Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Bhuwana

Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto


Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

ANALISIS MULTI KRITERIA DALAM PEMILIHAN UNIT


BIOLOGIS DI IPAL TUNGGAKJATI, KARAWANG

MULTI CRITERIA ANALYSIS IN THE SELECTION OF


BIOLOGICAL UNIT OF TUNGGAKJATI WWTP, KARAWANG
Ceihan Arkan Sa’dman1*, Ariani Dwi Astuti2, Rositayanti Hadisoebroto3.

1,2,3Jurusan
Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi
Lingkungan, Universitas Trisakti

*E-mail: ceihan082001700012@std.trisakti.ac.id

Sejarah artikel:
Diterima: April 2023 Revisi: April 2023 Disetujui: Mei 2023 Terbit online: Mei 2023

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk merencakanan bangunan pengolahan air limbah domestik untuk Kecamatan
Karawang Barat dan Karawang Timur di Kabupaten Karawang, yang masing-masing memiliki luas sebesar 3.368
Ha dan 2.977 Ha. Pada akhir tahun perencanaan IPAL Tunggakjati akan memiliki kapasitas 48.000 m3/hari
untuk melayani jumlah penduduk sebanyak 404.568 jiwa. Kinerja pengolahan dirancang agar efluen memenuhi
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik pada parameter BOD, COD dan TSS. Rancangan pengolahan biologis terdiri dari tiga (3) alternatif
yaitu Oxidation Ditch, Complete Mixed Activated Sludge, dan Aerated Lagoon, dipilih berdasarkan multi kriteria
dengan tiga (3) aspek yaitu ekonomi, lingkungan dan aspek teknis yang terdiri dari pertimbangan teknologi,
ketersediaan lahan dan SDM untuk mengoperasikan teknologi. Unit biologis alternatif terpilih adalah Aerated
Lagoon, karena memiliki efisiensi yang tinggi, SDM untuk pengoperasian teknologi sudah tersedia, dan
kemudahan dalam pembangunan. Berdasarkan analisis multi kriteria seluruh alternatif memiliki tingkat
kelayakan yang tinggi untuk digunakan dalam pengolahan air limbah domestik. Unit Aerated Lagoon merupakan
alternatif III terbaik dengan nilai tertinggi sebesar 60 dibandingkan dengan alternatif lain, alternatif I sebesar
52,5 dan alternatif II sebesar 57,5. Sehingga rangkaian unit pengolahan pada IPAL Tunggakjati direncanakan
adalah sumur pengumpul, bar screen, grit chamber, bak ekualisasi, aerated lagoon, kolam maturasi, dan sludge
drying bed.

Kata kunci: Kabupaten Karawang; Air Limbah; IPAL Domestik; Aerated Lagoon

ABSTRACT
This study aims to design a domestic wastewater treatment plant for the West Karawang and East Karawang
Sub-districts in Karawang Regency, where each sub-district has an area of 13.368 Ha and 2.977 Ha. In 2041,
the Tunggakjati WWTP will have a capacity of 48,000 m3/day to serve a population of 404,568 people. The
WWTP performance is designed so that the effluent complies with the Regulation of the Minister of Environment
and Forestry No. 68 of 2016 concerning Domestic Wastewater Quality Standards for its BOD, COD, and TSS
parameter. The biological treatment design consists of three (3) alternatives namely Oxidation Ditch, Complete
Mixed Activated Sludge, and Aerated Lagoon, selected based on multi criteria with three (3) aspects, namely
economic, environmental and technical aspects consisting of technological considerations, land availability and
human resources to operate the technology. The selected biological treatment unit alternative is Aerated
Lagoon, because it has high efficiency, human resources for operating the technology are already available,
and ease of development. Based on multi criteria analysis all the alternative has high eligibility level to be
chosen as technology for domestic waste water treatment. Alternative III, the Aerated Lagoon is the best
alternative with the highest score of 60 compared to other alternatives, alternative I is 52.5 and alternative II
is 57.5. That concludes the processing units on processing units at the Tunggakjati WWTP consist of collection
wells, bar screens, grit chambers, equalization tanks, aerated lagoons, maturation ponds, and sludge drying
beds.

Keywords: Karawang Regency, Waste Water, WWTP, Aerated Lagoon

40
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

1. PENDAHULUAN

Tujuan 6 pada Sustainable Development Goals (SDGs) oleh United Nations memastikan
pada tahun 2030 masyarakat mencapai akses universal air minum dan sanitasi yang layak.
Di Indonesia terdapat program yang mendukung tujuan SDGs tersebut yaitu Program atau
Gerakan 100-0-100 yaitu 100 persen akses air minum layak, 0 persen permukiman kumuh
dan 100 persen akses sanitasi layak (Dirjen Cipta Karya, 2015). Hal ini juga dinyatakan
pada RTRW Kabupaten Karawang Tahun 2011-2031 bahwa pada hingga tahun 2031 tingkat
pelayanan sistem air limbah domestik di Kabupaten adalah 90% penduduk perkotaan, 70%
penduduk perdesaan dan 100% industri besar dan kecil, perdagangan dan jasa, dan
instansi mendapat pelayanan air limbah domestik.

Kondisi eksisting pada sistem pelayanan air limbah domestik di Kecamatan Karawang Barat
dan Karawang Timur masih menggunakan sistem setempat (on-site) dan belum
menggunakan sistem terpusat (off-site). Persentase rumah tangga yang menggunakan
tangki septik menurut Badan Pusat Statistik (BPS) di Kecamatan Karawang Barat dan
Kecamatan Karawang Timur masing-masing sebesar 98,01% dan 93,87% (BPS, 2018).
Badan Pusat Statistik 2020 pada Statistik Lingkungan Hidup Indonesia menunjukkan, lebih
dari separuh rumah tangga atau 57,42% di Indonesia membuang air limbah mandi,
mencuci, dan dapur ke got/selokan/sungai. Selain itu, sebanyak 18,71% membuang limbah
rumah tangga ke lubang tanah.

Penurunan dari kualitas air tanah dan air permukaan tidak hanya berdampak pada
masyarakat sekitar namun juga dapat untuk menurunkan jumlah biota pada perairan dan
secara umum yang kemudian akan ikut menurunkan kualitas air sungai di bagian hilir yang
kemudian bermuara ke laut (Yogafanny, 2015). Sebagai salah satu sungai yang mengalir
pada Kabupaten Karawang, Sungai Citarum pernah dinominasikan sebagai sebagai sungai
terkotor di dunia oleh World Bank pada tahun 2018 silam. Sungai Citarum juga pernah
dilaporkan memiliki status mutu kualitas sungai dari tahun 2016 hingga 2020 yang dicatat
sebagai tercemar berat pada laporan Statistik Lingkungan Hidup Indonesia oleh (BPS,
2022).

Oleh karena itu, pada analisis ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif perencanaan
Instalasi Pengolahan Air Limbah domestik sesuai dengan perencanaan sistem penyaluran
air limbah domestik dengan sistem off-site untuk Kecamatan Karawang Barat dan
Karawang Timur sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2040) dengan kapasitas IPAL
sebesar 48.000 m3/hari (Rudiantono, 2021) yang berlokasikan di Kelurahan Tunggakjati
sebelum dialirkannya air limbah domestik ke badan air untuk meminimalisir terjadinya
dampak dari akibat pencemaran oleh air limbah domestik.

2. METODE

Metode perencanaan menjelaskan tahapan-tahapan dalam perencanaan yang akan


menjadi acuan sehingga proses perencanaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien
dengan arah pekerjaan yang jelas. Tahapan perencanaan dijabarkan dalam diagram
metode perencanaan pada Gambar 1. seperti berikut

Gambar 1. Tahapan Pemilihan Unit Pengolahan IPAL Tunggakjati dengan Analisis Multi Kriteria
41
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

2.1 Studi Pustaka

Mulai

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Data Sekunder
Data Primer
 Daerah Proyek dan Jumlah
 Kriteria Desain IPAL Setara
Penduduk Terlayani
 Fluktuasi Debit Air Limbah
 Kapasitas IPAL
 Gambaran Umum Daerah
Pelayanan
Evaluasi IPAL Setara  Kriteria Desain Unit Pengolahan
 Fluktuasi BOD TSS

Pembuatan Alternatif Pengolahan

Pemilihan Alternatif

Perhitungan Dimensi Unit IPAL Terpilih


(Perhitungan unit pengolahan fisik, biologis, lumpur dan profil hidrolis)

Sebagai tinjauan dasar dalam perencanaan pengumpulan literatur dari berbagai sumber
yang berkaitan dengan perencanaan antara lain sumber air limbah, parameter air limbah,
baku mutu air limbah, metode pengolahan air limbah, unit pengolahan air limbah, kriteria
desain unit pengolahan, dan perencanaan bangunan pengolahan air limbah domestik

3.2 Pengumpulan Data


Data yang diperlukan dalam merencanakan bangunan pengolahan air limbah domestik di
Kelurahan Tunggakjati, Kecamatan Karawang Barat terdiri dari data primer dan data
sekunder.

1. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan melakukan
pengukuran kuantitatif, dan survei lapangan dengan menggunakan metode Evaluasi IPAL
Setara untuk dijadikan acuan dalam mendisain IPAL yang akan dibangun. IPAL Setara
yang terpilih dalam perencanaan ini adalah IPAL Tanah Tinggi, Tangerang, dengan
pertimbangan debit air limbah domestik yang hampir menyerupai dan lokasi yang

42
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

terjangkau untuk dilakukannya pengambilan data. Untuk sumber dan kegunaan data primer
dapat dilihat pada Tabel 1 seperti berikut:

Tabel 1. Data Primer


No Data Primer Sumber Kegunaan
1 Kriteria Desain IPAL Setara (IPAL Setara, 2023) Alternatif Kriteria
Desain
2 Fluktuasi Debit (IPAL Setara, 2023) Penentuan debit untuk
unit pengolahan

2. Data Sekunder
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui literatur, jurnal, laporan tugas akhir,
kantor pemerintahan, instansi dan dinas-dinas terkait yang bersifat mendukung dalam
perencanaan. Untuk sumber data sekunder dapat dilihat pada Tabel 2 seperti berikut :

Tabel 2. Data Sekunder


No Data Sekunder Sumber Kegunaan
1 Kapasitas IPAL Literatur (Rudiantono. 2021) Penentuan debit untuk
unit pengolahan
2 Kualitas Air Limbah Literatur (Ariadi. 2008; Pradani, 2016; Pertimbangan alternatif
Domestik Aphirta, 2017; Dalimunthe, 2018; Anwariani. unit pengolahan biologis
2018; Romadhona, 2018; Nareswari, 2019;
Putri, 2020; Agustin, 2022)
3 Gambaran Umum Badan Informasi Geospasial (2020), BPS Penentuan lokasi
Daerah Pelayanan Kabupaten Karawang, BAPPEDA Kabupaten pembangunan IPAL
Karawang (2020),
4 Fluktuasi BOD TSS Literatur (Aphirta, 2017) Penentuan beban
parameter yang diolah

2.3 Pembuatan Alternatif Pengolahan


Jenis pengolahan yang akan dilakukan dalam mengolah air limbah bergantung pada
fluktuasi debit air limbah, kualitas dan kuantitas serta karakteristik yang dimiliki air limbah,
dan fluktuasi beban pencemar, seperti BOD dan TSS, pada air limbah domestik yang akan
diolah, Kualitas air limbah domestik dinyatakan dalam konsentrasi pada tiap-tiap parameter
yang terkandung di dalam air limbah, Hasil analisis karakteristik air limbah domestik akan
di bandingkan dengan baku mutu sehingga dapat diketahui seberapa besar parameter yang
harus disisihkan, Baku mutu yang digunakan sebagai efluen standar adalah Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

