Anda di halaman 1dari 126

KARYA TULIS ILMIAH

KAJIAN PENERAPAN HIGIENE SANITASI PEMBUATAN MI SOHUN


DI INDUSTRI “X” DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN
KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Kesehatan

HAPSORO SATRIO WIBOWO


NIM. P07133119026

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Karya Tulis Ilmiah


“Kajian Penerapan Higiene Sanitasi Pembuatan Mi Sohun
di Industri “X” Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten
Tahun 2022”

Disusun oleh :

HAPSORO SATRIO WIBOWO


NIM. P07133119026

Telah disetujui pembimbing pada tanggal :


................... 2022

Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Narto, BE, STP. MP Yamtana, SKM,M. Kes


NIP. 196101011984031003 NIP. 196202051987031002

Yogyakarta, ............... 2022


Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Mohamad Mirza Fauzie, SST, M. Kes


NIP. 196707191991031002

ii
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

“Kajian Penerapan Higiene Sanitasi Pembuatan Mi Sohun


di Industri “X” Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten
Tahun 2022”

Disusun Oleh :

HAPSORO SATRIO WIBOWO


NIM. P07133119026

Telah dipertahankan dalam seminar di depan Dewan Penguji


Pada tanggal : ................... 2022

SUSUNAN DEWAN PENGUJI:

Ketua,
Abdul Hadi Kadarusno, SKM (.................................................)
NIP. 197404011996031002

Anggota,
Narto, BE, STP. MP (.................................................)
NIP. 196101011984031003

Anggota,
Yamtana, SKM,M. Kes (.................................................)
NIP. 196202051987031002

Yogyakarta, ................... 2022


Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Mohamad Mirza Fauzie, SST, M. Kes


NIP. 196707191991031002

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber yang
dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Hapsoro Satrio Wibowo

NIM : P07133119026

Tanda Tangan :

Tanggal :

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :

Nama : Hapsoro Satrio Wibowo


NIM : P07133119026
Program Studi : Diploma Tiga Sanitasi
Jurusan : Kesehatan Lingkungan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive-Royalty- Free Right) atas Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul :
KAJIAN PENERAPAN HIGIENE SANITASI PEMBUATAN MI SOHUN DI
INDUSTRI “X” DESA MANJUNG, KECAMATAN NGAWEN, KABUPATEN
KLATEN TAHUN 2022.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Poltekkes Kemenkes Yogyakarta berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di :
Pada tanggal :

Yang menyatakan

(Hapsoro Satrio Wibowo)

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, atas berkat dan
penyertaan-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Kajian Penerapan
Higiene Sanitasi Pembuatan Mi Sohun di Industri “X” Desa Manjung, Kecamatan
Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2022” dapat diselesaikan.
Karya Tulis Ilmiah ini terwujud atas bimbingan dan pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Joko Susilo, SKM, M.Kes, Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Yogyakarta.
2. Mohamad Mirza Fauzie, SST, M.Kes, Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
3. Haryono, SKM, M.Kes, Ketua Program Studi Diploma Tiga Sanitasi Jurusan
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta.
4. Narto, BE, STP, MP, Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan
banyak bantuan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Yamtana, SKM, M.Kes, Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Abdul Hadi Kadarusno, SKM, M.PH, Dosen Penguji yang telah memberikan
berbagai masukan dan saran yang bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Seluruh dosen dan karyawan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
8. Pengelola dan pekerja pembuatan Mi Sohun di Industri “X” Desa Manjung,
Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten yang telah memberikan izin dan
dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
9. Ibu, Bapak, dan Kakak yang telah memberikan semangat, doa dan motivasi
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
10. Teman-teman Prodi Diploma Tiga Sanitasi Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta yang selalu

vi
memberikan bantuan, semangat serta doa dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.
11. Sahabat yang selalu memberikan bantuan, semangat serta doa selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
12. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritikan agar Karya Tulis
Ilmiah ini membawa manfaat.

Yogyakarta, Mei 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING .... .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ . iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................... . v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... . viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... . x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
ABSTRACT................................................................................................... xiiiv
INTISARI ....................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. xv


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan ............. .................................................................................. 6
D. Manfaat ........... .................................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 8
F. Keaslian Penelitian............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 11


A. Landasan Teori........................................................................... ....... 11
B. Kerangka Konsep ............................................................................. . 28

BAB III METODE PENDAHULUAN ........................................................... 29


A. Jenis Penelitian................................................................................... 29
B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 29

viii
C. Waktu dan Tempat ............................................................................. 30
D. Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 32
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 35
G. Alat dan bahan ................................................................................... 35
H. Prosedur Penelitian ............................................................................ 36
I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 38


A. Gambaran Umum ........................ ...................................................... 38
B. Hasil ..................... ............................................................................. 38
C. Pembahasan ....................................................................................... 49
D. Faktor Pendukung dan Penghambat .................................................. 65
E. Keterbatasan Penelitian . .................................................................... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 67


A. Kesimpulan ........................ ............................................................... 67
B. Saran ........................ ......................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70

ix
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Keaslian Penelitian............................................................................. 9

Tabel 2. Klasifikasi Industri ............................................................................. 12

Tabel 3. Suhu Penyimpanan Bahan Makanan.................................................. 19

Tabel 4. Suhu Penyimpanan Makanan Jadi atau Masak .................................. 22

Tabel 5. Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 33

Tabel 6. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 39

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................... 39

Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Umur ......................................... 39

Tabel 9. Hasil Observasi Penilaian Kelaikan Fisik ......................................... 42

Tabel 10. Hasil Observasi Penilaian Penerapan Prinsip Higiene Sanitasi ...... 43

Tabel 11. Hasil Pengukuran Suhu ................................................................... 44

Tabel 12. Hasil Pengukuran Kelembaban ....................................................... 44

Tabel 13. Hasil Pengukuran Pencahayaan ...................................................... 45

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Kondisi tempat pengolahan .......................................................... 101

Gambar 2. Kondisi penyimpanan bahan makanan ......................................... 101

Gambar 3. Situasi pemasakan sagu ................................................................ 102

Gambar 4. Situasi proses pengekstruksian ..................................................... 102

Gambar 5. Kondisi tempat pengeringan Mi Sohun ........................................ 103

Gambar 6. Proses pengangkutan Mi Sohun ................................................... 103

Gambar 7. Proses pemilihan dan penimbangan Mi Sohun ............................ 104

Gambar 8. Tempat penyimpanan produk Mi Sohun ...................................... 104

Gambar 9. Contoh produk Mi Sohun yang sudah dikemas ........................... 105

Gambar 10. Tempat pencucian sagu .............................................................. 105

Gambar 11. Tempat pencucian alat adonan ................................................... 106

Gambar 12. Dampak pembuangan limbah hingga ke area sawah ................. 106

Gambar 13. Tempat penampungan pembuangan limbah cair ........................ 107

Gambar 14. Industri “X” pembuatan Mi Sohun di Desa Manjung ................ 107

Gambar 15. Lokasi industri “X” pembautan Mi Sohun ................................. 108

Gambar 16. Denah lokasi Kecamatan Ngawen.............................................. 109

Gambar 17. Denah lokasi industri .................................................................. 110

xi
DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri


B3 : Bahan Berbahaya
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
BPS : Badan Pusat Statistik
BTP : Bahan Tambahan Pangan
DEPKES : Departemen Kesehatan
FEFO : First Expired First Out
FIFO : First In First Out
IKD : Industri Kimia Dasar
IMLD : Industri Mesin dan Logam Dasar
ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan aAas
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KEPMENKES : Keputusan Menteri Kesehatan
MENKES : Menteri Kesehatan
MS : Memenuhi Syarat
PMM : Penyehatan Makanan Minuman
pH : Power of Hydrogen
RH : Relative Humidity
RPJMD : Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RI : Republik Indonesia
SDA : Sumber Daya Alam
SOP : Standar Operasional Prosedur
SK : Surat Keputusan
SNI : Standar Nasional Indonesia
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
TPM : Tempat Pengelolaan Makanan
UU : Undang-Undang
WHO : World Health Organization

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Surat Perizinan Penelitian ........................................................... 74

Lampiran 2. Lembar Observasi Penilaian Kelaikan Fisik ............................... 75

Lampiran 3. Matrik Hasil Wawancara Pengelola Industri .............................. 75

Lampiran 4. Matrik Hasil Wawancara Pekerja ................................................ 81

Lampiran 5. Pengelola dan Pekerja di Industri ............................................... 94

Lampiran 6. Lembar Check List Penilaian Penerapan Prinsip ......................... 95

Lampiran 7. Dokumentasi ................................................................................ 101

Lampiran 9. Denah Industri ............................................................................. 110

xiii
STUDY ON IMPLEMENTATION OF SANITATION HYGIENE FOR THE
MAKING OF SOHUN NOODLES IN “X” INDUSTRY, MANJUNG
VILLAGE, NGAWEN DISTRICT, KLATEN REGENCY YEAR 2022

Hapsoro Satrio Wibowo

Department of Environmental Health, Health Polytechnic Ministry of Health


Yogyakarta,
Earth System Road Number 3 Banyuraden Gamping, Sleman, Special Region of
Yogyakarta, Indonesia.

ABSTRACT

Noodle Sohun is a dry food product made from starch with a distinctive
shape. The use of Noodles Sohun is still limited as a mixture of foods such as
soup, soto, meatballs, kimlo and salad. Noodles Sohun are often used in
vegetarian dishes or added to drinks, sweets or dessert soups. Along with the use
of Mi Vermicelli, consuming noodles must pay attention to the quality of the
noodles. Poor quality of noodles can interfere with health, a decrease in health
status is caused by poor hygiene and sanitation conditions. The purpose of this
study was to determine and describe whether for physical fitness, assessment of
the application of hygiene and sanitation, and the quality of the physical
environment for making Noodles Sohun in the "X" industry of Manjung Village,
Ngawen District, Klaten Regency in 2022 was feasible or not.
The results showed that the overall physical fitness assessment was scored
56 or obtained a score of 56,75%. Then the assessment of the application of the
principles of sanitation and hygiene that meets the requirements, namely in the
selection of materials, with a score of 100%, on food storage with a score of 90%,
and on food packaging with a score of 96,55%. Meanwhile, the storage of food
ingredients, food processing, and food transportation did not meet the
requirements because the score was <70%. So the overall score obtained is
58,76% which is not feasible.
The application of sanitation hygiene for making Noodles Sohun in the "X"
industry of Manjung Village, Ngawen District, Klaten Regency is not feasible,
sanitation hygiene problems can be overcome with special attention efforts to
improve the sanitation hygiene principles of the management of Vermicelli Noodle
from the process of selecting food ingredients, storing foodstuffs, food processing,
food transportation, physical fitness and conditions of temperature, humidity and
lighting in each room in the "X" industrial work area for making noodles in
Manjung Village.
Keywords: Sanitary Hygiene Making Noodles Sohun

xiv
KAJIAN PENERAPAN HIGIENE SANITASI PEMBUATAN MI SOHUN
DI INDUSTRI “X” DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN
KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2022

Hapsoro Satrio Wibowo

Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan


Yogyakarta,
Jalan Tata Bumi No. 3 Banyuraden Gamping, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
INTISARI

Mi Sohun merupakan suatu produk bahan makanan kering yang dibuat


dari pati dengan bentuk khas. Pemanfaatan Mi Sohun masih terbatas sebagai
campuran makanan seperti sup, soto, bakso, kimlo dan salad. Mi Sohun sering
digunakan dalam makanan vegetarian atau ditambahkan dalam minuman, manisan
atau sup pencuci mulut. Seiring dengan pemanfaatan Mi Sohun, mengkonsumsi
mi harus memperhatikan kualitas dari mi tersebut. Kualitas mi yang tidak baik
dapat mengganggu kesehatan, penurunan derajat kesehatan disebabkan keadaan
higiene sanitasi buruk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan
mendeskripsikan apakah kelaikan fisik, penilaian penerapan higiene sanitasi, dan
kualitas lingkungan fisik pembuatan Mi Sohun di indsutri “X” Desa Manjung,
Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten Tahun 2022 laik atau tidak laik.
Hasil penelitian menunjukan keseluruhan penilaian kelaikan fisik
diperoleh nilai 56 atau memperoleh skor 75%. Kemudian penilaian penerapan
prinsip higiene sanitasi yang memenuhi syarat yakni pada pemilihan bahan,
dengan skor 100%, pada penyimpanan makanan jadi dengan skor 90%, dan pada
pengemasan makanan dengan skor 96,55%. Sedangkan pada penyimpanan bahan
makanan, pengolahan makanan, dan pengangkutan makanan tidak memenuhi
syarat karena diperoleh skor <70%. Sehingga skor keseluruhan yang diperoleh
adalah 58,76% tidak layak.
Penerapan higiene sanitasi pembuatan Mi Sohun di indsutri “X” Desa
Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten tidak layak, permasalahan
higiene sanitasi dapat diatasi dengan upaya perhatian khusus untuk memperbaiki
terhadap prinsip higiene sanitasi pengelolaan Mi Sohun dari proses pemilihan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,
pengangkutan makanan, kelaikan fisik dan kondisi suhu, kelembaban serta
pencahayaan di masing-masing ruang pada bidang kerja industri “X” pembuatan
Mi Sohun Desa Manjung.
Kata Kunci: Higiene Sanitasi Pembuatan Mi Sohun

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya

merupakan hak asasi setiap orang untuk senantiasa tersedia dalam jumlah

cukup, aman, bermutu, dan bergizi. Untuk mencapai nilai tersebut, perlunya

peran bagi setiap pelaku usaha dalam menciptakan suatu produk, baik itu

disimpan dalam sementara waktu ataupun siap dikonsumsi. Higiene sanitasi

makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat

dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan

kesehatan (Depkes RI, 2003).

Upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya

kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat sebagaimana

disebutkan pada Pasal 47 dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, dilaksanakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya bagi masyarakat, melalui berbagai kegiatan diantaranya

adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya pengamanan dalam

menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan dilakukan secara baik dengan

berbagai upaya guna menekan dampak buruk yang dihasilkan. Semua itu

merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman

yang tidak memenuhi persyaratan mutu (UU RI Nomor 36 Tahun 2009).

Keadaan higiene sanitasi yang buruk dapat mempengaruhi kualitas

makanan yang disajikan kepada konsumen. Hal ini jelas akan berpengaruh

1
2

juga terhadap tingkat kesehatan konsumen yang mengkonsumsi makanan

tersebut. Jika kualitas higiene sanitasi makanan buruk, maka dapat

mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti food borne

disease dan kasus keracunan makanan. Salah satu penyakit yang diakibatkan

oleh makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah

penyakit diare (Ikhtiar, 2018).

Kasus keracunan makanan yang menyebabkan penyakit diare pada

masyarakat di Kabupaten Klaten menjadi salah satu dari sekian banyak

penyakit yang sering dilaporkan di seluruh wilayah kerja Puskesmas di

Kabupaten Klaten. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Klaten, bahwasanya selama tahun 2019 telah mencapai

24.617 kasus penyakit diare, dimana kasus tersebut salah satunya berasal dari

pengolahan makanan. Kondisi ini menunjukkan kurangnya penerapan higiene

sanitasi makanan yang baik. Disisi lain diperkuat dengan data Tempat

Pengelolaan Makanan (TPM) yakni usaha pengelolaan makanan yang

meliputi jasa boga atau katering, rumah makan dan restoran, depot air minum,

kantin, serta makanan jajanan yang masih kurang baik. Persentase TPM

memenuhi syarat di Kabupaten Klaten pada tahun 2019 sebesar 53,9%.

Menurut target yang tertuang dalam Rancangan Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Klaten, TPM memenuhi syarat pada

tahun 2019-2020 sebesar 56%, sehingga capaian tahun 2019-2020 belum

memenuhi target. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan berupa kegiatan

monitoring terhadap TPM yang belum memenuhi syarat minimal 1 tahun

sekali (Dinas Kesehatan Klaten, 2019).


3

Tempat pengelolaan makanan salah satunya ialah pembuatan Mi

Sohun. Mi Sohun merupakan suatu produk bahan makanan kering yang

dibuat dari pati dengan bentuk khas (Standar Nasional Indonesia, 1995).

Berbagai macam pati sebagai bahan baku sohun dapat berasal dari umbi-

umbian, kacang hijau, jagung, ubi jalar, sagu, aren, midro atau ganyong dan

tapioka. Pemanfaatan sohun masih terbatas sebagai campuran makanan

seperti sup, soto, bakso, dan salad. Sohun juga dapat digunakan dalam

makanan vegetarian atau ditambahkan dalam olahan minuman serta manisan.

Seiring dengan pemanfaatan olahan Mi Sohun, apabila masyarakat

mengkonsumsi mi, maka harus memperhatikan kualitas dari mi tersebut,

karena kualitas mi yang tidak baik dapat mengganggu kesehatan (Cyrilla,

2014). Kualitas mi yang baik secara fisik, antara lain berupa tekstur mi yang

lembut saat dipegang, bau khas aroma mi, serta mi mudah patah. Untuk

kualitas mi secara kimia yaitu, mi tidak mengandung bahan kimia berbahaya

yang dilarang digunakan untuk bahan tambahan pangan, seperti boraks,

formalin dan zat pewarna sintetis. Sedangkan kualitas mi secara biologi yaitu

tidak terdapat bakteri dan jamur pada mi tersebut (SNI Mi Sohun, 1995).

