Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

FIQIH SUNAH JILID 4 SAYYID SABIQ

 Pengertian Hukum Waris Islam


Hukum kewarisan sering dikenal dengan istilah faraidh. Hal ini karena dalam
Islam, bagian-bagian warisan yang menjadi hak ahli waris telah ditentukan dalam Alquran.
Hukum kewarisan dalam Islam mendapat perhatian besar, karena pembagian warisan
sering menimbulkan akibat akibat yang tidak menguntungkan." Secara etimologis, faraidh
diambil dari kata foardh yang berarti toqdir "ketentuan". Dalam istilah syara'bahwa kata
fardh adalah bagian yang telah ditentukan bagi ahli waris.
Sedangkan hukum kewarisan menurut Fikih Mawaris adalah Fikih yang berkaitan
dengan pembagian harta warisan, mengetahui perhitungan agar sampai kepada mengetahui
bagian harta warisan dan bagian-bagian yang wajib diterima dari harta peninggalan untuk
setiap yang berhak menerimanya. Dalam bahasa Arab berpindahnya sesuatu dari seseorang
kepada orang lain atau dari suatu kaum kepada kaum lain disebut al Miirots."
 Makna al-Miirats
Menurut istilah yang dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari
orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu
berupa harta (uang), tanah atau apa saja yang berupa hak milik legal menurut syari'i. dari
bahasa Arab -- & yang artinya mewarisi." Jika dikaitkan dengan kondisi yang berkembang
di masyarakat Indonesia, istilah waris dapat diartikan sebagai suatu perpindahan berbagai
hak dan kewajiban serta harta kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia kepada
orang yang masih hidup.
Sedangkan pengertian hukum waris secara terminologi adalah hukum yang
mempelajari tentang orang-orang yang mewarisi, orang. orang yang tidak mewarisi, kadar
yang diterima oleh masing-masing ahli 29 waris serta cara pembagiannya. Dalam redaksi
yang lain, Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid mengemukakan bahwa hukum waris
adalah hukum yang mengatur tentang kepemilikan seseorang atas sesuatu setelah
meninggalnya pewaris karena adanya sebab dan syarat tertentu.
 Dasar hukum waris
Terdapat dalam beberapa sumber hukum Islam diantaranya:
1. Alquran

Bangunan hukum kewarisan Islam memiliki dasar yang kuat, yaitu ayat-ayat
Alquran yang selain kedudukannya qath'i al-wurud, juga qoth'i al- dalalah meskipun
pada dataran tanfiz (aplikasi) sering ketentuan baku Alquran tentang bagian-bagian
waris mengalami perubahan pada bagian nominalnya misalnya kasus radd, 'aul dan
sebagainya. "Adapun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah kewarisan dapat
dijumpai dalam beberapa surat dan ayat sebagai berikut:

2. Al-Hadis

Selain Alquran, hukum kewarisan juga didasarkan kepada Hadis Rasulullah


Saw. Adapun Hadis yang berhubungan dengan hukum kewarisan diantaranya:

a. Hadis Nabi dari Ibnu Abbas riwayat Bukhari Muslim:


"Kami telah diberi tahu oleh Ma'mar dari Ibn Thowus, dari bapaknya, dari Ibn
'Abbas berkata: Rosulullah SAW telah bersabda: "bogilah harta waris diantara
orang-orang yang berhak menerima bagian sesuai dengan ketentuan Alquran.
Jika masih ada tinggalan (sisa) maka yang lebih berhak adalah ahli waris laki-
laki.
b. Hadis Nabi dari Jabir Ibn Abdillah:
c. Ijma' dan ijtihad Ijma' dan Ijtihod
para sahabat, imam-imam madzhab dan mujtahid mujtahid kenamaan
mempunyai peranan yang tidak kecil sumbangannya terhadap pemecahan-
pemecahan masalah mawaris yang belum dijelaskan oleh nash-nash shorih."
Ijma' dan ijtihad disini adalah menerima hukum warisan sebagai ketentuan
hukum yang harus dilaksanakan dalam upaya mewujudkan keadilan
masyarakat dan menjawab persoalan yang muncul dalam pembagian warisan
yaitu dengan cara menerapkan hukum, bukan mengubah pemahaman atau
ketentuan yang ada.
Masalah-masalah yang menyangkut warisan ada yang sudah dijelaskan
permasalahannya dalam Alquran atau Sunnah dengan keterangan yang konkret
sehingga tidak timbul macam-macam interpretasi, bahkan mencapai ijma' (konsensus)
di kalangan utama dan umat Islam. Selain dari itu masih banyak masalah warisan yang
dipersoalkan atau diperselisihkan,".
BAB V
HUKUM WARIS , ABU HASAN