2.4 Pemilihan Alternatif


Metode Evaluasi IPAL Setara dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilahan
alternatif pengolahan, yaitu dengan mengevaluasi sistem pengolahan yang digunakan pada
IPAL tersebut. Selain itu, ada beberapa aspek lain, antara lain aspek teknis berupa kinerja,
sistem alat dan kemudahan operasi dan pemeliharaan unit pengolahan, aspek ekonomis,
dan aspek lingkungan berupa dampak yang akan ditimbulkan akibat keberadaan IPAL. Hal
tersebut harus diperhatikan untuk menentukan alternatif pengolahan agar diperoleh sistem
pengolahan yang efisien dan efektif, sehingga hasil evaluasi dapat dibandingkan dengan
keempat aspek diatas. Dengan telah dibuatnya alternatif pengolahan maka dapat
dilakukannya analisis dengan metode multi kriteria dalam menentukan alternatif
pengolahan yang efisien dan efektif. Pemilihan alternatif dilakukan pada pengolahan
43
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

biologis yang antara lain seperti Oxidation Ditch, Completely Mixed Activated Sludge
(CMAS), dan Aerated Lagoon.

2.5 Perhitungan Dimensi Unit IPAL Terpilih


Setelah data-data yang dibutuhkan telah lengkap, kemudian akan dilanjutkannya dengan
perhitungan kapasitas serta dimensi unit pengolahan yang terpilih dengan menggunakan
kapasitas IPAL sebesar 48.000 m3/hari. Perhitungan akan diawali dengan perhitungan
desain unit-unit pengolahan fisik seperti bak pengumpul, bar screen, grit chamber, dan bak
ekualisasi, Kemudian perhitungan akan dilanjutkan dengan menghitung desain unit
pengolahan biologis sesuai dengan alternatif yang terpilih. Jumlah lumpur yang dihasilkan
dari proses pengolahan biologis kemudian diperhitungkan untuk mengetahui efluen yang
dihasilkan dari proses pengolahan yang selanjutnya akan dibuang ke badan air. Setelah
melakukan perhitungan unit selesai, selanjutnya dilanjutkan dengan menghitung profil
hidrolis yang digunakan untuk mengetahui ketinggian muka air pada masing-masing unit
pada tata letak elevasi lokasi IPAL.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Data Kuantitas


Pada IPAL Tunggakjati direncanakan untuk dapat mengolah air limbah domestik untuk
melayani 100% dari 404568 jiwa masyarakat Kecamatan Karawang Barat dan Kecamatan
Karawang Timur. Rencana kuantitas perencanaan IPAL Perencanaan di Tunggakjati adalah
dengan kapasitas IPAL sebesar 48.000 m3/detik yang menggunakan 10% (Tyler G. Hicks
& Chopey, 2012) sebagai safety factor.

3.2 Analisis Data Kualitas


Dalam melakukan penentuan unit pengolahan, pembuatan 3 alternatif unit pengolahan air
limbah domestik perlu memperhatikan teknologi yang tepat dalam pengolahan dan juga
bersifat berkelanjutan untuk penerapannya. Pertimbangan dalam pemilihan teknologi
alternatif unit pengolahan air limbah domestik adalah untuk mengolah air limbah domestik
dengan kualitas air perencanaan. Dengan nilai kualitas air pada IPAL Setara maka
dilakukannya pembandingan kualitas air IPAL lain seperti pada Tabel 3 seperti berikut.

Tabel 3. Kualitas Air Limbah di IPAL Tanah Tinggi dan IPAL Semanggi
IPAL Tanah Tinggi IPAL Semanggi
Parameter
2018 a*
2020 b*
2022 c*
2017 d*
2018 e* 2019 f*
pH 6,99 - 6,05 7,25 7,1 7,1
BOD (mg/L) 48,4 81,25 62,96 160 110 100
COD (mg/L) 97,7 227,3 82 218 173 216
TSS (mg/L) 32,2 51,5 22,09 76 44 44
Sumber:
A = Dalimunthe, 2018 B = Putri, 2020
C = Agustin, 2022 D = Pradani, 2016
E = Romadhona, 2018 F = Nareswari, 2019

Jika nilai tersebut dibandingkan dengan konsentrasi rata-rata parameter yang diukur nilai
tersebut masih menunjukkan tingkat pencemaran yang rendah dari nilai BOD yang lebih
rendah dari 300 mg/l menurut (PPLLP Dirjen Cipta Karya PUPR). Oleh karena itu perlu
dilakukan perbandingan dengan data yang dapat merepresentasikan lokasi perencanaan.
44
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

Data lain yang dapat dibandingkan adalah seperti pada Tabel 4 yang berupa data kualitas
air pada Kabupaten Karawang yang diantaranya terdapat di daerah perencanaan IPAL.

Tabel 4. Kualitas Air di Saluran Drainase Karawang


Lokasi Sektor 18, Karawang
Parameter Adiarsa Adiarsa
Telukjambe Puseurjaya Sukaharja Nagasari
Barat Timur
BOD (mg/L) 132,12 274,3 180,17 69,065 205,97 172,16
COD (mg/L) 110,4 267,2 288 110,4 248 192
TSS (mg/L) 24,5 221,5 90,5 131 182 288,5
Sumber: Anwariani. 2018

Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 kualitas air limbah yang terpilih adalah pada Saluran
Drainase Karawang dengan kisaran nilai yang paling tinggi yaitu pada lokasi Sukaharja,
Kabuaten Karawang. Kualitas air limbah terpilih serta analisis penyisihan parameter air
limbah yang digunakan sebagai alternatif pemilihan dapat dilihat pada Tabel 5 untuk %
target penyisihan parameter minimal harus dicapai pada instalasi pengolahan air limbah
domestik.