Penurunan derajat kesehatan disebabkan keadaan higiene sanitasi yang

buruk, sehingga dapat mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan

kepada konsumen. Hal ini jelas akan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan

konsumen yang mengkonsumsi makanan tersebut. Salah satu upaya untuk

meningkatkan pembangunan kesehatan adalah upaya penerapan higiene

sanitasi makanan yang mencakup enam prinsip. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi


4

Jasa Boga, ada enam prinsip penerapan higiene sanitasi makanan, yaitu

pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan

makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan makanan, dan penyajian

atau pengemasan makanan (Permenkes RI, 2011).

Keberadaan industri Mi Sohun harus dikelola dengan baik dalam upaya

mengantisipasi terjadinya pencemaran pada lingkungan sekitar dan

meminimalisir kerugian yang dialami oleh masyarakat. Seperti halnya

industri pembuatan Mi Sohun yang berada di Desa Manjung, Kecamatan

Ngawen, Kabupaten Klaten yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas

Ngawen. Industri Mi Sohun di Desa Manjung ini dirintis pertama kali oleh

salah seorang warga yang bernama Slamet Somo Suwito sejak tahun 1950.

Setelah itu banyak warga yang mengikuti jejaknya menjadi produsen Mi

Sohun, hingga saat ini tercatat ada sekitar 60 industri rumah tangga

pembuatan Mi Sohun yang dikelola oleh anggota keluarga itu sendiri, yang

tersebar di Desa Manjung, Manjungan serta Tulung. Sedangkan industri Mi

Sohun yang memperkerjakan tenaga kerja ada 7 industri, yang hanya berada

di Desa Manjung dan Manjungan.

Salah satu industri Mi Sohun yang selama proses pembuatan

memperkerjakan tenaga kerja yakni di industri “X” pembuatan Mi Sohun

Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Berdasarkan survei

pendahuluan yang telah dilakukan, didapatkan kondisi tempat penyimpanan

bahan makanan yang tidak tertutup, pengangkutan Mi Sohun yang tidak

menggunakan kendaraan pengangkut yang layak, pengolahan limbah yang

tidak dikelola dengan baik, minimnya tempat pembuangan sampah, bangunan


5

yang tidak terjaga dengan baik, serta higiene sanitasi penjamah makanan

tidak menggunakan APD layak. Kemudian untuk pembuangan limbah cair

hasil pembuatan Mi Sohun ditampung di sebuah kubangan kolam, sedangkan

untuk limbah padat berupa serat sagu yang sudah tidak digunakan dijadikan

pakan ternak oleh warga sekitar yang membutuhkan. Pada masa pandemi

Covid-19 seperti ini jumlah produksi Mi Sohun tidak mengalami penurunan

yang signifikan, bahkan permintaan produksi dari berbagai daerah misalnya

Surakarta, Madiun dan Kediri tetap dilakukan. Hal ini tentu saja

mengakibatkan keberadaan industri ini sangat berpengaruh pada kondisi

sosial ekonomi masyarakat, selain itu pada bidang Kesehatan Lingkungan,

masyarakat juga perlu diperhatikan apakah pengolahan sudah memenuhi

kelaikan syarat higiene sanitasi sesuai peraturan lembaga kesehatan terkait

atau belum memenuhi kelaikan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Kajian Penerapan Higiene Sanitasi

Pembuatan Mi Sohun Di Industri “X” Desa Manjung, Kecamatan Ngawen,

Kabupaten Klaten Tahun 2021”. Peneliti kemudian mengkaji keadaan

sanitasi pembuatan Mi Sohun dengan Peraturan Menteri Kesehatan

RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga

dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar

dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Selain karena

beberapa keterangan di atas, penelitian ini juga dilakukan atas dasar

pertimbangan belum adanya penelitian tentang penerapan higiene sanitasi di

lokasi industri, kemudahan akses, dan perizinan untuk melakukan penelitian.


6

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kajian penerapan higiene sanitasi makanan yang meliputi:

kelaikan fisik dan enam prinsip higiene sanitasi makanan pembuatan Mi

Sohun di industri “X” Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten

tahun 2022?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui secara keseluruhan kajian penerapan higiene sanitasi makanan

pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung, Kecamatan Ngawen,

Kabupaten Klaten Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui prinsip higiene sanitasi makanan pada pemilihan bahan

pangan pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten Tahun 2022.

b. Mengetahui prinsip higiene sanitasi makanan pada penyimpanan bahan

makanan pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten Tahun 2022.

c. Mengetahui prinsip higiene sanitasi makanan pada pengolahan

makanan pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten Tahun 2022.

d. Mengetahui prinsip higiene sanitasi makanan pada penyimpanan

makanan jadi pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten Tahun 2022.


7

e. Mengetahui prinsip higiene sanitasi makanan pada pengangkutan

makanan pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten Tahun 2022.

f. Mengetahui prinsip higiene sanitasi makanan pada pengemasan

makanan pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten Tahun 2022.

g. Mengetahui suhu, kelembaban dan pencahayaan di industri “X” Desa

Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten Tahun 2022.

h. Mengetahui kondisi kelaikan fisik pembuatan Mi Sohun di industri “X”

Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten Tahun 2022.

D. Manfaat

1. Manfaat Ilmu

Menambah ilmu pengetahuan bidang Penyehatan Makanan Minuman

(PMM) dalam ruang lingkup Jurusan Kesehatan Lingkungan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan bagi wilayah kerja Puskesmas Ngawen dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Klaten untuk memaksimalkan penerapan higiene

sanitasi makanan minuman.

b. Sebagai bahan masukan untuk pengelola industri pembuatan Mi Sohun

dalam mewujudkan industri pengolahan makanan yang bersih, sehat,

dan bebas dari risiko buruk selama pengolahan.


8

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Lingkungan di

bidang Penyehatan Makanan Minuman (PMM).

2. Ruang lingkup materi

Ruang lingkup materi pada penelitian ini adalah penerapan higiene sanitasi

pembuatan Mi Sohun.

3. Ruang lingkup objek

Objek penelitian ini adalah kelaikan fisik dan enam prinsip higiene sanitasi

makanan pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung, Kecamatan

Ngawen, Kabupaten Klaten.

4. Ruang lingkup responden

Penjamah makanan yang dalam hal ini bertugas sebagai pengelola dan

pekerja di industri.

5. Ruang lingkup lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di industri “X” pembuatan Mi Sohun yang

beralamatkan di Jalan Manjung, No. 02, Dusun Manjungan, RT 10/ RW

05, Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah,

57466.

6. Ruang lingkup waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2022.


9

F. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berjudul “Kajian Penerapan Higiene Sanitasi Pembuatan

Mi Sohun Di Industri “X” Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten

Klaten Tahun 2022” belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian

lain yang berkaitan dengan higiene sanitasi makanan, yaitu:

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No. Nama Peneliti, Persamaan Perbedaan


Tahun, dan Judul
1. Izza Anzilli Rizki 1. Minat penelitian, yaitu a. Perbedaan de-
dan Zani Budiono menggambarkan prinsip ngan peneliti-
(2018). higiene dan sanitasi an yang akan
Higiene Sanitasi makanan mi sohun. dilakukan yai-
Pembuatan Sohun 2. Desain penelitian yang tu pada lokasi
PT. Soka Indah dilakukan sama, yaitu dan periode
Desa Karangsoka survei tujuan deskriptif. waktu peneliti
Kecamatan Kem- 3. Penelitian ini mengacu an.
baran Kabupaten pada Peraturan Menteri b. Variabel yang
Banyumas Tahun Kesehatan RI Nomor digunakan
2018. 1096/MENKES/PER/VI/ berbeda.
2011 tentang Higiene
Sanitasi Jasa Boga.
2. Puspita Sari dan 1. Minat penelitian, yaitu 1. Lokasi peneli-
Makomulamin menilai prinsip higiene tian.
(2021). sanitasi makanan. 2. Waktu peneli-
Penerapan Prinsip 2. Desain penelitian yang tian.
Higiene Sanitasi dilakukan sama, yaitu 3. Objek peneliti-
Warung Makan di survei tujuan deskriptif. an yaitu wa-
Pasar Cik Puan 3. Penelitian ini mengacu rung makan.
Pekanbaru. pada Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor
1096/MENKES/PER/VI/
2011 tentang Higiene
Sanitasi Jasa Boga.
10

No. Nama Peneliti, Persamaan Perbedaan


Tahun, dan Judul
3. Dakwani (2019). 1. Penelitian mengacu a. Lokasi peneli-
Higiene Sanitasi pada Peraturan Menteri tian.
Tempat Pengelo- Kesehatan RI Nomor b. Variabel yang
laan Makanan dan 1096/MENKES/PER/V digunakan.
Minuman (TPM) I/2011 tentang Higiene c. Objek yang di-
di Gudang 100 Sanitasi Jasa Boga. gunakan ber-
Pada Pelabuhan 2. Desain penelitian yang beda.
Laut Tanjung dilakukan sama, yaitu
Perak Surabaya survei tujuan deskriptif.
Tahun 2018.
4. Kesuma, Wrasiati 1. Variabel yang diteliti 1. Penilaian de-
dan Hartia (2018). sama, yakni penerapan ngan lembar
Aspek Sanitasi enam prinsip higiene kuesioner dan
Dan Higiene Di sanitasi dan penyediaan melakukan uji
Warung Makan fasilitas sanitasi. validitas.
Ikan Laut Kawas- 2. Desain penelitian yang 2. Metode peng-
an Pantai Lebih digunakan sama, yaitu umpulan data
Kabupaten survei dengan tujuan jenis sampling
Gianyar. deskriptif. jenuh.
5. Wullur (2019). 1. Minat penelitian sama, 1. Lokasi, waktu,
Gambaran Pene- yaitu menilai penerap- serta variabel
rapan Higiene dan an prinsip higiene penelitian.
Sanitasi Rumah sanitasi makanan. 2. Lembar obser-
Makan di Daerah 2. Desain penelitian yang vasi mengacu
Wilayah Pasar digunakan sama, yaitu pada Kepmen-
Pinasungkulan survei dengan tujuan kes RI Nomor
Karombasan Kota deskriptif. 1098/Menkes/
Manado. SK/VII/2003.

Perbedaan secara umum dengan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti
adalah:

1. Lokasi, waktu, objek, dan periode penelitian

2. Variabel yang digunakan

3. Metode pengumpulan data

4. Lembar observasi mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Industri

Menurut Djojodipuro (1994), kumpulan perusahaan sejenis disebut

industri. Perusahaan (firm) adalah unit produksi yang bergerak dalam

bidang tertentu. Bidang ini dapat berupa bidang pertanian, bidang

pengolahan dan bidang jasa. Industri dalam arti sempit adalah kumpulan

perusahaan yang menghasilkan produk yang sejenis dimana terdapat

kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses, produk akhir dan

konsumen akhir. Dalam arti yang lebih luas, industri merupakan kumpulan

perusahaan yang memproduksi barang maupun jasa dengan elastisitas

silang yang positif dan tinggi. Elastisitas silang yaitu pengukuran

perubahan respon jumlah permintaan satu barang terhadap perubahan harga

barang lain (Suwardana, 2018).

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian, industri merupakan bentuk seluruh kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan baku dan memanfaatkan sumber daya industri sehingga

menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih

tinggi, termasuk jenis industri (UU RI Nomor 3 Tahun, 2014). Undang-

undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian telah meletakkan

industri sebagai salah satu pilar ekonomi dan memberikan peran yang

cukup besar kepada pemerintah untuk mendorong kemajuan industri

11
12

nasional secara terencana. Peran tersebut diperlukan dalam mengarahkan

perekonomian nasional untuk tumbuh lebih cepat dan mengejar

ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu maju.

2. Klasifikasi Industri

Berdasarkan klasifikasi golongan industri menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene

Sanitasi Jasa Boga mengklasifikasikan industri jasa boga kedalam enam

golongan, seperti nampak pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Klasifikasi Golongan Industri

Golongan Industri Kegiatan


Kapasitas pengolahannya tidak lebih dari 100
Golongan A.1 porsi per hari dan dapurnya dapur rumah tangga
dan tidak memperkerjakan tenaga kerja.
Melayani masyarakat umum, yaitu apabila
Golongan A.2 kapasitas pengolahannya antara 100-500 porsi per
hari, dapur rumah tangga dan memperkerjakan
tenaga kerja 5-19 orang.
Melayani masyarakat umum, yaitu apabila
Golongan A.3 kapasitas pengolahannya lebih dari 500 porsi per
hari, dapur khusus dan memperkerjakan tenaga
kerja 20-39 orang.
Melayani kebutuhan khusus untuk asrama jemaah
haji, asrama transito atau asrama lainnya,
Golongan B pengeboran lepas pantai atau daratan, perusahaan
kantor atau idustri dan angkutan umum dalam
negeri dan sarana pelayanan kesehatan.
Golongan C Melayani kebutuhan untuk alat angkutan umum
internasional dan pesawat udara.
Sumber: Permenkes RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011 (BAB IV)

Sedangkan menurut Departemen Perindustrian pada tahun 2017

mengklasifikasikan industri di Indonesia dalam tiga kelompok besar yaitu:

1) Industri dasar

Industri dasar meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar


13

(IMLD) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). IMLD antara lain,

industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang,

kendaraan bermotor, besi baja, alumunium, tembaga, dan sebagainya.

2) Aneka Industri

Aneka industri adalah industri yang mengolah sumber daya hutan,

industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas dan lain-lain.

Aneka industri mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

pemerataan, memperluas kesempatan kerja, membuka lapangan kerja,

menarik investasi suatu daerah, tidak padat modal dan teknologi yang

digunakan adalah teknologi menengah atau teknologi maju.

3) Industri Kecil

Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman dan

tembakau). Industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang

dari kulit). Industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas,

percetakan, penerbitan, barang-barang karet dan plastik). Industri

kerajinan umum (industri kayu, rotan, bambu dan barang galian bukan

logam) dan industri logam (mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan,

barang dan logam dan sebagainya).

3. Industri Pangan

Industri pangan merupakan suatu proses yang menghasilkan,

menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, dan

mengubah produk menjadi bentuk pangan (Hariyadi, 2012). Industri

pembuatan Mi Sohun ini perlu dilakukan penanganan dan sanitasi yang

baik. Penanganan higiene sanitasi pada industri pangan yang kurang baik
14

dan tidak higienis akan berdampak terhadap kehalalan, mutu, keamanan,

dan kesehatan pada konsumen (Alimuddin, 2011).

Industri pangan sebagai industri yang memiliki daya saing kuat,

baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri erat kaitannya dengan

penguasaan teknologi dan keanekaragaman produk, tetapi dalam

perkembangannya menemui masalah dalam hal jaminan bahan baku, mutu

produk, pemasaran tenaga profesional dan wirausahawan, sarana dan

prasarana, pengembangan teknologi, pemerataan pertumbuhan, serta

sumber dana. Hal tersebut pada dasarnya, menunjukan pentingnya

keterkaitan yang erat antara sektor pertanian dan sektor industri yang

didukung oleh aspek-aspek seperti peluang pasar, potensi SDA, potensi

industri pangan, potensi sumber dana, dukungan sarana dan prasarana,

kemampuan tenaga kerja, kemampuan teknologi dan litbang terapan

(Dirjen Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian, 2007).

4. Pengertian Makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap

saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat

bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah

pengelolaan makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip-prinsip

higiene dan sanitasi makanan (Permenkes RI Nomor 1096, 2011). Pangan

dan makanan mempunyai fungsi yang sangat amat penting untuk manusia,

karena merupakan kebutuhan utama yang dapat menentukan kelangsungan

hidup manusia. Hal tersebut sejalan dengan prinsip hak atas pangan,

dimana hak tersebut adalah hak asasi yang paling penting setelah hidup.
15

Oleh karena itu setiap manusia berhak atas pangan yang memadai baik

kualitas dan kuantitasnya (Agustina, 2014).

5. Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung

berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan,

pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian.

Higiene tenaga penjamah makanan dengan tujuan untuk mewujudkan

penyehatan perorangan yang layak dalam penyelenggaraan makanan.

Sedangkan sumber utama penularan penyakit bawaan makanan adalah

pencemaran bahan makanan, dimana peran manusia sebagai vektor

pembawa kuman sangat tinggi (Permenkes RI, 2003).

Personal higiene adalah cermin keberhasilan dari setiap individu,

yang mengarah kepada kebiasaan-kebiasaan dan kebersihan pribadi. Untuk

menjaga personal higiene dalam kehidupan sehari-hari harus selalu

berusaha mencegah datangnya penyakit yang dapat mengganggu

kesehatan (Depkes, 2006). Kebersihan penjamah makanan dalam istilah

populernya disebut higiene perorangan, merupakan kunci kebersihan

dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Dengan demikian,

penjamah makanan harus mengikuti prosedur yang memadai untuk

mencegah kontaminasi pada makanan yang ditanganinya (Setyorini,

2013).

