Anda di halaman 1dari 141

MATEMATIKA

TKM102 / 2SKS

PERANGKAT PEMBELAJARAN
1.6180339887498948482045868343656381177203091798057628621354486227052604628189024497072072
041893911374847540880753868917521266338622235369317931800607667263544333890865959395829056
383226613199282902678806752087668925017116962070322210432162695486262963136144381497587012
203408058879544547492461856953648644492410443207713449470495658467885098743394422125448770
664780915884607499887124007652170575179788341662562494075890697040002812104276217711177780
531531714101170466659914669798731761356006708748071013179523689427521948435305678300228785
699782977834784587822891109762500302696156170025046433824377648610283831268330372429267526
311653392473167111211588186385133162038400522216579128667529465490681131715993432359734949
850904094762132229810172610705961164562990981629055520852479035240602017279974717534277759
277862561943208275051312181562855122248093947123414517022373580577278616008688382952304592
647878017889921990270776903895321968198615143780314997411069260886742962267575605231727775
203536139362107673893764556060605921658946675955190040055590895022953094231248235521221241
5444006470

Disusun oleh:
Primawati, M.Si

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
SILABUS
RACANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER

Bahan Kajian : Matematika


Kode/SKS : TKM102 / 2SKS
Program Studi : Teknik Mesin
Fakultas : Teknik
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Memahami konsep-konsep matematika dasar seperti bilangan, pemfaktoran, fungsi, deret,
sistem koordinat, logika dan teori himpunan dengan baik sesuai konsep.

Matriks Pembelajaran
Mi Learning Metode Kriteria/ Daftar
ng Outcomes Pengalaman Materi/Pokok Setrategi Teknik Pustaka
gu (Capaian Belajar Bahasan Pembelajara Penilaia
Pembelajaran) n n
I 1. Mampu 1. Mendengarkan 1. Bilangan Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan 1.1 Bilangan Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep 1.2 Sifat-sifat Demonstrasi
bilangan bilangan. bilangan.
dengan baik. 2. Tanya jawab 1.3 Perkalian
tentang yang dan
masih diragukan pembagian
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep bilangan.
II 2. Mampu 1. Mendengarkan 2. Perpangkat Cemarah Sikap Bahan
memanipulasi penjelasan an Diskusi Kinerja Ajar
nilai-nilai tentang konsep 5.1 Akar Demonstrasi
perpangkatan perpangkatan. 5.2 Notasi
dengan tepat. 2. Tanya jawab Saintifik
tentang yang 5.3 Nilai
masih diragukan Mutlak
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
perpangkatan
III 3. Mampu 1. Mendengarkan 3. Pemfaktora Cemarah Sikap Bahan
memfaktorka penjelasan n Diskusi Kinerja Ajar
n persamaan tentang konsep 3.1 Dasar Demonstrasi
kuadrat dan perpangkatan. Pemfaktora
persaman 2. Tanya jawab n
polinomial tentang yang 3.2 Pemfaktora
masih diragukan n
atau belum persamaan
dipahami. kuadrat
3. Memperhatikan .
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep
pemfaktoran
IV 4. Mampu 1. Mendengarkan 4. Fungsi Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan 4.1 Definisi Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep Fungsi Demonstrasi
fungsi dengan fungsi. 4.2 Plot suatu
baik. 2. Tanya jawab fungsi
tentang yang 4.3 Rumus
masih diragukan sebagai
atau belum fungsi.
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
fungsi dan
menggambarkan
nya.
V 5. Mampu 1. Mendengarkan 5. Fungsi Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan 5.1 Fungsi Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep genap dan Demonstrasi
fungsi dengan fungsi. fungsi
baik. 2. Tanya jawab ganjil
tentang yang 5.2 Komposisi
masih diragukan fungsi
atau belum 5.3 Fungsi
dipahami. invers
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep bilangan.
VI 6. Mampu 1. Mendengarkan 6. Deret Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan 6.1 Deret dan Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep notasi Demonstrasi
deret dengan deret. sigma
baik. 2. Tanya jawab 6.2 Deret
tentang yang hingga
masih diragukan 6.3 Deret tak
atau belum hingga
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep bilangan.
VII 7. Mampu 1. Mendengarkan 7. Fungsi Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan Exponen Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep 7.1 y=an Demonstrasi
fungsi Fungsi exponen. 7.2 Fungsi
exponen 2. Tanya jawab umum
dengan baik. tentang yang exponen ax
masih diragukan 7.3 Fungsi
atau belum Eksponen
dipahami. Natural ex
3. Memperhatikan 7.4 Manipulasi
demonstrasi fungsi
yang dilakukan exponen
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep bilangan.
VIII 8. UTS
IX 9. Mampu 1. Mendengarkan 9. Logaritma Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan 9.1 Logaritma Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep dengan Demonstrasi
logaritma geometris garis basis umum
dengan baik 2. Tanya jawab a
tentang yang 9.2 Manipulasi
masih diragukan logaritma
atau belum 9.3 Contoh-
dipahami. contoh
3. Memperhatikan logaritma
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep bilangan.
X 10. Mampu 1. Mendengarkan 10. Sistem Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan Koordinaat Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep 10.1 Koordinat Demonstrasi
geometris sismpet kartesius
garis dengan koordinat
baik kartesius
2. Tanya jawab
tentang yang
masih diragukan
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
koordinat
kartesius
XI 11. Mampu 1. Mendengarkan 11. Sisitem Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan Koordinat Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep 11.1 Koordinat Demonstrasi
segitiga sistem koordinat kutub
dengan baik kutub
2. Tanya jawab
tentang yang
masih diragukan
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep sistem
koordinat kutub.
XII 12. Mampu 1. Mendengarkan 12. Logika Cemarah Sikap Bahan
menggunaka penjelasan 12.1 Proposisi Diskusi Kinerja Ajar
n proposisi tentang konsep 12.2 Proposisi Demonstrasi
dengan tepat Logika majemuk
dalam 2. Tanya jawab 12.3 Tabel
berlogika tentang yang kebenaran
masih diragukan
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep logika.
XIII 13. Mampu 1. Mendengarkan 13. Logika Cemarah Sikap Bahan
menarik penjelasan 13.1 Sifat-sifat Diskusi Kinerja Ajar
kesimpulan tentang konsep proposisi Demonstrasi
menggukana sifat dan hukum majemuk
n hukum dan dalam logika 13.2 Hukum
sifat logika 2. Tanya jawab dalam
yang ada. tentang yang logika
masih diragukan 13.3 Penarikan
atau belum kesimpulan
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep
penarikan
kesimpulan.
XIV 14. Mampu 1. Mendengarkan 14. Teori Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan Himpunan Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang konsep 14.1 Penulisan Demonstrasi
persamaan teori himpunan. himpunan
garis lurus 2. Tanya jawab 14.2 Istilah
dengan baik tentang yang penting
masih diragukan
atau belum
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep teori
himpunan.
XV 15. Mampu 1. Mendengarkan 15. Teori Cemarah Sikap Bahan
mendefinisika penjelasan Himpunan Diskusi Kinerja Ajar
n konsep tentang sifat, 15.1 Sifat-sifat Demonstrasi
garis paralel hukum dan himpunan
dan tegak prinsip dualitas 15.2 Hukum-
lurus serta dalam himpunan hukum
perpotongan 2. Tanya jawab dalam
garis dengan tentang yang himpunan
baik masih diragukan 15.3 Prinsip
atau belum dualitas
dipahami.
3. Memperhatikan
demonstrasi
yang dilakukan
dosen
4. Latihan
terbimbing
untuk
memahami
konsep teori
himpunan.
XVI UAS
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Bilangan


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 1 (Minggu. 1)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal operasi perkalian dan pembagian bilangan dengan tepat.
Materi
1. Jenis-jenis bilangan
2. Sifat-sifat bilangan
3. Perkalian dan pembagian

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
jenis bilangan untuk bahan ajar 2. Lisan Tulis
didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan sifat- soal dicatatan 3. Powerpoint
sifat bilangan 3. Mengerjakan
berikut contohnya soal di papan
3. Mendiskusikan tulis
contoh yang
berhubungan
dengan perkalian
dan pembagian
Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan
materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai bilangan, sendiri
perkalian dan
pembagian

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian bilangan
2 Apa yang anda ketahui tentang matematika

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh bilangan-bilangan sesuai dengan jenisnya

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Perpangkatan


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 2 (Minggu. 2)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal operasi Perpangkatan dengan tepat.
Materi
1. Perpangkatan
2. Akar
3. Notasi Saintifik
4. Nilai Mutlat

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 2

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
perpangkatan untuk bahan ajar 2. Lisan Tulis
didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan sifat- soal dicatatan 3. Powerpoint
sifat akar berikut 3. Mengerjakan
contohnya soal di papan
3. Mendiskusikan tulis
contoh yang
berhubungan
dengan notasi
saintifik dan nilai
mutlak
Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan
materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai bilangan, sendiri
perkalian dan
pembagian

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian perpangkatan
2 Apa yang anda ketahui tentang perpangkatan

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh perpangkatan sesuai dengan jenisnya

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Pemfaktoran


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 3 (Minggu. 3)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal operasi Pemfaktoran dengan tepat.
Materi
1. Pemfaktoran
2. Dasar Pemfaktoran
3. Pemfaktoran persamaan kuadrat
4. Pemfaktoran persamaan polinomial.

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 3

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
pemfaktoran untuk bahan ajar 2. Lisan Tulis
didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan dasar soal dicatatan 3. Powerpoint
pemfaktoran berikut 3. Mengerjakan
contohnya soal di papan
3. Mendiskusikan tulis
contoh yang
berhubungan
dengan pemfaktoran
persamaan fungsi
kuadrat dan
pemfaktoran
persamaan
polinomial
Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan
materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai bilangan, sendiri
perkalian dan
pembagian

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian pemfaktoran
2 Apa yang anda ketahui tentang pemfaktoran

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh pemfaktoran sesuai dengan jenisnya

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Fungsi


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 4 (Minggu.4)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal operasi Fungsi dengan tepat.
Materi
1. Fungsi
2. Definisi Fungsi
3. Plot suatu fungsi
4. Rumus sebagai fungsi.

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 4

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
fungsi untuk bahan ajar 2. Lisan Tulis
didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan soal dicatatan 3. Powerpoint
definisi fungsi 3. Mengerjakan
berikut contohnya soal di papan
3. Mendiskusikan tulis
contoh yang
berhubungan
dengan plot suatu
fungsi dan rumus
sebagai fungsi
Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan
materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai bilangan, sendiri
perkalian dan
pembagian

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian fungsi
2 Apa yang anda ketahui tantang fungsi

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh fungsi sesuai dengan jenisnya

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Fungsi


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 5 (Minggu.5)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal operasi fungsi dengan tepat.
Materi
1. Fungsi
2. Fungsi genap dan fungsi ganjil
3. Komposisi fungsi
4. Fungsi invers

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 5

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
fungsi genap dn bahan ajar 2. Lisan Tulis
fungsi ganjil untuk 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
didiskusikan soal dicatatan 3. Powerpoint
2. Menjelaskan 3. Mengerjakan
komposisi fungsi soal di papan
beserta contohnya tulis
3. Mendiskusikan
contoh yang
berhubungan
dengan fungsi invers
Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan
materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai bilangan, sendiri
perkalian dan
pembagian

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian fungsi genap dan fungsi ganjil
Jelaskan apa yang dimaksud dengan komposisi
2
fungsi
3 Apa yang anda ketahui tentang fungsi invers

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh fungsi genap dan ganjil, komposisi fungsi, serta
fungsi invers.

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Sistem Bilangan


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 6 (Minggu.6)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal operasi deret dengan tepat.
Materi
1. Deret
2. Deret dan notasi sigma
3. Deret hingga
4. Deret tak hingga

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 6

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
deret untuk bahan ajar 2. Lisan Tulis
didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan deret soal dicatatan 3. Powerpoint
dan notasi sigma 3. Mengerjakan
beseta contohnya soal di papan
3. Mendiskusikan tulis
contoh yang
berhubungan
dengan deret hingga
dan deret tak hingga
Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan
materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai bilangan, sendiri
perkalian dan
pembagian

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian deret
2 Apa yang anda ketahui tentang deret

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh deret sesuai dengan jenisnya

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Fungsi Eksponen


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 7 (Minggu.7)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal fungsi exponen dengan tepat.
Materi
1. Fungsi Exponen
2. y=an
3. Fungsi umum exponen ax
4. Fungsi Eksponen Natural ex
5. Manipulasi fungsi exponen

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 7

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
fungsi exponen bahan ajar 2. Lisan Tulis
untuk didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan y=an soal dicatatan 3. Powerpoint
dan fungsi umum 3. Mengerjakan
exponen ax beserta soal di papan
contohnya tulis
3. Mendiskusikan
contoh yang
berhubungan dengan
fungsi Eksponen
Natural ex dan
manipulasi fungsi
exponen

Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan


materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai bilangan, sendiri
perkalian dan
pembagian

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian fungsi exponen
2 Apa yang anda ketahui tentang fungsi exponen

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan fungsi exponen sesuai dengan jenisnya

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : UTS


Kode/SKS : TKM102/2 SKS
Program Studi : Teknik Mesin
Pertemuan Ke : 8 (Minggu.8)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal UTS dengan tepat.
Materi
1. Materi dari pertemuan 1-7

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 8

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Menjawab soal 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan UTS 2. Tulisan 2. Handout
2. Memberikan soal 3. Powerpoint
UTS

Penyajian 1. Memberikan soal 1. Mengerjakan 1. Sikap 1. Papan


UTS soal UTS di 2. Tulisan Tulis
kertas HVS 3. Kinerja 2. Handout
3. Powerpoint
Penutup 1. Mengumpulkan 1. Menyelesaikan Tulisan 1. Papan
lembar jawaban soal UTS Tulis
UTS 2. Handout
3. Powerpoint

Kinerja
Setiap mahasiswa harus mampu menjawab soal-soal UTS dengan baik.

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Logaritma


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 9 (Minggu.9)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal logaritma dengan tepat.
Materi
1. Logaritma
2. Logaritma dengan basis umum a
3. Manipulasi logaritma
4. Contoh-contoh logaritma

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 9

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
logaritma untuk bahan ajar 2. Lisan Tulis
didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan soal dicatatan 3. Powerpoint
Logaritma dengan 3. Mengerjakan
basis umum a soal di papan
beserta contohnya tulis
3. Mendiskusikan
contoh yang
berhubungan dengan
manipulasi logaritma

Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan


materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai bilangan, sendiri
perkalian dan
pembagian

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian logaritma
2 Apa yang anda ketahui tentang logaritma

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh logaritma sesuai dengan jenisnya

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Sistem Koordinat


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 10 (Minggu.10)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal sistem koordinat tentang koordinat kartesius dengan benar
Materi
1. Koordinat kartesius

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 10

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
geometris garis bahan ajar 2. Lisan Tulis
untuk didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan soal dicatatan 3. Powerpoint
membagi garis 3. Mengerjakan
berdasarkan rasio soal di papan
beserta contohnya tulis
3. Mendiskusikan
contoh yang
berhubungan dengan
koordinat kartesius

Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan


materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai koordinat sendiri
kartesius.

