Anda di halaman 1dari 14

Seri Publikasi Pembelajaran

Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

PENTINGNYA MEMIKI KECAKAPAN HIDUP TERHADAP


MAJUNYA PENDIDIKAN DI ERA MODERNISASI

Akhmad Yulianto
Email: 1810111210009@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk
memecahkan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi
pendidikan mencakup hal- hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan,
baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain,
maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional. Inovasi adalah
menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu
atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari
tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju.Istilah kata modern
atau modernisasi digunakan untuk menunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih
baik, lebih maju dalam arti lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan hidup.
Pendidikan kecakapan hidup adalah untuk memberikan pengalaman belajar yang berarti
bagi peserta didik yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari,
seperti: proses sosial, fungsi sosial serta masalah-masalah kehidupan.

Kata Kunci : inovasi pendidikan; modernisasi; dan pendidikan.

PENDAHULUAN
Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk
memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode,
yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal- hal yang
berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah,
perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas
misalnya sistem pendidikan nasional.
Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan
atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles, dengan
perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.
a. Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu
menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan

31
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

komponen personel misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat,


aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
b. Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan tentang
berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya.
Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini misalnya: berapa ratio guru siswa
pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini dengan ratio 1 :
200 artinya satu guru dengan 200 siswa). Sekolah Dasar di Amerika satu guru
dengan 27 siswa, perubahan besar wilayah kepenilikan, dan sebagainya.
c. Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan
berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang
sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan bentuk tempat duduk (satu anak
satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas
antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat
disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan CCTV (TVCT-
Televisi Stasiun Terbatas), dan sebagainya.
d. Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan
penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya:
pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang
dapat memberi kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan
keperluannya, dan sebagainya.
e. Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas.
Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis
sekolah (rumusan tujuan TK, SD disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan
tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional dan
sebagainya.
f. Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan.
Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya: penggunaan
kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran individual,
pengajaran kelompok, dan sebagainya.
g. Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan
kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan
inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: peran guru sebagai pemakai
media (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran
guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching,
dan sebagainya.
h. Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya berkembang suatu
wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai
tujuan pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat tercapainnya tujuan.

32
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: wawasan pendidikan seumur
hidup, wawasan pendekatan keterampilan proses, perasaan cinta pada pekerjaan
guru, kesediaan berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan kurikulum SD yang disempurnakan, dan sebagainya.
i. Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja). Dalam sistem pendidikan perlu
ada kejelasan hubungan antara bagian atau mekanisme kerja antara bagian dalam
pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi yang relevan dengan
komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas antara seksi di kantor
departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar seksi, di perguruan tinggi
diadakan perubahan hubungan kerja antara jurusan, fakultas, dan biro registrasi
tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya.
j. Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam
beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi
yang relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan
sekolah bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen Kesehatan, data
pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, dan
sebagainya.
k. Strategi. Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan
pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara
kronologis biasanya menggunakan pola urutan sebagai berikut:
1) Desain. Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya
berdasarkan suatu penelitian dan obeservasi atau hasil penilaian terhadap
pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.
2) Kesadaran dan perhatian. Suatu potensi yang sangat menunjang berhasilnya
inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi (baik individu
maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka
akan berusaha mencari informasi tentang inovasi.
3) Evaluasi. Para sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi tentang
kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat
terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi, pembiayaannya dan sebagainya.
4) Percobaan. Para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk
membuktikan apakah memang benar inovasi yang dinilai baik itu dapat
diterapkan seperti yang diharapkan. Jika ternyata berhasil maka inovasi akan
diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuai strategi inovasi yang telah
direncanakan.

