Anda di halaman 1dari 6

GUGATAN SULASTRI

Jakarta, 20 Januari 2018

Lampiran:
1. Anjuran
2. Surat Kuasa

Kepada Yth,
Ketua Pengadilan Hubungan Industrial
Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Jl. Bungur Besar Raya No. 24, 26, 28
Jakarta Pusat

Perihal: Gugatan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja

Dengan hormat,
Perkenankanlah kami, PERJUANGAN dan MAKMUR,
keduanya warga negara Indonesia selaku Pengurus Komisariat
Federasi Serikat Buruh Niaga, Keuangan, dan Perbankan PT
Sejahtera (PK FSB NIKEUBA) , beralamat di Jl. Raya Jakarta-
Bogor KM 28 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, HP/WA:
0810-8386-0000, e-Mail: pkfnikeubapts@gmail.com,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 10 Januari 2018
(terlampir), bertindak untuk dan atas nama:

Nama : SULASTRI,
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan/jabatan : Karyawan/Staf Pengadaan PT
SEJAHTERA
Alamat : Jl. Mangga No. 3 RT 05, RW 04, Kel. X,
Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa
Barat;
Selanjutnya disebut Penggugat;

1|6
Dengan ini mengajukan gugatan perselisihan pemutusan
hubungan kerja (PHK) terhadap PT SEJAHTERA, beralamat
di Jl. Raya Jakarta-Bogor KM 28 Pekayon, Pasar Rebo,
Jakarta Timur, selanjutnya disebut Tergugat;

Adapun alasan-alasan diajukannya gugatan ini adalah sebagai


berikut: PK FSB NIEKEBUA

1. Bahwa Penggugat telah bekerja pada Tergugat sejak


tanggal 1 November 2011 dengan menerima upah terakhir
sebesar Rp6.000.000,00,- (enam juta rupiah) per bulan;
2. Bahwa selama Penggugat bekerja pada Tergugat,
Penggugat tidak pernah mendapat surat peringatan dan
juga tidak pernah melakukan kesalahan;
3. Bahwa akan tetapi pada tanggal 10 Oktober 2017 secara
tiba-tiba Tergugat melalui Kepala Personalia, yaitu Sdr.
Semburu, S.H., melakukan PHK terhadap Penggugat
melalui surat No. 20/Pers.MJ/X/2017 tertanggal 10 Oktober
2017 atas alasan Penggugat dituduh melakukan kesalahan
berat, dimana pada tanggal 9 Oktober 2017 mulai pukul
13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB (jam pulang
kerja) Penggugat bersama Bapak Subaik (Kepala Bagian
Transportasi) dengan sengaja meninggalkan pekerjaan
yang berakibat Tergugat mengalami kerugian karena
proses produksi menjadi berhenti selama 4 (empat) jam
karena tidak ada material yang dapat dikerjakan para
pekerja;
4. Bahwa tuduhan Tergugat tersebut adalah tidak benar,
karena pada tanggal 9 Oktober 2017 mulai pukul 13.00
WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB Penggugat telah
mendapat ijin dari atasan langsung Penggugat, yaitu
Kepala Bagian Pengadaan (Bapak Robby) untuk pulang ke
rumah karena Penggugat mengalami sakit pusing-pusing
dan muntah. Sedangkan Bapak Subaik hanya mengantar
Penggugat pulang ke rumah Penggugat di Depok;
5. Bahwa lagi pula menurut informasi yang Penggugat terima
dari beberapa orang pekerja, tidak ada produksi berhenti
pada tanggal 9 Oktober 2017 mulai pukul 13.00 WIB s/d
2|6
17.00 WIB sebagaimana yang dituduh Tergugat. Dan
seandainya pun proses produksi berhenti pada tanggal 9
Oktober 2019 pukul 13.00 WIB s/d 16.00 WIB dan
Penggugat sengaja meninggalkan pekerjaan pada tanggal
dan jam tersebut, quod non/padal tidak, adalah tidak adil
apabila hanya Tergugat yang dituduh melakukan
kesalahan karena di bagian Pengadaan terdapat 4 (empat)
orang staf Pengadaan;
6. Bahwa menurut Penggugat, PHK yang dilakukan Tergugat
melalui Kepala Personalia Sdr. Semburu, S.H., adalah
tidak murni karena Penggugat melakukan kesalahan
sebagaimana diuraikan di atas, akan tetapi karena Sdr.
Semburu, S.H., cemburu melihat Penggugat diantar pulang
oleh Bapak Subaik, dimana sejak bulan Agustus 2017 Sdr.
Semburu, S.H., sering mengajak Penggugat pulang
bersama naik mobilnya, akan tetapi Penggugat selalu
menjawab “terima kasih pak”;
7. Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, tidak ada
alasan bagi Tergugat untuk melakukan PHK terhadap
Penggugat, karenanya Surat Tergugat No.
20/Pers.S/X/2017 tertanggal 10 Oktober 2017 tentang
pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap Penggugat
adalah beralasan menurut hukum untuk dinyatakan tidak
sah dan batal demi hukum, dan karenanya pula beralasan
menurut hukum Tergugat diperintahkan untuk
mempekerjakan kembali Penggugat pada posisi dan
jabatan semula;
8. Bahwa apabila Tergugat tidak bersedia secara sukarela
mempekerjakan kembali Penggugat pada posisi dan
jabatan semula maka beralasan menurut hukum Tergugat
dihukum untuk membayar uang
paksa (dwangsom) sebesar Rp250.000,00,- (dua ratus
lima puluh ribu rupiah) perhari sejak putusan perkara a
quo berkekuatan hukum tetap;
9. Bahwa sejak tanggal 11 Oktober 2017 sampai dengan
tanggal gugatan a quo dibuat, Tergugat tidak pernah lagi
membayar upah Penggugat, padahal Penggugat tidak

