Anda di halaman 1dari 16

TUGAS BESAR 1

AUDITING 1

Disusun Oleh :
Wardah Mega Urjuwan (43219010100)

Dosen Pengampu :
Marsyaf, SE., Ak., M.Ak

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan paper berjudul Tugas Besar 1
Auditing 1 dengan tepat waktu.
Paper ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Auditing 1 Universitas
Mercu Buana. Dan penulis juga berharap agar paper ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Marsyaf, SE.,
Ak., M.Ak selaku dosen mata kuliah Auditing 1. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 12 April 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya
adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik
sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan.
Dengan demikian, profesi Akuntan Publik memiliki peranan yang besar dalam
mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan
transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan.

Akuntan Publik tersebut mempunyai peran terutama dalam peningkatan


kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu
entitas. Dalam hal ini Akuntan Publik mengemban kepercayaan masyarakat
untuk memberikan opini atas laporan keuangan suatu entitas. Dengan
demikian, tanggung jawab Akuntan Publik terletak pada opini atau pernyataan
pendapatnya atas laporan atau informasi keuangan suatu entitas, sedangkan
penyajian laporan atau informasi keuangan tersebut merupakan tanggung
jawab manajemen.

Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, dalam era
globalisasi perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna jasa Akuntan
Publik akan semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi
keuangan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Dengan demikian, Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme agar dapat memenuhi
kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia sebelum
pemberlakuan UU KAP No. 5 Tahun 2011 dan setelah pemberlakuan UU
KAP No. 5 Tahun 2011 ?
2. Bagaimana perbedaan standar jasa-jasa yang diberikan oleh akuntan
publik di Indonesia sebelum pemberlakuan Internasional Standard On
Auditing dan setelah pemberlakuan Internasional Standard On Auditing?
3. Bagaimana kovergensi ISA di Indonesia?
4. Apa kasus yang pernah terjadi di Indonesia terkait profesi akuntan dan
Kantor Akuntan Publik di Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan
1. Agar dapat memahami perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia
sebelum pemberlakuan UU KAP No. 5 Tahun 2011 dan setelah
pemberlakuan UU KAP No. 5 Tahun 2011.
2. Agar dapat memahami perbedaan standar jasa-jasa yang diberikan oleh
akuntan publik di Indonesia sebelum pemberlakuan Internasional Standard
On Auditing dan setelah pemberlakuan Internasional Standard On
Auditing.
3. Agar dapat memahami konvergensi ISA di Indonesia.
4. Agar dapat menjelaskan kasus-kasus yang pernah terjadi di Indonesia
terkait profesi akuntan dan Kantor Akuntan Publik di Indonesia.

D. Manfaat Pembahasan
Paper ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi mahasiswa, paper ini bermanfaat untuk memahami dan
memperdalam dan memperbanyak studi mengenai isu-isu yang terkait
dengan perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia
2. Bagi dunia bisnis, penelitian ini diharapkan dapat membantu para praktisi
bisnis di dalam memahami dan mengerti peran auditor di dalam dunia
bisnis sesuai dengan standar yang ada, sehingga para pelaku bisnis
mengerti masalah yang terjadi dan mulai melakukan langkah-langkah
untuk mengurangi atau mencari pemecahan masalah tersebut.
3. Bagi masyarakat luas terutama user dapat menambah pengetahuan dalam
hal pengauditan dan perkembangan profesi akuntan publik di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Profesi Akuntan Publik di Indonesia Sebelum Pemberlakuan


UU KAP No. 5 Tahun 2011 dan Setelah Pemberlakuan UU KAP No. 5 Tahun
2011.
Sebelum pemberlakuan UU KAP No.5, profesi Akuntan Publik
mempunyai peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang
sehat dan efisien, serta meningkatkan transparasi dan mutu informasi dalam
bidang keuangan. Profesi Akuntan Publik merupakan salah satu profesi yang
turut mendukung dunia usaha. Bahkan dalam era globalisasi perdagangan barang
dan jasa, akan terjadi peningkatan kebutuhan akan jasa Akuntan Publik, terutama
kebutuhan atas kualitas Informasi keuangan yang digunakan sebagai salah satu
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Dengan demikian, Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa meningkatkan


kompetensi dan profesionalisme, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna
jasa dan mengemban kepercayaan publik dengan baik. Meskipun demikian, masih
dimungkinkan terjadinya kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Publik
dimaksud.

