMK) sederajat hingga Perguruan
menerapkan prinsip-prinsip dasar seperti
Tinggi, khususnya lembaga pendidikan yang
keseimbangan, kesatuan, irama, harmoni,
bergerak di bidang kesenian. Secara otodidak
proporsi, dan komposisi merupakan dasar pokok
proses kreatif dalam seni rupa biasanya
dalam karya-karya seni rupa dan desain.
diperoleh melalui potensi individu yang
“Istilah nirmana berasal dari bahasa
memiliki kemampuan dan bakat secara alami.
Jawa Kuna (Kawi) yang artinya “tanpa angan-
125
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

angan”. Maka dalam berkarya Nirmana Dalam pengamatan penulis, tidak


seseorang tidak akan mengangan-angankan banyak yang benar-benar memahami bahwa
sesuatu (bentuk). Berkarya Nirmana ialah nirmana pada dasarnya adalah suatu proses
sekedar menyusun unsur-unsur seni rupa dan kreatif yang dapat menuntun seorang perupa
desain atas dasar prinsip-prinsip seni dan desain dan desainer dalam mewujudkan karya-karya
untuk memperoleh karya seni rupa dan desain seni yang bernilai esetetik. Dalam konteks ini
yang memiliki nilai keindahan” (Sanyoto, adalah nilai-nilai estetika yang dapat dipandang
2010). sebagai keindahan visual secara objektif, yaitu
Secara prinsip, nirmana pada dasarnya menempatkan nilai keindahan pada benda yang
tidak diciptakan sebagai karya seni dan desain dilihat. Di sisi lain, tidak banyak pula yang
yang memiliki fungsi tertentu, baik sebagai memahami bahwa elemen-elemen visual seperti
fungsi praktis maupun ekspresi, sebagaimana garis, bidang, tekstur dan warna dapat pula
layaknya seni terapan dan seni murni. Nirmana menjadi bagian dari karya seni yang dapat
merupakan gabungan kata nir “tidak/ bukan/ dirancang menjadi komposisi elemen visual
tanpa” dan mana “makna”, sehingga istilah ini yang memiliki nilai makna dan filosofis
sering dikaitkan dengan karya atau studi karya tertentu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
yang tidak memiliki makna (non refresentatif) (Hendriyana, 2019): “ Berdasarkan pemahaman
(Mikke Susanto, 2011). Akan tetapi tidak dapat pada prosesnya, karya nirmana pada awalnya
pula dipungkiri bahwa peran nirmana, tidak memiliki makna fungsional dan bentuk
sesungguhnya memberi pengaruh yang besar organis (benda, tumbuhan dan binatang).
terhadap proses dalam melatih kepekaan rasa Seorang praktisi tidak berfikir akan membuat
estetik dalam karya-karya seni rupa dan desain. bentuk apa. Namun melalui aktivitas kreatifnya,
Dengan kata lain, mepelajari nirmana dapat ketika ia mengolah medium visual, seperti titik,
mengasah keterampilan dan mepertajam garis, bidang, tekstur, dan warna akan
kepekaan rasa estetik dan menggali kemampuan menghasilkan dimensi atau kesan visual
estetik terhadap segala sesuatu yang berkaitan tertentu.
dengan karya-karya seni rupa dan desain, baik Permasalahan lain yang dapat dilihat
dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi. adalah kurangnya pemahaman bagi calon
“Jika ditelaah lebih jauh, nirmana mirip dengan perupa dan desainer terhadap peran dan fungsi
(ilmu) yaitu tentang mengorganisasikan sesuatu nirmana sebagai salah satu dasar yang
untuk mencapai kualitas artistik pada sebuah konstruktif dalam mengolah elemen-elemen
karya seni atau desain. Nirmana memuat hal-hal seni rupa dan desain, seperti titik, garis, warna,
tentang harmoni, keselarasan soal rasa, dan dan tekstur. Tidak sedikit pula calon perupa dan
impresi pada sebuah bentuk. Nirmana tidak desainer yang kadangkala mengabaikan ilmu-
hanya mencakup 2 dan 3 dimensi saja ilmu nirmana, pada umumnya orang memahami
melainkan menjelajah sebuah ruang yang bahwa mempelajari seni rupa dan desain hanya
disebut dengan ruang maya. Ruang maya adalah sebatas mempelajari bentuk dan gambar,
ruang semu dimana orang dapat menghayalkan padahal untuk melahirkan karya seni rupa dan
tentang sesuatu yang mebingungkan, dalam arti desain yang kreatif, estetik dan imajinatif perlu
hayalan tentang sebuah kegilaan bentuk yang adanya latihan yang intens terhadap
sulit ditorehkan dalam media 2 dimensi yang pengorganisasian elemen-elemen visual.
sering disebut dengan nirmana ruang datar/) Secara lebih mendalam, mengolah
atau 3 dimensi yang sering disebut dengan elemen visual tentunya tidak sebatas
nirmana ruang” (Ayu, 2013). menciptakan bentuk-bentuk estetik dan
126
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