INOVASI DAN MODERNISASI

33
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

Pada waktu membicarakan inovasi sering orang mengajukan pertanyaan tentang


modernisasi, karena antara keduanya tampak persamaan yaitu kedua- duanya merupakan
perubahan sosial. Agar dapat mengetahui apa perbedaan dan juga kaitan antara inovasi dan
modernisasi, perlu dipahami apa inovasi dan apa modernisasi, baru kemudian dicari kaitan
antara keduanya. Inovasi telah dibicarakan maka sekarang dibicarakan modernisasi.
Istilah (term) “modern” mempunyai berbagai macam arti dan juga mengandung
berbagai macam tambahan arti (connotations). Istilah moden ini digunakan tidak hanya
untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem politik, ekonomi lembaga seperti rumah
sakit, sekolah, perguruan tinggi, perumahan, pakaian, serta bebagai macam kebiasaan. Pada
umumnya kata modern digunakan untuk menunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang
lebih baik, lebih maju dalam arti lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan
hidup.
Dengan cara baru (modern) sesuatu akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan. Misalnya dalam perkembangan transportasi, karena kuda lebih modern dari pada
gerobak yang ditarik orang, tetapi mobil lebih modern daripada kereta kuda, pesawat lebih
modern daripada mobil. Jadi “modern” dari satu segi dapat diartikan sesuatu yang baru
dalam arti lebih maju atau lebih baik daripada yang sudah ada. Baik dalam arti lebih
memberikan kesejahteraan atau kesenangan bagi kehidupan.
Eissentadt menjelaskan bahwa menurut sejarahnya modernisasi adalah proses
perubahan sistem sosial, ekonomi, dan politik, yang telah berkembang di Eropa Barat dan
Amerika Utara dari abad ke 17 sampai abad ke 19, dan kemudian telah berkembang pula di
berbagai Negara di Eropa. Dalam abad ke 19 dan 20 berkembang pula ke Amerika Selatan,
Asia, dan Afrika. Proses perkembangan atau perubahan itu berlangsung secara bertahap,
dan tidak semua masyarakat berkembang dalam tahap urutan yang sama.
Jadi modernisasi pada dasarnya merupakan proses perkembangan, secara kebetulan
Eropa Barat dan Amerika Utara telah berkembang lebih dahulu, dan sekarang bangsa dari
dunia ketiga sedang berjuang untuk menyamakan diri mencapai status kehidupan modern.
Dengan kata lain modernisasi adalah bekerja sama dengan dunia dengan maksud agar dapat
meningkatkan hal-hal yang esensial dalam kehidupan, walaupun mungkin juga terjadi
kekacauan atau perpecahan. (M. Francais Abraham, 1980:4).
Pada waktu membicarakan inovasi sering orang mengajukan pertanyaan tentang
modernisasi, karena antara keduanya tampak persamaan yaitu keduaduanya merupakan
perubahan sosial. Agar dapat mengetahui apa perbedaan dan juga kaitan antara inovasi dan
modernisasi, perlu dipahami apa inovasi dan apa modernisasi, baru kemudian dicari kaitan
antara keduanya. Inovasi telah dibicarakan maka sekarang dibicarakan modernisasi. Istilah
(term) “modern” mempunyai berbagai macam arti dan juga mengandung berbagai macam
tambahan arti (connotations). Istilah moden ini digunakan tidak hanya untuk orang-orang
tetapi juga untuk bangsa, sistem politik, ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah,
perguruan tinggi, perumahan, pakaian, serta bebagai macam kebiasaan. Pada umumnya

