Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Kewarisan Khuntsa musykil


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqh mawaris II
Dosen pengampu: Dr. H. Yusuf Somawinata, M.Ag

Disusun oleh:

Abdullah Nuragis 211110028


Ibnu Khusairi 211110029
Muhammad Hakin Nazili 211110030

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2023
Kewarisan Khuntsa Musykil
A. Pendahuluan
Dalam pembagian harta waris terdapat berbagai masalah khusus yang harus diselesaikan
dengan khusus salah satunya adalah masalah “Khuntsa Musykil” atau kelamin ganda. Dalam
hal ini cara menyelesaikannya tidak terdapat dalam Al-Quran. Di zaman sekarang yang
semakin berkembang hal ini menjadi sebuah fenomena yang perlu diteliti oleh hukum waris
islam. Problematika yang belum pernah ada dimasa lalu sekarang muncul bergantian. Konsep
dasar hukum islam mengenai hukum waris pastinya menjadi hal yang utama sebagai pondasi
untuk menyelesaikan masalah di masyarakat.
Masalah khusus ini disebabkan oleh kejanggalan pada saat penyelesaian masalah waris
atau pembagian harta ini dilakukan dengan cara biasa, maka diperlukan penyelesaian masalah
khusus karena ini merupakan masalah khusus dalam ilmu faraidh. Salah satunya ialah hak
waris untuk “Khuntsa Musykil”.1 Khuntsa Musykil adalah orang yang memiliki kelamin ganda
atau tidak mempunyai keduanya sama sekali2
Maka dalam makalah ini penulis ingin menyampaikan kepada para pembaca mengenai apa
itu hak waris dan cara penyelesaian serta pembagian kewarisan Khuntsa Musykil . dalam
makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah dan tujuan penulisan yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Khuntsa Musykil?
2. Apa dasar hukum kewarisan Khuntsa Musykil?
3. Apa saja macam-macam Khuntsa Musykil?
4. Bagaimana cara pembagian kewarisan Khuntsa Musykil menurut para ulama?
5. Bagaimana contoh pola penyelesaian kewarisan Khuntsa musykil menurut para ulama?

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Khuntsa Musykil!


2. Untuk mengetahui Apa dasar hukum kewarisan Khuntsa Musykil!
3. Untuk mengetahui saja macam-macam Khuntsa Musykil!

1
Hikmatullah, Fiqih Mawaris:Panduan Kewarisan Islam, (Serang:A-Empat, 2021) hlm. 155
2
Suparman usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawarits Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta : Gaya
Media Pratama.2008) hlm.141

1
4. Untuk mengetahui Bagaimana cara pembagian kewarisan Khuntsa Musykil menurut para
ulama!
5. Untuk mengetahui contoh pola penyelesaian kewarisan Khuntsa musykil menurut para
ulama!

2
PEMBAHASAN
A. Definisi Khuntsa Musykil

Lafadz “al-khuntsa” yang berwazan “fu’la” berasal dari lafadz “al-khuntsu”, yang berarti
“lemah dan pecah” bentuk jamak dari lafadz tersebut adalah “khunaatsaa”. Dikatakan
“khanatsa wa takhanasa” apa bila cara bicara nya lembut seperti wanita. Atau cara berjalan
dan berpakaian hampir sama dengan wanita. Sebagian dari kata kata ini diambil dari sabda
Rasulullah yang berbunyi : “Allah SWT melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita
yang menyerupai laki-laki”.

Sedangkan khuntsa menurut istilah ialah manusia yang memiliki organ reproduksi ganda
atau sama sekali tidak memiliki alat reproduksi, baik itu memiliki kelamin pria dan wanita atau
tidak memiliki kelamin sama sekali. Menurut para ahli fiqih hal ini dinamakan dengan sebutan
Khuntsa Musykil. Yaitu statusnya tidak jelas, apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan
adapun yang menimbulkan “kemusykilan” karena pada dasarnya manusia itu jikalau bukan
laki-laki, pasti perempuan demikian sebaliknya. 3

Untuk menentukan status seorang khuntsa apakah ia termasuk wanita atau pria, dapat
dilihat dari keluarnya air kencing dari kedua kelamin, condong arah syahwatnya,
keinginannya, atau tanda yang lainnya yang menunjuk kepada pria atau wanita. Apabila
seorang khuntsa tidak memiliki tanda-tanda yang dapat menunjukkan bahwa dirinya pria atau
wanita maka hal ini lah yang disebut oleh para ahli fiqih sebagai khuntsa musykil. Jadi yang
dimaksud dengan khuntsa musykil adalah seseorang yang memiliki kejanggalan pada organ
reproduksinya dan tidak memiliki tanda-tanda khusus baik itu sebagai pria atau wanita.4

