Anda di halaman 1dari 2

Bacalah studi kasus dibawah ini, kemudian cobalah menyelesaikannya sebaik mungkin.

Gunakan Situational theory of leadership dan Path-Goal Theory yang pernah diberikan sebagai
referensi, atau Anda dapat mencoba mengkompromikan beberapa teori untuk menemukan solusi
terbaik.

Kasus 1
Anda adalah seseorang direktur di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal. Anda sudah
bekerja selama kurang-lebih delapan tahun. Anda mengenal hampir seluruh pegawai di rumah
sakit yang bejumlah lebih dari 300 orang, yang terdiri dari dokter, perawat, staf, bagian service,
dan bagian lainnya.
Anda menerapkan menajemen yang sangat baik dan bersahabat, dengan system reward and
punishment yang jelas. Banyak karyawan yang loyal bekerja di rumah sakit yang Anda kelola.
Hal ini juga disebabkan karena yayasan juga mendukung kinerja berdasarkan pendekatan
kekeluargaan yang baik.
Suatu hari, Mimi, kepala perawat, mendapat giliran bertugas jaga di ruang ICU, yang saat itu
hanya berisi seorang pasien dalam kondisi kritis. Tugasnya adalah mengganti infus setiap satu
jam, memonitor kondisi pasien, serta menyuntikkan beberapa jenis obat cair pada infus si pasien.
Ia berjaga pada shift pagi, yaitu pada periode pukul 06.00-16.00. Pasien terlihat stabil, tenang,
dan tertidur pulas. Hal itu disebabkan karena salah satu obat yang disuntikkan mengandung obat
tidur.
Pada pukul 14.30, karena perawat itu sangat lelah dan ruang ICU sangat dingin, ia sempat terlena
tertidur selama sekitar 40 menit setelah melaksanakan tugasnya mengganti infus, menyuntikkan
obat, dan memastikan pasien secara umum dalam kondisi baik. Secara teori, 40 menit masih
dibawah satu jam, dan masih ada 20 menit sebelum waktu pengganti infus selanjutnya.
Saat terhenyak bangun, Mimi mendapati pasien sudah meninggal. Ketika membuka selimut
pasien, ia melihat tangan pasien sedikit membengkak, rupanya selang infus sempat terlipat dan
tertindih badan pasien di balik selimut. Waktu meninggal tidak dapat diketahui.
Fakta:
Mimi adalah kepala perawat yang sudah berpengalaman dan penuh pengabdian. Ia tidak
menikah, taat menjalani ibadah, berusia sekitar 40 tahun. Mimi sudah bekerja sebagai perawat
sejak berumur 20 tahun. Ia dikenal sebagai pribadi yang hangat, setia kawan, dan baik hati. Ia
rela menggantikan rekan yang berhalangan atau mendampingi para junior; meskipun bukan pada
jamnya bertugas. Tentu saja pihak yayasan memberikan penghargaan dan penghasilan yang layak
baginya, sesuai dengan prestasinya selama ini.
Semalam, sebelum kejadian itu, kepala perawat itu membantu sebuah yayasan (di luar rumah
sakit) membagikan sumbangan dilokasi penampungan korban banjir. Ia baru sempat tidur pukul
dua pagi, sebelum bangun pukul 5 pagi untuk bertugas dirumah sakit itu.
Ini adalah ‘kesalahan’ pertama yang dilakukan oleh perawat tersebut selama bertugas di rumah
sakit itu
Pertanyaan:
Sebagai seorang pimpinan di rumah sakit tersebut, tindakan apa yang Anda lakukan?
Jawaban:

Teori leadership yang sesuai dengan kasus ini adalah Situasional Approach (situasi 4) dan
Path-Goal Theory.

Jika menjadi seorang pemimpin di rumah sakit tersebut dan terjadi kasus seperti yang telah
diuraikan maka tentu saja akan memberikan sanksi kepada Eva, kepala perawat. Hal ini sesuai
dengan manajemen rumah sakit dengan sistem reward dan punishment yang jelas. Adapun sanksi
yang diberikan kepada Eva berupa sanksi teguran dan sanksi tidak mendapatkan jam tugas
sampai masalah yang dihadapinya tuntas. Meskipun ini merupakan kesalahan pertama yang
dilakukan Eva selama bekerja di rumah sakit ini, namun kesalahan yang telah ia lakukan amatlah
fatal, yakni menghilangkan nyawa pasien. Jika Eva hanya diberikan teguran saja, mungkin akan
mengundang konflik sosial dan akan membuat pegawai rumah sakit lain tak acuh terhadap
tugasnya.

Dalam kasus ini, pemimpin rumah sakit menggunakan pendekatan situasi, khususnya situasi 4,
yakni pengikut memiliki kompetensi yang tinggi dan komitmen yang tinggi. Eva merupakan
kepala perawat yang memiliki kompetensi dan komitmen yang tinggi karena telah mengabdi
selama 20 tahun dan telah menjalankan tugasnya dengan baik. Kesalahan yang ia lakukan
merupakan kesalahan pertamanya dan bukan merupakan kesengajaan. Jadi cukup dengan teguran
dan skorsing saja yang diberikan kepada Eva, terlebih ini merupakan kesalahan pertamanya,
sehingga pemecatan (pemberhentian) tidak perlu dilakukan. Karena dengan pengabdiannya
selama ini, tentu Eva akan belajar dari pengalamannya sendiri dan berusaha untuk tidak
mengulangi kesalahan yang sama.

Selain itu, dalam kasus ini juga, pemimpin rumah sakit menerapkan teori leadership yang lain,
yaitu Path-Goal Theory. Salah satu pendekatan dalam teori ini adalah gaya partisipatif dan gaya
suportif. Jadi, pemimpin ikut serta dalam penyelesaian masalah dan membantu pengikutnya,
Eva, untuk mengatasi hambatan-hambatannya dan memberikan alternative jalan keluar. Berpijak
pada Yayasan Rumah Sakit ini mendukung kinerja berdasarkan pendekatan kekeluargaan yang
baik maka tidak heran jika pimpinan rumah sakit turut serta dalam penyelesaian masalah yang
dihadapi Eva. Apalagi masalah yang dialami Eva secara langsung atau tidak langsung
memengaruhi citra rumah sakit tersebut, sehingga dibutuhkan peranan pemimpin dalam
menyelesaikan masalah ini.

Anda mungkin juga menyukai