Untuk melindungi kepentingan masyarakat dan juga Akuntan Publik itu


sendiri dalam pemberian jasa, maka diperlukan adanya undang- undang yang
mengatur profesi Akuntan Publik, Undang-Undang yang ada lebih dahulu yaitu
Undang-Undang Nomor. 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan.
Pengaturan mengenai profesi Akuntan Publik sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 1954 dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan yang ada pada saat ini dan tidak mengatur hal-hal yang mendasar
bagi profesi Akuntan Publik.
Selama 14 Bulan Pemerintah bersama-sama dengan dewan perwakilan
rakyat telah berupaya merumuskan materi muatan Rancangan Undang-Undang
tentang Akuntan Publik, sebagaimana telah ditetapkan menjadi Undang-Undang
No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik yang sudah ditandatangani oleh
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 3 Mei 2011.

Setelah pemberlakuan UU KAP No.5 Tahunn 2011, Keistimewaan dari


Undang-Undang Akuntan Publik ini, yaitu mengatur mengenai “ Jasa Asuransi”
yang merupakan hak ekslusif bagi Akuntan Publik, yaitu jasa Akuntan Publik
yang bertujuan untuk memberikan keyakinan bagi pengguna atas hasil evaluasi
atau pengukuran informasi keuangan dan non Keuangan berdasarkan suatu
kriteria. Selain mengatur mengenai profesi Akuntan Publik, Undang-Undang ini
juga mengatur mengenai Kantor Akuntan Publik ( KAP ) yang merupakan wadah
bagi Akuntan Publik dan bentuk usaha KAP yang sesuai dengan profesi Akuntan
publik, yaitu independensi dan tanggung jawab professional terhadap hasil
pekerjaannya.

Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya


adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik
sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Akuntan
Publik tersebut mempunyai peran terutama dalam peningkatan kualitas dan
kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Dalam hal ini
Akuntan Publik mengemban kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini
atas laporan keuangan suatu entitas.

Tanggung jawab Akuntan Publik terletak pada opini atau pernyataan


pendapatnya atas laporan atau informasi keuangan suatu entitas, sedangkan
penyajian laporan atau informasi keuangan tersebut merupakan tanggung jawab
manajemen. Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, dalam
era globalisasi perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna jasa Akuntan
Publik akan semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi
keuangan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Dengan demikian, Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan
pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik.

Sampai saat terbentuknya Undang-Undang ini, di Indonesia belum ada


undang-undang yang khusus mengatur profesi Akuntan Publik. Undang- undang
yang ada adalah Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar
Akuntan (Accountant) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor
103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 705). Pengaturan
mengenai profesi Akuntan Publik dalam Undang-Undang Tahun 1954 Nomor 34
tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada pada saat ini dan
tidak mengatur hal-hal yang mendasar dalam profesi Akuntan Publik.

Oleh karena itu, disusunlah Undang-Undang tentang Akuntan Publik yang


mengatur berbagai hal mendasar dalam profesi Akuntan Publik, dengan tujuan
untuk :
1. Melindungi kepentingan publik
2. Mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan
transparan;
3. Memelihara integritas profesi Akuntan Publik;
4. Meningkatkan kompetensi dan kualitas profesi Akuntan
Publik; dan
5. Melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai
dengan standar dan kode etik profesi.