Kalangan ahli medis yang berpengalaman harus melakukan penelitian kepada seseorang
yang memiliki kelamin ganda dengan melihat hal yang dominan pada dirinya, jika pada saat
diteliti ditemukan nya salah satu yang dominan maka itu yang berlaku pada dirinya, 5 jika
dirinya memiliki tanda-tanda kelaki-lakian maka ia dikategorikan sebagai ahli waris laki-laki
dan bagian yang diterimanya ketika menjadi ahli waris ialah sebagai laki-laki. Sedangkan jika

3
Hikmatullah, Fiqih Mawaris ............ hlm. 121.
4
Suparman usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawarits............... hlm. 141
5
Hikmatullah, Fiqih Mawaris................... hlm. 122.

3
dirinya memiliki tanda-tanda perempuan maka ia dikategorikan sebagai perempuan dan bagian
waris yang diterimanya ketika menjadi ahli waris ialah sebagai perempuan.6 Menurut madzhab
hanafi Jika pada dirinya sulit ditemukan tanda-tanda laki-laki atau perempuan maka inilah
yang disebut khuntsa. Maka bagian yang diterima seorang khuntsa ialah bagian terkecil dari
kemungkinan ia menjadi ahli waris laki-laki atau perempuan.7

Dalam Al-Quran, pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang ilmu faraidh, khuntsa tidak
disebutkan dalam pengecualian pembagian warisan, bahkan, banyak fuqaha mengatakan
bahwa khuntsa, bayi dalam kandungan, orang hilang, tawanan perang, dan orang-orang yang
mati bersamaan dalam suatu musibah atau kecelakaan, mendapat tempat khusus dalam
pembahasan ilmu faraidh. Dengan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa orang orang
seperti ini memiliki hak yang sama dengan ahli waris lain dan tidak bisa diabaikan.

B. Dasar hukum kewarisan khuntsa musykil


Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan manusia sepasang, laki-laki dan perempuan.
Adapun salah satu hikmah penciptaan itu adalah agar manusia dapat melahirkan dan
mempunyai keturunan. Allah SWT berfirman dalam QS. Asy-Syura (42): 49-59 :8
‫ض يَ ْخلُ ُق َما يَش َۤا ُء ِۗيَ َهبُ ِل َم ْن يَّش َۤا ُء اِنَاثًا َّويَ َهبُ ِل َم ْن يَّش َۤا ُء الذُّكُ ْور‬ ِ ‫ّلِل ُم ْلكُ السَّمٰ ٰو‬
َ ْ ‫ت َو‬
ِۗ ِ ‫اْل ْر‬ ِ ‫ا َ ْو يُزَ ِو ُج ُه ْم ذُ ْك َرانًا ِ ه‬
‫ع ِل ْي ٌم قَ ِديْر‬ َ ‫ٌواِنَاثًا َۚويَ ْج َع ُل َم ْن يَّش َۤا ُء‬
َ ‫ع ِق ْي ًما ِۗاِنَّ ٗه‬ َّ ٌ
Artinya : Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, memberikan anak
laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan (keturunan) laki-laki
dan perempuan, serta menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.9
Pada ayat diatas telah dijelaskan bahwa Allah telah menciptakan anak adam itu kedalam 2
jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Setiap anak adam, dari dua jenis ini mempunyai jenis
kelamin masing-masing dan tanda – tanda khusus. Apabila anak adam dilahirkan dengan ciri–
ciri laki-laki dan perempuan atau tidak memiliki tanda-tanda khusus baik sebagai laki-laki atau

6
Hasanudin, Fiqh Mawaris Problematika dan Solusi, (Jakarta : KENCANA, 2020), hlm. 106.
7
Suparman usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawarits............... hlm. 141.
8
Hikmatullah, Fiqih Mawaris................... hlm. 122.
9
Quran Kemenag, Quran Surat Asy-Syura Ayat 49-50 https://quran.kemenag.go.id/quran/per-
ayat/surah/42?from=49&to=53, (diakses pada sabtu 13 Mei 2023 20.51.).