6. Higiene dan Sanitasi Makanan

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan individu subjeknya. Misalnya mencuci tangan


16

untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring melindungi

kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk

melindungi kebutuhan makanan secara keseluruhan (Permenkes RI, 2014).

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik

beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan

dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai

dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,

penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan tersebut

siap untuk dikonsumsi oleh masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan

ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan,

mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang

akan merugikan pembeli dan mengurangi kerusakan makanan.

Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan

faktor risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal

dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan agar aman dikonsumsi.

Higiene sanitasi makanan merupakan bagian yang penting dalam proses

pengolahan makanan yang harus dilaksanakan dengan baik (Permenkes RI

No. 1096/MENKES/PER/VI/2011, 2011).

a. Ketentuan persyaratan higiene sanitasi pengolahan, peralatan,

penyimpanan dan pengangkutan, yaitu sebagai berikut:

1) Setiap pengolahan makanan yang dilakukan harus memenuhi

persyaratan teknis pengolahan makanan.


17

2) Peralatan yang digunakan untuk pengolahan dan penyajian makanan

harus tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan secara

langsung atau tidak langsung.

3) Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi harus memenuhi

persyaratan higiene sanitasi penyimpanan makanan.

4) Pengangkutan makanan harus memenuhi persyaratan teknis higiene

sanitasi pengangkutan makanan.

b. Manfaat higiene sanitasi makanan:

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa

makanan tersebut layak untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan

penyakit, diantaranya:

1) Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki.

2) Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan

selanjutnya.

3) Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai

akibat dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat,

serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan,

pemasakan dan pengeringan.

4) Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit

yang dihantarkan oleh makanan (Astrini, 2017).

7. Prinsip Higiene Sanitasi Makanan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096 /MENKES /PER

/VI /2011, prinsip higiene sanitasi makanan yaitu:


18

a. Pemilihan bahan makanan

1) Bahan makanan mentah yaitu makanan yang perlu pengolahan

sebelum dihidangkan seperti:

a) Daging, susu, telor, ikan atau udang, buah dan sayuran harus

dalam keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk,

warna dan rasa, serta sebaiknya berasal dari tempat resmi yang

diawasi.

b) Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak

berubah warna, tidak bernoda dan tidak berjamur.

c) Makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan bantuan

mikroba seperti ragi atau cendawan, harus dalam keadaan baik,

tercium aroma fermentasi, tidak berubah warna, aroma, rasa, serta

tidak bernoda dan tidak berjamur.

2) Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi

persyaratan sesuai peraturan yang berlaku, dalam hal ini terdapat

batasan penggunaan dan aturan pemakaian, bahan apa saja yang

dilarang untuk digunakan.

3) Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung

dikonsumsi tetapi digunakan untuk proses pengolahan makanan yang

lebih lanjut yaitu:

a) Makanan dikemas mempunyai label dan merk, terdaftar dan

mempunyai nomor daftar, kemasan tidak rusak atau pecah atau

kembung, belum kadaluwarsa, kemasan digunakan hanya untuk

satu kali penggunaan.


19

b) Makanan tidak dikemas, baru dan segar, tidak basi, busuk, rusak

atau berjamur, tidak mengandung bahan berbahaya.

b. Penyimpanan bahan makanan

1) Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari

kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan

hewan lainnya maupun bahan berbahaya.

2) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip First In First Out

(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) yaitu bahan makanan

yang disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa

dimanfaatkan atau digunakan lebih dahulu.

3) Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan

makanan, contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan

dalam lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan

ditempat yang kering dan tidak lembab.

4) Kelembaban penyimpanan dalam ruang: 40%-70% RH.

5) Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik, makanan dalam

kemasan tertutup disimpan pada suhu 10°C.

6) Tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan

ketentuan sebagai berikut:

a) Jarak bahan makanan dengan lantai: 15 cm.

b) Jarak bahan makanan dengan dinding: 5 cm.

c) Jarak bahan makanan dengan langit-langit: 60 cm.

7) Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai

berikut:
20

Tabel 3. Suhu Penyimpanan Bahan Makanan

Baik digunakan dalam waktu


No. Jenis bahan makanan Lebih dari 7
1-3 hari 7 hari
hari
1. Daging, ikan, udang -5° s/d 0° C -1° s/d 0° C > -10° C
2. Telor, susu dan olahannya 5° s/d 7° C -5° s/d 0° C > -5° C
3. Sayur, buah dan minuman 10° C 10° C 10° C
25° C atau 25° C atau 25° C atau
4. Tepung dan biji
suhu ruang suhu ruang suhu ruang
Sumber: Permenkes RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011 (BAB III)

c. Pengolahan makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan

mentah menjadi makanan masak atau siap santap, dengan

memperhatikan kaidah cara pengolahan makanan yang baik yaitu:

1) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi

persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko

pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya lalat,

kecoa, tikus, dan hewan lainnya.

2) Memilih bahan sortir untuk memisahkan bagian bahan yang rusak

dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta mengurangi

risiko pencemaran makanan.

3) Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan

prioritas dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus

higienis dan semua bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air

mengalir.

4) Peralatan yang kontak dengan makanan ketika pengolahan harus

memenuhi standar yang berlaku.


21

a) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan

pangan yang sesuai (food grade) yaitu peralatan yang aman dan

tidak berbahaya bagi kesehatan.

b) Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam atau

basa maupun garam yang lazim terdapat dalam makanan dan

tidak mengeluarkan bahan berbahaya dalam logam berat seperti

Timah, hitam (Pb), Arsenikum (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn),

Cadmium (Cd), Antimony (Stibium) dan lain-lain.

c) Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu,

kipas angin harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak

menjadi sumber pencemaran dan tidak menyebabkan sumber

bencana (kecelakaan kerja).

5) Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua

peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah

sesuai urutan prioritas.

6) Higiene penanganan makanan

a) Memperlakukan makanan secara hati-hati dan seksama sesuai

dengan prinsip higiene sanitasi makanan.

b) Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan menghindari

penempatan makanan terbuka dengan tumpang tindih karena akan

mengotori makanan dalam wadah dibawahnya.

d. Penyimpanan makanan jadi

1) Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa,

bau, berlendir, berubah warna, berjamur, atau adanya cemaran lain.


22

2) Menurut persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang

berlaku

a) Angka kuman E.coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan.

b) Angka kuman E.coli pada minuman harus 0/gr contoh minuman.

3) Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh

melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang

berlaku.

4) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip First In First Out

(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Tempat atau wadah

penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan jadi dan

mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi

yang dapat mengeluarkan uap air.

5) Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.

6) Penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan suhu sebagai

berikut:

Tabel 4. Suhu Penyimpanan Makanan Jadi

Suhu penyimpanan
No. Jenis makanan Dalam waktu Segera Belum segera
lama disajikan disajikan
1. Makanan kering 25° s/d 30° C - -
2. Makanan basah - > 60° C -10° C
3. Makanan cepat basi - 65,5° C -5° C s/d 1° C
Makanan disajikan
4. - 5° C s/d 10° C < 10° C
dingin
Sumber: Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 (BAB III)

e. Pengangkutan makanan

Kriteria syarat pengangkutan bahan makanan:


23

a) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).

b) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut.

c) Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki.

f. Penyajian atau pengemasan makanan

1) Makanan dinyatakan layak santap apabila telah dilakukan uji

organoleptik dan uji biologis dan uji laboratorium dilakukan bila ada

kecurigaan.

a) Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti

dan menggunakan 5 indra manusia yaitu dengan melihat

(penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma),

mendengar (bunyi misal telur), menjilat (rasa). Apabila secara

organoleptik baik maka makanan dinyatakan layak santap.

b) Uji biologis yaitu dengan mencicipi makanan secara sempurna dan

apabila dalam waktu 2 jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan,

makanan tersebut dinyatakan aman.

c) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran

makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini

diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar atau

prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar

yang telah baku.

2) Prinsip penyajian

a) Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah

terpisah, tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat


24

memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat

kerawanan makanan.

b) Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi baru

dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah

makanan cepat rusak dan basi.

c) Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama

seperti dus atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan

agar tidak saling campur aduk.

d) Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh,

tidak cacat atau rusak.

e) Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan

tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan

bibir.

8. Peran Makanan dan Minuman Terhadap Kesehatan

Menurut Chandra (2006) dari bidang Kesehatan Lingkungan,

pengaruh makanan terhadap kesehatan sangat besar, karena makanan atau

minuman dapat berperan sebagai vektor penyakit. Berdasarkan Depkes

(1992), dampak makanan dan minuman terhadap kesehatan ada empat

yaitu:

a. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri, secara umum penyakit yang

disebabkan oleh bakteri yang ditularkan melalui makanan adalah:

1) Salmonela: Infeksi terjadi akibat ingesti makanan yang mengandung

bakteri hidup.
25

2) Straphylococcus aureus: pertumbuhan bakteri di dalam makanan

akan menghasilkan toksin.

3) Clostridium perfringens: toksin dilepas ke dalam lumen saluran

cerna.

4) Clostridium botulinum: pertumbuhan bakteri di dalam makanan akan

menghasilkan toksin.

b. Bahan kimia

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam makanan yang

dapat menyebabkan timbulnya keracunan makanan diantaranya adalah

seng, kadmium, antimony sianida, arsen, dan timah hitam. Disamping

itu keracunan makanan dapat pula disebabkan oleh protein atau bahan

kimia hewani seperti yang berasal dari kerang jamur, ikan, asam

organis seperti asetat, sitrat, malaic, dan oleic yang terkandung dalam

jelly, dan sari buah-buahan yang dapat bereaksi dengan oksida basa dari

karbonat, dari peralatan yang berlapis tembaga, hal ini akan

menghasilkan larutan garam tembaga. Pestisida, detergen, dan bahan

pencuci bisa salah masuk ke dalam makanan karena kelalaian penjamah

atau cara penyimpanan yang kurang tepat.

c. Alergi makanan

Ada dua tipe alergi, yaitu yang bersifat efek langsung dan tidak

langsug atau tertunda. Pada tipe pertama reaksi alergi timbul beberapa

menit setelah mengkonsumsi alergen (misal setelah makan ikan laut

atau karang). Sedangkan tipe kedua reaksi timbul beberapa jam setelah
26

makan. Gejala alergi sama seperti layaknya penyakit ditularkan melalui

makanan lainnya, yaitu: mual, muntah, kejang perut, gatal, bengkak.

Respon klinis tergantung pada jumlah makanan yang dimakan,

tingkat kemasakan makanan, penimbunan makanan tertentu dalam

tubuh selang beberapa waktu sebelumnya, efek ganda dari makanan

yang dikonsumsi berulang sejenis (efek pertama sebagai perangsang

efek berikut menjadi lebih besar), dan efek kombinasi dari dua atau tiga

makanan yang dapat menimbulkan alergi bila dikonsumsi bersamaan.

d. Makanan potensial berbahaya

Makanan potensial berbahaya adalah jenis makanan yang

mudah rusak. Biasanya makanan yang berupa susu, telur, daging, ayam,

ikan, biji-bijian dan bahan lain yang sangat baik sebagai media

pertumbuhan bakteri. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan

makanan menjadi potensial berbahaya, antara lain:

1) Makanan mengandung bahan campuran protein yang merupakan

media yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri, cukup nutrisi

dan kelembaban pada pH netral, tercampur sedemikian sehingga

tersedia cukup oksigen untuk pertumbuhan kuman, suhu optimal

pada makanan tidak terdapat bahan penghambat pertumbuhan seperti

garam atau gula konsentrasi tinggi maupun pengawet lain.

2) Makanan dalam keadaan terpotong-potong kecil sehingga

memperbanyak permukaan kontak dengan udara atau bidang

terkontaminasi.
27

3) Makanan terjamah oleh tangan yang terkontaminasi bakteri atau

organisme penyebab penyakit.

4) Bahaya makanan tidak mendapat pemanasan cukup pada saat

disajikan, walau mungkin makanan tidak mengandung bakteri

patogen, tetapi karena jumlahnya yang besar dapat menimbulkan

penyakit.
28

B. Kerangka Konsep

Industri pengolahan makanan

Pembuatan mi sohun

Higiene dan sanitasi makanan

Faktor fisik Faktor operasional Faktor personal

1. Lokasi, bangunan 1. Pemilihan bahan Personal higiene


dan fasilitas makanan
2. Air bersih 2. Penyimpanan
3. Air kotor bahan makanan Pelatihan personal
4. Fasilitas cuci 3. Pengolahan
tangan dan toilet makanan
5. Ruang pengolahan 4. Penyimpanan
6. Karyawan makanan jadi
7. Makanan 5. Pengangkutan
8. Perlindungan makanan
makanan 6. Pengemasan
9. Peralatan makan makanan
10.Khusus gol. A.2

Suhu Penjamah makanan

Kelembaban Pengetahuan

Pencahayaan Penerapan

Tidak memenuhi
Memenuhi syarat
syarat

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan menggunakan analisis

deskriptif dan metode yang digunakan yaitu observasi. Analisis deskriptif

pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan higiene

sanitasi pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung, Kecamatan

Ngawen, Kabupaten Klaten Tahun 2022, kemudian dikaji dan dilakukan

penilaian apakah sesuai dengan peraturan yang ada tentang higiene sanitasi

pengelolaan makanan minuman.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh penjamah makanan yang ada di

industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung, dari proses pengolahan

makanan hingga pengemasan makanan, yakni sebanyak 14 orang.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan total sampling, dimana

sampel yang digunakan adalah seluruh total dari populasi penjamah

makanan yang berada di industri “X” pembuatan Mi Sohun yang

berjumlah sebanyak 14 orang, yaitu 10 orang Laki-laki dan 4 orang

Perempuan. Total sampling adalah metode pengambilan sampel yang

29
30

penentuan sampelnya menggunakan semua anggota populasi. Total

sampling dilakukan apabila jumlah populasinya kecil (Sugiyono, 2015).

C. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2022.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi peneletian ini dilaksanakan di industri “X” pembuatan Mi Sohun

Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.

D. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 5. Variabel dan Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Alat Ukur Cara Kategori Skala
Operasional
1. Kelaikan fisik Suatu kegiatan Check list Observasi 1. Laik apa- Ordinal
melakukan pe- Wawancara bila dipe-
ngamatan dan roleh nilai
penilaian ter- ≥74.
hadap kondisi 2. Tidak Laik
fisik pembuat- apabila di-
an Mi Sohun peroleh
di industri “X” nilai <74.
berdasarkan
jenis industri
pada gol. A.2,
pengolahannya
memperkerja-
kan tenaga
kerja lebih dari
10 orang maka
masuk dalam
kategori indus-
tri gol. A.2.
31

Definisi
No Variabel Alat Ukur Cara Kategori Skala
Operasional
2. Pemilihan Suatu kegiatan Check list Observasi 1. MS apa- Ordinal
bahan memilih bahan Kuesioner Wawancara bila diper-
makanan men- oleh skor
tah dan jadi ≥70%
yang berkuali- 2. TMS apa-
tas baik serta bila diper-
dalam keadaan oleh skor
baik, yang di- <70%.
lakukan oleh
pengelola in-
dustri makan-
an.
3. Penyimpanan Suatu kegiatan Check list Observasi 1. MS apa- Ordinal
bahan menyimpan Kuesioner Wawancara bila diper-
makanan bahan makan- roleh skor
an yang dila- ≥70%.
kukan oleh pe- 2. TMS apa-
ngelola indus- bila diper-
tri Mi Sohun oleh skor
meliputi tem- <70%.
pat penyimpa-
nan, pengam-
bilan bahan
makanan, cara
penyimpanan,
penempatan
bahan makan-
an, kelembab-
an, suhu dan
lama penyim-
panan.
4. Pengolahan Suatu kegiatan Check list Observasi 1. MS apa- Ordinal
makanan yang dilakukan Kuesioner Wawancara bila diper-
oleh petugas oleh skor
industri Mi So- ≥70%.
hun, yakni me- 2. TMS apa-
ngolah makan- bila diper-
an dengan uns- oleh skor
ur-unsur yang <70%.
terkait antara
lain tempat pe-
ngolahan ma-
kanan, peralat-
an, penjamah.
32

Definisi
No Variabel Alat Ukur Cara Kategori Skala
Operasional
5. Peyimpanan Suatu kegiatan Check list Observasi 1. MS apa- Ordinal
produk menyimpan Kuesioner Wawancara bila diper-
makanan jadi makanan ma- oleh skor
sak yang dila- ≥70%.
kukan oleh pe- 2. TMS apa-
tugas, menga- bila diper-
wasi dengan oleh skor
memperhatik- <70%.
an rasa, bau,
berubah warna,
berjamur, ber-
ubah aroma,
persyaratan
bakteriologis,
cara pengam-
bilan, tempat
penyimpanan,
dan suhu peny-
impanan.
6. Pengangkutan Suatu kegiatan Check list Observasi 1. MS apa- Ordinal
makanan yang dilakukan Kuesioner Wawancara bila diper-
oleh pengelola oleh skor
industri Mi So- ≥70%.
hun meliputi 2. TMS apa-
mengangkut bila diper-
dengan alat, oleh skor
pengangkutan <70%.
bahan makan-
an dan makan-
an jadi.
7. Pengemasan Suatu kegiatan Check list Observasi 1. MS apa- Ordinal
makanan mengemas/me- Kuesioner Wawancara bila diper-
ngirimkan ma- roleh skor
kanan yang di- ≥70%.
lakukan oleh 2. TMS apa-
pengelola in- bila diper-
dustri Mi So- oleh skor
hun meliputi <70%.
cara penyajian,
pengiriman,
atau tempat pe-
ngemasan ma-
kanan.
33

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data umum

1) Profil industri “X” pembuatan Mi Sohun

2) Jumlah dan karakteristik tenaga kerja

3) Waktu produksi pembuatan Mi Sohun

4) Jumlah produksi pembuatan Mi Sohun

5) Proses produksi penyediaan bahan makanan

6) Pencucian bahan makanan

7) Pemasakan Mi Sohun

8) Pengekstruksian bahan sagu

9) Penjemuran/pengeringan Mi Sohun

10) Pemasaran produk Mi Sohun

b. Data khusus

1) Uji kelaikan fisik higiene sanitasi makanan minuman jasa boga.

