Anda di halaman 1dari 31

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Akuntansi Lanjutan I Jasmina Syafe’I, S.E., M.Ak.CA.

TUGAS RINGKASAN BAB I


“KOMBINASI BISNIS”

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Silvi Uswatul Hasanah (12170321422)
Puan Fariza (12170322264)
Fatih Umiarisky (12170323196)
Fiona Dwiyanti (12170320213)
Nur Hanifah (12170321838)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan keteguhan hati kami dalam menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I ini. Sholawat beserta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan
para umat manusia yang merindukan keindahan surga.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I, serta untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang Akuntansi Keuangan. Pada kesempatan ini,
kami juga berterima kasih kepada Ibuk Jasmina Syafe’I, S.E., M.Ak.CA. yang telah
membimbing kami.
Akhir kata, semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi
semua yang membacanya terutama bagi diri kami sendiri. Penulis meminta maaf
apabila terdapat kesalahan pada penulisan makalah ini dan dengan tangan terbuka
kami menerima saran terhadap makalah yang kami sajikan ini untuk perbaikan di
masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekanbaru, 12 September 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I : KOMBINASI BISNIS ............................................................................... 1
A. TUJUAN PEMBELAJARAN...................................................................... 1
B. KERANGKA BAB ...................................................................................... 1
C. LATAR BELAKANG .................................................................................. 2
1. Motivasi .................................................................................................... 2
2. Keuntungan Kombinasi Bisnis ................................................................. 2
3. Pengembangan Bisnis............................................................................... 3
4. Aspek Etika dalam Kombinasi Bisnis ...................................................... 4
D. JENIS KOMBINASI BISNIS ...................................................................... 5
1. Strategi Bisnis........................................................................................... 5
2. Bentuk Entitas .......................................................................................... 5
3. Metode Akuntansi ..................................................................................... 6
E. STANDAR AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS ...................................... 7
1. Perkembangan PSAK 22 : Kombinasi Bisnis .......................................... 7
2. Restrukturisasi Entitas Sepengendali ....................................................... 8
3. Aspek Perpajakan dalam Kombinasi Bisnis ............................................. 8
F. KOMBINASI BISNIS DAN PENGENDALIAN ........................................ 9
1. Definisi Kombinasi Bisnis........................................................................ 9
2. Pengendalian ............................................................................................ 9
3. Bisnis .......................................................................................................11
4. Identifikasi Kombinasi Bisnis .................................................................11
G. AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS ....................................................... 13
1. Pengakuan dan Pengukuran Aset dan Lialibitas ..................................... 13
2. Biaya Transaksi ...................................................................................... 13
3. Imbalan yang Dialihkan ......................................................................... 14
4. Goodwill ................................................................................................. 14
5. Pencatatan Transaksi Kombinasi Bisnis ................................................. 16
6. Pembelian Diskon................................................................................... 22
7. Akuisisi Bertahap ................................................................................... 23
8. Kombinasi Bisnis Tanpa Pengalihan Imbalan ........................................ 24

ii
H. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN KOMBINASI BISNIS .............. 24
1. Penyajian ................................................................................................ 24
2. Pengungkapan ........................................................................................ 25
I. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ...................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. iv

iii
BAB I : KOMBINASI BISNIS
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan tujuan dan motivasi kombinasi bisnis
2. Menjelaskan konsep pengendalian dam kombinasi bisnis
3. Menerapkan pencatatan dan pengukuran transaksi kombinasi bisnis
4. Menerapkan penyajian dan pengungkapan kombinasi bisnis

B. KERANGKA BAB

Kombinasi Bisnis

Jenis Standar Kombinasi Bisnis Akuntansi Penyajian dan


Latar Belakang Akuntansi Analisa
Kombinasi Bisnis dan pengendalian Kombinasi Bisnis pengungkapan
Kombinasi Bisnis

Perkembangan Pengakuan dan


Motivasi Strategi Bisnis Definisi Pengukuran Aset penyajian
PSAK 22 Yang Diakuisisi

Restrukturisasi
Keuntungan Bentuk Entitas Entitas Pengendalian Biaya Transaksi Pengungkapan
Sepengendali

Aspek Perpajakan
Pengembangan Metode Imbalan yang
dalam Kombinasi Bisnis
Bisnis Akuntansi Diahlikan
Bisnis