3|6
dapat melakukan kewajiban bekerja pada Tergugat
bukanlah atas kesalahan Penggugat melainkan Tergugat
sendiri yang melakukan kesalahan dengan melakukan
pemutusan hubungan kerja tanpa alasan dan dasar hukum.
Oleh karena itu adalah beralasan hukum Tergugat dihukum
untuk membayar upah Penggugat sejak tanggal 11
Oktober 2017 s/d 20 Januari 2018 sebesar sebagai berikut:
- tanggal 11 Oktober 2017 s/d 30 Oktober 2017 =
Rp6.000.000,00 : 30 hari x 20 hari = Rp4.000.000,00; -
November 2017 dan Desember 2017 = 2 bulan x
Rp6.000.000,00 = Rp12.000.000,00; - tanggal 1 Januari
2018 s/d 20 Januari 2018 = Rp6.000.000,00 : 30 hari x 20
hari = Rp4.000.000,00,- dengan jumlah total =
Rp20.000.000,00,- (dua puluh juta rupiah);
10. Bahwa oleh karena hubungan kerja antara Penggugat
dengan Tergugat tidak pernah terputus, sedangkan
Penggugat tidak melakukan kewajiban bekerja pada
Tergugat bukan atas kesalahan Penggugat maka
beralasan menurut hukum Tergugat dihukum untuk
membayar upah Penggugat sejak tanggal 21 Januari 2018
sampai dengan putusan perkara a quo dilaksanakan
Tergugat;
11. Bahwa apabila Tergugat lalai melaksanakan putusan
perkara a quo sepanjang penghukuman membayar upah
Penggugat sebagaimana dimaksud dalil angka 9 dan 10
mohon Yang Mulia Majelis Hakim menghukum Tergugat
untuk membayar bunga moratoir kepada Penggugat
sebesar 2% (dua persen) per bulan terhitung sejak putusan
perkara a quo berkekuatan hukum tetap sampai dengan
Tergugat melaksanakannya;
12. Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, beralasan
menurut hukum gugatan Penggugat dikabulkan untuk
seluruhnya.

Berdasarkan dalil-dalil yang telah diuraikan di atas, mohon


kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara a quo untuk memberikan putusan sebagai
berikut:
4|6
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan surat Tergugat No. 20/Pers.S/X/2017
tertanggal 10 Oktober 2017 tentang pemutusan hubungan
kerja terhadap Penggugat tidak sah dan batal demi hukum;
3. Memerintahkan Tergugat untuk mempekerjakan kembali
Penggugat pada posisi dan jabatan semula;
4. Menghukum Tergugat untuk membayar uang
paksa (dwangsom) sebesar Rp250.000,00,- (dua ratus lima
puluh ribu rupiah) perhari terhitung sejak putusan perkara a
quo berkekuatan hukum tetap, apabila Tergugat lalai
menjalankan putusan perkara a quo sepanjang mengenai
perintah mempekerjakan kembali Penggugat pada posisi
dan jabatan semula;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar upah Penggugat
sejak tanggal 11 Oktober 2017 s/d 20 Januari 2018 sebesar
Rp20.000.000,00,- (dua puluh juta rupiah);
6. Menghukum Tergugat untuk membayar upah Penggugat
sejak tanggal 21 Januari 2018 sampai dengan putusan
perkara a quo diucapkan;
7. Menghukum Tergugat untuk membayar bunga moratoir
keterlambatan pembayaran upah Penggugat sebesar 2%
(dua persen) perbulan terhitung sejak putusan ini
berkekuatan hukum tetap sampai dengan Tergugat
melaksanakan kewajiban membayar upah Penggugat;
8. Menetapkan biaya perkara ini sesuai peraturan perundang-
undangan;

Atau,
Apabila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain, mohon
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Hormat kami,
Kuasa Penggugat,

Materai

PERJUANGAN

5|6
MAKMUR

6|6

Anda mungkin juga menyukai