Anda di halaman 1dari 41

PENDALAMAN MATERI AKIDAH AKHLAK

MODUL
AKIDAH AKHLAK

AKIDAH AKHLAK
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
2022

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)


DALAM JABATAN TAHUN 2023

1
Modul Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Pendidikan Agama Islam
AKIDAH AKHLAK

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

i
Modul Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Pendidikan Agama Islam
AKIDAH AKHLAK

Penulis : 1.
2. Miftahul Fikri

Reviewer : Miftahul Fikri


Pembaca Ahli : Muhammad Ali Ramdhani, Rohmat Mulyana Sapdi, Amrullah
Tim Editor : Muhammad Munir, Anis Masykhur

Cetakan …., April, 2023


ISBN : xxxx-xxxx-xxxx

Penerbit:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Jl. Lapangan Banteng 3-4 Jakarta Pusat
https://pendis.kemenag.go.id

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengggandakan isi buku tanpa seijin penerbit.

ii
PENGANTAR REVIEWER
PENGANTAR REVIEWER

Modul Akidah Akhlak ini merupakan bahan belajar yang diperuntukkan bagi
mahasiswa program Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Pada
awalnya, modul ini disusun terpisah antara modul Akidah dan modul Akhlak,
namun pada perkembangannya keduanya digabungkan menjadi satu modul.
Modul yang tersusun saat ini mencoba memuat secara komprehensif aspek
faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Keseluruhannya terhimpun dalam
empat kegiatan belajar (KB), yang terdiri dari Kasih Sayang dan Kekuasaan Allah;
Sumber Akhlak dan Implementasinya; Hari Akhir, Qadha dan Qadar; dan Akhlak
Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain.
Modul ini senantiasa mengalami proses review dan revisi pada setiap
tahunnya. Pada review tahun ini, dilakukan insersi nilai-nilai moderasi yang bisa
ditemukan terutama pada bagian refleksi. Hal ini dimaksudkan agar para calon guru
profesional dapat menangkap nilai-nilai moderasi dari hasil pembelajaran dan dapat
diterapkan pada proses pengajarannya kemudian.
Dengan segala kekurangan modul ini, semoga tetap dapat memberikan
manfaat.

Bekasi, 11 April 2023


Reviewer,

Miftahul Fikri

iii
PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
DESKRIPSI UMUM
Modul ini akan mengajak Saudara memperdalam tentang Akidah Akhlak
dengan pendekatan kajian moderat (wasathiyyah), membumi, dan berkesesuaian
dengan asas Pancasila. Pengajaran Akidah Akhlak tentang Al-Asmā al-Husnā:
Konsepsi tentang al-Rahmān dan al-Mālik; Konsepsi tentang mukjizat, karomah dan
sihir; Hakekat akhlak al-karimah, potensi-potensi jiwa (Quwwah al-Ilmi dan Quwwah
al-Ghadhab), implementasi akhlak al-karimah; Iman kepada hari akhir dan tanda-
tanda hari kiamat; Qada, qadar dan takdir; Akhlak yang ada hubungannya dengan
diri sendiri (khauf dan malu); Akhlak terhadap orang lain (kasih sayang dan pemaaf).
Materi ini harus diajarkan dengan kecenderungan yang penuh rahmatan lī al-
alamīn (humanis-religius dan universal) juga smilling face (penuh keramahtamahan),
bukan berkecenderungan pada pemahaman akidah yang rigid, kaku, keras, sempit
dan yang senada dengannya. Terlebih, empat komponen keimanan itu juga harus bisa
dibumikan secara aplikatf dalam kehidupan sehari-hari untuk mempertebal wawasan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berasaskan pada keimanan dan ketakwaan.
Pemahaman Akidah Akhlak yang aplikatif dengan kecenderungan yang
rahmatan lī al-alamīn (humanis-religius dan universal) juga smilling face (ramah-tamah)
di atas, menjadi tantangan bagi pendidik, terutama guru Pendidikan agama Islam
(PAI). Oleh karena itu, guru PAI harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk menunjang pengajaran tersebut. Sehingga wawasan tentang Akidah Akhlak
tidak hanya dijelaskan dengan berkecenderungan lebih pada aspek Jalāliyyah
(Kegagahan/ketegasan) semata, namun harus menyeimbangkan dengan juga banyak
menyentuh aspek keindahan atau Kelembutan-nya (Jamāliyyah).
Melalui modul ini, guru dan calon guru Pendidikan Agama Islam memiliki
wawasan akidah keislaman yang moderat, yang tidak bertentangan dengan
Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Pancasila. Hal itu sesuai
dengan pula dengan Dasar, Fungsi dan tujuan dari UU Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 2003, yaitu untuk “…. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.

iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Para mahasiswa yang budiman, agar dapat menguasai materi ajar dalam modul
Akidah Akhlak yang mencakup empat Kegiatan Belajar dengan baik, cermatilah
petunjuk penggunaan modul berikut ini:
a. Bagi Mahasiswa
1) Bacalah dan pahami modul ini dengan baik sesuai dengan capaian
pembelajaran yang telah ditetapkan.
2) Pelajari modul secara bertahap sesuai uruatan KB (Kegiatan Belajar) yang
disajikan. Bila masih belum dipahami, pelajari secara berulang-ulang.
3) Bacalah sumber bacaan lain yang dipandang relevan dengan materi yang
dipelajari sebagai bahan rujukan dan pembanding.
4) Diskusikan materi pada setiap KB dengan rekan sejawat dan atau dosen
pengampu.
5) Ikuti kegiatan pembelajaran sebaik mungkin bersama dosen pengampu baik
secara tatap muka online ataupun melalui chat diskusi.
6) Pastikan Bapak/Ibu lulus soal test formatif sesuai dengan grade pada setiap
Kegiatan Belajar (materi).
7) Bila belum memenuhi grade silahkan pelajari kembali KB tersebut secara
maksimal, jangan dulu melajutkan ke KB berikutnya.
8) Pastikan Bapak/Ibu lulus test sumatif /tes akhir modul sesuai dengan grade
yang telah ditentukan.
b. Bagi Dosen
1) Dosen memperdalam materi-materi yang disajikan pada modul ini guna
memberikan pemahaman lebih kepada mahasiswa terkait.
2) Dosen melakukan perkuliah secara online baik tatap maya dan atau melalui
disksui sesuai dengan kesepakatan.
3) Dosen memberikan penjelasan terkait materi-materi yang masih sulit dipahami
dalam modul.
4) Dosen menyusun soal formatif pada setiap KB dan menginputkannya pada
sistem yang tersedia, contoh soal tersedia pada modul.
5) Dosen membimbing mahsiswa yang masih belum lulus tes formatif dan/atau
sumatif.
6) Dosen dapat memberikan sumber bacaan lain yang dipandang relevan dengan
sajian meteri jika di perlukan.
7) Dosen menyiapkan petunjuk kerja pada akhir modul dengan mengacu pada
Problem Based Learning dan Projet Based Learning sesuai dengan materi yang
disajikan.

Selamat belajar dan semoga Saudara berhasil dengan baik. Amin.

v
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengkaji modul ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menganalisis makna dan kandungan al-Asmā al-Husnā yaitu: al-Rahmān dan al-
Mālik dalam lingkup akidah Islam.
2. Menganalisis makna akidah Islam terkait dengan: 1) mukjizat; 2) karomah; 3) dan
sihir dengan berbagai aspek dan ruang lingkupnya dalam akidah Islam.
3. Mampu menganalisis hakekat akhlak dan kekuatan pendukungnya dalam jiwa
manusia.
4. Menganalisis hakikat amal saleh dan amal baik serta unsur-unsur iman yang
mendasar dalam implementasi amal sholeh dan amal baik dalam kehidupan
manusia.
5. Menganalisis konsep hari akhir sebagai rukun iman dalam ajaran Islam.
6. Menganalisis konsep qada dan qadar serta kebebasan manusia sebagai makhluk
Allah.
7. Menganalisis manfaat akhlak al-karimah kepada diri sendiri dan orang lain.
8. Menganalisis konsep ikhlas dan toleransi dalam Islam dan implementasinya
dalam kehidupan sosial.

vi
PETA KONSEP

vii
DAFTAR ISI
PENGANTAR REVIEWER .................................................................................................. iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................. iv
DESKRIPSI UMUM ..................................................................................................... iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .....................................................................v
CAPAIAN PEMBELAJARAN ................................................................................... vi
PETA KONSEP ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................................ viii
KB 1: KASIH SAYANG DAN KEKUASAAN ALLAH ..................................................... 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 1
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN............................................................................. 1
POKOK-POKOK MATERI ........................................................................................... 1
URAIAN MATERI......................................................................................................... 2
A. Al-Asmā al-Husnā: al-Rahmān ................................................................................... 2
B. Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik ....................................................................................... 6
C. Mukjizat.................................................................................................................... 11
D. Karomah ................................................................................................................... 17
E. Sihir ........................................................................................................................... 22
REFLEKSI ..................................................................................................................... 27
CONTOH SOAL .......................................................................................................... 28
TINDAK LANJUT BELAJAR .................................................................................... 28
GLOSARIUM ............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 30

viii
PENDALAMAN MATERI AKIDAH AKHLAK

MODUL
AKIDAH AKHLAK

AKIDAH AKHLAK
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KEGIATAN BELAJAR 1:
2022

KASIH SAYANG DAN KEKUASAAN ALLAH


PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)
DALAM JABATAN TAHUN 2023

1
KEGIATAN BELAJAR 1:
KASIH SAYANG DAN
KEKUASAAN ALLAH
KB 1: KASIH SAYANG DAN KEKUASAAN ALLAH
CAPAIAN PEMBELAJARAN, SUB CAPAIAN
PEMBELAJARAN DAN POKOK MATERI

CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menganalisis makna dan kandungan al-Asmā al-Husnā yaitu: al-Rahmān dan al-
Mālik dalam lingkup akidah Islam.
2. Menganalisis makna akidah Islam terkait dengan: 1) mukjizat; 2) karomah; 3) dan
sihir dengan berbagai aspek dan ruang lingkupnya dalam akidah Islam.
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menyimpulkan konsep al-Rahmān dalam Al-Asmā al-Husnā
2. Mahasiswa mampu menyimpulkan konsep al-Mālik dalam Al-Asmā al-Husnā
3. Mahasiswa mampu menyimpulkan mukjizat dalam tinjauan akidah Islam
4. Mahasiswa mampu menyimpulkan karomah dalam tinjauan akidah Islam
5. Mahasiswa mampu menyimpulkan sihir dalam tinjauan akidah Islam
POKOK-POKOK MATERI
1. Al-Asmā al-Husnā: al-Rahmān
2. Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik
3. Mukjizat
4. Karomah
5. Sihir

1
URAIAN MATERI
A. Al-Asmā al-Husnā: al-Rahmān
Saudara apakah sudah siap mengikuti kegiatan belajar ini? Kajian pertama ini
adalah tentang Al-Asmā al-Husnā yang harus Saudara kuasai sebagai bekal mendidik.
Apakah Saudara sudah mengetahui pengertian Al-Asmā al-Husnā? Mari kita analisis
َ ُْ ُ َ َْ
pengertian Al-Asmā al-Husnā ini. Al-Asmā al-Husnā (‫اء الح ْسنى‬ ‫ )الأسم‬secara bahasa terdiri

dari dua suku kata, yaitu al-asmā dan al-husnā. Kata asmā merupakan bentuk jamak
dari ism yang berarti “nama diri” atau “lafẓun yu’ayyinu syakhṣan au ḥayawānan au
syaian” (nama diri seseorang, binatang, atau sesuatu), sedangkan al-husnā berarti
“yang paling bagus”, “baik”, “cantik”, jadi secara bahasa al-Asmā' al- Ḥusnā berarti
“nama-nama yang terbaik”.
Atabik Ali dan Zuhdi Muhdlor dalam Kamus Kontemporer Arab Indonesia
mengartikan al-Asmā' al-Ḥusnā dengan “nama-nama Allah yang berjumlah 99
(sembilanpuluh Sembilan)”. Istilah ini diambil dari beberapa ayat Al-Qur’an yang
menegaskan bahwa Allah mempunyai berbagai nama yang terbaik. Melalui nama itu,
umat Islam bisa mengetahui keagungan Allah dan mengharap melalui keagungan
nama-nama-Nya. Selain itu, kata al-ḥusnā menunjukkan bahwa nama-nama yang
disandang Allah adalah sifat-sifat yang sempurna dan tidak ada kekurangan. Sebagai
contoh, bagi manusia kekuatan diperoleh melalui sesuatu yang bersifat materi seperti
otot-otot yang berfungsi dengan baik. Manusia membutuhkan hal tersebut untuk
memiliki kekuatan, dengan meneladani Allah Yang Maha Kuat (al-Qawiyyu).
Bagaimana dengan pengertian al-Asmā' al-Ḥusnā? Sudah tergambar? Mari kita
lihat tentang jumlah al-Asmā' al-Ḥusnā. Berkenaan dengan jumlah bilangan al-Asmā'
al-Ḥusnā, para ulama yang merujuk kepada Al-Qur’an, mempunyai hitungan yang
berbeda-beda. Sebagaimana dijelaskan oleh Pakar Tafsir dari Indonesia, Muhammad
Quraish Shihab, bahwa al-Thabathabai dalam tafsirnya Al-Mīzān menyatakan jumlah
al-Asmā' al-Ḥusnā itu ada sebanyak 127 (seratus dua puluh tujuh) nama. Ibnu Barjam
al-Andalusi menyebut dalam karyanya “Syarh al-Asmā' Al-Husnā” menghimpun 132
nama.
Al-Qurthubi mengemukakan dalam bukunya Al-Kitab al-Asna fī Syarh al-Asmā' al-
Husnā, menghimpun lebih dari dua ratus nama, baik yang sudah disepakati, maupun
yang masih diperselisihkan dan yang bersumber dari ulama-ulama sebelumnya.
Adapun Riwayat yang populer menyebutkan bahwa bilangan al-Asmā' al-Ḥusnā
adalah sembilan puluh sembilan. Pada subbab di bawah ini, akan dipaparkan dua al-
Asmā' al-Ḥusnā saja dari sembilanpuluh Sembilan, yaitu al-Rahmān, dan al-Mālik.

2
1. Pengertian al-Rahmān
Kata al-Rahmān (‫ )الرحمن‬berasal dari kata Rahīma (‫ )رحيم‬yang artinya
menyayangi atau mengasihi. Terdiri dari huruf Rā, Hā, dan Mim, yang
mengandung makna kelemahlembutan, kasih sayang, dan kehalusan. Di dalam
Al-Qur’an kata al-Rahmān terulang sebanyak 57 kali. Apa arti al-Rahmān? Dalam
bahasa Inggris, seringkali kata yang digunakan untuk menerjemahkan al-Rahmān
adalah merciful atau benefactory. Namun kedua kata tersebut tidak bisa
mengartikan makna al-Rahmān. Mercy itu maknanya kasih yang diberikan ketika
seseorang melakukan kesalahan, padahal al-Rahmān itu tidak hanya diberikan
setelah seseorang melakukan kesalahan. Lalu kata benefactory, hampir tidak
pernah dipakai di keseharian.
Sebagian dari asma-asma Allah ada yang dapat disandang oleh selain-Nya
dan ada yang tidak boleh, seperti lafaz Allah, al-Rahmān, al-Razīq, al-Khalīq dan
lain-lainnya yang sejenis. Telah diriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani sebagai
berikut: “Mengingat ada yang menamakan dirinya dengan sebutan al-Rahmān
selain Allah, maka didatangkanlah lafaz al-Rahīm untuk membantah dugaan yang
tidak benar itu, karena sesungguhnya tiada seorang pun yang berhak disifati
dengan julukan al-rahmānirrahīm kecuali hanya Allah semata”. lbnu Jarir
mengulas, “ada yang menduga bahwa orang-orang Arab pada mulanya tidak
mengenal kata al-Rahmān sebelum Allah memperkenalkan diri-Nya dengan
sebutan itu melalui firman-Nya”.
Muhammad Quraish Shihab menguatkan pendapat yang menyatakan “baik
al-Rahmān maupun al-Rahīm terambil dari akar kata Rahmat”. Dalam salah satu
hadis qudsi dinyatakan bahwa Allah berfirman: “Aku adalah al-Rahmān, Aku
menciptakan rahīm, kuambilkan untuknya nama yang berakar dari nama-Ku.
Siapa yang menyambungnya (silaturrahim) akan Ku-sambung (rahmat-Ku)
untuknya dan siapa yang memutuskannya Kuputuskan (rahmat-Ku baginya)”.
(HR. Abudaud dan Attirmizi melalui Abdurrahman bin ‘Áuf). Quraish
menguatkan pendapatnya dengan merujuk pendapat pakar Bahasa, Ibnu Faris
(w. 395 H) “semua kata yang terdiri dari huruf-huruf Ra’ Ha’ dan Mim,
mengandung makna “kelemahlembutan, kasih sayang dan kehalusan”.
Hubungan silaturahim adalah hubungan kasih sayang. Rahim adalah
peranakan/kandungan yang melahirkan kasih sayang. Kerabat juga dinamai
rahim, karena kasih sayang yang terjalin di antara anggota-anggotanya. Rahmat
lahir dan nampak dipermukaan bila ada sesuatu yang dirahmati, dan setiap yang
dirahmati pastilah sesuatu yang butuh, oleh karenanya yang butuh tidak dapat
dinamai rahim.

3
2. Dalil tentang al-Rahmān
Apakah Saudara sudah mulai menganalisis pengertian dari Al-Asmā al-Husnā:
al-Rahmān ini? Untuk menguatkan analisis Saudara, perlu juga mendalami dalil
berikut ini. Allah menyampaikan dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 110 bahwa
Allah memiliki nama yang jelas, yaitu Allah atau al-Rahmān yang keduanya
merupakan bagian dari Al-Asmā al-Husnā, sebagaimana ayat berikut.
ٰ ُْ َ َْ َُ َ ُ َْ َ ْ َّ ُ ْ َ َ‫ه‬ ُ ْ ُ
... ۚ‫الرح ٰم َنَۗ ا ًّيا َّما تدع ْوا فله الا ْسما ُۤء الح ْسنى‬ ‫اّٰلل ا ِو ادعوا‬ ‫ق ِل ادعوا‬

Katakanlah, "Serulah Allah atau serulah al-Rahmān. Dengan nama yang mana
saja kamu seru, Dia mempunyai al-Asmā' al-Ḥusnā (nama-nama yang
terbaik)." (Q.S. Al-Isra: 110).

Apakah Saudara sudah mulai merasa yakin bahwa nama “Allah” adalah
nama yang diperkenalkan-Nya sendiri? Allah Swt. juga berfirman dalam rangka
menerangkan eksistensinya sebagai Zat yang wajib disembah karena Maha Kasih
dan Maha Sayang-Nya, sebagai berikut:
ُُ ُ َ َ َ َْ َ ُ ُ ََ ْ َّ َ َ ْ ُ َ ٰ ْ َّ ْ ُ ُ ْ ُ ُ َ َ ْ َ َ
ࣖ ۩ ‫الرح ٰم ُن ان ْسجد ِلما تأ ُم ُرنا َوزاده ْم نف ْو ًرا‬ ‫واِ ذا ِقيل لهم اسجدوا ِللرحم ِن قالوا وما‬

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kalian kepada Yang Maha
Rahman (Pemurah)," mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Penyayang
ini? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami
(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh
(dari iman). (Al-Furqan: 60).

Orang-orang Quraisy pada zaman Rasulullah, belum mengetahui apa dan


siapa yang dimaksud al-Rahmān, sebagaimana saat Perjanjian Hudaibiyyah
dilaksanakan —yaitu ketika Rasulullah Saw. bersabda, "Bolehkah aku menulis
(pada permulaan perjanjian) kata bismillāhirrahmānirrahīm (dengan nama Allah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)?"— mereka mengatakan, "Kami
tidak mengenal al-Rahmān, tidak pula al-Rahīm." Demikian menurut riwayat
Imam Bukhari. Sedangkan menurut riwayat lain, jawaban mereka adalah, "Kami
tidak mengenal al-Rahmān kecuali Rahmān dari Yamamah" (maksudnya
Musailamah Al-Kazzab).

3. Bukti Allah memiliki Sifat al-Rahmān dalam Kehidupan Sehari-hari


Bagaimana Saudara? Apakah sudah menganalisis dalil-dalil tentang al-
Rahmān? Agar Saudara lebih menguasai lagi, silahkan Saudara mencari sumber
tambahan tentang al-Rahmān. Berbekal dalil tersebut, mari kita lihat beberapa
contoh sifat al-Rahmān dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Rahmān salah satunya berasal dari akar kata al-Rahm, saat seorang
perempuan hamil, tempat janin bayinya disebut dengan rahim. Disebut rahim

4
karena janin tersebut dirawat, dilindungi, disayangi dalam berbagai hal.
Hubungan sang ibu dan sang bayi kurang lebih seperti ini: 1) Apakah bayi
tersebut mengenal/tahu ibunya? Tidak. 2) Apakah bayi tersebut sudah punya
rasa cinta/sayang ke ibunya? Tidak. 3)Apakah ibunya sudah memperhatikan,
melindungi dan merawat bayinya? Yes, in every way. The entire life of the child is
taken care of by the mother. Dan bayi tersebut tidak tahu sama sekali bahwa ia sangat
disayangi, bahwa ibunya mau melakukan banyak hal untuk bayinya, juga
melindunginya dari setiap bahaya.
Seluruh makhluk di seluruh semesta mendapat kasihnya Allah. Allah
memberikan apa yang dibutuhkan tanpa memandang ketaatan atau tidak.
Manusia yang tidak mengakui kebenaran wahyu Allah saja tetap diberi
kesempatan menghirup oksigen. Selama mereka berbuat baik untuk orang lain,
Allah tetap berikan balasan yang berlimpah sesuai kebaikannya. Namun
kasihnya ini hanya diberikan di dunia.
Selain bukti ini, Saudara bisa mengeksplor lagi sebanyak-banyaknya bukti
Allah memiliki sifat al-Rahmān yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari, untuk
menambah wawasan.

4. Hikmah Mempelajari Al-Asmā al-Husnā: al-Rahmān


Ketika Saudara menganalisis materi al-Rahmān ini, apa yang Saudara
rasakan? Apakah Saudara merasa ada kekaguman dari Maha Pengasihnya Allah?
Apakah Saudara membayangkan jika Allah tidak memberikan kasih-Nya kepada
seluruh makhluk? Oleh karenanya, sebagai pendidik perlu menjadikan materi ini
sebagai modal, baik untuk diri sendiri maupun untuk peserta didik. Pelajaran
penting ini bisa sebagai bahan bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya,
serta sebagai bahan mengajak orang lain merenungi kebesaran Allah Swt.. Selain
hikmah ini, hikmah apa lagi yang bisa Saudara dapatkan dari materi ini? Silahkan
analisis lebih dalam!