Tabel 5. Target Penyisihan untuk IPAL Perencanaan


Nilai Baku Target
Parameter Satuan Selisih
Konsentrasi Mutu* Penyisihan
BOD mg/l 205.975 30 175.975 85%
COD mg/l 248 100 148 59%
TSS mg/l 182 30 152 83%
Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 68 Tahun 2016

Nilai rasio konsentrasi BOD dan COD yang menunjukan nilai biodegradibilitas air limbah
domestik pada kualitas air perencanaan adalah sebesar 0,82. Menurut Metcalf & Eddy
(2003) nilai biodegradabilitas untuk air limbah domestik dengan jangkauan 0,3 – 0,8
merupakan nilai yang umum untuk air limbah domestik. Air limbah domestik dengan nilai
biodegradabilitas sebesar 0,5 atau lebih besar berdasarkan Metcalf & Eddy (2003) dapat
dengan mudah untuk diolah menggunakan unit pengolahan biologis.

3.3 Analisis Data Fluktuasi Debit, BOD dan TSS


Air limbah yang mengalir masuk ke saluran pengolahan air limbah yang kemudian menuju
IPAL memiliki debit dan konsentrasi karakteristik yang berbeda setiap waktu. Fluktuasi debit
terjadi karena adanya perbedaan dalam waktu pemakaian air oleh masyarakat. Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi antara lain adalah gaya hidup
penduduk, dan panjang jaringan pipa air limbah dan juga adanya kawasan komersial. Data
fluktuasi ini diperlukan untuk mendesain unit pada bak ekualisasi agar proses pengolahan
air limbah dapat berjalan dengan baik. Pada perencanaan IPAL Tunggakjati ini fluktuasi
debit yang akan digunakan adalah data presentase fluktuasi debit BOD dan TSS dari hasil
analisis fluktuasi BOD dan TSS jangka pendek dalam 24 jam IPAL Setara sebagai acuan
yang disesuaikan dengan debit air limbah domestik.

45
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

Tabel 6 Fluktuasi Debit BOD TSS untuk Perencanaan

Waktu % Debit* BOD (mg/L)** TSS (mg/L)**


00.00 - 01.00 2,51% 6,28% 1,73%
01.00 - 02.00 2,33% 3,51% 1,62%
02.00 - 03.00 2,18% 1,48% 1,93%
03.00 - 04.00 2,38% 1,48% 2,94%
04.00 - 05.00 2,76% 2,40% 1,83%
05.00 - 06.00 4,34% 1,85% 3,45%
06.00 - 07.00 5,77% 1,66% 3,55%
07.00 - 08.00 5,06% 4,25% 5,89%
08.00 - 09.00 4,54% 4,62% 4,57%
09.00 - 10.00 3,58% 4,99% 6,70%
10.00 - 11.00 4,45% 4,25% 4,97%
11.00 - 12.00 5,57% 3,51% 7,02%
12.00 - 13.00 6,34% 3,70% 2,84%
13.00 - 14.00 5,12% 4,81% 6,60%
14.00 - 15.00 4,90% 3,88% 5,89%
15.00 - 16.00 5,60% 2,03% 7,11%
16.00 - 17.00 6,01% 3,70% 7,41%
17.00 - 18.00 6,12% 2,96% 9,44%
18.00 - 19.00 5,93% 4,07% 3,65%
19.00 - 20.00 3,59% 8,32% 2,54%
20.00 - 21.00 3,26% 7,21% 2,84%
21.00 - 22.00 2,50% 6,28% 1,93%
22.00 - 23.00 2,59% 7,21% 2,23%
23.00 - 24.00 2,58% 5,55% 1,32%
Sumber; *Hasil Perhitungan Penulis, ** Aphirta, 2017

3.4 Pembuatan Alternatif Unit Pengolahan Air Limbah


Dalam melakukan pengolahan air limbah domestik perlu diberikan alternatif pengolahan
yang sesuai dengan beban pengolahan yang harus diolah sehingga dapat menghasilkan
efluen yang sesuai dengan baku mutu air limbah domestik yang ditentukan. Adapun kriteria
pemilihan suatu alternatif pengolahan adalah :
a. Aspek Teknis
Meliputi kemudahan dari segi konstruksi, ketersediaan tenaga ahli, untuk
mendapatkan bahan-bahan konstruksi, operasi maupun pemeliharaan.
b. Aspek Ekonomis
meliputi pembiayaan dalam hal konstruksi, operasi maupun pemeliharaan dari
instalasi bangunan pengolahan air limbah.
c. Aspek Lingkungan
meliputi kemungkinan adanya gangguan terhadap penduduk dan lingkungan, yaitu
yang berhubungan dengan keseimbangan ekologis, serta penggunaan lahan.

Alternatif pengolahan pada proses pengolahan bertujuan untuk dapat mengkombinasikan


beberapa unit operasi dan proses sehingga mencapai pengolahan efektif, ekonomis, dan
mudah dalam pengoperasiannya. Setelah konsentrasi campuran dari air limbah domestik
dan industri dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No.68 tahun 2016, maka parameter yang perlu disisihkan adalah antara lain TSS
46
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

(Total Suspended Solid), BOD (Biochemical Oxygen Demand), dan COD (Chemical Oxygen
Demand) dengan nilai taget penyisihan seperti pada Tabel 5. Pada tahap pengolahan air
limbah domestik pada umumnya dilakukan dalam 3 tahap yaitu seperti sebagai berikut:
1. Primary Treatment
Pengolahan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan untuk memisahkan
padatan atau material tersuspensi yang terdapat pada air limbah domestik secara
fisika dengan tanpa adanya penambahan zat kimia maupun reaksi kimia dan
biokimia. Unit pada tahap ini antara lain adalah Barscreen, Grit Chamber, Bak
Ekualisasi, dan Bak Sedimentasi.
2. Secondary Treatment
Pengolahan ini merupakan tahapan yang dilakukan dengan proses biologis untuk
mengurangi atau menghilangkan kandungan material organik di dalam air limbah
domestik dengan bantuan mikroorganisme dan/atau media serta alat mekanis.
Sesuai dengan kualitas air perencanaan yang dapat diolah secara biologi menurut
Metcalf & Eddy (2003) maka penentuan alternatif akan dibedakan berdasarkan unit
pengolahan biologis. Berdasarkan hasil kajian, dengan banyaknya IPAL di Indonesia
yang menggunakan sistem tersuspensi maka alternatif akan disesuaikan dengan
jenis sistem tersebut, Pilihan unit pada tahap ini antara lain adalah Completely Mixed
Activated Sludge (CMAS), Oxidation Ditch, Extended dan Aerated Lagoon.
3. Sludge Treatment
Pengolahan ini merupakan tahapan akhir yang bertujuan untuk merngurangi kadar
air dalam lumpur yang dihasilkan dari proses sebelumnya, agar dapat dibuang
menuju disposal dalam bentuk padatan. Sesuai dengan unit biologis, unit pada
tahap ini antara lain adalah Sludge Thickener, Sludge Disgester, dan Sludge Drying
Bed.

