Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN MULTI PARADIGMA

“PENDEKATAN SAINTIFIK DAN INVESTIGATIF”

Disusun oleh:

Kelompok 3

NUR ALIM BAHRI A023231002

MUHAMMAD ZAIKIN A023231005

PENDIDIKAN DOKTOR ILMU AKUNTANSI


PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah merupakan sebuah
konsekuensi logis dari adanya ilmu pengetahuan (Kamayanti, 2016). Ilmu
pengetahuan akan selalu berkembang seiring berkembangnya penelitian
dan penelitian sudah pasti dilakukan dengan menggunakan pendekatan
yang ilmiah. Penelitian adalah jalan bagi manusia untuk dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapinya, sedangkan pendekatan ilmiah berperan
sebagai penunjuknya (Cooper & Schindler, 2014:15).
Penelitian ilmiah berfokus pada pemecahan masalah dan mengejar
metode langkah demi langkah secara logis, terorganisir, dan ketat untuk
mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisisnya, dan
menarik kesimpulan yang valid darinya. Jadi, penelitian ilmiah tidak
didasarkan pada firasat, pengalaman, dan intuisi, tetapi bertujuan dan teliti.
Karena cara yang ketat dalam melakukannya, penelitian ilmiah
memungkinkan semua orang yang tertarik untuk meneliti dan mengetahui
tentang masalah yang sama atau serupa untuk menghasilkan temuan yang
sebanding ketika data dianalisis. Penelitian ilmiah juga membantu peneliti
untuk menyatakan temuan mereka dengan akurat dan percaya diri.
Selanjutnya, penyelidikan ilmiah cenderung lebih objektif daripada subjektif,
dan membantu berbagai pihak untuk menyoroti faktor paling kritis di lokasi
penelitian yang membutuhkan perhatian khusus untuk menghindari,
meminimalkan, atau memecahkan masalah.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis hendak menyajikan
makalah yang membahas terkait “pendekatan saintifik dan investigatif”.

B. Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan guna memberikan pemahaman terkait
pendekatan secara saintifik, investigative beserta hal-hal yang terkait dalam
suatu penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengantar
Menurut Cooper & Schindler (2014:66), jika akal merupakan alat berpikir
bagi manusia, maka sikap ilmiahlah yang menjadi ruhnya. Hal ini
merupakan bukti seberapa pentingnya peran sikap ilmiah dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Metode ilmiah dan pemikiran ilmiah
didasarkan pada konsep-konsep, simbol-simbol yang didapatkan pada
kumpulan makna yang dipegang dan bagikan kepada orang lain (Mautz &
Sharaf, 1993). Pendekatan saintifik sendiri pada umumnya bersifat cenderung
lebih objektif daripada subjektif (Sekaran & Bougie, 2016).
B. Prinsip-Prinsip Penelitian Ilmiah
Prinsip penting dari metode ilmiah menurut Cooper & Schindler (2014) adalah:
1. Pengamatan langsung terhadap fenomena.
2. Variabel, metode, dan prosedur yang didefinisikan dengan jelas.
3. Hipotesis yang dapat diuji secara empiris.
4. Kemampuan untuk mengesampingkan hipotesis saingan.
5. Meyakini hasil statistik daripada kebenaran yang hanya bersumber dari
pemahaman semata.
6. Proses koreksi diri.
Metode ilmiah, dan penyelidikan ilmiah secara umum, digambarkan
sebagai aktivitas pemecahan teka-teki. Langkah-langkah tersebut sangat
sesuai untuk peneliti bisnis yang kesimpulannya dihasilkan dari data
empiris. Peneliti:
1. Menghadapi rasa ingin tahu, keraguan, penghalang, kecurigaan, atau
rintangan.
2. Perjuangan untuk menyatakan masalah—mengajukan pertanyaan,
merenungkan pengetahuan yang ada, mengumpulkan fakta, dan
bergerak dari konfrontasi emosional ke intelektual dengan masalah.
3. Mengusulkan hipotesis, penjelasan yang masuk akal, untuk
menjelaskan fakta-fakta yang diyakini secara logis terkait dengan
masalah.
4. Menyimpulkan hasil atau konsekuensi dari hipotesis—berusaha
menemukan apa yang terjadi jika hasilnya berlawanan dengan arah
yang diprediksi atau jika hasilnya mendukung harapan.
5. Merumuskan beberapa hipotesis saingan.
6. Merancang dan melakukan tes empiris penting dengan berbagai
kemungkinan hasil, yang masing-masing secara selektif
mengecualikan satu atau lebih hipotesis.
7. Menarik kesimpulan (suatu inferensi induktif) berdasarkan penerimaan
atau penolakan hipotesis.
8. Memasukkan informasi kembali ke masalah awal, memodifikasinya
sesuai dengan temuan bukti.
C. Ciri-Ciri Penelitian Ilmiah
Adapun ciri-ciri penlitian yang ilmiah menurut Sekaran & Bougie (2016)
adalah:
1) Memiliki tujuan
Suatu penelitian ilmiah haruslah dimulai dengan tujuan yang jelas.
Tujuan yang jelas ini nantinya akan mengarahkan peneliti kepada hal
yang ingin dicapai atau masalah yang hendak ia pecahkan.
Penelitian ilmiah yang tidak memiliki tujuan hanya akan berputar-
putar pada poros yang sama setiap waktunya.
2) Kekakuan
Kekakuan berkonotasi kehati-hatian, ketelitian, dan tingkat
ketepatan dalam penyelidikan penelitian. Semakin bagus penerapan
metodologi dan teori pada penelitian, maka akan semakin
mempermudah untuk mendapatkan tujuan dari penelitian itu sendiri.
3) Dapat diuji berulang
Testabilitas adalah sifat yang berlaku untuk hipotesis suatu
penelitian. Sebuah hipotesis ilmiah harus dapat diuji. Tidak semua
hipotesis dapat diuji. Hipotesis yang tidak dapat diuji seringkali
merupakan pernyataan yang tidak jelas, atau mereka mengajukan
sesuatu yang tidak dapat diuji secara eksperimental. Sebuah contoh
terkenal dari hipotesis yang tidak dapat diuji adalah hipotesis bahwa
Tuhan menciptakan bumi.
4) Replikabilitas
Replikasi menunjukkan bahwa hipotesis kami tidak didukung hanya
secara kebetulan, tetapi mencerminkan keadaan sebenarnya dalam
populasi. Hasil pengujian hipotesis harus didukung lagi dan lagi
ketika jenis penelitian yang sama diulang dalam keadaan yang
sama.
5) Ketepatan dan kepercayaan diri
Presisi mengacu pada kedekatan temuan dengan "kenyataan"
berdasarkan sampel. Dengan kata lain, presisi mencerminkan
tingkat akurasi atau ketepatan hasil berdasarkan sampel, terhadap
apa yang benar-benar ada di alam semesta. Kepercayaan diri
mengacu pada probabilitas bahwa estimasi kami benar. Artinya,
tidak hanya cukup tepat, tetapi juga penting bahwa kita dapat dengan
yakin mengklaim bahwa 95% dari waktu hasil kita akan benar dan
hanya ada 5% kemungkinan kita salah. Ini juga dikenal sebagai
tingkat kepercayaan diri.
6) Objektivitas
Didasarkan pada fakta-fakta temuan yang berasal dari data aktual,
dan bukan pada nilai subjektif atau emosional kita sendiri.
7) Generalisasi
Generalisasi mengacu pada ruang lingkup penerapan temuan
penelitian dalam satu pengaturan organisasi ke pengaturan lain.
Jelas, semakin luas jangkauan penerapan solusi yang dihasilkan
oleh penelitian, semakin bermanfaat penelitian tersebut bagi
pengguna.
8) Kesederhanaan
Kesederhanaan dalam menjelaskan fenomena atau masalah yang
terjadi, dan dalam menghasilkan solusi untuk masalah, selalu lebih
disukai daripada kerangka penelitian kompleks yang
mempertimbangkan sejumlah faktor namun tidak dapat dikelola
dengan baik.
2. Metode Hypothetico Deductive
Metode hipotetis-deduktif menyediakan pendekatan sistematis yang
berguna untuk menghasilkan pengetahuan untuk memecahkan masalah
dasar dan manajerial. Adapun proses tujuh langkah dalam metode
hipotetis-deduktif:
1) Identifikasi area masalah yang luas
Mengidetifikasi masalah yang dihadapi seperti penurunan penjualan,
gangguan produksi yang sering terjadi, hasil akuntansi yang salah,
investasi dengan hasil rendah, ketidaktertarikan karyawan pada
pekerjaan mereka, pergantian pelanggan, dan sejenisnya, dapat
menarik perhatian manajer dan mengkatalisasi proyek penelitian.
2) Tentukan pernyataan masalah
Untuk menemukan solusi untuk masalah yang diidentifikasi,
pernyataan masalah yang mencakup tujuan umum dan pertanyaan
penelitian dari penelitian harus dikembangkan. Mengumpulkan
informasi awal tentang faktor-faktor yang mungkin terkait dengan
masalah akan membantu kita untuk mempersempit area masalah
yang luas dan untuk mendefinisikan pernyataan masalah
3) Mengembangkan hipotesis
Sebuah hipotesis ilmiah harus memenuhi dua syarat. Syarat pertama
adalah bahwa hipotesis harus dapat diuji. Kriteria kedua, dan salah
satu prinsip utama dari metode hipotetis-deduktif, adalah bahwa
hipotesis juga harus dapat dipalsukan. Artinya, hipotesis itu juga
harus bisa dibantah.
4) Tentukan tindakan
Hipotesis harus diuji sesuai dengan metode yang tepat.
5) Pengumpulan data
Setelah menentukan bagaimana mengukur variabel, maka data
tersebut harus segera diperoleh. Data ini kemudian menjadi dasar
untuk dianalisis kedepannya.
6) Analisis data
Pada langkah analisis data, data yang dikumpulkan dianalisis secara
statistik untuk melihat apakah hipotesis yang dihasilkan telah
didukung
7) Interpretasi data
Memutuskan apakah hipotesis kita didukung atau tidak dengan
menafsirkan makna dari hasil analisis data.
Tinjauan metode hipotetis-deduktif
Metode hipotetis-deduktif melibatkan tujuh langkah mengidentifikasi
area masalah yang luas, mendefinisikan pernyataan masalah, membuat
hipotesis, menentukan ukuran, pengumpulan data, analisis data, dan
interpretasi hasil. Metode ilmiah menggunakan penalaran deduktif ke
menguji teori (ingatlah bahwa, bagi seorang ilmuwan, teori adalah
seperangkat asumsi yang terorganisir yang menghasilkan prediksi yang
dapat diuji) tentang topik yang diminati. Dalam penalaran deduktif, kita
bekerja dari yang lebih umum ke yang lebih spesifik.
Penalaran induktif bekerja dalam arah yang berlawanan: ini adalah
proses di mana kita mengamati fenomena tertentu dan atas dasar ini
sampai pada kesimpulan umum. Oleh karena itu, dalam penalaran induktif,
kita bekerja dari yang lebih khusus ke yang lebih umum.
D. Pendekatan Alternatif Untuk Penyelidikan
Pendekatan ilmiah untuk penyelidikan harus membantu peneliti
untuk mendapatkan kebenaran tentang subjek penelitian. Semua penelitian
didasarkan pada keyakinan tentang dunia di sekitar kita (studi filosofis
tentang apa yang dapat dikatakan ada disebut ontologi) dan apa yang
mungkin bisa kita temukan melalui penelitian. Ketidaksepakatan tentang
sifat pengetahuan atau bagaimana kita mengetahuinya (nama yang tepat
untuk masalah ini adalah (epistemologi) memiliki sejarah panjang dan tidak
terbatas pada penelitian dalam bisnis.
Positivisme
Dalam pandangan positivis tentang dunia, sains dan penelitian ilmiah
dipandang sebagai cara untuk mendapatkan kebenaran untuk memahami
dunia dengan cukup baik sehingga kita dapat memprediksi dan
mengontrolnya. Bagi positivis, dunia beroperasi dengan hukum sebab dan
akibat yang dapat dilihat jika menggunakan pendekatan ilmiah untuk
penelitian. Positivis fokus pada ketelitian dan replikasi penelitian, keandalan
pengamatan, dan generalisasi temuan. Positivis menggunakan penalaran
deduktif untuk mengajukan teori-teori yang dapat mereka uji melalui
rancangan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya dan ukuran-ukuran
objektif.
Konstruksionisme
Pendekatan yang sama sekali berbeda untuk penelitian dan
bagaimana penelitian harus dilakukan adalah konstruksionisme.
Konstruksionisme mengkritik keyakinan positivis bahwa ada kebenaran
objektif. Kaum konstruksionis memiliki pandangan yang berlawanan, yaitu
bahwa dunia (seperti yang kita ketahui!) pada dasarnya adalah konstruksi
mental. Untuk alasan ini, konstruksionis tidak mencari kebenaran objektif.
Sebaliknya, mereka bertujuan untuk memahami aturan yang digunakan
orang untuk memahami dunia dengan menyelidiki apa yang terjadi dalam
pikiran orang.
Realisme kritis
Realisme kritis adalah kombinasi dari kepercayaan pada realitas
eksternal (kebenaran objektif) dengan penolakan klaim bahwa realitas
eksternal ini dapat diukur secara objektif; pengamatan (terutama
pengamatan terhadap fenomena yang tidak dapat kita amati dan ukur
secara langsung, seperti kepuasan, motivasi, budaya) akan selalu dapat
diinterpretasikan.
Pragmatisme
Fokus pragmatisme adalah pada penelitian praktis dan terapan di mana
sudut pandang yang berbeda pada penelitian dan subjek yang diteliti sangat
membantu dalam memecahkan masalah (bisnis). Pragmatisme
menggambarkan penelitian sebagai proses di mana konsep dan makna
(teori) adalah generalisasi dari tindakan dan pengalaman masa lalu kita,
dan interaksi yang kita miliki dengan lingkungan kita. Dengan demikian,
para pragmatis menekankan sifat penelitian yang dibangun secara sosial;
peneliti yang berbeda mungkin memiliki ide yang berbeda tentang, dan
penjelasan untuk, apa yang terjadi di sekitar kita. Bagi para pragmatis,
perspektif, ide, dan teori yang berbeda ini membantu kita memperoleh
pemahaman tentang dunia.
E. Strategi Pencarian Untuk Eksplorasi dan Investigasi
Eksplorasi sangat berguna ketika peneliti tidak memiliki gagasan yang
jelas tentang masalah yang akan mereka temui selama penelitian. Melalui
eksplorasi peneliti mengembangkan konsep lebih jelas, menetapkan
prioritas, mengembangkan definisi operasional, dan memperbaiki desain
penelitian. Eksplorasi juga dapat menghemat waktu dan uang. Jika
masalahnya tidak sepenting pemikiran pertama, studi yang lebih formal
dapat dibatalkan.
Eksplorasi juga memiliki tujuan lain. Area investigasi mungkin sangat
baru atau sangat kabur sehingga peneliti perlu melakukan eksplorasi hanya
untuk mempelajari sesuatu tentang dilema yang dihadapi manajer. Variabel
penting mungkin tidak diketahui atau didefinisikan secara menyeluruh.
Hipotesis untuk penelitian mungkin diperlukan. Juga, peneliti dapat
mengeksplorasi untuk memastikan praktis untuk melakukan studi formal di
daerah tersebut.
Strategi pencarian fase eksplorasi biasanya terdiri dari satu atau lebih
hal berikut:
1. Penemuan dan analisis sumber sekunder.
a. Studi yang dipublikasikan (biasanya berfokus pada hasil survei
atau studi kasus yang menampilkan satu atau beberapa insiden).
b. Analisis dokumen.
c. Pengambilan informasi dari database organisasi.
d. Wawancara ahli.
2. Wawancara dengan individu yang terlibat dengan masalah (disebut
wawancara mendalam individu, orIDI).
3. Diskusi kelompok dengan individu yang terlibat dengan masalah
atau solusi yang mungkin (termasuk kelompok informal, serta teknik
formal seperti kelompok fokus atau brainstorming).
Dalam fase penelitian eksplorasi proyek, tujuannya ialah untuk
mencapai hal berikut:
1. Perluas pemahaman tentang dilema manajemen dengan mencari
cara orang lain telah mengatasi dan/atau memecahkan masalah
yang serupa dengan dilema penelitian atau pertanyaan penelitian.
2. Kumpulkan informasi latar belakang tentang topik yang diangka
untuk memperbaiki pertanyaan penelitian.
3. Identifikasi informasi yang harus dikumpulkan untuk merumuskan
pertanyaan investigasi.
4. Identifikasi sumber dan pertanyaan aktual yang mungkin digunakan
sebagai pertanyaan pengukuran.
5. Identifikasi sumber dan kerangka sampel aktual (daftar peserta
potensial) yang mungkin digunakan dalam desain sampel.
Dalam kebanyakan kasus, fase eksplorasi akan dimulai dengan
pencarian literatur—review buku serta artikel dalam jurnal atau literatur
profesional yang berhubungan dengan dilema penelitian. Pencarian
literatur membutuhkan penggunaan katalog online perpustakaan dan satu
atau lebih database atau indeks bibliografi. Secara umum, pencarian
literatur ini memiliki lima langkah:
1. Tentukan dilema penelitian atau pertanyaan penelitian .
2. Konsultasikan ensiklopedia, kamus, buku pegangan, dan buku teks
untuk mengidentifikasi istilah kunci, orang, atau peristiwa yang
relevan dengan dilema manajemen atau pertanyaan penelitian.
3. Terapkan istilah kunci ini, nama orang, atau peristiwa dalam indeks
pencarian, bibliografi, dan Web untuk mengidentifikasi sumber
sekunder tertentu.
4. Cari dan tinjau sumber sekunder spesifik untuk relevansi dengan
dilema penelitian.
5. Evaluasi nilai setiap sumber dan isinya.
Hasil pencarian literatur dapat menjadi solusi untuk dilema penelitian.
Dalam kasus seperti itu, tidak diperlukan penelitian lebih lanjut. Namun,
seringkali, pertanyaan penelitian tetap tidak terpecahkan, sehingga
keputusan untuk melanjutkan menghasilkan proposal penelitian. Proposal
yang dihasilkan setidaknya mencakup pernyataan pertanyaan penelitian
dan deskripsi singkat tentang metodologi penelitian yang diusulkan.
Proposal merangkum temuan-temuan dari fase eksplorasi penelitian,
biasanya dengan daftar pustaka dari sumber-sumber sekunder yang
mengarah pada keputusan untuk mengusulkan studi penelitian formal.
Dalam beberapa kasus, peneliti ulang akan menemukan jawaban atas
dilema penelitian mereka dalam hasil pencarian sekunder. Eksplorasi
besar-besaran atas sumber-sumber sekunder akan membuahkan hasil
yang besar jika proyek penelitian yang mahal dianggap tidak perlu.
BAB III
KESIMPULAN