Identifikasi
Aspek Etika Goodwill
Kombinasi Bisnis

Pencatatan
Transaksi
Kombinasi Bisnis

Pembelian Diskon

Akuisisi Bertahap

Kombinasi Bisnis
Tanpa Pengalihan
Imbalan

1
2

C. LATAR BELAKANG
1. Motivasi
Perusahaan menjadi semakin besar akibat pertumbuhan dan perkembangan
usaha. Perkembangan dapat terjadi melalui pertumbuhan organik dan unorganik.
Pertumbuhan organik adalah pertumbuhan perusahaan secara natural akibat
peningkatan skala usaha dan pendirian usaha baru. Pertumbuhan unorganik adalah
pertumbuhan perusahaan akibat akuisisi dan pembelian perusahaan yang sudah
berjalan.
Pertumbuhan organik membutuhkan waktu lebih panjang. Pertumbuhan
organik dapat dicapai oleh perusahaan dengan peningkatan pangsa pasar secara
alami atau melakukan ekspansi usaha dari awal. Pertumbuhan organik
membutuhkan waktu lebih lama, karena perusahaan untuk melakukan ekspansi
misalnya, akan memulai dengan mengembangkan produk baru, mengembangkan
pabrik baru memasarkan. Namun jika pengembangan dilakukan dengan cara
unorganik, perusahaan dapat membeli perusahaan lain yang telah menghasilkan
produk tersebut sehingga dalam waktu cepat perusahaan dapat memperoleh
hasilnya.
Perusahaan melakukan kombinasi bisnis dengan berbagai tujuan dan
motivasi. Motivasi umum dalam melakukan kombinasi bisnis adalah ingin agar
entitas tersebut menjadi lebih besar dan berkembang. Semakin besar perusahaan,
investor akan memperoleh pengembalian investasi (return), yang semakin besar
dari investasinya. Beberapa motivasi spesifik kombinasi bisnis antara lain:
a. Menjadikan entitas lebih besar.
b. Menghindari pengambilalihan oleh entitas lain.
c. Mensinergikan sumber daya yang dimiliki.
d. Kompensasi yang diterima manajemen terkadang dikaitkan dengan ukuran
perusahaan.
e. Meningkatkan kebanggaan entitas.

2. Keuntungan Kombinasi Bisnis


Keuntungan akhir kombinasi bisnis adalah diperolehnya imbal hasil yang
lebih besar kepada pemegang saham dibandingkan pada saat entitas belum
3

melakukan kombinasi bisnis. Keuntungan kombinasi bisnis tercipta karena entitas


mampu menghasilkan sinergi dalam kombinasi bisnis tersebut sehingga jika nilai
entitas sebelum bergabung 5 dan 3 maka hasil kombinasi bisnis harus mampu
menghasilkan lebih dari 8.
Proses kombinasi bisnis bersifat kompleks sehingga perlu kehati-hatian agar
sinergi yang diharapkan dapat tercapai. Bertambahnya ukuran entitas akibat
kombinasi bisnis dapat membuat pengelolaan entitas menjadi lebih birokratis dan
kompleks sehingga keputusan yang diambil lambat sehingga entitas tidak dapat
fleksibel menghadapi perubahan lingkungan. Dalam beberapa kasus sering terjadi
kegagalan dari kombinasi bisnis, sehingga pada akhirnya sinergi tidak dapat
diperoleh. Bahkan sering kali akuisisi bisnis tidak mampu menghasilkan imbal hasil
seperti yang diharapkan.

3. Pengembangan Bisnis
Pengembangan bisnis dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Pengembangan bisnis internal dapat dilakukan dengan pembentukan entitas baru
secara internal. Dalam rangka pengembangan bisnis, entitas membentuk entitas
anak melalui penyetoran modal secara tunai. Tujuan pembentukan entitas baru
tersebut biasanya untuk membuka pasar yang lebih luas atau memperluas jaringan
produksi. Misalnya entitas melakukan ekspansi usaha ke Timor Leste. Untuk tujuan
kemudahan bisnis dan pemenuhan regulasi di negara tersebut perlu didirikan
perusahaan dengan bentuk hukum tersendiri.
Pembentukan entitas baru dapat juga dilakukan melalui mekanisme spin-off
atau pemisahan satu unit atau divisi perusahaan menjadi entitas anak tersendiri.
Melalui mekanisme spin-off, setoran modal dari entitas induk berupa aset dari divisi
tersebut yang dipisahkan. Tujuan pemisahan tersebut untuk fleksibilitas dalam
menjalankan usaha, alasan regulasi yang mengharuskan menjadi bentuk hukum
terpisah atau karena tujuan perpajakan. Sebagai contoh, pembentukan PT BNI
Syariah yang awalnya merupakan unit usaha syariah (UUS) dari PT BNI (Persero).
Bentuk pengembangan bisnis internal dapat juga dilakukan melalui
kombinasi bisnis internal atau sering disebut sebagai restrukturisasi entitas
sepengendali. Kombinasi bisnis dilakukan oleh entitas anak yang dimiliki oleh satu
4

entitas induk. Sebagai contoh, PT A memiliki entitas anak PT B dan PT C.


Kombinasi bisnis dilakukan dengan menjual kepemilikan PT A pada saham PT C
kepada PT B. Bentuk kombinasi bisnis tersebut merupakan contoh bentuk
retrukturisasi entitas sepengendali. Secara total tidak terjadi perubahan
kepemilikan, hanya terjadi perubahan PT C yang awalnya entitas anak berubah
menjadi entitas cucu.
Pengembangan bisnis secara eksternal dilakukan dengan membeli atau
mengakuisisi entitas lain di luar entitas. Pengembangan bisnis yang sebenarnya
hanya terjadi jika terjadi pengembangan bisnis secara eksternal, karena
pengembangan ini benar-benar menjadikan perusahaan menjadi bertambah besar.
Pengembangan bisnis secara internal baru dapat memperbesar bisnis jika setelah
dibentuk entitas tersebut mampu berkembang dengan cepat. Fokus pembahasan
dalam bab ini adalah pengembangan binsis secara eksternal.

