Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BESAR 1

JASA PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

DOSEN PEMBIMBING :

Afly Yessie.,SE., Msi., Ak., CA., CPA

DISUSUN OLEH :

Jenny – 43219110234

UNIVERSITAS MERCU BUANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai akuntan publik, profesionalisme merupakan syarat utama profesi ini. Profesi
akuntan publik dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
laporan dan kinerja perusahaan. Salah satu manfaat dari akuntan publik adalah
memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap laporan keuangan yang telah diaudit lebih
tinggi daripada laporan keuangan yang belum diaudit. Oleh karena itu, laporan keuangan
yang telah diaudit harus relevan, materialitas, dan dapat merepresentasikan secara tepat
apa yang
akan direpresentasikan. Kegunaan informasi keuangan dapat ditingkatkan jika informasi
tersebut terbanding (comparable), terverifikasi (verifiable), tepat waktu (timely), dan
terpaham (understandable) (SAK 3.04, 2018).

1.2 Profesi Akuntan Publik


Secara umum, akuntan publik memiliki pengertian yaitu adalah sebuah profesi yang
memberikan pelayanan berupa jasa profesional dan sudah memiliki izin resmi untuk
praktek sebagai akuntan swasta secara independen. Menurut UU RI No. 3 Tahun 2011,
profesi satu ini memiliki definisi sebagai profesi yang memberikan jasa yang dapat
digunakan oleh masyarakat luas untuk membantu dalam mengambil keputusan penting.
Peraturan Menkeu No. 443/KMK.01/2011 juga menjelaskan bahwa setiap akuntan publik
wajib untuk masuk menjadi anggota dalam IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia).
Profesi ini mempunyai tugas yang cukup kompleks, bukan hanya melakukan
perhitungan-perhitungan angka, tetapi juga sebagai penghubung aktivitas bisnis antara
perusahaan yang menjadi kliennya dan perusahaan lain dalam proses keberlanjutan bisnis.
Laporan yang dibuat oleh seorang akuntan publik juga sangat penting dalam menganalisa
dan membuat keputusan bisnis kedepannya. Oleh sebab itu untuk mengemban tugas ini
diperlukan seseorang yang profesional dalam bekerja.
3

BAB II

PEMBAHASAN

1. Bagaimana perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia sebelum


pemberlakuan UU KAP No. 5 Tahun 2011 dan setelah pemberlakuan UU KAP
No. 5 Tahun 2011, uraiakan secara jelas?
Menurut UU Akuntan Publik No. 5 Tahun 2011, Akuntan Publik adalah seseorang
yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tersebut. Sebelum pemberlakuan UU KAP No. 5 Tahun 2011
akuntan publik di Indonesia tidak ada UU khusus yang mengatur profesi ini.
Setelah adanya UU KAP No 5 Tahun 2011 yang mengatur profesi akuntan publik
mengalami perkembangan, yaitu :
a. Kepastian hukum sekaligus perlindungan terhadap profesi akuntan publik di
Indonesia sudah terjamin
b. Baik entitas yang menggunakan jasa akuntan publik dan akuntan publik itu
sendiri akan mendapatkan penjelasan lebih mengenai apa saja hak dan
kewajiban akuntan publik
c. Adanya kerjasama yang kooperatif antara akuntan dan entitas pengguna jasa
akuntan publik yang akan menghasilkan kerjasama yang saling memuaskan
dari kedua pihak karena telah dijelaskan tentang hak dan kewajiban dari
akuntan publik namun tetap menjaga independensi dan bebas dari benturan
kepentingan
d. Dengan adanya undang-undang ini diharapkan akan membantu terciptanya
perekonomian nasional yang sehat dan transparan.\

Namun ada beberapa pasal yang dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap


Perkembangan profesi AkuntanPublik di Indonesia. Hal tersebut adalah :
a. Sanksi pidana bagi Akuntan Publik
 Bahwa standar profesi akuntan publik adalah suatu acuan yang
digunakan dalam menjalankan profesinya dimana dalam
pelaksanaannya banyak menggunakan professionaljudgement dan
berbasis sampling, oleh karena itu pengaturannya berbeda dengan
4

