Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN PELAYANAN TIM FARMASI DAN TERAPI

i
PEDOMAN PELAYANAN TIM FARMASI DAN TERAPI

DAFTAR ISI

ii
Halaman Judul........................................................................................... i
Surat Keputusan Direktur RS Budi Agung Palu.......................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan Pedoman............................................................................. 1
1.3 Ruang Lingkup Pelayanan............................................................... 2
1.4 Batasan Operasional....................................................................... 2
1.5 Landasan Hukum............................................................................. 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia.................................................. 3
2.2 Distribusi Ketenagaan.................................................................... 3
2.3 Pengaturan Jaga............................................................................. 3
BAB III. STANDAR FASILITAS...................................................................... 4
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN
4.1 Pengelolaan Formularium Rumah Sakit........................................ 5
4.2 Pemberlakuan Distribusi Formularium ......................................... 8
4.3 Pemuktahiran Formularium........................................................... 8
BAB V. LOGISTIK
5.1 Tujuan ........................................................................................... 9
5.2 Pengadaan Formularium............................................................... 9
BABVI. KESELAMATAN PASIEN.................................................................. 10
BAB VII. KESELAMATAN KERJA .................................................................. 11
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU............................................................... 12
BAB IX. PENUTUP....................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan,
merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi pasien
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.
Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan.
Obat juga menyerap dana yang cukup besar dari biaya kesehatan yaitu
mencapai 40%-60% dari total anggaran pelayanan kesehatan dan terus
menunjukkan tren yang meningkat. Di samping itu, perkembangan ilmu
teknologi dan peluang pasar yang besar dan kompetitif membuat obat
berkembang semakin banyak, dari munculnya jenis obat baru ataupun
bertambahnya variasi merek, dosis dan bentuk sediaan. Semakin
bervariasinya obat baru tentu menambah alternatif solusi untuk
permasalahan terkait ketidaktersediaan obat, namun juga semakin membuka
kesempatan penyalahgunaan, penggunaan yang tidak efektif dan efisien, dan
juga komersialisasi pasien. Untuk menghindari hal tersebut, Untuk
menghindari hal tersebut, obat perlu dikelola dengan baik sehingga obat
digunakan secara efektif dan efisien.
Pengelolaan obat yang kurang professional akan menjadi
permasalahan yang besar mengingat banyak celah untuk terjadi kelalaian atau
penyalahgunaan di dalamnya. Untuk itu perlu dibentuk suatu Tim Farmasi dan
Terapi (TFT) yang dapat menjadi pengarah kebijakan maupun memberikan
fungsi pengawasan sehingga obat di rumah sakit dapat dikelola dengan
efektif, efisien dan berpihak pada kepentingan pasien.
1.2. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman Tim Farmasi Dan Terapi dalam melakukan fungsi
pengarahan dan pengawasan dalam pengelolaan obat
2. Tujuan khusus
a. Sebagai pedoman Tim Farmasi Dan Terapi untuk membuat formulasi
kebijakan mengenai obat
b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional

iv
d. Menerapkan pengawasan terhadap pengelolaan sediaan farmasi
khususnya yang berhubungan dengan keamanan obat bagi pasien
e. Sebagai pedoman penyusunan dan pengelolaan formularium rumah
sakit
1.3. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Aktifitas yang berhubungan dengan pengelolaan formularium rumah sakit
a. Pembuatan formularium rumah sakit
b. Membuat pertimbangan obat baru dan pengeluaran obat dari
formularium
c. Melakukan evaluasi formularium rumah sakit tiap satu tahun sekali
d. Melakukan evaluasi kepatuhan pelayanan terhadap formularium
rumah sakit
2. Aktifitas yang berhubungan dengan pemantauan obat baru
Evaluasi penggunaan obat baru
3. Aktifitas yang berhubungan dengan pengawasan ESO
Mengkoordinasi pelaporan dan pemantauan ESO
4. Mensosialisasikan informasi tentang kebijakan atau rekomendasi Tim
Farmasi Dan Terapi yang telah disetujui kepada seluruh staf professional
kesehatan di rumah sakit
1.4. Batasan Operasional
Batasan operasional dari Tim Farmasi Dan Terapi mencakup proses :
1. Pembuatan dan pengelolaan formularium rumah sakit yang meliputi
kegiatan pengumpulan angket usulan, penyusunan, evaluasi usulan
baru, revisi dan evaluasi kepatuhan staf medis pada formularium rumah
sakit
2. Melakukan evaluasi dan pemantauan obat baru di rumah sakit,
melakukan evaluasi laporan adanya ROTD atau ESO sebagai bahan
rekomendasi penggunaan obat baru tersebut di rumah sakit
3. Melakukan evaluasi terhadap hasil laporan ESO dan ROTD secara rutin
1.5. Landasan Hukum
1. Juklak Dirjen Yanmed 0428/1989 dan Juknis Dirjen Yanmed 1467/1989
tentang pembentukan KFT di rumah sakit
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
4. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
5. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

