TKM102 / 2SKS
PERANGKAT PEMBELAJARAN
1.6180339887498948482045868343656381177203091798057628621354486227052604628189024497072072
041893911374847540880753868917521266338622235369317931800607667263544333890865959395829056
383226613199282902678806752087668925017116962070322210432162695486262963136144381497587012
203408058879544547492461856953648644492410443207713449470495658467885098743394422125448770
664780915884607499887124007652170575179788341662562494075890697040002812104276217711177780
531531714101170466659914669798731761356006708748071013179523689427521948435305678300228785
699782977834784587822891109762500302696156170025046433824377648610283831268330372429267526
311653392473167111211588186385133162038400522216579128667529465490681131715993432359734949
850904094762132229810172610705961164562990981629055520852479035240602017279974717534277759
277862561943208275051312181562855122248093947123414517022373580577278616008688382952304592
647878017889921990270776903895321968198615143780314997411069260886742962267575605231727775
203536139362107673893764556060605921658946675955190040055590895022953094231248235521221241
5444006470
Disusun oleh:
Primawati, M.Si
Matriks Pembelajaran
Mi Learning Metode Kriteria/ Daftar
ng Outcomes Pengalaman Materi/Pokok Setrategi Teknik Pustaka
gu (Capaian Belajar Bahasan Pembelajara Penilaia
Pembelajaran) n n
I 1. Mampu 1. Mendengarkan 1. Bilangan Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan 1.1 Bilangan Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep 1.2 Sifat-sifat Demonstrasi
bilangan bilangan. bilangan.
dengan baik. 2. Tanya jawab 1.3 Perkalian
tentang yang dan
masih diragukan pembagian
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep bilangan.
II 2. Mampu 1. Mendengarkan 2. Perpangkat Cemarah Sikap Bahan
memanipulasi penjelasan an Diskusi Kinerja Ajar
nilai-nilai tentang konsep 5.1 Akar Demonstrasi
perpangkatan perpangkatan. 5.2 Notasi
dengan tepat. 2. Tanya jawab Saintifik
tentang yang 5.3 Nilai
masih diragukan Mutlak
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
perpangkatan
III 3. Mampu 1. Mendengarkan 3. Pemfaktora Cemarah Sikap Bahan
memfaktorka penjelasan n Diskusi Kinerja Ajar
n persamaan tentang konsep 3.1 Dasar Demonstrasi
kuadrat dan perpangkatan. Pemfaktora
persaman 2. Tanya jawab n
polinomial tentang yang 3.2 Pemfaktora
masih diragukan n
atau belum persamaan
dipahami. kuadrat
3. Memperhatikan .
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep
pemfaktoran
IV 4. Mampu 1. Mendengarkan 4. Fungsi Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan 4.1 Definisi Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep Fungsi Demonstrasi
fungsi dengan fungsi. 4.2 Plot suatu
baik. 2. Tanya jawab fungsi
tentang yang 4.3 Rumus
masih diragukan sebagai
atau belum fungsi.
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
fungsi dan
menggambarkan
nya.
V 5. Mampu 1. Mendengarkan 5. Fungsi Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan 5.1 Fungsi Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep genap dan Demonstrasi
fungsi dengan fungsi. fungsi
baik. 2. Tanya jawab ganjil
tentang yang 5.2 Komposisi
masih diragukan fungsi
atau belum 5.3 Fungsi
dipahami. invers
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep bilangan.
VI 6. Mampu 1. Mendengarkan 6. Deret Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan 6.1 Deret dan Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep notasi Demonstrasi
deret dengan deret. sigma
baik. 2. Tanya jawab 6.2 Deret
tentang yang hingga
masih diragukan 6.3 Deret tak
atau belum hingga
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep bilangan.
VII 7. Mampu 1. Mendengarkan 7. Fungsi Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan Exponen Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep 7.1 y=an Demonstrasi
fungsi Fungsi exponen. 7.2 Fungsi
exponen 2. Tanya jawab umum
dengan baik. tentang yang exponen ax
masih diragukan 7.3 Fungsi
atau belum Eksponen
dipahami. Natural ex
3. Memperhatikan 7.4 Manipulasi
demonstrasi fungsi
yang dilakukan exponen
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep bilangan.
VIII 8. UTS
IX 9. Mampu 1. Mendengarkan 9. Logaritma Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan 9.1 Logaritma Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep dengan Demonstrasi
logaritma geometris garis basis umum
dengan baik 2. Tanya jawab a
tentang yang 9.2 Manipulasi
masih diragukan logaritma
atau belum 9.3 Contoh-
dipahami. contoh
3. Memperhatikan logaritma
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep bilangan.
X 10. Mampu 1. Mendengarkan 10. Sistem Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan Koordinaat Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep 10.1 Koordinat Demonstrasi
geometris sismpet kartesius
garis dengan koordinat
baik kartesius
2. Tanya jawab
tentang yang
masih diragukan
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
koordinat
kartesius
XI 11. Mampu 1. Mendengarkan 11. Sisitem Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan Koordinat Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep 11.1 Koordinat Demonstrasi
segitiga sistem koordinat kutub
dengan baik kutub
2. Tanya jawab
tentang yang
masih diragukan
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep sistem
koordinat kutub.
XII 12. Mampu 1. Mendengarkan 12. Logika Cemarah Sikap Bahan
menggunaka penjelasan 12.1 Proposisi Diskusi Kinerja Ajar
n proposisi tentang konsep 12.2 Proposisi Demonstrasi
dengan tepat Logika majemuk
dalam 2. Tanya jawab 12.3 Tabel
berlogika tentang yang kebenaran
masih diragukan
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep logika.
XIII 13. Mampu 1. Mendengarkan 13. Logika Cemarah Sikap Bahan
menarik penjelasan 13.1 Sifat-sifat Diskusi Kinerja Ajar
kesimpulan tentang konsep proposisi Demonstrasi
menggukana sifat dan hukum majemuk
n hukum dan dalam logika 13.2 Hukum
sifat logika 2. Tanya jawab dalam
yang ada. tentang yang logika
masih diragukan 13.3 Penarikan
atau belum kesimpulan
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep
penarikan
kesimpulan.
XIV 14. Mampu 1. Mendengarkan 14. Teori Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan Himpunan Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep 14.1 Penulisan Demonstrasi
persamaan teori himpunan. himpunan
garis lurus 2. Tanya jawab 14.2 Istilah
dengan baik tentang yang penting
masih diragukan
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep teori
himpunan.
XV 15. Mampu 1. Mendengarkan 15. Teori Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan Himpunan Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang sifat, 15.1 Sifat-sifat Demonstrasi
garis paralel hukum dan himpunan
dan tegak prinsip dualitas 15.2 Hukum-
lurus serta dalam himpunan hukum
perpotongan 2. Tanya jawab dalam
garis dengan tentang yang himpunan
baik masih diragukan 15.3 Prinsip
atau belum dualitas
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep teori
himpunan.
XVI UAS
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian bilangan
2 Apa yang anda ketahui tentang matematika
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh bilangan-bilangan sesuai dengan jenisnya
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian perpangkatan
2 Apa yang anda ketahui tentang perpangkatan
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh perpangkatan sesuai dengan jenisnya
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian pemfaktoran
2 Apa yang anda ketahui tentang pemfaktoran
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh pemfaktoran sesuai dengan jenisnya
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian fungsi
2 Apa yang anda ketahui tantang fungsi
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh fungsi sesuai dengan jenisnya
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian fungsi genap dan fungsi ganjil
Jelaskan apa yang dimaksud dengan komposisi
2
fungsi
3 Apa yang anda ketahui tentang fungsi invers
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh fungsi genap dan ganjil, komposisi fungsi, serta
fungsi invers.
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian deret
2 Apa yang anda ketahui tentang deret
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh deret sesuai dengan jenisnya
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian fungsi exponen
2 Apa yang anda ketahui tentang fungsi exponen
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan fungsi exponen sesuai dengan jenisnya
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Kinerja
Setiap mahasiswa harus mampu menjawab soal-soal UTS dengan baik.
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian logaritma
2 Apa yang anda ketahui tentang logaritma
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh logaritma sesuai dengan jenisnya
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian sistem koordinat
2 Jelaskan pengertian koordinat kartesius
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh geometris garis sesuai dengan jenisnya
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Rubrik Penilaian
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian koordinat kutub
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh segitiga sesuai dengan jenisnya
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Rubrik Penilaian
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
Jelaskan apa yang dimaksud dengan proposisi dan
1
proposisi majemuk
2 Apa yang anda ketahui tentang tabel kebenaran
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh geometri kordinat sesuai dengan jenisnya
Kepustakaan
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan sifat-sifat proposisi majemuk
Apa yang anda ketahui hukum-hukum dalam
2
logika
3 Jelaskan proses penarikan kesimpulan
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh titik tengah gradien
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan jenis-jenis penulisan himpunan
2 Apa yang dimaksud dengan subhimpunan
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh penulisan himpunan dan istilah-istilah dalam
himpunan
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Lisan
Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Sebutkan contoh-contoh sifat himpunan
2 Jelaskan hukum-hukum himpunan
3 Jelaskan maksud prinsip dualitas
Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh sifat himpunan, hukum-hukum himpunan dan
prinsip dualitas.
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Kinerja
Setiap mahasiswa harus mampu menjawab soal-soal UAS dengan baik.
Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
RANCANGAN TUGAS
Bahan Kajian : Bilangan dan Pemfaktoran
Kode/SKS : TKM102/2 SKS
Program Studi : Teknik Mesin
Pertemuan Ke : 1-3 (Minggu 1-3)
Dosen : Primawati, M.Si
A. TUJUAN TUGAS
Memahami dan mengetahui teori-teori tentang bilangan dan mampu memfaktorkan
persamaan kuadrat
B. URAIAN TUGAS
a. Objek Garapan:
Bilangan dan Pemfaktoran
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan
Mengerjakan soal-soal yang diberikan secara individu
c. Metode/Cara pengerjaan
Tiap mahasiswa diberikan soal-soal untuk dikerjakan
Soal dikerjakan secara individu
C. KRITERIA
Laporan individu
Kemampuan dasar matematika
RANCANGAN TUGAS
A. TUJUAN TUGAS
Memahami dan mengetahui teori-teori tentang fungsi, fungsi eksponen, logaritma, dan
tentang deret hitung
B. URAIAN TUGAS
a. Objek Garapan: Fungsi dan deret
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan
Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan lengkap, dari mulai hingga hasil
jawaban.
c. Metode/Cara pengerjaan
Mahasiswa dibagi kelompok kecil
Setiap kelompok mengerjakan soal yang diberi dengan berdiskusi.
C. KRITERIA
Laporan kelompok
Menghasilkan ringkasan diskusi kelas
RANCANGAN TUGAS
A. TUJUAN TUGAS
Memahami dan Mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan koordinat
kartesan/kartesius dan koordinat polar
B. URAIAN TUGAS
a. Objek Garapan: Siste koordinat
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan
Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan lengkap, dari mulai hingga hasil
jawaban.
c. Metode/Cara pengerjaan
Mahasiswa dibagi kelompok kecil
Setiap kelompok mengerjakan soal yang diberi dengan berdiskusi.