34
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

kata modern digunakan untuk menunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik,
lebih maju dalam arti lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan hidup.
Dengan cara baru (modern) sesuatu akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
Misalnya dalam perkembangan transportasi, karena kuda lebih modern daripada gerobak
yang ditarik orang, tetapi mobil lebih modern daripada kereta kuda, pesawat lebih modern
daripada mobil. Jadi “modern” dari satu segi dapat diartikan sesuatu yang baru dalam arti
lebih maju atau lebih baik daripada yang sudah ada. Baik dalam arti lebih memberikan
kesejahteraan atau kesenangan bagi kehidupan.
Di antara tanda-tanda masyarakat yang sudah maju (modern) ialah bidang ekonomi
telah makmur, bidang politik sudah stabil, terpenuhi pelayanan kebutuhan pendidikan dan
kesehatan. Perbedaan rumusan definisi modernisasi antara para ahli tersebut hanya
perbedaan penekanan. Ada yang menekankan pada perubahan sosial secara menyeluruh,
seperti yang dikemukakan More, Black, and Chodak, mereka ini mengartikan modernisasi
sebagai proses perubahan kehidupan masyarakat.
Sedangkan Rogers, Lerner, dan Inkeles menekankan pada perubahan pribadi
(individu), artinya perubahan individu dari gaya atau pola hidup tradisional ke gaya atau
pola hidup modern. Perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu terjadi sebagai akibat
terjadinya perubahan kehidupan masyarakat yakni dari masyarakat tradisional ke
masyarakat yang sudah maju (industri). Inkeles mengemukakan secara detail tentang ciri-
ciri manusia modern, berdasarkan penelitiannya pada masyarakat yang industrinya sudah
maju. Antara lain ia mengemukakan bahwa ada 12 aspek yang menjadi tanda (karakteristik)
manusia modern yaitu:
a. Bersikap terbuka trehadap pengalaman baru, artinya jika menghadapi tawaran
atau ajakan hal-hal yang baru yang lebih menguntungkan untuk kehidupannya akan
selalu mau memikirkan dan kemudian mau menerimanya, tidak menutup diri
terhadap perubahan.
b. Selalu siap menghadapi perubahan sosial, artinya siap untuk menerima
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, misalnya partisipasi dalam
bidang politik, peningkatan kesempatan kerja bagi wanita, perpindahan penduduk,
pergaulan atau hubungan orang tua dengan pemuda dan sebagainya. Manusia
modern siap untuk memahami perubahan yang terjadi di sekitarnya.
c. Berpandangan yang luas, artinya pendapat-pendapatnya tidak hanya berdasarkan
apa yang ada pada dirinya, tetapi mau menerima pendapat yang datang dari luar
dirinya serta dapat memahami adanya perbedaan pandangan dengan orang lain. Ia
dapat memahami sikap orang lain yang berbeda dengan dirinya.
d. Mempunyai dorongan ingin tahu yang kuat. Manusia modern akan selalu
berusaha memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di lingkungannya dan juga
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kehidupannya.

35
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

e. Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang dan masa yang
akan datang daripada masa yang lampau. Manusia modern tidak hanya akan
mengenang kejayaan atau kegagalan masa lalu, tetapi lebih aktif untuk berfikir
bagaimana masa sekarang dan yang datang.
f. Manusia modern berorientasi dan juga percaya pada perencanaan baik jangka
panjang maupun jangka pendek. Kehidupan manusia moden selalu direncanakan
sebelumnya melalui perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
g. Manusia modern lebih percaya pada hasil perhitungan manusia
dan pemikiran manusia daripada takdir atau pembawaan. Ia percaya bahwa
manusia dapat mengontrol kejadian di sekitarnya.
h. Manusia modern menghargai ketrampilan teknik dan juga
menggunakannya sebagai dasar pemberian imbalan.
i. Wawasan pendidikan dan pekerjaan. Manusia modern memiliki wawasan yang
lebih maju tentang pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan di sekolah formal lebih
ditekankan untuk menguasai ketrampilan membaca, menulis dan berhitung daripada
untuk melaksanakan pendidikan agama atau moral, karena ilmu pengetahuan dan
teknologi yang akan dapat dipakai untuk memecahkan masalah kehidupan.
Demikian pula manusia modern akan memiliki pekerjaan yang dapat memberi
keuntungan walaupun mungkin melanggar sangsi kepercayaan tradisional.
j. Manusia modern menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain
terutama orang yang lemah seperti wanita, anak-anak, dan bawahannya.
k. Memahami perlunya produksi. Manusia modern dalam mengambil keputusan
akan mempertimbangkan juga sejauh mana dampak terhadap hasil produksi dari
suatu industri (ia sebagai pegawai perusahaan ikut menyadari akan kepentingan
perusahaan).
Berdasarkan uraian tersebut kini tiba saatnya untuk membicarakan kaitan antara
inovasi dan modernisasi. Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial,
perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu. Inovasi menekankan pada ciri
adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau masyarakat
sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke
modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju.
Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya
modernisasi. Misalnya untuk meningkatkan kesejahteraan perlu diadakan transmigrasi.
Transmigrasi merupakan hal yang baru bagi masyarakat, maka transmigrasi adalah suatu
inovasi. Masyarakat yang sudah mau menerima ide transmigrasi dan mau melaksanakan
transmigrasi berarti sudah memenuhi ciri masyarakat modern yang siap menghadapi
perubahan dan meninggalkan pola pikir tradisi yang bersemboyan (bahasa Jawa) ”mangan
ora mangan yen kumi” artinya meskipun tidak makan asal tetap berkumpul dengan sesama
saudara.

