Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH STUDI KEISLAMAN

“KONSEP DASAR SYARIAH DAN IBADAH”

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Muhammad Mawangir, M.Ag

DISUSUN OLEH :
 Nadira Arianti
 M.Farhan Arya
 Sindy Aulya Maharani

PRODI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengansegala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisadirasakan oleh dirinya
tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia
lupakan Allah swt yang telah memberikannya. Sebab itu, manusia harusmendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuatsesuai bimbingan Allah swt atau
memanfaatkan anugerah Allah SWT.
Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang
sesuai dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya, salah satu cara untuk mencapai tuntunan tersebut
adalah dengan beribadah.Syariah islam ialah tata cara pengaluran tentang perilaku hidup
manusiauntuk mencapai keridhaan Allah SWT. Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu
adanya perhatian terhadapnya, karena ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi
disalahgunakan. Dalam islam ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah
perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi MuhammmadSAW kepada umat islam,
yang dilandaskan pada kitab yang diturunkan Allahkepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-
Qur’an dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan nabi atau dengan kata lain disebut
dengan hadits. Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk
beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at-Nya. Dalam
ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kitalakukan. Apakah ibadah
tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah,dan makruh.

B. Tujuan

Tujuan umum, Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami tentang Ibadah dan Syariah. Sedangkan, Tujuan khusus dari pembuatan makalah
ini adalah mengikuti prosedur pengajaran dalam mata pelajaran Agama Islam .

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini, meliputi :
1. Pengertian dan Ruang Lingkup syariah islam
2. Apa pengertian pengertian ibadah dan hakikatnya?
3. Apa saja dasar - dasar ibadah dan fungsi dari ibadah?
4. Apa saja ruang lingkup ibadah dan apa syarat diterimanya ibadah?
5. Apa saja keutamaan ibadah?

D. PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN SYARIAH
Secara terminologis, Syariah diartikan sebagai tata aturan atau hukum yang
disyariatkan oleh Allah kepada hambanya untuk diikuti. Diperjelas oleh pendapat
Manna’ al Qhaththan, bahwa syariat berarti “Segala ketentuan Allah yang
disyariatkan bagi hamba-hambanya, baik menyangkut akidah,ibadah,akhlak,maupun
muamalah.1
Ulama- ulama islam juga mendefinisikan syariat sebagaimana dikutip dalam buku
Pengantar dan Sejarah Hukum Islam berikut :

“Syariat ialah apa (hukum-hukum) yang diadakan oleh tuhan untuk hamba-
hamba nya, yang dibawa oleh seorang nabi, baik hukum-hukum tersebut
berhubungan dengan cara mengadakan perbuatan yaitu yang disebut sebagai
hukum-hukum cabang dan amalan, dan untuknya maka dihimpunlah ilmu
fiqih; atau berhubungan dengan cara mengadakan kepercayaan (I’tiqad), dan
untuknya maka dihimpunlah ilmu kalam syariat (syara’) disebut juga agama
ad-din dan al-millah).2

Sesuai dengan ayat al Qur’an surah al-Jasiyah ayat 18:

َ ‫يع ةٍ ِم َن ا َأْل مْ ِر َف َّات ِب عْ َه ا َو اَل َت َّت ِب عْ َأ هْ َو‬


‫اء‬ َ ‫ُث َّم َج َع ْل َن‬
َ ‫اك َع َل ٰى َش ِر‬
َ ‫ين اَل َي عْ َل ُم‬
‫ون‬ َ ‫الَّ ِذ‬

Artinya : “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui”.

Syariah pada mulanya diartikan dengan agama, namun kemudian dispesifikan untuk
hukum amaliah saja.pengkhususan makna syariah dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman bahwa sejatinya agama hanya satu dan cakupannya lebih

1
Manna’ Khalil al-Qhattan, At-Tasyri wa al-Fiqh fi al-Islam: Tarikhan wa Manhajan (ttt: Maktabah Wahbah,
1976),hlm.9.
2
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam,(Jakarta: Bulan Bintang,1970),hlm.9
luas(universal), sedangkan syariah dapat berbeda-beda antar satu umat dengan umat
lainnya.syariat merupakan norma hukum dasar yang ditetapkan Allah, dan kemudian
wajib diikuti oleh umat islam berdasar keyakinan dan disertai akhlak, baik dalam
hubungannya dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, dan juga alam
semesta.syariat sebagai norma hukum yang disyariatkan oleh Allah SWT. ini
kemudian diperinci oleh Muhammad SAW. Sehingga selain terdapat di dalam Al-
Qur’an, syariat juga terdapat dalam as-sunnah.