C. KRITERIA
Laporan kelompok
Menghasilkan ringkasan diskusi kelas
RANCANGAN TUGAS
A. TUJUAN TUGAS
Memahami dan Mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan logika dan teori
himpunan
B. URAIAN TUGAS
a. Objek Garapan: Integral tentu
b. Yang harus dikerjakan: Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan lengkap, dari
mulai hingga hasil jawaban.
c. Metode/Cara pengerjaan
Mahasiswa dibagi kelompok kecil
Setiap kelompok mengerjakan soal yang diberi dengan berdiskusi.
C. KRITERIA
Laporan kelompok
Menghasilkan ringkasan diskusi kelas
BAHAN AJAR (HAND OUT)
Materi
Bilangan
Perpangkatan
Pemfaktoran persamaan kuadrat
HANDOUT BAGIAN 1. BILANGAN DAN PEMFAKTORAN
A. BILANGAN
“Berhitung mulai!”
1, 2, 3 ,4 ,5, …
Bilangan ini kita namakan bilangan asli atau bilangan natural.
Nol, 0, ditempatkan pada kelompok yang lain. 0 adalah batas antara bilangan negatif dan positif.
-1, -2, -3, -4, … Kita namakan sebagai bilangan negatif.
Dan penuhnya,
{.., -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, …}
Dinamakan sebagai integer atau bilangan bulat.
Bilangan yang bisa ditulis dalam bentuk
misalnya , −
Dinamakan sebagai bilangan rasional atau pecahan. Namun, didalam perhitungan sehari-hari,
terkadang sering dijumpai nilai-nilai yang tidak bisa ditulis dalam bentuk rasional, misalkan
√2, √3 dan , bilangan-bilangan ini dinamakan sebagai bilangan irasional.
Himpunan semua bilangan: integer, rasional dan irasional dinamakan sebagai himpunan
bilangan nyata atau bilangan riil. Ada juga bilangan yang dinakana sebagai bilangan
kompleks, ciri utamanya terdapat i pada bilangan tersebut ( = √−1.
Kembali ke bilangan 0. Khusus untuk bilangan ini.Suatu bilangan jika dibagi 0, atau atau
atau atau lainnya, hasilnya adalah tidak terdefenisi (bukan tak hingga!). Tak hingga yang
disimbolkan ∞ sejatinya bukanlah suatu bilangan. Tak hingga adalah sebuah konsep, “diatas
langit masih ada langit”. Terkadang orang-orang menuliskan ∞ bermaksud, “tuliskah bilangan
sebesar yang anda inginkan.”
Latihan 1
Untuk setiap bilangan, pilih satu atau lebih penjelasan berdasarkan pilihan berikut ini:
(a) integer, (b) negatif, (c) bilangan rasional (pecahan), (d) nyata, (e) irasional, (f)
desimal, (g) prima. [(i) sudah dikerjakan sebagai contoh]
Latihan 2
Sama seperti soal di atas, cocokkan sesuai penjelasannya. (a) tak terhingga, (b) tidak
eksis, (c) negatif, (d) nol, (e) terhingga, (f) bukan nol.
Simbol pertidaksamaan
Bilangan nyata letaknya berurutan. Karena itu, kita sering mendengar istilah, bilangan a lebih
kecil, sama dengan, atau lebih besar daripada bilangan lain, misalkan bilangan b. Untuk
mengekspresikan ini, kita gunakan simbol pertidak samaan, < dan ≤, > dan ≥.
> bermaksud, a lebih besar dari b. contohnya 9 > 7
< bermaksud, a lebih kecil dari b. contohnya 2 < 5
≥ bermaksud, a lebih besar atau sama dengan b. ≤ bermaksud, a lebih kecil atau sama
dengan b. Hati-hati dengan simbol ini. Adakalanya penggunaan simbol tidak sama " ≠ "
diperlukan untuk beberapa kasus.
Juga perlu diperhatikan untuk perubahan simbol.
Jika > > 0, maka − < − dan < . Contoh 6 > 2, maka −6 < −2 dan < .
Terkadang kita ingin nilai positif saja dari suatu bilangan. Untuk itu digunakan modulus atau
nilai mutlak. Nilai mutlak x = | |. Contoh:
|−4| = 4
Defenisisnya, | | tidak pernah negatif, atau | | ≥ 0.
Catat bahwa, | | < bermaksud − < < . Misalkan, | | < 5 bermaksud −5 < < 5.
Latihan 3
Tuliskan dalam bentuk simbol:
(i) x adalah bilangan positif, bukan nol (x > 0)
(ii) x berada diantara 1 dan 2
(iii) x berada diantara -1 dan 3
(iv) x sama dengan atau lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari 2
(v) nilai mutlak x kecil dari 2
Faktor Prima
Bilangan Prima adalah bilangan integer positif yang tidak bisa dituliskan sebagai hasil kali
bilangan lain yang lebih kecil.
10 bilangan prima terawal adalah: 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29.
Perlu diketahui, bahwa tidak ada rumus khusus untuk mendapatkan suatu bilangan prima ke-n.
Dan 2 adalah satu satunya bilangan prima yang genap.
Suatu bilangan bisa dituliskan sebagai hasil perkalian bilangan prima,
12 = 2 × 2 × 3 = 2 3
Ini dinamakan sebagai pemfaktoran. Pada contoh diatas, 2 dan 3 merupakan faktor prima
(selanjutnya disebut faktor saja) bagi 12.
Latihan 4
Tuliskan dalam bentuk faktor prima
Manipulasi Bilangan
Operasi dasar dalam perhitungan aritmatika adalah: tambah, kurang, kali dan bagi atau sebagian
kita mengenal sebagai KABATAKU. Operasi-operasi ini melibatkan bilangan-bilangan
didalamnya. Jika kita beranjak lebih umum, dengan menggunakan simbol-simbol, maka ini
mengantarkan kedalam pembahasan aljabar.
Tambah disimbolkan dengan ‘ + ‘.
6 + 3 = 9 = 3 + 6 (Penambahan bersifat komutatif)
Kurang disimbolkan dengan ‘ - ‘
6 - 3 = 3 = -(3 – 6)
Kali disimbolkan dengan ‘ × ‘ (dalam aljabar, × disimbolkan sebagai )
6 × 3 = (6)(3) = 18 = 3 × 6 (perkalian bersifak komutatif)
Terkadang, digunakan juga . sebagai simbol perkalian. Hanya saja, terkadang ini
membingungkan dengan notasi desimal pada aritmatika.
Bagi disimbolkan sebagai ÷ atau / atau . Contohnya 6 ÷ 3 = = = 2.
Pecahan atau Bilangan Rasional merupakan bilangan yang bisa ditulis kedalam bentuk
≠0
Suatu pecahan bisa disederhanakan, jika faktor prima antara peneyebu dan pembilang ada
yang sama. Contoh.
6 2×3 2 2 1
= = = =
12 3 × 4 4 2 × 2 2
Perhatikan bahwa = hanya saja, dituliskan dalam bentuk yang lebih sederhana.
Perkalian pecahan
Invers pecahan
Pembagian pecahan
Latihan 6
Sederhanakan
B. PERPANGKATAN
Pangkat dalam bilangan bermaksud, cara singkat penulisan hasil kali suatu bilangan terhadap
dirinya sendiri.
n kali
a dinamakan sebagai basis, dan n sebagai pangkat. cukup ditulis sebagai .
Dan perlu dicatat dan diingat,
= 1 ( ≠ 0).
Dan untuk pangkat negatif,
= .
Latihan 1
Tuliskan dalam bentuk paling sederhana [(i) sebagai contoh]
2. Akar Pangkat
Untuk bilangan positif a. Akar pangkat 2 bagi a ditulis sebagai √ . Sedangkan secara
umum Akar pangkat n bagi a ditulis sebagai √ .. Perhatikan contoh berikut:
√4 = 2 sebab 2 = 4
√8 = 2 sebab 2 = 4
Namun perhatikan, karena (−2) = 4. Maka akar suatu bilangan bisa saja memiliki dua
buah nilai, misalkan √4, haslinya bisa jadi 2 atau -2 atau √4 = ±2 . Ini berlaku untuk nilai
pangkat yang genap (n = 2, 4, 6, …). Sedangkan untuk akar pangkat yang ganjil untuk bilangan
yang negatif, hasilnya adalah negatif √−8 = −2.
Dan perlu diingat, untuk akar pangkat yang genap, bilangan didalamnya tidak boleh
negatif. Sebab, jika negatif, hasilnya adalah berupa bilangan kompleks, √−1 = .
Untuk bilangan-bilangan yang irasional, seperti √2, √3 dan √5, penulisan dikekalkan saja
seperti itu. Atau kalau mau ditulis tanpa akar, tuliskan untuk beberapa angka dibelakang koma,
√2 = 1.4142 (ingat, ini hanya nilai pendekatan).
Selain itu, penulisan akar pangkat juga bisa seperti berikut:
√ =
Atau secara umum
√ =
Bentuk ini dinamakan radikal.
Pangkat
Pangkat untuk perkalian
Pangkat untuk pembagian
Pangkat 0
Pangkat negatif
Pembahagian
Pengeksponenan pengeksponenan
Pengeksponenan pendaraban
Pengeksponenan pembahagian
Pengeksponenan pembahagian boleh dilakukan dengan mengagihkan indeks pada
pengangka dan penyebut.
Indeks sifar
Sebarang nombor kuasa sifar sama dengan 1.
Indeks negatif
Indeks negatif bererti salingan.
Latihan 2
Tuliskan bilangan-bilangan dibawah dalam bentuk √2 dan √3
3. Notasi Desimal
Latihan 3
1. Tuliskan dalam bentuk desimal
2. Tuliskan dalam bentuk pecahan
3. Tuliskan dalam bentuk notasi saintifik
3. Notasi Saintifik
Bilan
Latihan 4
1. Dapatkan nilai estimasi dari bilangan berikut
Cara I
Perhatikan suku-suku pada ruas kiri dan ruas kanan dari persamaan (B) tersebut, maka
haruslah
Contoh 1
Selanjutnya dengan coba-coba dan periksa, temukan jumlah dari hasil perkalian sepasang
factor dari 3 dan (-20) sehingga jumlahnya = 11.
Selanjutnya kita dapat menghitung pasangan factor yang tepat yaitu, (3, 1) dan (-4, 5) ,
karena
Contoh 2
Faktorkanlah -6x2 – x + 35 !
Diketahui : a = -6 , b = -1 dan c = 35
Dengan cara coba dan periksa, kita dapat memeriksa jumlah hasil perkalian pasangan factor-
faktor yang memenuhi syarat.
Pasangan factor yang memenuhi yaitu, (+2 , -3) dan (5 , 7) , karena 2 x 7 + (-3) x 5 = 14 – 15
= -1
Cara II
Langkah pemfaktoran ini pada dasarkan mengubah bentuk suku 3 menjadi suku 4 dengan
mengubah suku bx menjadi bentuk penjumlahan px + qx dengan pq = ac, kemudian langkah
selanjutnya pemfaktoran dengan menggunakan sifat distributive.