 Waris
Allah Swt menciptakan manusia hanya dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan
perempuan. Masing-masing jenisnya memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda.
Tetapi kenyataannya, terdapat seseorang yang tidak mempunyai status yang jelas,
bukan laki-laki dan bukan perempuan. Orang dengan ketidakjelasan status jenis
kelaminnya ini disebut khuntsa, dalam dunia medis dikenal dengan istilah
Hermaphrodite. Salah satu permasalahan khuntsa adalah dalam hal menentukan hak
waris, serta bagian warisannya. Dalam Al-Qur’an jelas dikemukakan secara detail
mengenai hukum kewarisan. Tapi belum ditemukan dalam Al-Qur’an mengenai hukum
waris bagi khuntsa. Tulisan ini akan membahas serta menganalisis pendapat Imam Abu
Hanifah dalam menentukan status dan bagian warisan yang diterima khuntsa musykil.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif dan filosofis yaitu


pendekatan yang didasarkan atas norma hukum dan konsep syarî’ah. Hasil penelitian
ini mengemukakan ada dua sebab dalam melatar belakangi kewarisan khuntsa musykil
menurut Imam Abu Hanifah. Pertama, orang yang mewaris tidak bisa mendapat hak
warisnya, kecuali dengan ketentuan yang pasti dan meyakinkan tanpa adanya keragu-
raguan di dalamnya. Kedua, pada dasarnya semua hukum itu tidak bisa dijalankan
kecuali dengan yakin begitu pula mengenai ketentuan hukum waris tersebut haruslah
dengan yakin.

 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sengeketa waris ini adalah pertama,


karena adanya harta peninggalah yang belum dibagi terlebih dahulu karena ahli
waris telah meninggal terlebih dahulu dari pada Pewaris. Kedua, meninggalnya si
ahli waris terlebih dahulu dari pada si Pewaris yang menyebabkan beralihnya
harta pusaka yang menjadi hak si ahli waris. Ketiga, dalam sengeketa waris ini
jelas-jelas adanya hubungan keluarga yang kurang harmonis disebabkan
perbedaan strata social.
 Dalam penyelesaian sengketa yang timbul akibat tidak dilaksanakannya wasiat
tersebut, bahwa hakim lebih mengutamakan Kompilasi Hukum Islam terlebih
dahulu dalam proses pembagian harta warisan.

 Apabila ada seseorang yang hendak membagikan harta warisannya dengan jalan
membuat wasiat sebelum ia meninggal dunia, hendaknya hendaknya terlebih dahulu
mengumpulkan semua ahli waris yang hendak menerima bagian warisannya dengan
memperhatikan syarat-syarat sahnya yang telah ditentukan dalam al-Qur’an dan
Kompilasi Hukum Islam dan menanyakan 76 kepada orang yang mempunyai
pengetahuan tentang hukum kewarisan islam.
 Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu untuk lebih meningkatkan integritas
hukum dalam pengambilan putusan secara adil, dan juga untuk memberikan
pengetahuan dan masukan kepada masyarakat umum dalam memahami hukum
kewarisan Islam.