ketentuan hukum yang sifatnya pasti dan tidak menimbulkan


keragu-keraguan
 Bahwa seorang akuntan publik bukanlah kuasi Negara, kuasi
Pemerintah, atau pejabat publik yang diberikan kewenangan atas
nama publik atau Negara sehingga produk akuntan publik bukan
merupakan legal binding sehingga tidak sebanding apabila
dikenakan sanksi pidana
 Bahwa standar profesi dan kode etik yang digunakan oleh akuntan
publik adalah bukan merupakan produk hukum yang termasuk
dalam jenis dan hirarki perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Perundangundangan karena standar profesi dan kode etik
ditetapkan oleh asosiasi profesi
b. Perijinan Akuntan Publik Asing
Liberalisasi jasa akuntan se-ASEAN dalam kerangka AFTA 2015,
tampaknya menjadi masalah baru bagi keprofesian. Persaingan ketat
dengan akuntan-akuntan negara tentangga pada medan tersebut bukanlah
persoalan mudah bila merujuk posisi kekuatan dalam peta ASEAN.
Indonesia masih kalah dari segi jumlah.Tidak sedikit pula yang
menyangsikan kualitas kompetensi akuntan Indonesia bila dibandingkan
dengan akuntan-akuntan dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura,
dan Filipina.
c. Persyaratan Akuntan Publik
Pada pasal 6 huruf a UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik,
bahwa Proses menjadi Akuntan Publik disederhanakan dan basis calon
Akuntan Publik diperluas, Dengan ketentuan tersebut berarti gelar CPA
(certified public accountant) dapat diberikan kepada siapa saja yang lulus
ujian CPA tanpa memandang dia lulusan jurusan apapun (tidak harus dari
jurusan akuntansi). Hal ini memunculkan potensi menurunnya kualitas dari
SDM yang ahli dalam akuntansi. Padahal seseorang yang mengambil S-1
untuk jurusan akuntansi saja paling tidak membutuhkan 4 tahun untuk
mendalami akuntansi tersebut. Sulit membayangkan seseorang dari jurusan
5

bukan akuntansi dapat menjadi seorang akuntan hanya dengan cara lulus
ujian CPA.

2. Bagaimana perbedaan standar jasa-jasa yang diberikan oleh akuntan publik di


Indonesia sebelum pemberlakuan Internasional Standard On Auditing dan setelah
pemberlakuan Internasional Standard On Auditing?
International Standards on Auditing (ISA) merupakan standar audit terbaru yang
telah diadopsi di Indonesia. Adopsi ini dilakukan untuk memenuhi jawaban atas
Statement of Membership Obligation and International Federation of Accountants.
Per 1 Januari 2013, Akuntan Publik wajib melakukan audit atas laporan keuangan
emiten berdasarkan standar yang baru ini. Aplikasi ISA diwujudkan melalui revisi
terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). ISA memang baik, akan
tetapi dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu agar lebih siap diimplementasikan. Ia
menyarankan agar membuat ISA lebih user-friendly untuk Indonesia. .Dalam
buku “Audit Berbasis ISA”, Tuanakotta (2013) menjelaskan 5 (lima) hal yang
berbedasecara fundamental antara ISA dengan SPAP. Perbedaan tersebut antara
lain:
a. Audit berbasis risiko
Risiko audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas
laporan indonesia. keuangan yang disalahsajikan secara material. Ciri yang
paling menonjol dari ISA ialah penekanan terhadap aspek risiko. Penekanan
terhadap risiko sejak audito rmempertimbangkan untuk menerima atau
menolak suatu entitas dalam penugasan audit sampai sesudah laporan yang
berisi opini diterbitkan. ISA berulang-ulang menegaskan kewajiban auditor
dalam menilai risiko (to assessed risk), dalam menanggapi risiko yang dinilai
(to respond to assessed risk), dalam mengevaluasi risiko yang ditemukan
(detected risk), baik yang akan dikoreksi maupun yang tidak dikoreksi entitas.
Penegasan ini bermakna, jika auditor tidak menjalankan kewajibannya, ia
teledor (negligent).Sedangkan pada SA lebih menekankan audit atas akun satu
per satu dengan penekanan pada akun-akun neraca.
b. Rules-based standardskeprinciples-based standards
ISA dan IFRS adalah standar-standar berbasis prinsip yang merupakan
perubahan besar dari standar-standar sebelumnya yang berbasis aturan.
Menurut Tuanakotta (2015: 57) ada dua sifat yang membedakan standar
6

berbasis aturan dari standar berbasis prinsip. Pertama, standar berbasis aturan
sangat “rumit” dan memberi kesan tepat.