Diketahui: a = 3 , b = 11 , c = -20
Karena jumlahnya 11, untuk memudahkan kita mulai coba dan periksa dalam menentukan
faktornya dari bilangan negative. Pasangan factor dari (-60) yang memenuhi adalah -4 dan
+15.
Hasilnya sama.
Contoh 4
Faktorkanlah -6y2 – y + 35 !
Diketahui : a = -6 , b = -1 dan c = 35
Karena jumlah faktornya -1, dengan coba dan periksa untuk memudahkan menentukan
pasangan faktornya, mulailah dari bilangan positif dengan mempertimbangkan syarat
jumlahnya -1 dan kemudian lakukan operasi pembagian.
Cara III
Contoh 5
Faktorkanlah -6x2 – x + 35 !
Diketahui : a = -6 , b = -1 dan c = 35
Langkah ini dan langkah-langkah berikut yang sering saya gunakan, karena langkah-langkah
pemfaktoran dapat kita tulis langsung berikut perhitungan bisa diselesaikan dalam benak kita.
Dari beberapa cara, silahkan gunakan cara yang anda rasa lebih mudah dan dapat dipahami.
Simpulan:
Dari semua cara yang telah diuraikan di atas, penentuan factor-faktor dari ac yang
jumlahnya sama dengan b merupakan syarat perlu serta dalam penentuan factor-faktornya
menggunakan cara coba-coba dan periksa. (try and check).
Sekarang dapatkah kita menentukan factor-faktor nya secara langsung (tanpa coba
dan periksa)? Tentu BISA
Cara IV
Jika anda analisa nilai p dan q merupakan bilangan bulat, sedangkan himpunan bilangan
bulat merupakan himpunan bagian (sub set) dari himpunan bilangan rasional.
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk r / s dengan s ≠ 0
dan r dan s adalah bilangan bulat .
Dan jika anda analisa dari bentuk ax2+ bx + c =(a1x + p)(a2x +q) , nilai b2 – 4ac
(disebut diskriminan) merupakan bilangan kuadrat, sehingga dapat ditulis :
Selanjutnya;
b2 – 4ac = k2
↔ b2 – k2 = 4ac
↔ (b + k) (b – k) = 4pq
Karena p dan q factor dari ac yang merupakan bilangan bulat tertentu, maka dapat kita
tentukan
Gunakan rumus ini untuk menentukan factor-faktornya !
Contoh 6
Faktorkanlah -6x2 – x + 35 !
Diketahui : a = -6 , b = -1 dan c = 35
Contoh 7
Faktorkanlah -6x2 – x + 35 !
Dengan menggunakan rumus diatas diperoleh pasangan factor yang tepat adalah (+14 , -15)
Langkah pertama kita faktorkan -6x2 –15 x = -3x(2x + 5) , kemudian kita tulis:
Jadi, -6x2 – x + 35 = (-3x + 7) (2x + 5)
BAHAN AJAR (HAND OUT)
Materi
Fungsi
Fungsi eksponen
Logaritma
Deret aritmatika
Deret geometri
HANDOUT BAGIAN 2. FUNGSI DAN DERET
A. FUNGSI
Dalam berbagai aplikasi, korespondensi/hubungan antara dua himpunan sering terjadi. Sebagai
4
V r3
contoh, volume bola dengan jari-jari r diberikan oleh relasi 3 . Contoh yang lain,
tempat kedudukan titik-titik ( x, y ) yang jaraknya 1 satuan dari titik pangkal O adalah
x 2 y 2 1 . Ada hal penting yang bisa dipetik dari contoh di atas. Misalkan X menyatakan
himpunan semua absis lebih dari atau sama dengan 1 dan kurang dari atau sama dengan 1,
sedangkan Y himpunan ordinat lebih dari atau sama dengan 1 dan kurang dari atau sama
dengan 1. Maka elemen-elemen pada X berkorespondensi dengan satu atau lebih elemen pada Y.
2 2
Selanjutnya, korespondensi x y 1 disebut relasi dari X ke Y. Secara umum, apabila A
dan B masing-masing himpunan yang tidak kosong maka relasi dari A ke B didefinisikan
sebagai himpunan tak kosong R A B .
A B
a1 b1
a2 b2
a3 b3
b4
Jadi, relasi R dari A ke B disebut fungsi jika untuk setiap x A terdapat tepat satu y B
sehingga b R (a ) .
Sebagai contoh, misalkan X 1, 2 dan Y 3, 6. Himpunan (1, 3), (2, 3) merupakan
fungsi dari X ke Y, karena setiap anggota X berelasi dengan tepat satu anggota Y. Demikian
pula, himpunan (1, 6), (2, 3) merupakan fungsi dari X ke Y. Sementara himpunan
(1, 3), (1, 6), (2, 3) bukan merupakan fungsi dari X ke Y, karena ada anggota X, yaitu 1, yang
menentukan lebih dari satu nilai di Y.
Fungsi dinyatakan dengan huruf-huruf: f, g, h, F, H, dst. Selanjutnya, apabila f
merupakan fungsi dari himpunan A ke himpunan B, maka dituliskan:
f:AB
Dalam hal ini, himpunan A dinamakan domain atau daerah definisi atau daerah asal, sedangkan
himpunan B dinamakan kodomain atau daerah kawan fungsi f. Domain fungsi f ditulis
dengan notasi Df, dan apabila tidak disebutkan maka disepakati bahwa domain fungsi f adalah
himpunan terbesar di dalam R sehingga f terdefinisikan atau ada. Jadi:
D f x R : f ( x) ada ( terdefinisikan)
Himpunan semua anggota B yang mempunyai kawan di A dinamakan range atau daerah
Rf
hasil fungsi f, ditulis atau Im(f) (Perhatikan Gambar 2.1.2).
A B
●
●
●
● ●
Rf
Gambar 2.1.2
f
x y
Selanjutnya, x dan y masing-masing dinamakan variable bebas dan variabel tak bebas.
Sedangkan y = f(x) disebut rumus fungsi f.
x
f ( x)
1 f ( x) f ( x)
1
ln( x 2 x 6)
2
a. x2 b. x 1 c. x5
Penyelesaian:
Suatu hasil bagi akan memiliki arti apabila penyebut tidak nol. Oleh karena itu,
terdefinisikan x R : x 2 0 R {2}
1
D f x R :
x2
Karena akar suatu bilangan ada hanya apabila bilangan tersebut tak negatif, maka:
x x
D f x R : ada x R : 0
x2 1 x2 1
x R : 1 x 0 atau x 1 (1,0] (1, ).
Suatu jumlahan memiliki arti apabila masing-masing sukunya terdefinsikan. Sehingga:
1
D f x R : ln( x 2 x 6) ada
x5
1
x R : ada dan ln( x 2 x 6) ada
x5
x R : x 5 0 dan ( x 2 x 6) 0
x R : x 5 dan ( x 2 atau x 3)
x R : x 5 dan x 2 atau x R : x 5 dan x 3)
a. f (1) b. f ( x 2) c. f (1 x) d. f ( x x )
Penyelesaian:
2
a. f (1) 3.(1) (1 1) 2 .
2 2
b. f ( x 2) 3( x 2) 1 ( x 2) 3 x 12 x 12 1 ( x 2) .
f (1 x) 3.(1 x) 2
1
1x
3 x2 x
c. .
2 2 2
d. f ( x x) 3.( x x) 1 ( x x) 3 x 6 x. x ( x) 1 ( x x) .
fungsi f : A B .
(i). Apabila setiap anggota himpunan B mempunyai kawan anggota himpunan A, maka f
disebut fungsi surjektif atau fungsi pada (onto function).
A B
●b1
a1●
●b2
a2●
●b3
a3●
a4●
A B
●b1
a1 ● ●b2
a2 ● ●b3
a3● ●b4
●b5
(iii). Jika setiap anggota himpunan B mempunyai tepat satu kawan di A maka f disebut fungsi
bijektif atau korespodensi 1-1. Mudah dipahami bahwa korespondensi 1-1 adalah fungsi
surjektif sekaligus injektif.
A B
a1● ● b1
a2● ● b2
a3● ● b3
a4● ● b4
kali skalar f , hasil kali f .g , dan hasil bagi f g masing-masing didefinisikan sebagai berikut:
( f g )( x ) f ( x ) g ( x ) ( f g )( x ) f ( x ) g ( x )
( f )( x ) f ( x ) ( f .g )( x ) f ( x ).g ( x )
f f ( x)
( )( x) , asalkan g ( x) 0
g g ( x)
Domain masing-masing fungsi di atas adalah irisan domain f dan domain g, kecuali untuk
f g , D f g x D f D g : g ( x) 0 .
f g ( x) x 1
1
f g ( x) x 1
1
x5 x5
x 1
f .g ( x) x 1. 1 f g ( x)
x5 x5
D f [1, ) dan D g R {5}
Karena , maka f g , f g , f .g , dan f g masing-masing
Fungsi Invers
A B
f
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
Gambar 2.1.7
Apabila f : X Y merupakan korespondensi 1 – 1, maka mudah ditunjukkan bahwa
1
invers f juga merupakan fungsi. Fungsi ini disebut fungsi invers, ditulis dengan notasi f .
Perhatikan Gambar 2.1.8 berikut.
X f Y
x● ●y
f 1
Gambar 2.1.8
Jadi:
D f 1 R f dan R f 1 D f
x f 1 ( y ) y f ( x) dengan
x 1
1 f ( x) 1
Contoh 2.1.5 Tentukan f jika diketahui 3x 2 .
Penyelesaian:
x 1
y f ( x) 1
3x 2
x 1
1 y
3x 2
(1 y )(3 x 2) x 1
3 x 3 xy 2 y 2 x 1
2 x 3 xy 2 y 3
2y 3
x f 1 ( y )
2 3y
2x 3
f 1 ( x)
Jadi, 2 3x .
Contoh 2.1.6 Tentukan inversnya jika diketahui:
x jika x 0
1 jika x 0
f ( x)
1 jika x 0
x 1
x y f 1 ( y ) y0
1
(ii). Untuk x 0 , f (0) 1 . Sehingga, diperoleh: 0 f (1) .
(iii).Untuk x 0 ,
1 1
y f ( x) 1
x 1 0 1
atau:
1 1 y
x 1 f 1 ( y ) y 1
y y
Selanjutnya, dari (i), (ii), dan (iii) diperoleh:
x jika x 0
1 0 jika x 1
f ( x)
1 x jika x 1
x
.
Fungsi Komposisi
2
Perhatikan fungsi y x 1 . Apabila didefinisikan y f (u ) u dan
fungsi yang pertama disebutkan. Proses demikian ini disebut komposisi. Secara umum dapat
x Dg
diterangkan sebagai berikut. Diketahui f dan g sebarang dua fungsi. Ambil sebarang .
g ( x) D f
Apabila maka f dapat dikerjakan pada g (x ) dan diperoleh fungsi baru
h( x ) f ( g ( x )) . Ini disebut fungsi komposisi dari f dan g, ditulis f g .
f g
y g (x )
x● ● ●
z f ( g ( x ))
g f
Contoh 2.1.7 Jika f(x) = x2 dan g(x) = x1 maka tentukan fungsi-fungsi berikut beserta
domainnya.
a. f g b. g f c. f f d. g g
Penyelesaian:
2
Contoh 2.1.8 Jika f ( x) 1 x dan g ( x) 2 x maka tentukan fungsi-fungsi berikut ini
2
beserta domainnya.
a. f g b. g f
Penyelesaian:
a.
f g ( x) f ( g ( x)) f (2 x 2 ) 1 (2 x 2 ) 2 1 4 x 4 , dengan domain:
D f g x D g : g ( x) D f x R : 1 2 x 2 1
x R : 0 x 2 1 2 x R :
1
2
2x
1
2
2 .