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian sistem koordinat
2 Jelaskan pengertian koordinat kartesius

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh geometris garis sesuai dengan jenisnya

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Sistem Koordinat


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 11 (Minggu.11)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal mengenai sistem koordinat menggunakan koordinat kutub dengan
benar.
Materi
1. Koordinat kutub

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 11

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
segitiga untuk bahan ajar 2. Lisan Tulis
didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan soal dicatatan 3. Powerpoint
kekongruenan 3. Mengerjakan
segitga beserta soal di papan
contohnya tulis
3. Mendiskusikan
contoh yang
berhubungan dengan
koordinat kutub

Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan


materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai koordinat sendiri
kutub

Rubrik Penilaian

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan pengertian koordinat kutub

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh segitiga sesuai dengan jenisnya

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Logika


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 12 (Minggu.12)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal logika, proposisi, proposisi majemuk dan tabel kebenaran
Materi
1. Proposisi
2. Proposisi majemuk
3. Tabel kebenaran

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 12

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
geometri kordinat bahan ajar 2. Lisan Tulis
untuk didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan sistim soal dicatatan 3. Powerpoint
kordinat pada 3. Mengerjakan
permukaan datar soal di papan
beserta contohnya tulis
3. Mendiskusikan
contoh yang
berhubungan dengan
proposisi, proposisi
majemuk dan tabel
kebenaran

Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan


materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai proposisi sendiri
dan tabel kebenaran

Rubrik Penilaian

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
Jelaskan apa yang dimaksud dengan proposisi dan
1
proposisi majemuk
2 Apa yang anda ketahui tentang tabel kebenaran

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh geometri kordinat sesuai dengan jenisnya

Kepustakaan

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Logika


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 13(Minggu.13)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal logika tentang sifat-sifat proposisi majemuk, hukum dalam logika
dan penarikan kesimpulan dengan tepat.
Materi
1. Sifat-sifat proposisi majemuk
2. Hukum-hukum logika
3. Penarikan kesimpulan

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 13

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
titik tengah gradien bahan ajar 2. Lisan Tulis
untuk didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan titik soal dicatatan 3. Powerpoint
tengah gradien 3. Mengerjakan
beserta contohnya soal di papan
3. Mendiskusikan tulis
contoh yang
berhubungan
proposisi majemuk,
hukum dalam logika
dan penarikan
kesimpulan
Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan
materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai hukum sendiri
logika dan
penarikan
kesimpulan

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan sifat-sifat proposisi majemuk
Apa yang anda ketahui hukum-hukum dalam
2
logika
3 Jelaskan proses penarikan kesimpulan

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh titik tengah gradien

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Teori Himpunan


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 14 (Minggu.14)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal teori himpunan tentang penulisan dan istilah penting
Materi
1. Penulisan Himpunan
2. Istilah-istilah penting

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 14

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
persamaan garis bahan ajar 2. Lisan Tulis
lurus untuk 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
didiskusikan soal dicatatan 3. Powerpoint
2. Menjelaskan 3. Mengerjakan
persamaan garis soal di papan
lurus beserta tulis
contohnya
3. Mendiskusikan
contoh yang
berhubungan
penulisan dan
beberapa istilah
dalam teori
himpunan
Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan
materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai teori sendiri
himpunan

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Jelaskan jenis-jenis penulisan himpunan
2 Apa yang dimaksud dengan subhimpunan

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh penulisan himpunan dan istilah-istilah dalam
himpunan

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Teori Himpunan


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 15 (Minggu.15)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal teori himpunan tentang sifat-sifat himpunan, hukum pada
himpunan dan prinsip dualitas.
Materi
1. Sifat-sifat himpunan
2. Hukum-hukum pada himpunan
3. Prinsip dualitas

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 15

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Memperhatikan 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan 2. Mencatat 2. Lisan 2. Handout
2. Menjelaskan 3. Berdiskusi 3. Powerpoint
capaian 4. Menjawab soal
pembelajaran kedepan
3. Menjelaskan materi
dan ruang lingkup
materi secara umum
4. Memberikan
motivasi terkait
dengan
pembelajaran
Penyajian 1. Memberikan contoh 1. Mendiskusikan 1. Sikap 1. Papan
garis paralel untuk bahan ajar 2. Lisan Tulis
didiskusikan 2. Mengerjakan 3. Kinerja 2. Handout
2. Menjelaskan garis soal dicatatan 3. Powerpoint
tegak lurus beserta 3. Mengerjakan
contohnya soal di papan
3. Mendiskusikan tulis
contoh yang
berhubungan teori
himpunan, sifat
himpunan, hukum
himpunan dan
prinsip dualitas
Penutup 1. Menyimpulan 1. memperhatikan Lisan 1. Papan
materi yang telah 2. Memberikan Tulis
dibahas kesimpulan 2. Handout
2. Memberikan tugas berdasarkan 3. Powerpoint
kepada mahasiswa pemahaman
mengenai sifat sendiri
himpunan, hukum
himpunan dan
prinsip dualitas

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Sebutkan contoh-contoh sifat himpunan
2 Jelaskan hukum-hukum himpunan
3 Jelaskan maksud prinsip dualitas

Kinerja
Setiap mahasiswa harus memberikan contoh sifat himpunan, hukum-hukum himpunan dan
prinsip dualitas.

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Bahan Kajian : Matematika


Kode/SKS : Matematika / TKM102
Program Studi : 2 SKS
Pertemuan Ke : 16 (Minggu.16)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Menyelesaikan soal-soal UAS dengan tepat.
Materi
1. Materi dari pertemuan 1-15

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 16

Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Mahasiswa Penilaian
Pendahuluan 1. Memberi salam dan 1. Menjawab soal 1. Sikap 1. Papan Tulis
perkenalan UAS 2. Tulisan 2. Handout
2. Memberikan soal 3. Powerpoint
UAS

Penyajian 1. Memberikan soal 1. Mengerjakan 1. Sikap 1. Papan


UAS soal UAS di 2. Tulisan Tulis
kertas HVS 3. Kinerja 2. Handout
3. Powerpoint
Penutup 1. Mengumpulkan 1. Menyelesaikan Tulisan 1. Papan
lembar jawaban soal UAS Tulis
UAS 2. Handout
3. Powerpoint

Kinerja
Setiap mahasiswa harus mampu menjawab soal-soal UAS dengan baik.

Referensi :
1. Kastroud., (1987), “Matematika untuk Teknik”, Jakarta : Penerbit Erlangga.
2. Bill Cox (2001), “Understanding Engineering Mathematics”, Great Britain, MPG
Books Ltd. Bodmin, Cornwall
RANCANGAN TUGAS
Bahan Kajian : Bilangan dan Pemfaktoran
Kode/SKS : TKM102/2 SKS
Program Studi : Teknik Mesin
Pertemuan Ke : 1-3 (Minggu 1-3)
Dosen : Primawati, M.Si

A. TUJUAN TUGAS
Memahami dan mengetahui teori-teori tentang bilangan dan mampu memfaktorkan
persamaan kuadrat

B. URAIAN TUGAS
a. Objek Garapan:
 Bilangan dan Pemfaktoran
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan
 Mengerjakan soal-soal yang diberikan secara individu
c. Metode/Cara pengerjaan
 Tiap mahasiswa diberikan soal-soal untuk dikerjakan
 Soal dikerjakan secara individu
C. KRITERIA
 Laporan individu
 Kemampuan dasar matematika
RANCANGAN TUGAS

Bahan Kajian : Fungsi dan Deret


Kode/SKS : TKM102/2 SKS
Program Studi : Teknik Mesin
Pertemuan Ke : 4-9 (Minggu 4-9)
Dosen : Primawati, M.Si

A. TUJUAN TUGAS
Memahami dan mengetahui teori-teori tentang fungsi, fungsi eksponen, logaritma, dan
tentang deret hitung

B. URAIAN TUGAS
a. Objek Garapan: Fungsi dan deret
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan
Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan lengkap, dari mulai hingga hasil
jawaban.
c. Metode/Cara pengerjaan
 Mahasiswa dibagi kelompok kecil
 Setiap kelompok mengerjakan soal yang diberi dengan berdiskusi.
C. KRITERIA
 Laporan kelompok
 Menghasilkan ringkasan diskusi kelas
RANCANGAN TUGAS

Bahan Kajian : Sistem Koordinat


Kode/SKS : MES 001/3 Sks & MES 106/2 Sks
Program Studi : Teknik Mesin
Pertemuan Ke : 10-11 (Minggu 10-11)
Dosen : Primawati, M.Si

A. TUJUAN TUGAS
Memahami dan Mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan koordinat
kartesan/kartesius dan koordinat polar

B. URAIAN TUGAS
a. Objek Garapan: Siste koordinat
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan
Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan lengkap, dari mulai hingga hasil
jawaban.
c. Metode/Cara pengerjaan
 Mahasiswa dibagi kelompok kecil
 Setiap kelompok mengerjakan soal yang diberi dengan berdiskusi.
C. KRITERIA
 Laporan kelompok
 Menghasilkan ringkasan diskusi kelas
RANCANGAN TUGAS

Bahan Kajian : Logika dan Himpunan


Kode/SKS : TKM102/2 SKS
Program Studi : Teknik Mesin
Pertemuan Ke : 12-15 (Minggu 12-15)
Dosen : Primawati, M.Si

A. TUJUAN TUGAS
Memahami dan Mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan logika dan teori
himpunan

B. URAIAN TUGAS
a. Objek Garapan: Integral tentu
b. Yang harus dikerjakan: Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan lengkap, dari
mulai hingga hasil jawaban.
c. Metode/Cara pengerjaan
 Mahasiswa dibagi kelompok kecil
 Setiap kelompok mengerjakan soal yang diberi dengan berdiskusi.
C. KRITERIA
 Laporan kelompok
 Menghasilkan ringkasan diskusi kelas
BAHAN AJAR (HAND OUT)

Bahan Kajian : Bilangan dan Pemfaktoran


Kode/SKS : TKM102/2 SKS
Program Studi : Teknik Mesin
Pertemuan Ke : 1-3 (Minggu 1-3)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Memahami dan mengetahui teori-teori tentang bilangan dan mampu memfaktorkan
persamaan kuadrat

Materi

Bilangan
Perpangkatan
Pemfaktoran persamaan kuadrat
HANDOUT BAGIAN 1. BILANGAN DAN PEMFAKTORAN

A. BILANGAN

“Berhitung mulai!”
1, 2, 3 ,4 ,5, …
Bilangan ini kita namakan bilangan asli atau bilangan natural.
Nol, 0, ditempatkan pada kelompok yang lain. 0 adalah batas antara bilangan negatif dan positif.
-1, -2, -3, -4, … Kita namakan sebagai bilangan negatif.
Dan penuhnya,
{.., -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, …}
Dinamakan sebagai integer atau bilangan bulat.
Bilangan yang bisa ditulis dalam bentuk

misalnya , −

Termasuklah integer itu sendiri, seperti 7 =

Dinamakan sebagai bilangan rasional atau pecahan. Namun, didalam perhitungan sehari-hari,
terkadang sering dijumpai nilai-nilai yang tidak bisa ditulis dalam bentuk rasional, misalkan
√2, √3 dan , bilangan-bilangan ini dinamakan sebagai bilangan irasional.
Himpunan semua bilangan: integer, rasional dan irasional dinamakan sebagai himpunan
bilangan nyata atau bilangan riil. Ada juga bilangan yang dinakana sebagai bilangan
kompleks, ciri utamanya terdapat i pada bilangan tersebut ( = √−1.
Kembali ke bilangan 0. Khusus untuk bilangan ini.Suatu bilangan jika dibagi 0, atau atau

atau atau lainnya, hasilnya adalah tidak terdefenisi (bukan tak hingga!). Tak hingga yang

disimbolkan ∞ sejatinya bukanlah suatu bilangan. Tak hingga adalah sebuah konsep, “diatas
langit masih ada langit”. Terkadang orang-orang menuliskan ∞ bermaksud, “tuliskah bilangan
sebesar yang anda inginkan.”
Latihan 1
Untuk setiap bilangan, pilih satu atau lebih penjelasan berdasarkan pilihan berikut ini:
(a) integer, (b) negatif, (c) bilangan rasional (pecahan), (d) nyata, (e) irasional, (f)
desimal, (g) prima. [(i) sudah dikerjakan sebagai contoh]
Latihan 2
Sama seperti soal di atas, cocokkan sesuai penjelasannya. (a) tak terhingga, (b) tidak
eksis, (c) negatif, (d) nol, (e) terhingga, (f) bukan nol.

Simbol pertidaksamaan
Bilangan nyata letaknya berurutan. Karena itu, kita sering mendengar istilah, bilangan a lebih
kecil, sama dengan, atau lebih besar daripada bilangan lain, misalkan bilangan b. Untuk
mengekspresikan ini, kita gunakan simbol pertidak samaan, < dan ≤, > dan ≥.
> bermaksud, a lebih besar dari b. contohnya 9 > 7
< bermaksud, a lebih kecil dari b. contohnya 2 < 5
≥ bermaksud, a lebih besar atau sama dengan b. ≤ bermaksud, a lebih kecil atau sama
dengan b. Hati-hati dengan simbol ini. Adakalanya penggunaan simbol tidak sama " ≠ "
diperlukan untuk beberapa kasus.
Juga perlu diperhatikan untuk perubahan simbol.
Jika > > 0, maka − < − dan < . Contoh 6 > 2, maka −6 < −2 dan < .

Terkadang kita ingin nilai positif saja dari suatu bilangan. Untuk itu digunakan modulus atau
nilai mutlak. Nilai mutlak x = | |. Contoh:
|−4| = 4
Defenisisnya, | | tidak pernah negatif, atau | | ≥ 0.
Catat bahwa, | | < bermaksud − < < . Misalkan, | | < 5 bermaksud −5 < < 5.
Latihan 3
Tuliskan dalam bentuk simbol:
(i) x adalah bilangan positif, bukan nol (x > 0)
(ii) x berada diantara 1 dan 2
(iii) x berada diantara -1 dan 3
(iv) x sama dengan atau lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari 2
(v) nilai mutlak x kecil dari 2

Faktor Prima
Bilangan Prima adalah bilangan integer positif yang tidak bisa dituliskan sebagai hasil kali
bilangan lain yang lebih kecil.
10 bilangan prima terawal adalah: 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29.
Perlu diketahui, bahwa tidak ada rumus khusus untuk mendapatkan suatu bilangan prima ke-n.
Dan 2 adalah satu satunya bilangan prima yang genap.
Suatu bilangan bisa dituliskan sebagai hasil perkalian bilangan prima,
12 = 2 × 2 × 3 = 2 3
Ini dinamakan sebagai pemfaktoran. Pada contoh diatas, 2 dan 3 merupakan faktor prima
(selanjutnya disebut faktor saja) bagi 12.

Latihan 4
Tuliskan dalam bentuk faktor prima

Manipulasi Bilangan
Operasi dasar dalam perhitungan aritmatika adalah: tambah, kurang, kali dan bagi atau sebagian
kita mengenal sebagai KABATAKU. Operasi-operasi ini melibatkan bilangan-bilangan
didalamnya. Jika kita beranjak lebih umum, dengan menggunakan simbol-simbol, maka ini
mengantarkan kedalam pembahasan aljabar.
Tambah disimbolkan dengan ‘ + ‘.
6 + 3 = 9 = 3 + 6 (Penambahan bersifat komutatif)
Kurang disimbolkan dengan ‘ - ‘
6 - 3 = 3 = -(3 – 6)
Kali disimbolkan dengan ‘ × ‘ (dalam aljabar, × disimbolkan sebagai )
6 × 3 = (6)(3) = 18 = 3 × 6 (perkalian bersifak komutatif)
Terkadang, digunakan juga . sebagai simbol perkalian. Hanya saja, terkadang ini
membingungkan dengan notasi desimal pada aritmatika.
Bagi disimbolkan sebagai ÷ atau / atau . Contohnya 6 ÷ 3 = = = 2.

(tentunya 6 ÷ 3 ≠ 3 ÷ 6, pembagian tidak berlakuk sifat komutatif)


Kurung, selain KABATAKU, dalam aritmatika juga harus memperhitungkan tanda
kurung. Secara umum, perhitungan dalam aritmatika urutannya adalah seperti ini ( ), ×, ÷
, +, −. Dahulukan tanda kurung, kali, bagi, tambah dan kurang. KUKABATAKU.
Latihan 5
Evaluasi menggunakan KUKABATAKU

Pecahan atau Bilangan Rasional merupakan bilangan yang bisa ditulis kedalam bentuk

≠0

m dinamakan sebagai pembilang


n dinamakan sebagai penyebut ≠ 0, sebab jika 0, hasilnya tidak terdefenisi)
Bilangan yang dituliskan seperti 2 (maksudnya 2 + ) dinamakan sebagai bilagan

pecahan campuran. Dalam matematika, sebaiknya penggunaan pecahan campuran


diganti kedalam bentuk pecahan biasa. 2 bisa ditulis sebagai misalnya. Sebab dalam
perhitungan, pecahan biasa akan lebih mudah berbanding pecahan campuran dan untuk
menghindari kesalahan persepsi 2 × = 1.

Suatu pecahan bisa disederhanakan, jika faktor prima antara peneyebu dan pembilang ada
yang sama. Contoh.
6 2×3 2 2 1
= = = =
12 3 × 4 4 2 × 2 2
Perhatikan bahwa = hanya saja, dituliskan dalam bentuk yang lebih sederhana.

Perkalian pecahan

Invers pecahan

Pembagian pecahan

Untuk penjumlahan dan pengurangan, jika penyebutnya sama, cukup jumlahkan


pembilangnya:

Jika penyebutnya berbeda, samakan terlebih dahulu penyebutnya tersebut. Contohnya

Latihan 6
Sederhanakan
B. PERPANGKATAN

Pangkat dalam bilangan bermaksud, cara singkat penulisan hasil kali suatu bilangan terhadap
dirinya sendiri.

Secara umum, untuk suatu bilangan a.

n kali
a dinamakan sebagai basis, dan n sebagai pangkat. cukup ditulis sebagai .
Dan perlu dicatat dan diingat,
= 1 ( ≠ 0).
Dan untuk pangkat negatif,
= .

Atau secara umum


= .

Sifat-sifat dalam perpangkatan:


Catat lagi: untuk setiap pangkat n.
1 =1
Contoh:

Latihan 1
Tuliskan dalam bentuk paling sederhana [(i) sebagai contoh]

2. Akar Pangkat
Untuk bilangan positif a. Akar pangkat 2 bagi a ditulis sebagai √ . Sedangkan secara
umum Akar pangkat n bagi a ditulis sebagai √ .. Perhatikan contoh berikut:
√4 = 2 sebab 2 = 4
√8 = 2 sebab 2 = 4
Namun perhatikan, karena (−2) = 4. Maka akar suatu bilangan bisa saja memiliki dua
buah nilai, misalkan √4, haslinya bisa jadi 2 atau -2 atau √4 = ±2 . Ini berlaku untuk nilai
pangkat yang genap (n = 2, 4, 6, …). Sedangkan untuk akar pangkat yang ganjil untuk bilangan
yang negatif, hasilnya adalah negatif √−8 = −2.
Dan perlu diingat, untuk akar pangkat yang genap, bilangan didalamnya tidak boleh
negatif. Sebab, jika negatif, hasilnya adalah berupa bilangan kompleks, √−1 = .
Untuk bilangan-bilangan yang irasional, seperti √2, √3 dan √5, penulisan dikekalkan saja
seperti itu. Atau kalau mau ditulis tanpa akar, tuliskan untuk beberapa angka dibelakang koma,
√2 = 1.4142 (ingat, ini hanya nilai pendekatan).
Selain itu, penulisan akar pangkat juga bisa seperti berikut:

√ =
Atau secara umum

√ =
Bentuk ini dinamakan radikal.