Undang-Undang ini mengatur antara lain :


1. Lingkup jasa Akuntan Publik;
2. Perizinan Akuntan Publik dan KAP;
3. Hak, kewajiban, dan larangan bagi Akuntan Publik dan
KAP;
4. Kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik (OAI) dan kerja
sama antara KAP dan Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA)
atau Organisasi Audit Asing (OAA);
5. Asosiasi Profesi Akuntan Publik;
6. Komite Profesi Akuntan Publik;
7. Pembinaan dan pengawasan oleh Menteri;
8. Sanksi administratif; dan
9. ketentuan pidana.

Undang-Undang ini mengatur hak eksklusif yang dimiliki oleh Akuntan


Publik, yaitu jasa asurans yang hanya dapat dilakukan oleh Akuntan Publik.
Dalam rangka perlindungan dan kepastian hukum bagi profesi Akuntan Publik,
juga diatur mengenai kedaluwarsa tuntutan pidana dan gugatan kepada Akuntan
Publik.

B. Perbedaan Standar Jasa-Jasa yang Diberikan Oleh Akuntan Publik di


Indonesia Sebelum Pemberlakuan Internasional Standard On Auditing dan
Setelah Pemberlakuan Internasional Standard On Auditing
Di Indonesia, sebelum terbentuknya Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), standar auditing ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia- Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP). Setelah terbentuknya IAPI yang secara resmi diterima
sebagai anggota asosiasi yang pertama oleh IAI pada tanggal 4 Juni 2007 serta
diakui oleh pemerintah RI sebagai organisasi profesi akuntan publik yang
berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan
penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan
program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia
melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 pada tanggal 5
Pebruari 2008, selanjutnya standar auditing berupa Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) disusun dan diterbitkan oleh IAPI.
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika.
Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam SPAP terdiri dari :
1. Pernyataan Standar Auditing
2. Pernyataan Standar Atestasi
3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review
4. Pernyataan Jasa Konsultasi
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu

Sedangkan aturan etika yang dicantumkan dalam SPAP adalah Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang dinyatakan berlaku oleh Kompartemen
Akuntan Publik sejak bulan Mei 2000. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
yang berlaku di Indonesia selama ini mengacu pada standar auditing dari Amerika.
SPAP ini membagi standar auditing menjadi tiga bagian utama yaitu Standar
Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan.

Sedangkan International Standar on Auditing (ISA) tidak membagi standar


auditing dengan kategori seperti halnya SPAP. Pada ISA, tidak ada Standar Umum,
Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Penyajian standar-standar
yang ada di ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing.

Pendekatan pekerjaan audit di ISA dibagi dalam enam tahap. Tahap pertama
dimulai dengan persetujuan penugasan (agreement of engagement). Kemudian,
tahap kedua melakukan pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistim
akuntansi klien, serta penentuan unit yang akan diaudit. Tahap ketiga adalah
pengembangan strategi audit. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan access
inherent list.

Tahap selanjutnya adalah execute the audit, yaitu mulai melaksanakan audit.
Pada saat melaksanakan audit maka akan dilakukan test of control, substantive and
analytical procedure dan other substantive procedure. Tahap kelima, mulai
membentuk opini. Dan tahap terakhir adalah membuat laporan audit.
Dari keenam tahapan pekerjaan audit yang diatur dalam ISA tersebut sepertinya
tidak jauh berbeda dengan pengaturan dalam SPAP yang menjadi pedoman audit bagi
KAP di Indonesia. Demikian sedikit gambaran International Standar on Auditing (ISA)
yang merupakan standar audit internasional dibandingkan dengan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang merupakan standar audit yang berlaku di Indonesia.

C. Kovergensi ISA di Indonesia


Konvergensi adalah konsekuensi logis dari globalisasi. Jika harmonisasi
mengisyaratkan keselarasan,maka konvergensi menuntut keseragaman. Salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas audit di Indonesia adalah dengan diterapkannya standar
audit yang mengacu kepada International Standards on Auditing (ISA) oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali apakah pelaksanaan standar audit
berbasis ISA telah berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan variabel independen yaitu pelaksanaan
standar audit berbasis ISA, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kualitas audit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan jenis penelitian survey data.

Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 40 auditor pada Kantor Akuntan Publik
Komisariat Wilayah Bandung yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan standar audit berbasis ISA berpengaruh
secara signifikan sebesar 51,6% terhadap kualitas audit, sedangkan sisanya sebesar
48,4% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

D. Kasus-Kasus yang Pernah Terjadi di Indonesia Terkait Profesi Akuntan dan


Kantor Akuntan Publik di Indonesia.

Kasus SNP Finance, Dua Kantor Akuntan Publik Diduga Bersalah


Kementerian Keuangan memutuskan untuk memberi sanksi tiga akuntan publik
yang memeriksa laporan keuangan SNP Finance. Kementerian Keuangan menyatakan
dua akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan PT Sunprima Nusantara
Pembiayaan (SNP) Finance; Akuntan Publik Marlinna dan Merliyana Syamsul melanggar
standar audit profesional.
Mengutip data resmi Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK), dalam
melakukan audit laporan keuangan SNP tahun buku 2012 sampai dengan 2016, mereka
belum sepenuhnya menerapkan pengendalian sistem informasi terkait data nasabah dan
akurasi jurnal piutang pembiayaan.

Akuntan publik tersebut belum menerapkan pemerolehan bukti audit yang cukup
dan tepat atas akun piutang pembiayaan konsumen dan melaksanaan prosedur yang
memadai terkait proses deteksi risiko kecurangan serta respons atas risiko kecurangan.

Di samping itu, PPPK juga menyatakan sistem pengendalian mutu akuntan


publik tersebut mengandung kelemahan. Pasalnya, sistem belum bisa mencegah ancaman
kedekatan antara personel senior (manajer tim audit) dalam perikatan audit pada klien
yang sama untuk suatu periode yang cukup lama. Kementerian Keuangan menilai bahwa
hal tersebut berdampak pada berkurangnya skeptisisme profesional akuntan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, Kementerian Keuangan menjatuhkan


sanksi administratif kepada mereka berupa pembatasan pemberian jasa audit terhadap
entitas jasa keuangan selama 12 bulan yang mulai berlaku tanggal 16 September 2018
sampai dengan 15 September 2019.

Selain terhadap dua akuntan publik tersebut, Kementerian Keuangan juga


menghukum Deloitte Indonesia. Mereka diberi sanksi berupa rekomendasi untuk
membuat kebijakan dan prosedur dalam sistem pengendalian mutu akuntan publik terkait
ancaman kedekatan anggota tim perikatan senior.

Deloitte Indonesia juga diwajibkan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur


serta melaporkan pelaksanaannya paling lambat 2 Februari 2019. Sekretaris Jenderal
(Sekjen) Kementerian Keuangan Hadiyanto mengatakan sanksi diberikan untuk
memperbaiki mereka. "Sanksi administratif diberikan untuk membuat kebijakan dan
prosedur dalam sistem pengendalian mutu akuntan publik yang lebih baik," katanya di
Gedung DPR.

Selain terhadap KAP tersebut, sanksi juga diderita oleh SNP Finance. Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) membekukan kegiatan usaha mereka terhitung sejak 14 Mei lalu.
OJK bisa mencabut izin usaha SNP Finance pada November 2018 nanti. Pencabutan izin
dilakukan jika perusahaan melakukan kegiatan usaha sebelum berakhirnya sanksi
pembekuan kegiatan usaha. "Jika tidak dapat memenuhi ketentuan hingga berakhirnya
jangka waktu PKU sesuai dengan ketentuan POJK 29 (dicabut)," ujar Juru Bicara OJK
Sekar Putih Djarot. Clients and Market Leader Deloitte Indonesia Steve Aditya
ketika dikonfirmasi CNNIndonesia sementara itu meminta waktu untuk menyiapkan
jawaban atas sanksi tersebut. "Kami sedang menyiapkan tanggapan terhadap pemberitaan
Anda, kami akan segera respons," kata Steve ketika dikonfirmasi.

