Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BESAR 2

MATERIALITAS

DOSEN PEMBIMBING :

Afly Yessie.,SE., Msi., Ak., CA., CPA

DISUSUN OLEH :

Jenny – 43219110234

UNIVERSITAS MERCU BUANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Materialitas merupakan dasar penerapan standar-standar auditing yang berlaku umum,
terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu materialitas
memiliki dampak yang mendalam pada audit laporan keuangan. SAS 47, Audit Risk and
Materiality in Conducting an Audit (AU 312.08), menyatakan agar auditor
mempertimbangkan materialitas dalam merencanakan audit dan mengevaluasi apakah
laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Materialitas dalam audit merupakan hal penting yang menimbulkan dan melahirkan
sebuah opini audit sebagai pengambil keputusan sehat tidaknya perusahaan. Tujuan
penulisan untuk mengetahui konsep, tahap dan hubungan materialitas dalam audit. Metode
penulisan yang diambil yaitu metode kepustakaan dan observasi kepustakaan. Hasilnya
bahwa Materialitas sangat mempengaruhi proses audit, dikarenakan seluruh proses audit
tergantung dari berapa besar SALAH SAJI Materialitas sehingga menimbulkan kesimpulan
materialiatas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor tentang kecukupan bukti audit sehingga membuat generalisasi hubungan antara
materalitas dengan bukti audit dalam mengambil keputusan audit dan menimbulkan OPINI
AUDIT.
1.2 Landasan Teori
Materialitas mengukur apa yang dianggap signifikan oleh pemakai laporan
keuangan dalam membuat keputusan ekonomis. Konsep materialitas mengakui
bahwa hal–hal tertentu, terpisah atau tergabung, penting untuk pembuat keputusan
ekonomis berdasarkan laporan keuangan tersebut. Contoh keputusan ekonomis : menanam
modal dalam entitas itu, bertransaksi bisnis dengannya meminjamkan
uang kepadanya, dan lain-lain.
Materialitas digunakan untuk membuat dan mengaudit laporan keuangan, materialitas
untuk laporan keuangan secara keseluruhan (materialitas yang menyeluruh) sering kali
dijelaskan, misalnya dalam kerangka pelaporan keuangan.
3

BAB II

PEMBAHASAN

1. Jelaskan pengertian materialitas dan jenis-jenis materialitas?


Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah
saji itu.
Jenis – Jenis Materialitas :
a. Jumlahnya Tidak Material
Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi cenderung tidak
mempengaruhi keputusan pemakai laporan, salah saji tersebut dianggap tidak
material. Dalam hal ini pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan.
b. Jumlahnya Material Tetapi Tidak Mengganggu Laporan Keuangan Secara
Keseluruhan
Tingkat materialitas kedua terjadi jika salah saji di dalam laporan
keuangan dapat mempengaruhi keputusan pemakai, tetapi keseluruhan laporan
keuangan tersebut tersaji dengan benar, sehingga tetap berguna. Untuk
memastikan materialitas jika terdapat kondisi yang menghendaki adanya
penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian, auditor harus
mengevaluasi segala pengaruhnya terhadap laporan keuangan
c. Jumlah Sangat Material atau Pengaruhnya Sangat Meluas Sehingga Kewajaran
Laporan Keuangan Secara Keseluruhan Diragukan
Tingkat materialitas tertinggi terjadi jika para pemakai dapat membuat
keputusan yang salah jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara
keseluruhan. Dalam kondisi kesalahan sangat material, auditor harus
memberikan pernyataan tidak memberi pendapat atau pendapat tidak wajar,
tergantung pada kondisi yang ada. Dalam menentukan materialitas suatu
pengecualian, harus dipertimbangkan sejauh mana pegeceualian itu
mempengaruhi bagian – bagian lain laporan keuangan. Ini disebut kemeluasan
(pervasiveness). Salah klasifikasi antara kas dan piutang hanya akan
mempengaruhi dua akun itu dan oleh karenanya tidak mempengaruhi akun
lain. Di pihak lain, kelalaian mencatat penjualan yang material sangat akan
mempengaruhi penjualan, piutang usaha, beban pajak penghasilan, utang
pajak penghasilan, dan laba ditahan yang pada gilirannya mempengaruhi
aktiva lancar, total aktiva, kewajiban lancar, total kewajiban, kekayaan
pemilik marjin kotor dan laba operasi.
Semakin meluas pengaruh suatu salah saji, kemungkinan untuk
menerbitkan pendapat tidak wajar akan lebih besar daripada pendapat wajar
dengan pengecualian. Selain itu, tanpa mempedulikan berapa jumlah
materialitasnya, pernyataan untuk tidak memberikan pendapat harus diberikan
apabila auditor tidak independen. Ketentuan ketat ini mencerminkan betapa
pentingnya independensi yang harus dimiliki oleh seorang auditor.
4