Berikut sifat-sifat dalam perpangkatan


Penjumlahan
Pembagian

Pangkat
Pangkat untuk perkalian
Pangkat untuk pembagian

Pangkat 0
Pangkat negatif

Darabkan nombor-nombor dengan asas yang sama dengan mencampurkan indeksnya.

Pembahagian

Pengeksponenan pengeksponenan

Pengeksponenan pendaraban
Pengeksponenan pembahagian
Pengeksponenan pembahagian boleh dilakukan dengan mengagihkan indeks pada
pengangka dan penyebut.

Indeks sifar
Sebarang nombor kuasa sifar sama dengan 1.

Indeks negatif
Indeks negatif bererti salingan.

Latihan 2
Tuliskan bilangan-bilangan dibawah dalam bentuk √2 dan √3

3. Notasi Desimal

Latihan 3
1. Tuliskan dalam bentuk desimal
2. Tuliskan dalam bentuk pecahan
3. Tuliskan dalam bentuk notasi saintifik
3. Notasi Saintifik
Bilan
Latihan 4
1. Dapatkan nilai estimasi dari bilangan berikut

C. PEMFAKTORAN PERSAMAAN KUADRAT


Pada bagian ini akan dibahas mengenati pemfaktoran persamaan kuadrat. Ada beberapa cara
untuk melakukan pemfaktoran, dan kali ini akan beberapa cara untuk memfaktorkan persamaan
kuadrat.

Cara I

Bentuk ax2 + bx + c dapat kita tulis sbb:

Jika ruas kanan kita uraikan maka diperoleh bentuk sbb:

Perhatikan suku-suku pada ruas kiri dan ruas kanan dari persamaan (B) tersebut, maka
haruslah

a1 . a 2 = a , c1 . c2 = c , dan (a1.c2 + a2.c1 ) = b


Dengan kata lain, kita harus menemukan sepasang factor dari a (koefisien x2) dan
sepasang factor dari konstanta c yang tepat, sehingga jumlah dari hasil kali sepasang
factor a dan c sama dengan b (koefisien x).

Untuk memudahkan dapat kita buat skema berikut :

Contoh 1

Faktorkanlah 3x2 +11 x – 20 !

Selanjutnya dengan coba-coba dan periksa, temukan jumlah dari hasil perkalian sepasang
factor dari 3 dan (-20) sehingga jumlahnya = 11.

Sepasang factor dari 3 adalah (±3, ±1) dan

Selanjutnya kita dapat menghitung pasangan factor yang tepat yaitu, (3, 1) dan (-4, 5) ,
karena

3 x 5 + 1 x (-4)= 15 – 4 = 11 , memenuhi syarat : a1.c2 + a2.c1 = b

Tampak dengan cara seperti ini, bentuk pemfaktoran langsung diperoleh.


Cara ini cocok untuk siswa yang terampil dalam penjumlahan dan perkalian bilangan
bulat.

Contoh 2

Faktorkanlah -6x2 – x + 35 !

Diketahui : a = -6 , b = -1 dan c = 35

Dengan cara coba dan periksa, kita dapat memeriksa jumlah hasil perkalian pasangan factor-
faktor yang memenuhi syarat.

Pasangan factor yang memenuhi yaitu, (+2 , -3) dan (5 , 7) , karena 2 x 7 + (-3) x 5 = 14 – 15
= -1

Memenuhi syarat: a1.c2 + a2.c1 = b

Cara II

Dengan menggunakan sifat Distributif

Bentuk ax2 + bx + c dapat kita tulis sbb:

ax2 + bx + c = ax2 + px +qx + c

Langkah pemfaktoran ini pada dasarkan mengubah bentuk suku 3 menjadi suku 4 dengan
mengubah suku bx menjadi bentuk penjumlahan px + qx dengan pq = ac, kemudian langkah
selanjutnya pemfaktoran dengan menggunakan sifat distributive.

Dengan skema seperti diatas .


Contoh 3

Faktorkanlah 3x2 +11 x – 20 !

Diketahui: a = 3 , b = 11 , c = -20

Karena jumlahnya 11, untuk memudahkan kita mulai coba dan periksa dalam menentukan
faktornya dari bilangan negative. Pasangan factor dari (-60) yang memenuhi adalah -4 dan
+15.

Selanjutnya bentuk kuadrat tersebut dapat ditulis sbb:

3x2 +11 x – 20 = 3x2 +15 x – 4x – 20

= 3x (x + 5) – 4 (x +5) (sifat Distributif)

=(x + 5) (3x – 4) (sifat Distributif)

Atau dapat anda tulis sbb:

3x2 +11 x – 20 = 3x2 – 4x + 15x – 20

= x (3x – 4) + 5 (3x – 4) (sifat Distributif)

= (3x – 4) ( x + 5) (sifat Distributif)

Hasilnya sama.

Contoh 4

Faktorkanlah -6y2 – y + 35 !

Diketahui : a = -6 , b = -1 dan c = 35

Karena jumlah faktornya -1, dengan coba dan periksa untuk memudahkan menentukan
pasangan faktornya, mulailah dari bilangan positif dengan mempertimbangkan syarat
jumlahnya -1 dan kemudian lakukan operasi pembagian.

Pasangan factor-faktor dari -210 yang memenuhi adalah (14 , -15).


Selanjutnya bentuk kuadrat tersebut dapat ditulis sbb:

-6y2 – y + 35 = -6y2 – 15y +14y + 35

= -3y ( 2y + 5 ) + 7 ( 2y + 5 ) (sifat Distributif)

= ( 2y + 5 ) ( -3y + 7 ) (sifat Distributif)

Cara III

Cara ini hanya penyederhanaan dari cara III. .

Contoh 5

Faktorkanlah -6x2 – x + 35 !

Diketahui : a = -6 , b = -1 dan c = 35

Selanjutnya tulis seperti pada skema berikut;

Langkah ini dan langkah-langkah berikut yang sering saya gunakan, karena langkah-langkah
pemfaktoran dapat kita tulis langsung berikut perhitungan bisa diselesaikan dalam benak kita.

Dari beberapa cara, silahkan gunakan cara yang anda rasa lebih mudah dan dapat dipahami.

Simpulan:
Dari semua cara yang telah diuraikan di atas, penentuan factor-faktor dari ac yang
jumlahnya sama dengan b merupakan syarat perlu serta dalam penentuan factor-faktornya
menggunakan cara coba-coba dan periksa. (try and check).

Sekarang dapatkah kita menentukan factor-faktor nya secara langsung (tanpa coba
dan periksa)? Tentu BISA

Simak uraian berikut ….

Cara IV

Bentuk kuadrat ax2+ bx + c , dengan a,b, c ε R , dan a ≠ 0 , dapat kita tulis;

dengan p.q = ac , dan p + q = b dengan p,q ε bilangan Bulat

Jika anda analisa nilai p dan q merupakan bilangan bulat, sedangkan himpunan bilangan
bulat merupakan himpunan bagian (sub set) dari himpunan bilangan rasional.

Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk r / s dengan s ≠ 0
dan r dan s adalah bilangan bulat .

Dan jika anda analisa dari bentuk ax2+ bx + c =(a1x + p)(a2x +q) , nilai b2 – 4ac
(disebut diskriminan) merupakan bilangan kuadrat, sehingga dapat ditulis :

b2 – 4ac = k2 , dengan k bilangan bulat positif. Atau

Selanjutnya;

b2 – 4ac = k2

↔ b2 – k2 = 4ac

↔ (b + k) (b – k) = 4pq

Karena p dan q factor dari ac yang merupakan bilangan bulat tertentu, maka dapat kita
tentukan
Gunakan rumus ini untuk menentukan factor-faktornya !

Contoh 6

Faktorkanlah -6x2 – x + 35 !

Diketahui : a = -6 , b = -1 dan c = 35

Contoh 7

Faktorkanlah -6x2 – x + 35 !

Menggunakan cara III

Dengan menggunakan rumus diatas diperoleh pasangan factor yang tepat adalah (+14 , -15)

Langkah pertama kita faktorkan -6x2 –15 x = -3x(2x + 5) , kemudian kita tulis:
Jadi, -6x2 – x + 35 = (-3x + 7) (2x + 5)
BAHAN AJAR (HAND OUT)

Bahan Kajian : Fungsi dan Deret


Kode/SKS : TKM102/2 SKS
Program Studi : Teknik Mesin
Pertemuan Ke : 4-9 (Minggu 4-9)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Memahami dan mengetahui teori-teori tentang fungsi, fungsi eksponen, logaritma, dan
tentang deret hitung

Materi
Fungsi
Fungsi eksponen
Logaritma
Deret aritmatika
Deret geometri
HANDOUT BAGIAN 2. FUNGSI DAN DERET

A. FUNGSI
Dalam berbagai aplikasi, korespondensi/hubungan antara dua himpunan sering terjadi. Sebagai
4
V   r3
contoh, volume bola dengan jari-jari r diberikan oleh relasi 3 . Contoh yang lain,

tempat kedudukan titik-titik ( x, y ) yang jaraknya 1 satuan dari titik pangkal O adalah

x 2  y 2  1 . Ada hal penting yang bisa dipetik dari contoh di atas. Misalkan X menyatakan

himpunan semua absis lebih dari atau sama dengan 1 dan kurang dari atau sama dengan 1,
sedangkan Y himpunan ordinat lebih dari atau sama dengan 1 dan kurang dari atau sama
dengan 1. Maka elemen-elemen pada X berkorespondensi dengan satu atau lebih elemen pada Y.
2 2
Selanjutnya, korespondensi x  y  1 disebut relasi dari X ke Y. Secara umum, apabila A
dan B masing-masing himpunan yang tidak kosong maka relasi dari A ke B didefinisikan
sebagai himpunan tak kosong R  A  B .

A B

a1 b1
a2 b2
a3 b3
b4

Gambar 2.1.1 Relasi dari himpunan A ke B

Jika R adalah relasi dari A ke B dan x  A berelasi R dengan y  B maka ditulis:


( a, b)  R atau aRb atau b  R(a)
Apabila diperhatikan secara seksama, ternyata dua contoh di atas mempunyai perbedaan yang
mendasar. Pada contoh yang pertama setiap r  0 menentukan tepat satu V  0 . Sementara pada
contoh yang ke dua, setiap x  [1,1] berelasi dengan beberapa (dalam hal ini dua) nilai
x  [1,1] yang berbeda. Relasi seperti pada contoh pertama disebut fungsi.

Definisi Diketahui R relasi dari A ke B. Apabila setiap x  A berelasi R dengan tepat


satu y  B maka R disebut fungsi dari A ke B.

Jadi, relasi R dari A ke B disebut fungsi jika untuk setiap x  A terdapat tepat satu y  B

sehingga b  R (a ) .

Sebagai contoh, misalkan X  1, 2 dan Y  3, 6. Himpunan (1, 3), (2, 3) merupakan
fungsi dari X ke Y, karena setiap anggota X berelasi dengan tepat satu anggota Y. Demikian

pula, himpunan (1, 6), (2, 3) merupakan fungsi dari X ke Y. Sementara himpunan
(1, 3), (1, 6), (2, 3) bukan merupakan fungsi dari X ke Y, karena ada anggota X, yaitu 1, yang
menentukan lebih dari satu nilai di Y.
Fungsi dinyatakan dengan huruf-huruf: f, g, h, F, H, dst. Selanjutnya, apabila f
merupakan fungsi dari himpunan A ke himpunan B, maka dituliskan:
f:AB
Dalam hal ini, himpunan A dinamakan domain atau daerah definisi atau daerah asal, sedangkan
himpunan B dinamakan kodomain atau daerah kawan fungsi f. Domain fungsi f ditulis
dengan notasi Df, dan apabila tidak disebutkan maka disepakati bahwa domain fungsi f adalah
himpunan terbesar di dalam R sehingga f terdefinisikan atau ada. Jadi:
D f  x  R : f ( x) ada ( terdefinisikan)

Himpunan semua anggota B yang mempunyai kawan di A dinamakan range atau daerah
Rf
hasil fungsi f, ditulis atau Im(f) (Perhatikan Gambar 2.1.2).

A B



● ●
Rf

Gambar 2.1.2

Jika pada fungsi f : A  B , sebarang elemen x  A mempunyai kawan y  B, maka


dikatakan “y merupakan bayangan x oleh f “ atau “y merupakan nilai fungsi f di x” dan ditulis
y = f(x).
A B

f
x y

Gambar 2.1.3 f fungsi dari himpunan A ke B.

Selanjutnya, x dan y masing-masing dinamakan variable bebas dan variabel tak bebas.
Sedangkan y = f(x) disebut rumus fungsi f.

Contoh 2.1.2 Tentukan domainnya.

x
f ( x) 
1 f ( x)  f ( x) 
1
 ln( x 2  x  6)
2
a. x2 b. x 1 c. x5
Penyelesaian:
Suatu hasil bagi akan memiliki arti apabila penyebut tidak nol. Oleh karena itu,
 
terdefinisikan   x  R : x  2  0  R  {2}
1
D f  x  R :
 x2 
Karena akar suatu bilangan ada hanya apabila bilangan tersebut tak negatif, maka:
 x   x 
D f  x  R : ada    x  R :  0
 x2 1   x2 1 
 x  R :  1  x  0 atau x  1  (1,0]  (1, ).
Suatu jumlahan memiliki arti apabila masing-masing sukunya terdefinsikan. Sehingga:
 1 
D f  x  R :  ln( x 2  x  6) ada 
 x5 
 1 
 x  R : ada dan ln( x 2  x  6) ada 
 x5 

 x  R : x  5  0 dan ( x 2  x  6)  0 
 x  R : x  5 dan ( x  2 atau x  3)
 x  R : x  5 dan x  2 atau x  R : x  5 dan x  3)

= (  ,5)  (5,2)  (3,  ) .


2
Contoh 2.1.3 Jika f ( x)  3 x  (1 x) , maka tentukan:

a. f (1) b. f ( x  2) c. f (1 x) d. f ( x   x )
Penyelesaian:
2
a. f (1)  3.(1)  (1  1)  2 .
2 2
b. f ( x  2)  3( x  2)  1 ( x  2)  3 x  12 x  12  1 ( x  2) .

f (1 x)  3.(1 x) 2 
1
1x
 
 3 x2  x
c. .
2 2 2
d. f ( x   x)  3.( x   x)  1 ( x   x)  3 x  6 x. x  ( x)  1 ( x   x) .

Fungsi Surjektif, Fungsi Injektif, dan Fungsi Bijektif


Berikut diberikan beberapa fungsi yang memenuhi syarat-syarat tertentu . Diberikan

fungsi f : A  B .
(i). Apabila setiap anggota himpunan B mempunyai kawan anggota himpunan A, maka f
disebut fungsi surjektif atau fungsi pada (onto function).

A B
●b1
a1●
●b2
a2●
●b3
a3●
a4●

Gambar 2.1.4 f fungsi surjektif dari himpunan A ke himpunan B


(ii). Apabila setiap anggota himpunan B mempunyai yang kawan di A, kawannya tunggal,
maka f disebut fungsi injektif atau fungsi 1-1 (into function).

A B
●b1
a1 ● ●b2
a2 ● ●b3
a3● ●b4
●b5

Gambar 2.1.5 Fungsi injektif dari A ke B

(iii). Jika setiap anggota himpunan B mempunyai tepat satu kawan di A maka f disebut fungsi
bijektif atau korespodensi 1-1. Mudah dipahami bahwa korespondensi 1-1 adalah fungsi
surjektif sekaligus injektif.

A B

a1● ● b1
a2● ● b2
a3● ● b3
a4● ● b4

Gambar 2.1.6 Korespondensi 1 – 1.

Operasi Pada Fungsi

Diberikan skalar real  dan fungsi-fungsi f dan g. Jumlahan f  g , selisih f  g , hasil

kali skalar  f , hasil kali f .g , dan hasil bagi f g masing-masing didefinisikan sebagai berikut:
( f  g )( x )  f ( x )  g ( x ) ( f  g )( x )  f ( x )  g ( x )
( f )( x )   f ( x ) ( f .g )( x )  f ( x ).g ( x )
f f ( x)
( )( x)  , asalkan g ( x)  0
g g ( x)
Domain masing-masing fungsi di atas adalah irisan domain f dan domain g, kecuali untuk

f g , D f g  x  D f  D g : g ( x)  0 .

Contoh 2.1.4 Jika f dan g masing-masing:


1
g ( x) 
f ( x)  x 1 x5

maka tentukan: f  g , f  g , f .g , dan f g beserta domainnya.


Penyelesaian:

f  g ( x)  x  1 
1
f  g ( x)  x  1 
1
x5 x5
x 1
 f .g ( x)  x  1. 1 f g ( x) 
x5 x5
D f  [1, ) dan D g  R  {5}
Karena , maka f  g , f  g , f .g , dan f g masing-masing

mempunyai domain: [1, ) .

Fungsi Invers

Diberikan fungsi f : X  Y . Kebalikan (invers) fungsi f adalah relasi g dari Y ke X. Pada


umumnya, invers suatu fungsi belum tentu merupakan fungsi. Sebagai contoh, perhatikan
Gambar 2.1.7 di bawah ini.