D g f x D f : f ( x) D g x R : 1 x 1
.
Penyelesaian:
x x 11 1
g ( x) 1 1 0
(i). Untuk x 1 , x 1 x 1 x 1 . Sehingga:
x
( f g )( x) f ( g ( x)) 1 g ( x) 1
x 1
( f g )( x ) f ( g ( x )) 1 g ( x ) 1 ( 2 x 1) 2 x
x ….. …. …. …. ….
y ….. ….. ….. ….. …..
Contoh :
Grafik hanya pada interval tertentu :
Contoh-1 :
2
Gambar grafik y= x , pada -1x2
x -1 0 1 2
y 1 0 1 4
Y
Contoh-2 :
4, jika x 0
Gambar grafik y =
2
4- x , jika x>0
x -2 -1 0 1 2
y 4 4 4 3 0
-2 -1 0 2
Contoh-3 :
-1, bila x < 0
Gambar grafik y = x, bila 0 x 1
1, bila x > 1
x -2 -1 0 1 2 3 4 5
y -1 -1 0 1 1 1 1 1
Contoh-4 :
Gambar grafik y = |x|
-x, jika x < 0
y = |x| =
x, jika x 0
x -2 -1 0 1 2
y 2 1 0 1 2
C. Logaritma
Sifat satu kesatu yang mengakibatkan fungsi f ( x) a x untuk a 0 dan a 1
mempunyai invers, yang dinamakan fungsi logaritma dengan bilangan dasar a, dan ditulis
1
y f ( x) a log x
1
berdasarkan sifat invers y f ( x) x f ( y ) diperoleh definisi logaritma berikut.
y a log x x a y , a 0, a 1
Sesuai dengan daerah asal dan daerah eksponen, untuk y a log x berlaku kondisi a 0 dan
y R . Karena grafik fungsi dan inversnya simetri terhadap garis y = x, maka grafik fungsi
logaritma diperoleh dengan mencerminkan kurva f (x) = ax terhadap garis y = x.
Logaritma Natural
(dan seterusnya). Logaritma natural terdefinisikan untuk semua bilangan real positif x dan dapat
juga didefinisikan untuk bilangan kompleks yang bukan 0. Aturan pangkat, tidak dapat
memberikan fungsi yang antiturunannya adalah 1/x. Tetapi, dengan menggunakan Teorema
Dasar Kalkulus kitadapat mendefinisikan fungsi melalui integral yang turunannya adalah
1/x.Fungsi ini kita sebut logaritma natural dari x, ditulis ln x. Dapat dibuktikan, tapi tidak
diberikan pada kuliah ini, bahwa fungsi ini sama dengan fungsi logaritma berbasis e yang telah
x
1
ln x dt , x 0
1
t
ln x e log x
Notasi
Ahli matematika biasanya menggunakan "ln(x)" atau "log(x)" untuk menotasikan loge(x),
atau logaritma natural dari x, dan menggunakan "log10(x)" untuk menotasikan logaritma
berbasis 10 dari x.
Insinyur, ahli biologi, dan orang dalam bidang-bidang lain, hanya menggunakan "ln(x)"
atau kadang-kadang (untuk supaya lebih jelas) "loge(x)" untuk menotasikan logaritma
natural dari x, dan "log(x)" digunakan untuk logaritma berbasis 10, log10(x) atau, dalam
konteks teknik komputer, log2(x).
Kebanyakan bahasa komputer, termasuk C, C++, Fortran, dan BASIC, "log" atau "LOG"
berarti logaritma natural.
Pada kalkulator, tombol ln berarti logaritma natural, sedangkan tombol log adalah untuk
logaritma berbasis 10.
Pada contoh sebelumnya telah kita lihat bahwa turunan dari ln5x sama dengan turunan
dari lnx yaitu 1/x. Fakta ini berguna untuk membuktikan teorema berikut.
Teorema
Jika a dan b 0 dan r bilangan rasional, maka
ln1 0
ln ab ln a ln b
a
ln ln a ln b
b
ln a r r ln a
ln e x x untuk semua x yang real.
Logaritma dapat didefinisikan untuk basis lainnya, asal positif, tidak hanya e, dan
biasanya berguna untuk memecahkan persamaan yang variabel tidak diketahuinya merupakan
pangkat dari variabel lain.
Sekilas, tampaknya yang lebih "natural" tentunya adalah logaritma yang berbasis 10,
karena basis angka yang digunakan umumnya juga 10. Namun, ada dua alasan mengapa ln(x)
disebut logaritma natural: pertama, persamaan-persamaan yang variable tak diketahuinya
merupakan pangkat dari e jauh lebih sering dijumpai dibanding yang merupakan pangkat dari 10
(karena sifat-sifat "natural" dari fungsi eksponensial yang dapat menggambarkan
growth/pertumbuhan dan decay/penurunan), dan kedua, karena logaritma natural dapat
didefinisikan dengan mudah menggunakan integral yang dasar atau Deret Taylor (lihat
penjelasan di bawah), dan logaritma berbasis lainnya tidak dapat didefinisikan seperti ini.
log b x
d 1
dx x ln b
Jika basis b adalah e maka turunan yang didapat adalah 1/x dan jika x=1, kemiringan kurva
adalah 1.
Logaritma Umum
Sifat-sifat logaritma :
1. b log 1 0
2. b log b 1
D. Eksponen
Fungsi Eksponensial Natural
Dengan demikian,
e
1
t dt 1
1
Perlu dicatat, bahwa e adalah bilangan transenden (dibuktikan oleh Euler), yaitu tidak ada
polinom p(x) sehingga p(e)=0. Kita dapat mengkonfirmasikan (saat ini untuk bilangan rasional
r), bahwa y=exp(x) adalah sebuah fungsi eksponesial. er=exp(ln er)= exp(rln e)= exp(r) Sejauh
ini kita telah mendefinisikan bilangan pangkat dengan pangkat rasional. Untuk x irrasional, kita
kembali pada definisi fungsi eksponesial, yaitu
e x exp x
Misalkan y=ex. Karena ln x dan exp(x) saling inverse, maka x=ln y. Apabila kedua sisi
didiferensialkan, dengan menggunakan Aturan Rantai, diperoleh bahwa 1=(1/y)Dxy atau Dxy =y
.
Teorema
d x
dx
e ex
e dx e x C
x
Kita telah berhasil mendefinisikan e x untuk tiap bilangan real x, termasuk e . Namun
bagaimana dengan e ? Kita akan memanfaatkan hubungan x=exp(ln x).
Definisi
Jika a 0 dan adalah sebarang bilangan real, maka
a x e x ln a
Dengan demikian, kita peroleh bahwa
ln a x ln e x ln a x ln a
Catatan: definisi di atas memungkin kita untuk memperluas aturan ln a r ln e r ln a r ln a
yang sebelumnya hanya berlakuuntuk r rasional.
Sifat-sifat a x
1. a x a y a x y
2. a x
y
a xy
x
a ax
3. x
b b
ax
4. a x y
ay
5. ab a x b x
x
1
a dx C, a 0
x
ln a x
Fungsi log a x
Pada bagian ini kita akan membangun fungsi logaritma berbasis bilangan positif a≠1,
logax. Fungsi ini didefinisikan sebagai inverse dari fungsi eksponensial a x .
Definisi
Misalkan a 0, a 1 , maka y log a x x a y
Catatan: ln log a x Hubungannya dengan logaritma biasa dapat diperoleh secara berikut.
Deret
Bentuk umum
Deret suatu bilangan, secera sederhana dituliskan sebagai barisan bilangan-bilangan,
yang memiliki aturan khusus dalam penulisannya.
Contoh
A. 3,6,9,12,……
B. 2,8,18,32,…...
I. Deret Aritmatika
Defenisi
Deret aritmatika adalah sebuah
deret yang berbentu
an+1 = an + d
an = bilangan ke-n
d = beda
Contoh
A. 2,6,10,14,18,22, ...
B. -5,-3,-1,1,3,...
C. 1,4,7,10,13,16,...
Solution
A. a1 = 2
a2 = 2 + 4 = 6
a3 = 2 + 2(4) = 10
a4 = 2 + 3(4) = 14
dan seterusnya
an = a1 + (n – 1)4
Definisi
Rumus untuk bentuk umum adalah
an = a1 + (n - 1)d
an = 2 + (n – 1)4 = 2 + 4n – 4 = 4n - 2
B. a1 = -5 and d = 2
an = -5 + (n – 1)(2) = -5 + 2n – 2 = 2n - 7
C. a1 = 1 and d = 3
an = 1 + (n – 1)(3) = 1 + 3n – 3 = 3n - 2
Latihan
1. -1,10,21,32,43,54,... 2. 3,0,-3,-6,-9,-12,...
Teorema berikut akan membantu dalam mendapatkan seri atau penjumlahan suatu deret
aritmatika.
Teorema
Jika
an = a1 + (n - 1)d
Adalah deret aritmatika, maka jumlah deretnya adalah
n n
Sn ( a1 an ) [ 2a ( n 1) d ]
2 2
Gunakan rumus,
a1 = 3, an = 7, d = 2
3
Sn (3 7) 15
2
Contoh:
A. 3 + 7 + 11 + 15 + ... + 35
B. -2 + 1 + 4 + 7 + …+ 25
Solusi
A. Diketahui
a1 = 3, an = 35, d = 4
Dapatkan n
35 = 3 + (n - 1)4
maka
32 = (n - 1)4 and n = 9
Gunakan rumus
9
Sn (3 35) 171
2
B. Diketahui a1 = -2, an = 25 dan n = 10
10
maka S10 (2 25) 5(23) 115
2
3. 5 + 10 + 15 +.... + 500
4. 3 + 6 + 9 + .... + 99
I. Deret Geometri
Defenisi
Deret geometri adalah deret yang
berbentuk
an+1 = an r
an = bilangan ke-n
r = rasio
contoh
A. 2,6,18,54, ...
B. 27,9,3,1,…..
C. 16,-8,4,-2,1,...
Solusi
A. a1 = 2
a2 = 2(3) = 6
a3 = 2(3)2 = 18
a4 = 2(3)3 = 54
dan seterusnya
an = a1 (3)n-1
Defenisi
Bentuk umumnya adalah
C. a = 27 dan r = 1/3
D. a = 16 dan d = -1/2
Latihan: dapatkan an
1. 1, 2, 4, 8, 16, 32,,...
2. 24, 12, 6, 3, 3/2, 3/4, …
3. 1/2, -1, 2, -4, 8, ...