5
B. Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik
Saudara sudah mendalami Al-Asmā al-Husnā: al-Rahmān, apakah Saudara sudah
mampu menguasai dan menganalisisnya? Jika belum, silahkan baca kembali agar
lebih melekat! Jika sudah menguasai, apakah Saudara sudah siap mendalami Al-Asmā
al-Husnā berikutnya? Bahasan berikutnya adalah Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik.
1. Pengertian al-Mālik

Al-Malik (‫)الملك‬, secara umum diartikan raja atau penguasa. Kata "Malik"

terdiri dari tiga huruf yakni Mim, Lam, dan Ka. Yang rangkaiannya mengandung
makna kekuatan dan kesahihan. Kata Malik pada mulanya berarti ikatan dan
penguatan. Kata "Malik" juga mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu
disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan kesahihannya. Kata "Malik" yang
biasa diterjemahkan raja adalah yang menguasai dan menangani perintah dan
larangan, anugerah dan pencabutan. Karena itu, biasanya kerajaan terarah kepada
manusia, tidak kepada barang yang tidak dapat menerima perintah dan larangan.
Salah satu kata "Malik" dalam Al-Qur'an adalah yang terdapat dalam surah an-
Nās, yakni "Malik al-nās" (Raja manusia).
Salah satu kata yang berkaitan dengan al-Mālik adalah al-Mulku. Al-Mulku
mengandung makna pokok “keabsahan dan kemampuan”. Dari makna yang
berbentuk kata kerja adalah malaka – yamliku – mulkan, artinya menguasai. Dari
sini diperoleh kata malik yang artinya “raja” dan mulk yang artinya “kekuasaan”.
Imam Al-Gazali menjelaskan arti "Malik" adalah “yang butuh kepada-Nya, baik
pada zat-Nya, sifat-Nya, wujud-Nya dan kesinambungan eksistensinya”. Bahkan
wujud segala sesuatu, bersumber dari-Nya, maka segala sesuatu menjadi milik-
Nya dan membutuhkan-Nya. Demikianlah raja yang mutlak. Di sini terlihat
perbedaan antara "Malik" yang berarti "Raja" dan "Mālik" yang berarti "pemilik".
Seseorang pemilik belum tentu menjadi raja, sebaliknya kepemilikan seorang raja
melebihi kepemilikan selain raja. Oleh karenanya, Allah adalah raja sekaligus
pemilik. Kepemilikan Allah berbeda dengan kepemilikan makhluk/manusia.
Allah Swt. berwenang penuh untuk melakukan apa saja terhadap yang dimiliki-
Nya.

2. Dalil tentang Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik


Apakah Saudara sudah mulai memahami pengertian al-Mālik? Mari kita lihat
dalil tentangnya. Kata Malik menjadi dasar yang menunjukkan bahwa Allah
memiliki nama al-Mālik. Di antara kata “Malik” ini dirangkaikan dengan kata
"hak" dalam arti yang "pasti dan sempurna". Kedua kata tersebut terdapat dalam
surah Thaha ayat 114 dan surah al-Mu’minun ayat 116:
ً ْ ْ ْ ُ ْ َ َ ٰ ْ ْ َ َ ٰ ُْ ْ َ َْ َ َْ ُ ْ ُ ‫َ َ ٰ َ ه‬
‫اّٰلل ال َم ِلك الحقۚ َولا تعجل ِبالق ْرا ِن ِم ْن ق ْب ِل ان يقضى ِال ْيك َوح ُيه َوقل َّر ِب ِز ِدن ْي ِعلما‬ ‫فتعلى‬

6
“Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau
(Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai
diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu
kepadaku”.

Ayat ini menerangkan bahwa Allah adalah sebenar-benarnya Raja yang


Mahatinggi. Ayat berikutnya adalah surah al-Mu’minun ayat 116 sebagai berikut:
َ ْ َْ ُ َّ َ ٰ َ َ ْ ُ ْ ُ ‫َ َ ٰ َ ه‬
‫اّٰلل ال َم ِلك الحقۚ لا ِاله ِالا ه َوۚ َرب الع ْر ِش الك ِر ْي ِم‬ ‫فتعلى‬
“Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia”.

Kedua ayat ini didahului dengan Mahatinggi dan setelahnya adalah “al-Haq”.
Selain kedua ayat ini, ada ayat yang juga berkaitan dengan kata al-Mālik. Kata
yang dekat dengan kata “Malik” ini adalah kata “Mulk” yang bermakna kerajaan
atau kekuasaan. Ini bermakna bahwa bukan hanya penguasaan, akan tetapi juga
kepemilikan. Makna tersebut berdasarkan pada Q.S. Ali Imran [3] ayat 26, sebagai
berikut:
َ ََ ُ ََ ُ َ َ َّ َ ْ ْ ُ ْ َ ََ َ ْ ْ ْ ُ ْ ُ ْ َ ٰ َُّ ‫ه‬ ُ
‫ك ت ِؤتى ال ُملك َم ْن تشا ُۤء َوتن ِزع ال ُملك ِِم ْن تشا ُۤء َوت ِعز َم ْن تشا ُۤء َوت ِذل َم ْن تشا ُۤءَۗ ِب َي ِدك‬ ِ ‫ق ِل ّٰللا م ِلك المل‬
َ َ ُ ٰ َ َ َّ َ ْ
‫الخ ْي ُرَۗ ِانك على ك ِل ش ْيء ق ِد ْير‬
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Wahai Tuhan yang memiliki kekuasaan!
Engkaulah yang memberi kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki,
dan Engkaulah yang mencabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki.
Engkaulah juga yangmemuliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan
Engkaulah yang menghinakan siapa yang Engkau kehendaki. Dalam
kekuasaan Engkau sajalah adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”.

Dalam ayat tersebut digambarkan bahwa Allah pemilik dari kekuasaan


(malik-ul mulki) dan dapat memberikan atau mencabut kekuasaan tersebut kepada
siapa yang dikehendaki-Nya.
Dalam Al-Qur’an penggunaannya bisa dilihat pada surat al-Baqaraah [2] ayat
247:
ْ ْ
ُ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ ُ َ ُ ْ ُ َ ‫َ َ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َّ ه َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َ ً َ ُ ْ َ ه‬
‫ك‬ِ ‫وقال لهم ن ِبيهم ِان اّٰلل قد بعث لكم طالوت م ِلكاَۗ قالوا انى يكون له الملك علينا ونحن احق ِبالمل‬
َ ْ َ ً َ َ َ ُْ ْ ََ ُ ْ
... َۗ‫ال‬
ِ ‫ِمنه ولم يؤت سعة ِمن ال‬
‫م‬
“Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Talut menjadi rajamu (malik).” Mereka menjawab, “Bagaimana
Talut memperoleh kerajaan (mulku) atas kami, sedangkan kami lebih berhak
atas kerajaan (mulki) itu daripadanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang
banyak?” ........”.

7
Ayat ini menceritakan penolakan Bani Israil atas kepemimpinan Talut, karena
memandang Talut tidak memiliki apa yang menurut mereka menjadi syarat
kepemimpinan. Menurut ilmu politik dan ilmu Negara, malik dalam hal ini adalah
raja, diartikan sebagai seorang yang mewarisi kekuasaan dari penguasa
sebelumnya, kekuasaannya disebut mulk, kerajaan.

Dalam Q.S. al-Hasyr [59] ayat 23 Allah memperkenalkan diri sebagai al-Mālik,
sebagai berikut:
‫ُ َ ه ُ َّ ْ َ ٰ َ َّ ُ َ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ ُ َّ ٰ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ْ ََّ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ ٰ َ ه‬
‫اّٰلل‬
ِ ‫زز الجبار المتك ِبرَۗ سبحن‬ ‫هو اّٰلل ال ِذي لا ِاله ِالا هوۚ الم ِلك القدوس السلم المؤ ِمن المهي ِمن الع ِ ي‬
َ ُ ْ ُ َّ َ
‫عما يش ِرك ْون‬
“Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang
Mahasejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang
Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Mahasuci
Allah dari apa yang mereka persekutukan”.

Dengan melihat ayat tersebut bisa kita simpulkan bahwa suatu kekuasaan
hakekatnya adalah milik Allah Swt. dan manusia hanyalah berkuasa dengan izin
dari Allah Swt. Ayat-ayat Al-Qur’an menggunakan kata ini secara umum, artinya
tidak hanya merujuk kepada kekuasaan politik saja.
Allah juga menerangkan bahwa kekuasaan-Nya melebihi langit dan bumi,
sebagaimana Firman-Nya dalam surah az-Zukhruf ayat 85:
َ ُ َ ُ َ َ َّ ُ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َْ ُ ْ ُ َ ْ َّ َ َ ٰ َ َ
‫الساع ِةۚ َواِ ل ْي ِه ت ْرجع ْون‬ ‫الس ٰم ٰو ِت َوالا ْر ِض وما بينهماۚو ِعنده ِعلم‬
َّ ‫ك‬ ‫وتبرك ال ِذي له مل‬
“Dan Mahasuci (Allah) yang memiliki kerajaan langit dan bumi, dan apa yang
ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat dan
hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Dalam ayat lain, tanda-tanda kepemilikan kerajaan adalah banyak yang


memohon agar kebutuhannya terpenuhi dan agar persoalannya tertanggulangi.
Allah Swt. melukiskan bahwa Yang Maha Kuasa itu melayani kebutuhan
makhluk-Nya. Sebagaimana yang difirmankan dalam Q.S. al-Rahmān [55] ayat 29:
ْ َ
َ ُ ْ َ َُّ َْْ َ ٰ ٰ َّ ْ َ ُ َْ
ۚ ‫يس َٔـله من ِفى السمو ِت والار ِضَۗكل يوم هو ِف ْي ش‬
‫ن‬ ‫أ‬
“Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu
Dia dalam kesibukan (memenuhi kebutuhan makhluk-Nya)”.

Demikian pula Allah pemilik kerajaan akhirat, hal tersebut terdapat dalam
surah al-An'am [6] ayat 73 sebagai berikut:
ُ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َُ َ َْ ُُ ْ َ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ ُ ْ ُ َ َ ْ َ َ َْ َ َْْ َ ٰ ٰ َّ َ َ َ ْ َّ َ ُ َ
‫وهو ال ِذي خلق السمو ِت والارض ِبالح ِقَۗ ويوم يقول كن فيكونۚ قوله الحقَۗ وله الملك يوم ينفخ ِفى‬
َْ َْ ُ َ َّ ْ َْ ٰ
‫الص ْو ِرَۗ ع ِل ُم الغي ِب َوالش َهاد ِة َوه َو الح ِك ْي ُم الخ ِب ْي ُر‬

8
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar), ketika Dia
berkata, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Firman-Nya adalah benar, dan
milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup. Dia
mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Mahabijaksana,
Mahateliti”.

Dan surah al-Hajj ayat 56:


َّ ‫َ ه‬ ٰ ‫ه‬ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ‫ه‬ َ ْ ُ ْ َْ
‫ّٰللَۗيحك ُم َبين ُه ْمَۗ فال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِت ِف ْي جن ِت الن ِع ْي ِم‬
ِ ِ ‫ال ُملك َيومىِٕذ‬
“Kekuasaan pada hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di an-tara
mereka. Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan berada
dalam surga-surga yang penuh kenikmatan”.

Dalil-dalil tersebut sudah cukup kuat untuk menunjukkan bahwa Allah Swt.
memiliki nama al-Mālik, raja dan pemilik kekuasaan seluruh alam semesta, isinya
dan juga akhirat.

3. Bukti Allah memiliki Sifat al-Mālik dalam Kehidupan Sehari-hari


Bagaimana Saudara? Apakah sudah menganalisis dalil-dalil tentang al-Mālik?
Agar Saudara lebih menguasai lagi, silahkan Saudara mencari sumber tambahan
tentang al-Mālik. Berbekal dalil tersebut, mari kita lihat beberapa bukti Allah
memiliki sifat al-Mālik dalam kehidupan.
Bukti bahwa Allah adalah pemilik alam semesta di antaranya adalah saat
Allah memerintahkan ikan paus besar dari tempat yang jauh memakan Nabi
Yunus a.s. dan bahkan tidak boleh sampai melukai Nabi Yunus. Ikan paus ini pun
mematuhi perintah Allah dengan mengeluarkannya di tempat dan waktu yang
ditentukan. Selain itu kekuasaan Allah sampai dasar laut yang dalam dan gelap,
seluruh makhluk di dasar laut bertasbih memuji Allah.
Kekuasaan Allah bukan hanya pada urusan yang sudah berjalan seperti
biasanya, tetapi Allah juga berkuasa mengubahnya sebagai bukti bahwa Allah
mampu melakukan apapun di alam semesta ini. Allah berkuasa memberikan
mukjizat kepada para nabi agar manusia menyaksikan kekuasaan Allah. Allah
memberikan karomah kepada orang-orang saleh agar semakin kuat keimanan
manusia. Allah berkuasa memerintahkan alam semesta dan seluruh alam agar
tunduk pada-Nya. Ketidakpatuhan hanya akan mendatangkan siksa dan
hukuman.
Selain bukti ini, Saudara bisa mengeksplor lagi sebanyak-banyaknya bukti
Allah memiliki sifat al-Mālik yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari, untuk
menambah wawasan.

