1,2,3Jurusan
Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi
Lingkungan, Universitas Trisakti
*E-mail: ceihan082001700012@std.trisakti.ac.id
Sejarah artikel:
Diterima: April 2023 Revisi: April 2023 Disetujui: Mei 2023 Terbit online: Mei 2023
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk merencakanan bangunan pengolahan air limbah domestik untuk Kecamatan
Karawang Barat dan Karawang Timur di Kabupaten Karawang, yang masing-masing memiliki luas sebesar 3.368
Ha dan 2.977 Ha. Pada akhir tahun perencanaan IPAL Tunggakjati akan memiliki kapasitas 48.000 m3/hari
untuk melayani jumlah penduduk sebanyak 404.568 jiwa. Kinerja pengolahan dirancang agar efluen memenuhi
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik pada parameter BOD, COD dan TSS. Rancangan pengolahan biologis terdiri dari tiga (3) alternatif
yaitu Oxidation Ditch, Complete Mixed Activated Sludge, dan Aerated Lagoon, dipilih berdasarkan multi kriteria
dengan tiga (3) aspek yaitu ekonomi, lingkungan dan aspek teknis yang terdiri dari pertimbangan teknologi,
ketersediaan lahan dan SDM untuk mengoperasikan teknologi. Unit biologis alternatif terpilih adalah Aerated
Lagoon, karena memiliki efisiensi yang tinggi, SDM untuk pengoperasian teknologi sudah tersedia, dan
kemudahan dalam pembangunan. Berdasarkan analisis multi kriteria seluruh alternatif memiliki tingkat
kelayakan yang tinggi untuk digunakan dalam pengolahan air limbah domestik. Unit Aerated Lagoon merupakan
alternatif III terbaik dengan nilai tertinggi sebesar 60 dibandingkan dengan alternatif lain, alternatif I sebesar
52,5 dan alternatif II sebesar 57,5. Sehingga rangkaian unit pengolahan pada IPAL Tunggakjati direncanakan
adalah sumur pengumpul, bar screen, grit chamber, bak ekualisasi, aerated lagoon, kolam maturasi, dan sludge
drying bed.
Kata kunci: Kabupaten Karawang; Air Limbah; IPAL Domestik; Aerated Lagoon
ABSTRACT
This study aims to design a domestic wastewater treatment plant for the West Karawang and East Karawang
Sub-districts in Karawang Regency, where each sub-district has an area of 13.368 Ha and 2.977 Ha. In 2041,
the Tunggakjati WWTP will have a capacity of 48,000 m3/day to serve a population of 404,568 people. The
WWTP performance is designed so that the effluent complies with the Regulation of the Minister of Environment
and Forestry No. 68 of 2016 concerning Domestic Wastewater Quality Standards for its BOD, COD, and TSS
parameter. The biological treatment design consists of three (3) alternatives namely Oxidation Ditch, Complete
Mixed Activated Sludge, and Aerated Lagoon, selected based on multi criteria with three (3) aspects, namely
economic, environmental and technical aspects consisting of technological considerations, land availability and
human resources to operate the technology. The selected biological treatment unit alternative is Aerated
Lagoon, because it has high efficiency, human resources for operating the technology are already available,
and ease of development. Based on multi criteria analysis all the alternative has high eligibility level to be
chosen as technology for domestic waste water treatment. Alternative III, the Aerated Lagoon is the best
alternative with the highest score of 60 compared to other alternatives, alternative I is 52.5 and alternative II
is 57.5. That concludes the processing units on processing units at the Tunggakjati WWTP consist of collection
wells, bar screens, grit chambers, equalization tanks, aerated lagoons, maturation ponds, and sludge drying
beds.
40
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
1. PENDAHULUAN
Tujuan 6 pada Sustainable Development Goals (SDGs) oleh United Nations memastikan
pada tahun 2030 masyarakat mencapai akses universal air minum dan sanitasi yang layak.
Di Indonesia terdapat program yang mendukung tujuan SDGs tersebut yaitu Program atau
Gerakan 100-0-100 yaitu 100 persen akses air minum layak, 0 persen permukiman kumuh
dan 100 persen akses sanitasi layak (Dirjen Cipta Karya, 2015). Hal ini juga dinyatakan
pada RTRW Kabupaten Karawang Tahun 2011-2031 bahwa pada hingga tahun 2031 tingkat
pelayanan sistem air limbah domestik di Kabupaten adalah 90% penduduk perkotaan, 70%
penduduk perdesaan dan 100% industri besar dan kecil, perdagangan dan jasa, dan
instansi mendapat pelayanan air limbah domestik.