A B
f










Gambar 2.1.7
Apabila f : X  Y merupakan korespondensi 1 – 1, maka mudah ditunjukkan bahwa
1
invers f juga merupakan fungsi. Fungsi ini disebut fungsi invers, ditulis dengan notasi f .
Perhatikan Gambar 2.1.8 berikut.

X f Y

x● ●y

f 1

Gambar 2.1.8

Jadi:
D f 1  R f dan R f 1  D f
x  f 1 ( y )  y  f ( x) dengan

x 1
1 f ( x)  1 
Contoh 2.1.5 Tentukan f jika diketahui 3x  2 .

Penyelesaian:
x 1
y  f ( x)  1 
3x  2
x 1
 1 y 
3x  2
 (1  y )(3 x  2)  x  1
 3 x  3 xy  2 y  2  x  1
 2 x  3 xy  2 y  3
2y 3
 x  f 1 ( y )
2  3y
2x  3
f 1 ( x) 
Jadi, 2  3x .
Contoh 2.1.6 Tentukan inversnya jika diketahui:
 x jika x  0


 1 jika x  0
f ( x)  

 1 jika x  0
x 1

Penyelesaian: (i). Untuk x  0 , y  f ( x )   x  0 . Sehingga:

x   y  f 1 ( y ) y0
1
(ii). Untuk x  0 , f (0)  1 . Sehingga, diperoleh: 0  f (1) .
(iii).Untuk x  0 ,
1 1
y  f ( x)    1
x 1 0 1
atau:
1 1 y
x 1   f 1 ( y ) y  1
y y
Selanjutnya, dari (i), (ii), dan (iii) diperoleh:
 x jika x  0


1  0 jika x  1
f ( x)  

1 x jika x  1
 x
 .

Fungsi Komposisi
2
Perhatikan fungsi y  x  1 . Apabila didefinisikan y  f (u )  u dan

u  g ( x)  x 2  1 maka dengan substitusi diperoleh y  f (u )  f ( g ( x))  x 2  1 , yaitu rumus

fungsi yang pertama disebutkan. Proses demikian ini disebut komposisi. Secara umum dapat
x  Dg
diterangkan sebagai berikut. Diketahui f dan g sebarang dua fungsi. Ambil sebarang .
g ( x)  D f
Apabila maka f dapat dikerjakan pada g (x ) dan diperoleh fungsi baru
h( x )  f ( g ( x )) . Ini disebut fungsi komposisi dari f dan g, ditulis f  g .

Definisi Fungsi komposisi dari f dan g, ditulis f  g , didefinisikan sebagai:


 f  g ( x)  f ( g ( x)) ,

dengan domain D f  g  x  D g : g ( x)  D f . 

f g

y  g (x )
x● ● ●
z  f ( g ( x ))
g f

Gambar 2.1.9 Fungsi komposisi f  g

Contoh 2.1.7 Jika f(x) = x2 dan g(x) = x1 maka tentukan fungsi-fungsi berikut beserta
domainnya.

a. f  g b. g  f c. f  f d. g  g
Penyelesaian:

a.  f  g ( x)  f ( g ( x))  f ( x  1)  ( x  1) , dengan domain f  g


2 D R
.

b.  g  f ( x)  g ( f ( x))  g ( x )  x  1 , dengan domain g  f


2 2 D R
.

c.  f  f ( x)  f ( f ( x))  f ( x )  x , dengan domain f  f


2 4 D R
.

d. g  g ( x)  g ( g ( x))  g ( x  1)  ( x  1)  1  x  2 , dengan domain g  g


D R
.█

2
Contoh 2.1.8 Jika f ( x)  1  x dan g ( x)  2 x maka tentukan fungsi-fungsi berikut ini
2

beserta domainnya.

a. f  g b. g  f
Penyelesaian:

a.
 f  g ( x)  f ( g ( x))  f (2 x 2 )  1  (2 x 2 ) 2  1  4 x 4 , dengan domain:

  
D f  g  x  D g : g ( x)  D f  x  R :  1  2 x 2  1 
 

 x  R : 0  x 2  1 2  x  R :

1
2
2x
1 
2
2 .

b. g  f ( x)  g ( f ( x))  g ( 1  x 2 )  2(1  x 2 ) , dengan domain:

 
D g  f  x  D f : f ( x)  D g  x  R :  1  x  1
.

Contoh 2.1.9 Tentukan f  g jika diketahui:


 x
 x 1 jika x  1
1  x jika x  0 
 g ( x)  
f ( x)   2 x  1
1 x jika x  1
jika x  0 
 

Penyelesaian:
x x 11 1
g ( x)    1 1 0
(i). Untuk x  1 , x 1 x 1 x 1 . Sehingga:
x
( f  g )( x)  f ( g ( x))  1  g ( x)  1 
x 1

(ii).Untuk x  1 , g ( x )  2 x  1  2.1  1  1 . Karena g ( x )  1 , maka dapat dibedakan menjadi


0  g ( x )  1 dan g ( x )  0 . Selanjutnya,

(a). 0  g ( x )  1 apabila 0  2 x  1  1 atau 1 2  x  1 . Hal ini berakibat, untuk


1 2  x  1,

( f  g )( x )  f ( g ( x ))  1  g ( x )  1  ( 2 x  1)  2 x

(b). g ( x )  0 apabila 2 x  1  0 atau x  1 2 . Jadi, untuk x  1 2 diperoleh:


( f  g )( x)  f ( g ( x))  1 g ( x)  1 (2 x  1)
Dari (i) dan (ii), diperoleh:
 x
1  x  1 jika x  1


 2x jika 1 2  x  1
( f  g )( x)  

 1 jika x  1 2
 2x  1

B. MENGGAMBAR GRAFIK FUNGSI DALAM KOORDINAT CARTESIAN


Secara umum cara yang digunakan untuk menggambarkan sebuah grafik fungsi dalam
koordinat Cartesian adalah sbb :
a. Berdasarkan interval yang diberikan, tentukan titik-titik yang dilalui fungsi ybs dalam
sebuah table sbb :

x ….. …. …. …. ….
y ….. ….. ….. ….. …..

b. Gambarkan koordinat masing-masing titik dalam table pada bidang Cartesian


c. Hubungkan dengan busur masing-masing titik (koordinat) pada (b)

Contoh :
 Grafik hanya pada interval tertentu :
Contoh-1 :
2
Gambar grafik y= x , pada -1x2

x -1 0 1 2
y 1 0 1 4
Y

Contoh-2 :
4, jika x  0
Gambar grafik y =
2
4- x , jika x>0

x -2 -1 0 1 2
y 4 4 4 3 0

-2 -1 0 2
Contoh-3 :
-1, bila x < 0
Gambar grafik y = x, bila 0 x  1
1, bila x > 1

x -2 -1 0 1 2 3 4 5
y -1 -1 0 1 1 1 1 1

 Grafik yang mengandung harga mutlak.

Definisi harga mutlak :

-a, jika a< 0


|a| =
a, jika a 0

Contoh-4 :
Gambar grafik y = |x|
-x, jika x < 0
 y = |x| =
x, jika x  0
x -2 -1 0 1 2
y 2 1 0 1 2

C. Logaritma
Sifat satu kesatu yang mengakibatkan fungsi f ( x)  a x untuk a  0 dan a  1
mempunyai invers, yang dinamakan fungsi logaritma dengan bilangan dasar a, dan ditulis
1
y f ( x)  a log x

1
berdasarkan sifat invers y  f ( x)  x  f ( y ) diperoleh definisi logaritma berikut.

y  a log x  x  a y , a  0, a  1

Sesuai dengan daerah asal dan daerah eksponen, untuk y  a log x berlaku kondisi a  0 dan
y  R . Karena grafik fungsi dan inversnya simetri terhadap garis y = x, maka grafik fungsi
logaritma diperoleh dengan mencerminkan kurva f (x) = ax terhadap garis y = x.
Logaritma Natural

Logaritma natural adalah logaritma yang berbasis e, dimana e adalah 2.718281828459...

(dan seterusnya). Logaritma natural terdefinisikan untuk semua bilangan real positif x dan dapat

juga didefinisikan untuk bilangan kompleks yang bukan 0. Aturan pangkat, tidak dapat

memberikan fungsi yang antiturunannya adalah 1/x. Tetapi, dengan menggunakan Teorema

Dasar Kalkulus kitadapat mendefinisikan fungsi melalui integral yang turunannya adalah

1/x.Fungsi ini kita sebut logaritma natural dari x, ditulis ln x. Dapat dibuktikan, tapi tidak

diberikan pada kuliah ini, bahwa fungsi ini sama dengan fungsi logaritma berbasis e yang telah

kita kenal di SMA. Fungsi logaritma natural didefinisikan sebagai :

x
1
ln x   dt , x  0
1
t
ln x  e log x

Notasi

 Ahli matematika biasanya menggunakan "ln(x)" atau "log(x)" untuk menotasikan loge(x),
atau logaritma natural dari x, dan menggunakan "log10(x)" untuk menotasikan logaritma
berbasis 10 dari x.
 Insinyur, ahli biologi, dan orang dalam bidang-bidang lain, hanya menggunakan "ln(x)"
atau kadang-kadang (untuk supaya lebih jelas) "loge(x)" untuk menotasikan logaritma
natural dari x, dan "log(x)" digunakan untuk logaritma berbasis 10, log10(x) atau, dalam
konteks teknik komputer, log2(x).
 Kebanyakan bahasa komputer, termasuk C, C++, Fortran, dan BASIC, "log" atau "LOG"
berarti logaritma natural.
 Pada kalkulator, tombol ln berarti logaritma natural, sedangkan tombol log adalah untuk
logaritma berbasis 10.

Sifat-sifat logaritma natural

Pada contoh sebelumnya telah kita lihat bahwa turunan dari ln5x sama dengan turunan
dari lnx yaitu 1/x. Fakta ini berguna untuk membuktikan teorema berikut.
Teorema
Jika a dan b  0 dan r bilangan rasional, maka
 ln1  0
 ln ab  ln a  ln b
a
 ln  ln a  ln b
b
 ln a r  r ln a

ln sebagai invers fungsi eksponensial natural

Fungsi ln adalah invers dari fungsi eksponensial:

e ln( x )  x untuk semua x yang positif dan

 
ln e x  x untuk semua x yang real.

Logaritma dapat didefinisikan untuk basis lainnya, asal positif, tidak hanya e, dan
biasanya berguna untuk memecahkan persamaan yang variabel tidak diketahuinya merupakan
pangkat dari variabel lain.

Mengapa disebut "natural"

Sekilas, tampaknya yang lebih "natural" tentunya adalah logaritma yang berbasis 10,
karena basis angka yang digunakan umumnya juga 10. Namun, ada dua alasan mengapa ln(x)
disebut logaritma natural: pertama, persamaan-persamaan yang variable tak diketahuinya
merupakan pangkat dari e jauh lebih sering dijumpai dibanding yang merupakan pangkat dari 10
(karena sifat-sifat "natural" dari fungsi eksponensial yang dapat menggambarkan
growth/pertumbuhan dan decay/penurunan), dan kedua, karena logaritma natural dapat
didefinisikan dengan mudah menggunakan integral yang dasar atau Deret Taylor (lihat
penjelasan di bawah), dan logaritma berbasis lainnya tidak dapat didefinisikan seperti ini.

Sebagai contoh, lihat turunan dibawah ini:

log b  x  
d 1
dx x  ln b

Jika basis b adalah e maka turunan yang didapat adalah 1/x dan jika x=1, kemiringan kurva
adalah 1.

Logaritma Umum

Sifat-sifat logaritma :
1. b log 1  0

2. b log b  1

3. b log ac  b log a  b log c


a b
4. b log  log a  b log c
c
5. b log a r  r b log a
c
log a
6. b log a  c
log b

Turunan logaritma natural


Dengan menggunakan Teorema Dasar Kalkulus kita peroleh bahwa
x
d 1 d 1

dx 1 t
dt 
dx
ln x  , x  0
x
Secara umum, dengan menggunakan Dalil Rantai kita peroleh bahwa:
ln u  x   u x 
d 1 d
dx u  x  dx

D. Eksponen
Fungsi Eksponensial Natural

Fungsi eksponensial natural, y=exp(x), adalah inverse dari logaritma natural.x=exp(y) 


y=ln x. Bilangan basis fungsi ini, ditulis e=exp(1) sehingga ln e=1. Ekspansi desimal bilangan
iniadalah e≈2,71828182845…

Dengan demikian,
e
1
 t dt  1
1

Dari definisi langsung diperoleh bahwa


1. exp(ln x)=x, bila x>0.
2. ln(exp(x)) =x.

Perlu dicatat, bahwa e adalah bilangan transenden (dibuktikan oleh Euler), yaitu tidak ada
polinom p(x) sehingga p(e)=0. Kita dapat mengkonfirmasikan (saat ini untuk bilangan rasional
r), bahwa y=exp(x) adalah sebuah fungsi eksponesial. er=exp(ln er)= exp(rln e)= exp(r) Sejauh
ini kita telah mendefinisikan bilangan pangkat dengan pangkat rasional. Untuk x irrasional, kita
kembali pada definisi fungsi eksponesial, yaitu
e x  exp x 

Jadi, untuk selanjutnya.


1. e ln x  x , untuk x>0.
 
2. ln e x  x , untuk tiap x.

Turunan dari exp(x)

Misalkan y=ex. Karena ln x dan exp(x) saling inverse, maka x=ln y. Apabila kedua sisi
didiferensialkan, dengan menggunakan Aturan Rantai, diperoleh bahwa 1=(1/y)Dxy atau Dxy =y
.
Teorema
d x
dx
 
e  ex

Sebagai akibat kita peroleh


Teorema

e dx  e x  C
x

Fungsi Logaritma dan Eksponesial Umum

Kita telah berhasil mendefinisikan e x untuk tiap bilangan real x, termasuk e  . Namun
bagaimana dengan  e ? Kita akan memanfaatkan hubungan x=exp(ln x).
Definisi
Jika a  0 dan adalah sebarang bilangan real, maka
a x  e x ln a
Dengan demikian, kita peroleh bahwa
   
ln a x  ln e x ln a  x ln a

   
Catatan: definisi di atas memungkin kita untuk memperluas aturan ln a r  ln e r ln a  r ln a
yang sebelumnya hanya berlakuuntuk r rasional.
Sifat-sifat a x

Sifat-sifat Fungsi Eksponen Diberikan a  0, b  0, dan x, y sebarang bilangan real.

1. a x a y  a x  y

 
2. a x
y
 a xy
x
a ax
3.    x
b b

ax
4.  a x y
ay
5. ab   a x b x
x

Teorema fungsi eksponensial


D x a x  a x ln a

1
a dx   C, a  0
x

ln a x

Fungsi log a x

Pada bagian ini kita akan membangun fungsi logaritma berbasis bilangan positif a≠1,
logax. Fungsi ini didefinisikan sebagai inverse dari fungsi eksponensial a x .
Definisi
Misalkan a  0, a  1 , maka y  log a x  x  a y

Catatan: ln  log a x Hubungannya dengan logaritma biasa dapat diperoleh secara berikut.

Misalkan y  log a x sehingga x  a y .


ln a
ln x  ln a y  y  ln a sehingga log a x 
ln x

Deret
Bentuk umum
Deret suatu bilangan, secera sederhana dituliskan sebagai barisan bilangan-bilangan,
yang memiliki aturan khusus dalam penulisannya.

Contoh
A. 3,6,9,12,……
B. 2,8,18,32,…...

Sebuah deret bisa dibangun berdasarkan ciri berikut

Divergen Terus membesar


Mennuju kepada satu bilangan
Konvergen
(contoh ini menuju 0)
Berulang berdasarkan peride
Periodik
tertentu
The sequence oscillates between
Oscillates
2 values.

Jika deret dijumlahkan, maka kita namakan sebagai seri.


A. 3 + 6 + 9 +12 + 15
B. 2 + 8 + 18 + 32

I. Deret Aritmatika

Deret yang jarak antar bilangannya sama.

Defenisi
Deret aritmatika adalah sebuah
deret yang berbentu

an+1 = an + d

an = bilangan ke-n

d = beda

Contoh

Dapatkan bentuk umum untuk deret berikut ini

A. 2,6,10,14,18,22, ...
B. -5,-3,-1,1,3,...
C. 1,4,7,10,13,16,...

Solution

Misalkan a1 = bilangan yang pertama dan an = bilangan ke-n

A. a1 = 2

a2 = 2 + 4 = 6

a3 = 2 + 2(4) = 10

a4 = 2 + 3(4) = 14

dan seterusnya

an = a1 + (n – 1)4
Definisi
Rumus untuk bentuk umum adalah

an = a1 + (n - 1)d

Maka untuk soal A, a1 = 2 dan d = 4 maka

an = 2 + (n – 1)4 = 2 + 4n – 4 = 4n - 2

B. a1 = -5 and d = 2

an = -5 + (n – 1)(2) = -5 + 2n – 2 = 2n - 7

C. a1 = 1 and d = 3

an = 1 + (n – 1)(3) = 1 + 3n – 3 = 3n - 2

Latihan

1. -1,10,21,32,43,54,... 2. 3,0,-3,-6,-9,-12,...

II. Seri Aritmatika

Teorema berikut akan membantu dalam mendapatkan seri atau penjumlahan suatu deret
aritmatika.