Kasus Jiwasraya - PricewaterhouseCoopers (PwC)


Pada 2006-2012, KAP yang ditunjuk adalah KAP Soejatna, Mulyana, dan Rekan.
Sementara sejak 2010-2013, KAP Hertanto, Sidik dan Rekan. Pada 2014-2015, KAP
Djoko, Sidik dan Indra. Lalu 2016-2017, PricewaterhouseCoopers (PwC). PwC
memberikan opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan konsolidasian PT
Asuransi Jiwasyara (Persero) dan entitas anaknya pada tanggal 31 Desember 2016. Laba
bersih Jiwasraya yang dimuat dalam laporan keuangan yang telah diaudit dan
ditandatangani oleh auditor PwC tanggal 15 Maret 2017 itu menunjukkan laba bersih
tahun 2016 adalah sebesar Rp 1,7 triliun. Sementara itu laba bersih Jiwasraya menurut
laporan keuangan auditan tahun 2015 adalah Rp 1,06 triliun. Pada 10 Oktober 2018,
Jiwasraya mengumumkan tak mampu membayar klaim polis JS Saving Plan yang jatuh
tempo sebesar Rp 802 miliar. Seminggu kemudian Rini Soemarno yang menjabat sebagai
Menteri Negara BUMN melaporkan dugaan fraud atas pengelolaan investasi Jiwasraya.

Audit BPK selama 2015-2016 menjadi rujukan. Dalam audit tersebut disebutkan
investasi Jiwasraya dalam bentuk medium term notes (MTN) PT Hanson International
Tbk (MYRX) senilai Rp 680 miliar, berisiko gagal bayar. Berdasarkan laporan audit
BPK, perusahaan diketahui banyak melakukan investasi pada aset berisiko untuk
mengejar imbal hasil tinggi, sehingga mengabaikan prinsip kehati-hatian. Pada 2018,
sebesar 22,4% atau Rp 5,7 triliun dari total aset finansial perusahaan ditempatkan pada
saham, tetapi hanya 5% yang ditempatkan pada saham LQ45. Lalu 59,1% atau Rp 14,9
triliun ditempatkan pada reksa dana, tetapi hanya 2% yang dikelola oleh top tier manajer
investasi. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan kerugian hingga modal Jiwasraya
minus. Negara diperkirakan mengalami kerugian hingga Rp 13,7 miliar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa
asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu
pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Akuntan Publik tersebut
mempunyai peran terutama dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi
keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Dalam hal ini Akuntan Publik mengemban
kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini atas laporan keuangan suatu entitas.

International Standar Auditing merupakan salah satu produk dari standar audit
informasi keuangan historis yang cakupannya lebih terbatas pada KAP dan para
praktisinya (partner dan staf KAP) saja. Indonesia mengadopsi ISA sebagai wujud
komitmen Negara yang mendorong setiap anggotanya untuk menggunakan standar
profesi internasional. Pengadopsian ISA ini merupakan salah satu cara untuk
menjalankan amanah UU No.5 tahun 2011 tentang Akuntan public, adanya pengadopsian
ISA yang dilakukan oleh Indonesia tentu akan terjadi peningkatan biaya

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari bahwa paper ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki paper ini dengan
berpedoman pada banyak sumber serta penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
 http://makalahku05.blogspot.com/2017/06/makalah-auditing-tentang-kantor-
akuntan.html

 https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/8304/Bab
%202.pdf?sequence=10

 https://accounting.binus.ac.id/2014/07/15/artikel-mengenai-uu-no-5-tahun-2011-
tentang-akuntan-publik/

 http://auditme-post.blogspot.com/2008/05/standar-auditing-internasional-isa- vs.html

 https://akuntansi.or.id/baca-tulisan/44_kasus-kasus-melilit-kap-besar-di-
indonesia.html

 https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180926072123-78-333248/kasus-snp-
finance-dua-kantor-akuntan-publik-diduga-bersalah

Anda mungkin juga menyukai