Kondisi eksisting pada sistem pelayanan air limbah domestik di Kecamatan Karawang Barat
dan Karawang Timur masih menggunakan sistem setempat (on-site) dan belum
menggunakan sistem terpusat (off-site). Persentase rumah tangga yang menggunakan
tangki septik menurut Badan Pusat Statistik (BPS) di Kecamatan Karawang Barat dan
Kecamatan Karawang Timur masing-masing sebesar 98,01% dan 93,87% (BPS, 2018).
Badan Pusat Statistik 2020 pada Statistik Lingkungan Hidup Indonesia menunjukkan, lebih
dari separuh rumah tangga atau 57,42% di Indonesia membuang air limbah mandi,
mencuci, dan dapur ke got/selokan/sungai. Selain itu, sebanyak 18,71% membuang limbah
rumah tangga ke lubang tanah.
Penurunan dari kualitas air tanah dan air permukaan tidak hanya berdampak pada
masyarakat sekitar namun juga dapat untuk menurunkan jumlah biota pada perairan dan
secara umum yang kemudian akan ikut menurunkan kualitas air sungai di bagian hilir yang
kemudian bermuara ke laut (Yogafanny, 2015). Sebagai salah satu sungai yang mengalir
pada Kabupaten Karawang, Sungai Citarum pernah dinominasikan sebagai sebagai sungai
terkotor di dunia oleh World Bank pada tahun 2018 silam. Sungai Citarum juga pernah
dilaporkan memiliki status mutu kualitas sungai dari tahun 2016 hingga 2020 yang dicatat
sebagai tercemar berat pada laporan Statistik Lingkungan Hidup Indonesia oleh (BPS,
2022).
Oleh karena itu, pada analisis ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif perencanaan
Instalasi Pengolahan Air Limbah domestik sesuai dengan perencanaan sistem penyaluran
air limbah domestik dengan sistem off-site untuk Kecamatan Karawang Barat dan
Karawang Timur sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2040) dengan kapasitas IPAL
sebesar 48.000 m3/hari (Rudiantono, 2021) yang berlokasikan di Kelurahan Tunggakjati
sebelum dialirkannya air limbah domestik ke badan air untuk meminimalisir terjadinya
dampak dari akibat pencemaran oleh air limbah domestik.
2. METODE
Gambar 1. Tahapan Pemilihan Unit Pengolahan IPAL Tunggakjati dengan Analisis Multi Kriteria
41
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Data Primer
Daerah Proyek dan Jumlah
Kriteria Desain IPAL Setara
Penduduk Terlayani
Fluktuasi Debit Air Limbah
Kapasitas IPAL
Gambaran Umum Daerah
Pelayanan
Evaluasi IPAL Setara Kriteria Desain Unit Pengolahan
Fluktuasi BOD TSS
Pemilihan Alternatif
Sebagai tinjauan dasar dalam perencanaan pengumpulan literatur dari berbagai sumber
yang berkaitan dengan perencanaan antara lain sumber air limbah, parameter air limbah,
baku mutu air limbah, metode pengolahan air limbah, unit pengolahan air limbah, kriteria
desain unit pengolahan, dan perencanaan bangunan pengolahan air limbah domestik
1. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan melakukan
pengukuran kuantitatif, dan survei lapangan dengan menggunakan metode Evaluasi IPAL
Setara untuk dijadikan acuan dalam mendisain IPAL yang akan dibangun. IPAL Setara
yang terpilih dalam perencanaan ini adalah IPAL Tanah Tinggi, Tangerang, dengan
pertimbangan debit air limbah domestik yang hampir menyerupai dan lokasi yang
42
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
terjangkau untuk dilakukannya pengambilan data. Untuk sumber dan kegunaan data primer
dapat dilihat pada Tabel 1 seperti berikut:
2. Data Sekunder
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui literatur, jurnal, laporan tugas akhir,
kantor pemerintahan, instansi dan dinas-dinas terkait yang bersifat mendukung dalam
perencanaan. Untuk sumber data sekunder dapat dilihat pada Tabel 2 seperti berikut :
biologis yang antara lain seperti Oxidation Ditch, Completely Mixed Activated Sludge
(CMAS), dan Aerated Lagoon.