4. Aspek Etika dalam Kombinasi Bisnis


Kombinasi bisnis mampu mengakselerasi pertumbuhan perusahaan
sehingga dapat berkembang jauh lebih cepat dibandingkan jika melakukan
pertumbuhan secara alami melalui peningkatan produksi dan skala usaha.
Kombinasi bisnis akan menjadikan perusahaan besar sehingga struktur
kepemilikannya menjadi rumit. Dalam beberapa kasus, kerumitan kepemilikan
dalam satu grup usaha dimanfaatkan untuk melakukan manajemen laba yang
merugikan pemegang saham dan seluruh stakeholder.
Kasus Enron menyebabkan perusahaan tersebut dibubarkan pada tahun
2001. Enron mendirikan banyak entitas baru yang disebut sebagai entitas bertujuan
khusus (Special Purpose Entity-SPE) dalam bisnisnya. Melalui entitas baru tersebut
dirancang transaksi fiktif yang sulit untuk dilacak sehingga menghasilkan laba yang
tinggi namun sebenarnya hanya laba yang dimanipulasi. Pembentukan SPE dalam
kasus Enro juga dimanfaatkan untuk menyembunyikan utang entitas, sehingga
tidak terlihat utang entitas yang sebenarnya.
Beberapa kasus yang menunjukkan tindakan tidak etis yang dirancang
dalam transaksi kombinasi bisnis, baik untuk tujuan manajemen laba maupun juga
perpajakan, menjadikan transaksi ini juga memperoleh perhatian bagi regulator
5

pasar modal. Kompleksitas akuntansi kombinasi bisnis menjadikan kombinasi


bisnis menjadi transaksi penting yang perlu dipelajari dan dicermati.

D. JENIS KOMBINASI BISNIS


1. Strategi Bisnis
Kombinasi bisnis dapat dilihat dari aspek strategi perusahaan. Perusahaan
melakukan kombinasi binis dalam rangka mengembangkan usahanya.
Pengembangan usaha dapat dilakukan melalui integrasi vertikal, horizontal, dan
konglomerasi.
a. Integrasi vertikal adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas
yang memiliki hubungan pemasok atau distribusi. Dalam integrasi ini entitas
dapat melakukan akuisisi hilir dengan melakukan akuisisi pada jalur distribusi
atau akuisisi hulu dengan melakukan akuisisi pada jalur pemasok.
Misalnya entitas produsen mie instan mengakuisisi entitas produsen terigu yang
merupakan bahan baku mie instan atau mengakuisisi entitas distribusi mie
instan. Proses ini disebut integrasi hulu. Namun dapat juga perusahaan
melakukan integrasi hilir dengan mengakuisisi perusahaan ritel yang menjual
produk mie instan.
b. Integrasi horizontal adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas
yang menghasilkan produk sejenis atau produk yang berkaitan. Misalnya entitas
produsen mie instan mengakuisisi entitas produsen makanan kecil lainnya yang
bahan bakunya sejenis dengan mie instan.
c. Konglomerasi adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas yang
tidak memiliki hubungan dengan entitas. Hasil dari integrasi akan terbentuk
perusahaan konglomerat, yaitu grup usaha dengan berbagai produk yang
dihasilkan dan begerak dalam beberapa industri yang berbeda. Misal
perusahaan mie instan mengakuisisi bank, asuransi, perusahaan otomotif.

2. Bentuk Entitas
Jenis kombinasi bisnis dapat juga dibedakan tentang bagaimana bentuk
perusahaan sebelum dan sesudah melakukan kombinasi bisnis. Berdasarkan bentuk
hukum ini, kombinasi bisnis dapat diklasifikan atas:
6

a. Merger (Statutory merger) adalah kombinasi bisnis yang dilakukan dengan


menggabungkan dua atau lebih entitas, di mana entitas yang diakuisisi
dibubarkan serta semua aset dan liabilitasnya diambil alih pihak yang
mengakuisisi. Dalam merger harus ada pihak yang dibubarkan dan pihak yang
tetap berdiri untuk menerima aset dari pembubaran pihak yang dibubarkan.
b. Konsolidasi (Statutory consolidation) adalah kombinasi bisnis dengan
membentuk satu entitas baru yang akan mengambil alih semua aset dan
liabilitas entitas yang bergabung. Entitas baru dibentuk dengan mengambil alih
semua aset dan liabilitas dari entitas yang bergabung yang telah dibubarkan.
c. Akuisisi (Stock acquisition) adalah kombinasi dengan membeli kepemilikan
entitas yang diakuisisi, namun entitas yang diakuisi tetap berdiri hanya
dikendalikan oleh entitas pengakuisisi. Bentuk akuisisi dilakukan dengan
pembentukan perusahaan baru yang bertindak sebagai entitas holding, atau
pihak pengakuisisi merupakan entitas yang sebelumnya telah ada. Pihak
pengakuisisi atau entitas holding yang dibentuk akan menyusun laporan
keuangan konsolidasian yang akan menggabungkan aset dan liabilitas entitas
dari semua anak yang berada di bawah kendalinya.
Dalam istilah sehari-hari, statutory consolidation sering juga disebut
sebagai merger. Bergabungnya bank-bank pemerintah menjadi entitas baru yang
bernama Bank Mandiri lebih sering disebut sebagai merger bank-bank pemerintah,
bukan konsolidasi bank-bank pemerintah.