c. Berpaling dari model matematis


Ciri dari semua buku teks auditing Amerika maupun buku-buku
pedoman dari KAP besar sepertithe Big Fourdi era Assurance Model ialah
membantu auditornya memberikan model-model matematis dalam sampling,
statistical sampling maupun non- statistical sampling. Pendekatan matematis
ini mempunyai kelemahan yang serius yaitu membuat auditor menjadi robot
serta kerumitannya. Sedangkan ISA menekankan pada penggunaan
professional judgment.
d. Kearifan profesional dan konsekuensinya
Konsekuensi dari ISA mewajibkan kearifan profesional ialah
keterlibatan auditor yang berpengalaman dalam praktik dan dalam praktik
akuntan publik ini berarti keterlibatan partner yang mempunyai pengalaman
(jam terbang dan kepakaran dalam industri tertentu atau jenis audit tertentu),
pendidikan, dan pelatihan dengan ciri-ciri kepribadian tertentu. Jika keputusan
audit masih dibuat oleh asisten yang belum mempunyai pengalaman yang
memadai, ISA menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan ISA.
e. Pengendalian internal
Yang ditekankan ISA ialah kewajiban entitas dalam membangun,
memelihara, dan mengimplementasikan pengendalian internal dan kewajiban
auditor dalam menilai pengendalian internal dan menggunakan hasil
penelitiannya serta komunikasi dengan manajemen dalam hal auditor
menemukan defisiensi dalam pengendalian internal.
7

3. Bagaimana kovergensi ISA di Indonesia?


Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi
domestic bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat
kredibilitas tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi
sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki
tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan
perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan
keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang
valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski,
2005). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar
akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012
secara keseluruhan atau full adoption (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009).
Pada tahun 2012 tersebut diharapkan Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan
IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan diharapkan tahun 2010. Dengan
pencanangan tersebut timbul permasalahan mengenai sejauh mana adopsi IFRS
dapat diterapkan dalam Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat adopsi
yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan manfaat bagi
perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian Indonesia pada
umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi IFRS,
mungkinkah tahun 2012 Indonesia mengadopsi penuh IFRS.
Dari Harmonisasi Menuju Konvergensi Dalam berbagai forum yang berkaitan
dengan kegiatan akuntansi internasional seperti IFRS, dikenal kedua istilah ini:
harmonisasi dan konvergensi. Secara sederhana, harmonisasi adalah upaya
menyelaraskan standar-standar (akuntansi, pengauditan, dan lain-lain) yang
beraneka ragam. Periode harmonisasi berlangsung sekitar tahun 1970-an sampai
dengan 1990-an. Di Indonesia, harmonisasi standar ini menjadi masukan dalam
penyusunan standar (standar setting) selama hampir seperempat abad. Secara
sederhana dunia akuntansi (standar setting, enforcement, dan accounting
governance) terbagi dalam 2 tradisi, yaitu tradisi Anglo-Saxon dimana negara
penganutnya disebut Anglo-Saxon countries dan tradisi Daratan Eropa dimana
negara penganutnya disebut Continental European countries.
8

4. Jelaskan kasus-kasus yang pernah terjadi di Indonesia terkait profesi akuntan dan
Kantor Akuntan Publik di Indonesia?
Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI
Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah
satu derivasi amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh
salah satu badan usaha milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam
laporan kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia
mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp 6,90 milyar telah diraihnya.
Padahal, apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian
sebesar Rp 63 milyar. Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah
tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan
keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal,
berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam
bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan
transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi disini. Di lain pihak, PT Kereta
Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan tersebut hanya terjadi
karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tidak tertagih.
Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak tertagih
itu bukan pendapatan. Sehingga, sebagai konsekuensinya. PT Kereta Api
Indonesia seharusnya mengakui menderita kerugian sebesar Rp 63 milyar.
Sebaliknya, ada pula pihak lain yang berpendapat bahwa piutang yang tidak
tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta Api Indonesia
sehingga keuntungan sebesar Rp 6,90 milyar dapat diraih pada tahun tersebut.
Diduga, manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia telah terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan terjadi disini.
Dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia mengabaikan adanya organisasi
lembaga keuangan yang difungsikan untuk mengaudit hasil laporan keuangan
pertahun yang terdapat oleh PT. K Api Idonesia, dan ternyata hal tersebut tak
dipungkiri karena adanya proud yang di alami oleh PT Kereta Api Indonesia.
Kiranya ada pembenahan yang lebih baik lagi dari PT. Kereta Api Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai