Lokasi : Kantor Penghubung Palembang, Jalan Radial Kompleks Ilir Barat Permai D1 no. 19-
20
Pada acara bedah buku kali ini, setelah penghormatan kepada Master Cheng Yen sebanyak 3(tiga)
kali, Pembacaan sila Tzu chi, dan menyanyikan lagu “Menyingsing Fajar Pertama”. Tepat pukul 19.00
Acara bedah buku dimulai dengan pembacaan buku 20 kesulitan Dalam Kehidupan , Bab 12 secara
bergilir per satu paragraph selama kurang lebih 15 menit. Setelah pembacaan buku bab 12 oleh
masing-masing para peserta bedah buku. Hendra Shixiong sebagai pemandu acara bedah buku kali
ini, memulai acara bedah buku dengan pertanyaan sbb :
“Apakah ada dari Shixiong dan Shijie sekalian yang merasa pernah berbuat
sombong kepada orang lain?”
Dari pertanyaan tsb, para peserta pun terpancing untuk mensharingkan pengalaman mereka.
Dalam buku yang kita baca tadi dituliskan, melafalkan nama Buddha dapat mengikis kesombongan.
Setiap diri manusia pasti ada sikap sombong. Kesombongan ini seperti rumput liar yang sangat sulit
kita cabut satu persatu. Saya sedikit menyinggung ajaran Buddha, dalam ajaran Buddha porsi
kesombongan ini sangat besar, seperti dalam ayat-ayat Dhammapada ada 10 kekotoran batin
manusia, ada pulasa dan mana. Porsi kesombongan sangat besar. Saya sendiri pernah mengalami
rasa sombong, pada saat usia 25 tahun, saya merasa sangat sombong karena dibelakang saya berdiri
banyak paertai hebat. Setelah saya sadari bahwa itu tidak benar, saya langsung merubah sikap ini.
Memang sangat sulit untuk menghilangkannya, karena kita terbiasa dengan sikap sombong. Untuk
mengatasinya kita harus mengetahui/ mengenal diri kita. Kita harus memiliki rasa takut berbuat
kejahatan dan takut akan akibat dari berbuat kejahatan.
Kesombongan adalan suatu penyakit yang sering menghinggapi kita semua, benih- benihnya
kerap muncul tanpa kita sadari. Kesombongan ibarat rumput-rumput liar seperti “ Sepetak sawah
yang komposisi tanahnya subur tetapi dipenuhi rumput – rumput liar maka tanaman tidak akan
berkembang dengan baik “. Kesombongan tanpa kita sadari kita meremehkan orang lain,
menyinggung orang lain.
1. FAKTOR PENGABDIAN
Rasa Sombong jenis ini biasanya juga dialami oleh seseorang yang merasa sudah banyak
membantu / menolong kepada rekannya lalu dia merasa bahwa rekan tersebut sudah terlalu
banyak hutang Budi padanya dan kalau tidak ada dia maka rekan tersebut tak akan
sempurna hidupnya.
Kebetulan saya juga aktif di organisasi lain. Dalam berorganisasi pada saat kegiatan, suatu
kepanitiaan pasti ada pelaksana dan pengarah. Saya biasa dipercaya di bagian pengarah. Di bagian
pengarah ini tugasnya termasuk menyusun bahan-bahan rapat dan persidangan. Yang saya sadari
bahwa dibandingkan teman-teman lain saya mempunyai kemampuan untuk merumuskan masalah,
dan saya lebiih banyak tahu, saya berada di atas mereka. Tapi kemudian saya berpikir untuk tugas
tertentu saya yang dipercaya, tapi mungkin untuk bidang yang lain, jika dibandingkan dengan teman-
teman yang lain saya tidak ada apa-apanya. Ada satu tantangan yang harus diakui bahwa walaupun
kita tidak tahu, yang namanya kesombongan itu bisa tampak dalam segala hal tanpa kita sadari,
tetapi yang terpenting bagaimana kita mengendalikan diri kita untuk menjadi tidak sombong.
2. FAKTOR MATERI
Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain, lalu disadari
maupun tidak akan timbul Kesombongan dalam berbagai bentuk tak mau bergaul dengan
kalangan orang yang tidak berpunya.
Misalnya : jika kita terhadap orang yang (seperti tukang beca), sedangkan kita bawa mobil,
apakah kita akan bergaul dengan mereka.
Sharing Cokro Sx :
Menurut saya sombong itu karena tidak kenal. Kalau orang sudah kenal, baik kaya / miskin itu pasti
tidak akan sombong. Contohnya, kalau kita belom kenal, ada orang yang lewat depan kita, tidak
mungkin kita senyum-senyum sendiri. Atau apabila kita bertemu dengan teman waktu kecil yang
sudah lama tidak bertemu. Waktu bertemu dan dia menyapa kita, kita tidak membalas katanya
“sombong”. Pernah suatu ketika saya merasa sombong, merasa diri sudah benar-benar hebat, tapi
saat berteman dengan teman-teman pengusaha yang lebih hebat lagi, dimana perusahaan mereka
sudah terkenal, koq ternyata mereka tidak sombong, padahal mereka lebih kaya dari kita. Dari sini
lah saya menyadari bahwa saya ini belom mempunyai apa-apa, jadi buat apa sombong.