4
perempuan maka ia dinamakan khuntsa. Selain itu Rasulullah SAW bersabda : “berilah
warisan anak khuntsa ini (sebagai laki-laki atau perempuan) mengingat dari alat kelamin
yang mula pertama digunakannya untuk buang air kecil”,10
C. Macam macam khuntsa musykil
Khuntsa terbagi menjadi 2 bagian yaitu khuntsa musykil dan khuntsa ghairu musykil
berikut penjelasanya :11
1. Khuntsa musykil
Khuntsa musykil terbagi menjadi dua yaitu :
a. Khuntṡa musykil (yang sulit ditentukan), yaitu khunṡa yang memiliki dua
kelamin dan melalui alat kelamin yang ada tidak dapat dipastikan jenis
kelaminnya laki-laki atau perempuan. Akan tetapi kejelasan statusnya masih
bisa diharapkan, seperti khunṡa yang masih kecil.
b. Khuntsa musykil, tidak jelas keadaannya, yaitu khunṡa yang memiliki dua
kelamin ataupun tidak memiliki kelamin sama sekali sehingga tidak dapat
dipastikan jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan. Begitu juga kejelasan
statusnya tidak bisa diharapkan lagi, karena sudah baligh dan tidak ada tanda-
tanda untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan.12

Khuntsa musykil merupakan khuntsa yang sama sekali belum jelas status nya,
hal ini disebabkan karena seorang khuntsa tidak memiliki tanda - tanda yang
mengarahkan kecenderungan baik kepada laki-laki atau perempuan. Contohnya
adalah jika seseorang yang memiliki alat kelamin ganda dan berfungsi secara
bersamaan. Adapun menurut jumhur ulama tumbuhnya jenggot, kumis dan tumbuh
nya buah dada tidak bisa dijadikan pijakan dalam menentukan status khuntsa.
Operasi kelamin biasanya menjadi solusi untuk menetapkan status seorang khuntsa
dengan bertujuan mendapatkan kejelasan status pada seorang khuntsa. Tentunya
hal ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada dunia kedokteran. Namun jika
operasi yang dimaksud ialah bertujuan dengan mengubah alat kelamin yang sudah

10
Hikmatullah, Fiqih Mawaris................... hlm. 122.
11
Hasanudin, Fiqh Mawaris..................... hlm.104.
12
Muhibbussabry, Fikih Mawaris, (Medan: Pusdikra Mitra Jaya, 2020), hlm.72-75.

5
jelas maka hal ini masuk dalam kategori taghyir khalqillah yang disepakati
keharamannya.13

2. Khuntsa ghairu musykil


Khuntsa ghairu musykil ialah khuntsa yang mempunyai alat kelamin, namun masih
bisa dihukumi status kelaminnya dengan melihat tanda-tanda kecenderungan pada
salah satu gender.14 Berikut adalah status khuntsa yang dikategorikan (dihukumi)
berjenis kelamin wanita :
a. Khuntsa yang memiliki satu alat ( berbentuk lubang), namun setelah baligh dia
keluar haid atau hamil.
b. Khuntsa yang memiliki satu alat ( berbentuk lubang) namun tidak haid dan tidak
hamil, tetapi memiliki rasa suka terhadap laki-laki.
c. Khuntsa yang memiliki satu alat ( berbentuk lubang) tidak hamil dan haid dan
ada perasaan senang terhadap 2 gender, namun sifat kewanitaannya lebih
menonjol dibanding sifat laki-laki.
d. Khuntsa yang memiliki dua alat kelamin, namun mengalami haid dan
mengeluarkan air mani pada vaginanya.
e. Khuntsa yang memiliki dua alat kelamin, dan keluar air kencing pada keduanya
namun vagina terlebih dahulu.
f. Khuntsa yang mempunyai dua alat kelamin, keluar air kencing bersamaan dari
kedua alat kelamin, namun ada rasa senang terhadap laki-laki.
g. Khuntsa yang memiliki dua alat kelamin, keluar air kencing bersamaan dari
kedua kelamin ada perasaan senang terhadap laki-laki dan perempuan, namun
sifat wanita lebih menonjol daripada sifat laki-laki.

Adapun khuntsa yang dihukumi (dikategorikan) berjenis kelamin laki-laki yaitu


sebagai berikut :

a. Khuntsa yang memiliki satu alat kelamin (berbentuk lubang), tidak haid dan
hamil, namun ada perasaan senang terhadap wanita.

13
Hasanudin, Fiqh Mawaris................... hlm. 104.
14
Ahmad rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada 2002), hlm. 171.