Penelitian ilmiah mengambil peranan yang sangat vital dalam


perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ilmiah yang baik perlu
memperhatikan berbagai pertimbangan yang terdapat dalam pendekatan
ilmiah. Pemahaman terkait alur, skema, penggunaan teori, tujuan riset
dalam pendekatan ilmiah memiliki pengaruh yang signifikan terkait hasil
penelitian yang akan dituju.
Selain dari pendekatan ilmiah, tulisan ini juga membahas terkait
bagaimana peneliti mengeksplorasi ide-ide penelitian. Pemahaman terkait
eksplorasi dan investigasi terkait hal-hal baru sangatlah berguna jika
peneliti tidak lagi memiliki ide terkait penelitiannya. Melalui hal ini peneliti
dapat mengembangkan konsep lebih jelas, menetapkan prioritas,
mengembangkan definisi operasional, dan memperbaiki desain penelitian
jika dirasa kurang.
Daftar Pustaka

Cooper, D. R., & Schindler, P. (2014). Business Research Methods


(7th Ed). McGraw-Hill/Irwin.
Kamayanti, A. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi:
Pengantar Religiositas Keilmuan (II). Yayasan Rumah Peneleh.
Mautz, R. K., & Sharaf, H. A. (1993). The Philosophy Of Auditing
(17th ed.). American Accounting Association.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research methods for business : a
skill-building approach (7th Ed.). John Wiley & Sons Ltd,.

Anda mungkin juga menyukai