v
2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Ketua Tim Farmasi Dan Terapi adalah seorang dokter yang memiliki Surat
Izin Praktek (SIP) di rumah sakit
2. Sekretaris Tim Farmasi Dan Terapi adalah Kepala Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
3. Anggota TIM FARMASI DAN TERAPI adalah dokter yang memiliki SIP,
apoteker yang memiliki SIPA, perawat yang memiliki SIP dan perwakilan
dari manajemen rumah sakit

2.2. Distribusi Ketenagaan


1. Sub Tim Obat Anti Infeksi
Merupakan dokter spesialis bedah umum
2. Sub Tim Obat Jantung dan Pembuluh Darah
Merupakan dokter spesialis jantung
3. Sub Tim Obat Pencernaan dan Endokrin
Merupakan dokter spesialis penyakit dalam
4. Sub Tim Obat Saraf Pusat
Merupakan dokter spesialis saraf
5. Sub Tim Obat Lain-lain
Merupakan dokter umum
6. Anggota
Perwakilan dari masing-masing KSM

2.3. Pengaturan Jaga


Tidak ada pengaturan jaga. Pengumpulan dokumen dilakukan oleh
sekretaris Tim Farmasi Dan Terapi.

BAB III
STANDAR FASILITAS

Untuk menunjang kelancaran Tim Farmasi Dan Terapi dalam melaksanakan


tugas dan kewajibannya, Tim Farmasi Dan Terapi memerlukan fasilitas sebagai
berikut :
1. Fasilitas ruangan dan peralatan

vi
1) Berada dalam lingkungan rumah sakit
2) Tersedia meja dan rak untuk menyimpan arsip dokumen

2. Peralatan Kantor
1) Furniture (meja dan rak untuk menyimpan arsip dokumen)
2) Alat tulis kantor
3) Komputer

Fasilitas ruangan dan peralatan kantor Tim Farmasi Dan Terapi digabungkan
dengan ruangan sekretaris Tim Farmasi Dan Terapi yaitu ruang Kepala Instalasi
Farmasi.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. Pengelolaan Formularium Rumah Sakit


Formularium rumah sakit adalah dokumen yang berisi kumpulan
daftar obat yang digunakan oleh profesional kesehatan di rumah sakit yang
disusun secara bersama oleh pengguna dibawah koordinasi Tim Farmasi Dan
Terapi pada masing-masing rumah sakit, yang direvisi secara terus-menerus

vii
untuk mengoptimasi pelayanan pasien.
Formularium rumah sakit dibuat dengan tujuan:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan obat di rumah sakit
b. Meningkatkan efisiensi stok obat yang ada di rumah sakit
c. Menyediakan informasi bagi staf medik untuk membantu dalam proses
pengambilan keputusan pemilihan produk obat yang telah disetujui untuk
digunakan di rumah sakit.
1. Sistem Formularium
Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik rumah
sakit yang terhimpun dalam Tim Farmasi Dan Terapi untuk mengevaluasi,
menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan bentuk sediaan yang
dianggap terbaik dalam perawatan penderita di rumah sakit.
a. Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi penggunaan obat bertujuan untuk menjamin penggunaan
obat yang aman dan cost effective serta meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.
Evaluasi penggunaan obat dilakukan dengan dua cara:
1) Pengkajian dengan mengambil data dari pustaka
Kegiatan meliputi pengumpulan naskah ilmiah yang berkaitan
dengan aspek keamanan, efektivitas dan biaya dari jurnal ilmiah
terutama yang berkaitan dengan Pemantauan Obat Baru
2) Pengkajian dengan menggunakan data sendiri
b. Penilaian
Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium
harus dilengkapi dengan informasi kelas terapi, indikasi, bentuk sediaan,
kekuatan, kisaran dosis, efek samping, efek toksik, perhatian khusus,
Farmakokinetik, dan kelebihan obat baru dibandingkan dengan obat
lama dengan golongan yang sama yang telah ada di formularium rumah
sakit. Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat yang
memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah yang terbukti aman,
ketersediaan di pasaran yang tinggi, dan pertimbangan biaya
pengobatan yang paling efisien
c. Pemilihan Obat
Formularium rumah sakit disusun mengacu pada formularium nasional.
Penyusunan formularium rumah sakit dikembangkan berdasarkan
pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar
dihasilkan formularium rumah sakit yang selalu mutakhir dan dapat
memenuhi kebutuhan obat yang rasional.
Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
1) Mengutamakan penggunaan obat generic
2) Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita
3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavaibilitas

viii
4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
6) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
7) Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung
8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence base medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
dengan harga terjangkau.
9) Untuk obat jadi kombinasi tetap harus memenuhi kriteria :
a) Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk
kombinasi tetap
b) Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan
yang lebih tinggi daripada masing-masing komponen
c) Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan
perbandingan yang tepat bagi sebagian besar penderita yang
memerlukan kombinasi tersebut
d) Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya
(benefit-cost ratio)
e) Untuk antibiotika, kombinasi tetap harus dapat mencegah atau
mengurangi terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya
Jika terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi sama,
maka pilihan dijatuhkan kepada:
1) Obat yang paling banyak diketahui secara ilmiah
2) Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling
menguntungkan
3) Mudah diperoleh di pasaran
4) Obat yang telah dikenal
5) Bentuk farmasetiknya memiliki stabilitas yang lebih baik
d. Penggunaan Obat Non Formularium
Secara umum, hanya obat formularium yang disetujui untuk
digunakan secara rutin dalam pelayanan kesehatan rumah sakit. Prinsip
yang mendasari adanya proses untuk menyetujui pemberian obat non
formularium adalah pada keadaan dimana penderita sangat
membutuhkan terapi obat yang tidak tercantum di formularium.
Penggunaan obat non formularium harus melalui prosedur
dengan mengajukan permintaan menggunakan formulir khusus dengan
mekanisme proses pengajuan sebagai berikut:
1) Dokter pengusul mengisi formulir pengajuan obat dan disetujui oleh
kepala KSM
2) Formulir diajukan kepada Tim Farmasi Dan Terapi
3) Tim Farmasi Dan Terapi melakukan penilaian atas usul yang
disampaikan

ix
4) Usulan yang disetujui disampaikan kepada Instalasi Farmasi untuk
diadakan
5) Usulan yang tidak disetujui dikembalikan ke Kelompok Staf Medik
Penilaian terhadap usulan obat non formularium cukup dilakukan oleh
pelaksana harian Tim Farmasi Dan Terapi (Ketua, Sekretaris dan satu
anggota) agar tidak menghambat proses penyediaan obat non
formularium.
2. Penyusunan Formularium
a. Proses Penyusunan Formularium
Dalam menentukan item obat yang masuk dalam formularium
rumah sakit, dilakukan dengan mengikuti tahapan berikut:
1) Tim Farmasi Dan Terapi membuat angket yang berisi macam-macam
obat yang disebar kepada dokter sesuai dengan spesialisasi dokter
2) Dokter mengisi angket obat yang diusulkan untuk ada di formularium
berdasarkan standar terapi
3) Angket dikumpulkan dan obat dikelompokkan berdasarkan kelas
terapi
4) Membahas usulan dalam rapat Tim Farmasi Dan Terapi, jika
diperlukan, dapat meminta masukan dari pakar
5) Rancangan hasil Tim Farmasi Dan Terapi dikembalikan ke masing-
masing KSM untuk mendapat umpan balik
6) Membahas hasil umpan balik dari KSM
7) Menetapkan daftar obat yang masuk formularium
8) Menyusun kebijakan atau pedoman untuk implementasi
9) Melakukan sosialisasi mengenai formularium kepada staf medik dan
melakukan monitoring penggunaan obat berdasarkan formularium
rumah sakit.
b. Isi Formularium
Formularium berisi tiga bagian utama:
1) Informasi kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang penggunaan
obat
2) Daftar obat
3) Informasi khusus
4.2. PEMBERLAKUAN DAN DISTRIBUSI FORMULARIUM
1. Pemberlakuan Formularium
Kepatuhan penggunaan formularium memerlukan dukungan
pimpinan rumah sakit berupa surat keputusan tentang pemberlakuan
formularium. Sosialisasi dilakukan kepada seluruh professional
kesehatan dengan cara pertemuan, edaran, atau pendistribusian
formularium rumah sakit kepada tiap KSM dan ruang perawatan.
2. Distribusi Formularium
Formularium didistribusikan kepada:
a. Unit pelayanan untuk rawat jalan, rawat inap, rawat darurat

x
b. Instalasi farmasi
c. Direktur Rumah Sakit
d. Anggota Staf Medis dan Apoteker
e. Bagian lain yang dianggap perlu

4.3. PEMUTAKHIRAN FORMULARIUM


Pemutakhiran formularium merupakan salah satu faktor penting untuk
menjamin penggunaan formularium. Teknik pemutakhiran formularium
meliputi :
1. Pengkajian Penggunaan Obat
Tim Farmasi Dan Terapi melakukan pengkajian penggunaan dari beberapa
kelas terapi obat setiap tahun. Obat yang diprioritaskan untuk dikaji
meliputi:
a. Obat yang diduga banyak dilakukan secara tidak rasional (contoh :
antibiotik)
b. Obat yang sedang dievaluasi apakah akan dimasukkan, dikeluarkan
atau dipertahankan sebagai obat formularium
2. Penambahan dan Penghapusan Obat dari Formularium
Penambahan obat ke dalam formularium dilakukan melalui pengusulan :
a. Permohonan secara resmi dokter kepada Tim Farmasi Dan Terapi
b. Permohonan yang diajukan setidaknya memuat informasi :
1) Alasan pengusulan (bila sebelumnya obat tidak ada di formularium)
2) Alasan mengapa obat yang diajukan lebih baik daripada yang sudah
ada di dalam formularium
3) Menyebutkan dan melampirkan referensi yang mendukung
pengusulan
3. Kriteria penghabusan obat dari formularium :
a. Obat tidak beredar lagi di pasaran
b. Obat termasuk stok macet dan tidak digunakan lagi
c. Ada obat baru yang lebih cost effective
d. Obat yang setelah dievaluasi memiliki resiko lebih tinggi daripada
manfaatnya
BAB V
LOGISTIK

5.1. TUJUAN
1. Mengelola bekal kesehatan yang efektif dan efesien
2. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
3. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kesehatan terutama yang
berkaitan dengan obat
4. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna
5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan

xi
5.2. PENGADAAN FORMULARIUM
Dalam pengadaan formularium, Tim Farmasi Dan Terapi melalui unit
logistik R, membuat buku formularium dengan cara mencetak di percetakan yang
telah ditentukan oleh unit logistik.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1 Untuk mengurangi variasi dan meningkatkan keselamatan pasien yang bisa
diterima/akseptabel dari suatu pemesanan atau penulisan resep yang
lengkap adalah sekurang-kurangnya terdiri dari:
1. Data yang penting untuk mengidentifikasi pasien secara akurat dan
dilakukan identifikasi pada saat pemberian obat mengikuti panduan
identifikasi yang berlaku.
2. Elemen-elemen dari pemesanan atau penulisan resep
a. Nama generik atau nama dagang adalah akseptabel.
b. Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu PRN (pro
re nata, atau “bila perlu”) atau pesanan obat yang lain harus jelas
ditulis.
c. Sikap hati-hati atau prosedur yang khusus untuk pemesanan obat
dengan nama yang nama-obat-rupa–ucapan-mirip/’NORUM’ (look-
alike, sound-alike) mengikuti panduan obat yang perlu diwaspadai
yang berlaku.
3. Apabila pemesanan obat tidak lengkap, tidak terbaca atau tidak jelas
maka petugas yang melakukan pengkajian resep harus menghubungi
dokter penulis resep dan bila dokter yang bersangkutan tidak dapat
dihubungi maka petugas farmasi menghubungi petugas dari tempat asal
pasien untuk melihat catatan medik pasien atau menghubungi dokter
jaga untuk meminta bantuan.
4. Apabila dalam keadaan emergensi, permintaan obat dapat dilakukan
lewat telpon dengan mengikuti panduan komunikasi efektif yang berlaku,

xii
tetapi tetap diikuti dengan penyerahan resep fisik kemudian ke Instalasi
Farmasi.
5. Jenis pesanan untuk anak kurang dari 12 tahun harus yang berdasarkan
berat badan yang tercantum pada resep atau permintaan.

