Kita manusia,
darah kita merah,
sesungguhnya,
tak banyak yang berbeda.
Buku dibiarkan,
amal ditinggalkan,
Kebohongan disebarluaskan.
1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-
kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
Tipgrafi Konvensional Karena mengikuti aturan, apa adanya, tanpa
membentuk gambar atau bentuk tertentu.
2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Kata berlambang Kata Konotasi
Suci Mengejar
Meniru-niru Sedangkal
3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
imaji suara (auditif) Ledakan, Menghina
imaji penglihatan (visual) Membenci
imaji raba atau sentuh (imaji Kebohongan
taktil)
4. Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan
munculnya imaji.
Ledakan
Membenci
Menghina
Mengejar
5. Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek
dan menimbulkan konotasi tertentu.
Majas Antitesis Membenci demi sesuatu yang suci,
Menghina yang seharusnya dibina
Semestinya merangkul bukan saling memukul,
Semestinya memeluk bukan saling menusuk.
Majas Semestinya merangkul bukan saling memukul,
Paralelisme Semestinya memeluk bukan saling menusuk.
Majas Retorik Mereka bertanya "dimana Bapak?",
Agar kau lihat ada yang salah dengan kita?
Majas Hiperbola Ledakan amarah di mana-mana
6. Rima atau irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi.
Bait ke-4 Buku dibiarkan,
amal ditinggalkan,
Kebohongan disebarluaskan.
Bait ke-6 Warna kulit berbeda,
Keyakinan berbeda,
Memang kenapa? Memang kenapa?
Kita saudara.