imajinatif, namun hal ini juga merupakan bagian formalisme, yaitu suatu pendekatan analisis seni
dari proses memahami dan mengenali karkater yang menekan pada bentuk dan unsur-usnur
dari unsur-unsur seni rupa itu sendiri (titik, seni rupa sebagai komponen utama dalam
garis, warna, dan tekstur). Unsur-unsur tersebut analisis. Dalam buku Metodologi Penelitian
tidak hanya membentuk objek-objek seni rupa Seni (Rohidi, 2011) mengungkapkan bahwa
dan desain pada medium tertentu, namun “formalisme adalah suatu pendekatan tentang
keberadaan unsur-unsur tersebut dapat pula seni yang menekannkan pada pentingnya bentuk
memberi karakter dan identitas karya terhadap lebih daripada isi sebagai sumber daya tarik
perupa dan desainer. Aspek lain yang tidak subjektif suatu karya. Para pengkaji karya seni
kalah pentingnya dari pada unsur-unsr seni rupa akan mempertimbangkan kesan-kesan yang
dan desain tersebut adalah kesan visual yang ditimbulkan oleh bagian-bagian dari komponen
menghadirkan simbol dan makna yang dapat desainnya. Bagian-bagian ini disebut unsur-
diinterpretasikan sebagai bagian dari karya yang unsur formal yang merupakan asas-asas dari
memiliki nilai filosofi tertentu. bahasa visual seniman, yang mencakup garis,
Secara garis besar, penelitian ini bentuk (shape), ruang, warna, gelap terang,
bertujuan untuk memberikan sudut pandang yang disusun dalam berbagai cara untuk
objektif terhadap pelaku seni rupa dan desain mencapai susunan desain yang lebih rumit.
dalam konteks lembaga akademik, yang mana Desain keseluruhan tersebut disusun dengan
peran dan fungsi nirmana sebagai proses kreatif, mempertimbangkan keseimbangan, keteraturan,
sesungguhnya merupakan sesuatu yang dan proporsi, pola dan irama yang dapat
konstruktif sebagai dasar dalam seni rupa dan membangkitkan tanggapan tertentu pada
desain. Secara khusus, penelitian ini bertujuan pengamatnya”.
untuk mendeskripsikan proses kreatif yang Selain pendekatan teori formalisme,
imajinatif dalam dinamika estetika visual. penelitian ini juga ditunjang dengan teori
Kreativitas sendiri dapat diartikan estetika, teori nirmana, dan teori-teori dasar seni
sebagai sebuah proses dan kemapuan untuk rupa. Teori-teori ini digunakan sebagai landasan
menemukan bentuk-bentuk yang baru atau analisis dan deskripsi terhadap karya-karya
kemampuan untuk menginovasi bentuk-bentuk nirmana, baik dalam lingkup nilai-nilai estetika
yang sudah ada menjadi bentuk yang baru. maupun dalam bentuk unsur-unsur dasar seni
Campbell (2017) dalam (S. Sunarto, 2018) rupa.
menjelaskan bahwa Kreativitas dapat diartikan: Kajian ini menggunakan metodologi
1) kemampuan menanggapi, menanggapi dan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang
memberikan jalan keluar segala pemecahan didasarkan pada pengumpulan, analisis, dan
yang ada; 2) kemampuan melibatkan diri pada interpretasi data berbetuk narasi serta visual
proses penemuan untuk kemaslahan; 3) (bukan angka) untuk memperoleh pemahaman
kemampuan intelegensi, gaya kognitif, dan mendalam dari fenomena tertentu yang diminati
kepribadian/motivasi; 4) kemampuan untuk (Leo, 2013).
menghasilkan atau mencipta sesuatu yang baru. Data-data visual dikumpulkan melalui
Oleh karenanya kreativitas ini didasari dengan: pengamatan dan analisis terhadap karya-karya
kelenturan (fleksibility), kelancaran (fluencely), yang berkaitan dengan nirmana yaitu unsur-
kecakapan (smartly), dan kepandaian unsur tata rupa, seperti pengorganisasian titik
(inetellegency). atau pointilis, garis, bidang, dan
Adapun pendekatan teori utama yang pengorganisasian warna dengan penerapan
digunakan dalam penelitian ini adalah teori kaidah-kaidah dasar dalam tata rupa, seperti
127
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

kesatuan, keseimbangan, irama, dan proporsi. nirmana juga dianggap sebagai suatu latihan
Karya-karya nirmana tersebut kemudian teknis untuk menghasilkan dan
dianalisis dengan menggunakan pendekatan mengembangkan bentuk artistik melalui repetisi
formalisme sebagai teori utama serta ditunjang (pengulangan) yang membutuhkan intensitas.
dengan teori-teori estetika untuk diuraikan Seperti yang jelaskan oleh (Sanyoto, 2010)
sebagai hasil dari penelitian ini, sebagaimana bahwa tujuan mempelajari dasar-dasar seni dan
yang diungkapkan oleh (Iswandi & Mubarat, desain atau nirmana adalah untuk melatih
2019) “untuk menganalisis sebuah karya seni, kepekaan artistik, keterampilan teknis
pembedahan dilakukan dengan memisahkan kesenirupaan, melatih pemahaman bahasa rupa
unsur-unsur yang ada dalam sebuah karya seni dan sebagai ekspresi diri atau kepekaan estetis.
tersebut, misalnya garis, warna, tekstur, irama, Nirmana berhubungan dengan
bentuk atau wujud, dan lain sebagainya. penyusunan (komposisi) elemen visual menjadi
Sehingga kita dapat mengumpulkan data fakta suatu kesatuan (unity). Suatu karya seni jika di
berupa tafsiran dari elemen-elemen tersebut”. sederhanakan akan menjadi titik, garis, tekstur
dan warna. Secara umum, titik menurut
PEMBAHASAN (Sanyoto, 2010) berbentuk bundar sederhana,
tanpa arah dan dimensi. Meskipun demikian,
Nirmana sebagai Konsep Dasar Tata Rupa titik bisa saja berbentuk segi tiga, elips, segi
dan Desain empat, selama bentuk tersebut hasil sentuhan
Setiap jenis seni dibangun oleh elemen- cap atau suatu alat.
elemen pembentuknya. Seni musik dibangun Konsep dasar tata rupa dan desain
oleh unsur nada, seni tari dibangun dengan berikutnya garis menurut (Bahari, 2004) garis
berbagai elemen gerak. Begitu juga dengan seni memiliki dimensi dan ukuran tertentu, garis bisa
rupa dibangun oleh elemen-elemen rupa yang panjang, pendek, gelombang, tebal, melengkung
diolah sedemikian rupa sehingga menjadi dan sebagainya. Selanjutnya Bahari juga
bentuk tertentu. berpendapat bahwa dari sekian unsur seni rupa
Unsur penting dalam penggarapan karya yang ada, garislah yang paling dominan. Garis
rupa yakni titik, garis, tekstur dan warna. Reaksi merupakan suatu yang sangat diperhitungkan
psikologis akan timbul berdasarkan elemen dan bahkan menjadi prinsip bagi seniman yang
tersebut. Unsur tersebut tidak bisa berdiri sudah mahir. Selanjutnya tekstur merupakan
sendiri. Suatu warna dapat memunculkan permukaan suatu benda, kesan halus atau kasar
suasana, harmoni, kontras dan sebagainya. mengesankan karakter benda. (Bahari, 2004)
Melalui Pengolahan unsur konseptual menyebutkan “ada dua macam tektur pada
nirmana yakni titik, garis, tekstur dan warna, lukisan yaitu tekstur nyata dan tekstur semu.
agaknya dapat mempertajam kepekaan estetik Kemudian unsur warna merupakan gelombang
seperti yang telah disebutkan sebelumnya. cahaya dengan frekuensi yang dapat
Sebab pengolahan nirmana tentu tidak boleh mempengaruhi penglihatan. Dimensi dasar
sembarangan dan membutuhkan pertimbangan- warna terdiri dari tiga yakni, gelombang khusus
pertimbangan (komposisi) tertentu. yang ada pada spektrum warna tertentu (hue),
Untuk mewujudkan suatu karya seni nilai (value) adalah nuansa yang terdapat pada
rupa diperlukan keterampilan artistik. Formulasi warna misalnya nuansa cerah maupun nuansa
bentuk karya seni rupa yang baik sangat gelap,sementara intensitas (intensity)
dipengaruhi oleh pengalaman, penguasaan merupakan kemurnian dari hue warna”.
teknik, alat dan bahan. Dengan demikian,
128
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