9
4. Hikmah Mempelajari Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik
Ketika Saudara menganalisis materi al-Mālik ini, apa yang Saudara rasakan?
Apakah Saudara merasa ada kebanggaan dari Maha Berkuasanya Allah? Apakah
Saudara membayangkan jika Allah tidak mengatur kekuasaan-Nya dengan
sangat baik? Oleh karenanya, sebagai pendidik perlu menjadikan materi ini
sebagai modal, baik untuk diri sendiri maupun untuk peserta didik. Pelajaran
penting ini bisa sebagai bahan memuji kebesaran Allah atas segala kekuasaan-
Nya, serta sebagai bahan mengajak orang lain mentafakuri ciptaan-ciptaan Allah
Swt.. Selain hikmah ini, hikmah apa lagi yang bisa Saudara dapatkan dari materi
ini? Silahkan analisis lebih dalam!

10
C. Mukjizat
Saudara yang budiman, apakah sudah siap lanjut pada materi berikutnya? Perlu
Saudara ingat bahwa Allah yang memiliki nama atau sifat al-Mālik adalah pemilik
seluruh komponen alam semesta, oleh karenanya Allah mampu melakukan apapun
walau bukan termasuk hal yang wajar dari kacamata manusia. Hal yang biasa disebut
mustahil atau ajaib ini bisa saja Allah lakukan karena Allah berkuasa atas segala
sesuatu. Setelah ini akan dibahas tiga hal yang berkaitan dengan kekuasaan Allah,
yaitu Mukjizat, Karamah dan Sihir.

1. Pengertian Mukjizat
Kata mukjizat berasal dari Bahasa Arab yang telah dibakukan ke dalam
Bahasa Indonesia, yaitu al-Mu’jizat (‫)المعجزة‬. Al-mu’jizat adalah bentuk kata
mu’annas (female) dari kata muzakkar (male) al-mu’jiz. Al-mu’jiz adalah isim fā’il
(nama atau sebutan untuk pelaku) dari kata kerja (fi’l) a’jaza (‫)أعجز‬. Kata ini
terambil dari akar kata ‘ajaza-yu’jizu-ajzan wa ‘ajuzan wa ma’jizan wa
ma’jizatan/ma’jazatan (‫)عجز – يعجز – عجزا – وعجوزا – ومعجزا – ومعجزة‬, yang secara
harfiah berarti lemah, tidak mampu, tidak berdaya, tidak sanggup, tidak dapat
(tidak bisa), dan tidak kuasa.
Al-‘ajzu adalah lawan dari kata al-qudrah yang berarti sanggup, mampu, atau
kuasa. Jadi, al-‘ajzu berarti tidak mampu alias tidak berdaya. Istilah mu’jiz atau
mu’jizat lazim diartikan dengan al’ajib (‫)العجيب‬, maksudnya sesuatu yang ajaib
(menakjubkan atau mengherankan) karena orang atau pihak lain tidak ada yang
sanggup menanding atau menyamai sesuatu itu. Juga sering diartikan dengan
amrun khāriqun lil-‘ādah (‫)أمر خارق للعادة‬, yakni sesuatu yang menyalahi tradisi.
Dalam kamus al-mu’jam al-Wasit, mukjizat dirumuskan dengan:

‫أمر خارق للعادة يظهره اّٰلل على يد نبي تأييدا لنبوته‬


“Sesuatu (hal atau urusan) yang menyalahi adat-kebiasaan yang
ditampakkan Allah di atas kekuasaan seseorang Nabi untuk memperkuat
kenabiannya.”

Adapun yang dimaksud dengan mukjizat dalam terminologi ahli-ahli ilmu


Al-Qur’an, seperti diformulasikan Manna al-Qattan dan lain-lain ialah:

‫أمر خارق للعادة بالتعدي سالم عن المعارضة‬


“Sesuatu urusan (hal) yang menyalahi tradisi, dibarengi atau diiringi dengan
tantangan atau pertandingan dan terbebas dari perlawanan (menang).”

Pendapat M. Quraish Shihab tentang mukjizat, ia mengatakan bahwa


mukjizat ialah peristiwa “luar biasa” yang terjadi dari seseorang Nabi, sebagai
bukti kenabiannya, sebagai tantangan terhadap orang yang meragukannya, dan
orang yang ditantang tidak mampu untuk menandingi kehebatan mukjizat

11
tersebut. Menurutnya, kemustahilan terbagi menjadi dua, yaitu mustahil dalam
pandangan akal dan mustahil dalam pandangan kebiasaan. Bila dikatakan bahwa
1+1= 11 atau 1 lebih banyak dari 11 maka pernyataan ini mustahil dalam
pandangan akal. Namun, bilamana dikatakan bahwa matahari terbit dari sebelah
barat, maka pernyataan ini mustahil dalam pandangan kebiasaan.
Namun terdapat juga mendapat yang menyatakan bahwa mukjizat bukanlah
sesuatu yang di luar nalar. Di antaranya Muhammad Ali mencontohkan bahwa
Allah Swt. menyelamatkan Nabi Ibrahim A.s. dari makar dengan memerintahkan
hijrah ke negara yang aman yaitu Pelestina atau Sham. Tidak konkret dijelaskan
dalam ayat bahwa Nabi Ibrahim A.s. dibakar atau dilempar ke dalam api, seperti
dalam pemahaman mayoritas penafsir dan kalangan umat Islam lainnya.
Menurutnya, pengertian ayat yang menjelaskan bahwa Allah Swt.
menyelamatkan Nabi Ibrahim A.s. dari api adalah menyelamatkan dari kejahatan
kaumnya dengan memerintahkan hijrah ke negara lain, sebagaimana Allah
menyelamatkan Nabi Muhammad saw. dari kejahatan kaum musyrik Mekkah
dengan memerintahkan hijrah ke Ethiopia dan Yastrib.
Pendapat-pendapat tersebut adalah berdasarkan pemahaman para pengkaji,
saudara dapat menganalisis kedua pendapat berbeda tersebut untuk diperdalam.
Berpegang pada pendapat pertama, bahwa mukjizat memiliki sisi di luar
kebiasaan, maka perlu melihat unsur pokok sebagai berikut.

2. Unsur Pokok Mukjizat


Saudara, perlu diketahui bahwa perbedaan pendapat ini adalah sebagai
tambahan wawasan dan dapat dianalisis lebih lanjut. Unsur pokok ini dapat
dijadikan sebagai tanda atau ciri-ciri bentuk mukjizat. Berdasarkan pendapat para
ulama, unsur pokok mukjizat dapat dihimpun ke dalam tiga unsur, yaitu:
a. Unsur pokok pertama, ialah mukjizat harus menyalahi tradisi atau adat
kebiasaan (khariqun lil ‘adah). Sesuatu yang tidak menyalahi tradisi, atau
kejadiannya sesuai dengan kebiasaan yang umum, tidak dapat dikatakan
mukjizat. Itulah sebabnya mengapa banyak hal aneh yang dikeluarkan
oleh ahli-ahli sulap bahkan ahli-ahli sihir tidak dinyatakan sebagai
mukjizat (Q.S. an-Nisa [4]: 171). Ini karena tidak menyalahi kebiasaan, tidak
sungguhan (tipuan/trik), dan banyak orang lain yang bisa melakukan hal
serupa atau bahkan lebih dari itu. Misalnya mukjizat Nabi Isa A.s. yang
menghidupkan orang mati adalah di luar kebiasaan.
b. Unsur pokok kedua, ialah mukjizat harus dibarengi dengan perlawanan.
Maksudnya, mukjizat harus diuji melalui pertandingan atau perlawanan.
Untuk membuktikan bahwa itu mukjizat, harus ada upaya konkret lebih
dulu dari pihak lain (lawan), untuk menandingi. Dan pihak yang
menandingi itu harus sepadan atau sebanding dengan yang ditandingi.

12
Jika pihak yang menandingi tidak sebanding kelasnya, maka itu bukan
mukjizat. Sebab, kekalahan yang diderita pihak lawan, tidak menunjukkan
kehebatan si pemenang, dan tidak mengisyaratkan ketidakmampuan
pihak yang kalah (lawan). Misalnya para penyihir dilawan oleh mukjizat
Nabi Musa A.s. yang mampu mengubah tongkatnya menjadi ular
sungguhan.
c. Unsur pokok ketiga, ialah mukjizat itu setelah dilakukan perlawanan
terhadapnya, ternyata tidak terkalahkan untuk selama-lamanya. Jika
seseorang memiliki kemampuan luar biasa, tetapi hanya terjadi seketika
atau dalam waktu tertentu, maka itu tidak dikatakan mukjizat. Misalnya
Nabi Musa A.s. yang tidak terkalahkan dalam membelah lautan.
M. Quraish Shihab dan Said Aqil Munawar berpendapat mukjizat dibagi
menjadi dua bagian sifat, yaitu: a) mukjizat yang bersifat material indriawi lagi
tidak kekal (mukjizat hissi); dan b) mukjizat immaterial, logis, lagi dapat
dibuktikan sepanjang masa (mukjizat ma’nawi). Mukjizat para nabi sebelum Nabi
Muhammad seluruhnya merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat
material dan indriawi, keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan langsung lewat
indara oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalah, dan berakhir
dengan wafatnya masing-masing nabi. Contohnya, perahu Nabi Nuh A.s. yang
dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan
gelombang yang demikian dahsyat; Nabi Ibrahim A.s. yang tidak terbakar
kobaran api; dan lain-lain.
Berbada dengan mukjizat Nabi Muhammad saw. yang sifatnya bukan
indirawi atau meterial, namun logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa.
Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa
tertentu. Al-Qur’an adalah mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw.
Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang mengunakan akalnya
di mana pun dan kapan pun.
Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok. Pertama, para nabi sebelum
Nabi Muhammad saw., ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu. Karena
itu, mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak
untuk sesudah mereka. Berbeda dengan Nabi Muhammad saw. yang diutus
untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman, sehingga bukti kebenaran
ajarannya harus selalu siap dipaparkan pada setiap orang yang ragu di mana pun
dan kapan pun mereka berada. Jika demikian halnya, tentu mukjizat tersebut
tidak mungkin bersifat meterial, karena kematerialan membatasi ruang dan
waktunya. Kedua, manusia mengalami perkembangan dalam pemikirannya.
Sedangkan fungsi mukjizat sendiri adalah sebagai bukti kebenaran para nabi.

