Dosen Pengampu: Bapak Drs. Nurdin, M.Si. dan Ibu Rahmawati, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
KELOMPOK 11
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Persoalan Ekonomi
Semakin majunya tingkat peradaban, maka semakin banyak dan semakin bervariasi
pula kebutuhan manusia. Di lain pihak, alat pemuas kebutuan terbatas adanya.
Ketidakseimbangan antara kebutuhan yang selalu meningkat dengan alat pemuas
kebutuhan yang terbatas tersebut menyebabkan diperlukannya sebuah ilmu yang
disebut “ilmu ekonomi”. Beberapa persoalan pokok yang diharapkan mampu
dipecahkan oleh ilmu ekonomi anatara lain:
1. Bagaimana mengombinasikan sumber daya yang dimiliki agar dapat
menghasilkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
2. Apa dan berapa banyak tiap barang dan jasa perlu dihasilkan
3. Bagaimana mendistribusikan tiap barang dan jasa kepada masyarakat yang
membutuhkannya
B. Batasan
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani: oikos dan nomos. Oikos berarti rumah
tangga (house-hold), sedangkan nomos berarti aturan, kaidah, atau pengelolaan.
Dengan demikian, secara sederhana ekonomi dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah,
aturan-aturan atau cara pengelolaan auatu rumah tangga. Definisi yang lebih popular
dari ilmu ekonomi yaitu salah satu cabang ilmu social yang khusus mempelajari
tingkah laku manusia atau segolongan masyarakat dalam usahanya memenuhi
kebutuhan yang relative tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas
adanya.
Sistem ekonomi adalah interaksi dari unit-unit ekonomi yang kecil (para konsumen
dan produsen) ke dalam unit ekonomi yang lebih besar, di suatu wilayah tertentu.
Sistem ekonomi terdiri dari:
1. Sistem liberal/kapitalisme
Yitu suatu bentuk sistem dengan dengan corak keputusan pertama (lebih banyak
diserahkan pada kemajuan orang per orang).
2. Sistem sosialisme/komunisme
Yaitu sistem yang serba diatur dan dikomando oleh pemerintah.
3. Sistem perekonomian campuran (mixed economy)
Yaitu sistem campuran dari sistem liberal dengan sistem sosialisme.
C. Ruang Lingkup
Bab I sebagai bab pendahuluan, diterangkan mengenai beberapa hal tentang
persoalan-persoalan ekonomi; batasan tentang ilmu ekonomi; sistem ekonomi dan
sejarah pemikiran ekonomi; ruang lingkup; serta manfaat mempelajari perkembangan
pemikiran-pemikiran ekonomi.
Bab II berisi pemikiran-pemikiran dari para ahli ekonomi pada era pra-klasik,
yang meliputi pemikiran-pemikiran ekonomi pada masa Yunani Kuno (Xenophone,
Plato, Aristoteles); aliran skolastik dengan dua tokoh utamanya St. Albertus Magnus
dan St. Thomas Aquinas; pemikiran-pemikiran ekonomi era merkantilisme seperti
Jean Boudin, Thomas Mun, William Petty, David Hume, dan sebagainya dan aliran
fisiokratisme dengan tokoh utamanya Francis Quesnay.
Bab III khusus membahas pemikiran-pemikiran tokoh utama kaum klasik,
yaitu pemikiran-pemikiran Adam Smith mengenai hakikat manusia serakah, tentang
mekanisme bekerjanya paar bebas, teori nilai, teori pembagian kerja, serta teori
tentang akumulasi kapital.
Bab IV membahas mengenai pemikiran tokoh-tokoh klasik lainnya seperti
pemikiran-pemikiran David Ricardo, Thomas Malthus, Jean Baptiste Say dan John
Stuart Mill. Pada Bab V membahas mengenai pandangan dan pemikiran ekonomi dari
aliran social sebelum Marx, yaitu dari tokoh-tokoh utopis seperti Thomas More,
Tomasco Campanella dan sebagainya. Dibahas pula tokoh-tokoh yang merealisasi
cita-cita mereka dengan mendirikan bersama seperti Robert Owen, Charles Fourier,
Louis Blanc, dan sebagainya.
Bab VI dilanjutkan dengan mengetengahkan pemikiran-pemikiran sosialis dari
tokoh utamanya, yaitu Karl Marx yang membahas mengenai kecamannya terhadap
sistem liberal/kapitalis; teori tenteng pertentangan kelas; teori nilai surplus dan
eksploitasi; dialektika materialism historis; fase-fase perkembangan masyarakat; dan
beda sosialisme dan kapitalisme menurut Marx.
Bab VII diuraikan mengenai berbagai pemikiran dari tokoh-tokoh sosialis
lainnya yang merupakan pembaharuan terhadap marxisme, aitu dari Lenin, kaum
revisionis dan dari aliran kiri baru, yang diakhiri dengan suatu diskusi. Pada Bab VIII
diuraikan bagaimana pakar-pakar dari kubu-kubu neo-klasik (seperti Jevons, Walras,
Menger, dan Marshall) mementahkan serangan Marx terhadap sistem liberal yang
dianjurkan kaum klasik.
Bab IX dibahas mengenai pandangan-pandangan dari tokoh-tokoh aliran
pandangan ekonomi yang sedikit lari dari pemikiran jalur utama (mainstream), yaitu
aliran sejarah (historis) dengan tokoh-tokohnya seperti Fredrch List, Bruno
Hildebrand, Gustav von Schmoler, Werner Sombart, Max Weber, Henry Charles
Carey, dan sebagainya. Pada Bab X dibahas mengenai pandangan dari tokoh-tokoh
aliran lain yang disebut aliran kelembagaan (institutional economics) dengan tokoh
utamanya yaitu Thorstein Veblen.
Pada Bab XI didiskusikan pandangan-pandangan dari tokoh utama ekonomi
modern, yaitu Keynes. Di dalamnya Keynes menjelaskan bagaimana peristiwa depresi
besar-besaran yang terjadi pada tahun 30-an, apa penyebabnya, dan bagaimana jalan
keluar dalam menghadapi depresi serta masalah-masalah ekonomi makro lainnya.
Pada Bab XII dijelaskan pula mengenai pandangan dari para pendukung Keynes, baik
neo-Keynesian maupun pasca-Keynesia.
Pada Bab XIII, XIV, XV diuraikan pemikiran-pemikiran baru tentang
langkah-langkah yang harus diambil dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi
yang terjadi pada tahun 80-an. Pada Bab XIII diuraikan pemikiran-pemikiran dari
aliran moneteris, Bab XIV diuraikan pula pandangan dari aliran sisi penawaran, dan
pada Bab XV dibahas pemikiran aliran-aliran ekspektasi rasional atau Ratex. Lalu
pada Bab XVI aka “melihat ke belakang” dengan menyarikan pemikiran-pemikiran
yang telah dibicarakan mulai dari Bab 1 hingga Bab XV.
D. Manfaat Mempelajari
Dengan mempelajari sejarah pemikiran ekonomi dan sistem-sistem perekonomian
tersebut, manfaat yang didapatkan yaitu:
1. Kita akan mengetahui teori-teori yang digunakan dalam mengadapi masalah-
masalah ekonomi tertentu
2. Kebaikan dan kelemahan dari tiap pendekatan yang digunakan
3. Sebagai dasar mengambil keputusan dalam menghadapi masalah-masalah
ekonomi yang dihadapi dalam negeri, baik pada masa sekarang maupun pada
masa yang akan datang.
BAB II
C. Era Merkantilisme
Istilah “merkantilisme” berasal dari kata merchant, yang berarti “pedagang”. Menurut
paham merkantilisme, setiap negara yang berkeinginan untuk maju harus melakukan
perdagangan dengan negara lain. Sumber kekayaan negara akan diperoleh melalui
“surplus” perdagangan luar negeri yang akan diterima dalam bentuk emas atau perak.
Bagi penganut merkantilisme sumber kekayaan negara adalah dari perdagangan luar
negeri.
Paham merkantilisme banyak dianut di negara-negara Eropa pada abad ke-
XVI, antara lain Portugis, Spanyol, Inggris, Prancis, dan Belanda yang berdagang
sampai ke Hindia Belanda (Indonesia waktu itu) untuk memperebutkan rempah-
rempah dan akhirnya menjajah Indonsia. Tokoh aliran merkantilisme anatara lain:
Jean Boudin, Thomas Mun, Jean Baptiste Colbert, Sir William Petty dan David
Hume. Jean Boudin (1530-1596) adalah ilmuan Prancis yang pertama menyajikan
teori tentang uang dan harga. Menurutnya, bertambahnya uang yang diperoleh dari
perdagangan luar negeri dapat menyebabkan naiknya harga barang-barang. Thomas
Muun (1571-1641) adalah seorang saudagar kaya di Inggris yang menulis buku
tentang perdagangan luar negeri dan tentang manfaat perdagangan luar negeri. Jean
Babtis Colbert (1619-1683) merupakan seorang pejabat negara Prancis yang
berkedudukan sebagai menteri utama bidang ekonomi dan keuangan dalam
pemerintahan Raja Louis XIV. Pada abad ke-XVII dan XVIII di Eropa dianggap
sebagai zaman kapitalisme komersial (commercial kapitalism) yang dinamakan juga
kapitalisme saudagar (merchant kapitalis) sebab kaum saudagar yang memegang
kendali dalam perekonomian.
Sir William Petty (1623-1687) adalah seorang yang sangat aktif dan mengajar
di Oxford University dan banyak menulis buku ekonomi politik. Petty menganggap
penting arti bekerja (labor) jauh lebih penting dari sumber daya tanah. Selain itu juga,
menurutnya uang diperlukan dalam jumlah secukupnya, jika lebih dan kurang dari
yang dibutuhkan akan kan mendatangkan kemudharatan. David Hume (1771-1776)
adalah kawan dekat Adam Smith yang dikenal sebagai filsuf daripada pakar ekonomi.
Buku yang ditulis oleh Hume membicarakan tentang harga-harga yang sebagian
dipengaruhi oleh jumlah barang dan sebagian lagi ditentukan oleh jumlah uang.
D. Mazhab Fisiokratis
Kaum fisiokrat menganggap bahwa sumber kekayaan yang senyata-nyatanya adalah
sumber daya alam. Hal ini menjadikan aliran ini dinamakan physiocratism, yaitu
penggabungan dari dua kata physic (= alam) dan cratain atau cratos (= kekuasaan),
yang berarti mereka yang percaya pada hukum alam (believers in the rule of nature).
Kaum fisiokrat menganggap harus member manusia kebebasan, dan biarkan mereka
melakukan yang terbaik bagi dirinya masing-masing dan pemerintah tidak perlu
campur tangan serta alam akan mengatur semua pihak dengan bahagia. Inilah yang
menjadi cikal bakal doktrin laissez faire-laissez passer yang kira-kira berarti: biarkan
semua terjadi, biarkan semua berlalu (let do, let pass), perekonomian bebas yang lebih
dikembangkan oleh Adam Smith kemudian.
Tokoh utama dari alran fisiokrat adalah Francis Quesnay (1694-1774) yang
merupakan anggota ”Academie des Sciences”. Pada tahun 1758, ia menulis buku
Tableau Economique yang digambarkan sebagai sistem perekonomian suatu negara
seperti laiknya kehidupan biologis tubuh manusia. Quesnay membagi masyarakat ke
dalam empat golongan, yaitu: (1) kelas masyarakat produktif, yaitu yang aktif
mengelola tanah seperti pertanian dan pertambangan, (2) kelas tuan tanah, (3) kelas
yang tidak produktif atau steril, terdiri dari saudagar dan pengrajin, dan (4) kelas
masyarakat buruh/labor yang menerima upah dan gaji dari tenaganya.
BAB III
Adam Smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi klasik. Buku yang
ditulisnya pada tahun 1776 berjudul “The Wealth of Nations” yang dianggap sebagai cikal
bakal tonggak sejarah perkembangan ilmu ekonomi. Oleh sebab itu ia juga diberi gelar
sebagai “Bapak Ilmu Ekonomi”.
BAB IV
BAB V
A. Pengertian Sosialisme/Komunisme
Sosialisme menurut Mill diartikan sebagai kegiatan menolong orang-orang yang tak
beruntung dan tertindas. Sosialisme juga dapat diartikan sebagai bentuk
perekonomian yang pemerintahannya paling kurang bertindak sebagai pihak yang
dipercayai oleh seluruh warga masyarakat. Sosialisme dimaksudkan untuk
menunjukan system-sistem pemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber produksi
(selain labor) secara kolektif (Whittaker, 1960). Sosialisme bisa mencakup asosiasi-
asosiasi kooperatif maupun pemilikan dan pengoperasian oleh pemerintah. Menurut
Brinton (1981), “sosialisme” menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta
ke pemerintah yang berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur peraturan
pemerintah dengan memberikan kompensasi pada pemilik-pemilik swasta. Sementara
dalam komunisme, peralihan kepemilikan tersebut digambarkan secara cepat dan
“revolusioner” yang dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi.
Komunisme dapat dikatakan sebagai bentuk system paling ekstrem di antara
golongan kiri sosialis, sebab untuk mencapai masyarakat komunis yang dicita-citakan
diperoleh melalui suatu revolusi. Perekonomian yang didasarkan atas system yang
segala sesuatunya serba dikomando ini sering juga disebut system “perekonomian
komando”. Karena dalam system komunis negara merupakan penguasa mutlak,
perekonomian komunis juga sering disebut “system ekonomi totaliter”. Istilah lain
yang juga sering sering digunakan adalah “anarkisme”. Aliran sosialisme (bersifat
utopis) sering dimasukkan ke dalam ‘sosialis”, sedangkan sosialisme yang
dikembangkan Marx digolongkan ke dalam “komunis”. Cara lain menamakan
sosialisme Marx adalah “marxisme”. Jenis-jenis marxisme yaitu, marxisme ortodoks,
neo-marxis, human-marxis, aliran Kiri Baru (New Left), sosialis independen, dan
sebagainya. Aliran marxisme justru mengakibatkan pemiskinan, proses
penyengsaraan, keadaan keterbelakangan, serta semakin banyak dan berkembangnya
jumlah “tentara cadangan industry”, dan bukannya proses pembangunan atau
kemajuan.
B. Sosialisme Utopis
Tokoh-tokoh sosialis-utopis yang paling dikenal adalah Sir Thomas More (1478-
1535). Bahkan, istilah “sosialis-utopis” diberikan karena More pernah menulis buku
tentang “negara impian” dalam tulisannya yng terkenal “Utopia”. Dalam buku
tersebut, More menceritakan pulau khayalan bernama Utopia yang dapat ditafsirkan
sebagai negara, semua milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal dalam
suatu tempat bersama. Makanan dan segala kebutuhan lannya disediakan secara
bersama-sama pula. Tokoh utopis lainnya yaitu Tomasso Campanella (1568-1639)
dari Italia yang menulis buku berjudul Civitas Solis (Kota Matahari). Lalu ada Francis
Bacon (1560-1626) yang mengarang buku yang berjudul New Atlantis pada tahun
1629. Selanjutnya ada James Harrington yang merupakan seorang pengajur demokrasi
politik yang menerbitkan karangan berjudul “Oceana” pada tahun 1656.
BAB VI
1. Penghapusan hak milik atas tanah dan menggunakan semua bentuk sewa tanah
untuk tujuan-tujuan umum
2. Program pajak pendapatan progresif atau gradual
3. Pengahpusan semua bentuk hak pewarisan
4. Pemusatan kredit di tangan negara
5. Pemusatan alat-alat komunikasi dan transportasi di tangan negara
6. Pengembangan pabrik-pabrik dan alat-alat produksi milik negara
Dari berbagai program diatas, yang perlu diperhatikan adalah agar alat-alat kekayaan
produkstif terutama modal dan tanah, secara berangsur-angsur harus dikuasai oleh
negara yang nantinya akan didistribusikan alat-alat kekayaan tersebut untuk
digunakan dan hasilnya dibagikan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat.
A. Latar Belakang
Karya Marx banyak dikagumi dan dibaca orang. Hanya sayangnya, karena gaya
tulisan Marx yang rumit, dan membahas terlalu banyak facet (ekonomi, social,
budaya, politik, moral, agama, falsafah), banyak hasil tulisannya disalahtafsirkan,
termasuk oleh para pengikut-pengikutnya. Pada kuarter pertama abad ke-20
pemikiran-pemikiran Marx dan Engels dimodifikasi oleh Lenin. Marx meramal
kapitalisme akan jatuh dan digantikan oleh sosialisme di negara kapitalis paling maju.
Lenin justru berteori bahwa sosialisme muncul pertama kali di negara kapitalis paling
lemah (the weakest link of capitalis countries). Dengan teori tersebut, Lenin
mempunyai cukup alas an untuk melakukan revolusi di Rusia, yang dikenal dengan
revolusi Bolshevik tahun 1917. Pembaruan terhadap pemikiran-pemikiran Marx terus
dilakukan. Pada tahun 30-an Lange dan Lerner mengembangkan teori sosialisme
pasar yang didasarkan oleh manajemen industry yang terdesentralisasi dan
penggunaan penetapan harga yang ditetapkan secara trial and error oleh suatu badan
perencana.