Teorema
Jika
an = a1 + (n - 1)d
Adalah deret aritmatika, maka jumlah deretnya adalah
n n
Sn  ( a1  an )  [ 2a  ( n  1) d ]
2 2

Sebuah contoh yang mudah, Misalkan:

3 + 5 + 7 = 15 sebuah seri aritmatika dengan beda = 2.

Gunakan rumus,
a1 = 3, an = 7, d = 2

3
Sn  (3  7)  15
2

Contoh:

Dapatkan hasil penjumlahan berikut

A. 3 + 7 + 11 + 15 + ... + 35
B. -2 + 1 + 4 + 7 + …+ 25

Solusi

A. Diketahui

a1 = 3, an = 35, d = 4

Dapatkan n

35 = 3 + (n - 1)4

maka

32 = (n - 1)4 and n = 9

Gunakan rumus

9
Sn  (3  35)  171
2
B. Diketahui a1 = -2, an = 25 dan n = 10

10
maka S10  (2  25)  5(23)  115
2

Latihan: Dapatkan penjumlahan berikut

3. 5 + 10 + 15 +.... + 500

4. 3 + 6 + 9 + .... + 99

5. -5 + -15 + -25 + -35 + ... + -95

6. Jika dari 1 sampai 100 dijumlahkan, berapa hasilnya?


7. Berapa jumlah 27 bilangan yang diawali dengan 7 + 3 – 1 - 5

I. Deret Geometri

Jika deret aritmatika dijumlahkan, kalau deret geometri dikalikan.

Defenisi
Deret geometri adalah deret yang
berbentuk

an+1 = an r

an = bilangan ke-n

r = rasio

contoh

Dapatkan aturan utnuk tiap deret feometri berikut:

A. 2,6,18,54, ...
B. 27,9,3,1,…..
C. 16,-8,4,-2,1,...

Solusi

Andaikan a1 = bilangan pertama dan an = bilangan ke-n

A. a1 = 2

a2 = 2(3) = 6

a3 = 2(3)2 = 18

a4 = 2(3)3 = 54

dan seterusnya

an = a1 (3)n-1
Defenisi
Bentuk umumnya adalah

an = a rn-1 dengan a adlaah bilangan pertama

C. a = 27 dan r = 1/3

an = 27(1/3)n-1 = 33(31)(1/3)n = 81(1/3)n

D. a = 16 dan d = -1/2

an = 16(-1/2)n-1 = 24(-2)1(-1/2)n = (-2)5(-1/2)n

Latihan: dapatkan an

1. 1, 2, 4, 8, 16, 32,,...
2. 24, 12, 6, 3, 3/2, 3/4, …
3. 1/2, -1, 2, -4, 8, ...

II. Seri geometri terhingga

Berbeda dengan seri aritmatika, untuk seri geometri rumusnya adalah sebagai berikut

Teorema
Jika
an = a rn-1

bilangan ke-n untuk suatu deret geometri, maka jumlah atau


seri geometrinya adalah

n
1 r n 
S n   a n  a 
i 1  1 r 

Mari kita buktikan dengan contoh kecil:

3 + 6 + 12 = 21 , ini merupakan deret geometri dengan rasio 2.

Mari kita gunakan rumus,


Diketahui a = 3, an = 12, r = 2

 1  23  7
S n  3   3  3(7)  21
 1 2  1

Contoh:

Dapatkan jumlah

A. 5 bilangan pertama dari -6 + 18 – 54 + ….


B. 5 + 10 + 20 + 40 + ... + 2560

Solusi

A. Diketahui a = -6, r = -3 dan n = 5

5  1  (3)5 
maka  2(3)   6n   6 244   366
 
r 1
 1  (3)   4 

B. Diketahui a = 5, r = 2, an = 2560

Untuk mendapatkan nilai n gunakan rumus an = a rn-1

2560 = 5(2)n-1
512 = (2)n-1
512 = 2n2-1
512 = 2n(1/2)
1024 = 2n
210 = 2n
n = 10

maka jumlahnya

 1  210   1  1024 
S10  5   5   5(1023)  5115
 1 2   1 
Latihan: dapatkan jumlah dari

1. 20 bilangan pertama dari 2 + 4 + 6 + ….


2. 3 - 6 + 12 - .... – 96
1 1 1
3.
15 bilangan pertama dari  1     ......
2 4 8
4. 12
1 + 1/3 + 1/9 + .... + 3 (1/3)

Seri Geometri tak hingga

Teorema
Jika
an = a rn-1

adalah deret geometri dengan r  1 maka jumlah deret


tersebut adalah

a
S n   an 
i 1 1 r

Contoh:

Dapatkan jumlah bilangan berikut

A.  2  4  8  16  .....
B. 24 + 12 + 6 + 3 + 3/2 + ¾ + …….

Solutions:

A. Diketahui a = -2, r =-2

Hasilnya tak diketahui sebab r = -2 dan  2 tidak kecil dari 1.

B. Diketahui a = 24, r = 1/2

24
Maka S n   48
1  12
BAHAN AJAR (HAND OUT)

Bahan Kajian : Sistem Koordinat


Kode/SKS : MES 001/3 Sks & MES 106/2 Sks
Program Studi : Teknik Mesin
Pertemuan Ke : 10-11 (Minggu 10-11)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Memahami dan Mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan koordinat
kartesan/kartesius dan koordinat polar

Materi

Koordinat kartesius
Koordinat polar/kutub
HANDOUT BAGIAN 3. SISTEM KOORDINAT

Sistem koordinat adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan letak suatu titik
pada bidang ( R 2 ) atau ruang ( R 3 ) . Adalah ahli matematika berkebangsaan Perancis bernama
Pierre Fermat (1601-1665) dan Rene Descartes (1596-1650) yang telah memperkenalkan sistem
koordinat yang kita kenal hingga saat ini. Dasar pemikiran kedua ahli tersebut adalah untuk
menunjukkan kedudukan sebarang titik (sebut saja P) pada bidang atau ruang.
Seiring perkembangan pengetahuan dan teknologi, selanjutnya letak suatu titik pada
suatu bidang atau ruang biasanya dinyatakan dalam koordinat-koordinat. Pada bidang letak suatu
titik dapat dinyatakan dalam koordinat kartesius (siku-siku) atau koordinat kutub (polar),
sedangkan pada ruang letak suatu titik biasanya dinyatakan dalam koordinat Kartesius, koordinat
tabung atau koordinat bola.

Sisten Koordinat dalam Bidang (R2)


Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa letak suatu titik dalam bidang dinyatakan
dalam koordinat kartesius atau koordinat kutub. Masing-masing sistem koordinat dalam bidang
dijabarkan sebagai berikut:
A. SISTEM KOORDINAT KARTESIUS
Istilah Kartesius digunakan untuk mengenang ahli matematika sekaligus filosuf dari
Perancis Rene Descartes, yang perannya besar dalam menggabungkan aljabar dan geometri,
kartesius adalah latinisasi untuk Descartes. Hasil kerjanya sangat berpengaruh dalam
perkembangan geometri analitik, kalkulus, dan kartografi. Ide dasar sistem ini dikembangkan
pada tahun 1637 dalam dua tulisan karya Descartes. Pada bagian kedua dari tulisannya Discourse
on Method, ia memperkenalkan ide baru untuk menggambarkan posisi titik atau obyek pada
sebuah permukaan, dengan menggunakan dua sumbu yang bertegak lurus antar satu dengan yang
lain. Dalam tulisannya yang lain, La Géométrie, ia memperdalam konsep-konsep yang telah
dikembangkannya.
Sistem koordinat kartesius dalam dua dimensi umumnya didefinisikan dengan dua sumbu
yang saling bertegak lurus antar satu dengan yang lain, yang keduanya terletak pada satu bidang
XOY. Sumbu horizontal diberi label x, dan sumbu vertikal diberi label y. Pada sistem koordinat
tiga dimensi, ditambahkan sumbu yang lain yang sering diberi label z. Sumbu-sumbu tersebut
ortogonal antar satu dengan yang lain. Titik pertemuan antara kedua sumbu, titik asal, umumnya
diberi label O (origin). Setiap sumbu juga mempunyai besaran panjang unit, dan setiap panjang
tersebut diberi tanda dan ini membentuk semacam grid. Untuk mendeskripsikan suatu titik
tertentu dalam sistem koordinat dua dimensi, nilai x disebut absis lalu diikuti nilai yang disebut
ordinat. Dengan demikian, format yang dipakai selalu (x,y) dan urutannya tidak dibalik-balik.
Perhatikan gambar sumbu koordinat siku-siku berikut ini

x0 x  0,
y0 y0
Kwadran II Kwadran I

Kwadran III Kwadran IV


x  0, x  0,
y0 y0

Gambar 1

Berdasarkan Gambar 1 di atas, terdapat 4 bidang simetris yang dibatasi oleh sumbu-sumbu
koordinat X dan Y, masing-masing bidang yang dibatasi oleh sumbu-sumbu koordinat dinamakan
kwadran. Pada gambar 1 di atas terdapat 4 kwadran, yaitu kuadran I dengan batas-batas (x > 0, y > 0),
kwadran II dengan batas-batas(x < 0, y > 0), kwadran III dengan batas-batas (x < 0, y < 0), dan kwadran
IV dengan batas-batas (x > 0, y < 0). Dengan demikian dapat dibuat tabel keberadaan kuadran sebagai
berikut:
Kuadran Nilai x Nilai y

I >0 >0

II <0 >0

III <0 <0

IV >0 <0

Misalkan P(x,y) sebarang titik pada bidang XOY, maka letak titik P tersebut sangat
memungkinkan posisinya di kwadran I, kwadran II, kwadran III, atau kwadran IV tergantung dari besaran
x dan besaran y.

Perhatikan gambar berikut ini.

Gambar 2

Pada gambar 2 keempat kuadran sistem koordinat kartesius. Panah yang ada pada sumbu berarti
panjang sumbunya tak terhingga pada arah panah tersebut. Pilihan huruf-huruf didasari oleh konvensi,
yaitu huruf-huruf yang dekat akhir (seperti x dan y) digunakan untuk menandakan variabel dengan nilai
yang tak diketahui, sedangkan huruf-huruf yang lebih dekat awal digunakan untuk menandakan nilai yang
diketahui.

Misal P(x1,y1) dan terletak di kwadran I hal ini berarti x1 >0 dan y1 >0

Y
P ( x1 , y1 )

y1

O(0,0) X
x1
M ( x1 ,0)

Gambar 3

Berdasarkan gambar 3 di atas, tampak suatu segitiga yaitu OPM yang salah satu sudutnya siku-
siku dititik M. Menurut teorema Pythagoras

OP2 = OM2 + MP2

= (x1-0)2 + (y1-0)2

= x12 + y12

x1  y1
2 2
=

atau ditulis dengan notasi OP  x12  y 22

Rumus di atas dinamakan rumus jarak dua titik yang menghubungkan titik O(0,0) dengan titik P(x 1 ,y 1 )
Selanjutnya perhatikan gambar berikut.

P ( x1 , y1 )

X
Q( x2 , y 2 )

R ( x3 , y 3 )

Gambar 4

Gambar 4 di atas menunjukkan segitiga PQR yang masing-masing titik sudutnya yaitu P( x1 , y1 ) terletak

pada kuadran II, Q( x 2 , y 2 ) terletak pada kuadran IV, R ( x3 , y 3 ) terletak pada kuadran III dan jarak

masing-masing titik dinyatakan oleh:

1. PQ  ( xQ  x P ) 2  ( y Q  y P ) 2

 ( x 2  x1 ) 2  ( y 2  y1 ) 2

2. PR  ( x R  x P ) 2  ( y R  y P ) 2

 ( x3  x1 ) 2  ( y 3  y1 ) 2

3. QR  ( x R  xQ ) 2  ( y R  y Q ) 2

 ( x3  x 2 ) 2  ( y 3  y1 ) 2
Selanjuntnya, misal P( x1 , y1) dan Q( x2 , y2 ) terletak pada bidang, maka jarak dua titik P dan Q dapat
dinyatakan dengan rumus

PQ  ( x 2  x1 ) 2  ( y 2  y1 ) 2

Untuk membuktikan rumus tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teorema Pythagoras.

Selanjutnya perhatikan gambar berikut ini!

Q( x2 , y 2 )
n
M ( x, y )

Q' ( x2 , y)
m

M ' ( x, y1 )
P ( x1 , y1 ) S ( x2 , y1 )

Gambar 5

Berdasarkan gambar 5 di atas, pandang  PSQ, dengan menggunakan teorma Pythagoras

PQ 2  PS 2  QS 2

PQ  ( x2  x1 ) 2  ( y2  y1 ) 2

PQ  ( xQ  x P ) 2  ( y Q  y P ) 2

Selanjutnya

Pada gambar 5 di atas M adalah sebarang titik pada garis PQ dengan perbandingan PM : MQ  m : n

PM m
atau 
MQ n

Sehingga diperoleh
PM’ : MQ’ = m : n dan MM’ : QQ’ = m : n

Selanjutnya akan dicari koordinat M.

Karena

PM ' m ( x  x1 ) m
 maka 
MQ' n ( x2  x ) n

 n( x  x1 )  m( x2  x)

 (m  n) x  mx2  nx1

mx  nx1 mxQ  nxP


 x ` 2 atau x 
( m  n) mn

Dengan cara yang sama

MM ' m ( y  y1 ) m
 maka 
QQ ' n ( y2  y ) n

 n( y  y1 )  m( y2  y )

 (m  n) y  my2  ny1

my2  ny1
 y
( m  n)

Jika diketahui P( x1 , y1 ) dan Q( x2 , y2 ) dan M ( x, y ) titik tengah PQ maka

Koordinat M dapat ditentukan dengan rumus

x1  x2 y  y2
xM  dan yM  1
2 2

Pembuktian rumus di atas ditinggalkan penulis sebagai latihan bagi pembaca buku ini.

Perhatikan beberapa contoh berikut ini.


1) Tentukan jarak titik P(3,5) dan Q(1,-6).
Jawab

Untuk menentukan jarak titik P dan Q dapat digunakan rumus

PQ  ( xQ  x p ) 2  ( y Q  y P ) 2

= (1  3) 2  ( 6  5) 2

= ( 2) 2  ( 11) 2

= 4  121

=5 3

2) Tunjukkan bahwa titik-titik A(3,8), B(-11,3), dan (-8,-2) adalah titik-titik sudut dari segitiga sama
kaki ABC.
Jawab

Dengan menggunakan rumus jarak dua titik, diperoleh AB  221

BC = 34 dan AC = 221

Karena panjang sisi AB sama dengan panjang sisi AC, maka dapat dikatakan segitiga tersebut di atas
adalah segitiga sama kaki.

3) Tunjukkan bahwa titik A(-3,-2), B(5,2) dan C(9,4) terletak pada satu garis lurus
Jawab

Terlebih dahulu dicari panjang AB, BC, dan AC

Dengan rumus jarak dua titik diperoleh AB = 4 5 , BC = 2 5 dan

AC = 6 5 , sehingga AC + BC = AC, hal ini berarti titik A, B, dan C terletak pada satu garis lurus
Gradien Garis Lurus

Q( x2 , y 2 )

Y n
M ( x, y )
Q' ( x2 , y)

m
P ( x1 , y1 ) M ' ( x, y1 ) R ( x2 , y1 )

X
Gambar 6

Selanjutnya jika garis PQ diperpanjang, maka garis tersebut akan memotong sumbu X atau
sumbu Y. Sudut yang dibentuk oleh garis PQ dengan sumb X disebut disebut inklinasi.

Selanjutnya perhatikan  PQR, menurut perbandingan goniometri diperoleh

QR
tan  
PR

y2  y1

x2  x1

Perbandingan goniometri tersebut selanjutnya disebut kemiringan atau gradien atau tangensial dan
dinotasian dengan

QR y 2  y1
m  tan    .
PR x2  x1

Dengan demikian gradien garis lurus didefinisikan sebagai tangen dari sudut inklinasi.
Misal l1 dan l2 dua garis yang terletak pada sumbu koordinat, maka beberapa hal yang mungkin dari
kedua garis tersebut adalah:

1. l1 dan l2 sejajar
2. l1 dan l2 berpotongan
3. l1 dan l2 atau saling tegak lurus.
Jika l1 dan l2 sejajar syarat yang harus dipenuhi adalah gradien l1 dan gradien l2 sama atau ml1  ml2 .

Jika l1 dan l2 saling tegak lurus maka perhatikan gambar di bawah ini

l1
l2

1 2
X

Gambar 7

Karena l1 dan l2 saling tegak lurus, maka    2  1 , sehingga

tan   tan( 2  1 ) )

sin( 21 )

cos( 2  1)

sin  2 cos 1  cos  2 sin 1



cos  2 cos 1  sin  2 sin 1
Dengan membagi masing-masing bagian dengan cos 2 cos1 , diperoleh

tan  2  tan 1
tan  
1  tan  2 tan 1

m2  m1

1  m2 m1

Karena l1 dan l2 saling tegak lurus, maka   90 o , sehingga haruslah

1  m1m2  0 atau m1m2  1

Luas Poligon yang Titik Sudutnya Ditentukan

Perhatikan gambar berikut!

Misal P( x1 , y1) , Q( x2 , y 2 ) , dan R ( x3 , y 3 ) . Adalah titik sudut segitiga yang terletak pada bidang XOY

seperti berikut.

