Anda di halaman 1dari 3

Resume Buku

Oleh :

Siti Nuraeni

SMA PLUS PERMATA INSANI ISLAMIC SCHOOL


Identitas Buku

Judul : Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja

Penulis : Alvi Syahrin

Jumlah Halaman : 208

Tahun Terbit : 2020

Penerbit : Gagas Media

Sinopsis

Semakin dewasa, kita akan dihadapkan dengan permasalahan yang kompleks. Patah
hati, ditolak kerja, hingga permasalahan yang fundamental seperti belum bisa
mencintai diri sendiri. Tak ada orang yang selalu bahagia. Seperti roda yang berputar,
ada masanya sedih dan senang. Potret yang ditampilkan di media sosial hanyalah satu
dari banyak fragmen kehidupan. Bagaimana bisa kamu hanya sedih karena melihat
sepenggal bagian hidup seseorang?

Buku berjudul “Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja” yang ditulis oleh Alvi Syahrin
menggambarkan sebuah realita kehidupan yang dialami oleh banyak orang. Ketika
seseorang tidak bisa menerima diri sendiri dan pada akhirnya malah menyalahkan diri
sendiri. Seolah semua memang tidak bisa dirubah dan diperbaiki. Buku “Jika Kita
Tak Pernah Baik-Baik Saja” ini menceritakan banyak hal mengenai beberapa sisi.
Mungkin hal-hal tersebut sering dialami oleh orang-orang di luar sana. Dimulai
dengan masalah patah hati, pengkhianatan dan kehilangan, kemudian dilanjutkan
dengan bab tentang melepaskan dan sebuah arti kebahagiaan, lalu ditutup dengan self
love atau cara mencintai diri sendiri.

Alvi Syahrin juga mejelaskan bahwa hidup ini tidak ada yang abadi, artinya semua
orang pasti akan pergi. Mengenai hal itu kita haruslah dapat membiasakan diri dengan
arti melepaskan. Melupakan seseorang yang teramat berarti untuk kita. Perihal
melupakan memang tidak semudah mengatakan, namun semua hal yang telah dilalui
dapat menjadi pelajaran untuk hari-hari kedepan. Kita juga tidak boleh berlarut-larut
dalam kesedihan. Akan tetapi, ada kalanya kita juga perlu merasakan kehilangan
untuk bisa menghargai kehadiran seseorang.

Buku ini secara mendalam membahas mengenai bagaimana seharusnya manusia


dapat mencintai dirinya sebelum ia mencintai hal yang lain. Hidup tidak selalu
tentang kesenangan saja. Tak apa jika kita tidak bisa memenuhi ekspetasi orang lain,
tak apa jika sedang tidak baik-baik saja, tak apa jika kita merasakan sedih. Semuanya
tidak ada yang sia-sia. Karena tujuan hidup bukan untuk menyenangkan orang lain.
Alvi disini mengajak pembaca untuk dapat menerima keadaan mengenai apa yang
sedang dijalani.

Melalui buku ini, kita tahu bahwa kebahagiaan kita tidak tergantung oleh orang lain.
Kebahagiaan kita tidak harus mengikuti standar orang lain. Kita tidak bisa
menjadikan orang lain sebagai patokan kebahagiaan kita, karena bahagia kita adalah
apa yang kita ciptakan. Apa yang kita sukai, apa yang kita jalani. Apapun yang kita
lakukan, kita pertanggunngjawabkan sendiri.

Buku ini akan membawamu menuju dunia baru yang di dalamnya penuh dengan
problema kehidupan. Meski kata orang itu sepele, tapi tak semua orang dapat
melaluinya dengan mudah. Buku yang masuk ke lini pengembangan diri ini menurut
saya sangat cocok untuk dibaca di era serba terbuka. Seluruh media sosial kini
menjadi patokan kebahagiaan bagi beberapa orang. Mereka menganggap bahwa
media sosial adalah sebuah kaca tembus pandang yang dibaliknya bisa kita lihat
semua kegiatan dan pencapaian orang lain. Padahal enggak. Media sosial adalah
sebuah penyaringan momen Bahagia yang seringnya dipilih bayak orang untuk
dibagikan kepada pengikutnya.

Alvi Syahrin menuangkan isi pikirannya ke dalam buku ini dengan sangat epic!
Realita kehidupan yang sangat sering dilewati oleh semua orang, diceritakan dengan
rapi dan tak lupa dengan motivasi-motivasi yang ia berikan. Buku ini sangat layak
untuk menjadi pegangan di kala sedang merasa tidak baik-baik saja dan dapat
menjadi pelajaran bagi siapapun yang membacanya. Meskipun tulisan pada buku ini
bersifat universal, namun motivasi-motivasi di dalamnya kebanyakan diambil dari
satu keyakinan. Selain itu, cara Alvi dalam memberikan motivasi secara to the point
dan tidak bertele-tele.

Anda mungkin juga menyukai