3. Metode Akuntansi
Jenis kombinasi bisnis dapat juga dilihat dari sudut pandang akuntansi. Ada
dua metode yang dikenal dalam kombinasi bisnis yaitu:
a. Metode pooling of interest atau penyatuan kepentingan. Dalam metode
penyatuan kepentingan masing-masing pihak akan menyatukan kepentingan
bisnisnya sehingga tidak diperlukan penilaian ulang aset dan liabilitas entitas
yang bergabung. Dalam metode ini dasar pencatatannya adalah nilai buku dari
entitas yang bergabung. Metode penyatuan kepentingan tidak diperkenankan
dalam kombinasi bisnis yang umum, namun masih diperkenankan untuk
7

kombinasi bisnis entitas sepengendali seperti diatur dalam PSAK 38 Kombinasi


Bisnis Entitas Sepengendali.
b. Metode purchase atau pembelian atau akuisisi. Dalam metode akuisisi, dasar
pencatatan adalah nilai wajar pada tanggal akuisisi, karena kombinasi bisnis
dianggap sebagai pembentukan entitas baru, sehingga dilakukan penilaian atas
aset neto (aset bersih) entitas yang bergabung. Metode ini yang saat ini berlaku
untuk kombinasi bisnis seperti diatur dalam PSAK 22 Kombinasi Bisnis.
Berbeda dengan metode penyatuan kepentingan, dasar pencatatan pada nilai
wajar dalam metode ini dapat menimbulkan goodwill.

E. STANDAR AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS


1. Perkembangan PSAK 22 : Kombinasi Bisnis
Standar akuntansi untuk kombinasi bisnis saat ini diatur dalam PSAK 22
Kombinasi Bisnis yang direvisi tahun 2010 dan mengalami penyesuaian pada tahun
2014 dan amandemen pada tahun 2020. Sebelumnya ketentuan kombinasi bisnis
menggunakan PSAK 22 Penggabungan Usaha tahun 1994.
Pada PSAK 22 yang terbit tahun 1994, memperkenankan dua metode
penggabungan usaha yaitu metode pembelian dan metode penyatuan kepentingan.
Penggabungan usaha melalui akuisisi dipertanggungjawabkan dengan metode
pembelian. Metode penyatuan kepentingan digunakan untuk penggabungan usaha
yang sulit mengidentifikasi pihak pengakuisisi, pemegang saham perusahaan yang
bergabung bersama- sama mengendalikan operasi perusahaan dan manajemen
perusahaan yang bergabung menjadi bagian perusahaan gabungan.
Pada PSAK 22 saat ini, penggabungan usaha hanya menggunakan metode
pembelian, atau yang sekarang disebut metode akuisisi. Metode penyatuan
kepentingan tidak diperkenankan. Goodwill yang terjadi tidak lagi diamortisasi
tetapi akan diturunkan nilainya sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 48
Penurunan Nilai. Jika terjadi goodwill negatif akan diakui sebagai pendapatan pada
tanggal akuisisi
8

2. Restrukturisasi Entitas Sepengendali


Restrukturisasi entitas sepengendali diatur khusus dalam PSAK 38
Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali. RES adalah kombinasi bisnis yang semua
entitas atau bisnis yang bergabung, pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang
sama dan pengendaliannya tidak bersifat sementara. RES tidak diatur secara khusus
dalam IFRS sehingga PSAK 38 merupakan PSAK yang disusun oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan tanpa mengacu pada IFRS. Sampai dengan buku ini
diterbitkan, belum ada ketentuan IFRS terkait kombinasi bisnis entitas
sepengendali.
Contoh transaksi RES misalnya, entitas induk memindahkan sebagian aset
neto dari entitas anak yang dimilikinya menjadi aset entitas induk. Entitas induk
mengalihkan sebagian hak kepemilikan entitas anak ke entitas anak lainnya. Entitas
induk menukar kepemilikannya aset neto dalam entitas anak dengan saham
tambahan yang diterbitkan oleh entitas anak lain. Perubahan tersebut akan
menyebababkan perubahan bentuk hukum kepemilikan di entitas anak atau entitas
induk, tetapi bukan perubahan substansi ekonomi.
Restrukturisasi entitas sepengendali merupakan pengalihan bisnis yang
dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas yang berada dalam satu
pengendalian atau dalam satu kelompok usaha yang sama. RES bukan merupakan
perubahan kepemilikan dalam arti substans ekonomi sehingga dalam transaksi
tersebut tidak boleh menimbulkan laba atau rugi. Transaksi RES diakui pada jumlah
tercatat berdasarkan metode penyatuan kepemilikan. Metode penyatuan
kepemilikan dianggap sebagai metode paling tepat untuk mencerminkan sifat
transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali yang pada dasarnya tidak
mengakibatkan perubahan substansi ekonomi yang signifikan. Metode ini juga
masih digunakan dalam FASB ASC Topic 805 - Business Combination dan praktik
di negara lain seperti Inggris, Hong Kong, dan Singapura.

3. Aspek Perpajakan dalam Kombinasi Bisnis


Pajak merupakan hal yang diperhatikan dalam proses merger dan akuisisi
perusahaan. Proses merger dan akuisisi melibatkan transfer aset dan liabilitas. Pajak
9

penghasilan dikenakan atas selisih antara nilai buku aset dan liabilitas dengan nilai
wajar aset dan liabilitas yang dialihkan dalam proses merger dan akuisisi.
Pajak harus dibayar oleh pihak yang melakukan pengalihan aset. Jika yang
dialihkan tanah dan bangunan akan dikenakan 5% pajak final atas nilai jual. Jika
bukan tanah dan bangunan akan dikenakan pajak penghasilan sebesar keuntungan
dari selisih nilai wajar dengan nilai buku. Untuk pengalihan tanah dan bangunan
pihak yang mengakuisisi dikenakan bea perolehan hak tanah dan bangunan sebesar
5%.
Perusahaan yang ingin menggunakan nilai buku harus mengajukan
permohonan kepada Dirjen Pajak dengan melampirkan tujuan melakukan merger,
melunasi seluruh pajak dan memenuhi persyaratan tujuan bisnis. Business purpose
test dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan merger untuk menciptakan sinergi
yang kuat dan memperkuat struktur permodalan serta tidak dilakukan untuk
mengindarkan pajak. Direktorat Jenderal Pajak melarang merger yang
menggunakan nilai buku apabila perusahaan yang menerima pengalihan mengalami
kerugian atau kerugiannya lebih besar dari perusahaan yang mengalihkan hartanya