Y
Q ( x3 , y 3 )

P ( x1 , y1 )
R( x2 , y 2 )

P' Q' R' X

Gambar 8

Pada gambar 8 di atas, luas  PQR adalah


= (Luas trapesium PP’Q’Q + luas trapesium QQ’R’R)- luas trapesium P’R’RP

1 1 1
 ( y1  y3 )( x3  x1 )  ( y3  y2 )( x2  x3 )  ( y1  y3 )( x2  x1 )
2 2 2

1
 {( y1  y3 )( x3  x1 )  ( y3  y2 )( x2  x3 )  ( y1  y3 )( x2  x1 )}
2

1
 { y1 x3  y1 x1  y3 x3  y3 x1  y3 x2  y3 x3  y2 x2  y2 x3  y1 x2  y1 x1  y2 x2  y2 x1}
2

1
 ( y1 x3  y3 x2  y2 x1 )  ( y3 x1  y2 x3  y1 x2 )}
2

Bentuk di atas dapat dinyatakan dalam bentuk determinan matrik ordo 3 x 3

x1 y1 1
1
A x2 y 2 1
2
x3 y 3 1

Soal-soal

1. Buatlah ruas garis dan tentukan jarak antara pasangan titik yang diketahui berikut ini:
a. P(4,5) dan Q(-1,3)
b. P(8,-2) dan Q(3,-1)
c. P(-1,-2) dan Q(-3,-8)
d. P(5,3) dan Q(2,-5)
2. Gambarlah luas suatu poligon (segi banyak) yang titik-titik sudutnya adalah
a. (-3,2), (1,5), (5,3), (1,-2)
b. (-5,0), (-3,-4), (3,-3), (7,2), (1,6)
3. Tunjukkan apakah segitiga yang titik-titik sudutnya dibawah ini adalah sama sisi.
a. A(2,-2), B(-3,-4) dan C(1,6)
b. K(-2,2), L(6,6) dan M(2,-2)
c. P(6,7), Q(-8,-1) dan R(-2,-7)
d. U(2,4), V(5,1) dan W(6,5)
e. U(1,1), V(5,1) dan W(5,5)
4. Tunjukkan bahwa segitiga berikut adalah siku-siku dan tentukan luasnya dengan menggunakan
aturan yang ada.
a. A(0,9), B(-4,-1), dan C(3,2)
b. P(10,5), B(3,2), dan C(6,-5)
c. A(3,-2), B(-2,3), dan C(0,4)
d. K(-2,8), L(-6,1), dan N(0,4)
5. Buktikan bahwa titik-titik berikut ini adalah paralelogram
a. (-1,-2), (0,1), (-3,2), dan (-4,-1)
b. (-1,-5), (2,1), (1,5), dan (-2,-1)
c. (2,4), (6,2), (8,6), dan (4,8)
6. Tunjukkan bahwa titik-titik berikut terletak pada satu garis lurus dengan menggunakan metode jarak.
a. (0,4), (3,-2), dan (-2,8)
b. (-2,3), (-6,1), (-10,-1)
c. (1,2), (-3,10), (4,-4)
d. (1,3), (-2,-3), (3,7)
7. Tentukan sebuah titik yang berjarak 10 satuan dari titik (-3,6)
8. Tentukan koordinat titik P(x,y) yang membagi ruas garis dengan perandingan diketahui:
a. A(4,-3), B(1,4) dengan AP:PB = r = 2
b. A(2,-5), (6,3) dengan AP:PB = r = ¾
c. A(-5,2), B(1,4) dengan AP:PB = r = -5/3
d. A(0,3), B(7,4) dengan AP:PB = r = -2/7
e. A(-2,3), P(3,-2) dengan AP:PB = r = 2/5
9. Jika M (9,2) membagi ruas garis yang melalui P(6,8) dan Q(x,y) dengan perbandingan 3/7. Tentukan
koordinat titik Q.
10. Tentukan titik pusat (centroid) setiap segitiga diketahui titik-titik sudutnya di bawah ini:
a. (5,7), (1,-3), (-5,1)
b. (2,-1), (6,7), (-4,-3)
c. (3,6), (-5,2), (7,-6)
d. (7,4), (3-6), (-5,2)
e. (-3,1), (2,4), (6,-2)
11. Tentukan luas poligon yang titik sudutnya adalah:
a. (-3,2), (1,5), (5,3), (1,-2)
b. (-5,0), (-3,-4), (3,-3), (7,2), (1,6)
12. Tentukan koordinat titik-titik suatu segitiga, jika titik-titik tengah sisi-sisinya adalah:
a. (-2,1), (5,2), (2,-3)
b. (3,2), (-1,-2), dan (5,-4)
13. Gradien dari garis lurus yang melalui titik A(3,2) adalah ¾. Lukislah titik-titik pada garis yang
berjarak 5 satuan dari A.
14. Tentukan gradien suatu garis lurus yang membuat sudut 45o dengan titik (2,-1) dan (5,3).
15. Garis p membentuk sudut 60o dengan garis s, Jika gradien p = 1, tentukan gradien garis s.
16. Sudut yang dibentuk oleh garis l yang melalui titik A(-4,5), B(3,y) dan garis u yang melalui titik P(-
2,4), Q(9,1). Tentukan konstanta y tersebut.
B. SISTEM KOORDINAT KUTUB

Jika dalam sistem koordinat kartesius, menyatakan bahwa letak titik pada bidang dinyatakan
dengan pasangan ( x, y ) , dengan x dan y masing-masing menyatakan jarak berarah ke sumbu-y dan ke
sumbu-x maka pada sistem koordinat kutub, letak sebarang titik P pada bidang dinyatakan dengan
pasangan bilangan real r ,  , dengan r menyatakan jarak titik P ke titik O (disebut kutub) sedangkan 
adalah sudut antara sinar yang memancar dari titik O melewati titik P dengan sumbu-x positif (disebut
sumbu kutub)

P( r ,  )

r


O

Gambar 9

Berbeda dengan sistem koordinat kartesius (Rene Descartes: 1596-1650) dalam koordinat kutub
letak suatu titik dapat dinyatakan dalam tak hingga banyak koordinat. Sebagai contoh, letak titik
P(3,  3) dapat digambarkan dengan cara terlebih dulu melukiskan sinar yang memancar dari titik asal

O dengan sudut sebesar radian terhadap sumbu mendatar arah positif. Kemudian titik P terletak pada
3
sinar tadi dan berjarak 3 satuan dari titik asal O . Titik P dapat pula dinyatakan dalam koordinat
3,  3  2k  , dengan k bilangan bulat. Mudah ditunjukkan pula bahwa koordinat  3, 4 3 pun juga
menggambarkan titik P. Pada koordinat yang terakhir, jarak bertanda negatif. Hal ini dikarenakan titik P
terletak pada bayangan sinar OP  .

P(3,  3  2k )
P(3,  3)

3
3
 3  2k
 3

(b)
(a)

P(3, 4 3)

4 3
O

P

(c)

Gambar 10

Secara umum, jika r ,  menyatakan koordinat kutub suatu titik maka koordinat titik tersebut
dapat pula dinyatakan sebagai berikut:

r ,  2k  atau  r ,  (2k  1)  dengan k bilangan bulat.


Kutub mempunyai koordinat (0, ) dengan  sebarang bilangan.

Hubungan antara Sistem Koordinat Kartesius dan Sistem Koordinat Kutub

Suatu titik P berkoordinat ( x, y ) dalam sistem koordinat kartesius dan ( r , ) dalam sistem
koordinat kutub. Apabila kutub dan titik asal diimpitkan, emikian pula sumbu kutub dan sumbu-x positif
juga diimpitkan, maka kedudukan titik dapat digambarkan sebagai berikut:

P ( x, y )  ( r , )

r
X
O r

Gambar 11

Dari rumus segitiga diperoleh hubungan sebagai berikut:

(1.1) x  r cos  y  r sin 

atau:

 y  x
(1.2) r x2  y2   arcsin    arccos 
r r

Contoh

1) Nyatakan ke dalam system koordinat kartesius.

 2     5 
a. A 4,  b. B  5,  c. C   3, 
 3   4  6 

Jawab
Dengan menggunakan persamaan (1.1):

2 2
a. x  4 cos  2 y  4 sin 2 3.
3 3


Jadi, A  2,2 3 . 

 5  5
b. x  5 cos  2 y  5 sin  2.
4 2 4 2

 5 5 
Jadi, dalam sistem koordinat kartesius B  2 , 2.
 2 2 

 5  3  5  3
c. x  3 cos   3 y  3 sin    .
 6  2  6  2

3 3
Jadi, C  2,  .
2 2

Apabila x  0 maka persamaan (1.2) dapat dinyatakan sebagai:

 y
(1.3) r 2  x2  y2   arctan  , x  0
x

y
Hati-hati apabila menggunakan persamaan (1.3), karena   arctan akan memberikan 2 nilai  yang
x
berbeda, 0    2 . Untuk menentukan nilai  yang benar perlu diperhatikan letak titik P, apakah di

kwadran I atau II, ataukah dikwadran II atau IV. Apabila dipilih nilai  yang lain, maka r   x 2  y 2

2) Nyatakan ke dalam sistem koordinat kutub:


a. P4,4  b. Q (4,4)

Jawab

Dari persamaan (1.3), diperoleh:

a. r   4 2  (4) 2  4 2

4 3 7
  arctan  atau
4 4 4

Selanjutnya, karena letak titik P di kwadran IV, maka:

7
r  4 2 dengan   , atau
4

3
r  4 2 dengan   .
4

 7   3 
Jadi, P 4 2 ,  atau P  4 2 ,  .
 4   4 

b. r   (4) 2  4 2  4 2

 4 3 7
  arctan  atau
4 4 4

Selanjutnya, karena letak titik Q di kwadran II, maka:

3
r  4 2 dengan   , atau
4

7
r  4 2 dengan   .
4

 3   7 
Jadi, Q 4 2 ,  atau Q  4 2 , .
 4   4 
3) Nyatakan persamaan r  2a sin  ke dalam sistem koordinat kartesius.
Jawab

Jika ke dua ruas persamaan di atas dikalikan dengan r maka diperoleh:

r 2  2a (r sin  )

Selanjutnya, karena r 2  x 2  y 2 dan r sin   y maka:

x 2  y 2  2ay
 x 2  y 2  2ay  0,

yaitu persamaan lingkaran dengan pusat (0, a ) dan jari-jari a .

4) Nyatakan x 2  4 y 2  16 ke dalam system koordinat kutub.

Penyelesaian: Dengan substitusi x  r cos  dan y  r sin  maka diperoleh:

r 2 cos 2   4r 2 sin 2   16

 r 2 (1  3 sin 2  )  16.

Soal Latihan

Untuk soal 1 – 8, nyatakan masing-masing dengan dua koordinat yang lain, satu dengan r  0 dan yang
lain dengan r  0 .

1. 6,  3 2.  3, 2 5 3. 5,  4 4. 5, 7 4

5.  2 , 5 2  6.  7, 5 6 7. 6, 7 3 8. 4, 6 7 


Untuk soal 9 – 16, nyatakan dalam sistem koordinat kartesius.

9. 6, 2 3 10.  4,  8 11. 5,  4 12. 6, 7 4

13.  2 , 5 2  14.  7, 5 6 15. 6, 7 3 16. 4, 7 8

Untuk soal 17 – 23, ubahlah ke dalam sistem koordinat kutub.

17.  3,3 18. 2,2  


19.  2,2 3  20.  3,1
21. 0,11 
22. 3 3 ,3  
23.  2 3 , 6 3 
Untuk soal 24 – 29, nyatakan masing-masing persamaan ke dalam sistem koordinat kartesius.

4
24. r  3 cos 25. r 2  1  sin  26. r 
1  cos 

7
27. r  4 28.   29. r 2  
4

Nyatakan persamaan pada soal 30 – 32 ke dalam sistem koordinat kutub.

30. x  y  0 31. y 2  1  4 x 32. xy  1

33. Tunjukkan bahwa jarak titik P ( r , ) dan Q ( R ,  ) adalah:

d  r 2  R 2  2rR cos(   )
BAHAN AJAR (HAND OUT)

Bahan Kajian : Logika dan Himpunan


Kode/SKS : TKM102/2 SKS
Program Studi : Teknik Mesin
Pertemuan Ke : 12-15 (Minggu 12-15)
Dosen : Primawati, M.Si
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI
Memahami dan Mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan logika dan teori himpunan

Materi

Logika
Penarikan kesimpulan
Teori himpunan
HANDOUT BAGIAN 4. LOGIKA DAN HIMPUNAN
A. LOGIKA
1. Proposisi
Berlogika adalah fitrah manusia, sebab kita diberikan kemampuan untuk berfikir dan
menganalisa. Dalam berlogika kita selalu mengeluarkan pernyataan-pernyataan sebagai hujah
atau argumen dalam logika kita.

Pernyataan yang digunakan dalam berlogika adalah pernyatan yang bernilai benar atau
salah, tetapi tidak keduanya sekaligus, atau dinamakan sebagai Proposisi. Beberapa
pernyataan yang bukan proposisi antara lain adalah kalimat tanya, kalimat seru dan kalimat
terbuka.

Berikut ini adalah beberapa contoh pernyataan, pernyataan manakah yang merupakan
proposisi?

a. Satu pekan ada tujuh hari. g. Cuci muka dulu sana!


b. Matahari terbenam di selatan. h. 8 adalah bilangan genap.
c. 3 lebih besar dari 7 i. Semoga kita sukses semua.
d. x + 4 = 23 j. Pak Oji seorang yang ganteng
e. 2 + 3 = 2012 k. Sedekah pangkal kaya
f. Siapa yang belum mandi? l. 29 adalah blangan prima

Penjelasan:
a. Proposisi, benar g. Proposisi, benar
b. Proposisi salah h. Proposisi salah
c. Proposisi, salah i. Proposisi, salah
d. Pernyataan terbuka j. Pernyataan terbuka (tidak pasti benar
(tidak pasti benar salahnya) bukan proposisi
salahnya) bukan k. Proposisi, salah
proposisi l. Kalimat tanya bukan proposisi
e. Proposisi, salah
f. Kalimat tanya bukan
proposisi

2. Proposisi Majemuk
Seperti yang sudah dibahas, proposisi adalah pernyataan yang memiliki nilai
kebenaran. Sebuah proposisi dapat dipaparkan bersama dengan proposisi yang lain dengan
menggunakan operator-operator sebagai berikut. Didalam buku ini, sebuah proposisi akan
disimbolkan dengan sebuah huruf kecil bercetak miring, misalkan p, q dan r.
a) Negasi
Negasi bagi suatu proposisi adalah kebalikan dari proposisi tersebut, dalam kalimat
biasanya cukup diungkapkan dengan perkataan ‘tidak’ ataupun dengan ungkapan sejenis
yang sesuai. Sedangkan dalam bentuk simbol, negasi disimbolkan dengan tanda gelombang
‘~’ yang diletakkan sebelum proposisi.

Misalkan p adalah suatu proposisi, p: 2+2 = 4

Negasi bagi p adalah ~p : 2 + 2 ≠ 4

Untuk nilai kebenarannya, jika p bernilai benar, maka ~p bernilai salah begitu
sebaliknya, sebagaimana contoh diatas, ketika p: 2+2 = 4 (merupakan pernyataan benar),
maka negasinya, ~p : 2 + 2 ≠ 4 merupakan pernyataan yang salah. Ringkasnya dapat dilihat
pada Tabel 1 dibawah.

Tabel 1: Tabel kebenaran negasi

p ~p

B S

S B

b) Konjungsi
Konjungsi merupakan penghubung antar proposisi dengan menggunakan kata hubung
“dan” atau pada simbol logika digunakan tanda " ∧ ". Misalkan p dan q adalah proposisi,

p : 2 bilangan genap

q : 3 bilangan ganjil

∧ : 2 bilangan genap DAN 3 bilangan ganjil

Nilai bagi ∧ benar jika dan hanya jika p benar dan q benar. Jika salah satu atau
kedua-dua dari p atau q bernilai salah, maka ∧ bernilai salah. Selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2: Tabel kebenaran konjungsi

p q ∧

B B B
B S S

S B S

S S S

c) Disjungsi
Untuk disjungsi, penghubung yang digunakan adalah perkataan “atau” dengan
notasinya " ∨ ".

p : Jakarta adalah Ibu kota Indonesia

q : Manila adalah ibukota Filipina

∨ : Jakarta adalah Ibu kota Indonesia ATAU Manila adalah ibukota


Filipina

Adapun proposisi ∨ bernilai salah jika p dan q keduanya salah, selain itu nilai
∨ adalah benar.

Tabel 3: Tabel kebenaran disjungsi

p q ∨

B B B

B S B

S B B

S S S

d) Implikasi
Dalam bentuk kalimat, Implikasi diungkapkan dengan cara, “jika p maka q” atau
dalam bentuk logika dinotasikan dengan cara " → ", p dan q adalah proposisi, dimana:

p disebut hipotesa / anteseden / sebab

q disebut konlusi / konsequen / akibat

Contohnya,
Jika hari hujan maka kebun basah,

Jika saya bersedekah maka saya kaya,

Jika saya sholat maka hati saya tenang.

