Anda di halaman 1dari 8

PERAN PASAR TRADISIONAL

DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA


KOTA SURAKARTA
Istijabatul Aliyah 1
Tri Joko Daryanto2
Murtanti jani Rahayu1

Abstract: Traditional market as potencial destination of tourism are expected to be


primeover and generator for local economic development. The problem of research is
how traditional markets can support tourism at Surakar a. One of purposes of the
reseach is exploring traditional market to do threaths, challenges to use potency and
opportunity for supporting tourism development at Surakarta. Method of reseach is
SWOT analysis. There are some strategies for developin traditional market to
support Surakarta Tourism are as follows : 1) Facilitation of fund and policy, 2)
Preservation of markets as artefact and tourist, 3) Integration with other tourism
program, 4) optimalization of management as tourist de tination.

Keywords : Traditional Markets, tourism, Surakarta

PENDAHULUAN suasana yang sumpek dan kumuh, yang semua


itu bertolak belakang dengan keadaan pasar
Masuknya kekuatan ekonomi besar (multi
modern. Melemahnya penghargaan dan
corporate ) tak mungkin terbendung dalam
kebanggaan masyarakat terhadap hal-hal yang
ekspansi ekonomi dunia. Karena proyeksi
bernuansa tradisional, seperti seni tradisional,
pemberlakuan pasar bebas melalui AFTA
pakaian tradisional, bangunan tradisional
membuka peluang yang besar kearah
bahkan pasar tradisional. (Sunoko, 2006).
liberalisasi ekonomi dunia menjadi semakin
Idealita yang diharapkan dari keberadan suatu
mapan. Sehingga mempengaruhi strategi dan
pasar tradisional adalah adanya suasana tawar
kebijakan Negara dunia ketiga termasuk
menawar (sliding price ) dan model basar
Indonesia, (Wiharto, 2006). Bagi masyarakat
(bazaar type economy ) yang memberi nuansa
Jawa pasar tradisional bukan sekedar sebagai
khas yaitu berbelanja sekaligus bersosialisasi
tempat jual beli semata, namun lebih dari itu
dan rekreasi. Nuansa seperti inilah yang akan
pasar terkait dengan konsepsi hidup dan sosial
menjadi daya tarik bagi para wisatawan.
budaya. Pasar tidak semata mewadahi kegiatan
Keanekaragaman pasar tradisional yang ada di
ekonomi, akan tetapi pelaku juga dapat
Kota Surakarta menjadi nilai tambah dalam
mencapai dapat mencapai tujuan-tujuan lain
upaya menarik para wisatawan untuk datang
(Adiwisono, 1989). Dengan demikian dapat
ke Kota Surakarta dan mengunjungi pasar
dikatakan bahwa pasar tradisional dapat
tradisional (Devi, 2006).
menjadi wadah kegiatan ekonomi, interaksi
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di
sosial, dan sarana rekreasi baik suasana pasar
Propinsi Jawa Tengah, Kota Surakarta
maupun produk barang dagangan yang khas.
memiliki Pasar Tradisional sebagai sosial
Sisi kelabu yang tidak dapat diingkari, daya
budaya yang khas dan beragam yang
tarik pasar tradisional menurun akibat
berpotensi untuk dijadikan komoditas
buruknya kondisi serta kelengkapan sarana dan
unggulan pariwisata dan menjadi prime mover
prasarana pasar tradisional, keadaan pasar
perekonomian daerah. Pemilihan bidang
yang sangat padat dengan penataan barang
pariwisata sebagai sektor pengembangan
dagangan yang meluber dari petak jualan,
wilayah bagi Kota Surakarta dinilai sangat
ruang gerak koridor yang sangat terbatas,

1
Prodi PWK, Jurusan Arsitektur, FT UNS
2
Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur, FT UNS
GEMA TEKNIK - NOMOR 2/TAHUN X JULI 2007

strategis, karena kondisi dan karakteristik meningkatkan perekonomian rakyat.


wilayah Kota Suarakarta yang sarat dengan Mengingat ada beberapa pasar tradisonal yang
sumber daya lokal baik alam maupun budaya dalam keadaan ‘hidup susah matipun enggan’,
tersebut. Dalam konteks pembangunan Kota maka sangat tepat jika ada rumusan strategi
Surakarta, pariwisata diharapkan mampu pengembangan pasar tradisonal khususnya
menjadi generator untuk mengembangkan yang berkaitan dengan pariwisata.
perekonomian daerah, merevitalisasi budaya
lokal, serta melestarikan pasar tradisional. Teori Pasar Tradisional
Pembangunan pariwisata di Kota Surakarta Secara harfiah kata Pasar berarti berkumpul
tersebut juga diharapkan dapat membuka untuk tukar menukar barang atau jual beli,
peluang berusaha yang lebih besar sehingga yang dilaksanakan sekali dalam 5 hari Jawa.
pada akhirnya dapat meningkatkan Kata Pasar diduga dari kata Sansekerta
kesejahteraan masyarakat. Pancawara. Yang utama dalam kegiatan pasar
Namun kenyataan yang ada, keanekaragaman adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam satu
pasar tradisional hingga saat ini belum peristiwa. Berkumpul dalam arti saling ketemu
dimanfaatkan secara optimal sebagai daya muka dan berjual pada hari pasaran menjadi
dukung pariwisata. Bahkan dapat dibilang semacam panggilan sosial periodik
bahwa Kota Surakarta belum memiliki strategi (Wiryomartono, 1995).
pengembangan pasar tradisional secara terpadu Definisi istilah Pasar tradisional digunakan
sesuai dengan karakteriktik masing-masing untuk menunjukkan tempat bagi perdagangan
pasar tradisional dalam kaitanya dengan pasar yang asli setempat (indigenous, native )
bidang pariwisata. Untuk itu sebagai upaya yang sudah berlangsung sejak lama. Suatu
mempersiapkan pasar tradisional dalam pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir,
menghadapi era globalisasi dan untuk misalnya, dapat dimasukkan dalam jenis pasar
mencapai Surakarta sebagai Kota Budaya dan tradisional karena perdagangannya
Pariwisata diperlukan adanya strategi menggunakan cara -cara tradisional.
pengembangan pasar tradisional sebagai salah (Brookfield 1969, dalam Pamardi, 2002).
satu aset pariwisata di Kota Surakarta. Sedangkan dalam Wiryomartono, 1995,
diungkap bahwa peken (pasar) di Jawa
LANDASAN TEORI
merupakan kegiatan yang rutin dimana
Keaslian Penelitian aktivitas sosial ekonomi terjadi dan
Prawironoto (1991) dan Houben (1994), berkembang. Pasar di dalam kehidupan urban
memfokuskan pembicaraan pada wilayah Jawa menjadi melting pot masyarakat
pedesaan dalam lingkup yang lebih luas, yakni sekitarnya untuk menukar, menjualbelikan
mencakup Jawa Tengah. Sedangkan diskripsi produksi pertanian maupun industri
Houben tentang Pasar Jawa terbatas pada rumahtangga. Isi dari pasar diperkaya oleh
sedikit penggambaran system perdagangan kesempatan-kesempatan atraksi yang bersifat
tradisional pada lebih seabad yang lalu, rekreatif sebagai selingan kegiatan rutin.
sebagai bagian dari pembahasan aspek Hal yang menarik dari pasar tradisional bahwa
kesejarahan hubungan Keraton dan Kumpeni. pasar tradisional menyangkut hajat hidup
Selain itu Candler (1984 dan 1990) dan masyarakat yang lebih banyak, dan mayoritas
Pamardi-Utomo (1997) juga menggali masalah adalah masyarakat kecil. Implikasinya pasar
pasar namun selain aspek yang dibahas tidak tradisional mempunyai nilai strategis yang
sama persis, mereka mengambil kasus di tinggi dalam memelihara keseimbangan
wilayah Yogyakarta. Penelitian Pamardi- pembangunan wilayah dan pengendali roda
Utomo (2002) membahas tentang Karakteristik perekonomian (Alexander, 1987, dalam
Pasar Tradisional namun ditekankan pada Pamardi, 2002). Seiring dengan kegiatan
aspek planologi dan rancang bangun. perdagangan, tumbuhlah kegiatan
Sedangkan dari segi praktis, penelitian ini pemerintahan, kebudayaan, dan rekreasi
diharapkan dapat menjadi masukan bagi disekitar pasar tersebut. Makin lama kegiatan
pengelolaan dan pengembangan pasar tersebut makin komplek dan berkembang,
tradisonal dan masyarakat Surakarta dalam maka tumbuhlah suatu kota (Bintarto, 1977).