Manusia pada dasarnya memiliki karya tersebut mengandung kebenaran (B.


kemampuan menangkap pola-pola visual yang Sunarto, 2013).
ada, baik pola acak maupun suatu keteraturan. Selama proses penggarapan karya seni,
Misalnya suatu kejadian alam yang mirip seseorang tentu melibatkan seluruh
dengan sesuatu seperti, gulungan ombak yang kemampuannya. Tidak hanya kemampuan
menyerupai hewan tertentu atau sebuah pohon teknis namun juga kemampuan berfikir,
yang menyerupai manusia. (Puspitasari & prosedur serta sistem kerja yang terstruktur
Darmawan, n.d.) menyebutkan bahwa nirmana demi mendapatkan hasil yang maksimal.
tidaklah memiliki orientasi fungsional, namun Dengan demikian, kiranya penting untuk
lebih kepada persepsi, yaitu penyusunan memahami metodologi penciptaan suatu karya
elemen-elemen visual sebagai ekspresi seni rupa atau desain, dalam hal ini metodologi
keindahan. dipandang sebagai prinsip dasar (asas) tata rupa
Nirmana disebut juga sebagai hasil dan desain yang meliputi kesatuan,
imajinasi karena berkaitan dengan aktifitas keseimbangan, irama dan proporsi. Selanjutnya,
penyusunan (komposisi) elemen visual yakni prinsip tersebut juga berguna sebagai bahan
titik, garis, bidang dan warna. Semua elemen untuk menganalisa karya seni rupa.
tersebut diorganisasikan menjadi satu kesatuan “Karya seni adalah satu unit yang utuh,
yang harmonis dan memiliki nilai (value) seluruh bagian harus saling pendukung. Prinsip
estetis. Dengan demikian maka nirmana juga kesatuan merupakan saling keterhubungan
disebut sebagai ilmu tata rupa. Setiap karya seni antara seluruh elemen dalam satu karya seni,
rupa tentu memiliki semua elemen dasar keterhubungan tersebut bisa jadi disebabkan
tersebut. karena kesamaan, kemiripan, hubungan
Meskipun tidak mutlak harus ada pada keselarasan, keterikatan, keterkaitan maupun
setiap karya seni, namun elemen-elemen dasar hubungan kedekatan. Hubungan tersebut bisa
tersebut hampir tidak mungkin dihindari dalam digunakan sebagai bahan pendekatan analisa
penciptaan suatu karya seni rupa maupun karya seni” (Sanyoto, 2010). Dengan demikian,
desain. Oleh sebab itu, ilmu nirmana sebagai penyusunan unsur seni yang didasarkan pada
dasar seni rupa dan desain adalah hal yang perlu keterhubungan tersebut, pada dasarnya telah
untuk dipahami sebagai bagian yang konstruktif memenuhi prinsip kesatuan.
untuk melahirkan karya-karya seni rupa dan Selain prinsip kesatuan, keseimbangan
desain yang bernilai estetik. merupakan hal yang perlu diperhatikan. Secara
kekaryaan yang dimaksud dengan
Nirmana sebagai prinsip Dasar Tata Rupa keseimbangan adalah suatu keadaan yang
dan Desain memiliki beban yang sama dalam sebuah karya,
Wujud karya seni merupakan suatu hal artinya tidak memfokuskan pada satu bagian
yang kompleks. Gagasan abstrak atau formulasi saja sehingga secara visual karya tersebut bisa
ide diekpresikan dalam bentuk karya seni. membawa rasa nyaman dipandang.
Orientasi utama penciptaan karya seni adalah Keseimbangan tersebut ditentukan oleh ukuran,
penggarapan nilai-nilai yaitu nilai kebaikan, warna, objek dan seluruh unsur yang terdapat
nilai keindahan dan nilai kebenaran. Di antara pada karya seni rupa maupun desain. (Kartika,
ketiga nilai tersebut, yang paling menjadi pusat 2004) menyebutkan bahwa ada dua macam
perhatian dalam berkarya seni adalah nilai keseimbangan yang perlu diperhatikan dalam
keindahan. Dengan kata lain, suatu karya seni penyusunan bentuk yakni pertama
dapat dikatan memiliki nilai keindahan apabila keseimbangan formal merupakan
129
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