F. KOMBINASI BISNIS DAN PENGENDALIAN


1. Definisi Kombinasi Bisnis
Pembelian entitas yang sudah ada untuk digabungkan dengan entitas yang
sudah ada diartikan sebagai proses mengombinasikan bisnis sehingga transaksi ini
dikenal dengan istilah business combination atau pernah juga digunakan istilah
penggabungan untuk PSAK 22 Kombinasi Bisnis, mendefinisikan kombinasi bisnis
sebaga transaksi atau peristiwa di mana sebuah entitas memperoleh pengendalian
atas entitas lain. PSAK 22 (Revisi 2010) mendefinisikan pengendalian sebagai
kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional suatu entitas untuk
memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut.
2. Pengendalian
Definisi pengendalian dijelaskan spesifik dalam PSAK 65 Laporan
Keuangan Konsolidasian. Menurut PSAK 65, investor mengendalikan investee
ketika investor tersebut atau memiliki hak atas imbal hasil variabel dari
keterlibatannya dengan investee dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
10

imbal hasil tersebut melalui kekuasaannya atas investee. Berdasarkan definisi


tersebut, terdapat 3 komponen yang harus dipertimbangkan dalam menilai adanya
pengendalian, yaitu:
a. Investor memliki kekuasaan (power) atas investor,
b. Investor terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil variabel (variable return)
dari keterlibatannya dengan investor, dan
c. Investor memiliki kemampuan untuk mempengaruhi imbal hasil tersebut melalui
kekuasaannya atas investee.

Investor memiliki kekuasaan atas investee ketika investor saat ini memiliki
hak berupa kemampuan kini untuk mengarahkan aktivitas relevan. Aktivitas
relevan adalah aktivitas yang secara signifikan memengaruhi imbal hasil investee.
Imbal hasil investor dapat positif, negatif atau kombinasinya. Investor
mengendalikan investee jika investor tidak hanya memiliki kekuasaan atas investee
dan eksposur atau hak atas imbal hasil variabel dari keterlibatannya dengan
investee, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menggunakan kekuasaannya
dalam memengaruhi imbal hasil investor dari keterlibatannya dengan investee.
Contoh paling sederhana adalah investor A yang merupakan pemegang
saham mayoritas pada investee B. Sebagai pemegang saham mayoritas, investor A
memiliki kekuasaan atas investee B dari hak suara yang dimilikinya. Selain itu,
imbal hasil yang akan diterima investor A adalah dividen yang nilainya tergantung
dari kinerja (laba) yang diperoleh investee B. Dengan kekuasaan yang dimiliki,
investor A dapat menentukan jumlah dividen yang akan diterima dari investee B.
Berbeda halnya jika investor C yang memiliki obligasi investee B, obligasi tidak
memiliki hak suara dan imbal hasil (bunga) bersifat tetap. Oleh karena itu, investor
C tidak memiliki pengendalian atas investee B meskipun investor C memiliki
seluruh obligasi investee B. Meskipun terdapat obligasi dengan suku bunga
mengambang, namun perubahan imbal hasil (bunga) tersebut tidak ditentukan oleh
investor C, melainkan akibat perubahan suku bunga di pasar.
Hak imbal hasil variabel umumnya berupa dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham. Pengendalian terjadi jika investor memiliki hak untuk
11

menentukan jumlah dividen yang dibagikan. Jumlah dividen dibagikan yang


dibagikan ditentukan dalam rapat umum pemegang saham.

3. Bisnis
Menurut PSAK 22, bisnis adalah suatu rangkaian terpadu dari kegiatan dan
aset yang mampu dikelola dengan tujuan memberikan hasil dalam bentuk dividen,
efisiensi biaya atau manfaat ekonomi lainnya secara langsung kepada pemilik
entitas. Suatu rangkaian terpadu dari kegiatan tersebut paling tidak meliputi input,
proses, dan output.
Industri perkapalan misalnya, setiap kapal berbentuk satu perusahaan. Pada
akuisisi kapal harus dipastikan bahwa akuisisi tersebut terjadi atas bisnis kapal
bukan kapal sebagai aset tetap. Jika akuisisi atas kapal beserta izin usaha dan
infrastruktur lainnya maka akuisisi tersebut merupakan kombinasi bisnis. Namun
jika akuisisi tersebut atas kapal tanpa disertai izin usaha dan infrastruktur
pendukung lainnya, maka transaksi tersebut merupakan transaksi pembelian aset
tetap.