Ruang Lingkup Syariah

Ruang lingkup syariah lain mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut :

Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah


SWT (ritual), yang terdiri dari Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat,
zakat, puasa dan haji.

Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rumun Islam :

a. Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum, pengaturan


menghilangkan najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat, I’tikaf, do’a, sholawat, umroh,
tasbih, istighfar, khitan, pengurusan mayit, dan lain-lain.

b. Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah, dan lain-
lain.
Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang
lainnya dalam hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya : dagang,
pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan,
rampasan perang, utang-piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan,
dan lain-lain. Bedanya ibadah dan muamalah adalah :

Ibadah mencakup hubungan antara manusia dengan tuhannya,sedangkan muamalath dalam


pengertian yang sangat luas terkait dengan hubungan antara manusia dengan
sesamanya.Dalam konteks ini, muamalah mencakup beberapa bidang, diantaranya:
 Munakahat
 Wiratsah
 Mu’amalat dalam arti khusus
 Jinayat atau uqubat
 Al-ahkam as-shulthaniyyah (khilafah)
 Siyar,dan
 Mukhasamat.3

Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain
dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya), diantaranya :
perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah, penyusunan, memelihara anak, pergaulan suami
istri, mas kawin, berkabung dari suami yang wafat, meminang, khulu’, li’am dzilar, ilam
walimah, wasiyat, dan lain-lain.

Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat,


kifarat, pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam perjuangan, kesaksian
dan lain-lain.

Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik),


diantaranya : ukhuwa (persaudaraan) musyawarah (persamaan), ‘adalah (keadilan), ta’awun
(tolong menolong), tasamu (toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab sosial), zi’amah
(kepemimpinan) pemerintahan dan lain-lain.

Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar,
tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah (berani), birrul
walidain (berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-lain.

Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan, berburu,


nazar, pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, mesjid, da’wah, perang, dan
lain-lain.

Sumber-sumber Syariah
Syariah mengenal subjek hukum atau subjek penyandang hak dan kewajiban(mukallaf).
Subjek syariah adalah manusia. Dalam ushul fiqh hanya terbatas kepada orang pribadi.

3
M.Rasyidi, Keutamaan Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1971),hlm.25.
Para ulama ushul fiqh mengemukakan bahwa dasar pembebanan hukum tersebut adalah
akal dan pemahaman,karena sumber taklif adalah khitab(firman dan sabda).4
1. Al-Qur’an,
Al-Qur’an adalah kumpulan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang dihimpun dalam sebuah kita suci yang menjadi pegangan bagi
manusia. Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan Undang-Undang
yang sebagian besar berisi hukum-hukum pokok.

2. Al-Hadist (As-Sunnah)

Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan penjelasan dan rincian
terhadap hukum-hukum Al-Qur’an yang bersifat umum. Sunnah adalah sumber hukum
islam (pedoman hidup kaum muslimin yang kedua setelah Al-Qur’an).

3. Ra’yu (Ijtihad)

Ra’yu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk
menetapkan hukum yang belum ditetapkan secara pasti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Klasifikasi dan Pelaksanaan Syariah


Syariah adalah ketentuan, ketentuan Allah SWT yang mengatur dilaksanakannya atau tidak
dilaksanakannya suatu perbuatan seseorang baik yang menyangkut ibadah dalam arti kata khusus
atau ibadah dalam arti luas.
Klasifikasi sebagai berikut:

1. Kelompok Wajib (ijab)


2. Kelompok haram
3. Kelompok sunnat
4. Kelompok makru
5. Kelompok yang diizinkan (ibadah)

Bagi seseorang muslim melaksanakan syariah dalam kehidupan sehari-hari,


sebenarnya tidak hanya melaksanakan agama dalam arti khusus tapi melaksanakan agama
yang bersifat universal. Pelaksanaan syariah didalam islam ini sangat berhubungan dengan

4
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1992),hlm.144.
kondisi, sebagai contoh orang yang tidak mampu untuk melaksanakan sesuatu kewajiban
secara normal maka dia pasti melaksanakannya dengan cara lain.

