Anda di halaman 1dari 13

Perkembangan Profesi Akuntan Publik Indonesia beserta

Organisasi, Standar, Kode Etik dan Sertifikasi Profesi

Kelompok I :

Fanny Avianuari (09)

Fernando Effrata Surbakti (10)

Arif Ginanjar (03)

Ahlan Hanif Baihaki (01)

Purnanto Adi Wibowo (28)

Sihar Sitorus (34)

Audit Sektor Komersiil

Program Diploma III Akuntansi Alih Program

Kelas 5-4

Politeknik Keuangan Negara STAN


BAB I

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Profesi Akuntan Publik di Indonesia


Perkembangan profesi akuntan di Indonesia menurut Olson dapat dibagi dalam 2 periode
yaitu:
1. Periode Kolonial
Selama masa penjajahan kolonial Belanda yang menjadi anggota profesi akuntan adalah
akuntan-akuntan Belanda dan beberapa akuntan Indonesia. Pada waktu itu pendidikan
yang ada bagi rakyat pribumi adalah pendidikan tata buku diberikan secara formal pada
sekolah menengah atas sedangkan secara non formal pendidikan akuntansi diberikan
pada kursus tata buku untuk memperoleh ijazah.
2. Periode Sesudah Kemerdekaan
Pembahasan mengenai perkembangan akuntan sesudah kemerdekaan di bagi ke dalam
enam periode yaitu :
Periode I [sebelum tahun 1954]
Pada periode I telah ada jasa pekerjaan akuntan yang bermanfaat bagi masyarakat
bisnis. Hal ini disebabkan oleh hubungan ekonomi yang makin sulit, meruncingnya
persaingan, dan naiknya pajak-pajak para pengusaha sehingga makin sangat
dirasakan kebutuhan akan penerangan serta nasehat para ahli untuk mencapai
perbaikan dalam sistem administrasi perusahaan. Sudah tentu mereka hendak
menggunakan jasa orang-orang yang ahli dalam bidang akuntansi. Kebutuhan akan
bantuan akuntan yang makin besar itu menjadi alasan bagi khalayak umum yang
tidak berpengetahuan dan berpengalaman dalam lapangan akuntansi untuk bekerja
sebagai akuntan. Padahal, pengetahuan yang dimiliki akuntan harus sederajat
dengan syarat yang ditetapkan oleh pemerintah dan juga mereka harus mengikuti
pelajaran pada perguruan tinggi negeri dengan hasil baik. Oleh karena itu,
pemerintah menetapkan peraturan dengan undang-undang untuk melindungi ijazah
akuntan agar pengusaha dan badan yang lain tidak tertipu oleh pemakaian gelar
akuntan yang tidak sah.
Periode II [tahun 1954 1973]
Setelah adanya Undang-Undang No. 34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar
akuntan, ternyata perkembangan profesi akuntan dan auditor di Indonesia berjalan
lamban karena perekonomian Indonesia pada saat itu kurang menguntungkan namun
perkembangan ekonomi mulai pesat pada saat dilakukan nasionalisasi perusahaan-
perusahaan milik Belanda. Mengingat terbatasnya tenaga akuntan dan ajun akuntan
yang menjadi auditor pada waktu itu, Direktorat Akuntan Negara meminta bantuan
kantor akuntan publik untuk melakukan audit atas nama Direktorat Akuntan Negara.
Perluasan pasar profesi akuntan publik semakin bertambah yaitu pada saat
pemerintah mengeluarkan Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMND) tahun 1967/1968. Meskipun pada waktu
itu para pemodal membawa akuntan publik sendiri dari luar negeri kebutuhan
terhadap jasa akuntan publik dalam negeri tetap ada. Profesi akuntan publik
mengalami perkembangan yang berarti sejak awal tahun 70-an dengan adanya
perluasan kredit-kredit perbankan kepada perusahaan. Bank-bank ini mewajibkan
nasabah yang akan menerima kredit dalam jumlah tertentu untuk menyerahkan
secara periodik laporan keuangan yang telah diperiksa akuntan publik. Pada
umumnya, perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia baru memerlukan jasa
akuntan publik jika kreditur mewajibkan mereka menyerahkan laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh akuntan publik.
Periode III [tahun 1973 1979]
M. Sutojo pada Konvensi Nasional Akuntansi I di Surabaya Desember 1989
menyampaikan hasil penelitiannya mengenai: Pengembangan Pengawasan Profesi
Akuntan Publik di Indonesia, bahwa profesi akuntan publik ditandai dengan satu
kemajuan besar yang dicapai Ikatan Akuntan Indonesia dengan diterbitkannya buku
Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA) dalam
kongres Ikatan Akuntan Indonesia di Jakarta tanggal 30 November 2 Desember
1973. Dengan adanya prinsip dan norma ini, profesi akuntan publik telah maju
selangkah lagi karena memiliki standar kerja dalam menganalisa laporan keuangan
badan-badan usaha di Indonesia. Dalam kongres tersebut disahkan pula Kode Etik
Akuntan Indonesia sehingga lengkaplah profesi akuntan publik memiliki
perangkatnya sebagai suatu profesi. Dengan kelengkapan perangkat ini, pemerintah
berharap profesi akuntan publik akan menjadi lembaga penunjang yang handal dan
dapat dipercaya bagi pasar modal dan pasar uang di Indonesia. Pada akhir tahun
1976 Presiden Republik Indonesia dalam surat keputusannya nomor 52/1976,
menetapkan pasar modal yang pertama kali sejak memasuki masa Orde Baru.
Dengan adanya pasar modal di Indonesia, kebutuhan akan profesi akuntan publik
meningkat pesat. Keputusan ini jika dilihat dari segi ekonomi memang ditujukan
untuk pengumpulan modal dari masyarakat, tetapi tindakan ini juga menunjukkan
perhatian pemerintah yang begitu besar terhadap profesi akuntan publik. Menurut
Katjep dalam The Perception of Accountant and Accounting Profession in
Indonesia yang dipertahankan tahun 1982 di Texas, A&M University menyatakan
bahwa profesi akuntan publik dibutuhkan untuk mengaudit dan memberikan
pendapat tanpa catatan (unqualified opinion) pada laporan keuangan yang go public
atau memperdagangkan sahamnya di pasar modal. Untuk lebih mengefektifkan
pengawasan terhadap akuntan publik, pada tanggal 1 Mei 1978 dibentuk Seksi
Akuntan Publik (IAI-SAP) yang bernaung di bawah IAI. Sampai sekarang seksi
yang ada di IAI, selain seksi akuntan publik, adalah seksi akuntan manajemen dan
seksi akuntan pendidik. Sophar Lumban Toruan pada tahun 1989 mengatakan
bahwa pertambahan jumlah akuntan yang berpraktek terus meningkat sehingga
Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan dengan IAI membuat pernyataan
bersama yang mengatur hal-hal berikut:
a) Kesepakatan untuk pemakaian PAI dan NPA sebagai suatu landasan objektif
yang diterima oleh semua pihak.
b) Kepada wajib pajak badan dianjurkan agar laporan keuangan diperiksa terlebih
dahulu oleh akuntan publik sebelum diserahkan kepada Kantor Inspeksi Pajak
(sekaran Kantor Pelayanan Pajak). Laporan tersebut akan dipergunakan sebagai
dasar penetapan pajak.
c) Kalau terjadi penyimpangan etika profesi (professional conduct) oleh seorang
akuntan publik, akan dilaporkan oleh Direktur Jenderal Pajak kepada IAI untuk
diselidiki yang berguna dalam memutuskan pengenaan sanksi. Kesepakatan ini
kemudian dikuatkan oleh Instruksi Presiden No. 6 tahun 1979 dan Keputusan
Menteri Keuangan No. 108/1979 tanggal 27 Maret 1979 yang menggariskan
bahwa laporan keuangan harus didasarkan pada pemeriksaan akuntan publik
dan mengikuti PAI. Maksud instruksi dan surat keputusan tersebut adalah
untuk merangsang wajib pajak menggunakan laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh akuntan publik, dengan memberikan keringanan pembayaran
pajak perseroan dan memperoleh pelayanan yang lebih baik di bidang
perpajakan. Keputusan ini dikenal dengan nama 27 Maret 1979. Ini merupakan
keputusan yang penting dalam sejarah perkembangan profesi akuntan publik
dan sekaligus sebagai batu ujian bagi akuntan publik dan masyarakat
pemakainya.
Periode IV [tahun 1979 1983]
Periode ini merupakan periode suram bagi profesi akuntan publik dalam
pelaksanaan paket 27 Maret. Tiga tahun setelah kemudahan diberikan pemerintah
masih ada akuntan publik tidak memanfaatkan maksud baik pemerintah tersebut.
Beberapa akuntan publik melakukan malpraktik yang sangat merugikan penerimaan
pajak yaitu dengan cara bekerjasama dengan pihak manajemen perusahaan
melakukan penggelapan pajak. Ada pula akuntan publik yang tidak memeriksa
kembali laporan keuangan yang diserahkan oleh perusahaan atau opini akuntan tidak
disertakan dalam laporan keuangan yang diserahkan ke kantor inspeksi pajak.
Periode V [tahun 1983 1989]
Periode ini dapat dilihat sebagai periode yang berisi upaya konsolidasi profesi
akuntan termasuk akuntan publik. PAI 1973 disempurnakan dalam tahun 1985,
disusul dengan penyempurnaan NPA pada tahun 1985, dan penyempurnaan kode
etik dalam kongres ke V tahun 1986. Setelah melewati masa-masa suram,
pemerintah perlu memberikan perlindungan terhadap masyarakat pemakai jasa
akuntan publik dan untuk mendukung pertumbuhan profesi tersebut. Pada tahun
1986 pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No.
763/KMK.001/1986 tentang Akuntan Publik. Keputusan ini mengatur bidang
pekerjaan akuntan publik, prosedur dan persyaratan untuk memperoleh izin
praktik akuntan publik dan pendirian kantor akuntan publik beserta sanksi-sanksi
yang dapat dijatuhkan kepada kauntan publik yang melanggar persyaratan praktik
akuntan publik. Dengan keputusan Menteri Keuangan tersebut dibuktikan pula
sekali lagi komitmen pemerintah yang konsisten kepada pengembangan profesi
akuntan publik yaitu dengan mendengar pendapat Ikatan profesi pada kongres ke VI
IAI antara lain mengenai: pengalaman kerja yang perlu dimiliki sebelum praktik;
keharusan akuntan publik fultimer (kecuali mengajar); izin berlaku tanpa batas
waktu; kewajiban pelaporan berkala (tahunan) mengenai kegiatan praktik kepada
pemberi izin; pembukaan cabang harus memenuhi syarat tertentu; izin diberikan
kepada individu bukan kepada kantor; pencabutan izin perlu mendengar pendapat
dewan kehormatan IAI; pemohon harus anggota IAI; pengawasan yang lebih ketat
kepada akuntan asing. Pada tahun 1988 diterbitkan petunjuk pelaksaan keputusan
Menteri Keuangan melalui Keputusan Direktur Jenderal Moneter No.
Kep.2894/M/1988 tanggal 21 Maret 1988. Suatu hal yang mendasar dari keputusan
tersebut adalah pembinaan para akuntan publik yang bertujuan:
a) Membantu perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia
b) Melaksanakan penataran bersama IAI atau IAI-seksi akuntan public
mengenai hal-hal yang dianggap perlu diketahui publik (KAP), termasuk
mengenai manajemen KAP.
c) Mengusahakan agar staf KAP asing yang diperbantukan di Indonesia untuk
memberi penataran bagi KAP lainnya melalui IAI atau IAI-Seksi Akuntan
Publik dan membantu pelaksanaannya.
d) Memantau laporan berkala kegiatan tahunan KAP Sebelum diterbitkan
Keputusan Direktur Jenderal Moneter tersebut, pada tahun 1987 profesi
akuntan publik telah mendapatkan tempat terhormat dan strategis dari
pemerintah yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 859/KMK.01/1987 tentang Emisi Efek melalui Bursa
yang telah menentukan bahwa :
1. Untuk melakukan emisi efek, emiten harus memenuhi persyaratan, antara
lain: mempunyai laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan
publik/akuntan negara untuk dua tahun buku terakhir secara berturut-
turut dengan pernyataan pendapat wajar tanpa syarat untuk
tahun terakhir.
2. Laporan keuangan emiten untuk dua tahun terakhir tersebut harus
disusun sesuai dengan PABU di Indonesia disertai dengan laporan
akuntan publik/ akuntan negara.
3. Jangka waktu antara laporan keuangan dan tanggal pemberian izin emisi
efek tidak boleh melebihi 180 hari. (M. Sutojo, 1989: 10)
Periode VI [tahun 1990 sekarang]
Dalam periode ini profesi akuntan publik terus berkembang seiring dengan
berkembangnya dunia usaha dan pasar modal di Indonesia. Dan diterbitkanlah UU
nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 443/KMK.01/2011 tentang Penetapan Institut Akuntan Publik
Indonesia sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik Indonesia. Walaupun
demikian, masih banyak kritikan-kritikan yang dilontarkan oleh para usahawan dan
akademisi. Namun, keberadaan profesi akuntan tetap diakui oleh pemerintah sebagai
sebuah profesi kepercayaan masyarakat. Di samping adanya dukungan dari
pemerintah, perkembangan profesi akuntan publik juga sangat ditentukan oleh
perkembangan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan manfaat jasa akuntan
publik. Beberapa faktor yang dinilai banyak mendorong berkembangnya profesi
adalah:
1. Tumbuhnya pasar modal
2. Pesatnya pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun nonbank.
3. Adanya kerjasama IAI dengan Dirjen Pajak dalam rangka menegaskan peran
akuntan publik dalam pelaksanaan peraturan perpajakan di Indonesia
4. Berkembangnya penanaman modal asing dan globalisasi kegiatan
perekonomian.
B. Peraturan Perundang-undangan
Adapun histologi atau kronologi historis tentang aturan-aturan yang mengatur tentang
akuntan publik adalah sebagai berikut :
Undang -Undang No. 34 Tahun 1954 tentang hak praktik publik dan penggunaan
akreditasi gelar akuntansi.
Instruksi Presiden No. 6 tahun 1979 dan Keputusan Menteri Keuangan No.
108/1979 tanggal 27 Maret 1979 yang menggariskan bahwa laporan keuangan
harus didasarkan pada pemeriksaan akuntan publik dan mengikuti PAI.
Keputusan Menteri Keuangan No. 763/KMK.001/1986 tentang Akuntan Publik.
Keputusan Menteri Keuangan melalui Keputusan Direktur Jenderal Moneter No.
Kep.2894/M/1988 tanggal 21 Maret 1988 tentang Profesi Akuntan Publik.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang IAPI sebagai
organisasi profesi akuntan publik
UU nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2011 tentang Penetapan
Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik
Indonesia.

C. Organisasi Profesi
Organisasi profesi Akuntan Publik di Indonesia ialah IAPI atau Institut Akuntan
Publik Indonesia. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) atau Indonesian Institute of
Certified Public Accountants (IICPA), mempunyai latar belakang sejarah yang cukup
panjang, dimulai dari didirikannya Ikatan Akuntan Indonesia di tahun 1957 yang merupakan
perkumpulan akuntan Indonesia yang pertama. Perkembangan profesi dan organisasi Akuntan
Publik di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perkembangan perekonomian, dunia usaha dan
investasi baik asing maupun domestik, pasar modal serta pengaruh global. Secara garis besar
tonggak sejarah perkembangan profesi dan organisasi akuntan publik di Indonesia memang
sangat dipengaruhi oleh perubahan perekonomian negara pada khususnya dan perekonomian
dunia pada umumnya. Berikut adalah sejarah dan latar belakang pembentukan IAPI :
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) : 23 Desember 1957
Di awal masa kemerdekaan Indonesia, warisan dari penjajah Belanda masih dirasakan
dengan tidak adanya satupun akuntan yang dimiliki atau dipimpin oleh bangsa Indonesia.
Pada masa ini masih mengikuti pola Belanda masih diikuti, dimana akuntan didaftarkan
dalam suatu register negara. Di negeri Belanda sendiri ada dua organisasi profesi yaitu
Vereniging van Academisch Gevormde Accountans (VAGA ) yaitu ikatan akuntan
lulusan perguruan tinggi dan Nederlands Instituut van Accountants (NIvA) yang
anggotanya terdiri dari lulusan berbagai program sertifikasi akuntan dan memiliki
pengalaman kerja. Akuntan-akuntan Indonesia pertama lulusan periode sesudah
kemerdekaan tidak dapat menjadi anggota VAGA atau NIvA.
Situasi ini mendorong Prof. R. Soemardjo Tjitrosidojo dan empat lulusan pertama FEUI
yaitu Drs. Basuki T.Siddharta, Drs. Hendra Darmawan, Drs. Tan Tong Joe dan Drs. Go
Tie Siem memprakarsai berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia yang dinamakan
Ikatan Akuntan Indonesia yang disingkat IAI pada tanggal 23 Desember 1957 di Aula
Universitas Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia Seksi Akuntan Publik (IAI-SAP) : 7 April 1977


Di masa pemerintahan orde baru, terjadi banyak perubahan signifikan dalam
perekonomian Indonesia, antara lain seperti terbitnya Undang-Undang Penanaman
Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) serta berdirinya
pasar modal. Perubahan perekonomian ini membawa dampak terhadap kebutuhan akan
profesi akuntan publik, dimana pada masa itu telah berdiri banyak kantor akuntan
Indonesia dan masuknya kantor akuntan asing yang bekerja sama dengan kantor akuntan
Indonesia. 30 tahun setelah berdirinya IAI, atas gagasan Drs. Theodorus M. Tuanakotta ,
pada tanggal 7 April 1977 IAI membentuk Seksi Akuntan Publik sebagai wadah para
akuntan publik di Indonesia untuk melaksanakan program-program pengembangan
akuntan publik.

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) : 1994


Dalam kurun waktu 17 tahun sejak dibentuknya Seksi Akuntan Publik, profesi akuntan
publik berkembang dengan pesat. Seiring dengan perkembangan pasar modal dan
perbankan di Indonesia, diperlukan perubahan standar akuntansi keuangan dan standar
profesional akuntan publik yang setara dengan standar internasional. Dalam Kongres IAI
ke VII tahun 1994, anggota IAI sepakat untuk memberikan hak otonomi kepada akuntan
publik dengan merubah Seksi Akuntan Publik menjadi Kompartemen Akuntan Publik.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) : 24 Mei 2007


Setelah hampir 50 tahun sejak berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia, tepatnya pada
tanggal 24 Mei 2007 berdirilah Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai
organisasi akuntan publik yang independen dan mandiri dengan berbadan hukum yang
diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI Kompartemen Akuntan
Publik. Berdirinya Institut Akuntan Publik Indonesia adalah respons terhadap dampak
globalisasi, dimana Drs. Ahmadi Hadibroto sebagai Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI
mengusulkan perluasan keanggotaan IAI selain individu. Hal ini telah diputuskan dalam
Kongres IAI X pada tanggal 23 Nopember 2006. Keputusan inilah yang menjadi dasar
untuk merubah IAI Kompartemen Akuntan Publik menjadi asosiasi yang independen
yang mampu secara mandiri mengembangkan profesi akuntan publik.
IAPI diharapkan dapat memenuhi seluruh persyaratan International Federation of
Accountans (IFAC) yang berhubungan dengan profesi dan etika akuntan publik,
sekaligus untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh IFAC sebagaimana tercantum
dalam Statement of Member Obligation (SMO).
Pada tanggal 4 Juni 2007, secara resmi IAPI diterima sebagai anggota asosiasi yang
pertama oleh IAI. Pada tanggal 5 Februari 2008, Pemerintah Republik Indonesia
melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI
sebagai organisasi profesi akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi
akuntan publik, penyusunan dan penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik,
serta menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik
di Indonesia.

D. Standar Profesi dan Kode Etik


Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan
Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan
Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan
anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). . Untuk tujuan Kode
Etik ini, individu tersebut di atas selanjutnya disebut Praktisi. Anggota IAPI yang tidak
berada dalam KAP atau Jaringan KAPdan tidak memberikan jasa profesional seperti tersebut
di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau
Jaringan KAP tidak boleh :
apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap pemberi
penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa.
Akuntan Publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak diperbolehkan oleh
ketentuan perundang-undangan / organisasi profesi seperti sebagai pejabat
negara, pimpinan atau pegawai pada instansi pemerintah, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) atau Badan UsahaMilik Daerah (BUMD) atau swasta, atau
badan hukum lainnya, kecuali yang diperbolehkan seperti jabatan sebagai dosen
perguruan tinggi yang tidak menduduki jabatan struktural dan atau komisaris atau
komite yang bertanggung jawab kepada komisaris atau pimpinan usaha
konsultansi manajemen.
Sedangkan, KAP harus menjauhi atau mematuhi 4 larangan sebagai berikut :