112
Istijabatul Aliyah, dkk., Peran Pasar Tradisional dalam Mendukung Pengembangan ...

Sedangkan Max Weber memandang suatu Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural


tempat itu kota, jika penghuninya sebagian Tourism ), Pariwisata untuk rekreasi
besar telah mampu memenuhi kebutuhannya (Recreation Tourism ), Pariwisata untuk Olah
lewat pasar setempat. Ciri khas suatu kota Raga (Sport Tourism ), dan untuk berkonvensi
adalah pasarnya (Daldjoeni,1998). (Convention Tourism ).
Tidak selalu pasar muncul dengan sendirinya . Promosi pariwisata merupakan suatu proses
Ada pasar-pasar yang dibuat dengan sengaja. yang berkesinambungan, yang memberi corak
Pasar semacam ini dibuat biasanya disebabkan dan arah semua kegiatan pariwisata guna
oleh keinginan penguasa setempat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui
memenuhi kebutuhan penduduk setempat. kepuasan para pelanggan. Sementara
Timbulnya pasar-pasar di pusat kerajaan Krippendorf dalam bukunya Salah Wahab
seperti Kotagede, Kerta, Plered, Kartasura, (1996) memberikan batasan promosi wisata
Surakarta dan Yogyakarta merupakan contoh sebagai berikut : Penyesuaian yang sistematis
yang nyata (Sutjipto, 1970). dan terkoordinasi mengenai kebijakan dari
Sejarah perkembangan pasar tradisional, pada badan-badan usaha wisata maupun kebijakan
mulanya terjadi dari ruang terbuka de ngan dalam sektor pariwisata pada tingkat
sebuah naungan pepohonan, tanpa ada batas pemerintah, lokal, regional, nasional, dan
fisik yang permanen. Kebutuhan adanya internasional, guna mencapai suatu titik
naungan yang lebih representative melahirkan kepuasan optimal bagi kebutuhan-kebutuhan
fisik bangunan yang disebut dengan los. Pada kelompok pelanggan tertentu yang telah
perkembangan berikutnya komposisi los tidak ditetapkan sebelumnya, sekaligus untuk
hanya sekedar naungan tetapi juga mencapai tingkat keuntungan yang memadai.
mempertimbangkan sirkulasi udara dan alur
METODE PENELITIAN
pencahayaan alami. Pada dekade 1920-1935,
di Jawa, sejumlah pasar didirikan oleh Jenis P enelitian
pemerintah kolonial. Ciri fisik ditandai oleh Secara umum penelitian ini dapat digolongkan
komposisi los besi yang membentuk alur barat- sebagai penelitian deskriptif yang memberikan
timur sesuai dengan penyinaran matahari. penjelasan akan fenomena pasar tradisional di
(Sunoko, 2006). Surakarta.

Teori Pariwisata Lokasi Penelitian dan Sampling


Pengertian pariwisata menurut Spillane adalah Pemilihan lokasi studi di Kota Surakarta.
perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain Populasi penelitian adalah pasar tradisional
yang bersifat sementara, dapat dilakukan yang berada dibawah pengelolaan Pemerintah
perseorangan maupun kelompok sebagai usaha Kota Surakarta.
mencari keseimbangan atau keserasian dan
kebahagiaandengan lingkungan hidup dalam Pengumpulan Data
dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu Jenis data yang akan digali dilapangan, dengan
(Splillane, 1987). Sedangkan menurut mengacu pada tujuan penelitian. Yaitu, Data
Karyono, pariwisata adalah rangkaian kegiatan kegiatan pasar yang mencakup pedagang,
yang dilakukan oleh manusia baik secara dagangan, dan skala perdagangannya ; Data
perorangan maupun kelompok didalam intensitas kunjungan para wisatawan, jenis dan
wilayah Negara sendiri maupun Negara lain. motivasi wisatawan pada pasar tradisional;
Kegiatan tersebut dengan menggunakan Data Fasilitas Fisik dan lingkungan yang
kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya mencakup layout, fasilitas, kondisi fisik,
yang diadakan oleh pemerintah dan atau situasi, dan lingkup pelayanan; Wawancara
swadaya agar dapat mewujudkan keinginan dengan nara sumber untuk mempertajam
wisatawan (Hari Karyono, 1997). Nyoman S proses analisis.
Pendit mengungkapkan tentang bentuk dan Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan
jenis pariwisata dalam kategori Pariwisata dengan cara, Pengumpulan data sekunder baik
untuk menikmati perjalanan (Leisure tourism ), dari instansi terkait maupun hasil studi yang
Pariwisata untuk bisnis (Bussines Tourism ), pernah dilakukan tentang Pasar Tradisional di