Dengan hasil pertimbangan alternatif terpilih tersebut, diharapkan efluen yang juga sesuai
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik. Efisiensi penyisihan pada tiap unit pengolahan pada alternatif dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Efisiensi Penyisihan Unit Pengolahan


Nilai Efisiensi Penyisihan (%)
Unit Pengolahan Sumber
BOD COD TSS
Bar Screen 0 0 0
Communitor 0 0 0
Grit Chamber 0-5 0-5 0-5
Sedimentasi 1 30 - 40 30 - 40 50 - 65
Activated Sludge 80 - 95 80 - 85 80 - 90
Trickling Filter Metcalf & Eddy,
(-) High rate dengan media 65 - 80 60 - 80 60 - 85 2003
batu
(-) Super rate dengan media 65 - 85 65 - 85 65 - 85
plastik
Rotating Biological 60 - 85 80 - 85 80 - 85
Contraction (RBC)
Extended Aeration 80 80 85 Metcalf & Eddy,
Reverse Osmosis 90 - 100 90 - 100 0 2003 dan Qasim,
Stabilization Ponds 75 - 80 70 - 75 80 - 85 1998
Aerated Lagoon 77 - 96 77 - 97 77 - 98 Qasim, 1999
47
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

Nilai Efisiensi Penyisihan (%)


Unit Pengolahan Sumber
BOD COD TSS
Activated Sludge 95 85 90 Metcalf & Eddy,
Oxidation Ditch 95 85 90 2003
Moving Bed Biofilm Reactor 81 - 88 80 - 90 90 - 95 Said & Santoso,
2018
Secondary Clarifier 40 40 65 Qasim, 1999
Desinfeksi Kecil Kecil Kecil Metcalf & Eddy,
2003

3.4.1 Alternatif I Unit Pengolahan Air Limbah


Berdasarkan dari parameter air limbah domestik yang perlu disishkan, maka unit
pengolahan pada alternatif I terdiri atas barscreen, Grit Chamber, Bak ekualisasi, bak
sedimentasi, unit biologis Oxidation Ditch, Bak Clarifier, Unit pengolahan lumpur seperti
Sludge Thickener, Sludge Digester, dan Sludge Drying Bed, dan unit disinfeksasi.

Gambar 2 Diagram Alir Alternatif I

Tabel 8 Efisiensi Penyisihan Pengolahan Alternatif I


Efisiensi Konsentrasi Efisiensi
No Penyisihan (%) Efluen Pengolahan
Unit Pengolahan Akhir
BOD COD TSS BOD COD TSS BOD COD TSS
1 Bar Screen 0 0 0 205,97 248 182
2 Grit Chamber 0 0 0 205,97 248 182
3 Bak Ekualisasi 0 0 0 205,97 248 182
4 Primary 98.05% 94.15% 98.42%
35 35 55 133,25 161,2 81,9
Sedimentation
5 Oxidation Ditch 95 85 90 6,66 24,18 8,19
6 Secondary Clarifier 40 40 65 3,99 14,50 2,86

3.4.2 Alternatif I Unit Pengolahan Air Limbah


Berdasarkan dari parameter air limbah domestik yang perlu disishkan, maka unit
pengolahan pada alternatif I terdiri atas barscreen, Grit Chamber, Bak ekualisasi, bak
sedimentasi, unit biologis Complete Mixed Activated Sludge, Bak Clarifier, Unit
pengolahan lumpur seperti Sludge Thickener, Sludge Digester, dan Sludge Drying Bed,
dan unit disinfeksasi.

48
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

Gambar 3 Diagram Alir Alternatif II

Tabel 9 Efisiensi Peyisihan Pengolahan Alternatif II


Efisiensi Konsentrasi Efluen Efisiensi
No Unit Pengolahan Penyisihan (%) Akhir Pengolahan
BOD COD TSS BOD COD TSS BOD COD TSS
1 Bar Screen 0 0 0 205,97 248 182
2 Grit Chamber 0 0 0 205,97 248 182
3 Bak Ekualisasi 0 0 0 205,97 248 182
4 Primary 35 35 55 133.25 161.2 81.9 98.05% 94.15% 98.42%
Sedimentation
5 CMAS 95 85 90 6.66 24.18 8.19
6 Secondary Clarifier 40 40 65 3.99 14.50 2.86

3.4.3 Alternatif I Unit Pengolahan Air Limbah


Berdasarkan dari parameter air limbah domestik yang perlu disishkan, maka unit
pengolahan pada pada alternatif III terdiri atas barscreen, Grit Chamber, Bak ekualisasi,
unit biologis Aerated Lagoon, Kolam Maturasi, dan unit pengolahan lumpur seperti
sludge drying bed.