2. Jelaskan jenis-jenis opini berdasarkan ISA 700 beserta contohnya masing-masing


opini?
a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Opini wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika auditor tidak
menemukan kesalahan yang material secara keseluruhan dari laporan keuangan
dan laporan keuangan dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
(SAK). Dengan kata lain, laporan keuangan akan mendapatkan opini wajar
tanpa pengecualian jika memenuhi kondisi seperti berikut:
- Laporan keuangan lengkap
- Bukti audit yang dibutuhkan lengkap
- Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja
- Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
dan konsisten
- Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti mengenai perkembangan
di masa depan (going concern)
Opini wajar tanpa pengecualian dapat dimodifikasi menjadi opini wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan (modified unqualified opinion) ketika
auditor harus menambah suatu paragraf penjelasan dalam laporan auditnya.
Keadaan yang membuat modifikasi ini, apabila terjadi seperti:
- Ada keraguan dari auditor atas konsep going concern perusahaan / entitas.
- Kurang konsisten perusahaan dalam menerapkan prinsip atau standar
akuntansi yang digunakan.
- Auditor ingin menekankan suatu hal.
b. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:
- Auditor setelah memperoleh bukti yang cukup dan tepat menyimpulkan
bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi
adalah material tetapi tidak pervasif terhadap laporan keuangan, atau
- Auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat yang mendasari opini
audit, tetapi auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian
yang tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika
ada, dapat menjadi material tetapi tidak pervasif.
c. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified
Unqualified Opinion)
5

Jenis opini yang satu ini diberikan oleh auditor atas dasar keadaan
tertentu yang tidak memiliki dampak secara langsung terhadap pendapat wajar.
Perbedaan dari kenis opini ini terletak pada paragraph penjelasan yang
diberikan oleh auditor terkait dengan keadaan tertentu yang telah dinyatakan
sebelumnya.
Beberapa jenis keadaan yang dapat memicu modified unqualified opinion
adalah:
- Sebagian dari pendapat auditor ditarik dari pendapat auditor independen
lainnya
- Tidak tersedianya aturan yang jelas terkait dengan laporan keuangan
sehingga berpotensi dianggap menyimpang dari SAK (Standar Akuntansi
Keuangan).
- Adanya pengaruh ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang dan
hasilnya tidak dapat diperkirakan.
d. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Audit harus menyatakan opini tidak wajar ketika auditor setelah
melakukan pemeriksaan memperoleh bukti yang cukup dan tepat kemudian
menyimpulkan bahwa ada kesalahan penyajian. Baik secara individual maupun
secara agregasi adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan.
Pervasif sendiri diartikan sebagai kesalahan yang akan membawa dampak
kemana-mana atau mendalam.
e. Opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Opini tidak menyatakan pendapat diberikan auditor ketika auditor tidak
memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk mendasari opini audit, dan
auditor tidak menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian material
yang tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada,
dapat bersifat material dan pervasif.
3. Jelaskan tujuan prosedur analitis?
a. Menjadi Alat Perencanaan : Prosedur analitis dapat membantumu dalam
menentukan nature, timing dan perluasan prosedur audit lainnya. Dengan
demikian, kamu dapat lebih memahami bisnis klien, dan menentukan area yang
mungkin terdapat risiko.
6

b. Pengujian Substantif : Prosedur analitis juga dapat kamu gunakan sebagai uji
substantif. Artinya, melalui prosedur analitis kamu akan mendapatkan bukti
nyata terkait asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis
transaksi.
c. Melakukan Review Menyeluruh : Pada tahap penyelesaian audit, prosedur
analitis juga dapat menjadi review menyeluruh atas sebuah laporan keuangan.
Melalui prosedur analitis, kamu dapat mengidentifikasi kenaikan atau
penurunan tidak biasa yang mungkin tidak terdeteksi pada tahap perencanaan
maupun pengujian audit. Selain itu, prosedur analitis akan memastikan bahwa
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Setiap audit laporan keuangan
yang dilakukan berdasarkan standar auditing yang telah ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia harus menggunakan prosedur analitis, khususnya pada tahap
perencanaan dan tahap akhir. Sementara itu, prosedur analitik dianggap lebih
efektif dibandingkan pengujian rinci untuk mencapai tujuan pengujian
substantif.
4. Carilah Laporan keuangan perusahaan go public yang ada di Indonesia pada tahun
2018, hitunglah tingkat materialitas pada tingkat akun dan keseluruhan dan hitung
lah rasio keuangan yang terdiri dari:
a. rasio likuiditas,
b. rasio profitabilitas,
c. rasio solvabilitas,
d. rasio rentabilitas dan
e. rasio aktivitas?
Note: tingkat materialitas untuk aset, utang dan equity masing-masing 5% dan
pendapatan serta beban masing-masing 10%
7
8
9