6
b. Khuntsa yang memiliki satu alat kelamin (berbentuk lubang), tidak hamil dan
haid, dan sifat senang kepada keduanya, namun sifatnya lebih menonjol kepada
lalki-laki.
c. Khuntsa yang memiliki dua alat kelamin, namun mengalami kencing, keluar
mani dari penisnya.
d. Khuntsa yang memiliki dua alat kelamin, buang air kecil bersamaan dari
keduanya, ada perasaan senang terhadap keduanya, namun sifat laki-laki lebih
menonjol dari sifat perempuan.15
D. Cara pembagian kewarisan Khuntsa Musykil menurut para ulama
Ulama berbeda pendapat dalam hak kewarisan khuntsa musykil, ada tiga pendapat yang
dikemukakan oleh para ulama yaitu:
1. Madzhab Hanafi dan mayoritas sahabat berpendapat bahwa hak waris khuntsa adalah
yang paling sedikit bagiannya dari kemungkinan ia menjadi laki-laki atau perempuan.
2. Madzhab Maliki berpendapat harta waris yang diterima oleh khuntsa adalah ada pada
posisi tengah-tengah diantara kedua bagian ketika ia menjadi laki-laki dan perempuan.
Awalnya permasalahan dibuat dua keadaan dan kemudian dibagi menjadi dua, dan
itulah hak harta waris khuntsa.
3. Madzhab Syafi’i dan madzhab Hambali berpendapat bahwa setiap ahli waris dan
khuntsa diberikan dengan jumlah yang sedikit dari dua keadaan, karena pembagian
tersebut lebih menentramkan semua ahli waris. Sedangkan sisanya ditangguhkan
terlebih dahulu sampai adanya kejelasan dari status khuntsa.16
E. Contoh pola penyelesaian kewarisan Khuntsa musykil menurut para ulama
Berikut adalah beberapa contoh terkait permasalahan ahli waris khuntsa diantaranya :
1. Contoh 1
Seseorang wafat dan meninggalkan seorang anak laki-laki dan seorang khuntsa
Penyelesaianya :
Jika khuntsa dianggap sebagai laki-laki maka ahli waris ada 2 orang anak laki-laki.
Keduanya dalam hal ini adalah sebagai “ashabah bin-nafsi dan mewarisi seluruh harta
dengan masing-masing memperoleh setengah (1/2) bagian.

15
Hasanudin, Fiqh Mawaris................... hlm. 105.
16
Khairuddin, Fikih Faraidh Teknik Penyelesaian Kasus Waris, (Aceh : Sahifah, 2020), hlm. 113.

7
Sedangkan jika khuntsa dianggap sebagai perempuan maka ahli warisnya adalah
seorang anak laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini mereka adalah sebagai “ashabah
bil-ghair” dengan ketentuan bagian anak laki-laki dua kali bagian anak perempuan. Jadi
anak laki-laki mendapat 2/3 bagian, sedangkan anak perempuan mendapat 1/3 bagian.
Dari kedua macam anggapan ini, pembagiannya adalah sebagai berikut :
a) Menurut madzhab Hanafi dan mayoritas sahabat :
Bagian anak laki-laki = 2/3
Bagian anak banci = 1/3
b) Menurut madzhab Maliki :
Bagian anak laki-laki = ½ x (1/2+2/3) =7/12
Bagian anak perempuan = ½ (1/2+1/3) =5/12
c) Madzhab Syafi’i dan Hambali
Bagian anak laki-laki =1/2
Bagian anak perempuan =1/3
2. Contoh 2
Seorang perempuan wafat dengan meninggalkan harta berupa uang 36 juta. Ahli
warisnya terdiri dari suami. Ibu dua saudara laki-laki seibu dan saudara sebapak yang
khuntsa.
Jika diperkirakan laki-laki :

Ahli waris Bagian AM (6) HW : Rp. Penerimaan


36.000.000

Suami 1/2 3 3/6 x 36.000.000 18.000.000

Ibu 1/6 1 1/6 x 36.000.000 6.000.000

2 saudara laki 1/3 2 2/6 x 36.000.000 12.000.000


seibu

Saudara laki A/ sisa 0 0 0


sebapak

8
Total : 36.000.000

Jika diperkirakan perempuan maka akan terjadi Aul yaitu sebagai berikut :