keseimbangan unsur-unsur yang berlawanan Dalam pendekatan formalisme,


dari satu poros. Kebanyakan keseimbangan keberadaan proporsi sangat berpengaruh
formal berupa simetris. Sebaliknya kedua terhadap bentuk-bentuk karya seni dan desain
keseimbangan informal adalah susunan unsur- yang diciptakan, karena setiap bentuk yang
unsur yang menggunakan prinsip diciptakan dalam satu komponen karya seni
ketidaksamaan atau kontras dan selalu asimetris. haruslah memiliki nilai keseimbangan antara
Keseimbagan informal tidak kaku dan nuansa satu bentuk dengan bentuk yang lainnya.
irama lebih dinamis. Dengan demikian, apabila proporsi diterapkan
Unsur irama dalam seni rupa maupun secara baik, maka karya seni dan desain yang
desain tidak terasa nyata bahkan seringkali kita dihasilkan juga akan terlihat menarik dan baik.
tidak menyadari kehadiran irama dalam seni
rupa maupun desain, sebab seni rupa tidak Telaah Proses Kreatif Nirmana Sebagai
terikat dengan waktu/tempo. Pada dasarnya Dinamika Estetika Visual
irama merupakan gerak pengulangan atau gerak Hampir dapat dikatakan bahwa
mengalir, namun dalam seni rupa, kehadiran sebahagian orang hanya dapat menikmati
irama terlihat terus-menerus secara bersamaan keindahan karya seni rupa dan desain, manakala
melalui pengulangan bentuk garis maupun karya tersebut sudah selesai diciptakan. Akan
perubahan kedudukan dari unsur yang satu ke tetapi tidak banyak orang yang benar-benar
unsur lainnya. Perubahan unsur tersebut memahami bagaimana karya seni tersebut dapat
merupakan irama yang menunjukkan suatu menjadi indah dan menarik bagi masyarakat.
keselarasan. Misalnya, susunan garis lengkung Ada banyak proses yang dilalui oleh perupa
atau motif dengan pola tertentu seperti dalam menghasilkan karya seni, mulai dari
memanjang, membentuk suatu bidang, diputar proses eksplorasi, riset hingga berdiam diri
maupun dengan membalik, setiap bentuk yang untuk menemukan ide-ide kreatif.
berulang tersebut mengesankan irama (gerak) Dari sebahagian proses yang dilalui oleh
tertentu. Jadi prinsip irama dalam seni rupa pada perupa, tentunya tidak dapat dipisahkan dari
dasarnya adalah untuk mencapai keselarasan. proses-proses dasar dalam menciptakan karya
Di samping itu, karya seni rupa atau seni dan desain yang menarik. Salah satunya
desain juga musti mempertimbangkan adalah melalui medium nirmana, yaitu sebagai
pengaturan perbandingan-perbandingan medium untuk mengeksplorasi unsur-unsur seni
(proporsi) yang tepat untuk mencapai rupa dan desain. Keseluruhan unsur-unsur
keserasian agar tidak terjadi ketimpangan. tentunya tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
Proporsi menyangkut dengan ukuran ideal harus terjalin, sehingga berhubungan, dan
yang sifatnya lebih matematis. Perbandingan membangun struktur secara konstruktif
antara suatu objek maupun bagian tertentu sehingga akan menghadirkan suatu komposisi
dengan keseluruhan. pada karya rupa yang memiliki nilai dan sesuai
Bidang yang besar jika diisi dengan dengan prinsip serta kaidah estetisnya
objek yang kecil tentu tidak menarik bahkan (Hendriyana, 2019). Unsur-unsur tersebut
bidang besar tersebut cendrung tidak berguna, diorganisasikan dan dikomposisikan dengan
atau sebaliknya bidang kecil diisi dengan objek sedemikian rupa dengan menerapkan kaidah-
yang besar terkesan sempit dan sesak. Jadi kaidah seni rupa dan desain seperti kesatuan,
proporsi berhubungan dengan scala dan keseimbangan, kesederhanaan dan proporsional.
besarnya bidang. Menurut (Sidhartani, 2010) “sebuah
komposisi visual tersusun dari berbagai elemen
130
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

visual seperti bentuk, warna, tekstur dengan langsung meneliti dan dalam objek-objek atau
tatanan yang dapat mewakili prinsip-prinsip benda-benda atau alam indah serta karya seni,
desain tertentu. Ruang yang diolah dalam kedua menyoroti situasi kontemplasi rasa indah
sebuah komposisi visual dapat berupa ruang yang sedang dialami si subjek, yang kemudian
dwimatra atau ruang dimensi yang secara umum melahirkan pengalaman estetika. Persoalan
dipahami sebagai ruang dengan dimensi panjang estetika ini kemudian melahirkan berbagai
dan lebar, maupun berupa ruang trimatra dengan pengertian yang sangat bervariatif, dalam arti
dimensi panjang, lebar, dan ketinggian atau memiliki banyak perspektif pendekatan,
kedalaman”. sehingga persoalan estetika bergantung pada
Dari ungkapan tersebut dapat dipahami situasi, kondisi dan posisi dimana ia berada”.
bahwa nirmana sebagai proses kreatif dalam Berdasarkan kutipan tersebut, maka
dinamika estetika visual pada dasarnya dapat dalam analisis “Telah Nirmana sebagai Proses
ditelaah melalui wujud dua dimensi dan tiga Kreatif dalam Dinamika Estetika Visual”
dimesni. Masing-masing elemen tersebut dapat menempatkan pengorganisasian unsur-unsur
dilihat sebagai dinamika estetika visual yang visual dan kaidah-kaidahnya sebagai dasar dari
menarik, baik dari komposisinya maupun analisis tersebut, baik berupa nirmana dua
bentuknya. dimensi (dwimatra) maupun nirmana tiga
Perlu penulis garis bawahi bahwa, dimensi (trimatra).
dinamika estetika visual yang dimaksud adalah
1. Dinamika Estetika Nirmana Dua Dimensi
wujud karya seni (nirmana) yang cenderung
(Dwimatra)
lebih bersifat imajinatif, dengan kata lain karya
Nirmana dwimatra dapat diartikan sebagai
seni yang tidak terikat dengan ssuatu gaya atau
ruang dimensi yang hanya dapat dilihat dari
aliran tertentu, namun dilihat sebagai proses
sisi panjang dan lebar. Ruang dwimatra
kreatif dalam mengeksplorasi elemen-elemen
hanya mengenal arah horizontal, diagonal,
visual sebagai cikal bakal dari sebuah karya seni
dan vertikal yang rata sejajar dengan tafril
yang diciptakan.
(bidang gambar), dan hanya mengenal
Sesungguhnya jika bicara esetika dalam
kedudukan di kiri, tengah, kanan, atas,
konteks filsafat seni tentunya dapat dipahami
tengah, bawah yang terletak pada tafril
sebagai cara pandang yang bersifat subjektif,
(Sanyoto, 2010). Nirmana dwimatra
yang mana nilai estetika dapat saja dihadirkan
merupakan pengorganisasian unsur-unsur
dari karya seni yang tidak mengutamakan
seni rupa pada bidang datar. Dalam
bentuk, melainkan keutamaan nilai-nilai dan
penelitian ini, pengorganisasian unsur-unsur
makna yang disampaikan melalui karya seni.
tersebut tidak hanya dilihat dari tata
(Novitasari, 2018) mengungkapkan bahwa
rupanya, namun juga dilihat sebagai proses
“keindahan tidak semata-mata terbentuk melalui
kreatif dalam dinamika estetika visual.
hal yang indah dan positif saja, melainkan
Berikut adalah beberapa karya nirmana
mampu tercipta dari hal yang sebaliknya. Hal
dwimatra:
yang sebaliknya tersebut maksudnya bukan
a. Komposisi Unsur titik/ pointilis
berarti kosong, tetapi bertentangan dengan yang
memiliki pencitraan untuk menimbulkan suatu Dalam konteks seni rupa dan desain,
pengalaman estetis. titik atau pointilis dapat diartikan sebagai bekas
Mikke Susanto (2011) dalam (Mubarat goresan yang dilakukan dengan satu sentuhan
& Iswandi, 2018) menyatakan bahwa “estetika tanpa menggeserkan alat yang digunakan.
dikenal memiliki dua pendekatan: pertama Secara umum, raut titik atau pointilis biasanya