13
3. Dalil dan Contoh Mukjizat
Saudara, sebagai penguat bahwa mukjizat itu benar terjadi dan hanya
diberikan kepada para nabi, berikut adalah dalil dan contoh mukjizat yang
diberikan Allah. Mukjizat ini terjadi atas seizin Allah dan Allah yang mengatur
segalanya.
a. Mukjizat Nabi Nuh a.s. bisa membuat kapal besar pertama di dunia dan
menyelamatkannya serta umatnya, tercatat dalam surah Asy-Syu'ara [26]
ayat 119-120:
َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ُ ُ ْ ْ ْ ُْ َ َّ ْ َ َ ُ ٰ ْ َ ْ َ َ
‫ك ال َمشح ْو ِن ثَّم اغ َرقنا َبعد ال َب ِاق ْين‬
ِ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ف‬
ِ ‫فانجينه ومن م‬
‫ه‬‫ع‬
119. Kemudian Kami menyelamatkannya Nuh dan orang-orang yang
bersamanya di dalam kapal yang penuh muatan. 120. Kemudian setelah
itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal.

b. Mukjizat Nabi Ibrahim a.s. yang tidak bisa dibakar api, tercatat dalam
surah Al- Anbiya' [21] ayat 68-70:
ُ َ ٰٓ َ ً ٰ ً ُ َ ٰ َُْ َ ٰ ُْ ُ ْ ُ َ ٰ ُ ْ ُ َ ُ َ
‫قال ْوا ح ِرق ْو ُه َوانص ُر ْوا ا ِل َهتك ْم ِان كنت ْم ف ِع ِل ْين قلنا ين ُار ك ْ ِون ْي َب ْردا َّو َسلما على ِا ْب ٰر ِه ْي َم َوا َراد ْوا ِبه‬
َ ْ َْ ْٰ َ َ َ ً َ
ۚ‫ك ْيدا فجعلن ُه ُم الاخس ِر ْي َن‬
68. Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika
kamu benar-benar hendak berbuat.” 69. Kami (Allah) berfirman, “Wahai
api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” 70. Dan mereka
hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka
itu orang-orang yang paling rugi.

c. Mukjizat Nabi Ismail a.s. yang posisinya digantikan dengan sembelihan


yang besar, tercatat dalam surah As-Saffat [37] ayat 104-107:
ُ ْ ٰۤ ْ َ َ ٰ َّ َ ْ ْ ْ َ َ ٰ َ َّ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ ُ ٰ َ َ
‫َوناد ْينه ان ّٰٓي ِا ْب ٰر ِه ْي ُم قد صدقت الر ْء َياۚ ِانا كذ ِلك نج ِزى ال ُمح ِس ِن ْين ِان هذا ل ُه َو ال َبل ُؤا ال ُم ِب ْين‬
َ ُ ٰ َ َ
‫َوفد ْينه ِب ِذ ْبح ع ِظ ْيم‬
104. Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! 105. sungguh, engkau telah
membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. 106. Sesungguhnya ini benar-
benar suatu ujian yang nyata. 107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar.

d. Mukjizat Nabi Musa a.s. membelah lautan tercatat dalam surah Asy-
Syu'ara [26] Ayat 63:
َْ َّ َ ُ َ َ َ َ َ َْ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ٰ َْ َ ََ
ۚ‫فا ْوحينا ِالى ُم ْوسى ا ِن اض ِر ْب ِبعصاك ال َبح َرَۗ فانفلق فكان كل ِف ْرق كالط ْو ِد الع ِظ ْي ِم‬
Lalu Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah laut itu dengan
tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti
gunung yang besar.

14
e. Mukjizat Nabi Sulaiman a.s. yang dapat berkomunikasi dengan hewan,
tercatat dalam surah An-Naml [27] ayat 16:
ُ ْ َْ َ َ ٰ َّ َ ُ َْ ُ َّ َ ْ َ ُ ُ َّ َ َ ٰٓ َ َ َ َ َ ُ ٰ ْ َ ُ َ َ َ
‫اس ع ِل ْمنا َمن ِطق الط ْي ِر َوا ْو ِتينا ِم ْن ك ِل ش ْيءَۗ ِان هذا ل ُه َو الفضل‬ ‫وو ِرث سليمن داود وقال يايها الن‬
ُ ْ
‫ال ُم ِب ْين‬
Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai
manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu.
Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.”

f. Mukjizat Nabi Yunus a.s. yang selamat setelah ditelan ikan paus, tercatat
dalam surah Al-Anbiyaa' [21] ayat 87-88:
َ َ ٰ ْ ُ َ ْ َ َّ َ ٰ َّ ْ َ ُ ٰ َ َ ََ ْ َّ َّ ْ َ َ َ َ ُ َ َ َّ ْ َ َ
ْ‫ك ِ ِاني‬ ‫اض ًبا فظَّن ان ل ْن نق ِد َر عل ْي ِه فنادى ِفى الظل ٰم ِت ان لا ِاله ِالا انت سبحن‬ ْ
ِ ‫وذا النو ِن ِاذ ذهب مغ‬
ْ ْ ُ َ ٰ َ َْ َ َْ َ َ َ ‫ُ ْ ُ َ ه‬
َ ُ ٰ ْ ََّ ْ ‫الظلم ْي َنۚ ف‬
‫استجبنا له َونجينه ِم َن الغ ِمَۗ َوكذ ِلك نـ ِْۨجى ال ُمؤ ِم ِن ْين‬ ِِ ‫كنت ِمن‬
87. Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan
marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka
dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain
Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang
zalim.” 88. Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari
kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang
beriman.

g. Mukjizat Nabi Isa a.s. yang bisa bicara saat masih bayi, bisa menghidupkan
burung dari tanah liat, menyembuhkan penyakit permanen, dan
menghidupkan orang mati, tercatat dalam surah Al-Maidah [5] ayat 110:
َّ ُ َ ُ ُ ُ ْ ْ ُ َ ْ ََّ ْ َ َ َ ٰ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ ‫ا ْذ َق َال ه‬
‫اّٰلل ٰي ِع ْي َسى ابن مريم اذكر ِنعم ِتي عليك وعلى والِد ِتك ِاذ ايدتك ِبرو ِح القد ِسَۗ تك ِلم الناس‬
َ
ِ
َ َ ْ ْ ْ َ ْ
َّ
‫الط ْي ِن ك َه ْي َٔـ ِة الط ْي ِر‬ َ ُ ُ ْ ْ َ َ ْ ْ ْ َ َ ٰ ْ َّ َ َ َ ٰ َ ُ ََّ ْ ً ْ ْ
ِ ‫الحكمة والتورىة وال ِا ِنجيلۚواِ ذ تخلق ِمن‬ ِ ‫ِفى ال َمه ِد َوكهلاۚ َواِ ذ عل ْمتك ال ِكت َب َو‬
ْ ْ ٰ ْ ُ ْ ُ ْ ْ َ َْ َ ْ َْ ُ ُْ ْ َ ُ ُ َ َ ُ ََُْ ْ
‫ِب ِا ِذن ْي فتنفخ ِف ْي َها فتك ْون ط ْي ًراۢ ِب ِا ِذن ْي َوتب ِرئ الاك َمه َوالا ْب َرص ِب ِا ِذن ْيۚ َواِ ذ تخ ِرج ال َم ْوتى ِب ِا ِذن ْيۚ َواِ ذ‬
ْ َّ َ ٰ ْ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ َ ٰ َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ ََ
‫كففت َب ِن ْي ِاس َرا ِۤء ْيل عنك ِاذ ِجئت ُه ْم ِبالب ِين ِت فقال ال ِذين كف ُر ْوا ِمن ُه ْم ِان هذا ِالا ِسحر م ِب ْين‬
Dan ingatlah ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam! Ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu sewaktu Aku menguatkanmu
dengan Rohulkudus. Engkau dapat berbicara dengan manusia pada waktu
masih dalam buaian dan setelah dewasa. Dan ingatlah ketika Aku
mengajarkan menulis kepadamu, (juga) Hikmah, Taurat dan Injil. Dan
ingatlah ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan
seizin-Ku, kemudian engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung
(yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika engkau
menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit
kusta dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika engkau mengeluarkan orang

15
mati (dari kubur menjadi hidup) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika
Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuhmu) di
kala waktu engkau mengemukakan kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata,
“Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”

h. Mukjizat Nabi Muhammad saw. Di antaranya adalah adanya Al-Qur’an,


selain itu beliau juga dapat membelah bulan, tercatat dalam hadis riwayat
Imam Bukhari nomor hadis 3579:
َ َّ َ ُ َ ُ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َّ َ ُ ْ َ ُ َّ ََ ْ َ
ْ‫اّٰلل َع َل ْي ِه َو َسَّل َم أ ْن ُير َي ُهم‬
ُ َّ ‫اّٰلل َصَّلى‬ َ َ َ
ِ ‫ أن أهل مكة سألوا رسول‬: ‫عن أن ِس ب ِن ما ِلك ر ِضي اّٰلل عنه‬
ْ
ِ
َ
َ ُ ََْ ً َ ْ َ َّ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ ً َ
.‫ فأراهم القمر ِشقتي ِن حتى رأوا ِحراء بينهما‬،‫آية‬
Dari Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu: Bahwa penduduk Mekkah
meminta kepada Rasulullah saw. agar beliau menunjukkan tanda
(mukjizat). Maka beliau memperlihatkan kepada mereka bulan terbelah
menjadi dua bagian hingga dapat terlihat gua Hira dari celah diantaranya.

Selain ini, Saudara bisa mengeksplor lagi sebanyak-banyaknya dalil dan


contoh mukjizat untuk menambah wawasan.

4. Hikmah Mempelajari Mukjizat


Ketika Saudara menganalisis materi mukjizat ini, apa yang Saudara rasakan?
Apakah Saudara merasa ada kekaguman dari kekuasaan Allah? Apakah Saudara
membayangkan jika Allah tidak memberikan kekuasaan-Nya pada para nabi
berupa mukjizat? Oleh karenanya, sebagai pendidik perlu menjadikan materi ini
sebagai modal, baik untuk diri sendiri maupun untuk peserta didik. Pelajaran
penting ini bisa sebagai bahan mengagumi kekuasaan Allah atas segala makhluk-
Nya, serta sebagai bahan mengajak orang lain menggali kebesaran Allah Swt..
Selain hikmah ini, hikmah apa lagi yang bisa Saudara dapatkan dari materi ini?
Silahkan analisis lebih dalam!

16
D. Karomah
Bagaimana Saudara? Apakah saudara sudah merasa bahwa mempelajari materi
Mukjizat bermanfaat? Dan apakah Saudara sudah merasa materinya bisa dijadikan
bahan mengajar dan mendidik? Sebagai bahan materi tambahan lainnya, perlu juga
mengkaji Karomah sebagai berbandingan. Perbedaan mukjizat dengan karomah juga
perlu diketahui. Sudah siap menganalisis karomah? Silahkan disimak sebagai berikut.
1. Pengertian Karomah
Karomah merupakan istilah yang tidak asing bagi umat muslim, karena
bagian dari agama Islam. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mempercayai adanya
karomah karena datang dari sisi Allah. Karomah ini akan membentuk kharisma
seseorang di mata umat. Islam mengakui tentang konsep karomah. Karomah
untuk kiai dan wali sesungguhnya memanglah ada dan diperbolehkan. Hal ini
dikarenakan karomah dianggap sebagai kejadian yang bersifat asumtif dan
datang dengan tujuan bukan untuk merusak akidah. Selain itu, Allah
menciptakan karomah untuk kekasih-kekasih-Nya.
Karomah pada dasarnya dianggap bertentangan dengan adat kebiasaan, dan
hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah yang sholeh. Menurut Syekh Akbar
Muhammad Fathurahman, karomah adalah pemberian dari Allah Swt. dalam
bentuk pertolongan-Nya kepada seseorang yang membela agama Allah. Sifat
Karomah adalah kejadian di luar batas kemampuan manusia pada umumnnya
atau keluar dari kebiasaan pada umumnnya. Karomah merupakan bagian dari
Mawahib (anugerah) Allah yang didapat tanpa melalui proses usaha dan terjadi
hanya sesekali saja.
Karamah berasal dari bahasa arab ‫ كرم‬berarti kemuliaan, keluhuran, dan
anugerah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengistilahkan
karomah dengan keramat diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar
kemampuan manusia biasa karena ketaqwaanya kepada Allah. Menurut ulama
sufi, karamah berarti keadaan luar biasa yang diberikan Allah Swt. kepada para
wali-Nya. Wali ialah orang yang beriman, bertakwa, dan beramal saleh kepada
Allah Swt. Ulama’ sufi meyakini bahwa para wali mempunyai keistimewaan,
misalnya kemampuan melihat hal-hal ghaib yang tidak dimiliki oleh manusia
umumnya. Allah Swt. dapat memberi karamah kepada orang beriman, takwa,
dan beramal saleh menurut kehendaknya.
Pengertian dari karomah itu sendiri menurut Abul Qasim al-Qusyairi yaitu
merupakan suatu aktivitas yang dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan
adat kebiasaan manusia pada umumnya, yaitu dapat juga dianggap sebagai
realitas sifat wali-wali Allah tentang sebuah makna kebenaran dalam situasi yang
dianggap kurang baik. Karomah ini juga dapat dianggap sebagai hal yang sangat
luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada kekasih-kekasih pilihan-Nya.