113
GEMA TEKNIK - NOMOR 2/TAHUN X JULI 2007

Surakarta; Survey lapangan untuk memperoleh berdasarkan Catur Gatra Utama bahwa :
data intensitas kunjungan wisatawan, fisik Keraton sebagai s imbol Pemerintahan, Alun-
pasar, fasilitas, dan lingkungannya ; Interview alun sebagai simbol kerakyatan, Masjid Agung
untuk mendapatkan informasi dari para sebagai s imbol religi, Pasar sebagai s imbol
pedagang, wisatawan dan pengelola pasar atau penghidupan.
pengamat pasar yang bersifat policy.
Identifikasi Pasar Tradisional sebagai
Obyek Wisata di Surakarta
Teknik Analisis
Dari data yang ada, disusun dalam klasifikasi Pasar Klewer
dari masing-masing pasar berdasarkan Pasar Klewer terletak di sebelah Barat Keraton
intensitas kunjungan wisatawan, motivasi Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dengan luas
wisatawan, fungsi dan skala perdagangan, lahan 12.950m2. Jenis Perdagangan yang ada
lokasi, waktu operasional, jenis dagangan yang di Pasar Klewer adalah kegiatan utama berupa
dominan, lingkup pelayanan, kelengkapan perdagangan dengan komoditi yang paling
fasilitasnya dan kondisi fisik (meliputi layout, banyak diperdagangkan adalah tekstil dan
pencapaian, dan situasi lingkungan). Langkah batik, dan kegiatan sekunder berupa
berikutnya menyusun kategorisasi berdasarkan perdagangan yang mendukung kegiatan utama
variabel diatas dengan dasar pertimbangan dengan komoditi aksesoris pakaian, barang
kecenderungan dan peluang pariwisata, dalam klontong, makanan/minuman dan buah-
tiga kategori yaitu sangat berpotensi, cukup buahan. Sedangkan jenis kegiatan bila diukur
berpotensi, dan kurang berpotensi. dari jumlah transaksi adalah perdagangan
Dari hasil kategorisasi tersebut, dilakukan grosir dan pedagang eceran.
analisa SWOT pada Pasar tradisonal yang Pertumbuhan kegiatan Pasar Klewer sendiri
masuk dalam kategori sangat berpotensi untuk mengalami penurunan untuk perdagangan jenis
memperoleh strategi pengembangan pasar komoditi utama (batik, kain tenun/lurik) dan
tradisional sebagai aset pariwisata Kota mengalami peningkatan untuk jenis komoditas
Surakarta. perdagangan sekunder seperti konveksi, tekstil
dan asesoris. Pergeseran jenis komoditas
HASIL PENELITIAN DAN
perdagangan ini disebabkan oleh , Gaya hidup
PEMBAHASAN
berpakaian dalam masayarakat yang cenderung
Keberadaan dan Keragaman praktis dan berkembang secara cepat serta
Pasar Tradisional Di Kota Surakarta munculnya anggapan bahwa pakaian jenis
Keberadaan Pasar mempunyai pengaruh besar batik dan kain tenun/lurik hanya dipakai untuk
terhadap taraf atau mutu kehidupan kegiatan resmi; Pertumbuhan pusat kegiatan
masyarakat, pola pertumbuhan, dan prospek perdagangan yang mengikuti trend yang ada di
perkembangan ekonominya. Pasar berperan masyarakat, dimana suplai barang tergantung
sebagai lembaga ekonomi dan wahana proses jumlah permintaan; Masuknya pedagang non-
sosial, dimana sebagai lembaga ekonomi pasar pribumi yang lebih memilih untuk
mempunyai nilai penting dalam pertumbuhan mengembangkan penjualan komoditi barang
ekonomi baik oleh masyarakat maupun Pemda. yang dianggap menguntungkan.
Pada tahun 2004 terdapat 38 buah pasar yang Pasar Klewer terungkap adanya proses
tersebar di Kota Surakarta. Dengan pengkhususan komoditas yakni sandang. Skala
perbandingan antara pasar umum dan pasar perdagangannyapun semakin bergeser. Dilihat
khusus, sebenarnya kota Surakarta masih dari sejarahnya, pada awalnya Klewer
mempunyai potensi untuk dikembangkan pasar merupakan ajang pelimpahan surplus produksi
khusus yang memiliki kekhasan lo kal. kain batik dari wilayah sekitarnya (Kauman,
Terutama kehadiran Pasar Klewer yang Laweyan, dan Pasar Kliwon). Dalam
merupakan satu -satunya pasar tekstil terbesar perkembangannya sekarang komoditas berasal
di Kota Surakarta, sehingga perlu mendapat dari berbagai daerah. Bentuknyapun tidak lagi
perhatian. didominasi kain batik serta lurik tradisional,
Kebaradaan pasar merupakan syarat bagi melainkan juga diwarnai oleh tekstil pabrikan
keberadaan suatu keraton di Jawa, yang