131
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

dikenal dengan bentuk lingkaran, tetapi


sesungguhnya titik dapat pula berupa bentuk-
bentuk yang lain, seperti bentuk persegi.
Demikian pula halnya dengan ukuran titik, yang
pada umumnya dipahami relatif kecil, yang
semestinya harus dipahami dari alat dan
penempatan di mana titik itu diterapkan.
“Secara umum dimengerti bahwa suatu bentuk Gambar 2.
Komposisi Sederhana Titik/ Pointilis
disebut titik karena ukurannya yang kecil.
Namun pengertian kecil itu sesungguhnya nisbi. Berikut adalah karya-karya komposisi
Dikatakan kecil manakala objek tersebut berada estetik pointilis:
pada area yang luas, dan dengan objek yang
1) Komposisi Titik atau Pointilis
sama dapat dikatakan besar manakala diletakkan
pada area yang sempit (Sanyoto, 2010).
Eksistensi titik dapat saja berubah
menjadi bentuk garis, manakala titik tersebut
disusun sejajar dan bersinggungan satu sama
lain, maka eksistensi raut titik tersebut dapat
saja tersamar menjadi bentuk garis. Pergesaran
eksistensi titik menjadi unsur-unsur seni rupa
yang lainnya sangat bergantung dengan arah
susunan atau komposisinya, seperti pada
gambar berikut ini:

Gambar 3.
Gambar 1. Transisi Perpaduan Titik ke Garis M. Edy S, 2020. Komposisi Titik dengan pola garis
lengkung dan lingkaran

Sebaliknya, apabila unsur titik


Karya tersebut menggambarkan
diorganisasikan dengan berjarak satu dengan bagaimana titik diorganisasikan pada sebuah
yang lain (tunggal), maka titik akan menemukan bidang dua dimensi pada media kertas ukuran
eksistensinya sebagai elemen dasar dalam A3. Teknik yang digunakan adalah teknik blok
komposisi tersebut, dengan kata lain, secara dengan menggunakan tinta bak (tinta cina)
visualnya unsur titik akan menjadi subject dengan alat bantu penggaris lubang, kuas dan
pena tinta. Adapun pola dasar pengorganisasian
matter yang dapat dieksplorasi menjadi bentuk
yang digunakan adalah lingkaran dengan
komposisi visual yang dinamis dengan pola susunan ukuran titik yang bervariatif.
irama yang teratur sehingga mampu Komposisi titik tersebut saling berhubungan dan
menghadirkan nilai-nilai estetik. terjalin antara satu dengan yang lainnya
sehingga menghadirkan bentuk-bentuk dekoratif
dengan arah gerak komposisi yang dinamis
sesuai dengan prinsip satu kesatuan dan kaidah
estetisnya.
Aspek lain yang dapat diamati sebagai
dinamika estetika visual tampak pada unsur titik
itu sendiri, di mana titik yang ditata
divisualisasikan dengan unsur titik yang kosong

132
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

dan terisi (diblok) sehingga karya tersebut dari titik-titik yang disusun secara
terlihat lebih dinamis yang dilakukan secara bersinggungan dan bersifat kontiniu. Garis
kreatif sehingga menghasilkan kesan imajinasi dapat mewakili suatu karakter, nada maupun
tertentu dan bisa saja menghadirkan makna tekstur, dan dalam pengerjaannya dapat bersifat
tertentu apabila karya tersebut ditafsirkan dalam tipis dan tebal (blok). Garis tidak hanya sebagai
konteks karya seni rupa. pembatas batasan bidang, tetapi juga merupakan
unsur utama dalam mewujudkan suatu objek
dalam karya seni dan desain. Dalam karya seni
rupa, khususnya seni lukis, garis dapat saja
menjadi unsur poko sebagai media ekspresi
untuk menghasilkan karya-karya yang bersifat
abstrak.

Gambar 4.
Riajeng SN, 2020. Komposisi Titik dengan pola bebas

Secara visual, komposisi titik tersebut


diorganisasikan tanpa mengacu pada sebuah
pola. Dalam arti kata, titik-titik tersebut Gambar 5.
diorganisasikan secara acak namun masih M. Septian AK, 2020. Komposisi garis lurus
terlihat kesan dinamisnya dengan komposisi
ukuran titik yang bervariatif. Bebrapa unsur titik Pengorganisasian garis pada karya
dengan ukuran yang lebih besar, di dalamnya tersebut dilihat sebagai komposisi teratur yang
diisi dengan titik-titik yang kecil sehingga bersifat keseimbangan simetri, yang mana setiap
mengahadirkan kesan gelap terang yang sisinya menampilkan bentuk visual yang sama.
cenderung membentuk bulan sabit. Secara Apabila di antara sisinya dipotong maka akan
visual, kesan yang dihadirkan pada karya menghasilkan bentuk dan pola yang sama.
tersebut seperti suasana langit di malam hari. Sementara garis persegi empat (belah ketupat)
Suasana tersebut ditunjang dengan ruang pada dapat dilihat sebagai center of interestnya
backgroundnya dibuat dengan ruang negatif dengan ruang yang kosong.
yang diblok dengan tinta hitam. Ruang negatif Visualisasi garis tersebut merupakan
ini hadir sebagai penghubung dari unsur-unsur garis lurus dengan dimensi dan arah gerakannya
titik tersebut sehingga menjadikan unsur membentuk garis persegi. Bila dilihat dari
tersebut terikat dalam satu-kesatuan. Secara karakternya, karya tersebut terkesan tegas dan
tidak langsung, proses kreatif karya tersebut tajam sehingga kesan yang dihadirkan adalah
menggambarkan motivasi dan konsep imajinasi suasana yang kaku. Di samping itu, imajinasi
yang membuat karya tersebut bertolak pada visual yang dihadirkan pada karya tersebut juga
suasana langit di malam hari sehingga karya terkesan sunyi dan tenang. Suasana tersebut
yang dihadirkan memberikan citra estetik diperkuat juga dengan pola irama garis yang
tersendiri. disusun dengan teratur sehingga membentuk
kedalaman ruang.
b. Komposisi Unsur Garis
Capaian kesan estetik pada karya
Sebagaimana yang telah diuraikan di tersebut dapat dilihat dari ruang, dimensi, dan
atas, garis dapat diartikan sebagai serangkaian bidang yang bersifat semu sehingga terkesan
133
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