Tabel 3. Kualitas Air Limbah di IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Semanggi
IPAL Tanah Tinggi IPAL Semanggi
Parameter
2018 a*
2020 b*
2022 c*
2017 d*
2018 e* 2019 f*
pH 6,99 - 6,05 7,25 7,1 7,1
BOD (mg/L) 48,4 81,25 62,96 160 110 100
COD (mg/L) 97,7 227,3 82 218 173 216
TSS (mg/L) 32,2 51,5 22,09 76 44 44
Sumber:
A = Dalimunthe, 2018 B = Putri, 2020
C = Agustin, 2022 D = Pradani, 2016
E = Romadhona, 2018 F = Nareswari, 2019
Jika nilai tersebut dibandingkan dengan konsentrasi rata-rata parameter yang diukur nilai
tersebut masih menunjukkan tingkat pencemaran yang rendah dari nilai BOD yang lebih
rendah dari 300 mg/l menurut (PPLLP Dirjen Cipta Karya PUPR). Oleh karena itu perlu
dilakukan perbandingan dengan data yang dapat merepresentasikan lokasi perencanaan.
44
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
Data lain yang dapat dibandingkan adalah seperti pada Tabel 4 yang berupa data kualitas
air pada Kabupaten Karawang yang diantaranya terdapat di daerah perencanaan IPAL.
Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 kualitas air limbah yang terpilih adalah pada Saluran
Drainase Karawang dengan kisaran nilai yang paling tinggi yaitu pada lokasi Sukaharja,
Kabuaten Karawang. Kualitas air limbah terpilih serta analisis penyisihan parameter air
limbah yang digunakan sebagai alternatif pemilihan dapat dilihat pada Tabel 5 untuk %
target penyisihan parameter minimal harus dicapai pada instalasi pengolahan air limbah
domestik.
Nilai rasio konsentrasi BOD dan COD yang menunjukan nilai biodegradibilitas air limbah
domestik pada kualitas air perencanaan adalah sebesar 0,82. Menurut Metcalf & Eddy
(2003) nilai biodegradabilitas untuk air limbah domestik dengan jangkauan 0,3 – 0,8
merupakan nilai yang umum untuk air limbah domestik. Air limbah domestik dengan nilai
biodegradabilitas sebesar 0,5 atau lebih besar berdasarkan Metcalf & Eddy (2003) dapat
dengan mudah untuk diolah menggunakan unit pengolahan biologis.
45
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
(Total Suspended Solid), BOD (Biochemical Oxygen Demand), dan COD (Chemical Oxygen
Demand) dengan nilai taget penyisihan seperti pada Tabel 5. Pada tahap pengolahan air
limbah domestik pada umumnya dilakukan dalam 3 tahap yaitu seperti sebagai berikut:
1. Primary Treatment
Pengolahan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan untuk memisahkan
padatan atau material tersuspensi yang terdapat pada air limbah domestik secara
fisika dengan tanpa adanya penambahan zat kimia maupun reaksi kimia dan
biokimia. Unit pada tahap ini antara lain adalah Barscreen, Grit Chamber, Bak
Ekualisasi, dan Bak Sedimentasi.
2. Secondary Treatment
Pengolahan ini merupakan tahapan yang dilakukan dengan proses biologis untuk
mengurangi atau menghilangkan kandungan material organik di dalam air limbah
domestik dengan bantuan mikroorganisme dan/atau media serta alat mekanis.
Sesuai dengan kualitas air perencanaan yang dapat diolah secara biologi menurut
Metcalf & Eddy (2003) maka penentuan alternatif akan dibedakan berdasarkan unit
pengolahan biologis. Berdasarkan hasil kajian, dengan banyaknya IPAL di Indonesia
yang menggunakan sistem tersuspensi maka alternatif akan disesuaikan dengan
jenis sistem tersebut, Pilihan unit pada tahap ini antara lain adalah Completely Mixed
Activated Sludge (CMAS), Oxidation Ditch, Extended dan Aerated Lagoon.
3. Sludge Treatment
Pengolahan ini merupakan tahapan akhir yang bertujuan untuk merngurangi kadar
air dalam lumpur yang dihasilkan dari proses sebelumnya, agar dapat dibuang
menuju disposal dalam bentuk padatan. Sesuai dengan unit biologis, unit pada
tahap ini antara lain adalah Sludge Thickener, Sludge Disgester, dan Sludge Drying
Bed.
Dengan hasil pertimbangan alternatif terpilih tersebut, diharapkan efluen yang juga sesuai
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik. Efisiensi penyisihan pada tiap unit pengolahan pada alternatif dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut.