Pada tahun 50-an hingga 70-an model sosialisme pasar Lange-Lerner
dikembangkan lagi menjadi sosialisme yang dikelola kaum pekerja. Selain itu di
negara-negara sosialis Eropa berkembang sebah aliran sosialis yang dikenal dengan
aliran kiri baru (New Left) yang harus dilakukan oleh kaum terpelajar dan intelektual.
Keyakinan kaum komunis ortodoks baru di Soviet bahwa negara kapitalis akan
hancur sedangkan negara komunis akan berjaya, tetapi kenyataannya adalah
sebaliknya. Hal ini menyebabkan populernya sosialisme pasar di Uni-Soviet tahun 80-
an saat elemen-elemen pasar mulai diakui, tetapi pemikiran-pemikiran Marx belum
ditinggalkan. Lalu pada tahun 90-an datanglah masa kehancuran bagi negara-negara
sosialis/komunisme. Soviet di bawah Mikhail Gorbachev melancarkan Glasnost dan
Perestroika yang secara langsung maupun tidak langsung berarti ditinggalkannya
pemikiran Marx dan Engels serta Lenin.
Urutan skematik perkembangan dan pembaharuan pemikiran Marx dan Engels
hingga kemudian bertumbangan pada tahun 90-an dapat dilihat kronolinya sebagai
berikut:
B. Leninisme
Vladimir Ilich Lenin (1870-1924) adalah bapak revolusi Rusia. Karya tulis Lenin
yang sangat terkenal adalah The Development of Capitalism in Russia (1956) dan
Imperialism, the Highest Stage of Capitalism (1933). Ia mendirikan negara komunis
pertama di Rusia melalui Revolusi Bolshevik 1917.
1. Kapitalisme Monopoli dan Imperialisme
Lenin menyebut bawhwa tahapan terakhir kapitalisme disebut kapitalisme
monopoli (monopoly capitalism) dan tentang imperialism. Menurutnya,
kapitalisme pada tahap akhir akan mengarah ke monopoli yang akan didominasi
oleh perusahaan-perusahaan raksaksa, kartel, dan monopoli. Bangkitnya monopoli
sebagai organisasi ekonomi dominan merupakan tanda bagi tahap akhir
kapitalisme. Lenin menguraikan beberapa karakteristik kapitalisme monopoli
sebagai berikut:
a. Konsentrasi produksi di tangan industry yang semakin sedikit jumlahnya
b. Marger (penggabungan) financial dan capital industry, sewaktu bank dan
lembaga financial semakin menguasai control atas alokasi sumber-sumber
modal
c. Bangkitnya ekspor capital (bukannya komoditas) sebagai bentuk utama
pertukaran internasional
d. Pembagian dunia ke dalam lingkungan ekonomi dipengaruhi dan dikontrol
atas kapitalis monopoli
e. Pembagian lebih lanjut (sub-devisi) dunia ke dalam lingkungan politik yang
dipengaruhi oleh pemerintahan negara-negara kapitalis mapan.
C. Revisionisme
Pemikiran Marx dan Engels berfokus pada dua tema, yaitu tentang kemungkinan
alokasi sumber daya yang efisien dalam suatu perekonomian sosialis pasar dan
kemungkinan perubahan kapitalisme menjadi sosialisme tanpa melalui revolusi
kekerasan (aliran pemikir revisionis/revisionists). Gerakan revisionis adalah untuk
merevisi pemikiran-pemikiran Marx dan Engels yang meramal bahwa kapitalisme
akan dijatuhkan oleh revolusi proletar. Kaum revisionis tidak setuju dengan hal
tersebut, merekapun berpendapat untuk memperbaiki keadaan social ekonomi
masyarakat dilakukan dengan menegakan demokrasi yang dilakukan dengan
melibatkan diri dalam gerakan serikat buruh demi memperbaiki posisi tawar-menawar
kaum buruh.
Edward Bernstein (1850-1932), merupakan anggota gerakan social demokratik
Jerman dan merupakan kawan dekat Engels. Ia berpendapat bahwa revolusi
proletariat tidak diperlukan, dan menurutnya dengan melibatkan diri dalam gerakan
serikat-serikat perburuan , kondisi kaum buruh akan membaik dan keburukan
kapitalisme pelan-pelan akan berkurang dengan sendirinya. Tokoh revolusi lainnya
adalah Mikhail Tugan-Baranovsky (1865-1919). Ia berpendapat bahwa teori Marx
tentang kejatuhan kapitalisme keliru. Ia berpendapat bahwa kelebihan produksi (over-
production) dan kekurangan konsumsi (under-consumption) tidak akan menjadi
masalah serius di negara kapitalis maju. Meurutnya, cara mengatasi dampak negative
kapitalisme yaitu dengan masyarakat bekerja pelan-pelan yang terencana bagi
pengadopsian sosialisme tenpa melalui jalan revolusi kekerasan. Selain itu, menurut
Karl Kautsky (1854-1938) memformulasikan pandangannya bahwa suatu depresi
yang kronis akan mendorong kaum pekerja memilih alternative sosialisme dan
revolusi social tidak akan menghentikan antagonism kelas-kelas masyarakat. Pada
tahun 30-an, Kautsky ikut bergabung dengan kaum revisionis dan merevisi pemikiran
Marx.
E. Diskusi
Dapat disimpulkan bahwa pemikiran Marx menarik, tetapi banyak mengalami
perubahan/modifikasi. Ramalam Marx tentang jatuhnya kapitalisme tidak pernah
menjadi kenyataan. Ramalannya mengenai sosialis yang muncul pertama kali di
negara kapitalis paling maju, yang terjadi justru sebaliknya. Menurut Marx, ekonomi
yang menentukan “super-struktur”, di Rusia politik merebut kekuasaanlah yang
menentukan ekonomi. Dari berbagai aliran sosialisme, hanya pemikiran kaum
reformis yang lebih mendekati “trak yang benar”.
BAB VIII
MAZHAB NEO-KLASIK
Mazhab ini memfokuskan diri pada konsep Marginalisme dan Perilaku Konsumen.
A. Pendekatan Marginal
Para pakar neo-klasik dalam membahas ramalan Marx menggunakan konsep analisis
marginal (Marginal Analysis) atau Marginal Revolution. Pada initinya, konsep ini
merupakan pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan
produsen, serta penentuan harga-harga di pasar.
Teori ini telah lama digunakan dan dikembangkan Heindrich Gossen (1810-
1858) dalam menjelaskan kepuasaan (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang.
Menurutnya, kepuasan marginal (Marginal Utility) dari pengkonsumsian suatu
macam barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin
banyak (Hukum Gossen I). Dalam Hukum Gossen II, menjelaskan bahwa sumber
daya dan dana yang tersedia selalu terbatas, secara relatif, untuk memenuhui berbagai
kebutuhan yang relatif tidak terbatas.
B. Mazhab Austria
Adalah kelompok pemikir ekonomi yang mendukung dan memakai konsep marginal,
dan berasal dari Universitas Wina (Austria). Mereka mempunyai ciri pandang khusus,
yaitu penerapan kalkulus dalam pengembangan teori-teori mereka.
Tokoh utama Mazhab Austria adalah:
1. Karl Menger (1840-1921)
Karya utamanya adalah Grusatze der Volks Wirtschaftslehre (1817). Dalam
bukunya ia mengembangkan teori utilitas marginal.
2. Friedrich von Wieser (1851-1920)
Karya utamanya adalah Uber der Ursprung und die Hauptyesetze des
Wirtschaftlichen Wertes (1884), Der Naturliche Wert (1889) dan Theory der
Gesellschatlichen Wirtschaft (1914). Ia sangat berjasa dalam mengembangkan
teori utilitas Menger dengan menambahkan formulasi biaya-biaya oportunitas
(Opportunity Cost).
3. Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914)
Karyanya adalah Capital an Interest (1884) dan Positive Theory of Capital (1889).
Kontribusi utamanya adalah dalam pengembangan teori tentang modal (theory of
Capital) dan teori tentang tingkat suku bunga.
C. Mazhab Lausanne
Langkah lebih maju yang disumbangkan pemikir neo-klasik adalah analisis yang lebih
komprehensif tentang teori keseimbangan umum oleh Leon Walras. Dan Walras
dianggap sebagai pelopor mazhab Lausanne (Lausanne School of Economic).
Karyanya, Elements of Pure Economics (1878), dianggap sebagai suatu mahakarya
dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya itu dia menjelaskan teori keseimbangan
umum dengan pendekatan matematis.
Walaupun telah disinggung oleh para pendahulunya, hanya dialah yang
mampu memberikan kisi yang lebih jelas tentang interdependensi bagian-bagian
ekonomi ini dengan gamblang dengan model keseimbangan umumya (general
equilibrium model). Dan ia menguraikan dengan jelas bahwa perubahan suatu faktor
atau bagian ekonomi akan membawa perubahan pada variabel-variabel lain dalam
sistem ekonomi tersebut secara menyeluruh.
D. Mazhab Cambridge
Tokoh paling utama mazhab ini adalah Alfred Marshall (1842-1942), karena dia
dianggap sebagai pelopor atau pendiri mazhab Cambridge (Cambridge School of
Economics) di Inggris. Beberapa karya utamanya antara lain The Pure Theory of
Foreign Trade (1829), The Principles of Economy (1890), Industry and Trade (1919)
dan Money, Credit and Commerce (1923). Dia dianggap berjasa dalam memperbarui
asas dan postulat pandangan-pandangan ekonomi pakar klasik dan neo-klasik
sebelumnya. Dimana kaum klasik berpendapat bahwa yang menentukan harga adalah
sisi penawaran; sedangkan neo-klasik beranggapan bahwa yang menentukan harga
adalah kondisi permintaan.
Akan tetapi Marshal menggabungkan kedua konsep tersebut. Sehingga ia
menyimpulkan bahwa harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan di pasar:
penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen. Perbedaan lain
antara Marshall dan kaum klasik adalah dalam metode penelitiannya. Jika kaum
klasik lebih banyak menggunakan metode induktif. Lain halnya dengan Marshall
yang mengombinasikan metode induktif dan deduktif (abstraksi digabung dengan
realisme yang didukung oleh data statistik) agar terhindar dari kemiskinan dan
kemelaratan itu.
Oleh karena itu, dalam artikelnya (The Laws of Returns under Competitive
Conditions, 1926), Sraffa mengungkapkan bahwa saat ini perusahaan-perusahaan
besar sudah banyak dan perusahaan-perusahaan itu tahu kalau seandainya mereka
mengubah keputusan output atau penawaran maka harga-harga dapat berubah.
F. Games Theory (GT) dan Informasi Asimetris
Konsep Games Theory (GT) adalah suatu konsep untuk menjelaskan perilaku
ekonomi dalam pasar yang hanya diisi oleh segelintir pelaku ekonomi. Landasan
konsep ini sudah diterapkan oleh Cournot pada tahun 1838 dan Bertrand tahun 1883
dengan mengembangkan model aksi-reaksi dalam pasar duopoli. Model ini mulai
dikembangkan lebih lanjut oleh Edgeworth pada tahun 1925 dan dikukuhkan sebagai
teori melalui karya John von Newmann dan Oscar Morgenstern dalam bukunya yang
berjudul The Theory of Games and Economic Behaviour (1944). Kemudian konsep
GT disempurnakan lebih lanjut oleh John Nash pada tahun 1950. Nash
mengembangkan konseo GT untuk menganalisis situasi kepentingan pelaku ekonomi
yang tidak berlawanan, yang kemudian muncullah istilah “keseimbangan Nash (Nash
Equilibrium)”. Konsep GT Nash ini bekerja atas asumsi informasi yang simetris (tiap
pemain memiliki informasi yang sama).
BAB IX
ALIRAN SEJARAH (HISTORIS)
C. Diskusi
Jika diperhatikan, dapat dikatakan bahwa doktrin aliran sejarah kurang jelas. Lebih
tegas, mereka tidak mengembangkan sebuah "sistem". Akan tetapi, lebih rnerupakan
reaksi terhadap pemikiran-pemikiran klasik dan neo-klasik yang menghendaki tidak
adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Pernikir sejarah lebih
banyak. hanya mengkritik metode deduksi tetapi tidak melihat kelemahan dari metode
induksi-empiris mereka sendiri.
Kelernahan utama metode induksi ialah sulitnya mencapai suatu kesimpulan
yang padu tentang perekonomian masyarakat. Dengan metode induksi-empiris kita
hanya bisa menggambarkan berbagar persoalan ekonomi secara deskriptif. Akan
tetapi, dari berbagai pengamatan dan penelitian deskriptif yang dilakukan secara
terpencar-pencar ke segala arah tersebut sulit diramu dan dirangkum menjadi suatu
perpaduan kerangka susunan atau struktur pemikiran ekonomi yang kokoh, rinci, dan
terarah. Dengan demikian, aliran pemikiran sejarah tidak mampu membangun suatu
sistem ekonomi tersendiri sebagaimana yangdilakukan oleh pemikir-pemikir klasik
atau sosialis. Bagi Anda yang cukup jeli memperhatikan dari awal hingga akhir Bab
IX ini, penulis tidak pernah menggunakan istilah "mazhab", melainkan "aliran". Hal
ini sekaligus dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pernikiran-pemikiran aliran
sejarah yang kita bahas di atas belum terangkum dalam suatu kerangka pemikiran
yang padu untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi secara universal. Walaupun
karya-karya pemikir aliran sejarah memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, tidak
dapat dipungkiri bahwa jasa dan sumbangan mereka dalam melakukan berbagai
penelitian empiris yang meliputi berbagai masalah ekonomi cukup bermanfaat dan
tidak dapat diabaikan begitu saja.
Keuntungan lain yang bisa dipetik dari serangan pemikirpemikir aliran sejarah
terhadap kaum klasik ialah dalam pengembangan metode penelitian ekonomi. Oleh
Schumpeter, perdebatan tentang metode induksi dan deduksi ini dinilai sebagai
penghambur-hamburan energi saja. Akan tetapi, tentu tidak semua orang sependapat
dengan Schumpeter. Hal itu karena sebagaimana yang terbukti kemudian, dari
perdebatan ini lahir suatu kesadaran bagi para pemikir-pemikir ekonomi di kemudian
hari. Kesadaran itu adalah dalam melakukan penelitian ekonomi sebaiknya digunakan
metode deduksi (reasoning from the general to the particular) dan induksi (reasoning
from the particular to the general) secara hilir mudik. Dari inilah kemudian dikenal
metode reflective thinking.
Kalau diperhatikan secara mendalam, ternyata pemikiran dari tokoh-tokoh
aliran sejarah sangat bersifat nasionalistik. Hal ini paling jelas dalam pemikiran-
pemikiran List dan Schmoler. Pemikir-pemikir ekonomi Jerman waktu itu melihat
bahwa kalau perekonomian diserahkan pada mekanisme pasar bebas sebagaimana
digagas kaum klasik, negara mereka akan kalah dalam bersaing. Keadaan mereka
waktu itu masih tertinggal dibanding Inggris yang lebih maju industrialisasinya.
Kalau bersaing secara bebas, perekonomian Jerman bisa hancur. Untuk itu mereka
mendesak agar pemerintah melakukan intervensi dalam perekonomian, misalnya
melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk-produk luar negeri.
Bagaimana implikasi ajaran pemikir-pemikir sejarah bagi negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia?Perekonomian, kebanyakan negara-negara
berkembang didominasi oleh sektor Perekonomian yang didominasi sektor pertanian
sulit Jika ingin maju, maka langkah awal yang perlu dilakukan memacu
industrialisasi. Pada tahap awal, sebagaimana dianjurkan oleh List, negara-negara
berkembang boleh melakukan kebijaksanaan proteksi untuk melindungi industri
dalam negeri. Tindakan proteksi dimaksudkan agar setelah melalui beberapa lahopan
waktu industri dalam negeri menjadi lebih mapan sehinga lebih kompetitif dalam
bersaing. Pengembangan industri ini lebih Ianjut diharapkan untuk mampu
mengangkat perekonomian masyarakat lebih luas ke berbagai bidang.
Namun sayang, di sehagian negara berkembang proteksi dilakukan secara
tidak bijaksana. Kalau List menganjurkan proteksi hanya diberikan pada tahap-tahap
awal, di beberapa negara berkembang terutama dalam negara yang kuat
persekongkolan antara pengusaha dengan penguasanya, proteksi diberikan secara
terus-menerus. Sedang industrinya sendiri keropos dan tidak efisien. Hasil produksi
mereka tidak bisa bersaing dengan produk-produk luar negeri. Jauh dari yang
diharapkan, yang terjadi adalah meluasnya distorsi dan perekonomian beroperasi
dengan biaya tinggi (high cost economy). Padahal, List telah memperingatibahwa
proteksi yang tidak bijaksana seperti ini hanya akan menjadi sumber pemborosan
keuangan negara. Yang lebih parahlagi, di beberapa negara berkembang
"kebijaksanaan" proteksi hanya dinikmati oleh segelintir pengusaha yang
berkolaborasi dengan penguasa. Kondisi ini pada akhirnya hanya menjadi pemicu
kecemburuan sosial. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan sebagaimana
diuraikan di atas, bagi negaranegara berkembang yang ingin memberikan proteksi
harus diiringi dengan suatu mekanisme. Mekanisme dilakukan agar mereka dapat
mengatur agar proteksi secara tahap demi tahap dikurangi, dan sesudah sekian waktu,
apa pun yang nanti terjadi, proteksi tersebut harus dihentikan. Kalau tidak, industri
yang dilindungi tersebut cenderung manja dan tidak efisien.
Sebagai catatan terakhir, perlu ditambahkan bahwa pada masa-masa yang lalu
kebijaksanaan proteksi bisa dilakukan untuk melindungi industri dalam negeri. Akan
tetapi, di masa-masa yang akan datang hal ini akan sulit dilaksanakan, mengingat
telah ditandatanganinya perjanjian. GATT akhir tahun 1993. Perjanjian GATT
menghendaki perdagangan global yang lebih bebas tanpa mendapat halangan dan
rintangan dari semua negara anggota. Beban impor dan tarif secara berangsur-angsur
harus dikurangi. Dengan demikian, untuk memajukan industri dalam negeri tidak bisa
lagi dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan proteksi, melainkan harus
mengarah pada usaha-usaha yang dapat meninggikan efisiensi produksi.
Implikasi kebijaksanaan yang menarik untuk disimak dari pemikiran aliran
sejarah, terutama dari pemikiran Schmoler, ialah perlunya negara memberikan
perlindungan bagi kaum buruh. Banyak negara berkembang mengabaikan masalah
ini. Padahal, masalah perlindungan kaum buruh perlu diperhatikan karena posisi
tawar-menawar mereka yang sangat rendah dihadapan kaum pengusaha. Kalaupun
ada organisasi serikat sekerja, tetap saja kaum buruh belum mendapat jaminan
perlindungan yang sewajarnya.
BAB IX
ALIRAN INSTITUSIONAL
Sementara aliran sejarah dikembangkan di Jerman, di daratan Amerika Serikat pada
tahun 20-an muncul aliran pemikiran ekonomi lain yang disehut aliran "institusional". Ada
sedikit persamaan antara aliran institusional dengan aliran sejarah, sebab keduanya sama-
sama rnenolak metode klasik. Akan tetapi, dasar falsafah dan kesimpulan-kesimpulan politik
kedua aliran tersebut berbeda. Aliran institusional menolak ide eksperimentasi sebagairnana
yang dianut oleh aliran sejarah. Begitu juga, pusat perhatian aliran institusional terhadap
masalah-masalah ekonomi dalam kehidupan masyarakat juga berbeda.
Jika ada orang yang paling berpengaruh dan mempunyai Reran dominan terhadap
keberadaan aliran institusional ini maka tindak ragu lagi orang akan menunjuk Thorstein
Bunde Veblen ( I 857-1929). Veblen pada intinya mengkritik teori-teori yang di inginkan
kaum klasik dan neo-klasik yang model-model teoretis dan rnatematisnya dinilai bias dan
cenderung terlalu menyederhanakan fenomena-fenomena ekonomi. Pemikiran-pemikiran
ekonomi kiasik dan neo-klasik juga dikritiknya karena dianggap mengabaikan aspek-aspek
non-ekonomi seperti kelembagaan dan lingkungan. Padahal, Veblen menilai pengaruh
keadaan dan lingkungansangat besar terhadap tingkah laku ekonomi masyarakat. Struktur
politik dan sosial yang tidak mendukung dapat memblokir dan menimbulkan distorsi proses
ekonomi.
Pola pemikiran Veblen sangat berbeda dari pola pemikiran pakar-pakar ekonomi lain
(kecuali Spencer, tokoh idolanya). Bagi Veblen masyarakat adalah suatu kompleksitas tempat
setiap orang hidup. Setiap orang pun dipengaruhi serta ikut mempengaruhi pandangan serta
perilaku orang lain. Dad penelitian dan pengamatannya, ia menyimpulkan bahwa perilaku
masyarakat berubah dari tahun ke tahun. Penelitian tentang perubahan perilaku dilakukannya
dengan pendekatan metode induksi. Dengan metode induksi ia dapat menjelaskan perilaku
masa lalu dan sekarang. Di samping itu, is bisa pula meramal atau memperkirakan perilaku
masa yang akan datang.
B. Motivasi Konsumen
Dalam The Theory of the Leisure Class Veblen menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan dan pola perilaku konsumsi masyarakat. Sebagai
layaknya pemikir yang tidak puas dengan kondisi masyarakat yang ada di sekitarnya,
Vebien sermg melihat situasi-situasi masa lalu yang dinilainya lebih balk dari situasi-
situasi dan keadaan sekarang, terutama di masyarakat Amerika yang diamatinya.
menurut Vebien, dulu perilaku orang terikat dengan masyarakau sekeliling. Orang
dalam tingkah lakunya pun berusaha ikut menyumbang terhadap perkembangan
masyarakat. Orang berusaha menghindari perbuatan yang akan merugikan orang
banyak. Namun, apa yang dilihatnya sekarang dalam masyarakat kapitalis finansil di
Amerika ialah orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri saja, dan tidak
terlalu tertarik dengan kepentingan masyarakat banyak.
Yang diperhatikan oleh masyarakat sekarang hanya uang. Segala sesuatu juga
dinilai dengan uang. Sekarang orang tidak peduli apakah perilaku ekonominya
merugikan orang lain atau tidak. Orang berlomba-lomba mencari dan memperebutkan
harta tanpa peduli akan cara. Mengapa orang sangat doyan dengan harta? Hal ini tidak
lain karena adanya anggapan bahwa hanya harta yang mampu menaikkan status,
harga diri atau gengsi seseorang dalam masyarakat.
Jika harta telah terkumpul, orang punya banyak waktu untuk bersenang-senang
(leisure). Dengan demikian, pada masa sekarang kemampuan untuk hidup bersenang-
senang juga dijadikan sebagai alat untuk memperlihatkan derajat atau status
seseorang. Makin mampu ia tidak bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan produktif
(leisure), makin tinggi derajatnya dalam masyarakat. Penyakit seperti ini banyak
menghinggapi kaum wanita. Mereka memakai gaun mode mutakhir hanya sekadar
mengumumkan pada orangorang bahwa ia absen dari pekerjaan produktif. Memakai
Corset, misalnya, jelas ingin menunjukkan bahwa si pemakai tidak cocok untuk
bekerja.
Penyakit suka pamer ini, demikian Veblen, cepat berjangkit dalam masyarakat.
Dalam hal ini ia memberi contoh, kalau seorang boss berlibur selama sebulan
menggunakan yacht pribadi ke Bermuda, sekretarisnya dengan segala upaya
(mungkin dengan menghabiskan seluruh tabungannya selama setahun) berusaha agar
dapat berlayar selama seminggu ke Karibia.
Karena aktivitas leisure juga dijadikan sebagai indikasi kesuksesan, orang
kaya yang ingin dianggap"hebat" tidak pernah mengizinkan istri dan anak-anaknya
mengerjakan pekerjaan rumah. Semua pekerjaan rumah diserahkan pada pembantu.
Sementara pembantu bekerja, istri dan anak-anak sibuk mencari kesenangan pribadi
masing-masing.
Dengan harta melimpah orang berlomba-lomba membeli barang-barang yang
digunakan untuk pamer. Kecenderungan perilaku konsumsi seperti ini disebut Veblen
dengan istilah conspicuous consumption, yaitu konsumsi barang-barang dan jasa yang
bersifat ostentatious (pamer, melagak). Hal itu dimaksudkan untuk membuat orang
kagum. Sebagaimana diungkapkan oleh Veblen: "Conspicious consumption of
valuable goods is a means of reputability to the gentlemen of leisure".
Yang menjadi incaran konsumsi bagi masyarakat leisure ini terutama barang-
barang sangat mahal. Tidak perduli apakah barang itu berguna dalam kehidupan
sehari-hari atau tidak. Manfaat yang diperoleh dari pengkonsumsian barang-barang
mahal tersebut memang tidak diperoleh dari barang itu sendiri, tetapi lewat
dampaknya terhadap dan melalui orang lain. Makin mahal barang yang dibeli, si
pembeli makin yakin bahwa barang tersebut "indah", "hebat". Kepuasan dari barang-
barang yang ditujukan untuk pamer tidak diterima dari pengkonsumsian barang itu
sendiri, melainkan melalui dampaknya terhadap orang lain.
C. Perilaku Pengusaha
Dalam bukunya yang lain: The Theory of Business Enterprise, Veblen lebih jauh
menjelaskan kemiripan perilaku pengusaha Amerika dengan perilaku konsumsi yang
diceritakan di atas. Veblen dalam hal ini juga melihat bahwa perilaku para pengusaha
Amerika di masanya telah banyak mengalami perubahan. Dahulu Para pengusaha
pada umumnya menghasilkan barang-barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan
melalui kerja keras. Investasi iiiasuk ke dalam apa yang disebutnya production for use
Akan tetapi, pada masa sekarang laba dan keuntungan sebagian tidak lagi diperoieh
melalui kerja keras dengan menciptakan barang-barang yang disukai konsumen, tetapi
lewat "trik-trik bisnis". Produksi seperti ini disebutnya production for profit.
Lebih jauh dari itu, Veblen melihat bahwa pada masa sekarang semakin
banyak dijumpai jenis pengusaha pemangsa (predator). Pengusaha ini adalah para
pengusaha yang memperoleh keuntungan melalui berbagai cara tanpa mempedulikan
nasib orang lain, termasuk para pegawai dan karyawan yang bekerja li perusahaan
yang dimilikinya. Apalagi terhadap nasib para konnsumen yang membeli produk-
produknya, tidak ada perhatian mereka sama sekali.
Veblen melihat dalam masyarakat Amerika yang tumbuh begitu pesat telah
melahirkan suatu golongan yang disebutnya absentee ownership. Yang
dimaksudkannya dengan golongan absentee ownership tersebut adalah para
pengusaha yang memiliki modalbesar dan menguasai sejumlah perusahaan, tetapi
tidak ikut terjun langsung dalam kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan
operasional cukup diserahkan pada para professional dan karyawan kepercayaannya.
Walaupun golongan ini tidak ikut dalam kegiatan operasional, dalam kenyataan is
memperoleh keuntungan paling besar.
Untuk lebih jelas, Veblen memberikan contoh tentang pengusaha yang
bergerak dalam bidang perkeretaapian. Pengusahalah yang mendapat keuntungan
sangat besar waktu Amerika melaksanakan pembukaan kawasan dari pantai Timur
hingga pantai Barat. Yang merancang dan melaksanakan pembuatan jaringan kereta
api adalah tenaga-tenaga pelaksana profesional yang diupah. Sementara itu, sang
pengusaha sebagai pemilik modal hanya "ongkang-ongkang kaki" saja. Walaupun
demikian, pengusahalah yang memetik keuntungan paling besar. Para pengusaha
kereta api yang seperti ini oleh Veblen diberi gelar bangsawan kereta api (railroad
barons).
Veblen lebih jauh melihat bahwa para pengusaha yang hanya mementingkan
laba tanpa memperhatikan cara ini biasanya melakukan kongkalingkong dengan
penguasa. Dengan begitu, mereka mendapat berbagai kemudahan dan hak-hak
istimewa, misalnya dalam menguasai bahan-bahan mentah dan menguasai daerah-
daerah pemasaran. Ia biasanya juga mampu mengatur pejabat kehakiman untuk tidak
mem-persoalkan kedudukan monopolinya atau agar tidak menggubris manipulasi
pajak dan keuangan yang dilakukannya. Di beberapa negara berkembang yang masih
belum mempunyai aturan permainan atau rule of law yang jelas, seringdijumpai
adanya kerja sama antara pengusaha dengan militer demi mengamankan bisnis
monopolinya. Artinya, kalau ada pengusaha lain yang ikut dalam bisnis yang
dimonopolinya, ia akan berurusan dengan militer. Si penangkap biasanya diberi
hadiah atau promosi naik pangkat. Hal ini mudah diatur, sebab sang pengusaha
biasanya dekat atau memang anak atau famili dari si pengusaha itu sendiri.
Untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, ada pengusaha absentee
ownership tidak segan-segan mematikan usaha pengusaha sungguhan yang
memperoleh keuntungan dengan kerja keras. Salah satu cara untuk itu ialah dengan
melakukan akuisasi. Cara lain untuk mematikan pesaing lain ialah dengan
membanting harga, sehingga produk-produk dari perusahaanperusahaan pesaing
tersebut tidak laku. Setelah pesaing mati dan keluar dari pasar, biasanya mereka
kembali menaikkan harga dan memperoleh laba sangat besar (excessive profit).
Dengan monopoly power yang ada di tangan, mereka juga sexing mengurangi
pasok (supply) barang-barang, sehingga harga mejambung. Lagi-lagi, pengusaha
menerima keuntungan melebihi kewajaran. Dengan singkat, uang atau modal di
tangan pengusaha pemangsa lebih sebagai alat pengeksploitasi keuntungan sebesar-
besarnya daripada sebagai asset yang dikelola dengan efisien untuk memuaskan
kebutuhan konsumen sebagaimana yang terjadi dalam perusahaan sungguhan.
Dan uraian di atas, tidak. mengherankan Veblen menolak keras tesis kaum
klasik. Tesis yang ditentangnya menganggap bahwa usaha setiap orang yang
mengejar kepentingannya masing-masing pada akhirnya akan melahirkan suatu
harmoni dan keseimbangan dalam masyarakat secara keseluruhan. Hal itu karena dari
gejalagejala yang diamatinya, ia melihat bahwa perilaku pengusaha yang hanya
mengejar kepentingan pribadi sangat bertolak belakangdengan tujuan masyarakat
secara keseluruhan. Sebaliknya, demi mengejar kepentingan pribadi ada pengusaha
yang tidak segansegan menghambat dan mematikan kepentingan orang banyak.
Veblen menilai bahwa para pengusaha absentee ownership yang biasa
memperoleh keuntungan besar dengan cara kongkalingkong tersebut sangat
berpotensi melahirkan golongan leisure class. Secara psikologis orang yang bisa
memperoleh sesuatu tanpa keringat tidak begitu menghargai sesuatu yang
diperolehnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau perilaku konsumsinya akan
bersifat conspicuous consumption. Perilaku mereka yang suka pamer tersebut
kadangkala sangat norak, sebab suka membeli sesuatu yang tidak dimanfaatkan
dengan sewajarnya. Hal ini berbeda dengan perilaku konsumsi pengusaha "murni"
yang serius dan ma ti-matian dalam berusaha. Karena keberhasilan dicapai melalui
kerja ker as, mereka akan lebih berperhitungan dalam mengonsumsi barang-barang
dan jasa untuk mernenuhi kebutuhannya.
E. Diskusi
Banyak pemikiran Veblen lebih merupakan kritik sosial yang tajam, pedas, dan keras,
daripada pengembangan teori-teori ekonomi baru. Apa yang dikemukakan Veblen
tentang perubahan perilaku konsumsi juga bukan merupakan sesuatu yang baru. Hal
ini sebetulnya sudah diantisipasi oleh tokoh-tokoh ekonomi terdahulu, antara lain oleh
Adam Smith dalam bukunya: The Theory of Moral Sentiment (1759). Bagaimanapun
juga, harus diakui bahwa dasar-dasar teori yang dikembangkan Veblen memang lebih
kokoh dan yang dikembangkan Smith.
Veblen mengkritik teori dan pendekatan klasik maupun neo-klasik dalam
menggambarkan fenomena-fenomena ekonomi dalam masyarakat. Hal ini sebetulnya
tidak dapat disalahkan, sebab materi ilmu ekonomi yang diajarkan waktu is kuliah
oleh para dosennya di Amerika Serikat adalah teori-teori neo-klasik dalam bentuk
ekstrem, dan Veblen ingin mengubahnya. Veblen percaya bahwa tidak semua gejala
dan perilaku ekonomi dapat clianalisis dengan kerangka pemikiran ekonomi thok.
Untuk itu, Veblen menganjurkan agar ahli-ahli ekonomi perlu bekerja sama dengan
para ahli di bidang-bidang lain terutama ahli sosiologi, politik, dan hukum.
Veblen sangat mengkhawatirkan nasib bangsa Amerika yang dijangkiti
penyakit conspicuous consumption, dan semakin banyaknya golongan leisure class
dan pengusaha predator. Dalam hal ini Veblen pernah meramal bahwa bangsa
Amerika bisa hancur jika masyarakatnya tidak mengubah perilaku konsumsi dan
produksi yang banyak memboroskan tenaga, energi, dan sumber dayatersebut. Apa
yang dikhawatirkan oleh Veblen tampaknya mulai menjadi kenyataan. Masyarakat
Amerika yang selama ini hidup terlalu manja sekarang makin tertinggal oleh
penduduk Jepang yang bekerja lebih keras.
Apa arti peringatan ini bagi penduduk Indonesia? Dibanding kedua negara
tersebut kita tidak ada apa-apanya. Kalau pada taraf hidup yang masih sangat rendah
ini bangsa kita terbiasa pula berperilaku produksi dan konsumsi yang tidak produktif
tersebut, tentu usaha dalam mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain menjadi
semakin sulit dilakukan. Hal ini perlu mendapat perhatian, sebab tampaknya gejala-
gejala seperti yang dikhawatirkan Veblen dalam masyarakat Amerika tersebut
sekarang mulai muncul dan berjangkit di Indonesia.
Sejak Soeharto lengser, sudah empat kali presiden berganti. Namun belum
tampak pembenahan yang signifikan dalam perbaikan masalah struktural ekonomi
dan politik di tanah air. Dalam usia 65 tahun Indonesia seperti orang tua yang sakit-
sakitan, tidak memiliki energi. Penegakan hukum masih setengahsetengah.
Dikendalikan oleh "Markus" (makelar kasus), para hakim dan jaksa "maju tak gentar
membela yang bayar". Karena rakyat mendengar dan menyaksikan bagaimana para
koruptor dengan seenak perut mengendalikan para hakim, jaksa, dan kepolisian,
mereka menjadi anarkis. Akibatnya, kerusuhan dan main hakim sendiri terjadi di
mana-mana. Agaknya kita keliru dalam memahami reformasi dan demokrasi, yang
cenderung diartikan bahwa "Anda boleh melakukan apa saja". Padahal, demokrasi
justru harus menomorsatukan nilai-nilai, normanorma, dan aturan-aturan yang
dibingkai oleh institusi atau keIembagaan yang mapan serta tata laksananya yang
disepakati sebagai landasan bersama.
Persoalan yang dihadapi Indonesia memang sangat rumit. Walau Indonesia
saat ini ingin membangun demokrasi denganbaik, tetapi is dibebani begitu banyak
persoalan masa lalu. Pada milenium ketiga, perekonomian negara-negara tetangga di
Asia Pasifik, seperti Cina, India dan Vietnam, sudah melompat maju. Tetapi
Indonesia masih berkutat pada hal-hal "sepele" yang seharusnya sudah sejak lama
terselesaikan, seperti:
1. Masalah ketidaktersediaan infrastruktur (transportasi dan telekomunikasi, listrik,
air bersih, pendidikan, dan kesehatan).
2. Masalah Perpajakan dan Kepabeanan
3. Masalah Ketenagakerjaan
4. Masalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
5. Masalah keamanan dan premanisme.
BAB XI
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KEYNES
Krisis yang dialami negara-negara maju seperti yang digambarkan di atas oleh
sebagian pihak dianggap bahwa ramalan Marx tentang kejatuhan sistem kapitalis menjadi
kenyataan. Dalam menghadapi perscalan ekonomi yang mahadahsyat tersebut, teoriteori
ekonomi yang dikembangkan oleh pakar-pakar klasik maupun neo-klasik seperti lumpuh tak
berdaya. Teori klasik dan neoklasik tidak mampu menjelaskan fenomena dan peristiwa yang
sesungguhnya telah terjadi. Apatah lagi memberikan jalan keluardari kemelut yang dihadapi.
Hal ini sebetulnya tidak dapat disesalkan, sebab yang terjadi pada tahun 30-an tersebut
memang sangat berbeda dengan persoalan-persoalan yang selama ini dihadapi. Dalam situasi
tidak menentu inilah lahir seorang tokoh ekonomi yang kemudian menjadi sangat
berpengaruh, yaitu J.M. Keynes.
J.M.Keynes betul-betul cerminan seorang cendekiawan tulen. Selain ahli dalam ilmu
ekonomi, yang didukung oleh kepiawaiannya dalam ilmu matematik, ia juga mempunyai
pengetahuan yang mendalam tentang falsafah, politik. Bahkan, ia juga sangat mengerti
dengan dunia sastra, seni lukis, teater drama dan taxi balet klasik. Orang tuanya, John Neville
Keynes, juga seorang ahli ekonomi yang cukup disegani. Akan tetapi, namanya tenggelam di
bawah bayang-bayang nama anaknya yang jauh lebih termasyhur.
Sesudah menamatkan kuliahnya, Keynes pernah menjadi editor sebuah jurnal ilmiah
yang cukup ternama "Economic Journal". Di samping itu, ia juga pernah bertugas sebagai
paniong (civil servant) dalam pemerintahan Inggris. Dalam usia sangat muda (sekitar 26
tahun) Keynes sudah ikut dalam tim delegasi Inggris melakukan perundingan perdamaian
Versailles tahun 1919. Sebelum mencapai usia 30 tahun ia diangkat sebagai dosen di
Cambridge University. Pengaruh Keynes sangat besar dalam Perjanjian Bretton Woods tahun
1946 dan dalam pembentukanbadan Moneter Internasional IMF (International Monetary
Fund). Atas jasa-jasanya sangat bestir, ia kemudian diangkat sebagai "baron", suatu gelar
kebangsawanan yang sangat tinggi dalam masyarakat Eropa.
A. Karya-karya Keynes
Sebagai seorang pakar ekonomi urung, ia telah menulis banyak buku. Tahun 1913 ia
menulis: Indian. Currency and Finance, yang memperlihatkan ketertarikannya pada
masalah-masalah moneter. Tulisan berikutnya adalah: The Economic Consequences of
the Peace (terbit tahun 1919). Pada tahun 1922 ia menulis: A Revision of The Treaty.
Kedua buku yang disebutkan terakhir ditulis sehubungan dengan pengalamannya
dalam delegasi perdamaian Versailles. Pada tahun 1923 ia menulis: A Tract on
Monetary Reform. Dalam buku ini ia memperlihatkan keprihatinannya terhadap
perubahan yang terjadi dalam daya beli uang. Tulisannya yang lain adalah A Treatise
on Money yang diterbitkan tahun 1930. Enam tahun berikutnya, ia menerbitkan buku
yang paling terkenal: The General Theory of Employment, Interest, and Money.
Dalam bukunya: The Economic Consequences of The Peace, ia banyak
mengritik cara-cara yang digunakan oleh negara-negara yang menang Perang Dunia
Pertama (Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis) dalam menekan negara-negara yang
kalah perang (yaitu pihak Jerman). Walaupun dalam Perjanjian Versailles ia mewakili
pemerintahan Inggris, tidak urung ia mengkritik cara-cara yang digunakan negara-
negara yang menang perang. Hal itu karena negara pemenang menekan Jerman
dengan syarat pembayaran utang perang yang begitu berat. Dalam buku tersebut ia
mengisyaratkan bahwa tekanan dari negara-negara yang menang perang terhadap
Jerman dapat menimbulkan rasa marah dan dendam dari masya-rakat Jerman. Apa
yang diramal oleh Keynes tahun 1919 tersebut menjadi kenyataan 20 tahun
berikutnya. Jerman yang kalah dalam Perang Dunia I di bawah Hitler melakukan
balas dendam dengan memulai prakarsa Perang Dunia Kedua.
Bukunya yang lain: A Treatise on Money terdiri dari dua volume. Volume
pertama khusus menyajikan teori-teori tentang arti dan peran uang dalam
perekonomian secara murni. Dalam volume kedua dijelaskan bagaimana teori-teori
murni tentang uang tersebut diterapkan dalam perekonomian. Dalam hal ini perlu
dicatat bahwa dalam beberapa bukunya yang terbit sebelum The General Theory,
Keynes masih berada dalam "jalur" pemikiran klasik dan neo-klasik. Akan tetapi,
jalur pemikiran klasik dan neoklasik ini mulai ditinggalkan saat is menulis The
General Theory. Sebagaimana yang dikutip oleh Fusfeld (1977), paragraf pertama bab
pertama buku General Theory tersebut Keynes menulis:
"I have called this book 'The General Theory of Employment, Interest, and
Money', placing the emphasis on the prefix general. The object of such a title is to
contrast the character of my arguments and conclusions with those of the classical
theory of the subject, upon which I was brought up and which dominates the
economic thought, both practical and theoritical, of the governing and academic
classes of this generation, as it has for a hundred years past."
Buku The General Theory ditulis sebagai reaksi terhadap depresi besar-besaran
yang terjadi tahun 30-an yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode klasik dan
neo-klasik. Teori klasik dinilai Keynes mengandung banyak kelemahan. Oleh karena
itu, perlu diperbaiki dan disempurnakan.
D. Diskusi
Pandangan Keynes sering dianggap sebagai awal dari pemiIt an ekonomi modern. Ia
banyak melakukan pembaharuan dan perumusan ulang doktrin-doktrin klasik dan
neo-klasik. KarenaKeynes menganggap peran pemerintah perlu dalam melaksanakan
pembangunan, Keynes sering disebut "Bapak Ekonomi Pembangunan". Selain itu, is
juga disebut "Bapak Ekonomi Makro", sebab dahulu dalam tradisi kasik maupun neo-
klasik analisis-analisis ekonomi lebih banyak bersifat mikro, sejak Keynes analisis
ekonomi juga dilakukan secara makro. Hal itu dilakukan dengan melihat hubungan di
antara variabel-variabei ekonom (seperti pendapatan, konsumsi, tabungan, pajak,
pengeluaran pemerintah, ekspor-impor, pengangguran, inflasi dan sebagainya) secara
besar-besaran atau agregatif.
Pengaruh Keynes terhadap negara-negara berkembang yang sangat ingin
melihat pembangunan ekonorninya berhasil sangat besar. Sejak kernunculan Keynes,
status ahli-ahli ekonomi naik beberapa tingkat. Pendapat-pendapat mereka lebih
sering didengar dart dijadikan sebagai bahan mengambil kebijaksanaan. Sebagai mana
pernah ditulis Keynes: "The ideas of economists and political philosophers, both
when they are right and when they are wrong, are more powerful than is commonly
understood. Indeed, the world is ruled by little else!"
J.M. Keynes yang merupakan anak seorang ahli ekonomiJohn Neville
Keynessering dibandingkan dengan John Stuart Mill, yang juga anak seorang ahli
ekonorni James Mill. Keynes dan Mill yunior sama-sama menolak implikasi
kebijaksanaan dasar yang dianut kedua orang tua mereka. Keduanya berani
menernpuh perjalanan ke arah yang berbeda. Perbedaannya, J.S. Mill gagal
melakukan perpisahan dengan struktur teoretis yang dikembangkan pakar-pakar
terdahulu (terutama oleh Ricardo), sehingga is akhirnya hanya bisa membuat "rumah
setengah jadi" antara mazhab klasik dan neo-klasik. Sementara itu, J.M. Keynes
berhasil melakukan escape dari masa lalu, yaitu dari tradisi laissezfaire yang dianut
pakar-pakar ekonomi masa silam seperti Adam Smith, Ricardo dan gurunya sendiri
Alfred Marshall. Keynes kemudian berhasil membentuk suatu "bangunan rumah
utuh" dalam struktur teori-teori ekonorni baru, sehingga terjadi revolusi baik dalam
teori-teori, bahkan dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi.
Sebagian yang dilakukan Keynes dalam mengembangkan teori-teori baru
dapat dijelaskan sebagai reaksi intelektual terhadap masalah-masalah yang dihadapi di
masanya. Keynes ingin mengetahui kekuatan-kekuatan yang telah menyebabkan
terjadinya pengangguran besar-besaran di Inggris tahun 20-an dan depresi besar-
besaran tahun 30-an. Apa yang disaksikannya, menurut pemikiran Keynes, tidak
mungkin bisa diatasi dengan teori-teori dan pendekatan usang kaum klasik yang
dipelajarinya dari tokoh-tokoh ekonomi terdahulu.
Bagi masyarakat Indonesia, suatu hal menarik yang bisa kita pelajari dari
tokoh Keynes ialah bahwa dalam mencari kebenaran kita harus dapat menghilangkan
budaya segan (budaya euh pakewuh). Menolak ajaran-ajaran lama bukan berarti
bahwa kita tidak menghargai karya-karya para pemikir ekonomi terdahulu. Akan
tetapi, sebagai titik anjak untuk membuka lembaran baru yang diyakini mampu
membawa masyarakat pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, baik di masa
sekarang maupun di masa yang kan datang. Bagi masyarakat Indonesia yang sering
sekali terjerat dan terpenjara oleh masa lampau, hal ini bisa dijadikan sebagai sesuatu
yang berharga untuk diperhatikan.
Berani menempuh jalan sendiri, jika berhasil, akan menjadikan kita sebagai
pahiawan yang dikagumi. Namun, untuk itu bukan tidak ada risikonya. Dalam
masyarakat yang bagaimana pun niajunya, sikap "berani tampil beda" sering harus
menghadangrisiko. Hal seperti ini juga dialarni oleh Keynes. Misalnya, karena ia
sering menentang ajaran dan teori-teori klasik dari guru-gurunya, is tidak pernah
mendapat nilai yang mernuaskan dalam matar ta kuliah ekonomi. Bagahnana
reaksinya terhadap nilainya yang sering rendah untuk pelajaran ekonoini tersebut?
Menurut R.E Harrod: "The Life of John Maynard Keynes" (1952), reaksi Keynes
adalah: "I evitently know more about economics than my examiners!"
BAB XII
A. Tokoh-Tokoh Keynesian
1. Alvin Harvey Hansen (1887-1975)
Hansen mengaitkan permasalahan mengenai pendapatan nasional, investasi, &
kes. kerja dengan gerak gelombang atau fluktuasi ekonomi.
2. Simon Kuznets (1901-1985)
Kuznets berhasil menggabung ilmu statistik & ilmu matematika dgn ilmu
ekonomi menjadi suatu kesatuan yg padu
3. John R. Hicks (1904 …)
Hicks telah ikut berjasa dlm mengembangkan pemikiran-pemikiran Keynes. Salah
satu jasanya yg sangat besar ialah kemampuannya dlm merangkai teori-teori
ekonomi mikro kedlm kerangka teori makro Keynes mel;alui pendekatan
matematika. Hicks bersama-sama dgn Hansen memperkenalkan analisis IS-LM.
4. Wassily Leontief (1906…)
Leontief dinilai sangat berjasa dlm mengembangkan sebuah teori yg ternyata
menjadi sangat berguna untuk berbagai analisis ekonomi, yaitu analisis input-
output. Menurut Leontief, hubungan & keterkaitan antar sektor dlm perekonomian
dpt digambarkan dlm suatu matriks. Matriks ini pada intinya berisi tabel-tabel
tentang output masing-masing sektor.
5. Paul Samuelson (1915…)
Memperlihatkan bagaimana perdag. luar negeri dimasukkan dlm kerangka umum
teori ekonomi makro. Atas jasanya banyak negara yg lebih terdorong untuk lebih
membuka pasarnya terhadap perekonomian internasional. Mem-perlihatkan
bagaimana hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini saling memperkuat
antara faktor pengganda (multiplier) dgn accelerator dpt dijelaskan secara
sederhana. Permintaan efektif masyarakat dipengaruhi oleh autonomous
investment (investasi yg besarnya ditentukan oleh perekonomian itu sendiri).
BAB XIII
ALIRAN MONETARIS
Tampaknya memang agak sulit untuk memberi suatu definisi yang agak baku
mengenai ruang lingkup materi dan sifat monetarisme. Monetarisme yang dikenal dewasa ini
dengan berbagai wajahnya pada hakikatnya merupakan suatu reformasi (perumusan ulang)
dalam wujud yang baru dari teori kuantitas tentang uang sebagaimana mula-mula
dikemukakan oleh Irving Fisher pada abad XX, yang benih-benihnya sudah terkandung
dalam gagasan Jean bodin dari zaman Pramerkantilis dia bad XXI. Adapun gagasan pokok
dari aliran moneteris yang dianggap penting di antaranya adalah:
BAB XIV
BAB XV
Rational expectation artinya harapan tambahan, Pada tahun 70an dan 80an
kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang sesuai dengan ajaran Keynes telah gagal total
dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi. Kegagalan tersebut menimbulkan pemikiran
ekonomi baru yang disebut aliran gelombang baru (New Wave). Aliran ini meninjau kembali
premi-premi yang digunakan kubu Keynesian (orang-orang yang mengikuti ajaran Keynes)
yaitu perlunya campur tangan pemerintah seperti penerapan kebijaksanaan dan pengaruh
ekspektasi terhadap pola konsumsi masyarakat. Ratex memberi pengaruh terhadap dunia
karena ajaran Ratexlah yang mencetuskan ide bahwa perekonomian diserahkan kepada
mekanisme pasar dan itu memberi pengaruh terhadap program-program ekonomi dunia.
Ratex telah berjasa mempertajam penggunaan dasar-dasar teori mikro dan model-model
mekanisme pasar bebas ke dalam analisis makro. Pendekatan keseimbangan ekspektasi
rasional dibangun dengan tujuan agar semua teori-teori makro didasarkan pada teori-teori
mikro yang kokoh.
Sebagai suatu pendekatan baru dalam makroekonomi, ekspektasi rasional tidak lepas dari
berbagai kritik, baik yang lunak maupun yang sangat keras. Case mengatakan bahwa
pertanyaan kunci yang berkenaan dengan ekspektasi rasional ini adalah : Seberapa
realistisnya asumsi yang dibangun dari model ekspektasi rasional? Jika asumsi tersebut
memprediksi bagaimana ekspektasi tersebut dibentuk, maka perlu dipertanyakan apabila
terjadi kesalahan ekspektasi yang justru menimbulkan ketidakseimbangan. Dari sudut
makroekonomi, argumen-argumen yang mendukung ekspektasi rasional cenderung persuasif.
Michel Carter (1984) mengkritik sangat keras keberadaan ekspekatasi rasional ini. Ia
mengatkan bahwa teori ekspektasi rasional sebagai “sangat tidak masuk akal”, karena
dianggap tidak realistis. Kritik Carter ini berkaitan dengan empat hal pokok, yaitu : Individu
yang rasional, argumentasi tentang pemerintah yang jujur, eksploitasi terhadap seluruh
kesempatan untuk memperoleh profit, Hanya sebagian perusahaan membutuhkan rasionalitas
tertentu, bukan teori yang kompeten.