Pengertian ibadah
Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat) yang berarti pengabdian,
penghambaan,ketundukkan,dan kepatuhan. Kata ibadah menurut Bahasa berarti “taat,
tunduk, merendahkan diri, dan menghambakan diri”. Adapun kata “ibadah” menurut istilah
berarti penghambaan diri yang sepenuh-penuhnya untuk mencapai keridhoan Allah dan
mengharap pahalanya di akhirat.5
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri kepada
Allah, tuhan yang maha esa. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan manusia di dunia ini,
yang dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah. Jadi setiap
Tindakan mukmin yang dilandasi oleh niat tulus untuk mencapai Ridha Allah dipandang
sebagai ibadah. Makna inilah yang terkandung dalam firman Allah:

=َ =‫ت= ا= ْل= ِ=ج= َّن= َو= ا=ِإْل ْن‬


=‫س= ِإ اَّل لِ= يَ= ْع= بُ= ُد= و= ِن‬ ُ =‫َو= َم= ا= َخ= لَ= ْق‬

artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.

Dengan demikian, segenap Tindakan mukmin yang dilakukan sepanjang hari dan malam
tidak terlepas dari nilai ibadah, termasuk Tindakan yang dianggap sepele,seperti senyum
kepada orang lain atau bahkan Tindakan yang dianggap kotor atau tabu jika dituturkan
kepada orang lain, seperti buang hajat, melakukan hubungan seks, dan lain-lain.Beberapa
sahabat bertanya kepada nabi SAW. Tentang pahala shalat,puasa, dan sedekah. Rasulullah
saw. Juga bersabda,”Seseorang muslim yang menanam pohon atau tumbuhan lain,
kemudian buahnya dimakan burung, orang atau Binatang ternak, semua itu menjadi
sedekah baginya”.6

5
Sidik Tono,dkk, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,1998).hal.2.
6
Sidik Tono,dkk, Ibadah dan Akhlak dalam Islam.,hal.6.
Hakikat Ibadah
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah
adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah
SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang dhahir (nyata).
Adapun hakikat ibadah yaitu:7
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita, seperti yang terdapat dalam surat adz-dzariat ayat 56,
yang menunjukkan bahwa tugas kita sebagai manusia adalah untuk beribadah kepada allah.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh
ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3 Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya.
4. Hakikat ibadah sebagai cinta.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang dicintai
Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis
makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Ruang Lingkup dan Syarat diterimanya Ibadah


a. Ruang Lingkup Ibadah
1. Ibadah Secara Umum (ghairu mahdhah)
badah umum atau ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh Allah,
misalnya; belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Jadi, ibadah
secara umum ini termasuk fardhu kifayah dan sebagian yang hukum asalnya mubah.
Ibadah umum sangat luas yang mencakupi atau merangkumi seluruh pekara yang
berkaitan kehidupan manusia. Akan tetapi jika bertemu adanya nash yang
mengharamkannya, misalnya ada dalil yang melarang mengucap dzikir dengan lisan
di dalam tandan atau WC, maka ia haram mengucapkannya selama berada di
dalamnya. Selain itu selama dalil umum yang memayungi keharusan ibadah sunah
tersebut dan tidak ada pula dalil pengharaman bentuk dan cara pelaksanaannya,
maka dibenarkan untuk mengamalkannya.

7
Lembaga Pembinaan Pengembangan Keislaman Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya,https://lppk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09/materi-i-pengertian-hakikat-dan-
hikmah.html?m=1.
2. Ibadah Secara Khusus (mahdhah)
Ibadah khusus atau mahdhah adalah ibadah yang apa saja yang telah ditetapkan
Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk
mahdhah misalnya adalah Thaharah, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Jadi, jenis dari ibadah
ini keberadaannya harus berdasarkan sumber-sumber hukum Islam (Al-Qur’an dan Hadits),
bukan berasal atau ditetapkan oleh akal logika melainnya berasal dari wahyu Allah SWT.
Dan hamba (semua manusia) wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah
SWT.

Secara garis besar sistematika ibadah ini sebagaimana dikemukakan Wahbah


Zuhalyi, sebagai berikut:8
 taharah
 shalat
 penyelenggaraan jenazah
 zakat
 puasa
 haji dan umrah
 I’tikaf
 Sumpah dan kaffarah
 Nazar
 Qurban dan aqiqah

Syarat diterimanya Ibadah


1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil
2. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
3. Meninggalkan riya, artinya beribadah bukan karena malu kepada manusia dan
supaya dilihat oleh orang lain.
4. Bermuraqabah, artinya yakin bahwa Allah itu melihat dan selalu ada disamping kita
sehingga kita bersikap sopan kepada-Nya