48
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
Influen
Bar Screen Grit Chamber Bak Ekualisasi Aerated Lagoon Kolam Maturasi
Efluen
50
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
Penggunaan peringkat pada analisis (++,+,+/-) akan menambah nilai awal, sedangkan
penilaian (-) tidak memberikan pengaruh apapun. Peringkat (+/-) mewakili rata – rata
tingkat kesesuaian alternatif yang dapat dicapai. Lebih dari rata – rata kesesuaian nilai oleh
(+) atau (++) tergantung pada kualitas kriteria. Kelemahan alternatif akan dinilai (-).
Peringkat tersebut kemudian dapat dinominalkan sebagai nilai seperti pada Tabel 12
berikut.
51
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
Setiap alternatif memiliki keuntungan dan kekurangan yang berbeda. Dari perbandingan
setiap alternatif pengolahan dapat diketahui nilai dan kriteria peringkat pada alternatif
pengolahan. Dengan sistem ini, nilai tertinggi yang bisa dicapai adalah 75 dengan nilai
terendah 0. Penilaian peringkat digunakan untuk menentukan tingkat kelayakan setiap
alternatif. Tingkat kelayakan diklasifikasikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah sesuai
dengan total nilai yang dicapai. Dengan didapatkannya nilai akhir dari penilaian pada
analisis maka kemudian dapat diketahui nilai tingkst kelayakan dari alternatif yang mungkin
akan digunakan. Semakin tinggi total nilai maka semakin tinggi pula tingkat kelayakannya.
Klasifikasi kelayakan alternatif pada nilai skor dapat diliihat pada Tabel 13 seperti berikut.
52
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
Dari hasil analisis multi kriteria tersebut didapatkan bahwa untuk semua dari alternatif
memiliki tingkat kelayakan Tinggi. Untuk Alternatif I dengan total penilaian 52.5, Alternatif
II dengan total penilaian 57.5, dan Alternatif III dengan total penilaian 60. Hasil tersebut
menunjukan jika seluruh alternatif layak untuk digunakan dalam pengolahan air limbah
domestik. Namun, pada perencanaan ini alternatif yang terpilih adalah alternatif III yang
mempunyai hasil total penilaian yang paling besar untuk 3 aspek penilaian dalam melakukan
pengolahan air limbah domestik. Pada alternatif III didapatkan bahwa efisiensi penyisihan
dari parameter di air limbah domestik olahan memenuhi standar baku mutu, untuk BOD
tersisihkan sebesar 97% yang dimulai dengan konsentrasi sebesar 205,97 mg/l menjadi
6,15 mg/L, untuk parameter COD tersisihkan sebesar 96,25% dengan konsentrasi yang
diawali dari 248 mg/L menjadi 9,3 mg/L, dan untuk parameter TSS tersisihkan sebesar
97.75% dengan konsentrasi awal 182 mg/L menjadi 4,09 mg/L. Maka dari itu alternatif III
yang menggunakan Aerated Lagoon sebagai pengolahan biologis akan digunakan pada
perencanaan instalasi pengolahan air limbah domestik ini berdasarkan dari hasil analisis
multi kriteria. Diagram alir alternatif terpilih dapat dilihat pada Gambar 5. Rangkaian unit
pada pengolahan dengan menggunakan alternatif III secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Bar Screen, unit pengolahan ini berfungsi sebagai penyaring benda-benda kasar
yang dapat berkemungkinan untuk menyumbat proses pengolahan air limbah
domestik yang berlangsung seperti sampah plastik ataupun dedaunan.
2. Grit Chamber, unit pengolahan ini berdungsi sebagai penyisih material grit seperti
pasir kerikil dan lumpur yang dapat terbawa pada air limbah domestik secara
gravitasi
3. Bak Ekualisasi, unit pengolahan ini berfungsi sebagai pengendali fluktuasi pada
debit air limbah domestik agar tidak terjadinya shock loading.
4. Unit Pengolahan Biologis, unit ini berfungsi sebagai penyisih konsentrasi BOD, COD
dan TSS secara biologis dengan menggunakan teknologi Aerated Lagoon yang
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan 1 kolam maturasi.
5. Unit Pengolahan Lumpur, unit pengolahan ini berfungsi sebagai pengurang kadar
air dan reduksi dari hasil lumpur dari proses pengolahan biologis yang telah
terendap pada kolam pengolahan biologis dengan menggunakan sludge drying bed.