36
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP


A. Latar Belakang Lahirnya Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu satuan program dari
penndidikan nonformal memiliki peran yang urgen dalam rangka membekali warga
belajar agar dapat hidup secara mandiri. Ditjen PLS Depdiknas dalam Pedoman Program
Life Skills (2007 : 2) menggambarkan bahwa program pendidikan kecakapan hidup ini
secara khusus bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik agar :
a. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki
dunia kerja baik bekerja secara mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu
perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-
karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global.
c. Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya
sendiri maupun untuk anggota keluarganya.
d. Memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dalam rangka
mewujudkan keadilan pendidikan di setiap lapisan masyarakat.
Program pendidikan kecakapan hidup sebagai salah satu bagian dari pembangunan
berkelanjutan (sebagai strategi) menghendaki pengelolaan semua kekayaan yang berupa
Sumber Daya Alam (SDA), tenaga, manusia, keuangan dan fisik digunakan sebesar-
besarnya untuk kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Sehingga peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat terlihat dari kesiapan untuk bereaksi terhadap
suatu objek dengan caracara tertentu.
Kesiapan yang dimaksud adalah merupakan kecenderungan potensial untuk
bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya respon, dan hal inilah yang menjadi salah satu tolak ukur melihat
perubahan sikap yang terjadi pada individu tersebut.
Potensi kecakapan untuk menempuh perjalanan hidup bagi seseorang merupakan
bawaan yang telah melekat pada dirinya sejak dia tercipta. Tugas orang tua dan
masyarakat adalah mengembangkan potensi itu melalui pendidikan informal di dalam
keluarga dan di dalam masyarakat yang dilakukan dengan ikhlas sebagai ungkapan terima
kasih kepada Sang Pencipta.
Dalam bahasa yang religius kegiatan ini merupakan wujud dari rasa syukur karena
telah dikaruniai keturunan yang diharapkan akan dapat meneruskan kehidupan dan
generasi terdahulu kepada generasi berikutnya. Negara dan bangsa sebagai kesatuan
keluarga dan masyarakat mewujudkan rasa syukur itu dengan menciptakan suatu sistem
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik negara dan bangsanya.
Oleh karena itu negara dan bangsa menciptakan sekolah sebagai tempat untuk
mengembangkan potensi kecakapan untuk hidup (life skills) anak-anak bangsanya dengan