114
Istijabatul Aliyah, dkk., Peran Pasar Tradisional dalam Mendukung Pengembangan ...

dan pakaian jadi (konveksi). Perdagangan pengembangan Pasar Triwindu diharapkan


grosir sudah mencapai lebih dari 80%. dapat disinergiskan dengan pengembangan
koridor pariwisata di Kota Surakarta. Dua
Pasar Gede
tahun belakangan ini, pasar Triwindu
Pasar Gede Harjonagoro, dikenal sebagai salah
mengalami kelesuan. Bahkan tahun 2006, pada
satu jati diri Kota Surakarta. Dari sudut historis
bulan Juni hingga Agustus para pedagang
Pasar gede tidak terlepas dari sejarah Keraton
belum dapat menikmati masa puncak atau peak
Surakarta Hadiningrat. Keberadaan pasar
season pariwisata. Wisatawan asing yang
merupakan syarat keberadaan Keraton Jawa.
datang ke Pasar Triwindu mengalami
Pasar Gede dibangun dimasa pemerintahan PB
penurunan dibanding dengan tahun-tahun
X dengan arsitek Thomas Karsten, diresmikan
sebelumnya. Kelesuan ini juga diindikasikan
oleh oleh PB X dan permaisuri GKR. Hemas
karena mahalnya bea cukai bagi barang-barang
pada tanggal 12 januari 1930, sebagai pasar
antik yang dibawa para wisatawan, sehingga
rakyat monumental dua lantai, dengan dana
membuat mereka enggan untuk membeli dan
650.000 gulden, dengan bentuk khas arsitektur
membawa ke negara asal sebagai cindera
kolonial jawa. Keberadaan Pasar Gede menjadi
mata.
pendukung utama Kota Surakarta sebagai Kota
Budaya-Kota Pariwisata -Kota Jasa dan Pasar Legi
Perdagangan. Dari sudut bangunan, bahwa Pasar Legi didirikan pada masa pemerintahan
Pasar Gede mempunyai ciri khas pasar Mangkunegoro I (Pangeran Samber Nyowo).
Tradisional termegah pada masanya yang Pasar Legi secara administratif pada saat itu
menyatukan arsitektur kolonial dan unsur berada di bawah pengawasaan
lokal, hingga saat ini menjadi artefak sejarah Mangkunegaran. Hingga tahun 1930 Pasar
arsitektur yang masih ada. Masyarakat Legi masih merupakan pasar dengan wujud los
pedagang yang tergabung dalam ’Paguyuban sederhana, dengan komoditas dagangan yang
Pedagang Pasar Gede’ nampak keinginan para beragam. Pada tahun 1936 Pasar legi dibangun
pedagang untuk memajukan dan melestarikan menjadi lebih modern oleh Kanjeng Gusti
budaya berdagang secara tradisional dan Mangkunegoro VII, dan baru direnovasi lagi
melestarikan bangunan guna menangkap para pada tahun 1992, hingga menjadi pasar seperti
wisatawan yang datang ke Kota Surakarta. sekarang ini. Fungsinya sekarang sebagai pasar
induk hasil bumi dan sayuran yang mempunyai
Pasar Triwindu
lingkup pelayanan regional bahkan nasional.
Pasar Triwindu adalah Pasar tradisional yang
Pasar Legi saat ini dimiliki pemerintah Kota
khas, lain dengan pasar-pasar tradisional
Surakarta dan berada dibawah Pengelolaan
lainnya di Kota Solo. Pasar Triwindu juga
Dinas Pasar Surakarta, sehingga status
menjadi identitas tersendiri atas dunia
pemanfaatan ruang pasar oleh para
pariwisata di Kota Surakarta. Kota lain seperti
pedagangan adalah hak penempatan dengan
Yogyakarta dan Semarang tidak ada pasar
SIP (Surat Ijin Penempatan). Jumlah pedagang
barang antik seperti Pasar Triwindu. Nilai jual
sebanyak 1290 Orang.
pasar Triwindu terletak pada eksisting seperti
sekarang ini. Eksisiting Pasar Triwindu sejak Tinjauan Pariwisata Di Kota Surakarta
berdiri hingga sekarang bukan sekedar sebagai Kota Surakarta sebagai daerah tujuan wisata
ruang ekonomi, tetapi juga menjadi ruang lebih populer dengan sebutan Kota Solo,
komunitas warga untuk bertukar pikiran, merupakan wilayah yang strategis. Solo tidak
bercengkrama, bergurau dan bersilaturahmi. lepas dari sejarah nasional Indonesia bahwa
Dalam tataran praktis, warga yang datang ke Kota Solo dikenal sebagai salah satu pusat
Pasar Triwindu belum tentu bermaksud untuk kebudayaan dengan adanya Kraton Surakarta
membeli barang antik tertentu. Banyak warga dan Istana Mangkunegaran, serta kesenian
yang datang hanya sekedar ingin berdiskusi tradisional Jawa dan kerajinan seni Batiknya,
tentang barang antik tertentu. Forum-Forum sehingga disebut sebagai Kota Pariwisata dan
seperti inilah yang membangun atmosfir yang Kota Budaya. Hal ini didukung adanya
sangat khas di Pasar T riwindu. Berkaca mata pengembangan Bandara Adisumarmo yang
pada kondisi yang sudah berjalan maka ditingkatkan kualitasnya sebagai penerbangan