2) Pemilihan bahan makanan.

3) Penyimpanan bahan makanan.

4) Pengolahan makanan.

5) Penyimpanan produk makanan jadi.

6) Pengangkutan makanan.

7) Pengemasan makanan.

8) Pengukuran suhu, kelembaban dan pencahayaan.


34

2. Sumber data

a. Data primer

Data primer dikumpulkan oleh peneliti melalui pengamatan langsung

atau observasi di industri “X” pembuatan Mi Sohun, meliputi:

1) Pemilihan bahan makanan.

2) Penyimpanan bahan makanan.

3) Pengolahan makanan.

4) Penyimpanan makanan jadi.

5) Pengangkutan makanan.

6) Pengemasan makanan.

7) Uji kelaikan fisik higiene sanitasi.

8) Suhu, kelembaban dan pencahayaan.

b. Data Sekunder

1) Profil industri “X” pembuatan Mi Sohun di Desa Manjung.

2) Jumlah dan karakteristik tenaga kerja.

3) Data kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Ngawen.

4) Data Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) di Kabupaten Klaten.

c. Cara pengumpulan data

1) Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti secara langsung dengan

menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada penjamah makanan

di industri “X” pembuatan Mi Sohun (Lampiran 3&4).


35

2) Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti secara langsung dengan

melakukan pengamatan pada objek yang akan diteliti. Objek yang

akan diteliti mengenai higiene sanitasi industri “X” pembuatan Mi

Sohun (Lampiran 2&6).

3) Pengukuran

Pengukuran dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan alat bantu

berupa Thermohygrometer dan Lux meter, setelah itu peneliti

melakukan pengukuran di titik yang sudah ditentukan.

F. Instrumen Penelitian

1. Check list

Check list digunakan sebagai observasi uji kelaikan fisik higiene sanitasi

makanan minuman jasa boga dan penerapan enam prinsip higiene sanitasi

makanan pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung, Kecamatan

Ngawen, Kabupaten Klaten (Lampiran 2&6).

2. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk memperoleh pengetahuan penjamah makanan

mengenai higiene sanitasi makanan minuman pembuatan Mi Sohun

(Lampiran 3&4).

G. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:


36

1. Lembar wawancara

Digunakan untuk menggali informasi mengenai pengelolaan higiene

sanitasi makanan minuman kepada penjamah makanan, meliputi pemilihan

bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,

penyimpanan makanan jadi, pengangkutan makanan, dan pengemasan

makanan.

2. Lembar observasi (check list)

Digunakan untuk mengambil data mengenai pembuatan higiene sanitasi

makanan minuman yang terdiri uji kelaikan fisik higiene sanitasi makanan

minuman jasa boga dan enam prinsip higiene sanitasi makanan.

3. Thermohygrometer

Digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban di titik ruangan yang

sudah ditentukan.

4. Lux meter

Lux meter merupakan sebuah alat yang mampu mengetahui serta

mengukur seberapa besar intensitas cahaya yang berada di suatu tempat.

5. Alat tulis digunakan untuk membantu selama kegiatan penelitian.

6. Alat dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan selama kegiatan

penelitian, mulai dari kegiatan pengamatan, penilaian hingga pengukuran.

H. Prosedur Penelitian

1. Persiapan

a. Membuat surat perizinan untuk penelitian

b. Survei pendahuluan
37

c. Menyusun check list inspeksi sanitasi

d. Menyusun jadwal penelitian

2. Pelaksanaan

a. Melaksanakan penilaian terhadap kondisi sanitasi di lapangan

b. Mencatat hasil dari penelitian

3. Pengolahan data

a. Merekap hasil penelitian inspeksi sanitasi di industri “X” pembuatan Mi

Sohun Desa Manjung

b. Melaksanakan pengolahan data dan mendeskrisikannya dalam bentuk

narasi sesuai dengan keadaan yang ada.

I. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah dengan mendeskripsikan hasil

yang diperoleh, kemudian ditulis dalam bentuk narasi dari jawaban

wawancara dari penjamah makanan, hasil observasi, dan pengukuran.

Kemudian pengelolaan higiene dan sanitasi makanan pembuatan Mi Sohun di

industri “X” Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten dikaji

dengan standar yang berlaku berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga dan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di industri “X” pembuatan Mi Sohun

yang beralamatkan di Jalan Manjung, No. 02, Dusun Manjungan, RT 10/RW

05, Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah,

57466 memiliki luas ±650 m² dan luas bangunan ±100 m². Industri

pembuatan Mi Sohun ini dirintis pertama kali oleh salah seorang warga yang

bernama Slamet Somo Suwito sejak tahun 1950. Setelah itu banyak warga

mengikuti jejaknya menjadi produsen Mi Sohun, salah satunya industri “X”

pembuatan Mi Sohun di Desa Manjung ini.

Industri “X” pembuatan Mi Sohun ini memiliki beberapa ruangan yang

digunakan pekerja dalam proses pembuatan Mi Sohun, yang terdiri dari

fasilitas bangunan yaitu ruang kantor, ruang perlengkapan penunjang

produksi, ruang penyimpanan sohun, ruang pengemasan sohun, ruang

penyimpanan tepung sagu, ruang produksi, WC, tempat cuci tangan, dan

tempat parkir.

B. Hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan April-Mei 2022,

telah didapatkan hasil penelitian di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa

Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Penyajian hasil dan

38
39

pembahasan digambarkan dalam bentuk data umum dan data khusus, sebagai

berikut:

1. Data Umum

a. Jumlah dan karakteristik tenaga kerja

Berdasarkan data dari administrasi kantor industri “X” pembuatan

Mi Sohun Desa Manjung, jumlah karyawan sebanyak 14 karyawan.

Karakteristik tenaga kerja terbagi berdasarkan jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan umur yaitu terdapat pada tabel berikut:

Tabel 6. Jumlah tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin

No. Tenaga Kerja Pria Wanita


(orang) (orang)
1. Tetap 6 2
2. Bebas 4 2
Jumlah 10 4

Tabel 7. Jumlah tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan


No. Tenaga Kerja SD SMP SMA
(orang) (orang) (orang)
1. Tetap 5 2 1
2. Bebas 2 2 2
Jumlah 7 4 3

Tabel 8. Jumlah tenaga kerja berdasarkan umur


No. Tenaga Kerja ≤ 20 Tahun 21-50 ≥ 51Tahun
(orang) (orang) (orang)
1. Tetap 0 5 3
2. Bebas 2 2 2
Jumlah 2 7 5

b. Waktu produksi

Dalam kegiatan sehari-hari, industri “X” pembuatan Mi Sohun

Desa Manjung mempunyai waktu produksi yaitu selama 8 jam per hari

dengan perincian waktu dimulai pada hari senin hingga sabtu dari pukul
40

07.00 – 15.30 WIB dan waktu istirahat pada pukul 12.00 – 13.00 WIB.

Waktu produksi ini tentunya melihat situasi dan kondisi, terkhusus

dalam proses pengeringan Mi Sohun yang bergantung pada sinar

matahari langsung, sehingga tidak bisa diprediksi apakah pada hari dan

waktu tersebut dapat melakukan produksi dalam jumlah target yang

telah ditentukan.

c. Proses produksi penyedian bahan

Bahan baku yang digunakan untuk proses proses produksi yaitu

tepung sagu sebagai bahan baku utama, air bersih untuk pencucian

bahan baku, bahan pewarna kaporit untuk membersihkan dan

memutihkan tepung sagu, bahan pewarna Brilliant Blue FCF untuk

memberikan warna biru pada tepung sagu dan mentega putih sebagai

pelumas adonan di loyang sebagai tempat penjemuran.

d. Pencucian bahan

Pencucian bahan dilakukan dengan memasukkan tepung sagu ke

bak pencucian dengan rata-rata tepung sagu pada setiap bak pencucian

5 – 15 karung, setiap karung berisi ± 30 kg.

e. Pemasakan

Adonan sagu yang telah diendapkan pada proses pencucian

ditempatkan di bak penampungan, lalu adonan tersebut dipindahkan

kedalam wajan untuk proses pemasakan. Pemasakan menggunakan air

mendidih yang dicampurkan adonan sagu dengan perbandingan 1:1.

Pencampuran dilakukan dengan manual menggunakan tenaga manusia,


41

dan dilakukan pengadukan terus-menerus hingga adonan matang merata

membentuk seperti gel.

f. Pengekstruksian

Adonan yang telah matang dimasukkan kedalam mesin ekstrusi

(extruder) sohun. Mesin ini menggunakan tenaga manusia untuk

penggerakan mesin putar yang akan membentuk adonan menjadi

benang-benang sohun. Ekstrusi ini dilakukan melalui lubang-lubang

kecil yang terdapat pada bagian bawah mesin dan adonan ditampung

pada loyang terbuat dari seng yang telah diolesi mentega putih.

Pengolesan dengan mentega putih dilakukan agar benang-benang sohun

tidak lengket di loyang sehingga mudah diangkat dan tekstur bagus.

g. Penjemuran/pengeringan

Loyang yang berisi benang-benang sohun basah dipindahkan ke

tempat penjemuran dengan menggunakan kereta dorong. Loyang

ditempatkan di atas rak yang terbuat dari bambu. Penjemuran dilakukan

di tempat terbuka menggunakan sinar matahari. Jika cuaca bagus dan

matahari bersinar terik, penjemuran dilakukan selama 2-3 jam.

h. Pemasaran produk

Pemasaran produksi sohun dari industri “X” pembuatan Mi Sohun

Desa Manjung menuju ke berbagai kota yaitu antara lain Surakarta,

Madiun, Kediri dan wilayah lokal Klaten sekitarnya.


42

2. Data Khusus

a. Hasil Observasi Penilaian Kelaikan Fisik

Tabel 9. Hasil Observasi Penilaian Kelaikan Fisik

Persentase
No. Uraian Nilai Keterangan
(%)
1. Lokasi, bangunan Tidak memenuhi
1 16,6%
dan fasilitas syarat
2. Pencahayaan 1 100% Memenuhi syarat
3. Penghawaan 1 100% Memenuhi syarat
4. Air bersih 5 100% Memenuhi syarat
Tidak Memenuhi
5. Air kotor 0 0,0%
syarat
6. Fasilitas cuci
3 100% Memenuhi syarat
tangan dan toilet
Pembuangan Tidak memenuhi
7. 0 0,0%
sampah syarat
8. Ruang pengolahan Tidak memenuhi
1 50,0%
makanan syarrat
9. Karyawan 10 100% Memenuhi syarat
10. Makanan 6 85,0% Memenuhi syarat
11. Perlindungan
5 100% Memenuhi syarat
makanan
12. Peralatan makan
22 100% Memenuhi syarat
dan masak
13. Khusus golongan
A.2 yaitu
golongan jenis Tidak memenuhi
2 50,0%
jasa boga menurut syarat
Permenkes RI No.
1096 Tahun 2011
JUMLAH
56 75,0% Tidak laik
KESELURUHAN

Berdasarkan Tabel hasil observasi penilaian kelaikan fisik di

industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung, Kecamatan Ngawen,

Kabupaten Klaten pada lampiran 2. Didapatkan nilai keseluruhan

sebesar 56 atau 75,0%. Maka dapat disimpulkan bahwa observasi

penilaian kelaikan fisik di industri tersebut tidak memenuhi syarat laik


43

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga.

Dikatakan laik apabila industri pada klasifikasi golongan A.2

memperoleh nilai minimal 70 atau 94,5% dari nilai maksimal dapat

diperoleh sebesar 74 atau 100%.

b. Hasil observasi penilaian penerapan enam prinsip higiene sanitasi

makanan di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung.

Tabel 10. Hasil Observasi Penilaian Higiene Sanitasi Pembuatan Mi


Sohun di Industri “X” Desa Manjung.
Persentase
No. Kegiatan Nilai Maksimal Skor
(%)
1. Pemilihan bahan 400 400 100%
2. Penyimpanan bahan
350 80 22,85%
makanan
3. Pengolahan
860 580 67,44%
makanan
4. Penyimpanan
300 270 90%
makanan jadi
5. Pengangkutan
310 55 17,74%
makanan
6. Pengemasan
290 280 96,55%
makanan
Jumlah 2.510 1.475 58,76%

Berdasarkan Tabel hasil observasi penilaian penerapan enam

prinsip higiene sanitasi makanan di industri “X” pembuatan Mi Sohun

Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten pada lampiran

6. Didapatkan skor 1.475 atau 58,76%. Maka dengan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa penerapan enam prinsip higiene sanitasi di

industri tidak memenuhi syarat sesuai dengan peraturan yang berlaku,

yakni mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


44

1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga.

Dikatakan memenuhi syarat apabila mendapatkan skor minimal 1.757

atau 70% dari skor maksimal yang dapat diperoleh sebesar 2.510 atau

100%.

c. Hasil Pengukuran Kualitas Lingkungan Fisik di Industri “X”

Pembuatan Mi Sohun Desa Manjung.

Tabel 11. Hasil Pengukuran Suhu di Industri “X” Pembuatan Mi Sohun


Desa Manjung.
Hasil
No. Lokasi Keterangan
pengukuran
1. Ruang kantor 30°C MS
2. Ruang penyimpanan
29°C MS
produk
3. Ruang pengemasan 30°C MS
4. Ruang penyimpanan
32°C TMS
bahan
5. Ruang pencucian 34°C TMS
6. Ruang
35,5°C TMS
pengekstruksian

Tabel 12. Hasil Pengukuran Kelembaban di Industri “X” Pembuatan Mi


Sohun Desa Manjung.
Hasil
No. Lokasi Keterangan
pengukuran
1. Ruang kantor 50% MS
2. Ruang penyimpanan
55% MS
produk
3. Ruang pengemasan 49% MS
4. Ruang penyimpanan
79% TMS
bahan
5. Ruang pencucian 82% TMS
6. Ruang
85% TMS
pengekstruksian
45

Tabel 13. Hasil Pengukuran Kelembaban di Industri “X” Pembuatan Mi


Sohun Desa Manjung.
Hasil
No. Lokasi Hasil
pengukuran
1. Ruang kantor 300 lux MS
2. Ruang penyimpanan
57 lux TMS
produk
3. Ruang pengemasan 190 lux MS
4. Ruang penyimpanan
410 lux MS
bahan
5. Ruang pencucian 125 lux MS
6. Ruang
140 lux MS
pengekstruksian

Standar pengukuran kualitas lingkungan fisik berupa suhu,

kelembaban dan pencahayaan mengacu pada Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Baku mutu pengukuran suhu adalah

18°C-30°C, kelembaban 40%-70% RH, dan pencahayaan ≥100 lux pada

bidang kerja.

d. Hasil wawancara dengan penjamah makanan di industri “X” pembuatan

Mi Sohun Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.

Penjamah makanan di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa

Manjung ada 14 orang, dengan rincian dikelola oleh 2 orang dan 12

orang sebagai pekerja. Terdapat 9 orang berjenis kelamin laki-laki dan

5 orang berjenis kelamin perempuan. Pembagian tugas masing-masing

individu sudah ditentukan, yakni 2 orang dibagian pengekstruksian, 3

orang dibagian pengolahan, 5 orang dibagian penjemuran, dan 4 orang

dibagian pengemasan.
46

1) Hasil wawancara dengan pengelola makanan di industri “X”

pembuatan Mi Sohun Desa Manjung:

a) Higiene dan sanitasi makanan minuman adalah kebersihan dan

kesehatan perorangan, individu, atau penjamah. Sanitasi adalah

kebersihan dan kesehatan.

b) Peraturan yang mengatur tentang higiene dan sanitasi tempat

pengolahan makanan ada dalam Undang-Undang, dan peraturan

pemerintah terkait, baik dari Puskesmas atau pemerintah daerah.

c) Ada SOP yang mengatur tentang higiene dan sanitasi pengolahan

makanan. Misalnya penggunaan bahan tambahan makan yang

harus sesuai dengan aturan pemakaian dan penggunaan APD.

d) Upaya higiene dan sanitasi makanan minuman di industri “X”

pembuatan Mi Sohun Desa Manjung yang dilakukan yaitu:

i. Dengan pendidikan kelompok atau perorangan.

ii. Menggunakan APD

e) Sudah melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaaan

kesehatan dilakukan minimal 6 bulan sekali dalam satu tahun.

f) Dilakukan pengawasan pemilihan bahan makanan, untuk

mengawasi bahan makanan sudah ada penanggung jawabnya.

g) Pembelian bahan makanan sudah ditentukan oleh bagian

pengolahan.

h) Melakukan evaluasi atau pengontrolan setiap bulan jumlah bahan

tambahan makanan yang telah digunakan.


47

i) Penggunaan bahan tambahan makanan dengan aturan yang ada,

tidak berlebihan.

j) Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi ditempat yang

berbeda.

k) Pemilihan peralatan masak sesuai dengan kebutuhan,

menggunakan bahan yang aman sehingga tidak menimbulkan

bahaya pada makanan.

l) Menggunakan sistim pengambilan bahan makanan yang sudah

lama disimpan terlebih dahulu, kemudian jika mulai habis baru

menggunakan bahan makanan yang baru saja disimpan.

m) Melakukan pencucian peralatan secara berkala, alat ekstruksi

tidak bisa dicuci akan tetapi dilakukan pembersihan dengan cara

dilap secara berkala.

n) Dilakukan pemantauan dari pihak Puskesmas, untuk kapan

waktunya tidak bisa ditentukan.

o) Hambatan yang pernah ada di industri “X” pembuatan Mi Sohun

yaitu:

i. Bangunan, selokan, dan lantai kotor sekali serta ada tikus dan

kucing.

ii. Penjamah makanan yang kurang memperhatikan kebersihan.

iii. Pernah mendapat keluhan dari masyarakat sekitar karena bau

dari limbah hasil pembuatan Mi Sohun yang mengganggu.


48

2) Hasil wawancara dengan 14 orang pekerja sebagai penjamah

makanan di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung:

a) Pekerja yang mengetahui tentang higiene sanitasi makanan

sebanyak 11 orang atau 78,5%.

b) Semua pekerja tidak mempunyai penyakit menular.

c) Semua pekerja pernah melakukan pemeriksaan kesehatan.

d) Pekerja yang mengalami kecelakaan saat bekerja sebanyak 8

orang atau 57,1%.

e) Pekerja yang pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi

sebanyak 2 orang atau 14,2%.

3) Pembagian tugas dalam pengelolaan makanan di industri “X”

pembuatan Mi Sohun Desa Manjung, dilakukan dengan bersama-

sama atau kerjasama.

4) Proses penyimpanan bahan makanan yang ada di industri “X”

pembuatan Mi Sohun Desa Manjung dilakukan dengan cara disortir,

dicuci, kemudian di masukkan kedalam tempat penyimpanan.

Terdapat tempat penyimpanan berbeda antara bahan makanan dan

Mi yang sudah siap di distribusikan.

5) APD yang harus digunakan saat mengolah makanan yaitu celemek,

tutup kepala, masker, sarung tangan, dan sepata atau alas kaki.

6) Prinsip pengambilanan bahan makanan yang ada di industri “X”

pembuatan Mi Sohun Desa Manjung menggunakan prinsip FIFO

(First In First Out) FEFO (First Expired First Out).


49

7) Peralatan masak selama pengolahan Mi Sohun yang ada di industri

“X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung masih cukup layak

digunakan, hanya saja perlu dilakukan upaya perbaikan dan

pembersihan secara berkala.

8) Pengangkutan makanan di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa

Manjung menggunakan kendaaraan bermotor menuju tempat

pengemasan.

9) Pengemasan makanan Mi Sohun menggunakan bahan plastik dan

dibungkus dengan keterangan label produksi.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan prinsip higiene

sanitasi pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung, Kecamatan

Ngawen, Kabupaten Klaten pada bulan April-Mei 2022 diperoleh keadaan

sebagai berikut:

1. Kelaikan Fisik

Hasil dari penelitian mengenai observasi dan penilaian kelaikan

fisik yang telah dilakukaan di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa

Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten didapatkan tidak laik.

Beberapa hal dalam kelaikan fisik di industri “X” pembuatan Mi Sohun

Desa Manjung tidak memenuhi standar yang ada.

a. Lokasi, bangunan, dan fasilitas

Lokasi, bangunan dan fasilitas di industri “X” pembuatan Mi

Sohun Desa Manjung tidak memenuhi syarat. Keadaan area industri


50

yang tidak jauh dengan pemukiman warga dan dilihat dari pandangan

luar halaman di sekitar industri tidak bersih, ada genangan air di

beberapa titik, jarak dengan pembuangan limbah pembuatan Mi Sohun

yang sangat dekat sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Dari

segi bangunan yang di dapatkan pengamatan bahwasanya konstruksi

bangunan tidak kuat dengan ditemukan beberapa pondasi yang ditopang

dengan kayu, terdapat barang-barang yang tidak berguna atau barang

sisa di sekitar area industri, kemudian dinding dan langit-langit tidak

terpelihara dengan baik, berdebu dan menjadi sarang laba-laba.

b. Pencahayaan

Pengukuran pencahayaan di industri “X” pembuatan Mi Sohun

Desa Manjung memenuhi syarat, sesuai dengan kebutuhan dan tidak

menimbulkan bayangan. Dengan rata-rata kuat cahaya pada bidang

kerja tidak kurang dari 100 lux, sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.

c. Penghawaan

Ruang kerja maupun tempat pengolahan di industri “X”

pembuatan Mi Sohun Desa Manjung memenuhi syarat, dengan

dilengkapi ventilasi yang baik sehingga terjadi sirkulasi udara yang

baik. Namun perlu dilakukan pemeliharaan lebih baik lagi terhadap

ventilasi, tidak hanya berfungsi untuk menjaga temperatur suhu, akan

tetapi juga aman dari ancaman vektor hewan pembawa penyakit.


51

d. Air bersih

Sumber air bersih di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa

Manjung memenuhi syarat dari segi fisik, Hal ini dapat dilihat dari

jumlah yang cukup dan bertekanan, tidak berbau, serta jernih. Sumber

air berasal dari sumur yang dipompa dengan menggunakan beberapa

pipa.

e. Air kotor

Pembuangan limbah cair di industri “X” pembuatan Mi Sohun

Desa Manjung ditampung pada sebuah kubangan atau semacam kolam.

Limbah cair tersebut berasal dari dapur, kamar mandi, WC dan saluran

air hujan dengan kondisi yang tidak lancar, terdapat beberapa titik yang

menggenang. Sehingga tidak memenuhi syarat dan tentunya hal ini

menjadi perhatian bagi pengelola industri untuk lebih baik lagi.

f. Fasilitas cuci tangan dan toilet

Fasilitas cuci tangan dan toilet di industri “X” pembuatan Mi

Sohun Desa Manjung memenuhi syarat. Jumlahnya cukup, tersedia

sabun, dan mudah dibersihkan. Perlu dilakukan pembersihan secara

berkala agar pengguna lebih merasa nyaman dan tidak menimbulkan

bau yang tidak sedap.

g. Pembuangan sampah

Tempat sampah di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa

Manjung tidak memenuhi syarat, jumlah tidak tersedia dengan cukup,

dilapisi dengan plastik akan tetapi tidak tertutup sehingga dapat


52

mengundang munculnya vektor dan hewan pembawa penyakit seperti

lalat, kecoa, maupun tikus. Solusi yang tepat yakni tentunya dengan

penambahan tempat sampah di beberapa titik sehingga memudahkan

pekerja dan pengunjung jika hendak membuang sampah.

h. Ruang pengolahan makanan

Tersedia luas lantai yang cukup untuk pekerja pada bangunan,

dan terpisah dengan tempat istirahat atau tempat pencucian peralatan

masak. Sedangkan ruang pengolahan di industri “X” pembuatan Mi

Sohun Desa Manjung tidak bersih dari barang yang tidak berguna.

Barang yang tidak berguna tentunya menjadi penghalang ruang gerak

pekerja, hal ini dapat menyebabkan pekerja kurang nyaman dan

terkesan tidak tertata dengan baik. Dengan beberapa masalah tersebut,

sehingga ruang pengolahan di industri tidak memenuhi syarat. Solusi

yang dapat dilakukan yaitu dengan menyimpan barang-barang yang

sekiranya tidak berguna di dalam gudang atau dapat menghilangkannya.

i. Karyawan

Semua karyawan atau pekerja yang bekerja di industri “X”

pembuatan Mi Sohun Desa Manjung memenuhi syarat. Terbebas dari

penyakit menular, seperti penyakit kulit, bisul, luka terbuka dan infeksi

saluran pernafasan atas (ISPA). Menurut hasil wawancara yang sudah

dilakukan bahwasanya pekerja rutin melaksanakan pemeriksaan

kesehatan di fasyanakes. Hal ini tentunya menjadi nilai lebih dalam


53

mengupayakan kesehatan pekerja dan terjaminnya kualitas higienis dari

produk Mi Sohun yang di produksi.

j. Makanan

Dari segi makanan yang dihasilkan memenuhi syarat, walaupun

ada beberapa poin yang perlu diperbaiki lagi. Pakaian kerja yang

digunakan pekerja di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung

dalam keadaan yang kurang bersih, oleh karena itu perlunya kesadaran

bagi tiap pekerja untuk lebih memperhatikan dalam penggunaan

pakaian kerja. Kemudian untuk rambut pekerja beberapa ditemukan

tidak rapi, solusi dari masalah tersebut dapat diatasi dengan

menggunkan APD penutup kepala, sehingga melindungi produk Mi

Sohun jika tercemar akibat minimnya perlindungan diri dari pekerja

tersebut saat bekerja. Untuk pekerja diharuskan tubuh bebas dari

perhiasan dan sudah dilakukan dengan baik oleh pekerja. Selanjutnya

untuk sumber bahan makanan disortir dengan utuh dan tidak rusak serta

bahan makanan terolah dalam kemasan asli, terdaftar, berlabel dan tidak

kadaluwarsa.

k. Perlindungan makanan

Perlindungan makanan memenuhi syarat. Penanganan makanan

yang berpotensi berbahaya di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa

Manjung pada suhu, cara dan waktu yang memadai selama

penyimpanan, peracikan, persiapan pengolahan dan pengangkutan

makanan serta melunakkan bahan makanan beku atau keras sebelum


54

dimasak (thawing) dilakukan dengan cukup baik oleh pekerja di bagian

pengolahan.

l. Peralatan makan dan masak

Peralatan makan dan masak di industri memenuhi syarat.

Penanganan makanan yang berpotensi berbahaya karena tidak ditutup

atau disajikan ulang telah dilakukan dengan baik oleh pekerja di bagian

pengolahan. Dilakukan perlindungan terhadap peralatan makan dan

masak dalam cara pembersihan, penyimpanan, penggunaan dan

pemeliharaannya. Peralatan masak yang sekali pakai tidak dipakai

ulang, contohnya plastik. Untuk selanjutnya pada proses pencucian

dilakukan melalui tahapan mulai dari pembersihan sisa makanan,

perendaman, pencucian dan yang terakhir proses pembilasan.

Kemudian bahan racun atau pestisida disimpan tersendiri di tempat

yang aman, terlindung, menggunakan label atau tanda yang jelas untuk

digunakan. Namun meskipun sudah dilakukan perlindungan terhadap

serangga, tikus, hewan peliharaan dan hewan pengganggu lainnya, di

sekitar area industri menurut beberapa pekerja masih mendapati vektor

dan hewan pengganggu yang berkeliaran. Hal ini tentnya harus segera

dilakukan upaya penanganan yang lebih baik lagi dengan

mempertimbangkan beberapa solusi sesuai situasi dan kondisi yang ada

di area industri.
55

m. Khusus golongan A.2

Khusus golongan A.2 tidak memenuhi syarat. Ini merupakan

penilaian tambahan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga

mengenai klasifikasi golongan industri. Di dalam penilaian khusus

golongan A.2 terdapat peraturan yakni yang pertama pengeluaran asap

dapur harus dilengkapi dengan alat pembuang asap. Kedua, fasilitas

pencucian dibuat dengan tiga bak pencucian, dan ketiga, tersedia kamar

ganti pakaian serta dilengkapi dengan tempat penyimpanan pakaian

(loker). Berdasarkan observasi dan penilaian, di industri “X”

pembuatan Mi Sohun Desa Manjung, hanya poin ketiga saja yang

dilakukan dengan cukup baik oleh industri.

2. Penerapan Prinsip Higiene Sanitasi

Hasil dari penelitian yang telah dilakukaan di industri “X”

pembuatan Mi Sohun Desa Manjung pada pelaksanaan penerapan enam

pinsip higiene sanitasi makanan diperoleh hasil tidak laik. Beberapa hal

pelaksanaan penerapan prinsip higiene sanitasi tidak memenuhi standar

yang berlaku sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga.

a. Pemilihan bahan makanan


Pemilihan bahan makanan telah diterapkan di industri “X”

pembuatan Mi Sohun Desa Manjung. Membentuk dan memilih pekerja

sebagai penanggung jawab pada bagian pembelian bahan makanan


56

untuk pengadaan bahan makanan. Semua proses pengadaan bahan

makanan dimulai dari perencanaan berdasarkan stok dan kebutuhan.

Kemudian ditinjau kembali menurut kebijakan pengelola industri,

pekerja di bagian pengolahan, dan anggaran. Bahan makanan yang

diinginkan ada spesifiksinya. Apabila tidak sesuai dengan spesifikasi

bahan makanan yang tidak diinginkan akan dikembalikan ke tempat

penyortiran. Jumlah mengirim bahan makanan sesuai dengan jumlah

target produksi dan stok yang ada. Pengawasan pemilihan bahan

makanan juga sudah ada penanggung jawabnya dan setiap hari

membuat laporannya. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Depkes RI (2013) yaitu mengamati bahan makanan

yang harus sesuai dengan spesifikasinya. Dengan hasil observasi dan

penilaian penerapan enam prinsip higiene sanitasi pada pemilihan

bahan makanan diperoleh nilai 100%, maka memenuhi syarat.

b. Penyimpanan bahan makanan

Proses penyimpanan bahan makanan disesuaikan dengan jenis

bahan makanannya. Sebelum masuk gudang makanan, bahan makanan

dicatat tanggal masuk barang dan masa kadaluarsanya. Gudang

makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung

jauh dari drainase. Namun bahan makanan ditempatkan pada bagian

yang rendah, tidak pada tempat yang tinggi. Ketinggian rak-rak

terbawah untuk bahan makanan seharusnya 15 cm–25 cm. Bahan

makanan tidak ditata dengan rapi sehingga sirkulasi udara kurang


57

terjaga dan kelembaban menjadi tidak sesuai. Kondisi gudang bahan

makanan saat penelitian tidak ditemukan vektor hewan pembawa

penyakit, namun melihat kondisi yang ada perlu dilakukan penataan

yang lebih baik lagi. Pengukuran suhu dan kelembaban gudang bahan

makanan yaitu 32°C dan 79% RH. Hal ini tidak sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang

Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri yang

menyatakan suhu dan kelembaban yaitu 18˚C-30˚C dan 40%-70% RH

pada bidang kerja. Dengan hasil obervasi penilaian yang sudah

diperoleh, penerapan prinsip pada penyimpanan bahan makanan tidak

memenuhi syarat, karena diperoleh nilai 22,85% dari minimal

memenuhi syarat yaitu 70%.

c. Pengolahan makanan

Tempat pengolahan makanan di industri “X” pembuatan Mi

Sohun Desa Manjung belum sesuai dengan kontruksi, bangunan, dan

ruangan dapur. Peralatan masak yang digunakan aman dan tidak

berbahaya bagi kesehatan. Perlengkapan pengelolaan makanan seperti

kompor, tabung gas, mesin ekstruksi, berfungsi dengan baik, tidak

menjadi sumber pencemaran dan tidak menyebabkan sumber

kecelakaan kerja. Setiap hari tempat pengelolaan makanan sebelum dan

sesudah kegiatan pengelolaan makanan selalu dibersihkan oleh pekerja.

Intensitas pencahayaan di tempat pengelolaan makanan yaitu 140 lux.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016


58

tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri,

untuk intensitas pencahayaan di tempat pengelolaan makanan sudah

sesuai. Karena syarat intensitas pencahayaan pada bidang kerja di

tempat pengelolaan makanan yaitu >100 lux. Namun untuk hasil

pengukuran suhu dan kelembaban tidak memenuhi syarat. Saat

melakukan wawancara dengan petugas pengelola makanan, pekerja

mengetahui APD (Alat Pelindung Diri) yang harus digunakan saat

mengolah makanan. Namun saat penelitian, peneliti melihat 1 dari 4

pekerja yang bertugas saat itu tidak menggunakan tutup kepala. Hal ini

tidak sesuai dengan Permenkes Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011

tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasa Boga. Dengan hasil penilaian

diperoleh nilai 67,44% kurang dari 70%, maka penerapan prinsip

higiene sanitasi pada pengolahan makanan belum memenuhi syarat.

d. Penyimpanan produk makanan jadi

Penyimpanan produk makanan Mi Sohun tidak dicampur dengan

bahan makanan mentah. Tempat atau wadah penyimpanan bahan

makanan dan produk makanan jadi di tempat yang berbeda. Makanan

yang disimpan tidak rusak, berlendir, berbau, busuk atau basi. Tempat

atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis produk

makanan jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna

tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air. Tempat

penyimpanan produk Mi Sohun terbebas dari vektor dan hewan

pembawa penyakit. Dengan hasil observasi dan penilaian penerapan


59

prinsip higiene sanitasi pada penyimpanan produk makanan jadi

diperoleh nilai 90%, maka dinyatakan memenuhi syarat.

e. Pengangkutan makanan

Mi Sohun yang diolah diangkut dengan menggunakan kendaraan

bermotor dan gerobak yang tidak tertutup dan kurang bersih dari segi

fisik. Kendaraan dapat menyebabkan risiko pencemaran makanan,

karena kurang terjaga dengan baik. Kemudian jalur untuk mengangkut

Mi Sohun dan jalur bahan atau barang yang kotor berbeda atau terpisah.