17
Said Hawwa juga menjelaskan bahwa karomah memang benar-benar telah
terjadi dan akan tetap terjadi pada wilayah tasawuf. Karomah juga bisa terjadi
pada orang yang belum sempurna istiqamahnya. Tapi bagi orang-orang yang
benar-benar lurus, istiqamah, dan tampak karomahnya, barangkali karomahnya
tersebut identik dengan tanda kewalian. Karomah dapat berarti juga peristiwa
yang luar biasa, yang keluar dari hukum alam. Namun karomah juga bisa berupa
akibat dari suatu sebab, tapi masih dalam lingkup manifestasi taufik Allah.
Karomah memang identik dengan hal-hal yang tidak masuk nalar. Akan
tetapi ia adalah nyata dan haqq, seperti halnya mukjizat para nabi. Bedanya, jika
mukjizat disertai dengan pengakuan kenabian (nubuwwah), pada karomah hal itu
tidak ada. Karomah ini oleh Allah diberikan kepada para wali yang benar-benar
beriman dan bertakwa hanya kepada Allah. Firma Allah mengenai sifat-sifat dari
wali Allah ini yaitu sebagai berikut:
َ ُ ََّ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ ُ َ َ ُ َ َ ََ َ َّ َ َ
َ َ َّ َ َ
‫ّٰلل لا خوۡف علي ِۡهمۡ ولا همۡ يحۡزنون ٱل ِذين ءامنوا وكانوا يتقون‬
ِ ‫ألا ِإن أوِۡلياء ٱ‬
“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman
dan mereka senantiasa bertaqwa”. (QS. Yunus: 62-63).

Berdasarkan ayat di atas, diketahui bahwa sifat-sifat dari wali Allah yaitu:
“Orang-orang yang beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir serta beriman dengan takdir yang baik
maupun yang buruk.” Menurut Imam al-Qusyairi dalam ar-Risalah, seorang wali
tidak akan merasa nyaman dan peduli terhadap karomah yang dianugerahkan
kepadanya. Meskipun demikian, kadang-kadang dengan adanya karomah,
keyakinan mereka semakin bertambah sebab mereka meyakini bahwa semuanya
itu berasal dari Allah.
Bila ada seorang wali Allah yang hanya mengharapkan mendapatkan
karomah, maka tidak termasuk dalam golongan wali yang tinggi derajatnya. Ibnu
Athaillah pernah mengatakan bahwa: “Kemauan yang tinggi tidak sampai
menembusi tembok-tembok takdir.” Maksud adalah karomah tidak akan
bertentangan dengan takdir yang telah ditetapkan, karena semua yang terjadi di
alam raya ini baik hal biasa maupun hal yang luar biasa, sumber utamanya adalah
takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Oleh karena itu, kemauan dari wali
tidaklah pernah bertentangan dengan takdir yang telah ditetapkan Allah.

2. Ciri-ciri Karomah
Dari pengertian karomah ini, apakah Saudara sudah bisa menganalisis
maknanya? Mari menganalisis ciri-ciri orang yang memiliki karamah agar lebih
paham dan menguasai materi ini.

18
Sebagian ciri-ciri seorang hamba memiliki karomah di antaranya: a) tidak
memiliki doa-doa khusus sebagai suatu bacaan; b) karomah hanya terjadi pada
seorang yang saleh; c) seseorang yang memiliki karomah tidak pernah secara
sengaja mengaku-ngaku bahwa dirinya memiliki karomah.
Maksud atau tujuan dari pemberian karomah tersebut kepada para wali ialah:
a) dapat lebih meningkatkan keimanan kepada Allah; b) masyarakat menjadi
lebih percaya kepada seorang wali Allah, yang senantiasa meneruskan
perjuangan nabi Muhammad saw.; dan c) karomah merupakan bukti nyata
meninggikan derajat seorang wali agar dirinya selalu tetap istiqomah di jalan
Allah.
Mbah Sholeh Darat dalam Kitab Sabil Al ‘Abid memberikan pertanyaan
sebagai berikut: “Kenapa zaman akhir para wali banyak terlihat karomahnya?
Kenapa zaman Sahabat dan Tabi’in tidak nampak wujud karomah wali?”.
Jawabannya karena manusia di zaman akhir banyak kesalahan (dha’if) keyakinan
agamanya. Maka mereka didampingi oleh para wali dengan karomahnya agar
semakin kuat keyakinan agamanya dan patuh kepada orang saleh. Dengan
demikian, generasi zaman akhir tidak mudah menghina para orang-orang saleh.
Berbeda dengan orang-orang zaman al-awwalin (periode Sahabat dan Tabi’in)
yang dalam hidupnya masih sangat yakin pada orang-orang saleh. Sehingga
karamah para wali tidak diperlihatkan. Apalagi pada zaman Sahabat, dimana
Rasulullah saw. masih hidup bersama mereka.

3. Dalil dan Contoh Karomah


Karomah yang dimiliki orang-orang saleh ini tercatat dalam Al-Qur’an dan
Hadis. Dalil-dalil ini mencadi contoh nyata adanya karomah yang diberikan oleh
Allah. Di antara dalil dan contoh ini adalah sebagai berikut:
a. Karamah ibunda Nabi Musa a.s. yang muncul ketika mengandung, ini
karena keyakinannya, dan Allah pun mengembalikan Nabi Musa a.s.
padanya. Hal ini tercatat dalam surah al-Qashash [28] ayat 7:
ْ َ ََ ْ َ َ ََ َ ْ
ْ ‫تح َزن ْيۚاَّنا َراۤد ْو ُه ا َل‬ ْ َ َ ُ
ِْ ‫َوا ْو َح ْي َنا الٰٓى ام ُم ْوسى ا ْن ا ْرضع ْي ِه َفا َذا خ ْفت َع َل ْي ِه َف َالق‬
َ
‫ك‬ ‫ي‬
ِ ِ ِ ِ ‫ا‬‫ل‬ ‫و‬ ‫ي‬‫اف‬
ِ ‫خ‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫م‬ِ ‫ي‬‫ال‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫ه‬
ِ ِ ‫ي‬ ِ ِ ِ ۚ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ُ َ
‫َوج ِاعل ْو ُه ِم َن ال ُم ْر َس ِل ْين‬
Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan
apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai
(Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati,
sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya salah seorang rasul”.

b. Kejadian yang dialami seorang ahli ilmu pada masa Nabi Sulaiman a.s..
Ketika Nabi Sulaiman a.s. sedang duduk dengan para tentaranya yang
terdiri atas manusia, hewan, dan jin, beliau meminta kepada mereka

19
mendatangkan singgasana Ratu Bilqis. Ada seorang yang berilmu bernama
Ashif bin Barkhaya berkata kepada Nabi Sulaiman a.s. dan menyanggupi
permintaannya. Perkataan orang berilmu tersebut diabadikan Allah Swt.
dalam firman-Nya Q. S. an-Naml [27] ayat 40:
َ َ َ ْ َ ٰ َّ َ َ َ ُ َ َ َ ََّ ْ َ َ َ َ ٰ ََ ٰ ْ ْ َ ْ َّ َ َ
‫قال ال ِذ ْي ِعنده ِعلم ِم َن ال ِكت ِب انا ا ِت ْيك ِبه ق ْبل ان َّي ْرتد ِال ْيك ط ْرفكَۗ فلما َرا ُه ُم ْست ِق ًّرا ِعنده قال‬
َ َّ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َّ َ َ َ ُْ َ َ ُ َْ ُ َ ْ َ َ ٰ
‫هذا ِم ْن فض ِل َر ِب ْيَۗ ِلي ْبل َ ِون ْي َءاشك ُر ا ْم اكف ُرَۗ َو َم ْن شك َر ف ِانما يشك ُر ِلنف ِسهۚ َو َم ْن كف َر ف ِان َر ِب ْي غ ِني‬
َ
‫ك ِر ْيم‬
Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia
(Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata,
“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur
atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan
barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya,
Mahamulia.”

c. Kejadian yang dialami Maryam binti Imran, Nabi Zakaria a.s. menemukan
makanan setiap hadir di mihrab Maryam binti Imran. Allah berfirman
dalam Q.S. Ali Imran [3] ayat 37:
ْ َ َ َ َ
‫اب‬ َ ‫َف َت َقَّب َل َها َرب َها ب َق ُب ْول َح َسن َّوا ْن ۢ َب َت َها نَ َب ًاتا َح َس ًنا َّوكَّف َل َها َزكرَّياَۗ ُكَّل َما َد َخ َل َع َل ْي َها َزكرَّيا الم ْح َر‬
ِ ِ ِ ِ
َ َ َّ ُ ُ َ ‫ه‬ َّ ‫ه‬ ْ ْ َ ُ ْ َ َ َ ٰ َ ‫ه‬ َ َ َ ً ْ َ َ ْ َ َ َ
‫اّٰلل َي ْرزق َم ْن يشا ُۤء ِبغ ْي ِر‬ ‫اّٰللَۗ ِان‬
ِ ‫ك هذاَۗ قالت هو ِمن ِعن ِد‬ ُ َْ َٰ
ِ ‫وجد ِعندها ِرزقاۚ قال يمريم انى ل‬

‫ِح َساب‬
Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik,
membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan
pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya
di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia
berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam)
menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada
siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.

d. Kisah pemuda Ashabul Kahfi, peristiwa ini terjadi sesudah zaman Nabi Isa
a.s.. Raja mereka tidak sepaham bahkan sangat benci sekali dengan apa
yang mereka yakini. Mereka pun keluar menjauhi kerajaan dan masuk
kedalam gua lalu tertidur di dalamnya selama 309 tahun. Kisah ini tercatat
dalam surah al-Kahfi [18] ayat 25:
ً ُ َ ْ َ َ َ َٰ َ ُ َ
‫َول ِبث ْوا ِف ْي ك ْه ِف ِه ْم ثلث ِمائة ِس ِن ْين َوازداد ْوا ِت ْسعا‬
“Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun”.

20
4. Hikmah Mempelajari Karomah
Ketika Saudara menganalisis materi karomah ini, apa yang Saudara rasakan?
Apakah Saudara merasa ada kebahagiaan mempelajari kekuasaan Allah? Apakah
Saudara membayangkan jika Allah tidak memberikan kekuasaan-Nya pada para
wali atau orang saleh berupa karomah? Di antara hikmahnya adalah generasi
masa kini akan menghormati orang saleh dan selalu ingin dekat kepada orang
terkasih. Derajat wali pada hakikatnya titipan dari Allah, bukan predikat yang
dipasang secara mandiri dan diumumkan. Sebagai pendidik perlu menjadikan
materi ini sebagai modal, baik untuk diri sendiri maupun untuk peserta didik.
Pelajaran penting ini bisa sebagai bahan mengagumi kekuasaan Allah atas segala
makhluk-Nya, serta sebagai bahan mengajak orang lain menggali kekuasaan
Allah Swt.. Selain hikmah ini, hikmah apa lagi yang bisa Saudara dapatkan dari
materi ini? Silahkan analisis lebih dalam!

