Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

KESIMPULAN

Historiografi merupakan suatu kisah masa lampau yang direkonstruksi oleh

sejarawan berdasarkan fakta yang ada. Proses pengisahan antara zaman yang satu

dengan zaman lain yang cenderung berbeda. Peristiwa sejarah yang dikisahkan

oleh sejarawan dipengaruhi oleh titik pandang pribadi dan imaginasi sejarawan

dalam merekonstruksikannya. Rekonstruksi yang dilakukan selalu dipengaruhi oleh

nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Untuk itu tidak berlebihan bila

dikatakan, bahwa sejarah yang benar adalah sejarah masa kini, yaitu sejarah yang

telah ditafsirkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang cocok dengan cakrawala

kultural masyarakatnya

Sejarawan adalah orang yang menghasilkan karya sejarah. Setiap

historiografi (sejarah penulisan sejarah) senantiasa memperlihatkan perbedaan dari

waktu ke waktu (zaman, tempat, kebudayaan dimana karya historiografi tersebut

dihasilkan). Pada umumnya karya-karya yang dimuat dalam sejarah memiliki

beberapa kategori, yaitu pertama, para penulis, kedua, kapan karya tersebut

diterbitkan dan terakhir, tujuan penerbitan dari masing-masing penulisan. Pada

kategori pertama setidaknya ada tiga kelompok penulis, yaitu: 1) para pelaku atau

aktor sejarah; 2) Para penulis yang berpihak kepada salah satu pelaku atau aktor

sejarah; dan 3) Penulis yang termasuk pada golongan ilmuan.

Dalam skripsi ini menjabarkan historiografi Pemerintahan Darurat Republik

Indonesia dalam dua masa yaitu Orde Baru dan Reformasi yang sudah tertuang

dalam karya-karya yang sudah diterbitkan. Pada masa Orde Baru ditemukan karya-

karya yang mengucilkan PDRI dalam tulisannya. PDRI ditulis secara tidak adil,

87
88

bahkan cenderung dianggap hanya sebagai pelengkap kronologis sejarah Indonesia

dan juga pengantar sebuah peristiwa besar yaitu Serangan Umum 1 Maret yang

dipimpin oleh Soeharto. Karya-karya tentang zaman revolusi Indonesia yang terbit

pada masa Orde Baru lebih menonjolkan kemiliteran dan tentara-tentara yang

berjuang demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sedangkan PDRI hanya

mendapatkan porsi sedikit yang bahkan tidak bisa menjelaskan tentang PDRI.

Diakhir periode Orde Baru, kedudukan PDRI sudah mendapatkan

perhatian yang cukup besar karena banyaknya sejarawan yang protes dengan

diterbitkannya buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) sebanyak 6 jild. Sikap

menerima pemerintah juga dibuktikan pada tahun 1989, tepatnya tanggal 25

September 1989, pemerintah “merestui” diadakannya seminar PDRI yang diikuti

dan dihadiri oleh sebagian besar tokoh PDRI, sejarawan dan pengamat sosial

politik nasional. sejak itulah karya PDRI secara gambalang boleh dituliskan oleh

para sejarawan tanpa ada rasa takut dari pemerintah lagi, sehingga bermunculan

karya-karya PDRI baik secara utuh maupun hanya sebagian. Hingga munculnya

reformasi, PDRI hadir sebagai salah satu peristiwa yang sangat penting bagi

kronologis sejarah Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai