Anda di halaman 1dari 17

NAMA : NURJANNATI RAJAB

NIM : 220906500014

MATERI BAB 4

SISTEM KURS DALAM SISTEM KEUANGAN INTERNASIONAL

Sistem kurs dalam sistem keuangan Internasional di bagi menjadi dua jenis dasar tetap
(fixed) dan mengembang (float). Dalam sistem kurs tetap (fixed exchange rate regine), nilai
mata uang di buat tetap terhadap nilai mata uang lainnya (di sebut mata uang jangkar- anchor
currency), sehingga kurs akan tetap dalam mata uang jangkar. Dalam sistem kurs mengembang
(floating exchange rate regime), nilai mata uang di biarkan berfluktuasi terhadap semua mata
uang lainnya. Ketika negara melakukan interverensi di pasar valuta asing dalam usaha
memengaruhi kurs mata uang negara itu dengan cara membeli atau menjual aset luar negeri,
sistem ini di sebut sebagai mengembang terkendali atau mengembang tidak murni (managed
float regine atau dirty float).

Dalam menilai sistem kurs yang lalu, kita mulai dengan standar emas di akhir Abad ke-
19 dan awal Abad ke-20.

Standar Emas

Sebelum peran dunia 1, perekonomian dunia bekerja dalam standar emas (gold standard),
yaitu sistem kurs tetap di mana mata uang hampir semua negara dapat di tukar langsung dengan
emas dengan kurs tetap sehingga kurs antar mata uang Serikat. Jumlah investasi sama dengan
kenaikan model saham Amerika Serikat(kekayaan secara sikdi Amerika Serikat Selisi antara
keduanya adalah kenaikan klaim Amerika Serikat atas kekayaan luar negeri Juga tetap
Contohnya satu dolar bersedia menukar 4 ons emas untuk £1 sterling. Oleh karena seorang
Amerika dapat menukarkan $20 dengan 1 ons emas, yang dapat digunakan untuk membeli 64,
kurs antara pound dan dolar secara efektif tetap, yaitu 55 per pound, Kurs tetap (fand dengan
standar emas memiliki keuntungan mendorong perdagangan dua dengan menghapus
ketidakpastian yang terjadi ketika kurs berfluktuast Serie Satu masalah dengan standar emas
adalah kebijakan moneter di seluruh dunia begitu dipengaruhi oleh produksi emas dan penemuan
emas. Ketika produks enias rendah di periode tahun 1870-an dan 1880-an, uang beredar
diseluruh dunia pian tumbuh lambat dan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan perekonomian
dunia. Hasilnya adalah dellasi (penurunan tingkat harga). Penemuan emas, di diaska dan Afrika
Selatan di periode tahun 1890-an meningkatkan secara luar blasa produksi emas, menyebabkan
uang beredar meningkat secara cepat dan tingkat harga meningkat (inflasi) hingga Perang Dunia
I.

Sistens Bretton Wood

Usal Perang Dunia II, pemenang perang menetapkan sistem kurs tetap yang kemudian
dikenal sebagai sistem Bretton Wood (Bretton Woods system), sebuah nama kota di New
Hampshire tempat perjanjian dinegosiasikan di tahun 1944. Sistem Bretton Woods sendiri
bertahan hingga tahun 1971.

Perjanjian Bretton Wood membentuk Dana. Mone:er Internasional (International


Monetary Fund-IMF), yang berkantor pusat di Washington,D.C. Awalnya, IMF terdiri atas 30
anggota di tahun 1945 dan sekarang sudah mencapai lebih dari 180 anggota. IMF liberi tugas
untuk mendorong pertumbuhan perdagangan dunia dengan menetapkan aturan bagi pengelolaan
kurs tetap dan menyediakan pinjaman bagi negara yang mengalami kesulitan neraca
pembayaran. Selain tugas mengawasi kepaluhan negara anggota terhadap peraturan mereka, IMF
juga melakukan pengumpulan dan standardisasi data ekonomi internasional

Perjanjian Bretton Woods juga membentuk International Bank for Reconstruction and
Development, yang dikenal dengan nama Bank Dunia (World Bank). Kantor pusatnya ada di
Washington, DC, dan mereka menyediakan pinjaman jangka panjang untuk membantu negara
berkembang membangun bendungan, jalan, dan modal fisik lainnya yang dapat membantu
perkembangan ekonomi mereka. Dana untuk pinjaman ini terutama diperoleh dari penerbitan
obligasi Bank Dunia, yang dijual di pasar modal negara maju. Selain itu, General Agreement on
Tariffs and Trade (GATT), dengan kantor pusat di Jenewa, Swiss, dibentuk untuk mengawasi
peraturan perdagangan antarnegara (tarif dan kuota). GATT kemudian berubah menjad! World
Trade Organization (WTO).
Karena Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan ekonomi terbesar dunia setelah Perang
Dunia 11, dengan kapasitas manufaktur lebih dari separuh kapasitas dunia dan separuh cadangan
enias dunia, sistem Bretton Woods pun menetapkan sistem kurs tetap yang berdasarkan
konvertibilitas doler AS ke emas (untuk pemerintah asing dan bank sentral saja) pada tingkat $35
per ons. Kurs an dipertahankan dengan intervensi di pasar valuta asing oleh bank sentral di a
negara selain Amerika Serikat yang membeli dan menjual aset dolar, dan digunakan negara-
negara ini sebagal cadangan internasional, Dolar AS, yang digunakan oleh negara-negara lain
untuk mendenominasi aset yang mereka simpan sebagal cadangan internasional, disebut mata
uang cadangan (reserve currency). Dengan demikian, satu aspek penting dari sistem Bretton
Woods adalah ditetapkannya Amerika Serikat sebagai negara mata uang cadangan. Bahkan,
setelah sistem Bretton Woods tidak lagi digunakan, dolar AS tetap bertahan sebagai cadangan
Internasional, di sebut mata uang cadangan (reserve currency). Dengan demikian, satu aspek
penting dalam sistem Bretton Woods adalah di tetapkannya Amerika Serikat dari berbagai
negara mata uang cadangan. Bahkan, setelah sistem Pretton Woods tidak lagi di gunakan, dolar
AS tetap bertahan sebagai mata uang.
cadangan
yang paling banyak di gunakan dalam transaksi keuangan Internasional. Kurs Tetap, yang
menjadi karakteristik sistem Bretton Woods, akhirnya di tinggalkan di tahun 1973. Mulai tahun
1979 hingga 1990, Uni Eropa membentuk sistem kurs tetap bagi anggotanya yang di sebut
European Monetary System (EMS). Secara teori, melalui sistem mekanisme kurs di sini, kurs
antara pasangan mata uang tidak akan berfluktuasi di luar batas sempit, di sebut “ular” (“snake”).
Pada praktiknya, semua negara EMS memagu mata uang terhadap mark Jerman.

Bagaimana Sistem Kurs Tetap Bekerja

Gambar 2 menggunakan analisis permintaan dan penawaran di pasar valuta asing yang
kita pelajari di bab rebelumnya untuk menunjukkan bagaimana sistem kurs tetap bekerja dalam
praktik. Bagian (a) menjelaskan situasi di mana mata uang domestik dibuat tetap relatif terhadap
mata uang jangkar di E sedangkan kurva permintaan telah bergeser ke kiri ke D,, mungkin
karena suku bunga luar negeri telah meningkat sehingga menurunkan perkiraan tingkat
pengembalian relatif atas aset domestik. Pada titik E kurs sekarang dinilai terlalu tinggi: Kurva
permintaan D, berpotongan dengan kurva penawaran di lours E, yang lebih rendah dari nilai
tetap (par) kurs E Untuk mempertahankan lours tetap di E bank sentral harus campur tangan di
pasar valuta asing dan membeli mata uang domestik dengan menjual aset luar negeri-Dengan-
tindakan. ini, seperti juga penjualan pasar terbuka, menyebabkan uang primer dan uang beredar
menurun, meningkatkan suku bunga aset domestik,

bunga domestik meningkatkan perkiraan tingkat pengembalian relatif atas aset domestik,
menggeser kurva permintaan ke kanan. Bank sentral akan meneruskan pembelian mata uang
domestik hingga kurva permintaan mencapai D, dan kurs keseimbangan berada di E di titik 2 di
bagian (a)

Dengan demikian, kita menyimpulkan bahwa ketika mata uang domestik dinilai
terlalu tinggi, bank sentral harus membeli mata uang domestik untuk mempertahankan
kurs tetap tetapi akibatnya cadangan internasional mereka turun.

Bagan (b) pada Gambar 2 menjelaskan situasi di mana kurva permintaan telah bergeser
ke kanan ke D, karena perkiraan tingkat pengembalian relatif untuk aset domestik telah
meningkat sehingga kurs E dinilai terlalu rendah: Kurva permintaan awal D, bersinggungan
dengan kurva penawaran pada kurs E yang berada di atas B. Dalam situasi ini, bank sentral harus
menjual mata uang domestik dan membeli aset luar negeri. Tindakan in! seperti pembelian pasar
terbuka, hal ini meningkatkan uang beredar dan menurunkan suku bunga aset domestik P Bank
sentral terus menjual mata uang domestik dan menurunkan hingga kurva permintaan bergeser ke
D. di mana kurs keseimbangan adalah titik 2 di bagian (b). Dengan demildan, analisis kita
mengarahkan kita pada hasil berikut: Ketika mata uang domestik dinilai terlalu rendah, bank
sentral harus menjual mata uang domestik untuk mempertahankan kurs tetap, tetapi akibatnya,
cadangan internasional diperoleh.

Devaluasi dan Revaluasi Seperti yang telah kita lihat, jika mata uang suatu negara dinilai terlalu
tinggi maka usaha bank sentral mereka untuk mempertahankan mata uang dari depresiasi akan
berakibat pada kurangnya cadangan internasional. Jika bank sentral suatu negara pada akhirnya
kehabisan cadangan internasional maka mata uangnya pun akan mengalami depresiasi dan
devaluasi (devaluation), yaitu kurs par kembali ke titik yang lebih rendah. Sebaliknya, jicamata
uang satu negara dinilai terlalu rendah maka intervensi bank sentralnya untuk mempertahankan
mata uang dari apresiasi mendorong penambahan cadangan internasional. Seperti yang akan
segera kita bahas, bank sentral mungkin tidak bersedia untuk menyimpan cadangan internasional
ini dan, dengan demikian ingin menetapkan ulang nilai par dari kursnya pada tingkat yang lebih
tinggi (revaluasi).

Pergerakan Modal Sempurna Jika pergerakan modal sempurna terjadi- artinya, tidak ada
hambatan untuk penduduk domestik membeli aset luar negeri atau orang asing membeli aset
domestik-maka intervensi kurs yang disterilisasi tidak dapat mempertahankan kurs di E karena,
seperti dibahas sebelumnya di bab ini, perkiraan tingkat pengembalian relatif aszt domestik tidak
terpengaruh. Contohnya, jika kurs dinilai terlalu tinggi, pembelian yang disterilisasi dari mata
uang domestik membuat periraan tingkat pengembalian relatif dan kurva permintaan tidak
berubah sehingga tekanan depresiasi terhadap mata uang demetik tidak hilang Jika bank sentral
terus membeli mata uang domestik tetapi terus melakukan sterilisasi maka yang terjadi adalah
cadangan internasional mereka akan terus menurun hingga akhirnya benar-benar habis dan nilai
mata uang akan terdorong ke tingkat yang lebih rendah.

Serangan Spekulatif

Masalah serius yang berpotensi muncul dari sistem kurs tetap seperti Bretton Woods dan
Sistem Moneter Eropa adalah sistem seperti ini dapat menimbulkan krisis valuta asing melalui
serangan spekulatif (speculative attack) terhadap mata
uang. Serangan Spekulatif melibatkan penjualan secara besar-besaran, mata uang yang lemah
atau membeli mata uang yang kuat yang dapat menyebabkan perubahan yang tajam dalam kurs.
Dalam contoh kasus berikut, kita akan menggunakan modal penentuan kurs untuk memahami
bagaimana krisis kurs September 1992 terjadi.

Krisis Valuta Asing September 1992

Setelah peristiwa penyatuan kembali Jerman pada Oktober 1990, bank sentral jerman
(Bundesbank) menghadapi tekanan inflasi, dengan angka inflasi meningkat dari di bawah 3% di
tahun 1990 menjadi hampir 5% di tahun 1992. Untuk mengendalikan pertumbuhan moneter dan
mengelola inflasi, Bundesbank pun menaikkan suku bunga acuan di Jerman hampir dua digit.
Gambar 3 menunujukkan konsekuensi dari tindakan ini di pasar valuta asing terhadap pound
Inggris. Perhatikan dalam gambar, pound adalah mata uang dalam negeri dan Merk Jerman
(deutsche Mark, m, mata uang Jerman sebelum lahirnya euro di tahun 1999) adalah mata uang
asing.

Kenaikan sukubunga dijerman menurunkan perkiraan tingkat pengembalian relatif atas


aset pound Inggris dan menggeser kurva permintaan ke D, seperti ditunjukkan di Gambar 3.
Perpotongan kurva permintaan dan penawaran di titik. 2, sekarang berada di batas terbawah kurs
pada saat itu (2.778 mark per pound. dinyatakan dalam Untuk meningkatkan nilal pound relatif
terhadap mark dan untuk mengembalikan kurs mark/pound ke dalam batas mekanisme kurs,
salah satu dari dua hal ini harus terjadi. Pilihan pertama, Bank Sentral Inggris (Bank of England!
harus melakukan kebijakan moneter kontraksi sehingga meningkatkan suku bunga Inggris yang
cukup menggeser kurva permintaan kembali ke D sehingga keseimbangan akan tetap berada di
titik 1 dan kurs akan tetap berada di E Pilihan lain, Bundesbank harus melakukan kebijakan
moneter ekspansif, sehingga menurunkan suku bunga di Jerman. Rendahnya suku bunga di
Jerman akan meningkatkan perkiraan tingkat pengembalian relatif atas aset Inggris dan
menggeser kurva permintaan kembali ke D, sehingga kurs akan tetap berada di E

Masalahnya di sini adalah Bundesbank, yang memiliki tujuan utama. memerangi inflasi,
tidak bersedia melakukan kebijakan moneter ekspansif, dan Inggris, yang menghadapi resesi
terburuk periode pascaperang, tidak bersedia melakukan kebijakan moneter kontraksi untuk
mendukung pound. Kebuntuan ini pun menjadi jelas ketika, sebagai jawaban dari tekanan besar
dari anggota EMS lainnya, Bundesbank bersedia menurunkan sulau bunga pinjaman pada
tanggal 14 September setelah serangan spekulasi meningkat terhadap mata uang negara- negara
Skandinavia. Dengan demikian, pada waktu tertentu di masa depan, nilai pound akan turun ke
titik 2. Spekulan sekarang paham bahwa depresiasi pound akan segera terjadi. Akibatnya,
perkiraan tingkat pengembalian relatif dari pound turun tajam, dan menggeser kurva permintaan
ke kiri ke D, di Gambar 3.

Akibat pergeseran kurva permintaan ke kiri yang besar, kelebihan penawaran aset pound
sekarang terjadi di titik kurs par E yang menyebabkan penjualan besar-besaran pound (dan
pembelian mark) oleh para spekulan. Kebutuhan bank sentral Inggris untuk melakukan intervensi
guna meningkatkan nilai pound sekarang menjadi lebih besar dan memerlukan kenaikan suku
bunga di Inggris yang lebih besar. Usaha intervensi utama dari Bank Sentral Inggris, yang
mendorong tingkat pinjaman dari 10% sampel 15%, masih tidak cukup untuk menyelematkan
pound. Inggris pun akhirnya dipaksa menyerah pada tanggal 16 September. Mereka menarik diri
dari ERM selamanya dan membiarkan pound mengalami depresiasi sebesar 10% terhadap mark.

Serangan spekulasi terhadap mata uang lainnya memaksa devaluasi untuk peseta Spanyol
sebesar 5% dan lira Italia sebesar 15% Untuk memperiaia kar mata uangnya, bank sentral
Swedia dipaksa meningkatkaa suku bunga pinjaman harian hingga sebesar 500%! Pada saat
krisis berakhir, banl: sentral Inggris, Prancis, Italia, Spanyol, dan Swedia telah melakukan
intervensi sebesar $100 miliar. Bundesbank telah mengucurkan $50 miliar untuk intervensi
valuta asing. Oleh karena krisis valuta asing mendorong perubahan besar dalam simpanan
cadangan internasional bank sentral dan secara signifikan memengaruhi aset cadangan resmi di
neraca pembayaran maka krisis ini disebut juga dengan krisis neraca pembayaran (balance of
payments crises).

Usaha untuk mempertahankan Sistem Moneter Eropa udak murah bagi semua bank
santral ini. Diperkirakan mereka menderita kerugian sebesar $4 miliar hingga $6 miliar karena
melakukan intervensi kurs selama krisis. Kerugian bank sentral adalah keuntungan bagi
spekulan. Dana spekulasi yang dikelola oleh George Soros mendapat keuntungan sebesar $1
miliar selama krisis dan Citibank dilaporkan mendapat keuntungan sebesar $200 juta. Ketika
krisis kurs terjadi maka itu adalah keuntungan bagi spekulan kurs.

Trilema Kebijakan

Implikasi penting dari analisis di atas adalah sebuah negara yang mencoba mengaitkan
kurs mereka dengan mata uang jangkar milik sebuah negara yang lebih besar akan kehilangan
kendali atas kebijakan moneternya. Jika negara yang lebih besar itu melakukan kebijakan
moneter kontraksi dan meningkatkan suku banga, tindakan ini akan menurunkan ekspektasi
inflasi di negara yang lebih besar, dan menyebabkan apresiasi mata uang negara yang lebih besar
tadi serta depresiasi untuk mata uang negara yang lebih kecil. Negara yang lebih kecil, karena
kursnya dikunci terhadap mata tiang jangkar, akan merasakan mata uangnya dinilai terlalu tinggi,
dan dengan demikian, harus menjual mata uang jangkar dan membeli mata uangnya sendiri agar
tidak terus mengalami depresiasi. Akibat dari tindakan ini adalah cadangan internasional milik
negara yang lebih kecil akan menurun, uang primer mereka juga mengecil, dan suku bunga
meningkat. Sterilisasi intervenst valuta asing pun bukan pilihan karena tindakan ini akan terus
mendorong berkurangnya cadangan internasional hingga negara yang lebih kecil dipaksa
mendevaluasi mata uangnya. Negara yang lebih kecil tidak lagi dapat mengendalikan kebijakan
moneternya karena pergerakan suku bunga sepenuhnya ditentukan oleh pergerakan suku bunga
di negara yang lebih besar.
Dengan demikian, analisis kita menunjukkan bahwa suatu negara (atau uni. moneter
seperti zona Euro) tidak dapat melakukan tiga kebijakan berikut di saat yang sama: (1)
pergerakan bebas modal, (2) kurs tetap, dan (3) kebijakan moneter independen. Ekonom
menyebut hal ini sebagai trilema kebijakan (policy trilemma atau trinitas yang mustahil
(impossible trinity). Gambar 4 menunjukkan trilema- kebijakan ini. Sebuah negara hanya dapat
memilih dua dari tiga pilihan, yang ditunjukican oleh sisi segitiga. Untuk pilihan 1, sebuah
negara (atau uni moneter). memilih pergerakan bebas modal dan kebijakan moneter independen,
tetapi tidak kurs tetap. Amerika Serikat dan negara-negara Euro mengambil pilihan ini.
Kemudian, Hong Kong dan Belize mengambil pilihan 2, di mana pergerakan bebas modal terjadi
dan jours dibuat tetap, tetapi tidak ada kebebasan dalam kebijakan monate: Lalu, negara lain
seperti Tiongkok mengambil pilihan 3, yaitu negara menerapkan kurs tetap dan memiliki
kebebasan dalam kebijakan moneter, tetapi tidak ada pergerakan bebas modal karena ada
pengendalian modal (capital controls), atau pembatasan pergerakan bebas modal untuk melintasi
perbatasan.

Trilema kebijakan menabuat setiap negara merilili pilihan yang sulit. Apalah mereka
bersedia menerima volatilitas kurs (pilihan 1), menyerahkan kebebasan kebijakan moneter
(pilihan 2), atau membatasi pergerakan aliran modal (pilihan 3)?

Bagaimana Tiongkok Mengumpulkan Dana Cadangan Sebesar $4 Triliun?


Hingga tahun 2014, Tiongkok sudah berhasil mengumpulkan dana cadangan
Internasional sebesar $4 triliun. Lantas, bagaimana Tiongkok bisa melakukan hal Bagaimana
Tiongkok Mengumpulkan Dana Cadangan ini padahal mereka bukan negara kaya?

Jawabannya, pada tahun 1994, Tiongkok memagu kursnya dengan dolar AS dengan kurs
tetap, yaitu 12seh dolar per yuan (juga disebut renminbi). Pertumbuhan) produktivitas yang cepat
di Tiongkok, dengan tingkat inflasi lebih rendah daripada Amerika Serikat, membuat nilai yuan
dalam jangka panjang meningkat, dan mendorong perkiraan tingkat pengembalian relatif untuk
yuan lebih tinggi.dan kurva permintaan aset yuan bergeser ke kanan. Akibatnya, Tiongkok
berada dalam situasi seperti bagian. (b) di Gambar 2, situasi di mana yuan dinilai terlalu rendah.
Untuk menjaga agar yuan tidak mengalami apresiasi di atas E menjadi E, di masa depan, bank
sentral Tiongkok pun melakukan pembelian besar-besaran aset dolar AS. Saat ini, pemerintah
Tiongkok merupakan salah satu pemegang terbesar obligasi pemerintah AS di dunia.

Memagu yuan dengan dolar AS telah menciptakan serangkaian masalah bagi pemerintah
Tiongkok. Pertama, Tiongkok sekarang memiliki banyak aset AS, terutama surat utang
pemerintah AS, yang memberikan keuntungan sangat- rendah. Kedua, nilai yuan yang terlampau
rendah telah membuat barang-barang. Tiongkok di luar negeri menjadi begitu murah sehingga
banyak negara telah mengancam untuk melakukan pembatasan perdagangan terhadap barnag-
barang ini jika pemerintah Tiongkok tidak melakukan revaluasi yuan. Ketiga, seperti yang
dibahas di awal bab ini, pembelian aset dolar oleh Tiongkok menyebabkan kenaikan, cukup
tinggi dalam uang primer dan uang beredar di Tiongkok, yang dapat mendorong inflasi tinggi di
masa depan. Oleh karena pemerintah Tiongkok telah menciptakan penghalang untuk pergerakan
modal, mereka pun mampu. untuk mensterilkan intervensi mereka untuk kurs sambil
mempertahankan pagu kurs. Meski demikian, mereka masih hawatir akan tekanan inflasi. Pada
Juli 2005, Tiongkok akhirnya melonggarkan pagu ini dengan membiarkan yuan meningkat
sebesar 2,1% dan Tiongkok kemudian membiarkan yaan mengalami apresiasi secara perlahan.
Bank Sentral Tiongkok juga menyatakan mereka tidak akan lagi membuat kurs secara tetap
antara yuan dan dolar AS, tetapi hanya menjaga nilainya secara relatif terhadap beberapa mata
uang.

Namun, mengapa pemerintah Tiongkok mempertahankan pagu kurs ini begitu lama,
meski ada masalah yang timbul karena kebijakan ini? Pertani Tiongkok ingin mempertahankan
ekspor tetap tumbuh dengan menjaga harga barang ekspor rendah. Kedua, Tiongkok ingin
menumpuikan sejumlah besar cadangan internasional sebagai "perisai perang yang dapat dijual
untuk membe!! yuan jika terjadi serangan spekulasi terhadap yuan di masa depan. Oleh karena
tekanan dari pemerintah Amerika Serikat dau Eropa kepada pemerintah Tiongkok untuk
melakukan revaluasi yuan mala penyesuaian terhadap kebijakan kurs di Tiongkok kemungkinan
besar terjadi.

Uni Moneter

Satu variasi dari sistem kurs tetap adalah uni moneter (uni mata uang) atau kawasan
kesatuan moneter, di inana sekelompok negara memutuskan secara bersama menerima sara mata
uang tunggal dan ini berarti kurs antarnegara dibuat tetap satu sama lain. Salah satu bentuk uni
moneter pertama didirikan di tahun 1787, ketika uga belas koloni Amerika membentuk Amerika
Serikat dan memilih dolar AS sebagai mata uang mereka. Bentuk uni meneter terbaru adalah Uni
Moneter Eropa (European Monetary Union-EMU) yang dibentuk pada Januari 1999, dengan
sebelas anggota awal menerima satu mata uang bersama, euro.

Keuntungan utama uni moneter dari segi ekonomi adalah membuat perdagangan
antarperbatasan menjadi lebih mudah karena barang dan jasa di semua negara anggota sekarang
memiliki haiga dalam satu mata uang. Namun, dalain sistem kurs tetap dar pergerakan bebas
modal, masalahnya masing-masing negara anggota tidak lagi memiliki kebebasan dalam
kebijakan meneter untuk mengatasi masalah menurunnya permintaan agregat. Kelemahan dari
kesatuan mata uang ini menimbulkan pertanyaan, apakah kawasan Euro akan bertahan. Bacalah
penibahasan hal ini di bagian "Global" berjudul "Apakah Euro Akan Bertahan?"

Mengambang Terkendali

Dengan hancurnya sistem Bretton Woods, kebanyakan kurs sekarang berubah. setiap hari
karena faktor pasar. Meski begitu, bank sentral tidak pernah bersedia menghilangkan pilihan
tindakan intervensi di pasar valuta asing Kemampuan untuk mencegah perubahan besar di pasar
valuta asing membuat lebih mudah bagi perusahaan dǝr. perorangan membeli atau menjual
barang di luar negeri untuk perencanaan masa depan. Selain itu, negara dengan surplus neraca
pembayaran sering kali tidak ingin mata uang mereka mengalami apresiasi, karena itu berarti
barang produksi mereka lebih mahal di pasar ekspor dan barang luar negeri lebih murah di dalam
negeri. Karena apresiasi mata uang dapat mengganggu penjualan dari dunia usaha domestik dan
menambah pengangguran, negara dengan surplus neraca pembayaran sering harus menjual mata
uang mereka di pasar valuta asing demi memperoleh cadangan internasional. Negara-negara
dengan neraca pembayaran yang defisit tidak ingin melihat mata uang mereka kehilangan nilal,
karena itu berarti, barang luar negeri lebih mahal bagi konsumen domestik dan dapat mendorong
inflasi. Untuk mempertahankan nilai mata uang dalam negeri tinggi, negara dengan defisit neraca
pembayaran sering kali membeli mata uang mereka di pasar valuta asing dan mengurangi
cadangan Internasional.

Sistem keuangan internasional adalah campuran antara sistem kurs tetap dan fleksibel.
Kurs berfluktuasi karena faktor pasar, tetapi tidak semata-mata ditentukan oleh faktor pasar.
Selain itu, banyak negara terus berusaha mempertahankan kurs mereka tetap terhadap mata uang
lain, seperti kasus Sistem Moneter Eropa sebelum lahirnya Euro dan di Tiongkok mulai tahun
1994 hingga 2005.

BAB 5

MATERI DEFISIT ANGGARAN DAN INFLASI

Defisit anggaran dapat menjadi sumber penting dari kebijakan moneter inflasioner Untuk
memahami mengapa demikian, kita perlu melihat cara pemerintah membiayai defisit anggaran.

Batasan Anggaran Pemerintah

Karena pemerintah harus membayar tagihan seperti orang-orang biasa, maka ada batasan
dalam anggaran. Kita dapat membayar pengeluaran dengan dua cara: kita dapat meningkatkan
penerimaan (dengan bekerja), atau kita dapat meminjam. Pemerintah juga dapat menikmati dua
cara ini: memperoleh penerimaan dengan menarik pajak, atau dapat meminjam dengan
mengeluarkan obligasi pemerintah. Tetapi, tidak seperti kita orang biasa, pemerintah memiliki
pilihan ketiga: Pemerintah dapat mencetak uang dan menggunakannya untuk membayar barang
dan jasa yang dibeli.
Metode yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dijelaskan dengan
sebuah pernyataan yang disebut batas anggaran pemerintah (government budget constraint),
yang menyatakan: defisit anggaran pemerintah DEF, yang sama dengan selisih antara
pengeluaran pemerintah G dengan penerimaan pajak T, harus sama dengan jumlah perubahan
dalam basis moneter AMB dan perubahan obligasi pemerintah yang berada di tangan masyarakat
AB. Secara aljabar, persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut:

Untuk melihat apa sebenarnya batas anggaran pemerintah dalam praktik, mari kita lihat
contoh kasus di mana pembelian yang dilakukan pemerintah hanya untuk komputer canggih
$100 juta. Jika pemerintah dapat meyakinkan penduduk bahwa pembelian itu bermanfaat, maka
mereka dapat meningkatkan pajak sebesar $100 juta untuk membiayai pembelian komputer itu,
dan defisit anggaran sama dengan nol. Menurut aturan batas anggaran pemerintah, tidak
diperlukan uang atau obligasi untuk membayar komputer tadi karena anggaran seimbang. Jika
pembayar pajak berpendapat bahwa komputer tersebut terlalu mahal dan menolak membayar
pajak untuk membiayai pembelian tersebut, aturan batas anggaran menyatakan bahwa
pemerintah harus membayar komputer dengan menjual obligasi baru senilai $100 juta kepada
masyarakat atau mencetak uang sebanyak $100 juta. Dalam dua hal ini, batas anggaran
pemerintah terpenuhi. Defisit sebesar $100 juta dipenuhi dengan perubahan persediaan obligasi
pemerintah yang disimpan masyarakat (AB = $100 juta) atau dengan perubahan dalam basis
moneter (AMB= $100 juta).

Batas anggaran pemerintah dengan demikian mengungkapkan dua fakta penting: Jika
defisit anggaran pemerintah dibiayai dari kenaikan jumlah obligasi yang disimpan masyarakat,
tidak ada dampaknya terhadap basis moneter dan maka tidak ada dampak terhadap penawaran
uang. Tetapi, jika defisit tidak dibiayai dari kenaikan jumlah obligas: di tangan masyarakat, maka
basis moneter dan kenaikan penawaran, keduanya akan meningkat.
Terdapat beberapa cara untuk memahami mengapa defisit menyebabkan kenaikan basis
moneter saat jumlah obligasi di masyarakat tidak meningkat. Kasus paling sederhana adalah di
mana Kementerian keuangan memiliki hak hukum untuk menerbitkan mata uang untuk
membiayai defisit tadi. Membiayai defisit dengan demikian sangat jelas: Pemerintah hanya
membayar untuk pengeluaran di atas penerimaan pajaknya dengan menerbitkan uang baru.
Karena kenaikan uang beredar menambah basis moneter secara langsung, maka basis moneter
meningkat, dan penwaran uang juga meningkat melalui proses penciptaan simpanan berganda
seperti yang dijelaskan di Bab 14.

Tetapi di Amerika Serikat, dan di banyak negara lainnya, pemerintah tidak memiliki hak
untuk menerbitkan uang untuk membayar tagihannya. Dalam hal ini, pemerintah harus
membiayai defisit mereka dengan menerbitkan obligasi kepada masyarakat. Jika obligasi ini
semua tidak sampai ke tangan masyarakat, satu-satunya pilihan adalah bank sentral membeli
semua obligasi tadi. Untuk menjamin obligasi yang baru diterbitkan sampai ke tangan
masyarakat, bank sentral harus melakukan pembelian di pasar terbuka, yang seperti terlihat di
Bab 14, mendorong ke arah naiknya basis moneter dan penawaran uang. Metode pembiayaan
pengeluaran pemerintah ini disebut monetisasi utang (monetizing the debt) karena, seperti
ditunjukkan oleh proses dua langkah yang baru dijelaskan, utang pemerintah yang diterbitkan
untuk membiayai pengeluaran pemerintah telah dihapus dari tangan masyarakat dan diganti
dengan uang. Metode pembiayaan ini secara kurang tepat disebut mencetak uang (printing
money) karena uang (basis moneter] diciptakan dalam proses ini. Penggunaan kata "mencetak
menyesatkan karena tidak ada uang baru yang benar-benar dicetak. Sebaliknya, basis moneter
meningkat ketika bank sentral melakukan pembelian di pasar terbuka, sama dampaknya seperti
ketika lebih banyak uang diedarkan.