Hal ini sudah sesuai dengan Permenkes Nomor 1096 /MENKES

/PER/VI/2011 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasa Boga, dalam

persyaratan pengangkutan makanan. Namun dengan hasil observasi dan

penilaian penerapan prinsip pada pengangkutan makanan yang

memperoleh nilai 17,74% dari batas memenuhi sebesar 70%, maka

tidak memenuhi syarat.

f. Pengemasan makanan

Pengemasan makanan produk Mi Sohun yakni menggunakan

bahan plastik yang terhindar dari pencemaran serta peralatan yang

dipakai bersih dan aman dari segi fisik. Ketika melakukan pengemasan,

pekerja tidak memakai APD, yang seharusnya memakai pelindung

sarung tangan, celemek dan penutup kepala. Tempat pengemasan Mi

Sohun bersih dan nyaman, dan sebelum melakukan pengemasan,

pekerja terlebih dahulu mencuci tangan atau memakai hand sanitizer.

Pada kemasan terdapat label produksi dan terdaftar pada BPOM sesuai
60

standar yang berlaku. Setelah pengemasan, produk Mi Sohun

ditempatkan di ruang penyimpanan makanan jadi yang tertutup dan

membersihkan sisa-sisa kotoran hasil pengemasan Mi Sohun. Dengan

hasil observasi dan penilaian penerapan prinsip higiene sanitasi pada

pengemasan makanan diperoleh nilai 96,55% maka dinyatakan sudah

memenuhi syarat.

3. Kualitas Lingkungan Fisik

a. Pengukuran suhu

Hasil pengukuran dibandingkan dengan Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Industri, standar suhu pada bidang kerja

yakni 18˚C–30˚C. Pengukuran suhu ruang kantor memenuhi syarat

karena tidak kurang atau melebihi standar yang ditentukan, pengukuran

suhu ruang penyimpanan produk dan ruang pengemasan memenuhi

syarat. Sedangkan pengukuran di ruang penyimpanan bahan makanan,

ruang pencucian dan ruang pengekstruksian tidak memenuhi syarat

karena melebihi standar yang ditentukan.

b. Pengukuran kelembaban

Hasil pengukuran dibandingkan dengan Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Industri, standar kelembaban pada bidang

kerja yakni 40-70% RH. Pengukuran kelembaban ruang kantor, ruang

penyimpanan produk, dan ruang pengemasan memenuhi syarat karena


61

tidak kurang atau melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan ruang

penyimpanan bahan makanan, ruang pencucian dan ruang

pengekstruksian tidak memenuhi syarat karena melebihi standar yang

ditentukan.

c. Pengukuran pencahayaan

Hasil pengukuran dibandingkan dengan Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Standar pencahayaan pada

bidang kerja yakni ≥100 lux. Pengukuran pencahayaan pada ruang

kantor, ruang pengemasan, ruang penyimpanan bahan, dan ruang

pencucian diperoleh >100 lux karena merupakan jenis pekerjaan rutin,

memenuhi syarat karena lebih dari minimal standar yang ditentukan.

Sedangkan hasil pengukuran pencahayaan pada ruang penyimpanan

produk diperoleh <100 lux tidak memenuhi syarat karena kurang dari

standar yang ditentukan.

4. Wawancara dengan pengelola dan pekerja di industri “X” pembuatan Mi

Sohun Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.

a. Tidak mempunyai penyakit menular dan pernah melakukan

pemeriksaan kesehatan.

Industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung dalam

menerima pekerja selalu melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih

dahulu. Jika calon pekerja mempunyai penyakit menular terlebih untuk

pekerja di bagian pengolahan makanan maka calon pekerja tersebut


62

tidak diterima. Karena jika pekerja di bagian pengolahan makanan

tersebut mempunyai penyakit menular dapat menyebabkan hasil produk

Mi Sohun tidak higienis. Makanan yang dibuat oleh pekerja di bagian

pengolahan makanan dapat menjadi perantara penularan penyakit.

Sehingga penyelenggaraan higiene sanitasi makanan dapat

perpengaruh. Hal ini sesuai dengan teori dari Depkes RI (2007) yang

menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan

higiene sanitasi makanan minuman yaitu faktor manusia dan faktor

makanan. Pekerja di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung

melakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan. Hal ini tentunya menjadi

salah satu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan terjaminnya

higiene sanitasi makanan produk Mi Sohun. Sesuai dengan Permenkes

RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa

Boga dalam persyaratan penjamah makanan harus secara berkala

minimal 2 kali setahun melakukan pemeriksaan kesehatan.

b. Minimnya pekerja yang mengikuti pelatihan higiene dan sanitasi

makanan minuman.

Pekerja di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung

yang pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi makanan minuman

hanya ada 2 orang dari 14 orang pekerja. Sedangkan untuk pengetahuan

pekerja tentang higiene sanitasi makanan ada 11 orang dari 14 orang

pekerja yang mengetahui higiene sanitasi makanan. Hal ini tentu

menjadi salah satu faktor pengelolaan higiene sanitasi pembuatan Mi


63

Sohun di industri ini tidak laik. Sehingga diperlukan pelatihan higiene

sanitasi makanan untuk menambah pengetahuan petugas pengelola

makanan agar lebih mengetahui tentang higiene sanitasi makanan

dengan baik serta higiene sanitasi makanan di industri “X” pembuatan

Mi Sohun Desa Manjung menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Rachmania (2006), menyatakan bahwa

dengan adanya pelatihan higiene dan sanitasi maka akan mendapatkan

tambahan pengetahuan, kemampuan dan keahlian sehingga dalam

kegiatan kerja akan lebih terampil dan bekerja lebih baik serta dapat

menerapkan higiene sanitasi yang baik.

c. Kecelakaan kerja yang pernah dialami

Kecelakaan kerja saat bekerja sering terjadi termasuk di industri

“X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung. Hasil wawancara yang

dilakukaan peneliti dengan pekerja selama penelitian, bahwasanya

kecelakaan yang seringkali terjadi selama bekerja yakni 12 orang

pernah terpeleset, 10 orang pernah tergelincir, 1 orang tertimpa bahan

makanan berupa karung berisi kedelai, dan 4 orang luka bakar dari

proses pemasakan bahan makanan dan proses pengekstruksian. Pekerja

dapat terpeleset karena saat memasak sangat membutuhkan banyak air.

Air banyak yang jatuh kelantai kemudian menyebabkan petugas

terpeleset atau tergelincir. Pekerja yang tertimpa karung berisi kedelai

disebabkan karena muatan pada ruang penyimpanan bahan makanan

yang sudah penuh. Sedangkan pekerja yang mengalami luka bakar di


64

bagian tangan disebabkan karena ketika melakukan pemasakan yang

terlalu dekat dengan sumber api serta tumpahnya minyak ketika proses

pemasakan yang mengakibatkan luka bakar di bagian kaki. Hal ini

harus selalu diwaspadai dan secara hati-hati agar selama dalam bekerja

tidak mengalami kecelakaan kerja.

d. Pembagian tugas dalam pengelolaan makanan

Pekerja di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung ada

14 orang. Kemudian dalam pembagian tugas mengolah makanan

dilakukan secara kerjasama. Pekerja tidak hanya melakukan 6 tugas

pokok yang sesuai tugasnya masing-masing, tapi jika ada pekerjaan

yang belum terselesaikan dapat dilakukan. Sehingga produk makanan

Mi Sohun yang diproduksi dapat terselesaikan sesuai target yang

dibutuhkan.

e. Hambatan dalam menerapkan higiene sanitasi makanan

Industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung pernah

mengalami beberapa hambatan dalam menerapkan higiene sanitasi

makanan. Hambatan-hambatan tersebut diantaranya yaitu semua orang

dapat masuk ke ruang pengolahan makanan, pekerja tidak

menggunakan APD (Alat Pelindung Diri), pekerja tidak dapat mencuci

tangan yang benar, pendidikan yang dimiliki pekerja tidak semua

tinggi, bangunan, selokan, dan lantai yang kurang layak. Selain itu

diluar lingkup industri, masyarakat sekiar mengeluhkan bau yang tidak


65

sedap di area industri, dan buangan limbah hasil pembuatan Mi Sohun

yang mencemari area persawahan warga sekitar.

Meningkatkan higiene sanitasi di industri “X” pembuatan Mi

Sohun Desa Manjung dengan kegiatan memperbaiki bangunan industri.

Kegiatan tersebut sudah sesuai dengan teori yang tertuang dalam

Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene

Sanitasi Jasa Boga, yakni untuk meningkatkan penyelenggaraan higiene

sanitasi salah satu kegiatannya yaitu memperbaiki dari faktor bangunan.

Selain itu, pengelola seharusnya membuat peraturan yang ketat,

sehingga tidak semua orang dapat masuk ruangan dan setiap orang yang

akan masuk di bagian pengolahan makanan harus menggunakan APD

(Alat Pelindung Diri) yang telah disediakan oleh industri. Peraturan

yang telah dibuat tersebut dilaksanakan sehingga higiene sanitasi

makanan di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten menjadi lebih baik.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat

1. Faktor pendukung

a. Perizinan penelitian mudah di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa

Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.

b. Pengelola dan pekerja sebagai penjamah makanan sangat terbuka

sehingga membantu dalam penelitian ini.

c. Mendapat dukungan dari beberapa pihak untuk melaksanakan

penelitian di lokasi trsebut.


66

2. Faktor penghambat

a. Cuaca yang tidak mendukung, dikarenakan dalam proses

pengolahannya membutuhkan sinar matahari langsung untuk

pengeringan Mi Sohun, sehingga peneliti harus menyesuaikan waktu

pelaksanaan penelitian.

b. Pencarian data sekunder yang cukup lama menjadi salah satu kendala

dalam penelitian.

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:

Tidak dilakukannya pemeriksaan secara kimia pada parameter air, limbah

buangan hasil pembuatan Mi Sohun dan sampel produk makanan yakni Mi

Sohun, sehingga peneliti hanya melakukan pemeriksaan secara fisik saja.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil pengamatan penilaian kelaikan fisik higiene sanitasi makanan di

industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung, Kecamatan Ngawen,

Kabupaten Klaten mendapat nilai 56 atau 75% dari nilai minimal laik yaitu

70 atau 94,5% sehingga kelaikan fisik higiene sanitasi makanan

dinyatakan tidak laik.

2. Hasil pengamatan penilaian penerapan prinsip higiene sanitasi makanan di

industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung, Kecamatan Ngawen,

Kabupaten Klaten mendapat skor 1.475 atau 56,76% dari nilai minimal

laik yaitu 1.757 atau 70% sehingga penerapan prinsip higiene sanitasi

makanan dinyatakan tidak laik.

3. Pemilihan bahan makanan, penyimpanan produk makanan jadi dan

pengemasan Mi Sohun yang ada di industri “X” pembuatan Mi Sohun

Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten sudah sesuai

dengan standar yang digunakan dan dinyatakan memenuhi syarat.

4. Penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, dan pengangkutan

makanan di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung, Kecamatan

Ngawen, Kabupaten Klaten belum memenuhi syarat.

5. Suhu dan kelembaban di ruang kantor, tempat penyimpanan produk, dan

tempat pengemasan memenuhi syarat. Sedangkan di tempat penyimpanan

67
68

bahan, tempat pencucian dan tempat pengolahan/pengekstruksian tidk

memenuhi syarat karena mendapat hasil pengukuran suhu >30°C dan

kelembaban >70 RH pada bidang kerja.

6. Pencahayaan di ruang kantor, tempat penyimpanan bahan makanan,

tempat pengemasan, tempat pencucian dan tempat pengolahan memenuhi

syarat. Sedangkan pada tempat penyimpanan produk makanan tidak

memenuhi syarat karena didapatkan hasil pengukuran pencahayaan <100

lux pada bidang kerja.

7. Penjamah makanan di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten tidak memiliki penyakit menular

dan sudah melakukan pemeriksaan kesehatan.

8. Dalam pengolahan makanan di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa

Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten dilakukan secara

bekerjasama.

B. Saran
1. Kepada pengelola di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.

a. Diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dalam program di industri

terkait untuk memperbaiki suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang

berada area industri khususnya pada bidang kerja yang tidak sesuai

dengan standar higiene sanitasi makanan yang ada.

b. Diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dalam program industri

terkait mengadakan pelatihan higiene sanitasi makanan untuk penjamah


69

makanan, sehingga higiene sanitasi makanan di industri “X” pembuatan

Mi Sohun Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten

menjadi lebih baik lagi.

2. Kepada penjama makanan di industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa

Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten

a. Pekerja sebagai penjamah makanan diharapkan selalu menggunakan

APD saat mengolah makanan.

b. Pekerja diharapkan selalu berhati-hati dalam bekerja sehingga

kecelakaan bekerja dapat terhindari.

3. Kepada Peneliti Lain

Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian ini hendaknya

melakukan penelitian dengan sampel dan waktu pengamatan yang lebih

banyak, serta dapat melakukan pemeriksaan pada parameter terkait, yang

menjadi keterbatasan peneliti dalam pelaksanaan penelitian di industri ini.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, T. dan Teknik, F. (2014) ‘Kontaminasi Logam Berat Pada Makanan


Dan Dampaknya Pada Kesehatan’, Teknobuga, diakses pada tahun
2015.

Alimuddin, S. (2011) ‘Bab II Sanitasi Lingkungan’, pp. 15–67. Upaya


Peningkatan Pengetahuan tentang Pentingnya Saluran Pembuangan
Air Limbah Rumah Tangga di Kelurahan Ciseureuh Kecamatan Regol
Kota Bandung, diakses pada tahun 2011.

Anwar, dkk, 1998 and dikutip dari Yusuf Sukman, J. (2017) Higiene Sanitasi dan
Analisis Kandungan Rhodamin B dan Natrium Benzoat pada Saus
Cabai Bakso Bakar Serta Gambaran Pengetahuan dan Sikap Penjual di
Jalan DR. Mansyur Kota Medan diakses pada tahun 2017.

Astrini, Rr.Rianna, (2017) ‘Manfaat Pengetahuan Higiene Sanitasi Dalam


Membuat Main Course Makanan Kontinental Mahasiswa Pendidikan
Tata Boga Angkatan 2015’, Media Pendidikan, Gizi, dan Kuliner,
6(2), pp. 63–69, diakses pada tahun 2017.

Badan Pusat Statisik Indonesia, (2017) ‘Manufacturing Statistics Indonesia',


diakses pada tahun 2017.

Bugissa, Ani Dara, 2011. Gambaran Penerapan Hygiene Sanitasi Makanan


Ditinjau dari Karakteristik Penjamah Makanan pada Beberapa Pumah
Makan Di sekitar Kampus 1 UIN Alauddin Makassar.
Repositori.uin.alaudin.ac.id/4051, diakses pada tahun 2011.

Chandra Budiman (2006) Pengantar Kesehatan Lingkungan, Egc. Available at:


http://repository.usu.ac.id/bitstream//Chapter II, diakses pada tahun
2017.

Corie I.P, J. Mukono, dan Sudarmaji, 2005 h.162 dikutip dari Rizki dan Budiono
2018 (1998) ‘Higiene Sanitasi Pembuatan Sohun Pt. Soka Indah Desa
Karangsoka Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun
2018’, Buletin Keslingmas, 38(2), pp. 148–157. doi:
10.31983/keslingmas.v38i2.4872 diakses pada tahun 2018.

Cyrilla, Indri dan Purnawan, (2014) ‘Kajian Kondisi Proses Pelignifikasi Tepung
Sohun Dengan Metode Taguchi’, 7, pp. 169–174 diakses pada tahun
2015.

70
71

Dakwani dan Telaubun (2019) ‘Higiene and Sanitation of Food Processing Center
in Gudang 100 Warehouse at Tanjung Perak Sea Port of Surabaya
2018’, Jurnal Kesehatan Lingkungan, 11(1), p. 69, diakses pada tahun
2019.

Depkes, (1992) ‘Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan’, (Pasal


23), diakses pada tahun 1992.

Fatmawati, Suci dkk, 2013. Perilaku Higiene Pengolah Makanan Berdasarkan


Pengetahuan Tentang Higiene Mengolah Makanan dalam
Penyelenggaraan Makananan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Olahraga Pelajar Jawa Tengah. Media.neliti.com, diakses pada tahun
2013.