1. memberikan jasa kepada suatu pihak, apabila KAP tidak dapat bertindak independen.
2. memberikan jasa audit umum (general audit) atas laporan keuangan untuk klien yang
sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 5 (lima) tahun.
3. memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi, keuangan dan manajemen.
4. mempekerjakan atau menggunakan jasa Pihak Terasosiasi yang menolak atau tidak
bersedia memberikan keterangan yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan terhadap
Akuntan Publik dan KAP.

Kode etik profesi akuntan publik yang dikembangkan oleh Ikatan akuntan Indonesia
(IAI) meliputi mukadimah dan delapan prinsip etika yang harus dipedomani oleh semua
anggota, serta aturan etika dan interpretasi aturan etika yang wajib dipatuhi oleh masing-
masing anggota kompartemen (Ikatan Akuntan Indonesia 2001). Struktur Kerangka Kode Etik
Kompartemen Akuntan Publik (Kode Etik Profesi Akuntan Publik) dapat digambarkan sebagai
berikut :
Berdasarkan gambar diatas struktur kerangka kode etik kompartemen akuntan publik
(kode etik rofesi akuntan publik) di atas terlihat bahwa sifat dan orientasi kode etik profesi
akuntan publik ingkat; sederhana, jelas dan konsisten; masuk akal, dapat diterima, praktis dan
dapat dilaksanakan; komprehensif danlengkap; dan positif dalam formulasinya. Selain itu
berdasarkan gambar 1 tersebut terlihat bahwa isi kode etik profesi akuntan publik
diungkapkan sedemikian rupa secara sederhana dan jelas sehingga publik dapat memahami isi
kode etik tersebut. Dengan adanya kode etik profesi akuntan publik yang mengatur tanggung
jawab kepada klien, terlihat bahwa kode etik profesi akuntan publik cocok untuk kerja keras
dan menunjukkan penerimaan profesi atas tanggung jawab serta kepercayaan masyarakat
yang telah memberikannya. Struktur kerangka kode etik kompartemen akuntan publik diatas
tidak menunjukan suatu struktur kerangka kode etik yang kaku. Ketidak kakuan struktur
kerangka kode etik profesi akuntan publik akan memberikan keuntungan pada kode etik
profesi akuntan publik untuk dapat mengikuti perkembangan jaman

Standar Profesional Akuntan Publik


Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan
standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di
Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut
Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).
Standar-standar yang tercakup dalam SPAP adalah:
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultansi
5. Standar Pengendalian Mutu
Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur
mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.

E. Sertifikasi Profesi dan Syarat-syarat Perolehan


Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia, seorang akuntan
harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan
kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan "CPA Indonesia" (sebelum tahun 2007 disebut
"Bersertifikat Akuntan Publik" atau BAP). Sertifikat akan dikeluarkan oleh IAPI. Sertifikat
akuntan publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin praktik
sebagai akuntan publik dari Kementerian Keuangan.
Izin akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku selama 5 tahun (dapat
diperpanjang). Akuntan yang mengajukan permohonan untuk menjadi akuntan publik harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Memiliki Sertifikat Tanda Lulus USAP yang sah yang diterbitkan oleh IAPI atau
perguruan tinggi terakreditasi oleh IAPI untuk menyelenggarakan pendidikan
profesi akuntan publik.
Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka wajib
menyerahkan bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL)
paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.
Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling
sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam
diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang
disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP.
Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau bukti lainnya.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.
Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih.
Menjadi anggota IAPI.
Tidak berada dalam pengampuan.
Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Akuntan
Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang
menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.setjen.kemenkeu.go.id/sites/default/files/UU%20No.5%20Tahun%202011%20tentang%20
Akuntan%20Publik%20(Pdf).pdf

http://www.tsm.ac.id/MB/MB.1.2.September.2009/Profesi%20akuntan%20publik%20dan%20kode%2
0etik%20profesi%20akuntan%20publik.pdf

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. 2001. Standar Profesional Akuntan
Publik:Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik, Salemba Empat, Januari.

Anda mungkin juga menyukai