Influen
Bar Screen Grit Chamber Bak Ekualisasi Aerated Lagoon Kolam Maturasi

Sludge Drying Bed

Efluen

Gambar 4 Diagram Alir Alternatif III

Tabel 10 Efisiensi Penyisihan Pengolahan Alternatif III


Efisiensi Konsentrasi Efluen Efisiensi
No Penyisihan (%) Akhir
Unit Pengolahan Pengolahan
BOD COD TSS BOD COD TSS BOD COD TSS
1 Bar Screen 0 0 0 205,97 248 182
2 Grit Chamber 0 0 0 205,97 248 182
97% 96.25% 97.75%
3 Bak Ekualisasi 0 0 0 205,97 248 182
4 Aerated Lagoon 85 85 85 30.75 37.2 27.3
49
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

Efisiensi Konsentrasi Efluen Efisiensi


No Penyisihan (%) Akhir
Unit Pengolahan Pengolahan
BOD COD TSS BOD COD TSS BOD COD TSS
5 Kolam Maturasi 80 75 85 6.15 9.3 4.09

3.5 Penentuan Alternati Terpilih dengan Analisis Multi Kriteria Standarisasi


Dalam menentukan alternatif terpilih dilakukan analisis multi kriteria dengan
memerhitungkan bobot pada setiap kriteria, serta sistem penilaian dan skor. Pembobotan
untuk setiap aspek berbeda, untuk aspek teknis dibobotkan dengan nilai sebesar 55%,
Aspek Ekonomis 30%, dan Aspek Lingkungan 15%. Aspek teknis memiliki bobot sebesar
55% karena berperan sangat penting dalam berjalannya pengolahan. Untuk Aspek
Ekonomis berperan penting untuk biaya pemeliharaan dan pengoperasian, dan Aspek
Lingkungan sebesar 15% karena tidak terlalu mengganggu berjalannya pengolahan. Nilai
pembobotan tersebut dipilih berdasarkan dengan pembandingan beberapa literatur dalam
analisis multi kriteria. Pada pembobotan ini berpengaruh pada perhitungan analisis multi
kriteria dimana setiap aspek memiliki aspek penilaiannya masing-masing. Untuk setiap
penilaian pada setiap aspek secara terinci dapat dilihat seperti pada Tabel 11.

Tabel 11 Kriteria Penilaian Pada Aspek Penentuan Alternatif


Aspek Bobot Nilai
No
Penilaian Penilaian ++ + +/- -
Aspek Teknis (Total Bobot Penilaian = 55%)
Efisiensi Efisiensi Efisiensi Efisiensi
penyisihan penyisihan penyisihan penyisihan
parameter parameter pada parameter pada parameter pada
Efisiensi
1 15% pada pengolahan pengolahan pengolahan
Penyisihan
pengolahan sebesar 60-80% sebesar 40-60% sebesar 20-40%
sebesar 80-
90%
Konstruksi Konstruksi dapat Konstruksi tidak Konstruksi tidak
dapat dilakukan secara dapat dilakukan dapat dilakukan
Konstruksi dilakukan mudah namun secara mudah secara mudah
2 10%
IPAL secara mudah memerlukan dengan waktu dan juga
dengan waktu waktu yang yang sedikit memerlukan
yang sedikit lama waktu yang lama
SDM tidak SDM yang SDM yang SDM yang
dibutuhkannya dibutuhkan pada dibutuhkan dibutuhkan pada
sarjana muda struktural pada struktural struktural
dan operator minimal sarjana setingkat setingkat sarjana
SDM
lulusan SLTA muda dan pada sarjana dan lebih dari 1
3 Pengelola 10%
sebagai SDM operator adalah pada operator orang dan pada
IPAL
minimal lulusan SLTA adalah lulusan operator adalah
terlatih SLTA terlatih lulusan SLTA
sebanyak 2 sebanyak 3 terlatih lebih dari
orang orang 3 orang
Teknik Tersedianya Diperlukannya Diperlukannya
pengoperasian panduan, namun personil terlatih personil ahli pada
mudah untuk dibutuhkannya tanpa bantuan proses
Teknik
4 10% dilakukan pelatihan lebih panduan pengolahan
Pengoperasian
dengan lanjut
bantuan
panduan

50
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

Aspek Bobot Nilai


No
Penilaian Penilaian ++ + +/- -
Tanpa unit Terdapat unit Terdapat unit Terdapat
yang yang bergerak, yang bergerak, kemungkinan
bergerak, dengan dengan untuk terjadinya
dengan tidak berpotensi untukberpotensi kerusakan yang
berpotensi rusak bahkan untuk rusak diperlukannya
Sistem
5 10% untuk rusak dalam kondisi bahkan dalam sistem baru
Pengoperasian
bahkan dalam buruk dan dapat kondisi buruk
kondisi buruk diperbaiki dan
dan dapat membutuhkan
diperbaiki perkgantian
suku cadang
- - Tidak Menggunakannya
menggunakan bahan berbahaya
bahan yang dapat
berbahaya yang memberikan
dapat dampak buruk
Keamanan
6 5% memberikan pada kesehatan
IPAL
dampak buruk ataupun
pada kesehatan menyebabkan
ataupun kecelakaan
menyebabkan
kecelakaan
Aspek Ekonomis (Total Bobot Penilaian = 30%)
Penggunaan Penggunaan Pengunaan Penggunaan
lahan tidak lahan tidak lahan yang luas lahan lebih luas
Penggunaan
1 10% luas terlalu luas dengan alternatif
Lahan
dengan lain
alternatif lain
Biaya Biaya Biaya Biaya
pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan
Biaya
2 10% dan tinggi namun rendah namun dan pemakaian
Pengoperasian
pemakaian pemakaian listrik pemakaian listrik tinggi
listrik rendah rendah listrik tinggi
Unit sedikit Unit sedikit Unit banyak Unit banyak
sehingga sehingga biaya sehingga biaya sehingga biaya
Biaya
3 10% biaya konstruksi konstruksi lebih konstruksi lebih
Konstruksi
konstruksi rendah dengan tinggi tinggi dengan
rendah alternatif lain alternatif lain
Aspek Lingkungan (Total Bobot Penilaian = 15%)
Tidak Menimbulkan Menimbulkan Efluen berbau
Kemungkinan memcemari pencemaran perkembangbiak
1 15%
Pencemaran Lingkungan udara an serangga
Sekitar

Penggunaan peringkat pada analisis (++,+,+/-) akan menambah nilai awal, sedangkan
penilaian (-) tidak memberikan pengaruh apapun. Peringkat (+/-) mewakili rata – rata
tingkat kesesuaian alternatif yang dapat dicapai. Lebih dari rata – rata kesesuaian nilai oleh
(+) atau (++) tergantung pada kualitas kriteria. Kelemahan alternatif akan dinilai (-).
Peringkat tersebut kemudian dapat dinominalkan sebagai nilai seperti pada Tabel 12
berikut.