4. Identifikasi Kombinasi Bisnis


Entitas pertama tama harus menentukan apakah suatu transaksi merupakan
kombinasi bisnis atau bukan dengan menerapkan definisi dalam standar bahwa aset
dan liabilitas yang diambil alih merupakan suatu bisnis.
Dalam melakukan pencatatan transaksi kombinasi bisnis PSAK 22,
mengharuskan menggunakan metode akuisisi. Pada kombinasi bisnis dengan
metode akuisisi, disyaratkan dilakukan hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi pihak pengakuisisi. Salah satu dari entitas dalam kombinasi
bisnis diidentifikasi sebagai pihak pengakuisisi yaitu entitas yang memperoleh
pengendalian atas pihak yang diakuisisi.
2. Menentukan tanggal akuisisi. Pihak pengakuisisi mengidentifikasi tanggal
akuisisi, yaitu tanggal pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas pihak
yang diakuisisi.
3. Mengakui dan mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang
diambil alih, dan kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi. Pada tanggal
12

akuisisi, pihak pengakuisisi mengakui secara terpisah berupa goodwill, aset


teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan
nonpengendali dari pihak yang diakuisisi. Pihak pengakuisisi mengukur aset
teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih dengan nilai wajar
pada tanggal akuisisi.
4. Mengakui dan mengukur goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan
diskon.
Akuntansi kombinasi bisnis terkait dengan pencatatan akuntansi untuk
pihak yang melakukan akuisisi atau pengakuisisi. Dalam setiap kombinasi bisnis
harus dilakukan diidentifikasi pihak pengakuisisi. Biasanya pihak pengakuisisi
adalah pihak yang membeli atau mengakuisisi entitas lain. Jika pihak pengakuisisi
sulit diidentifikasi ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman
untuk menentukan pihak pengakuisisi antara lain:
a. Pihak pengakuisisi biasanya dari sisi ukuran lebih besar;
b. Pihak pengakuisisi yang mengaihkan aset, saham, atau sumber daya untuk
memperoleh kepemilikan bisnis tersebut.
Namun dapat terjadi kondisi sebaliknya, pihak yang menerbitkan saham
justru menjadi pihak yang diakuisisi karena saham yang diterbitkan justru
menyebabkan pihak lain memiliki pengendalian atas pihak penerbit saham. Kondisi
ini disebut akusisi terbalik atau reverse acquisition.
Pada tanggal akuisisi, pihak pengakuisisi mengakui, secara terpisah dari
goodwill, aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan
kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi. Untuk memenuhi kualifikasi
pengakuan dalam metode akuisisi, aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas
yang diambil-alih memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Memenuhi definisi aset dan liabillitas sesuai dengan Kerangka Konseptual
Laporan Keuangan (KKPK) pada tanggal akuisisi.
2. Merupakan bagian yang dipertukarkan antara pihak pengakuisisi dan pihak yang
diakuisisi dalam transaksi kombinasi bisnis, bukan hasil transaksi terpisah di luar
kombinasi bisnis.
13

Dalam menentukan aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang


diambil alih memungkinkan munculnya aset dan liabilitas yang sebelumnya tidak
diakui oleh pihak yang diakuisisi. Misalnya, pihak pengakuisisi mengakui aset
takberwujud yang dapat diidentifikasi yang diperoleh, seperti merek, paten atau
hubungan pelanggan, yang tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi sebagai aset
dalam laporan keuangannya karena pihak yang diakuisisi mengembangkannya
secara internal dan sebelum kombinasi bisnis memperlakukan biaya terkait sebagai
beban.

G. AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS


1. Pengakuan dan Pengukuran Aset dan Lialibitas
Dalam suatu kombinasi bisnis, akuisisi dilakukan terhadap aset dan
liabilitas yang dapat juga menghasilkan goodwill. Jika akuisisi tidak dilakukan
secara penuh, maka bagian yang tidak diakuisisi disebut kepentingan non-
pengendali. Pihak pengakuisisi mengakui secara terpisah berupa goodwill, aset
teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan
nonpengendali dari pihak yang diakuisisi. Aset dan liabilitas tersebut pada
umumnya diklasifikasikan sebagaimana klasifikasi yang ada dalam PSAK lain.
Pihak pengakuisisi mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Pengukuran
nilai wajar atas aset dan liabilitas mengacu kepada pengukuran nilai wajar pada
PSAK 68 (2013) Pengukuran Nilai Wajar, kecuali pengukuran tersebut sudah
diatur secara spesifik pada PSAK tertentu seperti imbalan kerja, pajak penghasilan,
dan liabilitas kontinjensi.
2. Biaya Transaksi
Transaksi kombinasi membutuhkan biaya yang besar. Biasanya biaya
tersebut dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi, namun tidak menutup kemungkinan
pihak yang diakuisi juga akan mengeluarkan biaya. Biaya tersebut mencakup biaya
makelar (finder's fees), advis, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya profesional
atau konsultasi lainnya, biaya administrasi umum dan biaya pendaftaran serta
penerbitan efek utang dan efek ekuitas. Biaya-biaya terkait akuisisi tersebut diakui
sebagai beban pada periode saat biaya tersebut terjadi dan jasa diterima, kecuali
14

biaya untuk menerbitkan efek utang dan efek ekuitas. Jika pihak pengakuisisi
menerbitkan efek sebagai imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis,
maka biaya tersebut diakui sebagai pengurang premium atau agio/tambahan modal
disetor yang timbul atas penerbitan efek tersebut. Ketentuan ini mengacu pada
PSAK 50 Instrumen Keuangan : Penyajian

3. Imbalan yang Dialihkan


Dalam suatu kombinasi bisnis, pihak pengakuisisi membayar imbalan
kepada pihak yang diakuisisi atas akuisisi yang dilakukan. Akuisisi pada prinsipnya
adalah pembelian sebuah bisnis, seperti halnya pembelian suatu aset secara tunai,
maka imbalan yang dialihkan atas pembelian tersebut adalah kas. Imbalan dalam
kombinasi bisnis dapat berupa kas, aset non-kas lainnya, efek utang atau efek
ekuitas yang diterbitkan oleh pihak pengkuisisi. Imbalan yang dialihkan dalam
suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar, yang dihitung sebagai hasil
penjumlahan dari nilai wajar tanggal akuisisi atas seluruh aset yang dialihkan oleh
pihak pengakuisisi, liabilitas yang diambil alih oleh pihak pengakuisisi kepada
pemilik pihak yang diakuisisi sebelumnya. Jika imbalan yang dialihkan berupa kas,
maka nilai wajarnya sama dengan nilai nominalnya. Namun jika imbalan yang
dialihkan selain kas, maka timbul konsekuensi harus diukur pada nilai wajar.
Pengukuran nilai wajar atas imbalan yang dialihkan mengacu kepada pengukuran
nilai wajar pada PSAK 68 (2013).

