Anda di halaman 1dari 3

Salahkah Melangkah

Oleh: Fiersa Besari

Ledakan amarah di mana-mana,


di dunia nyata dan dunia maya,
Membenci demi sesuatu yang suci,
Menghina yang seharusnya dibina.
Anak kecil meniru-niru kita,
Dengan bangga memainkan senjata,
Mereka bertanya "dimana Bapak?",
Mati demi membela entah apa.

Kita manusia,
darah kita merah,
sesungguhnya,
tak banyak yang berbeda.

Sementara remaja mengejar gengsi,


Sibuk ber-selfie demi eksistensi,
Kepedulian hanyalah sedangkal like dan komen,
di media sosial.

Buku dibiarkan,
amal ditinggalkan,
Kebohongan disebarluaskan.

Harus separah apa luka Dan Air Mata,


Agar kau lihat ada yang salah dengan kita?
Semestinya merangkul bukan saling memukul,
Semestinya memeluk bukan saling menusuk.

Warna kulit berbeda,


Keyakinan berbeda,
Memang kenapa? Memang kenapa?
Kita saudara.
https://www.youtube.com/watch?v=-JdRah-IXd0
Telaah Struktur fisik puisi “ Salahkah Melangkah” terdiri atas:

1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-
kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
Tipgrafi Konvensional Karena mengikuti aturan, apa adanya, tanpa
membentuk gambar atau bentuk tertentu.

2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Kata berlambang Kata Konotasi
Suci Mengejar
Meniru-niru Sedangkal

3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
imaji suara (auditif) Ledakan, Menghina
imaji penglihatan (visual) Membenci
imaji raba atau sentuh (imaji Kebohongan
taktil)

4. Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan
munculnya imaji.
Ledakan
Membenci
Menghina
Mengejar

5. Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek
dan menimbulkan konotasi tertentu.
Majas Antitesis Membenci demi sesuatu yang suci,
Menghina yang seharusnya dibina
Semestinya merangkul bukan saling memukul,
Semestinya memeluk bukan saling menusuk.
Majas Semestinya merangkul bukan saling memukul,
Paralelisme Semestinya memeluk bukan saling menusuk.
Majas Retorik Mereka bertanya "dimana Bapak?",
Agar kau lihat ada yang salah dengan kita?
Majas Hiperbola Ledakan amarah di mana-mana

6. Rima atau irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi.
Bait ke-4 Buku dibiarkan,
amal ditinggalkan,
Kebohongan disebarluaskan.
Bait ke-6 Warna kulit berbeda,
Keyakinan berbeda,
Memang kenapa? Memang kenapa?
Kita saudara.

Anda mungkin juga menyukai