Contoh Tingkat materialitas pada tingkat akun dan keseluruhan :


Jumlah Aset
a. Aset (5%) =
Tingkat Materialitas
206.196.000.000
=
5%
= 10.309.800.000
Jumlah Utang
b. Utang (5%) =
Tingkat Materialitas
88.893.000.000
=
5%
= 4.444.650.000
Jumlah Equity
c. Equity (5%) =
Tingkat Materialitas
10

117.303.000.000
=
5%
= 5.865.150.000
Jumlah Equity
d. Pendapatan (10%) =
Tingkat Materialitas
130.784.000.000
=
10%
= 13.078.400.000
Jumlah Equity
e. Beban (10%) =
Tingkat Materialitas
93.759.000.000
=
10%
= 9.375.900.000

Rasio keuangan yang terdiri dari:


a. Rasio Likuiditas :
➢ Current Ratio = (aktiva lancar / utang lancar) x 100%
= (43.268.000.000 / 46.261.000.000) x 100%
= 0,9353 x 100%
= 95,53%
➢ Quick Ratio = ((aktiva lancar – persediaan) / utang lancar) x
100%
= ((43.268.000.000 – 717.000.000) /
46.261.000.000) x 100%
= 0,9198 x 100%
= 91,98%
➢ Cash ratio = ((kas + setara kas) / utang lancar) x 100%
= ((17.439.000.000) / 206.196.000.000) x 100%
= 0,0846 x 100%
= 8,46%
b. Rasio Profitabilitas :
➢ ROE = (laba bersih setelah pajak / Jumlah modal) x
100%
= (26.979.000.000 / 117.303.000.000) x 100%
= 0,2210 x 100%
= 22,1%
11

➢ ROCE = (Laba Sebelum Pajak dan Bunga / (Total Aset–


Kewajiban)) x 100%
= (36.405.000.000 / (206.196.000.000 –
88.893.000.000)) x 100%
= (36.405.000.000 / 117.303.000.000) x 100%
= 0,3104 x 100%
= 31,04%
c. Rasio Solvabilitas :
➢ Debt ratio = (total utang / total aktiva) x 100%
= (88.893.000.000 / 206.196.000.000) x 100%
= 0,4311 x 100%
= 43,11%
➢ Debt to equity ratio = (total utang / modal) x 100%
= (88.893.000.000 / 117.303.000.000) x 100%
= 0,7578 x 100%
= 75,78%
d. Rasio Rentabilitas :
➢ Profit margin = (laba bersih / penjualan) x 100%
= (36.405.000.000 / 130.784.000.000) x 100%
= 0,2784 x 100%
= 27,84%
➢ Gross profit margin = (laba kotor / penjualan bersih) x 100%
= (38.845.000.000 / 130.784.000.000) x 100%
= 0,2970 x 100%
= 29,7%
➢ Net profit margin = (laba bersih setelah pajak / penjualan bersih) x
100%
= (26.979.000.000 / 130.784.000.000) x 100%
= 0,2063 x 100%
= 20,63%
➢ ROI = (laba bersih setelah pajak / investasi) x 100%
= (26.979.000.000 / 35.090.000.000) x 100%
= 0,7689 x 100%
= 76,89%
➢ Return on Assets (ROA) = (laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva) x
100%
12

= (36.405.000.000 / 206.196.000.000) x 100%


= 0,1766 x 100%
= 17,66%
e. Rasio Aktivitas :
➢ Perputaran piutang = (penjualan bersih / rata-rata piutang dagang)
= (130.784.000.000 / 727.000.000)
= 179,9
➢ Perputaran aktiva tetap = (penjualan / aktiva tetap)
= (130.784.000.000 / 162.928.000.000)
= 0,8027
➢ Perputaran total aktiva = (penjualan / total aktiva)
= (130.784.000.000 / 206.196.000.000)
= 0,6343

Anda mungkin juga menyukai