37
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

cara yang lebih sistematis dan terarah melalui pendidikan formal. Dan tugas sekolah
sebagai subsistem pendidikan adalah melaksanakan pendidikan formal untuk
mengembangkan potensi kecakapan untuk hidup, sejajar bersama-sama dengan bangsa-
bangsa lain.
Dalam hampir semua kegiatan untuk menjalani kehidupan, persoalan sehari-hari
yang dihadapi oleh seseorang pada urnumnya berkisar pada empat persoalan besar yang
sangat mendasar sebagai persoalan utama. Keempat persoalan besar itu adalah sebagai
berikut:
a. Persoalan yang berkaitan dengan dirinya sendiri,
b. Persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya bersama-sama dengan orang lain.
c. Persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya di suatu lingkungan alam tertentu
d. Persoalan yang berkaitan dengan pekerjaannya, baik yang berkaitan dengan
pekerjaan utama yang ditekuni sebagai mata pencaharian maupun pekerjaan yang
hanya sekadar sebagai hobi.
Agar dapat menghadapi keempat persoalan utama tersebut dengan sebaik-baiknya,
diperlukan adanya suatu kecakapan khusus yang minimal harus dapat dikuasai oleh
seseorang.Untuk mempersiapkan hal itu secara dini, pada dasarnya perlu diupayakan
dengan baik, sekurang-kurangnya empat jenis pendidikan kecakapan untuk hidup yang
(Life Skills Education) yang harus dibekalkan kepada para siswa.
Tujuan pendidikan kecakapan hidup dalam pedoman pendidikan kecakapan hidup
(life skills) yang dikeluarkan oleh Direktorat Tenaga Teknis Direktorat Jenderal
Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen PLS, 2003) adalah
sebagai berikut: Pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan melalui jalur
pendidikan non formal bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan
sikap warga belajar di bidang pekerjaan/usaha tertentu sesuai dengan bakat, minat
perkembangan fisik dan jiwanya serta potensi lingkungannya, sehingga mereka memiliki
bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang dapat dijadikan bekal untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
B. Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Budaya Nilai-nilai Islam
Pendidikan kecakapan hidup dalam kehidupan di sekolah maupun di luar
sekolah sangat erat sekali kaitannya dengan kreatifitas dan minat bakat. Dalam
pendidikan formal pendidikan kecakapan hidup (Life skills) dapat dilakukan melalui
kegiatan intra dan ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai
dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang
materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan
pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar
peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan di kemudian
hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi
sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.

38
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

Life skills pada dasarnya merupakan manifestasi dari sikap hidup dan pandangan
hidup yang dimiliki seseorang. Menurut Muhaimin ada empat pertanyaan mendasar
mengenai Life skills bagi seorang muslim, yaitu: 1) apa yang harus diperbuat oleh seorang
muslim terhadap diri pribadinya?; 2) apa yang harus diperbuat oleh seorang muslim
terhadap lingkungan alam sekitarnya?; 3) apa makna lingkungan sosial bagi dirinya dan
apa yang harus diperbuat oleh seorang muslim terhadap lingkungan sosialnya?; dan 4) apa
yang harus diperbuat oleh seorang muslim terhadap anak keturunannya atau generasi
penerusnya? Menjawab keempat pertanyaan tersebut merupakan upaya untuk mengenal
diri (self awareness) yang merupakan salah satu jenis Life skills sebagaimana dijelaskan
dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim: 6 dijelaskan: “Wahai orang-orang beriman, jagalah,
peliharalah atau perbaiki kualitas dirimu dan keluargamu agar terhindar dari
kesengsaraan hidup (neraka)”. Internalisasi nilai-nilai Islam
ke dalam kurikulum di sekolah formal dengan menjadikan ajaran dan nilai-nilai Islam
sebagai petunjuk dan sumber konsultasi bagi pengembangan mata pelajaran umum, yang
operasionalnya dapat dikembangkan dengan cara memasukkan nilai-nilai akhlak yang
mulia ke dalam IPS, IPA dan sebagainya, sehingga kesan dikotomis tidak terjadi.
Transformasi nilai-nilai islami dalam pendidikan Life skills adalah menjadikan
peserta didik seorang muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt., berakhlak
mulia, beramal kebaikan, menguasai ilmu (untuk dunia dan akhirat), menguasai
keterampilan dan keahlian agar memikul amanah dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik. Dengan demikian,
pengembangan Life skills bagi peserta didik dalam nilai budaya islami pada general skills
yang berfungsi sebagai pembentuk kepribadian, yaitu: a) pengembangan iman, yang
diaktualisasikan dalam ketakwaan kepada Allah swt. yang menghasilkan kesucian. b)
pengembangan cipta, untuk memenuhi kebutuhan hidup material dan kecerdasan, dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, yang menghasilkan kebenaran, c)
pengembangan karsa, untuk mempunyai sikap dari tingkah laku yang baik (etika, akhlak,
moral), yang menghasilkan kebaikan, d) pengembangan rasa, untuk berperasaan halus
(apresiasi seni, persepsi seni, kreasi seni), yang menghasilkan keindahan, e)
pengembangan karya, untuk menjadikan manusia terampil dan cakap teknologi yang
berdaya guna, yang menghasilkan kegunaan, f) pengembangan hati nurani yang berfungsi
memberikan pertimbangan (iman, cipta, karsa, rasa, karya), yang menghasilkan
kebijaksanaan.
Dengan demikian pembelajaran di sekolah formal di semua mata pelajaran atau
kegiatan-kegiatan yang mendukung lainnya, baik intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler yang dibangun atas dasar pengembangan ilmu pengetahuan unsich harus
diimbangi dengan bentuk pengembangan kecerdasan spiritual di dalamnya, mengingat
kedua pengembangan ini merupakan hakikat dari pendidikan itu sendiri, yaitu penyadaran
akan nilai secara menyeluruh.