115
GEMA TEKNIK - NOMOR 2/TAHUN X JULI 2007

Internasional dan adanya pelebaran jalan Solo- antik, kecenderungan klasifikasi pengunjungan
Jogja serta rencana jalan tol Solo -Semarang (wisata), merupakan , Lokasi atau aksesibilitas
(Segitiga emas Joglosemar), Pengembangan terhadap obyek wisata lainnya, terkait dengan
kargo terminal Pedaringan dan Peti kemas, keterpaduan paket wisata ataupun koridor
serta munculnya lembaga pendidikan wisata budaya
(pariwisata dan Seni misalnya SMK Pasar memiliki kekhasan tersendiri yang
Pariwisata, lembaga pendidikan tinggi meliputi nilai kesejarahan, produk yang dijual,
Pariwisata, SMK Seni dan Sekolah Tinggi klasifikasi pengunjung dan lokasinya. Namun

Tabel 1 : Kategorisasi Pasar Tradisional sebagai obyek wisata


No Pasar Nilai Kekhasan Klasifikasi Lokasi / aksesibilitas
Tradisional kesejarahan lokal/produk pengunjung
yang dijual (wisata)
1 Pasar Artefak sejarah Batik dan Wisata belanja Strategis dekat dengan
Klewer Kota Surakarta Tekstil batik dan tekstil obyek wisata Keraton
Kasunanan Surakarta
Hadiningrat
2 Pasar Artefak bangunan umum Wisata belanja Strategis, perpaduan ras
Gede kolonial jawa dan kelas ekonomi
sebagai simpul
segitiga
pelestarian Kota
Surakarta
3 Pasar Tumbuh dari Khusus Wisata belanja Strategis dekat Keraton
Triwindu kebutuhan Barang antik barang antik Mangkunegaran
masyarakat untuk
berkumpul dan
berjualan
4 Pasar pasar terluas di Umum, sayur Pengunjung Cukup strategis
Legi Kota Surakarta mayur lokal belanja
kebutuhan
harian
Sumber : Analisa peneliti