21
E. Sihir
1. Pengertian Sihir
Sihir dalam bahasa Arab tersusun dari huruf ‫ س‬,‫ ح‬,‫( ر‬siin, ha, dan ra), yang
secara bahasa bermakna segala sesuatu yang sebabnya nampak samar. Oleh
karenanya kita mengenal istilah ‘waktu sahur’ yang memiliki akar kata yang sama,
yaitu siin, ha dan ra, yang artinya waktu ketika segala sesuatu nampak samar dan
remang-remang. Seorang pakar bahasa, al-Azhari mengatakan bahwa, “Akar kata
sihir maknanya adalah memalingkan sesuatu dari hakikatnya. Maka ketika ada
seorang menampakkan keburukan dengan tampilan kebaikan dan menampilkan
sesuatu dalam tampilan yang tidak senyatanya maka dikatakan dia telah
menyihir sesuatu”.
Para ulama memiliki pendapat yang beraneka ragam dalam memaknai kata
‘sihir’ secara istilah. Sebagian ulama mengatakan bahwa sihir adalah benar-benar
terjadi ‘riil’, dan memiliki hakikat. Artinya, sihir memiliki pengaruh yang benar-
benar terjadi dan dirasakan oleh orang yang terkena sihir. Ibnul Qudamah
rahimahullah mengatakan, “Sihir adalah jampi atau mantra yang memberikan
pengaruh, baik secara zohir maupun batin. Semisal membuat orang lain menjadi
sakit, atau bahkan membunuhnya, memisahkan pasangan suami istri, atau
membuat istri orang lain mencintai dirinya”.
Namun ada ulama lain yang menjelaskan bahwa sihir hanyalah pengelabuan
dan tipuan mata semata, tanpa ada hakikatnya. Sebagaimana dikatakan oleh Abu
Bakr Ar Rozi, “Sihir adalah segala sesuatu yang sebabnya samar dan bersifat
mengalabui, tanpa adanya hakikat, dan terjadi sebagaimana muslihat dan tipu
daya semata”.
Al-Laits mengatakan, Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat mendekatkan
diri kepada syaitan dengan bantuannya. Al-Azhari mengemukakan, Dasar pokok
sihir adalah memalingkan sesuatu dari hakikat yang sebenarnya kepada yang
lainnya. Ibnu Manzur berkata: Seakan-akan tukang sihir memperlihatkan
kebathilan dalam wujud kebenaran dan menggambarkan sesuatu tidak seperti
hakikat yang sebenarnya. Dengan demikian, dia telah menyihir sesuatu dari
hakikat yang sebenarnya atau memalingkannya. Syamir meriwayatkan dari Ibnu
Aisyah, dia mengatakan bahwa orang Arab menyebut sihir itu dengan kata as-
Sihr karena ia menghilangkan kesehatan menjadi sakit.
Ibnu Faris mengemukakan, Sihir berarti menampakkan kebathilan dalam
wujud kebenaran. Di dalam kitab al-Mu’jamul Wasīth disebutkan bahwa sihir
adalah sesuatu yang dilakukan secara lembut dan sangat terselubung. Sedangkan
di dalam kitab Muhīthul Muhīth disebutkan, sihir adalah tindakan
memperlihatkan sesuatu dengan penampilan yang paling bagus, sehingga bisa
menipu manusia. Fakhruddin ar-Razi mengemukakan, menurut istilah Syari’at,
sihir hanya khusus berkenaan dengan segala sesuatu yang sebabnya tidak terlihat

22
dan digambarkan tidak seperti hakikat yang sebenarnya, serta berlangsung
melalui tipu daya.
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan, Sihir adalah ikatan-ikatan, jampi-
jampi, perkataan yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan, atau melakukan
sesuatu yang mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa
berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini mempunyai hakikat, diantaranya ada
yang bisa mematikan, membuat sakit, membuat seorang suami tidak dapat
mencampuri istrinya atau memisahkan pasangan suami istri, atau membuat salah
satu pihak membenci lainnya atau membuat kedua belah pihak saling
mencintainya.
Ibnul Qayyim mengungkapkan, Sihir adalah gabungan dari berbagai
pengaruh ruh-ruh jahat, serta interaksi berbagai kekuatan alam dengannya.
Dapat disimpulkan bahwa Sihir adalah kesepakatan antara tukang sihir dan
syaitan dengan ketentuan bahwa tukang sihir akan melakukan berbagai
keharaman atau kesyirikan dengan imbalan pemberian pertolongan syaitan
kepadanya dan ketaatan untuk melakukan apa saja yang dimintanya.
Setelah menganalisis pengertian sihir dari beberapa pendapat, silahkan
Saudara menyimpulkan dan berpendapat sendiri tentang pengertian sihir ini agar
lebih memahami.

2. Ciri-ciri Sihir
Setelah Saudara menguasai pengertian, sihir ini dapat diidentifikasi dari ciri-
cirinya, baik perbuatan sihir maupun pelaku sihir. Beberapa ciri tentang sihir ini
dapat dilihat dari beberapa penjelasan berikut.
Di antara tukang sihir itu ada yang menempelkan mushhaf di kedua kakinya,
kemudian ia memasuki WC. Ada yang menulis ayat-ayat al-Qur’an dengan
kotoran atau darah haid. Juga ada yang menulis ayat-ayat Al-Qur’an di kedua
telapak kakinya. Ada juga yang menulis Surat al-Faatihah terbalik. Ada yang
mengerjakan salat tanpa berwudu. Ada yang tetap dalam keadaan junub terus-
menerus. Ada yang menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada
syaitan dengan tidak menyebut nama Allah pada saat menyembelih, lalu
membuang sembelihan itu ke tempat yang telah ditentukan syaitan. Ada yang
berbicara dengan binatang-binatang dan bersujud kepadanya. Serta ada juga
yang menulis mantra dengan lafazh yang mengandung makna kekufuran.
Dari sini, tampak jelas bahwa jin itu tidak akan membantu dan tidak juga
mengabdi kepada seorang penyihir kecuali harus memberikan imbalan. Setiap
kali seorang penyihir meningkatkan kekufuran, maka syaitan akan lebih taat
kepadanya dan lebih cepat melaksanakan perintahnya. Dan jika tukang sihir tidak
sungguh-sungguh melaksanakan berbagai kekufuran yang diperintahkan
syaitan, maka syaitan akan menolak mengabdi kepadanya serta menentang

23
perintahnya. Dengan demikian, tukang sihir dan syaitan merupakan teman setia
yang bertemu dalam rangka kemaksitan kepada Allah.
Jika Saudara perhatikan wajah tukang sihir, maka dengan jelas Saudara akan
melihat gelapnya kekufuran yang memenuhi wajahnya, seakan-akan ia
merupakan awan hitam yang pekat. Jika Saudara mengenali tukang sihir dari
dekat, maka Saudara akan melihatnya hidup dalam kesengsaraan jiwa bersama
istri dan anak-anaknya, bahkan dengan dirinya sendri. Dia tidak bisa tidur
nyenyak karena terus merasa cemas dan gelisah. Selain itu seringkali syaitan akan
menyakiti anak-anaknya atau istrinya serta menimbulkan perpecahan dan
perselisihan di antara mereka.
Selain ciri-ciri ini, ciri apa lagi yang bisa Saudara gali yang dapat menunjukan
perbuatan atau bentuk dari sihir? Silahkan Saudara mencari lagi lebih banyak.

3. Dalil Sihir
Sebagaimana ciri yang sudah dibahas, apakah Saudara sudah bisa
menganalisis ciri sihir dan penyihir tersebut? Hal ini akan diperkuat dengan dalil-
dalil yang menerangkan tentang sihir.
Allah Swt. Berfirman dalam surah al-Baqarah [2] ayat 102:
َّ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ َ َ َ ْ ٰ َّ َّ ٰ َ ُ ٰ ْ َ ُ َ َ َ َ َ َ ٰ ْ َ ُ ْ ُ ٰ َ ُ ْ ٰ َّ
َ ‫الن‬
ُ ْ َ َ ْ ُ َ َّ َ
‫اس‬ ‫ك سليمنۚ وما كفر سليمن ول ِكن الشي ِطين كفروا يع ِلمون‬ ِ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ى‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ِ ‫ي‬‫الش‬ ‫وا‬ ‫ل‬ ‫واتبعوا ما تت‬
ََ َْ ْ َ َ َّ َ ُ ‫َ َ َ ه‬ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُْ ْ
‫السح َر َو َما ان ِزل على ال َملك ْي ِن ِبب ِابل ه ُار ْوت َو َم ُار ْوتَۗ َو َما ُيع ِل ٰم ِن ِم ْن احد حتى َيق ْولا ِانما نح ُن ِفتنة فلا‬ ِ
‫ه‬ ْ َّ َ
َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ََْ َ ْ ُ َ َ َ ُ ْ َ ْ ََََ ُْ َ َّ
ِ ‫تكف ْرَۗ فيتعل ُمون ِمنهما ما ُيف ِرقون ِبه بين ال َم ْر ِء َوز ْو ِجهَۗ َوما ه ْم ِبضا ِۤر ْين ِبه ِمن احد ِالا ِب ِاذ ِن‬
َۗ‫اّٰلل‬
َ َ َ ْ ََ َ َ ْ ْٰ َ َ َ ْ ََ َ َّ َ َ
ُ َٰ ْ ُ َْ َ ُ ُ
ْ‫اش َروا‬ ‫َو َيتعل ُم ْون َما َيضره ْم َولا َينفع ُه ْمَۗ َولقد ع ِل ُم ْوا ل َم ِن اشترىه َما له ِفى الا ِخر ِة ِمن خلاقَۗ ول ِبئس م‬
َ
َ َ ْ ُ َ َ َُْ
‫ِبه انف َس ُه ْمَۗ ل ْو كان ْوا َيعل ُم ْون‬
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan
Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak
mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan,
“Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.”
Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat)
memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan
dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah.
Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi
manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa
membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan
di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual
dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu. (al-Baqarah [2]: 102)

24
Ayat ini menerangkan tentang penjelasan sihir dari mulai cara melakukannya
dan hasil yang dicapai dari sihir, namun tetap saja walau hasilnya bersifat nyata,
kenyataan tersebut masih berada di bawah ketetapan Allah. Pada kisah Nabi
Musa a.s. juga terdapat kisah penyihir yang melawannya, namun Allah
memberikan kabar bahwa Allah tidak akan membiarkan penyihir terus membuat
kerusakan, seperti dalam surah Yunus [10] ayat 81:

ْ َْ
ُ ‫اّٰلل َلا ُي ْصل ُح َع َم َل ال ُم ْفسد ْي َن ࣖ َو ُيحق ه‬
‫اّٰلل‬ َ ‫اّٰلل َس ُي ْبطلُهَۗ اَّن ه‬
َ ‫َف َلَّما ال َق ْوا َق َال ُم ْو ٰسى َما ج ْئ ُت ْم به الس ْح ُر اَّن ه‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َۗ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ْ َ َ َ ََّ ْ
‫الحق ِبك ِل ٰم ِته َول ْو ك ِر َه ال ُمج ِر ُم ْون‬
Setelah mereka melemparkan, Musa berkata, “Apa yang kamu lakukan itu,
itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu.
Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan
orang yang berbuat kerusakan.” (Yunus [10]: 81)

Ayat tersebut membuat hati kaum muslimim menjadi lebih tenang karena ada
pertolongan Allah. Allah juga memberikan penangkal sihir dalam surah al-Falaq
[113] ayat 1-5:
َ َ ْ َ َ ُْ ٰ ‫َ َ َ َ َ ْ َ َّ ه‬ َ َ ْ َ ََ َ َ َ ْ َ َْ َ ْ
َ ‫ُقل ا ُع ْو ُذ ب‬
‫اسد‬ِ ‫ح‬ ‫ر‬ِ ‫ش‬ ‫ن‬‫م‬ِ ‫و‬ ‫د‬
ِ ‫ق‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫ت‬
ِ ِ ‫ث‬ ‫ف‬ ‫الن‬ ‫ر‬ِ ‫ش‬ ‫ن‬‫م‬ِ ‫و‬ ‫ب‬‫ق‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫ا‬ِ ‫ق‬ ‫اس‬ ‫غ‬
ِ ِ ‫ر‬ ‫ش‬ ‫ن‬‫م‬ِ ‫و‬ ‫ق‬ ‫ل‬‫خ‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ر‬ِ ‫ش‬ ‫ن‬‫م‬ِ ‫ق‬ِ ‫ل‬ ‫ف‬‫ال‬ ‫ب‬ ‫ر‬
ِ ِ
َ َ َ
ࣖ ‫ِاذا ح َسد‬
1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar);
2. dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan; 3. dan dari kejahatan malam
apabila telah gelap gulita; 4. dan dari kejahatan (perempuan-perempuan)
penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya); 5. dan dari kejahatan
orang yang dengki apabila dia dengki.” (al-Falaq [113]: 1-5)

Allah menjelaskan bahwa setiap orang beriman perlu menyerahkan


perlindungan kepada Allah agar terlindungi dari sihir dan berbagai kejahatan.
Sebagai bahan dasar materi sihir, Saudara bisa juga menggali lebih banyak lagi
dalil yang berkaitan.