39
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

Dengan demikian belajar untuk menjadi diri sendiri dapat dibangun dengan cara
menghindari sikap-sikap yang tidak terpuji dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada
Allah swt. Dan belajar hidup bersama menekankan pentingnya untuk hidup berdampingan
dengan komunitas yang berbeda, baik dari segi etnis, agama, maupun lainnya, karena
Islam memandang perbedaan sebagai rahmah. Oleh sebab itu peserta didik harus
diarahkan agar memiliki kemampuan untuk hidup bersama, tanpa permusuhan. Dengan
berdasarkan pada realitas proses pendidikan dan realitas tatanan kemasyarakatan yang akan
dijalani peserta didik, pendikan Life skills berbasis nilai-nilai budaya islami merupakan
sebuah kebutuhan dalam membentuk karakter anak didik sesuai dengan misi pendidikan,
terutama pembentukan peserta
didik yang beriman, bertakwa dan berkhlak mulia. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
terwujud melalui prinsip-prinsip belajar yang menyertakan nilai ilmiah, akhlak dan agama
secara harmonis bagi semua pihak, baik guru sebagai teladan maupun peserta didik yang
“tertulari” keteladanan guru.
C. Pentingnya Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Sistem Nasional (UUD 1945)
Di Indonesia pendidikan menjadi sangat penting demi keberlangsungan kehidupan
dari yang dasar hingga ke jenjang yang tinggi. Salah satunya adalah pendidikan kecakapan
hidup. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu satuan program dari
pendidikan nonformal memiliki peran yang urgen dalam rangka membekali warga belajar
agar dapat hidup secara mandiri. Potensi kecakapan untuk menempuh perjalanan hidup
bagi seseorang merupakan bawaan yang telah melekat pada dirinya sejak dia tercipta.
Tugas orang tua dan masyarakat adalah mengembangkan potensi itu melalui pendidikan
informal di dalam keluarga dan di dalam masyarakat yang dilakukan dengan ikhlas sebagai
ungkapan terima kasih kepada Sang Pencipta.
Dalam bahasa yang religius kegiatan ini merupakan wujud dari rasa syukur karena
telah dikaruniai keturunan yang diharapkan akan dapat meneruskan kehidupan dan
generasi terdahulu kepada generasi berikutnya. Negara dan bangsa sebagai kesatuan
keluarga dan masyarakat mewujudkan rasa syukur itu dengan menciptakan suatu sistem
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik negara dan bangsanya.
Oleh karena itu negara dan bangsa menciptakan sekolah sebagai tempat untuk
mengembangkan potensi kecakapan untuk hidup (life skills) anak-anak bangsanya dengan
cara yang lebih sistematis dan terarah melalui pendidikan formal. Dan tugas sekolah
sebagai subsistem pendidikan adalah melaksanakan pendidikan formal untuk
mengembangkan potensi kecakapan untuk hidup, sejajar bersama-sama dengan bangsa-
bangsa lain.
Dalam hampir semua kegiatan untuk menjalani kehidupan, persoalan sehari-hari
yang dihadapi oleh seseorang pada urnumnya berkisar pada empat persoalan besar yang
sangat mendasar sebagai persoalan utama. Keempat persoalan besar itu adalah sebagai
berikut:

40
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

a. Persoalan yang berkaitan dengan dirinya sendiri,


b. Persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya bersama-sama dengan orang lain.
c. Persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya di suatu lingkungan alam tertentu
d. Persoalan yang berkaitan dengan pekerjaannya, baik yang berkaitan dengan
pekerjaan utama yang ditekuni sebagai mata pencaharian maupun pekerjaan yang
hanya sekadar sebagai hobi.
Agar dapat menghadapi keempat persoalan utama tersebut dengan sebaik-baiknya,
diperlukan adanya suatu kecakapan khusus yang minimal harus dapat dikuasai oleh
seseorang. Untuk mempersiapkan hal itu secara dini, pada dasarnya perlu diupayakan
dengan baik, sekurang-kurangnya empat jenis pendidikan kecakapan untuk hidup yang
(Life Skills Education) yang harus dibekalkan kepada para siswa.
Keempat jenis pendidikan kecakapan yang perlu diberikan untuk mempersiapkan
anak didik agar dapat memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan atau kemampuan
untuk menempuh perjalanan hidup itu, baik melalui pendidikan informal di dalam
keluarga dan masyarakat, maupun melalui pendidikan formal di sekolah hendaknya
mencakup:
a. Personal skills education
b. Social skills education
c. Environmental skills education
d. Vocational atau occupational skills education
Pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan- kecakapan yang secara
praktis yang dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan
hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang
didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan Kejuruan yang berkaitan dengan
pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan
hidup dalam kehidupan.
Tentunya sistem pendidikan harus bisa menyesuaikan dengan kondisi dan situasi
yang ada di lapangan. Penyesuaian dilakukan dengan menganilisis karakteristik dan
potensi dari setiap daerah. Untuk melakukan analisa bisa dilakukan oleh pemerintah
daerah (pemda) setempat. Pasalnya, pemda setempat dipastikan lebih mengetahui
karakteristik dan potensi dari daerah yang dikelolanya.
Setelah diketahui bagaimana karakteristik dan potensi dari setiap daerah. Salah
satu sistem pendidikan yang bisa diterapkan untuk mengantisipasi kasus di atas adalah
melalui pendidikan kecakapan hidup. Pendidikan ini harus benar-benar didukung oleh
pemerintah dengan cara memfasilitasi semua kebutuhan yang diperlukan. Baik sarana dan
prasarana maupun tim ahli yang menjalankan sistem pendidikan tersebut (pendidik). Dalam
menjalankan sebuah sistem pendidikan kecakapan hidup, tentunya berbeda dengan sistem
pendidikan biasanya. Karena, proses pendidikan dilakukan berdasarkan dengan potensi
yang ada dari setiap masing-masing daerah.

41
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

Pada dasarnya, pendidikan diselenggarakan bukan semata-mata membekali peserta didik


dengan berbagai ilmu pengetahuan, namun pendidikan juga harus berorientasi pada
pemberian bekal bagi peserta didik agar dapat menjalani kehidupannya dengan baik,
terutama dalam situasi dan kondisi di era globalisasi.
Dijelaskan dengan tegas dalam UU sisdiknas no. 20 tahun 2003 bahwa tujuan
pendidikan selain bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, juga bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang cakap, kreatif dan
mandiri. Kecakapan, kreatifitas dan kemandirian merupakan tiga point yang sangat
penting untuk dimiliki setiap peserta didik agar ia dapat cakap dalam menghadapi realitas
hidupnya, kreatif dalam memberikan solusi atas persoalan yang ada.
Selain itu pendidikan yang seperti ini bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi
peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang sedang
dihadapinya. Tuntutan life skill pada dasarnya mencakup beberapa aspek diantaranya
keterampilan peserta didik, profesionalitas, dan kecakapan dalam melakukan transformasi
menuju perubahan social. Sebagaimana dijelaskan diatas,kecakaapan hidup disini bukan
semata cakap dalam berpikir dan akademis, namun cakap dalam keterampilan dan social.