Selain contoh diatas, pernyataan bersyarat → juga dapat dibaca sebagai:

p hanya jika q

p adalah syarat cukup bagi q

q adalah syarat perlu bagi p

Sedangkan untuk nilai kebenaran pada implikasi dapat dilihat pada tabel dibawah.
(coba jelaskan satu persatu)

Tabel 4: Tabel kebenaran implikasi

p q →

B B B

B S S

S B B

S S B

e) Bi-Implikasi
Dari segi bahasa, ‘Bi’ bermaksud ganda atau dua. Jadi dalam logika, maksud Bi-
implikasi adalah gabungan dua buah implikasi yaitu: → DAN → . Ringkasnya, bi-
implikasi dinotasikan dengan tanda panah kanan-kiri " ⟷ ", " ⟷ ".

Dalam kalimat, bi-implikasi ditulis dengan perkataan “… jika dan hanya jika…”.
Contohnya, “Indonesia akan menjadi negara maju jika dan hanya jika seluruh biaya
pendidikan digratiskan.”

Untuk nilai kebenaran, suatu bi-implikasi bernilai benar jika p dan q keduanya benar
atau keduanya salah.

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 5: Tabel kebenaran bi-implikasi

p q ⟷

B B B

B S S

S B S

S S B

Ringkasnya, untuk kelima operator diatas dapat dilihat pada dua tabel
dibawah

Tabel 6: Operator, maksud dan tandanya

No Operator Maksud Tanda

1 Negasi Tidak, bukan ~

2 Konjungsi AND (dan) ∧

3 Disjungsi OR (atau) ∨

4 Implikasi Jika…maka… →

…jika dan
5 Bi-Implikasi ⟷
hanya jika..

Tabel 7: Tabel kebenaran bagi negasi, konjungsi,


disjungsi, implikasi dan bi-implikasi

~ ∧ ∨ → ⟷

B B S B B B B

B S S S B S S

S B B S B B S

S S B S S B B

3. Tabel Kebenaran
Untuk menentukan nilai kebenaran bagi suatu proposisi majemuk dapat dilakukan
dengan menggunakan tabel kebenaran. Perhatikan beberapa contoh berikut ini:

Soal: Tentukan nilai kebenaran proposisi majemuk dibawah dengan


menggunakan tabel kebenaran.
a. ( → ) ↔ (~ ∨ ) b. → ( ↔ ( ∧ )) c. ( → ) ∨
Jawab:
Langkah 1: Tentukan jumlah proposisi yang ada atau jumlah huruf yang
ada, tanpa memperhitungkan pengulangan ataupun negasi.
Misalkan untuk soal a dan b, hanya ada dua yaitu p dan q.
Sedangkan pada soal c terdapat tiga yaitu p, q dan r
Langkah 2: gambarkan tabel dimulai dengan proposisi pada langkah 1
Tabel 8: p dan q Tabel 9: p, q dan r

B B B B Jumlah baris tabel


B
kebanaran!
B S B B S Jumlah baris = 2n
dengan n : jumlah proposisi
S B B S B
Misalkan pada tabel 9, ada 3
S S proposisi utama, p, q dan r.
B S S
Maka jumlah barisnya adalah
23 = 8 baris
S B B

S B S

S S B

S S S

Langkah 3: Lanjutkan tabel diatas hingga mendapatkan nilai kebenaran


yang ditanya, (dahulukan yang negasi dan yang didalam
kurung).
a. Ada dua proposisi utama, p dan q maka jumlah baris = 22 = 4
Tabel 10: Tabel kebenaran bagi ( → ) ↔ (~ ∨ )

~ → ~ ∨ ( → ) ↔ (~ ∨ )

B B S B B B

B S S S S B

S B B B B B

S S B B B B

b. Ada dua proposisi utama, p dan q (jumlah baris = 4)


Tabel 11: Tabel kebenaran bagi → ( ↔ ( ∨ ))

∨ ↔( ∨ ) → ( ↔ ( ∨ ))

B B B B B

B S B S S

S B B B B

S S S B B

c. Ada tiga proposisi p, q dan r (Jumlah baris = 23 = 8)


Tabel 12: Tabel kebenaran bagi ( → ) ∨
→ ( → ) ∨

B B B B B

B B S B B

B S B S B

B S S S S

S B B B B

S B S B B
S S B B B

S S S B B

1. Menurut anda, apa pengertian logika? Dan apa manfaatnya dalam kehiduan anda?
2. Jelaskan secara ringkas, apa yang anda ketahui tentang suatu pernyataan?
3. Berikan 5 contoh pernyataan yang memiliki nilai kebenaran (benar atau salah)?
4. “Jika anda seorang presiden, maka saat ini anda sedang membaca soal ini” menurut
anda, apakah petikan ini bernilai benar atau salah? Jelaskan!

1. Perhatikan pernyataan-pernyataan dibawah, manakah yang berupa proposisi? (Berikan


penjelasan untuk setiap pernyataan):
a. 1 lusin sama dengan 12 buah e. Presiden Indonesia adalah Rhoma
b. 2 + x = 4 Irama
c. Semoga anda diberkati Yang f. 9 > 7
Maha Kuasa. g. Padang adalah ibu kota Indonesia
d. Sudahkan anda bercermin hari ini? h. Miau adala kucing yang cantik
2. Misalkan p dan q adala suatu proposisi dengan p: Hari ini hujan, q: Hari ini dingin.
Ubahlah proposisi majemuk berikut ini kedalam bentuk verbal. (contoh: ∧ : Hari ini
hujan dan hari ini dingin / Hari ini hujan dan dingin). Kemudian, buat tabel kebenaran
untuk masing-masing proposisi majemuk tersebut.
a. ~
b. ∨~
c. ( → ) ∨ ~
d. ( ↔ ) ∧ (~ ↔ ~ )
3. Misalkan p : Prima suka makan apel;
q : Prima suka makan anggur;
r : Prima suka makan mangga.
Ubahlah kalimat berikut kedalam simbol logika.
a. Prima suka makan apel atau anggur, tetapi bukan mangga.
b. Prima suka makan apel dan anggur, tetapi ia tidak suka makan apel dan mangga
c. Adalah tidak benar bahwa Prima suka makan apel atau tidak suka makan anggur
4. Tunjukkan dari proposisi majemuk dibawah, mana yang bernilai benar dan mana yang
bernilai salah. Berikan penjelasan ringkas bagi jawaban anda.
Misalkan n suatu bilangan bulat:
a. Jika 2n bilangan genap
maka 2n + 1 bilangan genap
b. Jika 2n bilangan genap
maka 2n + 1 bilangan ganjil
c. Jika 2n bilangan ganjil
maka 2n + 1 bilangan genap
d. Jika 2n bilangan ganjil
maka 2n + 1 bilangan ganji
B. LOGIKA 2

1. Negasi bagi proposisi majemuk


Negasi bagi proposisi majemuk dapat dituliskan dalam bentuk yang berbeda,
misalnya, ~( ∧ ) setara dengan ~ ∨ ~ , yaitu dengan menegasikan setiap komponennya.
Selengkapnya perhatikan tabel dibawah:

Tabel 13: Tabel kebenaran negasi proposisi majemuk

~ Tambah notasi “ ~ ”

∧ ~ ∨~ Negasi ∧ adalah ∨

∨ ~ ∧~ Negasi ∨ adalah ∧

→ ∧~ Yang ini HAFAL!

↔ ? Coba kerjakan!

2. Konvers, Invers dan Kontraposisi


Suatu pernyataan bersyarat atau implikasi → yang diketahui, dapat dibuat
pernyataan lain sebagai berikut :

a. → disebut pernyataan Konvers dari →


b. ~ → ~ disebut pernyataan Invers dari →
c. ~ → ~ disebut pernyataan Kontraposisi dari →
Untuk melihat bagaimana hubungan antara keempat pernyataan tersebut dapat dilihat
pada tabel kebenaran sebagai berikut.

Tabel 14: Tabel kebenaran konvers, invers dan kontraposisi


Implikasi Konvers Invers Kontraposisi

~ ~ → → ~ →~ ~ →~

B B S S B B B B

B S S B S B B S

3-
S B B S B S S B

S S B B B B B B

Terlihat bahwa sebuah implikasi tidak setara


dengan konversnya, atau → ≢ → Setara Ekivalen

Dua buah pernyataan


“jika saya makan maka saya kenyang”
dikatakan setara/ekivalen
tidak setara dengan
jika tabel kebenarannya sama.
“jika saya kenyang maka saya makan.” Simbolnya “ ”

Akan tetapi, suatu implikasi setara dengan kontraposisinya, → ≡~ →~


“jika saya makan maka saya kenyang”
Setara dengan
“jika saya lapar maka saya tidak/belum makan.”

3. XOR, NAND, NOR


Selain kelima operator logika yang telah didiskusikan sebelum ini (negasi, konjungsi,
disjungsi, implikasi dan bi-implikasi). Ada juga beberapa operator tambahan, turunan dari
operator yang sudah ada, yaitu XOR, NAND dan XOR. Operator-operator ini sering di
aplikasikan dalam gerbang logika yang sering diaplikasikan pada elektronika.

a) XOR
XOR atau eksklusif-OR atau ekslusif disjungsi, banyak diaplikasikan pada sains
komputer dan informatika, dinotasikan sebagai "⨁". Antar dua proposisi, ⨁ bernilai benar
jika salah satu dari p atau q adalah benar, tetapi tidak kedua-duanya.
Misalkan, anda disuruh untuk membeli sebungkus makanan, pilihannya ada nasi
goreng atau mi goreng. Anda hanya disuruh membeli satu bungkus, jadi jika anda tidak
membeli satupun, anda salah, dan jika membeli keduanya,anda juga salah.
Tabel 15: Tabel kebenaran XOR

B B S

3-
B S B

S B B

S S S

b) NAND
NAND atau negasi-AND atau negasi konjungsi, sering diaplikasikan pada rangkaian
elektronika, dalam buku ini dinotasikan sebagai " ↑ ".
↑ ≡ ~( ∧ )
Tabel 16: Tabel kebenaran NAND

B B S

B S B

S B B

S S B

c) NOR
NOR atau Negate-OR atau negasi disjungsi, juga sering diaplikasikan pada rangkaian
elektronika, dalam buku ini dinotasikan sebagai " ↓ ".
↓ ≡ ~( ∨ )
Tabel 17: Tabel kebenaran NOR

B B S

B S S

S B S

S S B

3-
4. Hukum-hukum dalam logika
Terdapat beberapa hukum ataupun sifat yang berlaku dalam logika. Hukum-hukum ini
penting untuk difahami agar kita dapat mengetahui proses logika dengan lebih baik.
Selanjutnya sifat-sifat ini terangkum dalam Tabel 6 berikut:

Tabel 18: Hukum-hukum dalam logika


No Nama Penjelasan

∨ =
a. Hukum Idempoten
∧ =

∨ = ∨
b. Hukum Komutatif
∧ = ∧

( ∨ )∨ = ∨( ∨ )
c. Hukum Assosiatif
( ∧ )∧ = ∧( ∧ )

∨( ∧ )=( ∨ )∧( ∨ )
d. Hukum Distributif
∧( ∨ )=( ∧ )∨( ∧ )

∨S=

∧B=
e. Hukum Identitas
∨B=B

∧ S= S

∨~ = B

f. Hukum Komplemen ∧~ = S

~(~ ) =

g. Hukum De Morgan ~( ∨ ) = ~ ∧ ~

3-
~( ∧ ) = ~ ∨ ~

Latihan

1. Apakah negasi dari pernyataan berikut:


a. Jika langit berwarna biru, maka biru adalah warna laut
b. 2 + 4 = 7
c. Ia seorang yang kaya tetapi tidak bahagia
d. Jika hari hujan dan berpetir maka saya tidak akan kepasar
e. Ia seorang yang kaya dan terkenal tetapi ia tidak bahagia
f. Baik Kalkulus maupun Matematika Diskrit, keduanya adalah kuliah wajib.
2. Tuliskan invers, konvers dan kontra posisi bagi pernyataan berikut.
a. Jika saya makan maka saya hanya makan secukupnya
b. Makanan sehat itu tidak mahal
c. Dua buah himpunan dikatakan sama jika keduanya memiliki anggota yang sama.
d. Jika x2 = 4 maka x = 2 atau x = -2
3. Buktikan menggunakan hukum-hukum dalam logika:

3-
a. ~( ∨ ) ∨ (~ ∧ ) ≡ ~
b. ∨( ∧ ) ≡
5. Tautologi, Kontradiksi dan kontingensi
Tautologi adalah suatu pernyataan majemuk yang bernilai benar untuk semua
kemungkinan. Hal ini dapat dibuktikan menggunakan tabel kebenaran. Contoh pernyataan
majemuk yang tautologi adalah:

( → ) ↔ (~ ∨ )

Bukti dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 19: Contoh proposisi yang tautologi


~ → ~ ∨ ( → ) ↔ (~ ∨ )

B B S B B B

B S S S S B

S B B B B B

S S B B B B

Kontradiksi adalah kebalikan atau negasi bagi tautologi, yaitu suatu pernyataan
majemuk yang bernilai salah untuk semua kemungkinan. Sebagaimana contoh berikut:

Tabel 20: Contoh proposisi yang kontradiksi


∧ ~ ( ∧ )∧~

B S S

S B S

S S S
S B S

Sedangkan, untuk pernyataanyang bukan tautologi maupun kontradiksi disebut sebagai


kontingensi. Misalnya terlihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 21: Contoh proposisi yang kontingensi
∨ ↔( ∨ ) → ( ↔ ( ∨ ))

B B B B B

B S B S S

S B B B B

S S S B B

6. Argumen dan penarikan kesimpulan


Argumen adalah alasan yg dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu
pendapat, pendirian, atau gagasan. Dalam berargumen, biasanya kita memberikan pernyataan-
pernyataan logis untuk memperkuat kesimpulan kita dalam berargumen. Pernyataan logis
atau proposisi ini dinamakan sebagai Premis.Dari premis-premis ini akan ditarik sebuah
penarikan kesimpulan yang menjadi argumen kita.

Terdapat beberapa cara penarikan kesimpulan, diantaranya adalah modus ponens,


modus tollens dan silogisme.

a) Modus Ponens
“Jika → benar dan benar maka benar.”
Skema argumen dapat ditulis sebagai berikut :
Premis 1: →
Premis 2:
Kesimpulan: ∴
Atau, dalam bentuk yang lebih ringkas dapat ditulis sebagai → , ⊢
Dalam bentuk implikasi, argumentasi tersebut dapat dituliskan sebagai:
[( → ) ∧ ] →
(keterangan: Jika Premis 1 dan premis 2, maka kesimpulan)
Modus ponens dikatakan sah karena pernyataan [( → ) ∧ ] → merupakan tautologi,
sebagaimana ditunjukkan didalam Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 22: Tabel kebenaran bagi Modus Ponens


→ ( → )∧ [( → ) ∧ ] →

B B B B B

B S S S B

S B B S B

S S B S B

b) Modus Tollens
“Jika → benar dan ~ benar maka ~ benar.”
Skema argumen dapat ditulis sebagai berikut :
Premis 1: →
Premis 2: ~
Kesimpulan: ∴~

Atau → ,~ ⊢ ~
Dalam bentuk implikasi, argumentasi tersebut dapat dituliskan sebagai
[( → ) ∧ ~ ] → ~
Modus tollens dikatakan sah karena pernyataan [( → ) ∧ ~ ] → ~ merupakan tautologi.
Bukti:
Tabel 23: Tabel kebenaran bagi Modus Tollens
( → )
~ ~ → [( → )∧~ ]→~
∧~

B B S S B B B

B S S B S S B
S B B S B S B

S S B B B S B

c) Silogisme
“Jika → benar dan → benar maka → benar.”
Skema argumen dapat ditulis sebagai berikut :
Premis 1: →
Premis 2: →
Kesimpulan: ∴ →

Atau → , → ⊢ →
Dalam bentuk implikasi, argumentasi tersebut dapat dituliskan sebagai
[( → ) ∧ ( → )] → ( → )
Silogisme dikatakan sah karena pernyataan [( → ) ∧ ( → )] → ( → ) merupakan
tautologi. Buktinya dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Misalkan ≡ [( → ) ∧ ( → )] → ( → )
Tabel 24: Tabel kebenaran bagi Silogisme

→ → ( → )∧( → ) →

B B B B B B B B

B B S B S S S B

B S B S B S B B

B S S S B S S B

S B B B B B B B

S B S B S S B B

S S B B B B B B

S S S B B B B B
Jawablah pertanyaan berikut ini
1. Tunjukkan dengan menggunakan tabel kebenaran bahwa:
~( ∧ ) ≡ ~ ∨ ~

~( ∨ ) ≡ ~ ∧ ~

~( → ) ≡ ∧~

2. Buatlah tabel kebenaran bagi → , ~ → ~ dan ~ → ~ . Bandingkan dengan


tabel kebenaran → . Proposisi majemuk manakah yang setara?
3. Apatkan tabel kebenaran untuk membuktikan kebenaran hukum asosiatif, distributif,
identitas dan komplemen.
4. Apakah negasi dari pernyataan berikut:
a. Jika langit berwarna biru, maka biru adalah warna laut
b. 2 + 4 = 7
c. Ia seorang yang kaya tetapi tidak bahagia
d. Jika hari hujan dan berpetir maka saya tidak akan kepasar
e. Ia seorang yang kaya dan terkenal tetapi ia tidak bahagia
f. Baik Kalkulus maupun Matematika Diskrit, keduanya adalah kuliah wajib.
5. Tuliskan invers, konvers dan kontra posisi bagi pernyataan berikut.
a. Jika saya makan maka saya hanya makan secukupnya
b. Makanan sehat itu tidak mahal
c. Dua buah himpunan dikatakan sama jika keduanya memiliki anggota yang sama.
d. Jika x2 = 4 maka x = 2 atau x = -2
C. TEORI HIMPUNAN
1. Pendahuluan
Mau tidak mau, suka tidak suka, tiap hari kita berhadapan dengan suatu himpunan.
Himpunan mahasiswa yang menunggu bus, himpunan dosen dijurusan, himpunan senior
dikantin, himpunan mata kuliah yang mesti dilalui, himpunan buku yang mesti dibeli dan
sebagainya.