Hubungan Ibadah dengan Iman

8
Wahbah Zuhayli, Al-Fiqhu al Islamy waadilatuhu,I,(Daar Al-Fikr, 1989).hal.11.
Ibadah yang merupakan ekspresi kehinaan dan kerendahan diri di hadapan tuhan
yang mahakuasa dan mahaagung, harus dilandasi oleh keimanan dan keyakinan yang kukuh
kepadanya. Sejatinya, ketundukan dan kepatuhan manusia di hadapan tuhannya dengan
melakukan berbagai bentuk ibadah merupakan manifestasi iman yang bersifat abstrak
kedalam perbuatan yang konkret, ketundukan dan kepatuhan yang tidak dilandasi
keimanan,seperti ketundukan seseorang kepada pemimpinnya, tidak termasuk ibadah.begitu
pula kekaguman dan pengabdian seseorang kepada kekasihnya.9
Iman dan ibadah sering pula saling menguatkan dan saling menyempurnakan. Ketika
seseorang memiliki kesempatan yang luas untuk beribadah, tetapi keimanannya belum
kokoh, ia meningkatkan dan memperkukuh imannya dengan terus menerus menambah
kualitas dan kuantitas ibadahnya. Sebaliknya, iman yang semakin mantap pasti akan
membuahkan ibadah yang banyak dan berkualitas itulah hhubungan timbal balik antara
iman dan ibadah.10

Keutamaan Ibadah
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-
Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan
Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan
melaksanakannya dicela. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
َ‫َوقَ========ا َل َربُّ ُك ُم ا ْدعُ========ونِي َأ ْس========تَ ِجبْ لَ ُك ْم ۚ ِإ َّن الَّ ِذينَ يَ ْس========تَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَ========ا َدتِي َس========يَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم دَا ِخ======== ِرين‬
“Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk

Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” [Al-Mu’min: 60]

Di antara keutamaan ibadah adalah


a) Ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat
tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.
b) Manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat
darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir (butuh)
kepada Allah
c) Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang
merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata
9
Nurcholis Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,1992). Hal.63 dalam
buku Yunasril Ali.Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah,(Jakarta: Zaman,2012). Hal.21.
10
Nurcholis Madjid,Islam: Doktrin Dan Peradaban., hal.22.
d) Ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan
meninggalkan kemunkaran.
e) Seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya
dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas
kepada mereka
f) Bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah.

Macam-macam Ibadah Ditinjau dari Berbagai Segi


 Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi 2 macam :
1. Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan dalam nash
(dalil/dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji.
2. Ibadah Ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-mata karena
Allah SWT. Seperti bekerja, makan, minum dan tidur sebab semua itu untuk
menjaga kelangsungan hidup dan Kesehatan jasmani supaya dapat mengabdi
kepadanya.
 Ditinjau dari segi kepentingan perseorangan atau Masyarakat,ibadah ada 2 macam:
1. Ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa.
2. Ibadah ijtima’i , seperti zakat dan haji.
 Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi 3:
1. Ibadah jasmaniyah dan ruhiyah seperti sholat dan puasa
2. Ibadah ruhiyah dan amaliyah seperti zakat.
3. Ibadah jasmaniyah,ruhiyah ,dan amaliyah seperti pergi haji.
 Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi:
1. Ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti
sholat,zakat,puasa dan haji
2. Ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur’an,berdoa dan berzikir
3. Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membela
diri, menolong orang lain, mengurus jenazah dan jihad
4. Ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom,berpuasa dan I’tikaf (duduk di
masjid); dan
5. Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan hutang atau
membebaskan hutang orang lain
PENUTUP

Kesimpulan
Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan
umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah
Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam
menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek
kehidupan.
Ibadah segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka
mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya, mensucikan jiwa,
mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, mendidik mental, dan
menjadikan manusia yang disiplin dan bertanggung jawab.

Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu
untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah
mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata
ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Dasar-dasar Pendidikan (Bumi Aksara, Jakarta, 2008).

Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syari’ah, (Surabaya: PT. Pamator, 1999), Cetakan Ke-1

Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cetakan Ke-1.

Dasar – Dasar Agama Islam, Prof. Dr. Zakiah Haradjat Dkk, 1999, Jakarta.

Fiqh Islam, H. Sulaiman Rasjid, 1976, Attahiriyah, Bandung.

Pendidikan Agama Islam, Drs. Nandang L. Hakim, 1988, Ganeca Exac, Bandung.

Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cetakan Ke-2.

Syihab, M. Quraisy, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda

Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), Cet. Ke-1.

Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cetakan Ke-2.

Zakiyah Daradjat, ILMU FIQIH, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cetakan Ke-

1, Hal. 5.

Anda mungkin juga menyukai