menipu mata (optic ilution), yaiut kesan timbul kreatif dalam pengorganisasian garis lengkung
ke depan dan menjorok ke belakang. Kesan- yang menghadirkan visualisasi yang menarik
kesan tersebut dapat ditangkap sebagai kesan dan memuat nilai-nilai keindahan yang tentu
visual yang menempatkan nilai estetiknya pada saja dapat diterapkan pada media karya seni
garis itu sendiri, sebagai yang dijelaskan pada rupa dan desain.
teori formalisme, bahwa unsur-unsur formal Di samping dapat dilihat sebagai nilai
(garis) yang apabila disusun dengan dinamika esetika visual, pengorganisasian garis
mempertimbangkan prinsip-prinsip seni rupa lengkung tersebut dapat pula dimaknai sebagai
dan desain, maka dapat membangkitkan kesan dinamis yang kemudian secara tidak
tanggapan estetik tertentu terhadap langsung mengahdirkan suasana tertentu, seperti
pengamatnya. gelombang gumpalan angin ataupun badai yang
sedang menerjang.
c. Komposisi Unsur Bidang

Gambar 6.
M. Ihsan N, 2020. Komposisi Garis Blok Lengkung.

Karya nirmana tersebut merupakan krya


yang dibuat dengan unsur utamanya garis
lengkung tebal. Komposisi garis tersebut Gambar 7.
diterapkan dengan teknik blok, yaitu M. Ihsan N, 2020. Komposisi Bidang Geometris
menggunakan tinta bak (tinta cina) dengan cara
dikuas. Adapun medium yang digunakan adalah Secara visual, bidang tersebut dapat
kertas gambar ukuran A3. Pengorganisasian digolongkan sebagai pengorganisasian bidang
garis-garis lengkung dikomposisikan dengan geometris dengan kombinasi dari beberapa jenis
ukuran yang bervariatif, sedangkan visualisasi bidang seperti, bidang segitiga, lingkaran dan
garis tersebut dikomposisikan dengan ritme persegi empat. Pengorganisasian bidang tersebut
bergelombang seperti gumpalan angin sehingga ditata berdasarkan atas prinsip dan kaidah seni
terkesan dimensi dan arah gerakannya rupa dan desain, yaitu keseimbangan simetris
menyerupai gelombang yang sedang bergerak. dengan bidang segi tiga dan lingkaran sebagai
Bila diamati secara keseluruhannya, senter visual, sedangkan bidang-bidang persegi
konsep dan proses kreatif karya tersebut empat divisualisasikan dengan ritme dengan
bertolak dari garis-garis lengkung dengan pola membentuk ilusi yang terkesan cembung,
dasar seperti gelombang. Ritme pola gelombang sehingga membentuk visual yang dinamis dan
yang ditata dengan kesan saling berhimpitan esetik.
satu dengan yang lainnya membuat karya Teknik pengorganisasian bidang tersebut
tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh sesuai dibuat dengan teknik yang cukup terukur
dengan prinsip pengorganisasian dan kaidah- (matetmatik) sebagaimana karkater bidang
kaidah estetiknya. Kaidah-kaidah estetik yang geometris itu sendiri yang kecenderungannya
dimaksudkan adalah intensitas dan proses lebih bersifat formal. Sebagahagian unsur-unsur
134
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

bidang tersebut diisi dengan tinta bak (warna Secara teknik pengerjaanya, karya
hitam) dan sebahagiannya lagi dibiarkan tersebut tidak berbeda dari karya-karya nirmana
kosong, sehingga iramanya membentuk papan yang lain, seperti teknik dan medium yang
catur. Komposisi bidang tersebut dapat pula digunakan yaitu medium kertas ukuran A3,
disebut sebagai bidang dengan komposisi ruang sedangkan tekniknya menggunakan teknik blok
positif (ruang terisi) dan ruang negatif (ruang dengan tinta bak warna hitam.
kosong). Tetapi di sisi lainnya komposisi estetik
d. Komposisi Unsur Warna
bidang tersebut dapat pula dilihat sebagai
susunan mozaik di mana adanya repetisi bidang Pengenalan warna merupakan aspek yang
dengan ukuran yang sama, berdampingan serta merupakan bagian penting dalam ilmu nirmana,
jarak yang rapat, sehingga adanya kesan tiga mulai dari pengenalan warna primer, sekunder,
dimensi yang semu. tertier, kuarter, hingga pengenalan warna secara
karakteristiknya, seperti warna dinging dan
warna panas. “Dalam teori warna, setiap warna
memiliki karateristik tertentu. Hal ini
bermaksud bahwa setiap warna memilki ciri-ciri
atau sifat khas tersendiri. Dalam warna terdapat
istilah hue (jenis warna), value (tingkat
kecerahan dan kegelapan warna), dan chroma
(kualitas yang menyatakan kekuatan dan
kelemahan warna). Berdasarkan tiga sifat dasar
itu, dapat ditentukan adanya warna sejuk/dingin
dan hangat/panas. Hal tersebut dapat terjadi
karena berdasarkan hue dari warna tersebut”
(Adi, 2017).

Gambar 8.
Elza Adelia Pratiwi, 2020. Komposisi Bidang Geometris

Berbeda dari bidang geometris, secara


bentuknya bidang non geometris merupakan
bidang yang tidak terukur, dimana
pengorganisasiannya cenderung bersifat
asimetris. Bidang-bidang non geometris dapat
saja berbentuk organis seperti bentuk daun,
bunga dan ranting kayu, dan buah. Bentuk
lainya bidang non organis dapat pula berbentuk
non organis atau bersifat abstrak seperti yang
tampak pada karya di atas.
Visualisasi karya tersebut berangkat dari
pola bidang yang abstrak, dan bersifat Gambar 9.
transpormatif seperti bidang persegi tiga seolah- Lingkaran Tingkatan Warna (warna primer, sekunder,
olah bertransisi menjadi bentuk bidang persegi tertier, dan kuarter).
Sumber: Sanyoto, 2010
empat sehingga eksistensi bidang tersebut
menjadi kabur dan abstrak, namun dalam Di dalam karya seni rupa dan desain
konteks prinsip estetiknya, secara visual hal ini sendiri, warna adalah unsur yang tidak dapat
pula yang menciptakan pengorganisasian bidang dipisahkan, selain dapat berfungsi secara aktif,
non geometris menjadi lebih dinamis keberadaan warna juga merupakan unsur-unsur
dibandingkan dengan bidang geometris yang yang dapat menghadirkan nilai-nilai estetika
lebih bersifat formal. pada karya seni rupa dan desain tertentu.