Seni). Dengan demikian Kota Surakarta dari untuk Pasar Legi tampak kurang memiliki
waktu ke waktu selalu bertambah bentuk dan daya tarik untuk wisatawan, mengingat
ragam aktivitasnya untuk mendukung klasifikasi pengunjung yang berasal dari
pengembangan Pariwisata. Sedangkan Tujuan pengunjung lokal dengan belanja kebutuhan
ODTW Pariwisata Surakarta adalah: harian. Adapun pasar yang memiliki daya tarik
mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin wisatawan sangat kuat adalah: Pasar Klewer,
(unlimited visitor ), menahan wisatawan selama Pasar T riwindu, Pasar Gede.
mungkin (Length of stay ), pembelanjaan
Faktor Pengembangan Pasar Tradisional
(Expenditure ) serta menimbulkan dampak
sebagai obyek wisata
multi ganda (multiflier effect).
Faktor utama yang menjadi pertimbangan para
Kategorisasi Pasar Tradisional sebagai wisatawan untuk berkunjung di Pasar
Obyek Wisata minat khusus Tradisional adalah: Jenis barang dagangan
Kategorisasi pasar tradisional sebagai obyek yang menjadi kekhasan lokal kota Surakarta
wisata, berdasarkan parameter : nilai yang meliputi komoditas lokal berupa batik,
kesejarahan (latar belakang sejarah pasar), dan cindera mata berupa barang antik, model
kekhasan lokal produk yang dijual meliputi perbelanjaan yang masih tradisional dengan
kekhasan produk lokal berupa batik atau pola tawar menawar dan kontak langsung
cindera mata ataupun keunikan atau barang dengan penjual atau bahkan pengrajin, akan

116
Istijabatul Aliyah, dkk., Peran Pasar Tradisional dalam Mendukung Pengembangan ...

menambah kepuasan para wisatawan dalam juga strategi yang mengakomodasi strategi-
berbelanja, Model penataan ruang atau setting strategi lain yang berkaitan dengan
ruang yang tidak formal atau kaku, sehingga pengembangan pasar tradisional sebagai aset
para wisatawan dapat berlama -lama tanpa pariwisata di Surakarta. Strategi terpilih adalah
merasa sungkan dengan pelayanan yang ramah sebagai berikut: fasilitasi dana dan birokrasi
dan sabar dari penjual, Fasilitas pendukung dalam pengembangan, pelestarian nilai
dan fasilitas umum yang memadai sehingga sejarah sebagai obyek wisata budaya dan
para wisatawan nyaman berbelanja serta pusat belanja , perpaduan dengan paket wisata lain,
informasi yang lengkap dan jelas bagi produk- peningkatan promosi dan informasi wisata
produk khas lokal dan cinderamata. belanja serta optimalisasi manajemen
pengelolaan sebagai obyek wisata belanja
Strategi pengembangan P asar Tradisonal

Tabel 2 : Matrik Analisa SWOT Pengembangan Pasar Tradisional Su akarta

Peluang Ancaman
Eksternal ? Dukungan Pemerintah Kota ? Persaingan dunia usaha
? Salah satu Obyek wisata ? Regulasi bea cukai
belanja Nilai lahan yang semakin tinggi
? Sinergis dengan obyek lain
Inte rnal ? Minat Wisatawan

Kekuatan Strategi 1: Strategi 2:


? Nilai kesejarahan ? Fasilitasi dana dan birokrasi ? Memberi nilai tambah bagi
? Kekhasan produk dalam pengembangan pasar tradisional dengan
? Lokasi strategis ? Pelestarian nilai sejarah pengendalian harga
sebagai obyek wisata ? Kemudahan fasilitas eksport-
budaya dan belanja import
? Perpaduan dengan paket ? Optimalisasi pemanfataan
wisata lain lahan
? Peningkatan promosi dan
informasi wisata belanja
Kelemahan Strategi 3: Strategi 4:
? Sistem pengelolaan tidak ? Pemberdayaan komunitas ? Pengembangan model
efisien pasar pengelolan dan pemasaran
? Kualitas ? Optimalisasi pengelolaan ? Pengendalian harga dan
bangunan/lingkungan buruk sebagai obyek wisata Pengembangan
? Keamanan rendah belanja bangunan/lingkungan
? Peningkatan kualitas ? Peningkatan ketertiban
bangunan/lingkungan pedagang guna optimalisasi
sebagai koridor wisata lahan
? Menjamin keamanan bagi
wisatawan
Sumber : Analisa Peneliti

sebagai obyek wisata Strategi yang paling utama untuk


Untuk merumuskan strategi pengembangan dikembangkan dan menjadi strategi dasar bagi
pasar tradisional sebagai aset wisata, berikut strategi-strategi yang lain adalah Fasilitasi
ini perlu terlebih dahulu diketahui kekuatan, dana dan birokrasi dalam pengembangan Pasar
kelemahan, peluang dan hambatan / ancaman Tradisional. Dari strategi ini akan dijabarkan
terhadap keberadaan pasar tradisional di dalam tindakan-tindakan nyata (program dan
Surakarta (Tabel 2). kegiatan) yang mendukung tercapainya tujuan.
Dari strategi yang diperoleh melalui analisa
SWOT diatas, maka akan dipilih strategi
KESIMPULAN DAN SARAN
berdasarkan urgensi alternatif / prioritas
strategi yang akan menjadi straetgi prioritas Kesimpulan