SIMPULAN
Inovasi pendidikan pada umumnya ialah inovasi untuk memecahkan masalah
pendidikan. Jadi inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau
diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik
berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau
untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan
perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu. Inovasi
menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu
atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari
tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju. Jadi dapat
disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi.
Pendidikan kecakapan hidup adalah untuk memberikan pengalaman belajar yang berarti
bagi peserta didik yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari,
seperti: proses sosial, fungsi sosial serta masalah-masalah kehidupan.

REFERENSI
Anis, M. Z. A., Putro, H. P. N., Susanto, H., & Hastuti, K. P. (2020). Historical Thinking
Model in Achieving Cognitive Dimension of Indonesian History Learning. PalArch's
Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(7), 7894-7906.

42
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Fathurrahman, F. (2021). Studi Evaluatif Pembelajaran
Sejarah Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah
dan Pendidikan, 5(1), 60-69.
Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Mardiani, F. (2021, February). Analysis of the Effectiveness
of MPBH: The Mains of Mandai as a Saving Food in Banjarmasin Community. In
The 2nd International Conference on Social Sciences Education (ICSSE 2020) (pp.
89-94). Atlantis Press.
Efendi, I., Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). Implementasi Penilaian Pembelajaran
Pada Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sejarah. Prabayaksa: Journal of History
Education, 1(1), 21-25.
Fathurrahman, F., Kumasalari, D., Susanto, H., Nurholipah, N., & Saliman, S. (2022).
Implementasi Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Program
Adiwiyata. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6), 13038-13044.
Fathurrahman, F., Susanto, H., Yuliantri, R. D. A., & Abbas, E. W. (2022). Analisis
Pembelajaran Kooperatif dalam Penerapan Blended Learning Masa Pandemi Covid-
19. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 4(3), 733-739.
Fauziyah, N., Susanto, H., Rochgiyanti, R., & Syaharuddin, S. (2022). Interaksi Sosial
Santri Pondok Pesantren Muhammadiyah Nurul Amin Alabio Tahun 1997-2020.
Prabayaksa: Journal of History Education, 2(1), 23-32.
Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). RETROGRESI PENGGUNAAN MEDIA DARING
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal
Education and Development, 9(4), 173-177.
Prawitasari, M., Imanuel, K., Susanto, H., & Fathurrahman, F. (2022). ANALISIS
PERILAKU BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SEJARAH
MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal Educhild: Pendidikan Dan Sosial, 11(1), 27-
31.
Prawitasari, M., Sawitri, R., & Susanto, H. (2022). Nilai-nilai Karakter dalam Buku Teks
Sejarah SMA Kelas XI di SMAN 7 Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 22(3), 2287-2291.
Susanto, H., Fatmawati, S., & Fathurrahman, F. (2022). Analisis Pola Narasi Sejarah dalam
Buku Teks Lintas Kurikulum di Indonesia. Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan
Pendidikan, 6(2).
Susanto, H., Irmanita, W., Syurbakti, M. M., & Fathurrahman, F. (2022). ANALISIS
PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
DARING MASA PANDEMI COVID-19. Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan
Sejarah, 8(1), 13-24.
Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter dan
Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. HISTORIA: Jurnal
Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1), 65-78.
Susanto, H., Prawitasari, M., Akmal, H., Syurbakti, M. M., & Fathurrahman, F. (2023).
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU AJAR MATA KULIAH MEDIA

43
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 2 No 2(2023): Inovasi Pendidikan

PEMBELAJARAN SEJARAH. Jurnal PIPSI (Jurnal Pendidikan IPS Indonesia), 8(1),


1-10.
Susanto, H., Sariyatun, S., & Djono, D. (2022). Analisis Konteks Historis Film Sejarah
Perang Banjar Sebagai Media Edutainment. Jurnal Humanitas: Katalisator Perubahan
dan Inovator Pendidikan, 9(1), 16-27.

44

Anda mungkin juga menyukai