Berbeda dengan seri aritmatika, untuk seri geometri rumusnya adalah sebagai berikut
Teorema
Jika
an = a rn-1
n
1 r n
S n a n a
i 1 1 r
1 23 7
S n 3 3 3(7) 21
1 2 1
Contoh:
Dapatkan jumlah
Solusi
5 1 (3)5
maka 2(3) 6n 6 244 366
r 1
1 (3) 4
B. Diketahui a = 5, r = 2, an = 2560
2560 = 5(2)n-1
512 = (2)n-1
512 = 2n2-1
512 = 2n(1/2)
1024 = 2n
210 = 2n
n = 10
maka jumlahnya
1 210 1 1024
S10 5 5 5(1023) 5115
1 2 1
Latihan: dapatkan jumlah dari
Teorema
Jika
an = a rn-1
Contoh:
A. 2 4 8 16 .....
B. 24 + 12 + 6 + 3 + 3/2 + ¾ + …….
Solutions:
24
Maka S n 48
1 12
BAHAN AJAR (HAND OUT)
Materi
Koordinat kartesius
Koordinat polar/kutub
HANDOUT BAGIAN 3. SISTEM KOORDINAT
Sistem koordinat adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan letak suatu titik
pada bidang ( R 2 ) atau ruang ( R 3 ) . Adalah ahli matematika berkebangsaan Perancis bernama
Pierre Fermat (1601-1665) dan Rene Descartes (1596-1650) yang telah memperkenalkan sistem
koordinat yang kita kenal hingga saat ini. Dasar pemikiran kedua ahli tersebut adalah untuk
menunjukkan kedudukan sebarang titik (sebut saja P) pada bidang atau ruang.
Seiring perkembangan pengetahuan dan teknologi, selanjutnya letak suatu titik pada
suatu bidang atau ruang biasanya dinyatakan dalam koordinat-koordinat. Pada bidang letak suatu
titik dapat dinyatakan dalam koordinat kartesius (siku-siku) atau koordinat kutub (polar),
sedangkan pada ruang letak suatu titik biasanya dinyatakan dalam koordinat Kartesius, koordinat
tabung atau koordinat bola.
x0 x 0,
y0 y0
Kwadran II Kwadran I
Gambar 1
Berdasarkan Gambar 1 di atas, terdapat 4 bidang simetris yang dibatasi oleh sumbu-sumbu
koordinat X dan Y, masing-masing bidang yang dibatasi oleh sumbu-sumbu koordinat dinamakan
kwadran. Pada gambar 1 di atas terdapat 4 kwadran, yaitu kuadran I dengan batas-batas (x > 0, y > 0),
kwadran II dengan batas-batas(x < 0, y > 0), kwadran III dengan batas-batas (x < 0, y < 0), dan kwadran
IV dengan batas-batas (x > 0, y < 0). Dengan demikian dapat dibuat tabel keberadaan kuadran sebagai
berikut:
Kuadran Nilai x Nilai y
I >0 >0
II <0 >0
IV >0 <0
Misalkan P(x,y) sebarang titik pada bidang XOY, maka letak titik P tersebut sangat
memungkinkan posisinya di kwadran I, kwadran II, kwadran III, atau kwadran IV tergantung dari besaran
x dan besaran y.
Gambar 2
Pada gambar 2 keempat kuadran sistem koordinat kartesius. Panah yang ada pada sumbu berarti
panjang sumbunya tak terhingga pada arah panah tersebut. Pilihan huruf-huruf didasari oleh konvensi,
yaitu huruf-huruf yang dekat akhir (seperti x dan y) digunakan untuk menandakan variabel dengan nilai
yang tak diketahui, sedangkan huruf-huruf yang lebih dekat awal digunakan untuk menandakan nilai yang
diketahui.
Misal P(x1,y1) dan terletak di kwadran I hal ini berarti x1 >0 dan y1 >0
Y
P ( x1 , y1 )
y1
O(0,0) X
x1
M ( x1 ,0)
Gambar 3
Berdasarkan gambar 3 di atas, tampak suatu segitiga yaitu OPM yang salah satu sudutnya siku-
siku dititik M. Menurut teorema Pythagoras
= (x1-0)2 + (y1-0)2
= x12 + y12
x1 y1
2 2
=
Rumus di atas dinamakan rumus jarak dua titik yang menghubungkan titik O(0,0) dengan titik P(x 1 ,y 1 )
Selanjutnya perhatikan gambar berikut.
P ( x1 , y1 )
X
Q( x2 , y 2 )
R ( x3 , y 3 )
Gambar 4
Gambar 4 di atas menunjukkan segitiga PQR yang masing-masing titik sudutnya yaitu P( x1 , y1 ) terletak
pada kuadran II, Q( x 2 , y 2 ) terletak pada kuadran IV, R ( x3 , y 3 ) terletak pada kuadran III dan jarak
1. PQ ( xQ x P ) 2 ( y Q y P ) 2
( x 2 x1 ) 2 ( y 2 y1 ) 2
2. PR ( x R x P ) 2 ( y R y P ) 2
( x3 x1 ) 2 ( y 3 y1 ) 2
3. QR ( x R xQ ) 2 ( y R y Q ) 2
( x3 x 2 ) 2 ( y 3 y1 ) 2
Selanjuntnya, misal P( x1 , y1) dan Q( x2 , y2 ) terletak pada bidang, maka jarak dua titik P dan Q dapat
dinyatakan dengan rumus
PQ ( x 2 x1 ) 2 ( y 2 y1 ) 2
Untuk membuktikan rumus tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teorema Pythagoras.
Q( x2 , y 2 )
n
M ( x, y )
Q' ( x2 , y)
m
M ' ( x, y1 )
P ( x1 , y1 ) S ( x2 , y1 )
Gambar 5
PQ 2 PS 2 QS 2
PQ ( x2 x1 ) 2 ( y2 y1 ) 2
PQ ( xQ x P ) 2 ( y Q y P ) 2
Selanjutnya
Pada gambar 5 di atas M adalah sebarang titik pada garis PQ dengan perbandingan PM : MQ m : n
PM m
atau
MQ n
Sehingga diperoleh
PM’ : MQ’ = m : n dan MM’ : QQ’ = m : n
Karena
PM ' m ( x x1 ) m
maka
MQ' n ( x2 x ) n
n( x x1 ) m( x2 x)
(m n) x mx2 nx1
MM ' m ( y y1 ) m
maka
QQ ' n ( y2 y ) n
n( y y1 ) m( y2 y )
(m n) y my2 ny1
my2 ny1
y
( m n)
x1 x2 y y2
xM dan yM 1
2 2
Pembuktian rumus di atas ditinggalkan penulis sebagai latihan bagi pembaca buku ini.
PQ ( xQ x p ) 2 ( y Q y P ) 2
= (1 3) 2 ( 6 5) 2
= ( 2) 2 ( 11) 2
= 4 121
=5 3
2) Tunjukkan bahwa titik-titik A(3,8), B(-11,3), dan (-8,-2) adalah titik-titik sudut dari segitiga sama
kaki ABC.
Jawab
BC = 34 dan AC = 221
Karena panjang sisi AB sama dengan panjang sisi AC, maka dapat dikatakan segitiga tersebut di atas
adalah segitiga sama kaki.
3) Tunjukkan bahwa titik A(-3,-2), B(5,2) dan C(9,4) terletak pada satu garis lurus
Jawab
AC = 6 5 , sehingga AC + BC = AC, hal ini berarti titik A, B, dan C terletak pada satu garis lurus
Gradien Garis Lurus
Q( x2 , y 2 )
Y n
M ( x, y )
Q' ( x2 , y)
m
P ( x1 , y1 ) M ' ( x, y1 ) R ( x2 , y1 )
X
Gambar 6
Selanjutnya jika garis PQ diperpanjang, maka garis tersebut akan memotong sumbu X atau
sumbu Y. Sudut yang dibentuk oleh garis PQ dengan sumb X disebut disebut inklinasi.
QR
tan
PR
y2 y1
x2 x1
Perbandingan goniometri tersebut selanjutnya disebut kemiringan atau gradien atau tangensial dan
dinotasian dengan
QR y 2 y1
m tan .
PR x2 x1
Dengan demikian gradien garis lurus didefinisikan sebagai tangen dari sudut inklinasi.
Misal l1 dan l2 dua garis yang terletak pada sumbu koordinat, maka beberapa hal yang mungkin dari
kedua garis tersebut adalah:
1. l1 dan l2 sejajar
2. l1 dan l2 berpotongan
3. l1 dan l2 atau saling tegak lurus.
Jika l1 dan l2 sejajar syarat yang harus dipenuhi adalah gradien l1 dan gradien l2 sama atau ml1 ml2 .
Jika l1 dan l2 saling tegak lurus maka perhatikan gambar di bawah ini
l1
l2
1 2
X
Gambar 7
tan tan( 2 1 ) )
sin( 21 )
cos( 2 1)
tan 2 tan 1
tan
1 tan 2 tan 1
m2 m1
1 m2 m1
Misal P( x1 , y1) , Q( x2 , y 2 ) , dan R ( x3 , y 3 ) . Adalah titik sudut segitiga yang terletak pada bidang XOY
seperti berikut.
Y
Q ( x3 , y 3 )
P ( x1 , y1 )
R( x2 , y 2 )
Gambar 8
1 1 1
( y1 y3 )( x3 x1 ) ( y3 y2 )( x2 x3 ) ( y1 y3 )( x2 x1 )
2 2 2
1
{( y1 y3 )( x3 x1 ) ( y3 y2 )( x2 x3 ) ( y1 y3 )( x2 x1 )}
2
1
{ y1 x3 y1 x1 y3 x3 y3 x1 y3 x2 y3 x3 y2 x2 y2 x3 y1 x2 y1 x1 y2 x2 y2 x1}
2
1
( y1 x3 y3 x2 y2 x1 ) ( y3 x1 y2 x3 y1 x2 )}
2
x1 y1 1
1
A x2 y 2 1
2
x3 y 3 1
Soal-soal
1. Buatlah ruas garis dan tentukan jarak antara pasangan titik yang diketahui berikut ini:
a. P(4,5) dan Q(-1,3)
b. P(8,-2) dan Q(3,-1)
c. P(-1,-2) dan Q(-3,-8)
d. P(5,3) dan Q(2,-5)
2. Gambarlah luas suatu poligon (segi banyak) yang titik-titik sudutnya adalah
a. (-3,2), (1,5), (5,3), (1,-2)
b. (-5,0), (-3,-4), (3,-3), (7,2), (1,6)
3. Tunjukkan apakah segitiga yang titik-titik sudutnya dibawah ini adalah sama sisi.
a. A(2,-2), B(-3,-4) dan C(1,6)
b. K(-2,2), L(6,6) dan M(2,-2)
c. P(6,7), Q(-8,-1) dan R(-2,-7)
d. U(2,4), V(5,1) dan W(6,5)
e. U(1,1), V(5,1) dan W(5,5)
4. Tunjukkan bahwa segitiga berikut adalah siku-siku dan tentukan luasnya dengan menggunakan
aturan yang ada.
a. A(0,9), B(-4,-1), dan C(3,2)
b. P(10,5), B(3,2), dan C(6,-5)
c. A(3,-2), B(-2,3), dan C(0,4)
d. K(-2,8), L(-6,1), dan N(0,4)
5. Buktikan bahwa titik-titik berikut ini adalah paralelogram
a. (-1,-2), (0,1), (-3,2), dan (-4,-1)
b. (-1,-5), (2,1), (1,5), dan (-2,-1)
c. (2,4), (6,2), (8,6), dan (4,8)
6. Tunjukkan bahwa titik-titik berikut terletak pada satu garis lurus dengan menggunakan metode jarak.
a. (0,4), (3,-2), dan (-2,8)
b. (-2,3), (-6,1), (-10,-1)
c. (1,2), (-3,10), (4,-4)
d. (1,3), (-2,-3), (3,7)
7. Tentukan sebuah titik yang berjarak 10 satuan dari titik (-3,6)
8. Tentukan koordinat titik P(x,y) yang membagi ruas garis dengan perandingan diketahui:
a. A(4,-3), B(1,4) dengan AP:PB = r = 2
b. A(2,-5), (6,3) dengan AP:PB = r = ¾
c. A(-5,2), B(1,4) dengan AP:PB = r = -5/3
d. A(0,3), B(7,4) dengan AP:PB = r = -2/7
e. A(-2,3), P(3,-2) dengan AP:PB = r = 2/5
9. Jika M (9,2) membagi ruas garis yang melalui P(6,8) dan Q(x,y) dengan perbandingan 3/7. Tentukan
koordinat titik Q.