117
GEMA TEKNIK - NOMOR 2/TAHUN X JULI 2007

Dalam merumuskan strategi pengembangan Kahar Sunoko, 2006, Pasar Tradisional,


Pasar tradisional di Kota Surakarta hal yang Seminar Perencanaan Pasar
harus diperhatikan adalah jenis barang Tradisional Menghadapi Tekanan
dagangan yang menjadi kekhasan lokal kota Hypermarket di Perkotaan, FT UNS
Surakarta yang meliputi komoditas lokal
Lv.Ratna Devi, 2006, Model Pelayanan Prima
berupa batik, dan cindera mata berupa barang
(Strategi Ketahanan Pasar
antik, model perbelanjaan yang masih
Tradisional), Seminar Perencanaan
tradisional dengan pola tawar menawar dan
Pasar Tradisional Menghadapi
kontak langsung dengan penjual atau bahkan
Tekanan Hypermarket di Perkotaan,
pengrajin, akan menambah kepuasan para
FT UNS
wisatawan dalam berbelanja, model penataan
ruang atau setting ruang yang tidak formal atau Nyoman S Pendit, ……, Ilmu Pariwisata,
kaku, sehingga para wisatawan dapat berlama - Sebuah Pengantar Perdana, …………
lama tanpa merasa sungkan dengan pelayanan Pamardi-Utomo, 2002, Merencana Pasar
yang ramah dan sabar dari penjual. fasilitas
Tradisional di Wilayah Yogyakarta,
pendukung dan fasilitas umum yang memadai Gema Teknik UNS
sehingga para wisatawan dapat nyaman
berbelanja serta adanya pusat informasi yang Riga Adiwisono S, 1989, Interaksi Jual Beli
lengkap dan jelas bagi produk-produk khas dan Komunikasi di Tempat Belanja,
lokal dan cinderamata. Prisma, Jakarta
Saran Salah Wahab, 1996, Manajemen
Untuk keberhasilan pengembangan Pasar Kepariwisataan, Pradnya Paramita,
Tradisional maka saran yang diajukan adalah: Jakarta
semua pihak yang terkait harus dilibatkan, baik Sutjipto, 1970, Beberapa Tjatatan Tentang
komunitas pedagang, pengunjung, maupun Pasar-Pasar di Djawa Tengah (abad
masayarakat Kota Surakarta pada umumnya; 17-18), Buletin Fakultas Sastra dan
Keindahan suasana, kenyaman dan ketertiban Kebudayaan UGM. Yogyakarta
serta keramahtamahan menjadi prioritas dalam
menyambut wisatawan; Koordinasi antar Wiharto, 2006, Ekspansi Hypermarket dan
obyek wisata yang ada di Kota Surakarta dan Pengaruhnya Terhadap Pasar
Fasilitas penunjang lainnya; Dampak positif Tradisional, Seminar Perencanaan
multiplier effect harus dapat dimanfaatkan Pasar Tradisional Menghadapi
sebaik mungkin. Tekanan Hypermarket di Perkotaan,
FT UNS
DAFTAR PUSTAKA Djoko Kuntjoro, dan Galing Yudana, 2002,
A. Bagoes P. Wiryomartono, 1995, Seni Pendekatan Konsep Pembangunan
Bangunan dan Seni Binakota Di Kembali Pasar Gede Surakarta Paska
Indonesia , Gramedia Pustaka Utama, Ke bakaran, Gema Teknik, FT UNS
Jakarta. Surakarta .
A. Hari Karyono, 1997, Kepariwisataan,
Grasindo, Jakarta
Bintarto, 1977, Pengantar Geografi Kota,
Spring, Yogyakarta.
Daldjoeni, N, 1998, Geografi Kota dan Desa,
Alumni, Bandung

James Spillane, DR, 1987, Pariwisata


Indonesia: Sejarah dan Prospeknya,
Kanisius, Yogyakarta

118

Anda mungkin juga menyukai