4. KESIMPULAN
Pada IPAL Tunggakjati direncanakan untuk dapat mengolah air limbah domestik untuk
melayani 100% dari 404.568 jiwa masyarakat Kecamatan Karawang Barat dan Kecamatan
Karawang Timur. Rencana kuantitas perencanaan di IPAL Tunggakjati adalah sebesar
48.000 m3/detik yang menggunakan 10% (Tyler G. Hicks & Chopey, 2012) sebagai safety
factor. Data untuk kualitas influen IPAL perencanaan berdasarkan data sekunder Anwariani
53
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
(2018) pada Saluran Drainase Sektor 18 Karawang. Kualitas influen yang digunakan
memiliki parameter BOD sebesar 205,97 mg/L, COD 248 mg/L dan TSS 182 mg/L. Terdapat
tiga alternatif yang dibuat untuk IPAL Tunggakjati. Rangkaian unit pengolahan pada
alternatif I terdiri atas barscreen, Grit Chamber, Bak ekualisasi, bak sedimentasi, unit
biologis Oxidation Ditch, Bak Clarifier, Unit pengolahan lumpur seperti Sludge Thickener,
Sludge Digester, dan Sludge drying bed, dan unit disinfeksasi. Rangkaian unit pengolahan
pada alternatif II terdiri atas barscreen, Grit Chamber, Bak ekualisasi, bak sedimentasi, unit
biologis Completed Mixed Activated Lagoon, Bak Clarifier, Unit pengolahan lumpur seperti
Sludge Thickener, Sludge Digester, dan Sludge drying bed, dan unit disinfeksasi. Rangkaian
unit pengolahan pada alternatif III terdiri atas terdiri atas barscreen, Grit Chamber, Bak
ekualisasi, unit biologis Aerated Lagoon, Kolam Maturasi, dan unit pengolahan lumpur
seperti sludge drying bed.. Dari hasil analisis multi kriteria tersebut didapatkan bahwa untuk
semua dari alternatif memiliki tingkat kelayakan Tinggi. Untuk Alternatif I dengan total
penilaian 52.5, Alternatif II dengan total penilaian 57.5, dan Alternatif III dengan total
penilaian 60. Hasil tersebut menunjukan jika seluruh alternatif layak untuk digunakan dalam
pengolahan air limbah domestik. Namun, berdasarkan analisis ini alternatif yang dapat
dipilih adalah alternatif III yang mempunyai hasil penilaian yang paling besar pada 3 aspek
penilaian. Pada alternatif terpilih konsentrasi influen BOD sebesar 205.97 mg/L pada efluen
IPAL menjadi sebesar 6.15 mg/L. Pada konsentrasi Influen TSS sebesar 182 mg/L pada
efluen IPAL menjadi sebesar 4.095 mg/L. Sedangkan untuk parameter COD dengan
konsentrasi yang diawali dari 248 mg/L menjadi 9,3 mg/L. Dari hasil tersebut diketahui
perencanaan ini dapat melakukan penyisihan pada BOD sebesar 97%, pada COD sebesar
96,25% dan pada TSS sebesar 97.75%.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, R. 2022. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tallo Di Kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas Trisakti
Anwariani, D. 2018. Beban Pencemar Limbah Domestik dari Saluran Drainase dan Persepsi
Masyarakat untuk Pengendaliannya: Studi Kasus Bantaran Sungai Citarum Segmen
Hilir. Skripsi. Universitas Trisakti. Jakarta.
Aphirta, S. 2017. Design of Domestic Wastewater Treatment Plant in Region of Zone 1 DKI
Jakarta. Skripsi. Universitas Trisakti. Jakarta.
Ariadi, N
. 2008. Perencanaan bangunan pengolahan air buangan Kawasan Delta Mas Cikarang
Pusat. Skripsi. Universitas Trisakti. Jakarta.
Metcalf & Eddy, Inc., 2003. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4th Edition.
Mc Graw-Hill. New York.
Mubin F, Binilang A, dan Halim F. 2016. Perencanaan sistem pengolahan air limbah
domestik di Kelurahan Istiqlal Kota Manado. Jurnal Sipil Statik. 4(3): 211-223.
Nareswari, T. P. A. 2019. Tinjauan kinerja bak pengendap instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) Semanggi. Surakarta
Pradani, A. T. 2016. Pengolahan air limbah domestik di IPAL Semanggi Kota Surakarta.
54
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527
Surakarta.
Romadhona, S. I. 2018. Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Semanggi dengan
Data Pelanggan sampai Tahun 2018. Surakarta.
Rudiantono, Ericha Salsabila. 2021. Perencanaan Pipa Induk Sistem Penyaluran Air Limbah
di Kecamatan Karawang Barat Dan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Skripsi.
Universitas Trisakti.
Said, N. I., & Santoso, T. I. 2018. Penghilangan Polutan Organik Dan Padatan Terrsuspensi
Di Dalam Air Limbah Domestik Dengan Proses Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).
Jurnal Air Indonesia, 8(1), 33–46.
55