Dirjen Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian (2007) ‘Pengelolaan


Limbah Industri Pangan (Cleaner Production)’, Departemen
Perindustrian, Jakarta, diakses pada tahun 2007.

Hariyadi, P. (2012) ‘Industri Pangan dalam Menunjang Kedaulatan Pangan’,


Merevolusi Revolusi Hijau: Pemikiran Guru Besar IPB, pp. 74–88,
diakses pada tahun 2012.

Ikhtiar, M. (2018) Pengantar Kesehatan Lingkungan Dr . Muhammad Ikhtiar ,


SKM, M. Kes, diakses pada tahun 2018.

Indonesia, S. N. (1995) ‘SNI 01-3723-1995 - Mi Sohun (1995).

Kepmenkes No 715/MENKES/SK/V/2003 'Persyaratan Higiene Sanitasi Jasa


Boga', diakses pada tahun 2003.

Kesuma, Wrasiati, dan Hartiati. (2018) ‘Aspek Sanitasi Dan Higiene Di Warung
Makan Ikan Laut Kawasan Pantai Lebih Kabupaten Gianyar’, Jurnal
Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 6(4), p. 356, diakses pada
tahun 2018.

Klaten. (2019) ‘Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten’, 3(313), pp. 6–8, diakses
pada tahun 2019.

Permenkes RI No. 48 Tahun 2016 (2016) ‘Persyaratan Kesehatan Lingkungan


Kerja Perkantoran dan Industri.’, Applied Microbiology and
Biotechnology, 85(1), pp. 2071–2079, diakses pada tahun 2016.

Permenkes RI No 1096/MENKES/PER/VI/2011 (2011) ‘UUD Jasa Boga No.


1096’, Dk, 53(9), pp. 1689–1699 (2011)
72

Puspita dan Makomulamin (2021) ‘Penerapan Prinsip Higiene Sanitasi Warung


Makan Di Pasar Cik Puan Pekanbaru | Sari | Prepotif : Jurnal
Kesehatan Masyarakat’, Kesehatan Masyarakat, 5 April 2021.
Available at: https: //journal.universitaspahlawan.ac.id/ index.php
/prepotif /article /view /1391 /pdf.

Puspitaningtyas, Rizsa, 2015. Upaya Penjamah Makanan dalam Menjaga Kualitas


Ditinjau dari aspek Food Safety pada Warung Makan di Sekitar
Universitas Negeri Semarang. Lib.unnes.ac.id/120323/1/6411411124-
s, diakses pada tahun 2015.

Rachmania, Shafika. 2006. Evaluaisi Pelaksanaan Pelatihan Higiene dan Sanitasi


Terhadap Peningkatan Pengetahuan CPOB Pegawai PT PNF.UMG
Magiater Manajemen Evailable from : http://etd.repository.ugm.ac.id,
diakses pada tahun 2006.

Rapiah, Ni Wayan, dkk, 2010. Pelatihan Higiene Sanitasi dan Poster Berpengaruh
Terhadap Pengetahuan, Perilaku Penjamah Makanan, dan Kelaikan
Higiene Sanitasi di Instalasi Gizi RSUP Sanglah Denpasar.
Jurnal.ugm.ac.id, diakses pada tahun 2011.

RI. (2003) ‘Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1098/MENKES/SK/VII/2003’, pp. 167–169 (2003).

Suwardana, H. (2018) ‘Revolusi Industri 4. 0 Berbasis Revolusi Mental’, JATI


UNIK : Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri, 1(1), p. 102.
doi: 10.30737/jatiunik.v1i2.117 diakses pada tahun 2018.

UU Nomor 3 Tahun 2014 ‘Undang-Undang No 3 tahun 2014 Tentang


Perindustrian’, Cell, pp. 1–15, diakses pada tahun 2014.

UU Nomor 36 Tahun 2009 (2009) ‘Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan’, diakses pada tahun 2009.

Wagustina, Silvia, 2013. Pengaruh Pelatihan Higiene dan Sanitasi Terhadap


Pengetahuan dan Prilaku Penjamah Makanan di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh.
ejournal.uui.ac.id/judul/jurnal/siviawagustina –mcr-7-jurnal.silvia,
diakses pada tahun 2013.

Wullur, C. N. (2019) ‘Gambaran Higiene Sanitasi Rumah Makan Di Wilayah


Pasar Pinasungkulan Karombasan Kota Manado Tahun 2019’,
Kesmas, 8(7), diakses pada tahun 2019..
73

LAMPIRAN
74

Lampiran 1

SURAT PERIJINAN PENELITIAN


75

Lampiran 2

HASIL LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN KELAIKAN FISIK


Nama industri : Industri pembuatan Mi Sohun “X” Desa Manjung
Nama pengusaha : Ibu Sukarmi
Nama pemeriksa : Hapsoro Satrio Wibowo
Alamat industri : Jalan Manjung, No. 02, Dusun Manjungan, RT 10/RW 05, Desa
Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah,
57466
Hari/Tgl penilaian : Jumat, 22 April 2022

No. Uraian Bobot X


A. LOKASI, BANGUNAN, FASILITAS
1. Halaman bersih, rapi, tidak becek, dan berjarak sedikitnya
500 meter dari sarang lalat/tempat pembuangan sampah,
1
serta tidak tercium bau busuk atau tidak sedap yang
berasal dari sumber pencemaran.
2. Konstruksi bangunan kuat, aman, terpelihara, bersih dan
bebas dari barang-barang yang tidak berguna atau barang 1
sisa.
3. Lantai kedap air, rata, tidak licin, tidak retak, terpelihara
1
dan mudah dibersihkan.
4. Dinding dan langit-langit dibuat dengan baik, terpelihara
1
dan bebas dari debu (sarang laba-laba).
5. Bagian dinding yang kena percikan air dilapisi bahan
1 V
kedap air setinggi 2 (dua) meter dari lantai.
6. Pintu dan jendela dibuat dengan baik dan kuat. Pintu
dibuat menutup sendiri, membuka kedua arah dan
1
dipasang alat penahan lalat dan bau. Pintu dapur
membuka ke arah luar.
B. PENCAHAYAAN
7. Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan dan tidak
menimbulkan bayangan. Kuat cahaya sedikitnya 10 fc 1 V
pada bidang kerja.
C. PENGHAWAAN
8. Ruang kerja maupun peralatan dilengkapi ventilasi yang
1 V
baik sehingga terjadi sirkulasi udara dan tidak pengap.
D. AIR BERSIH
9. Sumber air bersih aman, jumlah cukup dan bertekanan. 5 V
E. AIR KOTOR
10. Pembuangan air limbah dari dapur, kamar mandi, WC dan 1
76

saluran air hujan lancar, baik dan tidak menggenang.


F. FASILITAS CUCI TANGAN DAN TOILET
Jumlah cukup, tersedia sabun, nyaman dipakai dan mudah
11. 3 V
dibersihkan.
G. PEMBUANGAN SAMPAH
12. Tersedia tempat sampah yang cukup, bertutup, anti lalat,
kecoa, tikus dan dilapisi kantong plastik yang selalu 2
diangkat setiap kali penuh.
H. RUANG PENGOLAHAN MAKANAN
13. Tersedia luas lantai yang cukup untuk pekerja pada
bangunan, dan terpisah dengan tempat tidur atau tempat 1 V
mencuci pakaian
14. Ruangan bersih dari barang yang tidak berguna (barang
1
tersebut disimpan rapi di gudang).
I. KARYAWAN
15. Semua karyawan yang bekerja bebas dari penyakit
menular, seperti penyakit kulit, bisul, luka terbuka dan 5 V
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
16. Tangan selalu dicuci bersih, kuku dipotong pendek, bebas
5 V
kosmetik dan perilaku yang higienis.
J. MAKANAN
17. Pakaian kerja dalam keadaan bersih, rambut pendek dan
1
tubuh bebas perhiasan.
18. Sumber makanan, keutuhan dan tidak rusak. 5 V
19. Bahan makanan terolah dalam kemasan asli, terdaftar,
1 V
berlabel dan tidak kadaluwarsa.
K. PERLINDUNGAN MAKANAN
20. Penanganan makanan yang potensi berbahaya pada suhu,
cara dan waktu yang memadai selama penyimpanan,
5 V
persiapan penyajian dan pengangkutan makanan serta
melunakkan makanan beku sebelum dimasak.
L. PERALATAN MAKAN DAN MASAK
21. Penanganan makanan yang potensial berbahaya karena
4 V
tidak ditutup atau disajikan ulang.
22. Perlindungan terhadap peralatan makan dan masak dalam
cara pembersihan, penyimpanan, penggunaan dan 2 V
pemeliharaannya.
Alat makan dan masak yang sekali pakai tidak dipakai
23. 2 V
ulang.
24. Proses pencucian melalui tahapan mulai dari pembersihan
5 V
sisa makanan, perendaman, pencucian dan pembilasan.
25. Bahan racun/pestisida disimpan tersendiri di tempat yang
aman, terlindung, menggunakan label/tanda yang jelas 5 V
untuk digunakan.
77

26. Perlindungan terhadap serangga, tikus, hewan peliharaan


4 V
dan hewan pengganggu lainnya.
M. KHUSUS GOLONGAN A.2
Pengeluaran asap dapur dilengkapi dengan alat pembuang
27. 1 V
asap.
28. Fasilitas pencucian dibuat dengan tiga bak pencuci. 2
29. Tersedia kamar ganti pakaian dan dilengkapi dengan
1 V
tempat penyimpanan pakaian (loker).
JUMLAH 74
JUMLAH HASIL PENILAIAN 57

Klaten, 22 Mei 2022


Pemeriksa

(Hapsoro Satrio Wibowo)

Petunjuk Pengisian Uji Kelaikan Fisik

1. Uraian pemeriksaan diobservasi atau diukur di lapangan dan mencantumkan

tanda “X” atau “V” pada kolom X yang dinilai telah memenuhi syarat.

2. Untuk setiap nomor yang dinilai hanya ada satu diantara 2 pilihan, yaitu

memenuhi syarat atau tidak. Bilamana menurut pertimbangan teknis lebih

cenderung kepada memenuhi persyaratan, maka berilah tanda pada kolom X

dan bilamana menurut pertimbangan teknis lebih cenderung tidak memenuhi

persyaratan, kolom X dibiarkan kosong.

3. Setelah semua nomor diperiksa sesuai dengan batas golongan jasa boga, maka

semua nilai pada kolom bobot yang mempunyai tanda kolom X, dijumlahkan

sampai batas golongan jasa boga kemudian diisikan pada kotak jumlah yang

tersedia, yang berdampingan dengan jumlah nilai bobot masing-masing item

atau objek.
78

Uraian yang berbeda di luar batas-batas golongan walaupun mungkin terdapat

di lapangan atau ditemukan selama observasi tidak perlu dinilai.

4. Nilai dari hasil penjumlahan uraian yang telah memenuhi syarat, menentukan

terhadap dipenuhi tidaknya persyaratan secara keseluruhan, dengan ketentuan

sebagai berikut :

Untuk golongan A.2: Memenuhi syarat apabila diperoleh nilai minimal

mencapai 70 atau 94,5%.


Lampiran 3

MATRIK HASIL WAWANCARA


Pengelola Industri “X” Pembuatan Mi Sohun Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten

No Pertanyaan Jawaban Pengelola Industri Mi Sohun


1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui higiene Higiene dan sanitasi makanan minuman adalah kebersihan dan kesehatan
sanitasi makanan minuman? perorangan, individu, atau penjamah. Sanitasi adalah kebersihan dan kesehatan.
2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui peraturan Ada dalam Undang-Undang Kesehatan.
yang mengatur tentang higiene sanitasi
makanan minuman?
3. Apakah di industri pembuatan Mi Sohun Ada SOP yang mengatur tentang higiene dan sanitasi makanan minuman.
Bapak/Ibu ini, ada SOP yang mengatur
tentang higiene sanitasi makanan?
4. Bagaimana upaya higiene sanitasi Upaya higiene dan sanitasi makanan minuman yang dilakukan yaitu :
makanan minuman di industri Mi Sohun a) Dengan pendidikan kelompok atau perorangan.
Bapak/Ibu? b) Menggunakan APD
5. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan Sudah melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaaan kesehatan dilakukan
pemeriksaan kesehatan? minimal 6 bulan sekali dalam satu tahun.
6. Apakah Bapak/Ibu mengawasi pemilihan Mengawasi, sudah ada penanggung jawabnya
bahan makanan dan makanan jadi yang ada
di industri pembuatan Mi Sohun?
7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui dimana Mengetahui, pembelian bahan sudah ada penanggung jawabnya, biasanya
pembelian bahan makanan yang ada di melakukan pembelian ditempat yang sudah bekerjasama.
industri Mi Sohun?
8. Apakah Bapak/Ibu mengawasi penggunaan Melakukan evaluasi atau pengontrolan setiap bulan jumlah bahan tambahan
bahan makanan tambahan yang digunakan makanan yang telah digunakan.
di industri pembuatan Mi Sohun?

79
9. Bagaimana penggunaan bahan makanan Penggunaan dengan aturan yang ada, tidak berlebihan.
tambahan yang digunakan di industri
pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu?
10. Bagaimana penyimpanan bahan makanan Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi ditempat yang berbeda.
dan makanan masak yang ada di industri
Mi Sohun Bapak/Ibu?
11. Bagaimana pemilihan peralatan masak Sesuai dengan kebutuhan, menggunakan bahan yang aman sehingga tidak
yang ada di industri pembuatan Mi Sohun menimbulkan bahaya pada makanan.
Bapak/Ibu?
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan Menggunakan sistim pengambilan bahan makanan yang sudah lama disimpan
makanan yang ada di industri pembuatan terlebih dahulu, kemudian jika mulai habis baru menggunakan bahan makanan
Mi Sohun Bapak/Ibu? yang baru saja disimpan.
13. Bagaimana cara membersihkan peralatan Melakukan pencucian peralatan secara berkala, alat ekstruksi tidak bisa dicuci
masak yang ada di industri pembuatan Mi akan tetapi dilakukan pembersihan dengan cara dilap secara berkala.
Sohun Bapak/Ibu?
14. Apakah dilakukan pemantauan secara Ya, dilakukan pemantauan dari pihak Puskesmas, untuk kapan waktunya tidak
berkala oleh pihak atau lembaga terkait?
bisa ditentukan.
15. Hambatan yang pernah ada di industri “X” pembuatan Mi Sohun yaitu:
Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan
a. Bangunan, selokan, dan lantai kotor sekali serta ada tikus dan kucing.
dalam menerapkan higiene dan sanitasi
b. Penjamah makanan yang kurang memperhatikan kebersihan.
makanan minuman yang ada di industri
c. Pernah mendapat keluhan dari masyarakat sekitar karena bau dari limbah
pembuatan Mi Sohun?
yang dihasilkan.

80
Lampiran 4

MATRIK HASIL WAWANCARA


Penjamah Makanan di Industri “X” Pembuatan Mi Sohun Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten

No Pertanyaan Jawaban Narasumber 1


1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 34 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan minuman? Ya, tentang kebersihan higienis
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Pernah, luka bakar
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi makanan? Belum ada
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Dimulai jam 7/8 pagi
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri “X” Bersama-sama
pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di industri Terdapat tempat penyimpanan berbeda
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan dan Mi yang sudah siap
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian pengekstruksian
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, penutup kepala, sarung tangan
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? FIFO
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Beberapa peralatan memang sudah tidak
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan? layak, seperti loyang yang berkarat
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Terdapat jalur pengangkutan
Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Sohun? Bungkus plastik sekali pakai, berlabel

81
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 2
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 25 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Ya, kebersihan, higienis dan kesehatan
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Pernah, luka bakar
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Belum ada
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Dimulai jam 8 pagi
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Bersama-sama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian pengekstruksian dan penjemuran
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, penutup kepala, sarung tangan,
celemek
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Masih cukup layak
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Dilakukan oleh tenaga perempuan, ada
Sohun? keterangan label kemasan

82
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 3
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 17 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Ya, kebersihan dan kesehatan
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Pernah, luka bakar
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Belum ada
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Dimulai jam 8 pagi
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Bersama-sama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian pengekstruksian dan penjemuran
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, penutup kepala, sarung tangan,
celemek
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Masih cukup layak
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Dilakukan oleh tenaga perempuan, ada
Sohun? keterangan label kemasan

83
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 4
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 15 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Ya, tentang higienis makanan
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Tidak pernah, hanya terpeleset kecil saja
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Tidak
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Dimulai jam 8 pagi
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Kerjasama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan (FIFO)
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian pencucian bahan makanan dan
penjemuran Mi
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, penutup kepala, sarung tangan,
celemek, sepatu bot
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Masih cukup layak
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Dilakukan oleh tenaga perempuan, ada
Sohun? keterangan label kemasan

84
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 5
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 20 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Tidak tahu
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Tidak
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Dimulai jam 07.30 pagi
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Bersama-sama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian pengekstruksian dan penjemuran
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, penutup kepala, sarung tangan
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Masih baik
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Dikemas dengan plastik dan ada
Sohun? penanggung jawabnya

85
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 6
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 2 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Tidak tahu
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Tergelincir
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Tidak
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Dimulai jam 7/8 pagi
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Kerjasama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian gudang dan penjemuran
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, penutup kepala, sarung tangan
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Layak
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Dikemas dan berlabel
Sohun?