10. Tentukan titik pusat (centroid) setiap segitiga diketahui titik-titik sudutnya di bawah ini:
a. (5,7), (1,-3), (-5,1)
b. (2,-1), (6,7), (-4,-3)
c. (3,6), (-5,2), (7,-6)
d. (7,4), (3-6), (-5,2)
e. (-3,1), (2,4), (6,-2)
11. Tentukan luas poligon yang titik sudutnya adalah:
a. (-3,2), (1,5), (5,3), (1,-2)
b. (-5,0), (-3,-4), (3,-3), (7,2), (1,6)
12. Tentukan koordinat titik-titik suatu segitiga, jika titik-titik tengah sisi-sisinya adalah:
a. (-2,1), (5,2), (2,-3)
b. (3,2), (-1,-2), dan (5,-4)
13. Gradien dari garis lurus yang melalui titik A(3,2) adalah ¾. Lukislah titik-titik pada garis yang
berjarak 5 satuan dari A.
14. Tentukan gradien suatu garis lurus yang membuat sudut 45o dengan titik (2,-1) dan (5,3).
15. Garis p membentuk sudut 60o dengan garis s, Jika gradien p = 1, tentukan gradien garis s.
16. Sudut yang dibentuk oleh garis l yang melalui titik A(-4,5), B(3,y) dan garis u yang melalui titik P(-
2,4), Q(9,1). Tentukan konstanta y tersebut.
B. SISTEM KOORDINAT KUTUB
Jika dalam sistem koordinat kartesius, menyatakan bahwa letak titik pada bidang dinyatakan
dengan pasangan ( x, y ) , dengan x dan y masing-masing menyatakan jarak berarah ke sumbu-y dan ke
sumbu-x maka pada sistem koordinat kutub, letak sebarang titik P pada bidang dinyatakan dengan
pasangan bilangan real r , , dengan r menyatakan jarak titik P ke titik O (disebut kutub) sedangkan
adalah sudut antara sinar yang memancar dari titik O melewati titik P dengan sumbu-x positif (disebut
sumbu kutub)
P( r , )
r
O
Gambar 9
Berbeda dengan sistem koordinat kartesius (Rene Descartes: 1596-1650) dalam koordinat kutub
letak suatu titik dapat dinyatakan dalam tak hingga banyak koordinat. Sebagai contoh, letak titik
P(3, 3) dapat digambarkan dengan cara terlebih dulu melukiskan sinar yang memancar dari titik asal
O dengan sudut sebesar radian terhadap sumbu mendatar arah positif. Kemudian titik P terletak pada
3
sinar tadi dan berjarak 3 satuan dari titik asal O . Titik P dapat pula dinyatakan dalam koordinat
3, 3 2k , dengan k bilangan bulat. Mudah ditunjukkan pula bahwa koordinat 3, 4 3 pun juga
menggambarkan titik P. Pada koordinat yang terakhir, jarak bertanda negatif. Hal ini dikarenakan titik P
terletak pada bayangan sinar OP .
P(3, 3 2k )
P(3, 3)
3
3
3 2k
3
(b)
(a)
P(3, 4 3)
4 3
O
P
(c)
Gambar 10
Secara umum, jika r , menyatakan koordinat kutub suatu titik maka koordinat titik tersebut
dapat pula dinyatakan sebagai berikut:
Suatu titik P berkoordinat ( x, y ) dalam sistem koordinat kartesius dan ( r , ) dalam sistem
koordinat kutub. Apabila kutub dan titik asal diimpitkan, emikian pula sumbu kutub dan sumbu-x positif
juga diimpitkan, maka kedudukan titik dapat digambarkan sebagai berikut:
P ( x, y ) ( r , )
r
X
O r
Gambar 11
atau:
y x
(1.2) r x2 y2 arcsin arccos
r r
Contoh
2 5
a. A 4, b. B 5, c. C 3,
3 4 6
Jawab
Dengan menggunakan persamaan (1.1):
2 2
a. x 4 cos 2 y 4 sin 2 3.
3 3
Jadi, A 2,2 3 .
5 5
b. x 5 cos 2 y 5 sin 2.
4 2 4 2
5 5
Jadi, dalam sistem koordinat kartesius B 2 , 2.
2 2
5 3 5 3
c. x 3 cos 3 y 3 sin .
6 2 6 2
3 3
Jadi, C 2, .
2 2
y
(1.3) r 2 x2 y2 arctan , x 0
x
y
Hati-hati apabila menggunakan persamaan (1.3), karena arctan akan memberikan 2 nilai yang
x
berbeda, 0 2 . Untuk menentukan nilai yang benar perlu diperhatikan letak titik P, apakah di
kwadran I atau II, ataukah dikwadran II atau IV. Apabila dipilih nilai yang lain, maka r x 2 y 2
Jawab
a. r 4 2 (4) 2 4 2
4 3 7
arctan atau
4 4 4
7
r 4 2 dengan , atau
4
3
r 4 2 dengan .
4
7 3
Jadi, P 4 2 , atau P 4 2 , .
4 4
b. r (4) 2 4 2 4 2
4 3 7
arctan atau
4 4 4
3
r 4 2 dengan , atau
4
7
r 4 2 dengan .
4
3 7
Jadi, Q 4 2 , atau Q 4 2 , .
4 4
3) Nyatakan persamaan r 2a sin ke dalam sistem koordinat kartesius.
Jawab
r 2 2a (r sin )
x 2 y 2 2ay
x 2 y 2 2ay 0,
r 2 cos 2 4r 2 sin 2 16
r 2 (1 3 sin 2 ) 16.
Soal Latihan
Untuk soal 1 – 8, nyatakan masing-masing dengan dua koordinat yang lain, satu dengan r 0 dan yang
lain dengan r 0 .
4
24. r 3 cos 25. r 2 1 sin 26. r
1 cos
7
27. r 4 28. 29. r 2
4
d r 2 R 2 2rR cos( )
BAHAN AJAR (HAND OUT)
Materi
Logika
Penarikan kesimpulan
Teori himpunan
HANDOUT BAGIAN 4. LOGIKA DAN HIMPUNAN
A. LOGIKA
1. Proposisi
Berlogika adalah fitrah manusia, sebab kita diberikan kemampuan untuk berfikir dan
menganalisa. Dalam berlogika kita selalu mengeluarkan pernyataan-pernyataan sebagai hujah
atau argumen dalam logika kita.
Pernyataan yang digunakan dalam berlogika adalah pernyatan yang bernilai benar atau
salah, tetapi tidak keduanya sekaligus, atau dinamakan sebagai Proposisi. Beberapa
pernyataan yang bukan proposisi antara lain adalah kalimat tanya, kalimat seru dan kalimat
terbuka.
Berikut ini adalah beberapa contoh pernyataan, pernyataan manakah yang merupakan
proposisi?
Penjelasan:
a. Proposisi, benar g. Proposisi, benar
b. Proposisi salah h. Proposisi salah
c. Proposisi, salah i. Proposisi, salah
d. Pernyataan terbuka j. Pernyataan terbuka (tidak pasti benar
(tidak pasti benar salahnya) bukan proposisi
salahnya) bukan k. Proposisi, salah
proposisi l. Kalimat tanya bukan proposisi
e. Proposisi, salah
f. Kalimat tanya bukan
proposisi
2. Proposisi Majemuk
Seperti yang sudah dibahas, proposisi adalah pernyataan yang memiliki nilai
kebenaran. Sebuah proposisi dapat dipaparkan bersama dengan proposisi yang lain dengan
menggunakan operator-operator sebagai berikut. Didalam buku ini, sebuah proposisi akan
disimbolkan dengan sebuah huruf kecil bercetak miring, misalkan p, q dan r.
a) Negasi
Negasi bagi suatu proposisi adalah kebalikan dari proposisi tersebut, dalam kalimat
biasanya cukup diungkapkan dengan perkataan ‘tidak’ ataupun dengan ungkapan sejenis
yang sesuai. Sedangkan dalam bentuk simbol, negasi disimbolkan dengan tanda gelombang
‘~’ yang diletakkan sebelum proposisi.
Untuk nilai kebenarannya, jika p bernilai benar, maka ~p bernilai salah begitu
sebaliknya, sebagaimana contoh diatas, ketika p: 2+2 = 4 (merupakan pernyataan benar),
maka negasinya, ~p : 2 + 2 ≠ 4 merupakan pernyataan yang salah. Ringkasnya dapat dilihat
pada Tabel 1 dibawah.
p ~p
B S
S B
b) Konjungsi
Konjungsi merupakan penghubung antar proposisi dengan menggunakan kata hubung
“dan” atau pada simbol logika digunakan tanda " ∧ ". Misalkan p dan q adalah proposisi,
p : 2 bilangan genap
q : 3 bilangan ganjil
Nilai bagi ∧ benar jika dan hanya jika p benar dan q benar. Jika salah satu atau
kedua-dua dari p atau q bernilai salah, maka ∧ bernilai salah. Selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 2 berikut ini.
p q ∧
B B B
B S S
S B S
S S S
c) Disjungsi
Untuk disjungsi, penghubung yang digunakan adalah perkataan “atau” dengan
notasinya " ∨ ".
Adapun proposisi ∨ bernilai salah jika p dan q keduanya salah, selain itu nilai
∨ adalah benar.
p q ∨
B B B
B S B
S B B
S S S
d) Implikasi
Dalam bentuk kalimat, Implikasi diungkapkan dengan cara, “jika p maka q” atau
dalam bentuk logika dinotasikan dengan cara " → ", p dan q adalah proposisi, dimana:
Contohnya,
Jika hari hujan maka kebun basah,
p hanya jika q
Sedangkan untuk nilai kebenaran pada implikasi dapat dilihat pada tabel dibawah.
(coba jelaskan satu persatu)
p q →
B B B
B S S
S B B
S S B
e) Bi-Implikasi
Dari segi bahasa, ‘Bi’ bermaksud ganda atau dua. Jadi dalam logika, maksud Bi-
implikasi adalah gabungan dua buah implikasi yaitu: → DAN → . Ringkasnya, bi-
implikasi dinotasikan dengan tanda panah kanan-kiri " ⟷ ", " ⟷ ".
Dalam kalimat, bi-implikasi ditulis dengan perkataan “… jika dan hanya jika…”.
Contohnya, “Indonesia akan menjadi negara maju jika dan hanya jika seluruh biaya
pendidikan digratiskan.”
Untuk nilai kebenaran, suatu bi-implikasi bernilai benar jika p dan q keduanya benar
atau keduanya salah.
p q ⟷
B B B
B S S
S B S
S S B
Ringkasnya, untuk kelima operator diatas dapat dilihat pada dua tabel
dibawah
3 Disjungsi OR (atau) ∨
4 Implikasi Jika…maka… →
…jika dan
5 Bi-Implikasi ⟷
hanya jika..
~ ∧ ∨ → ⟷
B B S B B B B
B S S S B S S
S B B S B B S
S S B S S B B
3. Tabel Kebenaran
Untuk menentukan nilai kebenaran bagi suatu proposisi majemuk dapat dilakukan
dengan menggunakan tabel kebenaran. Perhatikan beberapa contoh berikut ini:
S B S
S S B
S S S
~ → ~ ∨ ( → ) ↔ (~ ∨ )
B B S B B B
B S S S S B
S B B B B B
S S B B B B
∨ ↔( ∨ ) → ( ↔ ( ∨ ))
B B B B B
B S B S S
S B B B B
S S S B B
B B B B B
B B S B B
B S B S B
B S S S S
S B B B B
S B S B B
S S B B B
S S S B B
1. Menurut anda, apa pengertian logika? Dan apa manfaatnya dalam kehiduan anda?
2. Jelaskan secara ringkas, apa yang anda ketahui tentang suatu pernyataan?
3. Berikan 5 contoh pernyataan yang memiliki nilai kebenaran (benar atau salah)?
4. “Jika anda seorang presiden, maka saat ini anda sedang membaca soal ini” menurut
anda, apakah petikan ini bernilai benar atau salah? Jelaskan!
~ Tambah notasi “ ~ ”
∧ ~ ∨~ Negasi ∧ adalah ∨
∨ ~ ∧~ Negasi ∨ adalah ∧
↔ ? Coba kerjakan!
~ ~ → → ~ →~ ~ →~
B B S S B B B B
B S S B S B B S
3-
S B B S B S S B
S S B B B B B B
a) XOR
XOR atau eksklusif-OR atau ekslusif disjungsi, banyak diaplikasikan pada sains
komputer dan informatika, dinotasikan sebagai "⨁". Antar dua proposisi, ⨁ bernilai benar
jika salah satu dari p atau q adalah benar, tetapi tidak kedua-duanya.
Misalkan, anda disuruh untuk membeli sebungkus makanan, pilihannya ada nasi
goreng atau mi goreng. Anda hanya disuruh membeli satu bungkus, jadi jika anda tidak
membeli satupun, anda salah, dan jika membeli keduanya,anda juga salah.
Tabel 15: Tabel kebenaran XOR
⨁
B B S
3-
B S B
S B B
S S S
b) NAND
NAND atau negasi-AND atau negasi konjungsi, sering diaplikasikan pada rangkaian
elektronika, dalam buku ini dinotasikan sebagai " ↑ ".
↑ ≡ ~( ∧ )
Tabel 16: Tabel kebenaran NAND
↑
B B S
B S B
S B B
S S B
c) NOR
NOR atau Negate-OR atau negasi disjungsi, juga sering diaplikasikan pada rangkaian
elektronika, dalam buku ini dinotasikan sebagai " ↓ ".
↓ ≡ ~( ∨ )
Tabel 17: Tabel kebenaran NOR
↓
B B S
B S S
S B S
S S B
3-
4. Hukum-hukum dalam logika
Terdapat beberapa hukum ataupun sifat yang berlaku dalam logika. Hukum-hukum ini
penting untuk difahami agar kita dapat mengetahui proses logika dengan lebih baik.
Selanjutnya sifat-sifat ini terangkum dalam Tabel 6 berikut:
∨ =
a. Hukum Idempoten
∧ =
∨ = ∨
b. Hukum Komutatif
∧ = ∧
( ∨ )∨ = ∨( ∨ )
c. Hukum Assosiatif
( ∧ )∧ = ∧( ∧ )
∨( ∧ )=( ∨ )∧( ∨ )
d. Hukum Distributif
∧( ∨ )=( ∧ )∨( ∧ )
∨S=
∧B=
e. Hukum Identitas
∨B=B
∧ S= S
∨~ = B
f. Hukum Komplemen ∧~ = S
~(~ ) =
g. Hukum De Morgan ~( ∨ ) = ~ ∧ ~
3-
~( ∧ ) = ~ ∨ ~
Latihan
3-
a. ~( ∨ ) ∨ (~ ∧ ) ≡ ~
b. ∨( ∧ ) ≡
5. Tautologi, Kontradiksi dan kontingensi
Tautologi adalah suatu pernyataan majemuk yang bernilai benar untuk semua
kemungkinan. Hal ini dapat dibuktikan menggunakan tabel kebenaran. Contoh pernyataan
majemuk yang tautologi adalah:
( → ) ↔ (~ ∨ )
B B S B B B
B S S S S B
S B B B B B
S S B B B B
Kontradiksi adalah kebalikan atau negasi bagi tautologi, yaitu suatu pernyataan
majemuk yang bernilai salah untuk semua kemungkinan. Sebagaimana contoh berikut:
B S S
S B S
S S S
S B S
B B B B B
B S B S S
S B B B B
S S S B B
a) Modus Ponens
“Jika → benar dan benar maka benar.”
Skema argumen dapat ditulis sebagai berikut :
Premis 1: →
Premis 2:
Kesimpulan: ∴
Atau, dalam bentuk yang lebih ringkas dapat ditulis sebagai → , ⊢
Dalam bentuk implikasi, argumentasi tersebut dapat dituliskan sebagai:
[( → ) ∧ ] →
(keterangan: Jika Premis 1 dan premis 2, maka kesimpulan)
Modus ponens dikatakan sah karena pernyataan [( → ) ∧ ] → merupakan tautologi,
sebagaimana ditunjukkan didalam Tabel 4 sebagai berikut:
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
b) Modus Tollens
“Jika → benar dan ~ benar maka ~ benar.”
Skema argumen dapat ditulis sebagai berikut :
Premis 1: →
Premis 2: ~
Kesimpulan: ∴~
Atau → ,~ ⊢ ~
Dalam bentuk implikasi, argumentasi tersebut dapat dituliskan sebagai
[( → ) ∧ ~ ] → ~
Modus tollens dikatakan sah karena pernyataan [( → ) ∧ ~ ] → ~ merupakan tautologi.
Bukti:
Tabel 23: Tabel kebenaran bagi Modus Tollens
( → )
~ ~ → [( → )∧~ ]→~
∧~
B B S S B B B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B S B
c) Silogisme
“Jika → benar dan → benar maka → benar.”
Skema argumen dapat ditulis sebagai berikut :
Premis 1: →
Premis 2: →
Kesimpulan: ∴ →
Atau → , → ⊢ →
Dalam bentuk implikasi, argumentasi tersebut dapat dituliskan sebagai
[( → ) ∧ ( → )] → ( → )
Silogisme dikatakan sah karena pernyataan [( → ) ∧ ( → )] → ( → ) merupakan
tautologi. Buktinya dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Misalkan ≡ [( → ) ∧ ( → )] → ( → )
Tabel 24: Tabel kebenaran bagi Silogisme
→ → ( → )∧( → ) →
B B B B B B B B
B B S B S S S B
B S B S B S B B
B S S S B S S B
S B B B B B B B
S B S B S S B B
S S B B B B B B
S S S B B B B B
Jawablah pertanyaan berikut ini
1. Tunjukkan dengan menggunakan tabel kebenaran bahwa:
~( ∧ ) ≡ ~ ∨ ~
~( ∨ ) ≡ ~ ∧ ~
~( → ) ≡ ∧~
A B C D
8 9 4 5 2 3 1 3
10 11 6 7 6 7 5 7
12 13 12 13 10 11 9 11
14 15 14 15 14 15 13 15
Keempat kartu diatas dapat digolongkan menjadi suatu himpunan, dengan unsur atau
anggotanya adalah angka-angka yang tertulis didalam kartu tersebut. Atau dapat ditulis
dengan cara sebagai berikut:
A = {8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15}
B = {4, 5, 6, 7, 12, 13, 14, 15}
C = {2, 3, 6, 7, 10, 11, 14, 15}
D = {1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15}
Penulisan suatu himpunan dimulai dari sebuah huruf besar sebagai nama/simbol
himpunannya dan untuk keanggotaan himpunan dituliskan menggunakan notasi ‘∈’. Misalnya
pada contoh himpunan kartu A: 8 ∈ A, 9 ∈ A, sedangkan 1 ∉ A.
Adapun cara penyajian suatu himpunan adalah dengan cara Enumerasi,
menggunakan simbol baku, menuliskan kriteria anggota himpunan dan diagram venn.
f) Enumerasi
Penyajian suatu himpunan dengan cara enumerasi yaitu dengan menyebutkan semua
anggota himpunan di dalam suatu kurung kurawal “{ }”.
Contoh:
Contoh:
N = himpunan bilangan asli/natural = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
h) Menuliskan kriteria anggota
Penyajian himpunan dengan menuliskan syarat keanggotaan himpunan tersebut,
dituliskan dengan cara A = { x | syarat yang harus dipenuhi oleh x }.
Contoh:
A adalah himpunan bilangan asli yang kecil dari 7
A = { x | x ≤ 7 dan x ∈N } atau
A = { x ∈N | x ≤ 7} (coba tuliskan dalam bentuk enumerasi)
i) Diagram Venn
Penyajian himpunan dengan cara menuliskan anggotanya dalam suatu gambar
(diagram) yang dinamakan diagram venn.
Contoh:
Misalkan S = {1, 2, 4, 5, 6, 7}, A = {1, 3, 4, 5} dan B = {4, 5, 6, 7}.
S A B
1 4 6
3 5 7
2. Istilah-istilah penting
2
Dalam pembahasan teori himpunan, terdapat beberapa istilah penting yang perlu
diketahui maksud dan contohnya. Beberapa istilah tersebut adalah: Kardinalitas, Himpunan
bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, himpunan kuasa dan ekivalen.
a) Kardinalitas
Dalam teori himpunan, Kardinalitas adalah jumlah anggota pada suatu himpunan.
Misalkan himpunan A memiliki tiga anggota, A = {Ani, Ana, Anu}, maka kardinalitas bagi A
dituliskan sebagai berikut: |A|= 3 atau n(A) = 3
Contoh:
Misalkan S = { x | x bilangan bulat positif kecil dari 20}. Jika A = { x | x bilangan
genap}, B = { x | x bilangan yang habis dibagi 3} dan C = { x | x bilangan yang habis dibagi
5}. Dapatkan kardinalitas bagi A, B dan C.
Jawab: Jika ditulis secara enumerasi, maka
A = {2, 4, 6, 8, …, 18}, |A|= 9
B = {3, 6, 9, 12, 15, 18} |B|= 6
C = {5, 10, 15}, |C|= 3
b) Himpunan bagian
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya
jika setiap unsur A merupakan unsur dari B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
Sedangkan A Bukan himpunan bagian bagi B jika setidak-tidaknya terdapat satu
anggota A yang tidak ada di B. Notasi A himpunan bagian B: A ⊆B atau A ⊂B
Notasi A bukan himpunan bagian B: A ⊈ B atau A ⊄ B
Contoh:
Jika, B = {3, 6, 9, 12, 15, 18}
C = {3, 9, 15}
D = {3, 9, 12, 15, 16}
Maka, C ⊂B dan D ⊄ B
Jika digambarkan diagram venn bagi himpunan bagian, maka akan didapati himpunan
yang menjadi subset akan berada didalam himpunan supersetnya.
6 12 3
18 15
c) Himpunan semesta dan himpunan kosong
Himpunan semesta adalah himpunan yang anggotanya adalah gabungan semua
himpunan yang menjadi objek pembahasan (semesta pembicaraan), dinotasikan dengan S
(Sebagian buku menggunakan notasi U). Contoh dari soal ‘4 kartu’ pada bagian pendahuluan,
Himpunan semesta bagi contoh tersebut adalah semua angka yang muncul atau S =
{1,2,3,…,15}.
Contoh lain, misalnya objek pembahasan kita adalah mahasiswa jurusan Teknologi
Informasi (TI) yang terdiri dari dua program studi, teknik komputer dan manajemen
informatika. Jika: A = {x|x mahasiswa TI prodi Teknik Komputer}
B = {x|x mahasiswa TI prodi Manajemen Informasi}
Maka himpunan semesta pada kasus ini adalah
S = {x|x mahasiswa jurusan TI}
Sedangkan, himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota.
Misalkan contoh mahasiswa jurusan TI diatas, terdapat sebuah himpunan C, dimana
C = {x|x mahasiswa TI prodi Teknik Mesin}.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa C merupakan himpunan kosong, karena di
jurusan TI tidak ada prodi Teknik Mesin. Atau jika disimbolkan:
C = { } atau C = ∅
d) Himpunan kuasa
Misalkan A merupakan suatu himpunan. Himpunan kuasa bagi A adalah suatu
himpunan yang anggotanya adalah semua himpunan bagian bagi A, termasuk himpunan
kosong dan A itu sendiri. Himpunan kuasa dinotasikan dengan P(A). Kardinalitas bagi
himpunan kuasa adalah |P(A)|= 2m, m = |A| (kardinalitas himpunan A)
Contoh:
Andaikan A = {a}, |A|= 1
Maka P(A) = {∅, {a}}, |P(A)|= 21 = 2
Contoh:
B = {a, b}, |B| = 2
P(B) = {∅, {a}, {b}, {a, b}}, |P(B)| = 22 = 4
Contoh:
C = {a, b, c}
P(C) = {∅, {a}, {b}, {c}, {a, b}, {a, c}, {b, c}, {a, b, c}}
Contoh:
Himpunan kosong, ∅, memiliki himpunan kuasa, P(∅) = {∅}
Sedangkan suatu himpunan yang anggotanya sebuah himpunan kosong, {∅},
himpunan kuasanya: P(∅) = {∅, {∅}}
e) Ekivalen dan kesamaan himpunan
Suatu himpunan dikatakan ekivalen, jika dan hanya jika kardinalitasnya sama.
Misalkan terdapat dua buah himpunan,
A = {S, U, K, S, E, S}
B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Karena |A|=|B|= 6, maka himpunan A adalah ekivalen dengan B, A ≈ B.
Sedangkan, dua buah himpunan dikatakan sama, jika dan hanya jika setiap elemen
atau anggota pada dua himpunan tersebut adalah sama.
C = {R, U, M, A, H}
D = {H, A, R, U, M}
Himpunan C = D, sebab semua anggota pada himpunan tersebut adalah sama.
Contoh:
a. Jika A = {1,2,3,4} dan B = {x|x empat bilangan asli pertama}, maka A = B
b. Jika A = {0, 1} dan B = {x | x (x – 1) = 0}, maka A = B
c. Jika A = {1, 2, 3, 2} dan B = {2, 3, 1}, maka A = B
Jika A = {1, 2, 3, 2} dan B = {2, 3}, maka A ≠ B
Latihan
3. Apakah {∅} merupakan himpunan kosong? Bagaimana dengan {{∅}}. Coba berikan
sebuah contoh untuk kedua himpunan tersebut.
4. Diketahui bahwa:
C = himpunan bilangan kompleks
N = himpunan bilangan asli/natural
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
Z = himpunan bilangan bulat
5. Diketahui bahwa:
C = himpunan bilangan kompleks
N = himpunan bilangan asli/natural
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
Z = himpunan bilangan bulat
Lengkapi pernyataan berikut dan berikan alasan anda mengapa urutannya seperti itu:
…⊂ … ⊂ … ⊂ … ⊂ C
3. Operasi pada himpunan
Pada bagian ini akan dibahas mengenai operasi-operasi yang berlaku pada himpunan
seperti irisan, gabungan, komplemen, selisih beda setangkup dan perkalian kartesan.
a) Irisan (intersection)
Pada logika, Irisan ini mirip dengan konjungsi atau ‘DAN’, benar jika dan hanya jika
p benar dan q benar. Dalam himpunan, andaikan ada dua buah himpunan, A dan B, irisan
antara dua himpunan tersebut adalah satu himpunan yang anggotanya berada dihimpunan A
dan B.
∩ = {x|x ∈ DAN x ∈ }
Menggunakan diagram Venn, suatu irisan merupakan daerah yang berwarna abu-abu
seperti berikut:
Contoh:
Jika, A = {1, 3, 6, 9, 12}, B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Maka, ∩ = {1, 3, 6}
b) Gabungan (union)
Sesuai dengan bahasanya, gabungan pada suatu himpunan berarti kita menggabungkan
dua buah himpunan atau lebih. Gabungan mirip dengan disjungsi atau ‘ATAU’, baru salah
jika jika dan hanya jika p salah dan q salah.
Andaikan ada dua buah himpunan, A dan B, gabungan antara dua himpunan tersebut
adalah satu himpunan yang anggotanya berada dihimpunan A atau B.
∪ = {x|x ∈ ATAU x ∈ }
Diagram Vennnya dapat dilihat sebagai berikut:
Contoh:
Jika, A = {2, 3, 4, 5, 6}, B = {2, 4, 6, 8, 10}
Maka, ∪ = {2, 3, 4, 5, 6, 8, 10}
c) Komplemen
Komplemen berarti pelengkap. Misalkan A suatu himpunan yang berada dalam
semesta S. Komplemen bagi A dinotasikan sebagai A’, yaitu suatu himpunan selain A yang
berada dalam S.
′ = {x|x ∈ dan x ∉ }
Contoh:
Jika, A = {2, 3, 4, 5, 6}, B = {2, 4, 6, 8, 10}
Maka, − = {3, 5}
e) Beda setangkup
Beda setangkup bagi himpunan A dan B dinotasikan sebagai ⨁ , dimana setiap
anggota di ⨁ merupakan anggota di A atau di B, tetapi bukan anggota di A dan B
sekaligus.
⨁ =( ∪ )−( ∩ )
=( − )∪( − )
Contoh:
Jika, A = {2, 3, 4, 5, 6}, B = {2, 4, 6, 8, 10}
Maka, ⨁ = {3, 5, 8, 10}
f) Perkalian kartesan
Perkalian kartesan bagi himpunan A dan B dinotasikan oleh:
A x B = {(a,b) | a ∈A dan b ∈B}
Jika A dan B merupakan himpunan terhingga, maka kardinalitas bagi perkalian kartesan A x B
adalah: |A x B| = |A|x|B|
Contoh:
Jika, A = {1, 2}, B = {a, b, c}
Maka, × = {(1, )(1, )(1, )(2, )(2, )(2, )}
|A x B|= 2 x 3 = 6
Perlu diingat bahwa pasangan terturut (a, b) ≠ (b, a). Ini berakibat perkalian kartesan
tidak bersifat komutatif atau A x B ≠ B x A, dimana A dan B bukan himpuna kosong.
Jika = ∅ atau =∅
Maka × = × =∅
4. Hukum-hukum dalam himpunan
Pada bagian ini akan dibahas mengenai operasi-operasi yang berlaku pada himpunan
seperti irisan, gabungan, komplemen, selisih beda setangkup dan perkalian kartesan.
Hukum-hukum dalam himpunan.
Hukum-hukum yang berlaku untuk operasi himpunan adalah seperti pada tabel sebagai
berikut:
Hukum Keterangan
∪∅=
a. Identitas
∩ =
∩∅=∅
b. Null
∪ =
∪ ′=
c. Komplemen ∩ ′=∅
∅ =
′
∪ =
d. Idempoten
∩ =
e. Involusi ( ′ )′ =
∪( ∩ )=
f. Penyerapan
∩( ∪ )=
∪ = ∪
g. Komutatif
∩ = ∩
∪( ∪ )=( ∪ )∪
h. Asosiatif
∩( ∩ )=( ∩ )∩
∪( ∩ )= ( ∪ )∩( ∪ )
i. Distributif
∩( ∪ )= ( ∩ )∪( ∩ )
( ∪ )′ = ′
∩ ′
j. De Morgan
( ∩ )′ = ′
∪ ′
5. Prinsip dualitas
Prinsip dualitas mengemukakan bahwa dua konsep yang berbeda dapat dipertukarkan
namun tetap memberikan jawaban yang benar. Prinsip ini ditandai dengan mengganti notasi
∪ menjadi ∩,
∩ menjadi ∪,
S menjadi ∅,
∅ menjadi S
Misalkan gabungan himpunan berikut:
∪( ′∩ )= ∪
Dualnya: ∩( ′∪ )= ∩
4. Misalkan = { , , , , }, = { , , , , }, = { , , , , ℎ}, = { , , , , ℎ}
a. ∪ e. −( ∪ ) i. ( − ) −
b. ∩ f. ( ∩ ) ∪ j. ⨁
c. − g. ( ∪ ) − k. ⨁
d. ∩( ∪ ) h. ∩ ∩ l. ( ⨁ ) −
5. Gunakan defenisi himpunan untuk membuktikan hukum penyerapan dan hukum De
Morgan
6. Tuliskan dual bagi:
a. ( ∩ ) ∪ ( ∩ ) =
b. ( ∪ ∪ )′ = ( ∪ )′ ∩( ∪ )′
c. ( ∩ ) ∩ (∅ ∪ ′)
=∅
d. ( ∪ ∅)′ ∪ =