4. Contoh Sihir
Setelah menganalisis dalil tentang sihir, Saudara bisa melihat contoh
perbuatan sihir yang terjadi di masyarakat sebagai berikut:
a. Memisahkan pasangan suami istri baik yang baru menikah maupun yang
sudah lama menikah, serta membuat keluarganya tidak pernah tentram.
b. Sihir cinta (pelet) membuat orang yang terkena sihir jatuh cinta, selalu
merasa rindu dan ingin dinikahi oleh orang yang menyihir. Bahkan dalam
beberapa kasus, jika yang menyihir tidak menikahi, yang terkena sihir akan
mengalami depresi sampai gangguan jiwa.

25
c. Sihir khayalan/ilusi, membuat objek yang dilihat atau di rasa tidak seperti
aslinya. Seperti penyihir yang melawan Nabi Musa a.s., menjadikan
tongkat mereka sebagai ilusi menyerupai ular. Mukjizat Nabi Musa a.s.
benar-benar mengubah tongkat menjadi ular yang nyata, bukan ilusi.
d. Sihir santet/teluh atau sejenisnya, membuat yang terkena sihir mengalami
sakit bahkan sampai meninggal dunia. Pada beberapa kasus ada yang
disihir santet ini selama bertahun-tahun dan mengalami sakit yang
berkepanjangan.
Selain contoh-contoh ini, Saudara bisa mengeksplor lagi sebanyak-banyaknya
contoh perbuatan sihir yang terjadi di masyarakat untuk menambah wawasan.

5. Hikmah Mempelajari Materi Sihir


Ketika Saudara menganalisis materi sihir ini, apa yang Saudara rasakan?
Apakah Saudara merasa ada kengerian dari perbuatan sihir ini? Apakah saudara
membayangkan ada orang yang dikenal dan menjadi korban sihir ini? Jika iya,
bukankah ini sangat mengerikan? Sangat jahat dilakukan? Tentu tidak ada satu
pun orang yang mau menjadi target sihir, termasuk tukang sihir sendiri. Oleh
karenanya, sebagai pendidik perlu menjadikan materi sihir ini sebagai modal,
baik untuk diri sendiri maupun untuk peserta didik. Pelajaran penting ini bisa
sebagai bahan kewaspadaan, serta menyampaikan kepada peserta didik agar
berhati-hati dari sihir. Bisa juga sebagai modal membentengi diri dari sihir
dengan memohon pertolongan Allah. Selain hikmah ini, hikmah apa lagi yang
bisa Saudara dapatkan dari materi ini? Silahkan analisis lebih dalam!

26
REFLEKSI
Setelah mempelajari materi Kasih Sayang dan Kekuasaan Allah yang mencakup
al-asmā al-husnā (al-rahmān dan al-malik), mukjizat, karomah, dan sihir, apakah hikmah
atau spirit yang dapat saudara mahasiswa ambil dan terapkan dalam pembelajaran
PAI?

Melalui materi pada kegiatan belajar ini kita bisa mendalami nilai moderasi
beragama. Allah adalah Zat yang Maha Pemberi yang tidak pilih kasih. Setiap
makhluk mendapatkan kasih sayang Allah melalui sifat Rahman-Nya, termasuk
manusia, baik yang beriman maupun tidak. Selain itu, Allah juga menggunakan
kekuasaannya (al-Malik) secara adil berdasarkan kehendak-Nya dengan tidak
sewenang-wenang. Seperti halnya, memberikan keistimewaan kepada beberapa
hambanya dengan mukjizat dan karamah, juga memberikan azab kepada
pembangkang-Nya. Ini mengajarkan kepada kita bahwa sebagai guru PAI hendaknya
memberikan perhatian kepada setiap peserta didik secara adil dan merata tanpa
membedakan status sosial dan kemampuannya, serta memberikan apresiasi kepada
yang layak dan sanksi kepada yang berhak. Kewenangan guru dipergunakan secara
adil. Sikap ini merupakan perwujudan dari nilai moderasi i’tidal.
Menurut saudara, nilai moderasi beragama apalagi yang dapat dikembangkan
dari materi ini?

27
CONTOH SOAL
Setelah menganalisis uraian materi, apakah Saudara sudah menguasai capaian
pembelajaran pada kegiatan belajar ini? Agar dapat mengukur penguasaan Saudara,
dapat mengisi soal yang berkaitan dengan kegiatan belajar ini. Berikut sajian contoh
soal pada modul ini sebagai bahan latihan Saudara dalam menganalisis pertanyaan
dan jawaban, serta sebagai contoh pembuatan soal tes formatif yang akan dibuat oleh
dosen pengampu.

1. Allah adalah raja, pemilik alam semesta yang tidak ada tandingan kekuasaannya.
Perhatikan ayat berikut ini (Ali Imran: 26)!
ُ ََ ُ َ َ َّ َ ْ ْ ُ ْ َ ََ َ ْ ْ ْ ُ ْ ُ ْ َ ٰ َُّ ‫ه‬ ُ
‫ك ت ِؤتى ال ُملك َم ْن تشا ُۤء َوتن ِزع ال ُملك ِِم ْن تشا ُۤء َوت ِعز َم ْن تشا ُۤء َوت ِذل َم ْن‬
ِ ‫ق ِل ّٰللا م ِلك المل‬
َ َ ُ ٰ َ َ َّ َ ْ َ ََ
‫تشا ُۤءَۗ ِب َي ِدك الخ ْي ُرَۗ ِانك على ك ِل ش ْيء ق ِد ْير‬
Berdasarkan ayat tersebut, analisis makna asma al-Husna yang sesuai adalah ...
a. Allah adalah penguasa yang Maha Adil
b. Allah pemilik kekuasaan yang Maha Penyayang
c. Allah pemilik kekuasaan yang Maha Berkehendak
d. Kasih sayang Allah diberikan kepada yang taat
e. Allah pemilik seluruh kerajaan

Jawaban: C

TINDAK LANJUT BELAJAR


Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat melakukan beberapa
aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di antaranya sebagai berikut:
1. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video pada LMS Program PPG. Baca
artikel kemudian lakukan analisis berdasarka isi artikel!
2. Kaitkan isi artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam proses pembelajarannya di
sekolah!
3. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir modul di bawah
standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara melakukan pembelajaran
remedial dengan memperhatikan petunjuk dalam LMS program PPG.

28
GLOSARIUM
Al-Asmā al-Husnā : Nama-nama Allah yang baik
al-Mālik : Maha Merajai/Penguasa
al-Rahmān : Maha Pengasih
Karamah : Keadaan luar biasa yang diberikan Allah Swt. kepada para wali-
Nya/orang saleh pilihan Allah
Mukjizat : Sesuatu yang menyalahi adat-kebiasaan yang ditampakkan
Allah di atas kekuasaan seseorang Nabi untuk memperkuat
kenabiannya
Mulk : Kerajaan
Sihir : Segala sesuatu yang sebabnya samar dan bersifat mengalabui,
tanpa adanya hakikat, dan terjadi sebagaimana muslihat dan
tipu daya semata

29
DAFTAR PUSTAKA
‘Abdul Qādir Muhammad Shālih, Al-Tafsīr wa al- Mufassirūn fī al-‘Ashr al-Hadīth
(Beirut: Dār al-Ma’rifah, 2003).
Abu Ayyash Rafa‟allhaq, Ruqyah Kumpulan doa-doa Ma’tsur untuk Mengobati Guna-
guna dan Sihir, (Tsabita Grafika, Jakarta).
Abū Bakr ibn Muhammad ibn Sayyid al-Hanbali, Karamah Para Wali Menurut
Pandangan Ahlussunnah, terj. Saefullah MS, (Jakarta: Darussunnah Press, 2004).
Abu Fajar Alqalami. Meluruskan Pemahaman Tentang Wali, (Surabaya: Jawara, 2000).
Abul Qasim al-Qusyairi, Risalah Qusyairiyah, (Jakarta: Pustaka Amani. 1988).
Ahmad Husnan, Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim (Surakarta: Al Husna, 2005).
Ahmad Mushthofa al-Marāghi, Tafsīr al-Marāghi, (Beirut: Dār al-Fikr, t.t) Jilid 1.
Al-Ghazali, Bidayah al-Hidayah, Bairut: Dar ash-Shadir, 19663
Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Beirut: Dar al-Kutub, 2011
Al-Ghazali, Ma’arij al-Quds Fi Madariji Ma’rifat al-nafsi, Bairut: Libanon, Dar al-Kutub,
1988
Al-Ghazali, Mizan al-Amal, Mesir: Dar al-Ma’arif, 1964
Amin, Ahmad, Kitab al-Akhlak, Kairo: Muassasah Handawiy li at-Ta’lim wa ats-
Tsaqafah,
As’adi, Misteri Besar Harut dan Marut (Banguntapan Jogjakarta: Diva Press, 2011).
Aswadi. Konsep Syifā’ Dalam Al-Qur’an: Kajian Tafsir Mafātih al-Ghaib Karya Fakhruddīn
al-Rāzi, (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2013).
Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Multi Karya:
Grafika, Yogyakarta, 2007).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdiknas,
2003).
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Terj. M. Abdul Ghoffar, (Bogor: Pustaka Imam Asy-
Syafi‟i 2004).
Ibnu Manzūr, Lisān Al-‘Arab (Beirut: Darul Fikri, 1386 H).
Imran Al-Idrusy, Mengenal Langkah-Langkah Setan, (Putra Pelajar, Surabaya, 2001).
M. Quraish Shihab. Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah,
dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 2014).
_______. Rasionalitas Al-Qur’an; Studi Kritis terhadap Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera
Hati. 2007).
_______. Tafsi>r al Mishba>h}; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera
Hati, 2006).
______, Logika Agama (Jakarta: Lentera Hati, 2006).
______, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata (Jakarta: Lentera Hati, 2007).

30
______, Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, (Lentera Hati,
Jakarta, 1999).
Maghfiroh, Dofi Oktian, dan Robandi. Konsep Karomah Abu Nasr Al-Siraj Al-Thusi
Dalam Kitab Al – Luma Fi Al-Tasawwuf. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
2013/2014).
Qosim Nursheha Dzulhadi, “Al-Fārābī Dan Filsafat Kenabian,” Jurnal Kalimah 12, no. 1
(2014). 130.
Zarruq, Syarhul Hikam, (Surabaya: As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H).

31

Anda mungkin juga menyukai