135
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

Menurut Kandinsky dalam (Josefin et panas lebih dominan dibandingkan dengan


al., 2016) “warna tertentu memiliki hubungan warna dingin. Warna panas diwujudkan dengan
untuk bentuk-bentuk tertentu. Sebuah bentuk warna kuning, orange, dan merah, sedangkan
kusam seperti lingkaran layak mendapat warna karakter warna dingin diwujudkan dengan
kusam seperti biru. Sebuah bentuk dengan warna ungu kebiruan. Karakter warna panas
bunga menengah seperti persegi layak warna memberikan kesan yang menimbulkan suasana
menengah seperti merah. Sebuah bentuk, menjadi hangat, berani, cerah dan mencolok,
dinamis menarik seperti sebuah segitiga, layak sedangkan warna dingin melahirkan kesan
mendapat warna enegetik bercahaya, psikotik kesejukan, natural, ketenangan dan kelembutan.
seperti kuning”. Sebaliknya, bila dilihat dari keselarasan
Berangkat dari teori tersebut, dapat warna, paduan warna tersebut dapat
dipahami bahwa penerapan warna pada karya digolongkan menjadi warna yang kontras karena
seni rupa dan desain tidak hanya terkait dengan tidak adanya warna yang hadir sebagai warna
nilai ekspresi semata, tetapi juga memiliki intermedia sebagai penyelaras antara karakter
pengaruh tertentu antara objek dan warna yang warna panas dan warna dingin. Namun secara
digunakan, baik pengaruh fsikologis maupun visualnya karya tersebut masih dapat
estetik. Di sisi lain, penerapan warna pada karya digolongkan sebagai perpaduan warna yang
seni rupa dan desain kadangkala tidak terlepas menarik, karena warna tersebut tidak
dari nilai-nilai budaya yang melatarbelakangi si dikomposisikan dalam bentuk pola yang
seniman ataupun desainer, sehingga warna- abstrak, melainkan dalam bentuk pola geometris
warna yang diwujudkan tidak hanya berfungsi dekoratif, sehingga komposisi warna tersebut
untuk memenuhi kekosongan bidang-bidang menjadi bagian satu kesatuan dari keseluruhan
visual, melainkan juga berfungsi sebagai simbol bentuk dekoratif tersebut.
dan karakter yang mengandung filosofi dan
makna, bahkan suatu warna dapat dianggap
sangat sakral pada suatu kebedayaan masyarakat
tertentu, seperti warna-warna pakaian, warna
bendera, dan warna-warna yang diterapkan pada
simbol dan lambang tertentu.
n

Gambar 11.
Komposisi warna dingin pola abstrak. Sumber:
Gambar 10. https://id.pinterest.com/pin. 10/12/2020
Dika, 2019. Komposisi warna dengan dominasi warna
panas Secara keseluruhan, komposisi warna
pada karya tersebut divisualisasikan dengan
Secara visual, karya tersebut pada pola bastarak, yang mana pengorganisasian
dasarnya adalah komposisi karakter warna warna tersebut dikomposisikan dengan tidak
panas dan warna dingin, namun tampilan warna beraturan, tumpang tindaih antara satu warna
136
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

dengan warna yang lainnya sehingga memiliki


ketertarikannya sendiri. Perpaduan warna biru,
putih, dan warna abu-abu menciptakan kesan
visual yang lembut, dingin dan tenang.
Pengorganisasian warna dengan arah garis yang
bergerak meliyuk-liyuk membuat komposisi
warna tersebut menjadi terlihat dinamis namun
terlihat utuh dan saling mengikat antara satu
dengan yang lain sehingga terciptanya kesan
visual yang estetik.
2. Dinamika Estetika Nirmana Tiga Dimensi
(Trimatra)
Nirmana trimatra atau tiga dimensi
merupakan suatu bentuk karya seni rupa yang
dapat dilihat dari berbagai sisi, seperti panjang,
lebar dan tinggi serta memiliki kedalaman
ruang. Ruang adalah unsur yang tidak terpisah Gambar 12.
dari nirmana trimatra, karena ruang yang Dika, 2019. Nirmana Trimatra dengan pola dasar segi
dihadirkan pada karya nirmana trimatra adalah tiga
bersifat nyata. Ruang trimatra merupakan jenis
ruang yang benar-benar diartikan sebagai Karya tersebut merupakan karya
“ruangan” yang berongga atau ruang sempurna, nirmana trimatra yang dibuat dengan bahan
yang memiliki tiga dimensi penuh, panjang, dasar dari kertas karton padi. Potongan kertas
lebar, dan kedalaman (Sanyoto, 2010). Hal tersebut dibentuk dengan pola-pola segi tiga
inilah yang membedakan dengan nirmana dengan teknik sambungan lem.
dwimatra, yang mana ruang pada nirmana Pengorganisasian pola tersebut disusun dengan
dwimatra yang dihadirkan adalah bersifat semu. arah garis melingkari tabung dengan susunan
Pada prinsipnya, pengorganisasian yang teratur dan dikemas melalui hirarki dengan
unsur-unsur nirmana trimatra tidak jauh berbeda ritme komposisinya lebih detail sehingga asas-
dengan nirmana dwimatra, yang membedakan asas pengorganisasian dapat menghadirkan
adalah mediumnya. Jika nirmana dwimatra nilai-nilai keindahan.
diwujudkan dengan goresan titik, garis, dan Visualisasi proses kreatif sebagai bagian
bidang secara nyata, maka nirmana trimatra dari dinamika estetik juga dihadirkan melalui
diwujudkan dengan perantara medium yang komposisi perpaduan warna panas dan warna
bersifat material atau benda-benda tertentu, dingin. Kedua karakter warna tersebut dibuat
seperti kertas, kawat, kayu, triplek, besi dan dalam bentuk gradasi warna, sehingga transisi
material-material yang lainnya. dari warna panas ke warna dingin tidak terlalu
kontras karena dilalui dengan perantara warna
lembut yang memuat unsur-unsur warna putih
(warna netral).
Eksistensi nirmana trimatra sebagai
bagian dari proses kreatif, imajinatif dan
esetetik pada dasarnya memiliki peran penting
bagi perupa dan desainer dalam mengeksplorasi
bentuk, warna, ruang, konsep maupun ide-ide
yang dapat menghadirkan pengalaman estetis
bagi perupa dan desainer.