4. Goodwill
Goodwill adalah aset yang diklasifikasikan sebagai aset takberwujud.
Goodwill muncul pada saat entitas melakukan akuisisi entitas lain. Goodwill akan
diakui oleh entitas yang melakukan akuisisi. Goodwill mencerminkan manfaat
ekonomi yang timbul dari aset yang diperoleh dalam kombinasi binis yang tidak
dapat diidentifikasikan secara individu sehingga harus diakui secara terpisah.
Goodwill akan terjadi jika harga perolehan dari entitas yang diakuisisi lebih
tinggi dibandingkan nilai wajar entitas yang diakuisisi. Pada transaksi tersebut nilai
aset pihak pengakuisisi telah menunjukkan nilai wajar pada tanggal tersebut, maka
kelebihan harga beli tersebut tidak dapat diidentifikasikan ke aset yang ada,
15

sehingga harus diakui bentuk aset baru yaitu goodwill. Pihak pengakuisisi bersedia
membayar lebih mahal karena memandang ada nilai lebih yang akan dihasilkan
oleh entitas yang diakuisisi melebihi nilai wajarnya. Kelebihan mungkin
disebabkan karena jaringan pemasaran,teknologi, keandalam SDM, dan lain-lain.
Lebih spesifik, nilai goodwill dihitung sebagai berikut :

Goodwill = (imbalan yang dialihkan + kepentingan ekuitas yang


sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi + kepentingan nonpengendali
pada pihak yang diakuisisi) - aset teridentifikasi yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil alih.

Nilai-nilai dalam perhitungan di atas diukur pada nilai wajar pada tanggal
akuisisi. Sebagai gambaran, perhitungan di atas dapat juga dilihat seperti Gambar
1.1 berikut:
GAMBAR 1.1
Perhitungan Nilai Goodwill

Biaya Transaksi

Imbalan yang
Goodwill
Dialihkan
Kepentingan Ekuitas
Aset Terindentifikasi
yang Dimiliki
yang Diperoleh dan
Sebelumnya
Liabilitas yang
Kepentingan
Diambil alih
Nonpengendali

Untuk akuisisi aset dan liabilitas, goodwill diakui dalam laporan posisi
keuangan pihak pengakuisisi. Sedangkan pada akuisisi saham, goodwill yang
timbul pada akuisisi diakui dalam saldo investasi dalam laporan posisi keuangan
pihak pengakuisisi dan akan diakui secara terpisah pada laporan posisi keuangan
konsolidasian. Goodwill diuji atas penurunan nilai setiap akhir periode pelaporan,
terlepas ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai.
16

5. Pencatatan Transaksi Kombinasi Bisnis


Pencatatan transaksi kombinasi bisnis sangat dipengaruhi bagaimana
bentuk transaksi tersebut dilakukan. Transaksi kombinasi bisnis akan dicatat oleh
pihak yang diakuisisi atau pihak yang melakukan akuisisi. Pencatatan yang
dilakukan oleh pihak pengakuisisi tergantung dari jenis kombinasi bisnis yang
dilakukan.

Contoh 1.1 Merger: Akuisisi Aset Neto - Imbalan berupa Kas


Pada 31 Desember 2020, PT Permata mengakuisisi seluruh aset neto PT Samara
dalam sebuah merger. Informasi laporan keuangan untuk PT Permata dan PT
Samara pada saat itu adalah:
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2020
(dalam 000 Rupiah, kecuali par saham)
PT Permata PT Samara
Nilai Tercatat Nilai Tercatat Nilai Wajar
Kas 480.000 40.000 40.000
Piutang Usaha 280.000 70.000 70.000
Persediaan 340.000 60.000 100.00
Tanah 160.000 80.000 120.000
Bangunan dan Mesin 760.000 620.000 300.000
Akumulasi Penyusutan (380.000) (400.000)
Total Aset 1.640.000 470.000 630.000
Utang Usaha 170.000 110.000 110.000
Utang Wesel 300.000 240.000 240.000
Saham Biasa
Nominal Rp. 20.000 400.000 36.000
Nominal Rp. 12.000
Tambahan Modal 320.000 20.000
Disetor
Saldo Laba 450.000 64.000
17

Total Liabilitas & 1.640.000 470.000


Ekuitas

PT Permata mengalihkan imbalan senilai Rp352.000.000 untuk


mengakuisisi aset neto PI Samara. PT Permata mengeluarkan Rp20.000.000 untuk
biaya legal.
Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut:
Imbalan yang dialihkan Rp352.000.000
Kepentingan yang Dimiliki Sebelumnya -
Kepentingan Nonpengendali -
Jumlah Rp352.000.000
Aset Neto Teridentifikasi Rp280.000.000
Goodwill Rp 72.000.000