6.2 Monitoring kesalahan obat (medication error) dan Kejadian Nyaris Cedera
(KNC/near misses). Proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan kesalahan
obat dan KNC (near misses) mengikuti program keselamatan pasien rumah
sakit.

6.3 TIM FARMASI DAN TERAPI melalui Instalasi Farmasi mengambil bagian
dalam pelatihan staf yang berhubungan dengan pencegahan kesalahan
berdasarkan hasil rekomendasi dari Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
melalui pemahaman jenis kesalahan yang terjadi di rumah sakit maupun di
rumah sakit lain dan mengapa sampai terjadi KNC.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Tim Farmasi Terapi merupakan tim yang bersifat fungsional dan bukanlah
sebuah unit sehingga tidak memiliki pedoman keselamatan kerja tersendiri.
Sekretariat Tim Farmasi Terapi bergabung dengan ruang Kepala Instalasi Farmasi
yang menjadi sau bagian dengan Farmasi Rawat Inap sehingga Pedoman
Keselamatan Kerja mengikuti Pedoman Pelayanan Farmasi.

xiii
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

INDIKATOR AREA MANAJEMEN ( IAM ) 1


1. Indikator Pengadaan Rutin Peralatan Kesehatan dan Obat penting
untuk Memenuhi Kebutuhan pasien
2. Judul Indikator Kejadian keterlambatan penyediaan obat untuk pasien
rawat inap
3. Alasan Pemilihan Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Indikator Sakit harus menjamin ketersediaan obat yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau sesuai dengan yang
tercantum dalam Permenkes No 58 Tahun 2014.
4. Dimensi Ketersediaan
Keselamatan pasien
5. Tujuan Pasien mendapatkan terapi yang sesuai dengan
kebutuhannya dengan tepat waktu
6. Definisi Keterlambatan penyediaan obat untuk pasien rawat inap
adalah tertundanya pemberian obat karena kekosongan
stok obat di rumah sakit.
Pasien rawat inap adalah pasien yang diinapkan di suatu
ruangan rumah sakit untuk mendapatkan perawatan oleh
tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu
7. Kriteria
Inklusi -
Eksklusi -
8. Numerator Kejadian keterlambatan penyediaan obat untuk pasien
rawat inap dalam 1 bulan
9. Denumerator Jumlah seluruh resep pasien rawat inap per bulan
10. Cara mengukur Numerator / Denumerator
data
11. Standar / Ambang 0
batas
12. Sumber Data Rekam medis
13. PIC / Penanggung Ka Instalasi Farmasi
jawab indikator

xiv
14. Tipe Indikator Proses dan outcome
15. Frekuensi Harian
pengumpulan data
16. Pengumpul Data Pelaksana farmasi ruangan
17. Metode Retrospektif
pengumpulan data
18. Jangka waktu Bulanan
pelaporan data
19. Frekuensi analisa Triwulan
data
20. Target sampel size Jumlah seluruh resep pasien rawat inap dalam 1 bulan
21. Area pengamatan Instalasi Farmasi
22. Validator data Tim mutu PMKP
23. Cara analisis Data Menggunakan run chart
24. Sosialisasi data Hasil pengukuran indikator ini akan disampaikan dalam
rapat koordinasi
25. Nama alat audit Formulir rekapitulasi dokumentasi keterlambatan
penyediaan obat untuk pasien rawat inap

xv
BAB IX
PENUTUP

Buku pedoman ini diharapkan digunakan sebagai acuan bagi Tim Farmasi
Terapi untuk menjalankan fungsinya. Formularium yang disusun oleh Tim
Farmasi Terapi merupakan pedoman pemilihan dan penggunaan obat yang
paling bermanfaat bagi pasien dan akan mendorong penggunaan obat secara
rasional di rumah sakit. Adanya formularium di rumah sakit diharapkan dapat
menyederhanakan penyediaan obat, membatasi penggunaan obat yang tidak
perlu dan meningkatkan efisiensi pengobatan.
Diharapkan dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Tim Farmasi Terapi
akan memberikan sumbangan terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan
rumah sakit.

xvi

Anda mungkin juga menyukai