Hadis, Asbabul Wurud, Dan Takhrij Hadis Tentang Waris

a. Teks Hadis Tentang Waris

‫ ب ٌب ج‬، ‫ ل بي‬: ٟ ‫عي جبٔء‬


ٛ ‫ ٘ ٍ ال س‬Qٓ‫ع‬ٚ ٟ ‫ق أب‬Q ‫ب‬Q‫ ب ٓ ع عذ إ عح‬ٟ ‫ل بص أب‬ٚ ‫ب ب ٓ ٌِب ه‬١ ‫ِشة ب ٓ و ٌب ب ب ٓ ٘صشة ب ٓ ِ ٕبئ ب ع بذ ب ٓ ٘أ‬
‫ ل ذ‬Q‫غ‬Qٍ ‫ ب ٓ ک عب ب ٓ ب‬ٛٞ ٌ ‫ـ‬ٟ‫ ٌا فش ش‬ٞ‫ ٌا ٘ضش‬، Q‫شد ٌا ع ششة أحذ‬ٙٛ ّ ‫ ٌا‬ُٙ ٌ ‫ٕت‬
: )) ‫ (( اي‬، ‫طش ل ٍج‬QQ‫ ب ف ٌب ش‬٠ ٟ ‫ ِٓ ب‬Q‫جع‬ٛ ‫ ِب ٌا‬ٝ ‫ ل ذ ٌإ‬ٟ ‫ٔد‬ٛ‫ ع‬٠ ‫ت عَب‬Q‫داع حج‬ٛ ‫ ِٓ ٌا‬Q‫جع‬ٚ ‫ ا ش خذ‬ٟ ‫ ب‬، ‫ ب ف م ٍج‬٠ ‫عي‬ ٛ ‫ ٘ ٍ ال س‬، ‫ش‬ٜ ‫ح‬
‫ ب ف بٌ ث‬٠ ‫عي‬ ٛ ‫ ل بي ؟ ٘ ٍ ال س‬: )) ‫اٌ ث ٍث ٌا ث ٍث‬ٚ ‫ش‬١ ‫ و ث‬-‫أ‬ٚ ، ‫ٔأ ب‬ٚ ‫ر‬ٚ ‫اي ِبي‬ٚ ‫ـ‬ٟٕ ‫ث‬QQQQ‫ ش‬٠ ‫ ٘ ٍ ال إاي‬ٟ ٌ ، ‫ذق‬QQQ‫ـ ٌاا خ ص‬ٟٕ ‫ ب خ‬ٟ ‫ل بي ؟ ٌِب‬
‫ه ح‬Q Q‫سث خ‬ٚ ‫بء‬١ ٕ ‫ش أغ‬١ ‫ف ةعبي ح خُ٘ش ْأ ِٓ خ‬ْٛ ‫ خ ى ف‬٠ ‫ ٌا ٕبط‬، ‫ٔإ ه‬ٚ ‫ي فك ْأ‬ٛ‫ (( اي )) ف مبي ؟ ٘ ٍ ال س ع‬، ‫ ل ٍج‬: ‫ٍث‬
ٕ ‫ش ٔ ف مت ح‬١ ‫زس ْإ ٔإ ه – و ب‬
ٗ ‫جب‬ ٗ ٚ ‫ددث إاي ٘ ٍ ال‬Q Q‫ـ ب ٗ اص‬ٟ‫ب ح ب خ غ‬ٙ ‫ج ب‬
ٗ ٚ ‫ث إاي ٘ ٍ ال‬QQ‫ب أجش‬١ٙ ٍ ‫ ع‬Qٍٝ ‫ ح ج ًع ِب ع‬ٟ ‫ ف‬ٟ ‫اح ه ف‬Q ‫ (( ٌا ّش‬، ‫ ل ب ي‬: ‫ ف م ٍج‬: ‫ ب‬٠ ‫عي‬ ٛ
‫ ٕ خ‬٠ ‫َا ب ه‬ٛ ‫ش أل‬ٚQ ‫ ض‬٠ ‫ ب ه‬ْٚQ‫ أخش‬، ٍُٙ ‫ ِاض ٌا‬ٟ ‫بب‬Q‫ح‬Q ‫ ٘ ٍ ال س ص‬، ‫ذ أخ ٍج‬Q ‫ ب ع‬ٟ ‫بب‬Q‫ ل بي ؟ ا صح‬: )) ‫ـ عّبي اح ًّع ح خ ٍف ٌ ٓ ٔإ ه‬ٟ‫ش ٕ غ‬
ُٙ ‫اي ٘جشح‬ٚ ‫ ح شُ٘د‬Qٍٝ ‫ ع‬ُٙ ‫ ظ ٌ ٓى أع مبب‬٠‫ٌ ت ب ٓ ع عذ ٌا بب‬Qٛ‫ (( خ‬ٟ ‫ شث‬٠ ٗ ٌ ‫عي‬ ٛ ‫سف عت دسٗج ِبث ْأ ٘ ٍ ال س‬ٚ ، ‫ ع ٍه‬ٌٚ ْ‫ ح خ ٍف أ‬Qٝ‫ ح خ‬Q‫فع‬
‫ٌأ ِ خ فك ب ّ ىت‬
١ٗ ٍ ‫ع‬

Artinya: Dari Abu Ishaq Sa‘ad bin Abi Waqqash Malik bin Uhaib bin ‗Abdi manaf bin
Zahrah bin Kilab bin Murrah bin Ka‘ab bin Lu‘aiy al Quraisyiyyi az Zuhri radhiyallahu
‗anhu, salah seorang di antara sepuluh orang yang dijamin masuk surga. La berkata:
Rasulullah pernah datang menjengukku pada Tahun haji wada‘, karena aku sakit keras,
kemudian aku berkata: ―Ya Rasulullah, sesungguhnya sakitku ini sangat keras sebagaimana
engkau saksikan. Sedang aku mempunyai harta yang cukup banyak, sementara tidak ada
seorangpun yang menjadi ahli warisku kecuali seorang anak perempuanku. Apakah boleh aku
sedekahkan dua per tiga hartaku?‖ Beliau menjawab, ―Tidak‖, kemudian kutanyakan,
―Bagaimana kalau setengahnya?‖ Beliau menjawab Tidak. Lalu kutanyakan, ―Bagaimana
jika sepertiganya ya Rasulullah? Selanjutnya beliau bersabda, ―Ya, sepertiga, dan sepertiga
itu banyak atau besar. Sesungguhnya jika engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan

Anda mungkin juga menyukai