86
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 7
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 1 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Tidak tahu
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Tidak
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Dimulai jam 7/8 pagi
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Bersama-sama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian gudang dan penjemuran
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, sarung tangan, celemek
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Ada beberapa alat yang perlu diperbaiki
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Ada keterangan label kemasan
Sohun?

87
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 8
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 6 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Ya, kesehatan dan kebersihan makanan
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Pernah, luka bakar, tergelincir
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Tidak pernah
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Dimulai jam 8 pagi
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Bersama-sama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian pembelian bahan-bahan
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, penutup kepala, sarung tangan,
celemek, sepatu bot
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Jika memang sudah tidak layak akan
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan? segera diperbaiki
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Terdapat ruangan sendiri, berlabel dan
Sohun? pastinya dalam kemasan higienis

88
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 9
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 10 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Ya, Higienis dan saluran irigasi
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Pernah, terpeleset, kesleo, terbentur
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Belum ada
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Sekitar jam 8 pagi
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Bersama-sama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Ada penanggung jawabnya sendiri
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian penjemuran dan terkadang
membantu bagian lain
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Sarung tangan
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Beberpa memang perlu diganti
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Dilakukan oleh pekerja perempuan
Sohun? diruangan berbeda

89
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 10
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 3 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Ya, kebersihan pada makanan yang layak
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Belum ada
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Dimulai jam 8 pagi
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Bersama-sama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di penjemuran
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, sarung tangan, topi
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Tidak tahu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Masih cukup layak
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Ada penanggung jawabnya sendiri
Sohun?

90
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 11
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 9 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Ya, Kebersihan dan kesehatan makanan
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Tergelincir, tertimpa bahan dan peralatan
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Belum ada
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Fleksibel
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Bersama-sama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian pengemasan Mi
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, sarung tangan, celemek
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Baik
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Dilakukan bersama-sama, menggunakan
Sohun? kemasan sekali pakai, ada keterangan
label, cap bukti produksi

91
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 12
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 6 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Ya, kebersihan makanan untuk mencapai
minuman? kesehatan
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Pernah, ketika menerima bantuan pendirian
makanan? kios 2 tahun yang lalu oleh pemerintah
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Fleksibel
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Bersama-sama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian pengemasan
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, celemek
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Masih cukup layak
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Dikemas dengan plastik sekali pakai
Sohun?

92
No Pertanyaan Jawaban Narasumber 13
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara bekerja sebagai pengolah makanan di 1 Tahun
industri “X” pembuatan Mi Sohun?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui higiene dan sanitasi makanan Ya, kebersihan dan kesehatan
minuman?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai penyakit menular? Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melakukan pemeriksakan kesehatan? Pernah
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi Tidak
makanan?
7. Dimulai jam berapa pengolahan makanan berlangsung? Fleksibel
8. Bagaimana pembagian tugas dalam pengolahan makanan yang ada di industri Bersama-sama
“X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara?
9. Bagaimana penyimpanan bahan makanan dan makanan masak yang ada di Terdapat tempat penyimpanan berbeda
industri “X” pembuatan Mi Sohun Bapak/Ibu/Saudara? antara bahan makanan dan Mi yang sudah
siap di distribusikan
10. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Saudara dalam pengolahan makanan? Di bagian pengemasan
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa saja APD yang harus digunakan? Masker, sarung tangan, celemek
12. Bagaimana prinsip pengambilan bahan makanan? Bahan yang lama dipakai terlebih dahulu
13. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah alat makan yang ada di industri “X” Masih baik
pembuatan Mi Sohun masih layak digunakan?
14. Bagaimana jalur pengangkutan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Terdapat jalur pengangkutan sendiri
Mi Sohun?
15. Bagaimana pengemasan makanan yang ada di industri “X” pembuatan Mi Baik, dilakukan dengan teliti, ditimbang
Sohun? sesuai dengan kebutuhan

93
94

Lampiran 5

PENGELOLA DAN PEKERJA DI INDUSTRI “X” PEMBUATAN MI


SOHUN DEA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN
KLATEN

Terdapat 14 orang sebagai penjamah makanan, dengan rincian 1 orang pengelola

dan 13 orang pekerja/karyawan, yaitu :

1. Sutarmi (Pengelola)

2. Waluyo

3. Suparman

4. Raharjo

5. Suyatno

6. Sumiyoto Purwantoro

7. Wahyu Purnomo

8. Erwin Jatmiko

9. Slamet Raharja

10. Danang Saputro

11. Ricky Samudra

12. Dewi Kesuma

13. Asri Purwantari

14. Nurmayanti
95

Lampiran 6

HASIL LEMBAR CHECK LIST PENILAIAN ENAM PRINSIP


PENERAPAN HIGIENE SANITASI MAKANAN

Nama industri : Industri “X” pembuatan Mi Sohun Desa Manjung


Nama pengusaha : Ibu Sukarmi
Nama pemeriksa : Hapsoro Satrio Wibowo
Alamat industri : Jalan Manjung, No. 02, Dusun Manjungan, RT 10/RW 05
Hari/Tgl penilaian : Sabtu, 07 Mei 2022
Check List
No. Variabel Kegiatan Bobot Nilai Skor
Ya Tidak
1. Pemilihan a. Memilih bahan makanan
bahan dalam keadaan tertutup atau ✓ 2 50 100
makanan terkemas.
b. Memilih makanan dalam
kondisi baik atau sebelum ✓ 1 50 50
melewati tanggal kadaluarsa.
c. Mengamati bahan makanan
tersebut berwarna mencolok
✓ 2 50 100
atau jauh berbeda dari warna
aslinya.
d. Memperhatikan kondisi dan
kualitas makanan apakah
✓ 2 50 100
masih segar atau sudah
berjamur.
e. Mengamati komposisi pada
bahan makanan apakah
✓ 1 50 50
secara fisik aman untuk
digunakan.
JUMLAH 400
2. Penyimpanan a. Bahan makanan terhindar
bahan dari kemungkinan konta-
makanan minasi, baik oleh bakteri,
✓ 3 10
serangga, tikus dan hewan
lainnya maupun bahan
berbahaya.
b. Kelembaban penyimpanan
✓ 3 10
dalam ruangan: 40-70% RH.
c. Penyimpanan bahan makan-
an olahan pabrik, makanan
✓ 3 10
dalam kemasan tertutup
disimpan pada suhu ±10° C.
96

Check List
No Variabel Kegiatan Bobot Nilai Skor
Ya Tidak
d. Makanan tidak menempel
pada lantai, dinding, atau
✓ 1 10 10
langit-langit dengan ketentu-
an sebagai berikut:
1) Jarak bahan makanan
✓ 3 10
dengan lantai 15 cm.
2) Jarak bahan makanan
✓ 3 10
dengan dinding 5 cm.
3) Jarak bahan makanan
dengan langit-langit 60 ✓ 3 10 30
cm.
e. Semua gudang bahan
makanan hendaknya berada ✓ 3 10
di bagian yang tinggi.
f. Bahan makanan tidak di-
letakkan di bawah saluran
atau pipa air untuk meng- ✓ 3 10 30
hindari terkena kebocoran
air.
g. Tidak ada drainase di sekitar
✓ 1 10 10
gudang makanan.
h. Semua bahan makanan
hendaknya disimpan pada
✓ 3 10
rak-rak dengan ketinggian
rak terbawah 15-25 cm.
i. Gudang harus dibuat anti
✓ 3 10
dari tikus dan serangga.
j. Penempatan bahan makanan
rapi dan ditata, tidak padat
✓ 3 10
untuk menjaga sirkulasi
udara.
JUMLAH 80
3. Pengolahan a. Tempat pengolahan makan-
makanan an sesuai dengan persyaratan
✓ 4 25
kontruksi, bangunan dan
ruang pengolahan.
b. Sebelum dan sesudah ke-
giatan pengolahan makanan ✓ 4 50 200
selalu dibersihkan.
c. Pembuangan asap dikeluar-
kan melalui cerobong yang
✓ 4 25
dilengkapi dengan sungkup
asap.
97

Check List
No Variabel Kegiatan Bobot Nilai Skor
Ya Tidak
d. Intensitas pencahayaan di-
upayakan tidak kurang dari
✓ 4 25 100
100 lux pada setiap ruangan
yang telah ditentukan.
e. Peralatan masak dan peralat-
an makan harus terbuat dari
bahan food grade yaitu pera- ✓ 2 30 60
latan yang aman dan tidak
berbahaya bagi kesehatan.
f. Peralatan dicuci segera se-
sudah digunakan, selanjut-
✓ 2 10 20
nya didesinfeksi dan di-
keringkan.
g. Peralatan yang sudah bersih
disimpan dalam keadaan
✓ 3 10 30
kering dan disimpan pada
rak terlindungi dari vektor.
h. Wadah penyimpanan makan
yang digunakan harus mem-
punyai tutup yang dapat
menutup sempurna dan
✓ 3 30 90
dapat mengeluarkan udara
panas dari makanan untuk
mencegah terjadinya peng-
embunan (kondensasi).
i. Wadah penyimpanan ter-
pisah untuk setiap jenis ✓ 3 10 30
makanan.
j. Keadaan peralatan harus
utuh, tidak cacat atau retak,
✓ 2 15
tidak gompal dan mudah
dibersihkan.
k. Menggunakan pakaian kerja
(celemek atau apron, tutup ✓ 2 10
rambut, dan sepatu dapur).
l. Selalu mencuci tangan
sebelum bekerja dan setelah ✓ 2 10 20
keluar dari kamar kecil.
m. Makanan tidak rusak, tidak
busuk atau basi yang
ditandai dari rasa, bau,
✓ 3 10 30
berlendir, berubah warna,
aroma, berjamur, atau
adanya cemaran lain.
98

Check List
No Variabel Kegiatan Bobot Nilai Skor
Ya Tidak
n. Hasil pengukuran suhu dan
kelembaban di bagian
pengolahan sesuai dengan
✓ 3 10
peraturan yang ada, yakni
pada bidang kerja diperoleh
40-70% RH.
JUMLAH 580
4. Penyimpanan a. Makanan tidak rusak, tidak
makanan jadi busuk atau basi yang
ditandai dari rasa, bau,
✓ 3 10 30
berlendir, berubah warna,
aroma berjamur, atau adanya
cemaran lain.
b. Tempat atau wadah penyim-
panan harus terpisah untuk
setiap jenis makanan jadi
dan mempunyai tutup yang ✓ 3 10 30
dapat menutup sempurna
tetapi berventilasi yang
dapat mengeluarkan uap air.
c. Produk olahan yang sudah
jadi tidak dicampur dengan ✓ 3 10 30
bahan makanan mentah.
d. Tempat penyimpanan bahan
makanan dan makanan jadi ✓ 2 40 80
terpisah.
e. Terbebas dari vektor dan
✓ 2 50 100
hewan pembawa penyakit.
f. Produk makanan tidak ter-
✓ 3 10
letak di dasar lantai langsung
JUMLAH 270
5. Pengangkutan a. Makanan diangkut dengan
makananan menggunakan alat atau
✓ 2 40
kendaraan yang aman dan
bersih.
b. Kendaraan terbebas dari
✓ 2 20
risiko pencemaran makanan.
c. Pengisian pada wadah alat
kendaraan tidak sampai
✓ 2 20
penuh agar masih tersedia
udara untuk ruang gerak.
d. Ada jalur khusus yang terpi-
sah dengan jalur untuk ✓ 2 20 40
mengangkut barang kotor.
99

Check List
No Variabel Kegiatan Bobot Nilai Skor
Ya Tidak
e. Penjamah makanan mema-
✓ 1 15
kai APD yang sesuai.
f. Risiko kecelakaan kerja pada
✓ 2 40
proses pengangkutan kecil.
g. Dilakukan perawatan secara
✓ 1 15 15
berkala pada alat pengangkut
JUMLAH 55
6. Pengemasan a. Pengemasan makanan ter-
makanan hindar dari pencemaran serta
✓ 2 10 20
peralatan yang dipakai
bersih dan aman.
b. Pekerja yang bertugas meng-
✓ 1 10
gunakan APD.
c. Pengemasan makanan di-
✓ 40
haruskan menggunakan ke- 2 20
masan sekali pakai.
d. Makanan jadi yang siap
disajikan ditempatkan pada ✓ 2 15 30
wadah atau ruangan tertutup.
e. Terdapat label produksi ✓ 1 10 10
f. Terdaftar pada BPOM sesuai
✓ 1 10 10
standar yang berlaku.
g. Kemasan dalam keadaan
✓ 2 25 50
bersih dan aman digunakan.
h. Tempat pengemasan bersih
✓ 2 20 40
dan nyaman.
i. Pekerja mencuci tangan
sebelum melakukan penge- ✓ 2 40 80
masan.
JUMLAH 280
JUMLAH KESELURUHAN PENILAIAN 1.475
Sumber: Kepmenkes RI, 2004; Permenkes RI, 2011; Depkes RI, 2013.

Klaten, 07 Mei 2022

Pemeriksa

(Hapsoro Satrio Wibowo)


100

Keterangan:

1. Kepmenkes RI, 2004:

Pengangkutan makanan

2. Permenkes RI, 2011:

Pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan

makanan. penyimpanan makanan jadi.

3. Depkes RI, 2013:

Pengemasan makanan

Keterangan:

Jumlah nilai yang diperoleh


1. Rumus penilaian: 𝑥 100
Jumlah maksimal nilai

2. Penilaian:

Klasifikasi industri menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga.

Pembuatan Mi Sohun di Industri “X” Desa Manjung, Kecamatan Ngawen,

Kabupaten Klaten termasuk kedalam klasifikasi industri golongan A.2.

Sehingga hasil keseluruhan penilaian penerapan enam prinsip higiene sanitasi

makanan nantinya harus mencapai nilai 70% atau dengan rincian memperoleh

nilai minimal 1.757 dari nilai maksimal yang dapat diperoleh sebesar 2.510.
101

Lampiran 7

DOKUMENTASI

Gambar 1. Kondisi tempat pengolahan tepung sagu (14 Mei 2022).

Gambar 2. Kondisi penyimpanan bahan makanan tepung sagu (13 Mei 2022).
102

Gambar 3. Situasi pemasakan sagu dengan tenaga manusia langsung (14 Mei 2022).

Gambar 4. Situasi proses pengekstruksian sagu (14 Mei 2022).


103

Gambar 5. Kondisi tempat pengeringan adonan Mi Sohun (14 Mei 2022).

Gambar 6. Proses pengangkutan Mi Sohun ke tempat pengemasan (14 Mei 2022).


104

Gambar 7. Proses pemilihan dan penimbangan Mi Sohun (14 Mei 2022)

Gambar 8. Tempat penyimpanan produk Mi Sohun (14 Mei 2022)


105

Gambar 9. Contoh produk Mi Sohun dalam kemasan (14 Mei 2022)

Gambar 10. Tempat pencucian sagu sebagai bahan utama Mi Sohun (14 Mei 2022)
106

Gambar 11. Tempat pencucian alat adonan Mi Sohun (14 Mei 2022)

Gambar 12. Dampak limbah hasil pembuatan Mi Sohun hingga ke area


persawahan warga sekitar, yang menyebabkan kualitas air dan
tanah dari segi fisik menjadi tidak baik akibat pencemaran berupa
buangan limbah minyak dan material lainnya (14 Mei 2022)
107

Gambar 13. Tempat pempungan pembuangan limbah cair hasil pembuatan Mi


Sohun (14 Mei 2022)

Gambar 14. Industri “X” pembuatan Mi Sohun (14 Mei 2022)


108

Gambar 15. Lokasi industri “X” Pembuatan Mi Sohun Desa Manjung


(14 Mei 2022)
109

Lokasi penelitian berada


di Desa Manjung

Gambar 16. Denah Lokasi Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.


110

Lampiran 9

DENAH INDUSTRI

9
2 5

6
3
7
11
4
8

30 m
14

12 13

15

Skala 1:5

Gambar 17. Denah lokasi pembuatan Mi Sohun di industri “X” Desa Manjung,
Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.
111

Keterangan:

1. Tempat penampungan pembuangan limbah cair

2. Ruang istirahat pekerja

3. Toilet

4. Tempat pencucian alat untuk pemasakan

5. Tempat penyimpanan bahan makanan

6. Tempat pengolahan bahan sagu sebelum menjadi produk Mi Sohun

7. Tempat pemasakan Mi Sohun

8. Tempat pengekstruksian (mesin ekstruksi untuk membuat cetakan Mi Sohun).

Pengekstruksian adalah proses pencetakan adonan Mi Sohun kedalam mesin

ekstruksi, yang kemudian akan tercetak dengan sendirinya pada loyang yang

tersedia sebelum menuju proses pengeringan.

9. Gudang penyimpanan alat-alat yang digunakan selama proses pembuatan Mi

Sohun

10. Area parkir

11. Ruang kantor industri

12. Tempat pengeringan Mi Sohun

13. Tempat pengeringan Mi Sohun

14. Jalan Desa Manjung

15. Area persawahan warga sekitar

Anda mungkin juga menyukai