Ahli waris Bagian AM (6- HW. Rp. Penerimaan


9) 36.000.000

Suami 1/2 – 3/9 3 3/9 x 36.000.000 12.000.000

Ibu 1/6 – 1/9 1 1/9 x 36.000.000 4.000.000

2 saudara laki 1/3 – 2/9 2 2/9 x 36.000.000 8.000.000


seibu

Saudara pr 1/2 - 3/9 3 3/9 x 36.000.000 12.000.000


sebapak

Total : Total : 36.000.000


9

Dari kedua macam perkiraan ini, pembagiannya adalah sebagai berikut :


a) Madzhab Hanafi dan mayoritas sahabat
Suami = 18 juta
Ibu = 6 juta
2 saudara laki seibu = 12 juta
Khuntsa = Tidak mendapat apa-apa
b) Madzhab Maliki
Suami = ½ x (18+12) = 15 juta
Ibu = ½ x (6+4) = 5 juta
2 saudara laki seibu = ½ x (12+8) = 10 juta
Khuntsa = ½ x ( 0+12) = 6 juta
c) Madzhab Syafi’i dan Hambali
Suami = 12 juta
Ibu = 4 juta

9
2 saudara laki seibu = 8 juta
Khuntsa = Tidak mendapat apa-apa
Sisa = Ditahan sampai status khuntsa jelas17

17
Hikmatullah, Fiqih Mawaris................... hlm. 128-130.

10
KESIMPULAN

Dalam pembagian harta waris terdapat berbagai masalah khusus yang harus diselesaikan
dengan khusus salah satunya adalah masalah “Khuntsa Musykil” atau kelamin ganda. Dalam
hal ini cara menyelesaikannya tidak terdapat dalam Al-Quran. Di zaman sekarang yang
semakin berkembang hal ini menjadi sebuah fenomena yang perlu diteliti oleh hukum waris
islam. Problematika yang belum pernah ada dimasa lalu sekarang muncul bergantian. Konsep
dasar hukum islam mengenai hukum waris pastinya menjadi hal yang utama sebagai pondasi
untuk menyelesaikan masalah di masyarakat.
Sedangkan khuntsa menurut istilah ialah manusia yang memiliki organ reproduksi ganda
atau sama sekali tidak memiliki alat reproduksi, baik itu memiliki kelamin pria dan wanita atau
tidak memiliki kelamin sama sekali. Menurut para ahli fiqih hal ini dinamakan dengan sebutan
Khuntsa Musykil. Yaitu statusnya tidak jelas, apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan
adapun yang menimbulkan “kemusykilan” karena pada dasarnya manusia itu jikalau bukan
laki-laki, pasti perempuan demikian sebaliknya. Khuntsa terbagi menjadi 2 bagian yaitu
khuntsa musykil dan khuntsa ghairu musykil
Ulama berbeda pendapat dalam hak kewarisan khuntsa musykil, ada tiga pendapat yang
dikemukakan oleh para ulama yaitu:
1. Madzhab Hanafi dan mayoritas sahabat berpendapat bahwa hak waris khuntsa adalah
yang paling sedikit bagiannya dari kemungkinan ia menjadi laki-laki atau perempuan.
2. Madzhab Maliki berpendapat harta waris yang diterima oleh khuntsa adalah ada pada
posisi tengah-tengah diantara kedua bagian ketika ia menjadi laki-laki dan perempuan.
Awalnya permasalahan dibuat dua keadaan dan kemudian dibagi menjadi dua, dan
itulah hak harta waris khuntsa.
3. Madzhab Syafi’i dan madzhab Hanabi berpendapat bahwa setiap ahli waris dan
khuntsa diberikan dengan jumlah yang sedikit dari dua keadaan, karena pembagian
tersebut lebih menentramkan semua ahli waris. Sedangkan sisanya ditangguhkan
terlebih dahulu sampai adanya kejelasan dari status khuntsa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hikmatullah. (2021). Fiqh Mawaris; Panduan Kewarisan Islam. Serang: A-Empat.

Muhibbussabry. (2020). Fikih Mawaris. Medan: CV. Pusdikra Mitra Jaya.

Suparman Usman dan Yusuf Somawinata. (2008). fiqh mawaris; Hukum Kewarisan Islam.
Jakarta: gaya media pratama.

Hasanudin. 2020. Fiqh Mawaris Problematika dan Solusi. Jakarta : KENCANA.

Rofiq, Ahmad. 2002. Fiqih Mawaris. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Khairuddin. 2020. Fikih Faraidh Teknik Penyelesaian Kasus Waris. Aceh :Sahifah.

Quran Kemenag. (13 Mei 2023). Quran Surat Asy-Syura Ayat 49-50.
https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/42?from=49&to=53,

12

Anda mungkin juga menyukai