Dengan demikian, kita melihat bahwa defisit anggaran dapat mendorong kenaikan
penawaran uang jika dibiayai oleh penciptaan uang. Tetapi, karena teori kuantitas uang
menjelaskan Inflasi hanya dalam jangka panjang, untuk menghasilkan inflasi, defisit anggaran
harus persisten atau berlangsung untuk periode yang cukup panjang. Hal ini mendorong kita
kepada kesimpulan berikut: Pembiayaan defisit yang persisten melalui penciptaan uang akan
mendorong inflasi yang berkelanjutan.

Hiperinflasi
Analisis ini dapat digunakan untuk menjelaskan hiperinflasi (hyperinflation), masa di
mana inflasi sangat tinggi, yaitu lebih dari 50% per bulan. Banyak perekonomian, baik yang
masih miskin maupun sudah berkembang, telah mengalami hiperinflasi di masa yang lalu,
namun Amerika Serikat terhindar dari hal seperti ini. Satu contoh paling ekstrem dari hiperinflasi
selama sejarah dunia terjadi di Zimbabwe di periode. 2000-an, den dibahas di bawah ini.

Hiperinflasi di Zimbabwe

Sekarang, kita memakai analisis teori kuantitas uang untuk menjelaskan hiperinflasi di
Zimbabwe yang mulai terjadi di awal tahun 2000-an.

Setelah tindakan pengambilalihan lahan pertanian tanpa kompensasi di tahun 2000 oleh
pemerintah, dan kemudian dibagikan kepada pendukung Robert Mugabe, presiden negara
tersebut, hasil pertanian Zimbabwe turun drastis, begitupula dengan penerimaan pajak.
Akibatnya, pengeluaran pemerintah jauh melebihi pemasukannya. Pemerintah sebetulnya dapat
memperoleh penerimaan untuk membiayai pengeluaran dengan raeningkatkan pajak, namun
karena perekonomian sednag tertekan, menghasilkan penerimaan dengan cara seperti ini sulit
dan juga tidak populer secara politis. Alternatif lain, pemerintah dapat mencoba membiayai
pengeluarannya dengan meminjam dari masyarakat, namun karena masyarakat tidak percaya
kepada pemerintah, hal ini bukan pilihan. Hanya ada satu cara yang tersedia mencetak uang.
Pemerintah dapat membayar pengeluaran mereka hanya dengan cara mencetak uang lebih
banyak (meningkatkan penawaran uang) dan menggunakannya untuk melakukan pembayaran
kepada perorangan dan dunia usaha. Hal ini yang dilakukan pemerintah Zimbabwe dan
penawaran uang mulai meningkat sangat cepat.

Seperti diperkirakan melalui teori kuantitas, kenaikan dalam penawaran uang mendorong
kenaikan tingkat harga secara cepat. Di bulan Februari tahun 2007, Bank Sentral Zimbabwe,
melarang kenaikan harga untuk banyak komoditas,Meskipun taktik ini pernah dicoba
sebelumnya oleh pemerintah yang mengalami hiperinflasi, namun taktik ini tidak pernah
berhasil: Kriminalisasi inflasi tidak dapat menghentikan inflasi ketika bank sentral terus
mencetak uang. Di bulan Maret tahun 2007, tingkat inflasi mencapai rekor lebih dari 1.500%.
Pada tahun 2008, tingkat inflasi resmi di Zimbabwe di atas 2 juta persen (secara tidak resmi di
atas 10 juta persen). Di bulan Juli tahun 2008, bank sentral Zimbabwe menerbitkan uang kertas
baru dengan nilai $100 miliar dan tidak lama kemudian menerbitkan uang kertas dengan nilai
$100 triliun, uang kertas dengan nilai tertinggi sepanjang sejarah. Ada banyak angka nol di sana
namun jangan terlalu terkesan. Meskipun memegang uang ini membuat Anda seperti triliuner,
uang sebanyak itu tidak dapat membeli, bahkan, sebotol bir. Uang kertas Zimbabwe bernilai
lebih rendah dari kertas toilet.

Di tahun 2009, pemerintah Zimbabwe mengizinkan penggunaan mata uang asing seperti
dolar Amerika untuk semua transaksi, namun kerusakan sudah terlanjur terjadi. Hiperinflasi
merusak perekonomian dan negara yang sudah sangat miskin menjadi semakin miskin.

Anda mungkin juga menyukai