51
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

Tabel 12 Penilaian Peringkat


Peringkat Nilai
++ 75
+ 50
+/- 25
- 0

Setiap alternatif memiliki keuntungan dan kekurangan yang berbeda. Dari perbandingan
setiap alternatif pengolahan dapat diketahui nilai dan kriteria peringkat pada alternatif
pengolahan. Dengan sistem ini, nilai tertinggi yang bisa dicapai adalah 75 dengan nilai
terendah 0. Penilaian peringkat digunakan untuk menentukan tingkat kelayakan setiap
alternatif. Tingkat kelayakan diklasifikasikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah sesuai
dengan total nilai yang dicapai. Dengan didapatkannya nilai akhir dari penilaian pada
analisis maka kemudian dapat diketahui nilai tingkst kelayakan dari alternatif yang mungkin
akan digunakan. Semakin tinggi total nilai maka semakin tinggi pula tingkat kelayakannya.
Klasifikasi kelayakan alternatif pada nilai skor dapat diliihat pada Tabel 13 seperti berikut.

Tabel 13 Tingkat Kelayakan


Total Nilai Kelayakan
50 - 75 Tinggi
25 - 50 Sedang
0 – 25 Rendah

3.6 Alternatif Terpilih Pengolahan Air Limbah


Berdasarkan ketiga alternatif tersebut, perbedaan hanya terdapat di pengolahan biologis.
Dengan menggunakan analisis multi kriteria maka pemilihan alternatif di tentukan
berdasarkan 3 Aspek, yaitu Aspek Teknis, Aspek Ekomonis, dan Aspek Lingkungan.
Pemilihan alternatif didasarkan pada alternatif dengan tingkat kelayakan tertinggi. Hasil
analisis secara rinci dapat dilihat pada Tabel 14 seperti berikut

Tabel 14 Analisis Multi Kriteria Pengolahan Biologis Alternatif


Alternatif I Alternatif II Alternatif III
Kriteria Bobot
Penilaian Nilai Skor Penilaian Nilai Skor Penilaian Nilai Skor
Aspek Teknis 55%
Efisiensi Penyisihan 15% ++ 75 11.25 ++ 75 11.25 ++ 75 11.25
Konstruksi IPAL 10% +/- 25 2.5 + 50 5 + 50 5
SDM Pengelola IPAL 10% ++ 75 7.5 ++ 75 7.5 ++ 75 7.5
Teknik Pengoperasian 10% + 50 5 + 50 5 ++ 75 7.5
Sistem Pengoperasian 10% + 50 5 + 50 5 ++ 75 7.5
Keamanan IPAL 5% ++ 75 3.75 ++ 75 3.75 ++ 75 3.75
Aspek Ekonomis 30%
Penggunaan Lahan 10% + 50 5 + 50 5 - 25 0
Biaya Pengoperasian 10% +/- 25 2.5 +/- 25 2.5 ++ 75 7.5
Biaya Konstruksi 10% +/- 25 2.5 + 50 5 +/- 25 2.5
Aspek Lingkungan 15%
Kemungkinan
15% + 50 7.5 + 50 7.5 + 50 7.5
Pencemaran
Total Penilaian 52.5 57.5 60
Tingkat Penilaian Tinggi Tinggi Tinggi

52
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

Dari hasil analisis multi kriteria tersebut didapatkan bahwa untuk semua dari alternatif
memiliki tingkat kelayakan Tinggi. Untuk Alternatif I dengan total penilaian 52.5, Alternatif
II dengan total penilaian 57.5, dan Alternatif III dengan total penilaian 60. Hasil tersebut
menunjukan jika seluruh alternatif layak untuk digunakan dalam pengolahan air limbah
domestik. Namun, pada perencanaan ini alternatif yang terpilih adalah alternatif III yang
mempunyai hasil total penilaian yang paling besar untuk 3 aspek penilaian dalam melakukan
pengolahan air limbah domestik. Pada alternatif III didapatkan bahwa efisiensi penyisihan
dari parameter di air limbah domestik olahan memenuhi standar baku mutu, untuk BOD
tersisihkan sebesar 97% yang dimulai dengan konsentrasi sebesar 205,97 mg/l menjadi
6,15 mg/L, untuk parameter COD tersisihkan sebesar 96,25% dengan konsentrasi yang
diawali dari 248 mg/L menjadi 9,3 mg/L, dan untuk parameter TSS tersisihkan sebesar
97.75% dengan konsentrasi awal 182 mg/L menjadi 4,09 mg/L. Maka dari itu alternatif III
yang menggunakan Aerated Lagoon sebagai pengolahan biologis akan digunakan pada
perencanaan instalasi pengolahan air limbah domestik ini berdasarkan dari hasil analisis
multi kriteria. Diagram alir alternatif terpilih dapat dilihat pada Gambar 5. Rangkaian unit
pada pengolahan dengan menggunakan alternatif III secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Bar Screen, unit pengolahan ini berfungsi sebagai penyaring benda-benda kasar
yang dapat berkemungkinan untuk menyumbat proses pengolahan air limbah
domestik yang berlangsung seperti sampah plastik ataupun dedaunan.
2. Grit Chamber, unit pengolahan ini berdungsi sebagai penyisih material grit seperti
pasir kerikil dan lumpur yang dapat terbawa pada air limbah domestik secara
gravitasi
3. Bak Ekualisasi, unit pengolahan ini berfungsi sebagai pengendali fluktuasi pada
debit air limbah domestik agar tidak terjadinya shock loading.
4. Unit Pengolahan Biologis, unit ini berfungsi sebagai penyisih konsentrasi BOD, COD
dan TSS secara biologis dengan menggunakan teknologi Aerated Lagoon yang
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan 1 kolam maturasi.
5. Unit Pengolahan Lumpur, unit pengolahan ini berfungsi sebagai pengurang kadar
air dan reduksi dari hasil lumpur dari proses pengolahan biologis yang telah
terendap pada kolam pengolahan biologis dengan menggunakan sludge drying bed.