Terkadang sebagai pengusaha seperti saya ini, terlalu banyak pikiran, dan pas diajak ngomong itu
kadang tidak nyambung, tidak connect. Nah kondisi ini akan membuat orang-orang berpendapat
bahwa kita ini sombong. Orang-orang tidak tahu bahwa kita ini lagi banyak pikiran, yang tahu adalah
diri kita sendiri. Jadi Orang kaya itu punya tingkat stres yang tinggi, bukannya sombong. Pikiran kita
ini lah yang menilai bahwa orang itu sombong.
Menurut saya, yang paling sombong itu para wanita. Pada saat para wanita ini mempunyai barang-
barang baru, seperti tas baru, baju-baju baru mereka pasti akan sombong dan memamerkannya
kepada teman-teman yang lain.
3. FAKTOR KEBAIKAN
Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah dan lebih tulus dibandingkan
dengan orang lain, lalu akan timbul Kesombongan dalam bentuk bahwa diri sendiri seolah-
olah adalah Orang Terbaik Didunia.
Terinspirsai dari sharing Hok Lay Shixiong pada saat ikut Tim Tanggap Darurat membantu korban
banjir bandang di Manado. Terkadang justru pada saat mengikuti kegiatan sosial di Tzu chi, rasa
sombong karena merasa diri paling baik ini sangat mudah sekali muncul dalam diri, ini disebabkan
karena kita tidak tahu dan paham apa tujuan yang sebenarnya kita berada di Tzu chi. Mungkin ini
sesuatu yang wajar, Tapi perlu diingat “ Kita menjadi orang baik kemarin, belum tentu kita menjadi
orang baik hari ini”. Jadi apa yang sudah dilakukan kemarin, itu bukan sesuatu yang patut kita
sombongkan, karena yang namanya kebaikkan itu merupakan suatu proses yang tidak pernah habis-
habisnya, harus dilakukan terus menuerus. Kita juga harus terus menerus melatih diri untuk
melakukan kebajikan. Dan untuk melatih diri tidak bisa dengan kesombongan. Apapun yang sudah
kita lakukan itu adalah masa lalu, jangan kita merasa sudah terlalu banyak jasa, sudah banyak yang
dicapai.
Ada cerita dari samanera Sutompo yang berlatih meditasi dengan guru Zen. Setelah ia selesai
melatih meditasi, ia bertanya kepada guru Zen” Guru bagaimana penampilan saya”, lalu guru Zen
tersebut menjawab “Anda seperti seorang buddha”. Sutumpo menganggap dirinya hebat dan
berbicara kemana-mana. Inilah contoh satu kesombongan manusia yang merasa diri paling hebat.
Dari cerita ini pun kita dapat bahwa apa yang kita miliki, yang kita punya itu bersifat sementara.
Seperti di Tzu Chi, kita sebagai relawan jangan pernah menganggap diri kita ini orang yang terpilih.
Kita ini orang yang membina diri. Apa yang kita dapat dalam melakukan kegiatan, seperti gesekan-
gesekan, konflik itu pasti ada. Kita harus balik lagi ke tujuan kita menjadi relawan Tzu Chi itu apa.
Master berkata kita harus melakukan semuanya dengan “Yong Xin” tanpa melihat latar belakang
pendidikan, latar belakang kaya/miskin. Kita bisa menghadapi kesombongan ini dengan berdiam
dalam Bhrama, yaitu dengan Catur Paramitta: Metta (cinta kasih unuversal), Karuna (Maha
Pengasih),Mudita (bersimpati atas kegembiraan orang lain), Uppeka (keseimbangan batin).
4. FAKTOR KECERDASAN
Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten ,dan lebih berwawasan dari orang lain, lalu bisa
juga tumbul Kesombongan, biasanya dalam bentuk tak mau bergaul dg kalangan pendidikan
rendah .
Faktor kecerdasan ini sepertinya sering kali muncul, tanpa kita sadari terkadang kita menjadi
sombong karena lebih pintar, lebih tahu dari orang lain.
Kesombongan muncul apabila seseorang merasa dirinya lebih atau paling dari orang lain. Misalnya,
paling hebat, paling pintar, paling kaya. Kesombongan tidak terlihat karena adanya sifat keegoisan.