137
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

PENUTUP
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
nirmana adalah dasar berkarya seni rupa dan
desain yang memiliki peran penting untuk
melatih kepekaan rasa terhadap nilai-nilai
estetika dalam dinamika visual. Keilmuan
nirmana dapat dikatakan sebagai dasar pokok
dalam mewujudkan karya seni rupa dan desain,
yang mana di dalamnya mencakup unsur-unsur
seni rupa dan desain seperti titik, garis, bidang,
dan warna dengan prinsip-prinsip penerapanya
yaitu kesatuan, keseimbangan, keselarasan,
irama dan eksplorasi ruang nyata dan semu yang
dikomposisikan dengan proses kraetif dan
imajinatif.
Proses pengorganisasian unsur-unsur
seni rupa dan desain beserta prinsipnya
Gambar 13. merupakan metode dalam mewujudkan
Nirmana Trimatra dengan bahan stik es. Sumber: interpretasi nilai-nlai keindahan, baik dalam
https://id.pinterest.com/pin. 10/12/2020
bentuk dua dimensi (dwimatra) maupun dalam
bentuk nirmana tiga dimensi (trimatra).
Karya nirmana trimatra tersebut
menunjukkan ruang kreativitas yang tidak
UCAPAN TERIMA KASIH
terbatas. Kreator dapat saja menciptakan karya-
Ucapan terima kasih penulis sampaikan
karya trimatra yang menarik dengan
kepada pihak Universitas Indo Global Mandiri
pemanfaatan bahan-bahan yang sederhana,
(UIGM) dan Universitas PGRI Palembang yang
seperti halnya stik es. Dalam karya nirmana
telah memberi kesempatan kepada tim penulis
trimatra, bahan tersebut memang sudah lazim
untuk berkolaborasi dalam penelitian ini.
digunakan, tetapi ada banyak sekali kreasi-
Tentunya penulis menyadari sekali,
kreasi estetik trimatra yang dapat diciptakan,
bahwa dalam artikel ini masih banyak
mulai dari bentuk-bentuk yang formal hingga
kekurangan-kekurangan yang harus
bentuk susunan yang bersifat abstrak.
disempurnakan. Oleh karena itu saran dan
Biasanya bentuk-bentuk karya nirmana
kritikan positif sangat kami harapakan agar
trimatra memiliki nilai estetiknya tersendiri,
kualitas penulisan artikel ini kedepannya dapat
tergantung konsep dan bahan yang digunakan.
ditingkatkan lagi.
Bahan memiliki karakternya sendiri, seperti
bahan kawat, besi, bambu, kayu, triplek dan
KEPUSTAKAAN
yang lainnya. Tidak jarang pula bahan-bahan
Adi, G. B. (2017). Dampak penggunaan warna
tertentu dipadukan dengan kreasi warna,
panas dalam upaya branding suatu produk.
sehingga kesan visual esetik pada karya trimatra
PRODUCTUM Jurnal Desain Produk
menjadi lebih kompleks. Di sisi lain karya-karya
(Pengetahuan Dan Perancangan Produk),
nirmana trimatra dapat pula dicipta dengan
3(2), 58.
memanfaat bahan-bahan limbah, seperti tutup
https://doi.org/10.24821/productum.v3i2.16
botol, kain, maupun limbah kertas. Artinya
23
nirmana tidak hanya melatih ketajaman terhadap
Ayu, A. P. (2013). Dasar Kesenirupaan
bentuk dan visual, namun juga dapat melatih
Fakultas Seni Rupa. 1.
kepekaan terhadap perupa dan desainer dalam
Bahari, N. (2004). No TitleKritik Seni,
mengamati kondisi lingkungan, sosial dan
wacana apresiasi dan kreasi. pustaka
budaya.
Pelajar.
Hendriyana, H. (2019). Rupa Dasar Nirmana
(Giovanny (ed.)). Andi.
138
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0
Husni Mubarat / JURNAL EKSPRESI SENI – VOL 23 NO. 1. JUNI (2021) 2580-2208

Iswandi, H., & Mubarat, H. (2019). ANALISIS


INTERPRETASI PADA SPANDUK
PECEL LELE KHAS LAMONGAN.
Jurnal Ekspresi Seni Jurnal Ilmu
Pengetahuan Dan Karya Seni, 21(1), 39–
55.
Josefin, A., Damajanti, I., & Irianto, A. J.
(2016). Ketidaksadaran Kolektif Akan
Warna dan Bidang. Journal of Visual Art
and Design, 8(1), 65.
https://doi.org/10.5614/j.vad.2016.8.1.5
Kartika, D. S. (2004). Seni Rupa Modern.
Rekayasa Sain.
Leo, S. (2013). Kiat Jitu Menulis Skripsi, Tesis,
dan Disertasi (S. Saat (ed.); 1st ed.).
Penerbit Erlangga.
Mikke Susanto. (2011). Diksi Rupa, istilah dan
gerakan seni rupa.
Mubarat, H., & Iswandi, H. (2018). Aspek-
Aspek Estetika Ukiran Kayu Khas
Palembang. Jurnal Ekspresi Seni, 20.
Novitasari, D. (2018). Kajian Estetika Melalui
Bentuk Keseimbangan Ilustrasi Durga
Dengan Teknik Sablon Discharge
Sederhana. Jurnal Bahasa Rupa, 1(2), 73–
80.
https://doi.org/10.31598/bahasarupa.v1i2.26
3
Puspitasari, D. G., & Darmawan, J. (n.d.). BAGI
PROGRAM STUDI ANIMASI Dyah Gayatri
Puspitasari ; James Darmawan. 9, 685–
697.
Rohidi, T. R. (2011). Metodologi Penelitian
Seni. Cipta Prima Nusantara.
Sanyoto, sadjiman E. (2010). Nirmana elemen-
elemen seni rupa dan desain. jalasutra.
Sidhartani, S. (2010). Elemen Visual dan
Prinsip Desain Sebagai Bahasa Visual untuk
Menyampaikan Rasa Studi Kasus : Aplikasi
Elemen Visual dan Prinsip Desain pada
Karya Nirmana Dwimatra. Deiksis, Vol.
2(02), 82–95.
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/
Deiksis/article/view/396/699
Sunarto, B. (2013). Epistemologi Penciptaan
Seni. Ide Press.
Sunarto, S. (2018). Pengembangan Kreativitas-
Inovatif Dalam Pendidikan Seni Melalui
Pembelajaran Mukidi. Refleksi Edukatika :
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(2).
https://doi.org/10.24176/re.v8i2.2348
139
Husni Mubarat http://creativecommons.org/licenses/by/4.0

Anda mungkin juga menyukai