Gambar 5 Diagram Alternatif Terpilih

4. KESIMPULAN

Pada IPAL Tunggakjati direncanakan untuk dapat mengolah air limbah domestik untuk
melayani 100% dari 404.568 jiwa masyarakat Kecamatan Karawang Barat dan Kecamatan
Karawang Timur. Rencana kuantitas perencanaan di IPAL Tunggakjati adalah sebesar
48.000 m3/detik yang menggunakan 10% (Tyler G. Hicks & Chopey, 2012) sebagai safety
factor. Data untuk kualitas influen IPAL perencanaan berdasarkan data sekunder Anwariani
53
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

(2018) pada Saluran Drainase Sektor 18 Karawang. Kualitas influen yang digunakan
memiliki parameter BOD sebesar 205,97 mg/L, COD 248 mg/L dan TSS 182 mg/L. Terdapat
tiga alternatif yang dibuat untuk IPAL Tunggakjati. Rangkaian unit pengolahan pada
alternatif I terdiri atas barscreen, Grit Chamber, Bak ekualisasi, bak sedimentasi, unit
biologis Oxidation Ditch, Bak Clarifier, Unit pengolahan lumpur seperti Sludge Thickener,
Sludge Digester, dan Sludge drying bed, dan unit disinfeksasi. Rangkaian unit pengolahan
pada alternatif II terdiri atas barscreen, Grit Chamber, Bak ekualisasi, bak sedimentasi, unit
biologis Completed Mixed Activated Lagoon, Bak Clarifier, Unit pengolahan lumpur seperti
Sludge Thickener, Sludge Digester, dan Sludge drying bed, dan unit disinfeksasi. Rangkaian
unit pengolahan pada alternatif III terdiri atas terdiri atas barscreen, Grit Chamber, Bak
ekualisasi, unit biologis Aerated Lagoon, Kolam Maturasi, dan unit pengolahan lumpur
seperti sludge drying bed.. Dari hasil analisis multi kriteria tersebut didapatkan bahwa untuk
semua dari alternatif memiliki tingkat kelayakan Tinggi. Untuk Alternatif I dengan total
penilaian 52.5, Alternatif II dengan total penilaian 57.5, dan Alternatif III dengan total
penilaian 60. Hasil tersebut menunjukan jika seluruh alternatif layak untuk digunakan dalam
pengolahan air limbah domestik. Namun, berdasarkan analisis ini alternatif yang dapat
dipilih adalah alternatif III yang mempunyai hasil penilaian yang paling besar pada 3 aspek
penilaian. Pada alternatif terpilih konsentrasi influen BOD sebesar 205.97 mg/L pada efluen
IPAL menjadi sebesar 6.15 mg/L. Pada konsentrasi Influen TSS sebesar 182 mg/L pada
efluen IPAL menjadi sebesar 4.095 mg/L. Sedangkan untuk parameter COD dengan
konsentrasi yang diawali dari 248 mg/L menjadi 9,3 mg/L. Dari hasil tersebut diketahui
perencanaan ini dapat melakukan penyisihan pada BOD sebesar 97%, pada COD sebesar
96,25% dan pada TSS sebesar 97.75%.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, R. 2022. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tallo Di Kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas Trisakti

Anwariani, D. 2018. Beban Pencemar Limbah Domestik dari Saluran Drainase dan Persepsi
Masyarakat untuk Pengendaliannya: Studi Kasus Bantaran Sungai Citarum Segmen
Hilir. Skripsi. Universitas Trisakti. Jakarta.

Aphirta, S. 2017. Design of Domestic Wastewater Treatment Plant in Region of Zone 1 DKI
Jakarta. Skripsi. Universitas Trisakti. Jakarta.

Ariadi, N

. 2008. Perencanaan bangunan pengolahan air buangan Kawasan Delta Mas Cikarang
Pusat. Skripsi. Universitas Trisakti. Jakarta.

Metcalf & Eddy, Inc., 2003. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4th Edition.
Mc Graw-Hill. New York.

Mubin F, Binilang A, dan Halim F. 2016. Perencanaan sistem pengolahan air limbah
domestik di Kelurahan Istiqlal Kota Manado. Jurnal Sipil Statik. 4(3): 211-223.

Nareswari, T. P. A. 2019. Tinjauan kinerja bak pengendap instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) Semanggi. Surakarta

Pradani, A. T. 2016. Pengolahan air limbah domestik di IPAL Semanggi Kota Surakarta.
54
Jurnal Bhuwana
Sa’dman, Astuti, dan Hadisoebroto
Vol. 3 No. 1 Hal. 40-55 Tahun 2023
DOI: https://doi.org/10.25105/bhuwana.v3i1.17527

Surakarta.

Putri, R. D. 2020. Perencanaan bangunan pengolahan air limbah di Waduk Telukgong


Jakarta Utara. Skripsi. Universitas Trisakti. Jakarta.

Romadhona, S. I. 2018. Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Semanggi dengan
Data Pelanggan sampai Tahun 2018. Surakarta.

Rudiantono, Ericha Salsabila. 2021. Perencanaan Pipa Induk Sistem Penyaluran Air Limbah
di Kecamatan Karawang Barat Dan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Skripsi.
Universitas Trisakti.

Said, N. I., & Santoso, T. I. 2018. Penghilangan Polutan Organik Dan Padatan Terrsuspensi
Di Dalam Air Limbah Domestik Dengan Proses Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).
Jurnal Air Indonesia, 8(1), 33–46.

55

Anda mungkin juga menyukai