Maka ada baiknya kita tidak memandang rendah orang lain. Ingatlah bahwa kita semua adalah satu
keluarga “Wo Men Shi YI Jia Ren”
Dulu sebelum mengenal Tzu Chi, Saya memang suka baca buku-buku ajaran Buddha. Jadi pada saat
saya mampir ke Jing Si Book and Cafe di Singapore, pas saya baca buku-buku master kok agak aneh,
agak beda juga.Waktu itu saya baca-baca buku Tzu Chi tapi tidak secara mendalam. Dan waktu
mengikuti traininng di Jakarta baru saya mulai mendalami buku-buku Master. Memang beda
pembahasan dalam buku-buku Master ini, merupakan ajaran Buddha yang paling dalam dan semua
dikemas dalam bentuk yang sangat sederhana. Saya ingin mengajak Shixiong dan Shijie sekalian
untuk rajin membaca buku-buku Master karena kalau Cuma mau bedah buku aja baru baca itu tidak
cukup, kita akan ketinggalan. Tapi kita jg tidak cukup dengan membaca buku, semua itu harus
selaras dengan sering ikut dalam kegiatan, kerja / action. Kita hrus dapat meneladani kecerdasan,
cinta kasih Master Cheng Yen.
Seperti yang dikatakan tadi bahwa dalam bedah buku, banyak membaca buku Master akan
menambah wawasan kita tentang ajaran Master, tapi semua itu harus diimbangi dengan banyak
terjun ke lapangan. Di lapangan ini lah kita akan banyak menemukan banyak kendala dan kita akan
menjadi sombong serta merasa kita lebih hebat dari dia, kita lebih baik dari dia. Kita harus sadar
bahwa di Tzu Chi itu tempat kita melatih diri. Kalau kita sering melatih diri, kesombongan itu pasti
akan terkikis karena secara perlahan kita belajar. Pada saat kegiatan di Tzu chi apalagi kita ditunjuk
sebagai koordinator. Kita akan merasa diri hebat, tetapi kita harus tahu bahwa kerja di Tzu Chi ini
adalah Tim Work, harus saling kerja sama. Siapapun yang lebih hebat dan pintar tanpa tim, semua
tidak akan berjalan. Kebetulan saya di Tzu Chi Kelapa Gading sebagai koordinator Tim Tanggap
Darurat (TTD). Di lapangan itu banyak sekali masalah-masalah dan kendala yang dihadapi. Mungkin
pada saat bagi beras, baksos, itu semua akan menambah wawasan kita. Pada saat bedah buku kita
mempelajari apa yang Master ajarkan kepada kita. Dalam wadah Tzu Chi ini kita bersyukur bisa
bertemu dengan orang-orang yang berbeda agama, kita bisa saling hormat menghormati satu sama
lain dan saling menghargai. Kita bisa mengecilkan diri dengan bersikap rendah hati. Dengan begini
kesombongan perlahan tidak akan muncul. Di dunia ini tidak ada orang yang pintar, tidak ada orang
yang bodoh, yang penting kita mau belajar.
“Bagaimana cara mengatasi kesombongan?”
2. GAN EN 感恩 ( BERSYUKUR )
Saya ini orangnya pendiam, mingkin kalau orang yang tidak kenal ngomongnya saya ini sombong.
Saya dulu dari kecil hidup dengan turan yang mengharuskan untuk mencapai target tertentu dan bila
mencapainya akan mendapatkan hadiah. Ini sebenarnya dapat memupuk kesombongan. Saya juga
pernah dengar dari pakar motivator bahwa “hidup kita ini sebagai pemenang”, jika kalimat ini
disalahartikan akan membuat kita menjadi sombong.
Saya ingin menambahkan sedikit cara mengatasi kesombongan. Sebenarnya sangat gampang.
Kadang kita menganggap diri lebih pintar/lebih kaya, tetapi disamping itu ada yang lebih dari kita,
mereka lebih kaya/lebih pintar dari kita. Ingat saja pepatah yang berbunyi “ Diatas langit masih ada
langit”. Jadi buat apa kita sombong.
Disini kita belajar untuk tidak menjadi sombong. Jika kita melihat ada orang yang lebih pintar/ lebih
kaya, kita pun tidak boleh iri. Justru kita harus belajar dari mereka. Dari pada kita melihat
membandingkan orang lain yang ini sombong, yang itu tidak sombong, lebih baik kita berpikiran
positif dan lebih banyak belajar dari mereka.
Kesimpulan :
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari kesombongan akan muncul dengan sendirinya
sehingga kita sering menghina orang lain dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.
Sebaiknya kita harus mampu merendah seperti ilmu padi “ MAKIN BERISI MAKIN MERUNDUK “.
Sikap rendah hati membuat diri kita makin terbuka, mau belajar dan menerima hal-hal baru, dapat
menerima saran dari siapa pun dan bisa menerima kenyataan walau tidak sesuai dengan kemauan.
Penutup :
Acara bedah buku ditutup dengan Sharing Shou yu “La Che Xiang Qian Xing” Oleh Supriadi Marthaen
Shixiong. Shou yu yang menggambarkan “kerbau menarik barisan kereta”
Catatan :
Terima kasih kepada semua perserta bedah buku Kp Palembang yang hadir dan saling
berbagi pikiran, pendapat tentang tema bedah buku.
Kepada Hendra Gunawan Shixiong yang telah memandu acara bedah buku ini
Kepada Pani Shixiong yang telah membantu dalam mendokumentasikan acara dengan
kamera foto dan video
Kepada Lia Shijie yang telah membantu menyediakan makanan snack ringan
Dan kepada shixiong dan shijie lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Gan en 感恩