Pada pelajaran matematika diskrit, Himpunan atau set didefenisikan sebagai


sekumpulan objek yang berbeda, yang dapat didefenisikan dengan jelas.

Perhatikan contoh berikut:

Misalkan terdapat empat buah kartu seperti gambar dibawah:

A B C D
8 9 4 5 2 3 1 3

10 11 6 7 6 7 5 7

12 13 12 13 10 11 9 11

14 15 14 15 14 15 13 15
Keempat kartu diatas dapat digolongkan menjadi suatu himpunan, dengan unsur atau
anggotanya adalah angka-angka yang tertulis didalam kartu tersebut. Atau dapat ditulis
dengan cara sebagai berikut:
A = {8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15}
B = {4, 5, 6, 7, 12, 13, 14, 15}
C = {2, 3, 6, 7, 10, 11, 14, 15}
D = {1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15}
Penulisan suatu himpunan dimulai dari sebuah huruf besar sebagai nama/simbol
himpunannya dan untuk keanggotaan himpunan dituliskan menggunakan notasi ‘∈’. Misalnya
pada contoh himpunan kartu A: 8 ∈ A, 9 ∈ A, sedangkan 1 ∉ A.
Adapun cara penyajian suatu himpunan adalah dengan cara Enumerasi,
menggunakan simbol baku, menuliskan kriteria anggota himpunan dan diagram venn.
f) Enumerasi
Penyajian suatu himpunan dengan cara enumerasi yaitu dengan menyebutkan semua
anggota himpunan di dalam suatu kurung kurawal “{ }”.

Contoh:

Himpunan lima bilangan genap pertama: A = {2, 4, 6, 8, 10}.

Himpunan lima bilangan prima pertama: B = {2, 3, 5, 7, 11}.


Himpunan bilangan asli yang kurang dari 100: C = {1, 2, ..., 100}
Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.
g) Simbol baku
Penyajian himpunan dengan menggunakan simbol-simbol yang telah diketahui secara
umum didunia ilmu pengetahuan.

Contoh:
N = himpunan bilangan asli/natural = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
h) Menuliskan kriteria anggota
Penyajian himpunan dengan menuliskan syarat keanggotaan himpunan tersebut,
dituliskan dengan cara A = { x | syarat yang harus dipenuhi oleh x }.
Contoh:
A adalah himpunan bilangan asli yang kecil dari 7
A = { x | x ≤ 7 dan x ∈N } atau
A = { x ∈N | x ≤ 7} (coba tuliskan dalam bentuk enumerasi)
i) Diagram Venn
Penyajian himpunan dengan cara menuliskan anggotanya dalam suatu gambar
(diagram) yang dinamakan diagram venn.
Contoh:
Misalkan S = {1, 2, 4, 5, 6, 7}, A = {1, 3, 4, 5} dan B = {4, 5, 6, 7}.
S A B

1 4 6

3 5 7

2. Istilah-istilah penting
2
Dalam pembahasan teori himpunan, terdapat beberapa istilah penting yang perlu
diketahui maksud dan contohnya. Beberapa istilah tersebut adalah: Kardinalitas, Himpunan
bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, himpunan kuasa dan ekivalen.

a) Kardinalitas
Dalam teori himpunan, Kardinalitas adalah jumlah anggota pada suatu himpunan.
Misalkan himpunan A memiliki tiga anggota, A = {Ani, Ana, Anu}, maka kardinalitas bagi A
dituliskan sebagai berikut: |A|= 3 atau n(A) = 3
Contoh:
Misalkan S = { x | x bilangan bulat positif kecil dari 20}. Jika A = { x | x bilangan
genap}, B = { x | x bilangan yang habis dibagi 3} dan C = { x | x bilangan yang habis dibagi
5}. Dapatkan kardinalitas bagi A, B dan C.
Jawab: Jika ditulis secara enumerasi, maka
A = {2, 4, 6, 8, …, 18}, |A|= 9
B = {3, 6, 9, 12, 15, 18} |B|= 6
C = {5, 10, 15}, |C|= 3
b) Himpunan bagian
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya
jika setiap unsur A merupakan unsur dari B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
Sedangkan A Bukan himpunan bagian bagi B jika setidak-tidaknya terdapat satu
anggota A yang tidak ada di B. Notasi A himpunan bagian B: A ⊆B atau A ⊂B
Notasi A bukan himpunan bagian B: A ⊈ B atau A ⊄ B
Contoh:
Jika, B = {3, 6, 9, 12, 15, 18}
C = {3, 9, 15}
D = {3, 9, 12, 15, 16}
Maka, C ⊂B dan D ⊄ B
Jika digambarkan diagram venn bagi himpunan bagian, maka akan didapati himpunan
yang menjadi subset akan berada didalam himpunan supersetnya.

6 12 3

18 15
c) Himpunan semesta dan himpunan kosong
Himpunan semesta adalah himpunan yang anggotanya adalah gabungan semua
himpunan yang menjadi objek pembahasan (semesta pembicaraan), dinotasikan dengan S
(Sebagian buku menggunakan notasi U). Contoh dari soal ‘4 kartu’ pada bagian pendahuluan,
Himpunan semesta bagi contoh tersebut adalah semua angka yang muncul atau S =
{1,2,3,…,15}.
Contoh lain, misalnya objek pembahasan kita adalah mahasiswa jurusan Teknologi
Informasi (TI) yang terdiri dari dua program studi, teknik komputer dan manajemen
informatika. Jika: A = {x|x mahasiswa TI prodi Teknik Komputer}
B = {x|x mahasiswa TI prodi Manajemen Informasi}
Maka himpunan semesta pada kasus ini adalah
S = {x|x mahasiswa jurusan TI}
Sedangkan, himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota.
Misalkan contoh mahasiswa jurusan TI diatas, terdapat sebuah himpunan C, dimana
C = {x|x mahasiswa TI prodi Teknik Mesin}.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa C merupakan himpunan kosong, karena di
jurusan TI tidak ada prodi Teknik Mesin. Atau jika disimbolkan:
C = { } atau C = ∅
d) Himpunan kuasa
Misalkan A merupakan suatu himpunan. Himpunan kuasa bagi A adalah suatu
himpunan yang anggotanya adalah semua himpunan bagian bagi A, termasuk himpunan
kosong dan A itu sendiri. Himpunan kuasa dinotasikan dengan P(A). Kardinalitas bagi
himpunan kuasa adalah |P(A)|= 2m, m = |A| (kardinalitas himpunan A)
Contoh:
Andaikan A = {a}, |A|= 1
Maka P(A) = {∅, {a}}, |P(A)|= 21 = 2
Contoh:
B = {a, b}, |B| = 2
P(B) = {∅, {a}, {b}, {a, b}}, |P(B)| = 22 = 4
Contoh:
C = {a, b, c}
P(C) = {∅, {a}, {b}, {c}, {a, b}, {a, c}, {b, c}, {a, b, c}}
Contoh:
Himpunan kosong, ∅, memiliki himpunan kuasa, P(∅) = {∅}
Sedangkan suatu himpunan yang anggotanya sebuah himpunan kosong, {∅},
himpunan kuasanya: P(∅) = {∅, {∅}}
e) Ekivalen dan kesamaan himpunan
Suatu himpunan dikatakan ekivalen, jika dan hanya jika kardinalitasnya sama.
Misalkan terdapat dua buah himpunan,
A = {S, U, K, S, E, S}
B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Karena |A|=|B|= 6, maka himpunan A adalah ekivalen dengan B, A ≈ B.
Sedangkan, dua buah himpunan dikatakan sama, jika dan hanya jika setiap elemen
atau anggota pada dua himpunan tersebut adalah sama.
C = {R, U, M, A, H}
D = {H, A, R, U, M}
Himpunan C = D, sebab semua anggota pada himpunan tersebut adalah sama.
Contoh:
a. Jika A = {1,2,3,4} dan B = {x|x empat bilangan asli pertama}, maka A = B
b. Jika A = {0, 1} dan B = {x | x (x – 1) = 0}, maka A = B
c. Jika A = {1, 2, 3, 2} dan B = {2, 3, 1}, maka A = B
Jika A = {1, 2, 3, 2} dan B = {2, 3}, maka A ≠ B

Latihan

1. Tuliskan himpunan-himpunan berikut secara enumerasi:


a. A = {x | x2 = 4, x bilangan riil)
b. B = {x | x2 + (5/2)x + 1 = 0, x bilangan bulat
c. C adalah himpunan perdana menteri Indonesia
d. D = {bilangan positif yang kecil dari 1)
e. E = {huruf-huruf penyusun nama dosen Matematika Diskrit anda)
2. Dari himpunan-himpunan dibawah, himpunan manakah yang sama?
a. F = {x | x2 - 4x + 3 = 0} e. J = {1,2}
2
b. G = {x | x - 3x + 2 = 0} f. K = {1,2,1}
c. H = {x | x bilangan asli, x < 3} g. L = {3,1}
d. I = {x | x bilangan asli, x < 5, x h. J = {1,1,3}
bilangan ganjil}

3. Apakah {∅} merupakan himpunan kosong? Bagaimana dengan {{∅}}. Coba berikan
sebuah contoh untuk kedua himpunan tersebut.
4. Diketahui bahwa:
C = himpunan bilangan kompleks
N = himpunan bilangan asli/natural
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
Z = himpunan bilangan bulat
5. Diketahui bahwa:
C = himpunan bilangan kompleks
N = himpunan bilangan asli/natural
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
Z = himpunan bilangan bulat
Lengkapi pernyataan berikut dan berikan alasan anda mengapa urutannya seperti itu:
…⊂ … ⊂ … ⊂ … ⊂ C
3. Operasi pada himpunan
Pada bagian ini akan dibahas mengenai operasi-operasi yang berlaku pada himpunan
seperti irisan, gabungan, komplemen, selisih beda setangkup dan perkalian kartesan.

a) Irisan (intersection)
Pada logika, Irisan ini mirip dengan konjungsi atau ‘DAN’, benar jika dan hanya jika
p benar dan q benar. Dalam himpunan, andaikan ada dua buah himpunan, A dan B, irisan
antara dua himpunan tersebut adalah satu himpunan yang anggotanya berada dihimpunan A
dan B.
∩ = {x|x ∈ DAN x ∈ }
Menggunakan diagram Venn, suatu irisan merupakan daerah yang berwarna abu-abu
seperti berikut:

Contoh:
Jika, A = {1, 3, 6, 9, 12}, B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Maka, ∩ = {1, 3, 6}
b) Gabungan (union)
Sesuai dengan bahasanya, gabungan pada suatu himpunan berarti kita menggabungkan
dua buah himpunan atau lebih. Gabungan mirip dengan disjungsi atau ‘ATAU’, baru salah
jika jika dan hanya jika p salah dan q salah.
Andaikan ada dua buah himpunan, A dan B, gabungan antara dua himpunan tersebut
adalah satu himpunan yang anggotanya berada dihimpunan A atau B.
∪ = {x|x ∈ ATAU x ∈ }
Diagram Vennnya dapat dilihat sebagai berikut:
Contoh:
Jika, A = {2, 3, 4, 5, 6}, B = {2, 4, 6, 8, 10}
Maka, ∪ = {2, 3, 4, 5, 6, 8, 10}

c) Komplemen
Komplemen berarti pelengkap. Misalkan A suatu himpunan yang berada dalam
semesta S. Komplemen bagi A dinotasikan sebagai A’, yaitu suatu himpunan selain A yang
berada dalam S.
′ = {x|x ∈ dan x ∉ }

Contoh: Jika, S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} dan A = {2, 4, 6, 8}


Maka, ′ = {1, 3, 5, 7}
d) Selisih
Selisih bagi himpunan A dan B dinotasikan oleh:
A – B = { x | x ∈A dan x ∉ B } = A ∩ B’

Contoh:
Jika, A = {2, 3, 4, 5, 6}, B = {2, 4, 6, 8, 10}
Maka, − = {3, 5}

e) Beda setangkup
Beda setangkup bagi himpunan A dan B dinotasikan sebagai ⨁ , dimana setiap
anggota di ⨁ merupakan anggota di A atau di B, tetapi bukan anggota di A dan B
sekaligus.
⨁ =( ∪ )−( ∩ )
=( − )∪( − )

Contoh:
Jika, A = {2, 3, 4, 5, 6}, B = {2, 4, 6, 8, 10}
Maka, ⨁ = {3, 5, 8, 10}
f) Perkalian kartesan
Perkalian kartesan bagi himpunan A dan B dinotasikan oleh:
A x B = {(a,b) | a ∈A dan b ∈B}
Jika A dan B merupakan himpunan terhingga, maka kardinalitas bagi perkalian kartesan A x B
adalah: |A x B| = |A|x|B|
Contoh:
Jika, A = {1, 2}, B = {a, b, c}
Maka, × = {(1, )(1, )(1, )(2, )(2, )(2, )}
|A x B|= 2 x 3 = 6

Perlu diingat bahwa pasangan terturut (a, b) ≠ (b, a). Ini berakibat perkalian kartesan
tidak bersifat komutatif atau A x B ≠ B x A, dimana A dan B bukan himpuna kosong.
Jika = ∅ atau =∅
Maka × = × =∅
4. Hukum-hukum dalam himpunan
Pada bagian ini akan dibahas mengenai operasi-operasi yang berlaku pada himpunan
seperti irisan, gabungan, komplemen, selisih beda setangkup dan perkalian kartesan.
Hukum-hukum dalam himpunan.
Hukum-hukum yang berlaku untuk operasi himpunan adalah seperti pada tabel sebagai
berikut:
Hukum Keterangan
∪∅=
a. Identitas
∩ =
∩∅=∅
b. Null
∪ =
∪ ′=
c. Komplemen ∩ ′=∅
∅ =

∪ =
d. Idempoten
∩ =
e. Involusi ( ′ )′ =
∪( ∩ )=
f. Penyerapan
∩( ∪ )=
∪ = ∪
g. Komutatif
∩ = ∩
∪( ∪ )=( ∪ )∪
h. Asosiatif
∩( ∩ )=( ∩ )∩
∪( ∩ )= ( ∪ )∩( ∪ )
i. Distributif
∩( ∪ )= ( ∩ )∪( ∩ )
( ∪ )′ = ′
∩ ′
j. De Morgan
( ∩ )′ = ′
∪ ′

5. Prinsip dualitas
Prinsip dualitas mengemukakan bahwa dua konsep yang berbeda dapat dipertukarkan
namun tetap memberikan jawaban yang benar. Prinsip ini ditandai dengan mengganti notasi
∪ menjadi ∩,
∩ menjadi ∪,
S menjadi ∅,
∅ menjadi S
Misalkan gabungan himpunan berikut:
∪( ′∩ )= ∪
Dualnya: ∩( ′∪ )= ∩

1. Tunjukkan bahwa himpunan-himpunan dibawah merupakan himpunan terhingga


a. Himpunan nama presiden Indonesia
b. Himpunan nama kabupaten di Propinsi Sumatera Barat
c. Himpunan bilangan genap
d. Himpunan kucing-kucing yang ada di kota Padang
e. Bilangan prima yang genap
f. Faktor bagi 100
g. Jumlah rambut pada kepala
2. Pada suatu kelas terdapat 30 orang mahasiswa, 20 diantaranya gemar membaca
kalkulus, 15 mahasiswa gemar membaca statistika, 10 orang gemar membaca kedua
buku tersebut. Berapakan jumlah mahasiswa yang gemar membaca kalkulus saja dan
gemar membaca statistika saja.
3. Misalkan = {1,2,3 … ,9} dan = {1,2,5,6}, = {2,5,7}, = {1,3,5,7,9}
a. ∩ dan ∩ d. − dan − g. ( ∪ )′
b. ∪ dan ∪ e. ⨁ dan ⨁ h. ( ⨁ ) −
c. ′ dan ′ f. ( ∪ ) −

4. Misalkan = { , , , , }, = { , , , , }, = { , , , , ℎ}, = { , , , , ℎ}
a. ∪ e. −( ∪ ) i. ( − ) −
b. ∩ f. ( ∩ ) ∪ j. ⨁
c. − g. ( ∪ ) − k. ⨁
d. ∩( ∪ ) h. ∩ ∩ l. ( ⨁ ) −
5. Gunakan defenisi himpunan untuk membuktikan hukum penyerapan dan hukum De
Morgan
6. Tuliskan dual bagi:
a. ( ∩ ) ∪ ( ∩ ) =
b. ( ∪ ∪ )′ = ( ∪ )′ ∩( ∪ )′
c. ( ∩ ) ∩ (∅ ∪ ′)
=∅
d. ( ∪ ∅)′ ∪ =

Anda mungkin juga menyukai