Aset neto teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurang liabilitas.
Tidak ada kepentingan yang dimiliki sebelumnya karena PT Permata tidak
mengakuisisi secara bertahap. demikian juga dengan nilai kepentingan
nonpengendali karena akuisisi dilakukan atas seluruh aset neto PT Samara. Pada
contoh ini, akuisisi dilakukan terhadap aset neto sehingga pihak pengakuisisi
mengakui seluruh aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih
pada nilai wajarnya. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT Permata:
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya transaksi

31 Desember 2020
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
18

Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Kas (imbalan yang dialihkan) 352.000.000
Mencatat akuisisi aset neto

Atas akuisisi ini, PT Samara sebagai entitas yang dibubarkan akan


menghapusbukukan seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan menghentikan
operasinya.
Contoh 1.2 Merger: Akuisisi Aset Neto - Imbalan berupa Non Kas
Berdasarkan Contoh 1.1, seandainya PT Permata menerbitkan 11.000 lembar saham
biasa sebagai imbalan yang dialihkan atas akuisisi tersebut. Nilai wajar saham PT
Permata adalah Rp32.000/lembar. Atas penerbitan saham tersebut, PT Permata
juga membayar biaya penerbitan saham senilai Rp30.000.000. PT Permata akan
mencatat jurnal sebagai berikut:
31 Desember 2020
Beban 20.000.000
Beban Tangguhan 30.000.000
Kas 50.000.000
Mencatat biaya akuisisi

31 Desember 2020
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Saham Biasa (Rp.20.000 x 11.000) 220.000.000
Tambahan Modal Disetor 182.000.000
19

Beban Tangguhan 30.000.000


Mencatat akuisisi aset neto

Nilai Tambahan Modal Disetor dihitung sebagai berikut :


Nilai wajar saham (Rp. 32.000 x 11.000) Rp. 352.000.000
Nilai nominal saham (Rp. 20.000 x 11.000) Rp. 220.000.000 -
Nilai Tambahan Modal Disetor Rp. 132 000.000
Beban Tangguhan Rp. 30.000.000
Nilai Tambahan Modal Disetor-Bersih Rp. 102.000.000

Perbedaan jurnal pada Contoh 1.2 ini dibandingkan Contoh 1.1 adalah pada
imbalan yang dialihkan (saham biasa dan tambahan modal disetor). Perlu
diperhatikan bahwa Saham Biasa dan Tambahan Modal Disetor dalam jurnal di atas
bukanlah milih PT Samara yang diakui oleh PT Permata namun Imbalan non-kas
yang dibayarkan oleh PT Permata.

Contoh 1.3 Akuisisi Saham – Imbalan berupa Kas


Berdasarkan contoh 1.1, seandainya PT Permata mengakuisisi seluruh saham biasa
PT Samara dengan membayar tunai Rp 352.000.000. Atas akuisisi tersebut, PT
Samara tetap beroperasi dan tidak di bubarkan. PT Permata akan mencatat jurnal
sebagai berikut:
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya transaksi

31 Desember 2020
Investasi pada PT Samara 352.000.000
Kas 352.000.000
Mencatat akuisisi saham

Pada Contoh 1.3, jurnal yang dicatat PT Permata sangat sederhana karena
tidak mencatat aset dan liabilitas secara individual. Hal ini disebabkan PT Samara
tidak dibubarkan dan tetap menggunakan aset dan liabilitas tersebut dalam
20

operasinya. Pada tiap akhir priode pelaporan, laporan keuangan PT Permata akan
dikonsolidasikan.
Jika akuisisi dilakukan dengan imbalan non-kas, maka akun kas pada jurnal
akuisisi diganti dengan akun imbalan non-kas tersebut dan diukur pada nilai wajar.

Contoh 1.4 Konsolidasi: Akuisisi Aset Bersih – Imbalan berupa Kas


Pada 31 Desember 2020, PT Mandiri mengakuisisi seluruh aset bersih PT
Permata dan PT Samara dalam sebuah statutory consolidation. Akuisisi ini
menyebabkan dibubarkannya PT Permata dan PT Samara dan bergabung menjadi
entitas baru yaitu PT Mandiri. Informasi laporan keuangan untuk PT Permata dan
PT Samara adalah:
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2020
(dalam 000 Rupiah)
PT Permata PT Samara
Nilai Tercatat Nilai Wajar Nilai Tercatat Nilai Wajar
Kas 480.000 480.000 40.000 40.000
Piutang Usaha 280.000 280.000 70.000 70.000
Persediaan 340.000 300.000 60.000 100.000
Tanah 160.000 200.000 80.000 120.000
Bangunan dan Mesin 760.000 600.000 620.000 300.000
Akumulasi Penyusutan (380.000) (400.0000)
Total Aset 1.640.000 1.860.000 470.000 630.000
Utang Usaha 170.000 170.000 110.000 110.000
Utang Wesel 300.000 310.000 240.000 240.000
Saham Biasa
Nominal Rp 20.000 400.000 36.000
Nominal Rp 12.000
Tambahan Modal Disetor 320.000 20.000
Saldo Laba 450.000 64.000
Total liabilitas dan Ekuitas 1.640.000 470.000
21

PT Mandiri mengalihkan imbalan senilai Rp1.800.000.000 untuk


mengakuisisi aset neto PT Permata dan PT Samara, PT Mandiri mengeluarkan
Rp40.000.000 untuk biaya legal. Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi
dapat dihitung sebagai berikut:
Imbalan yang dialihkan Rp 1.800.000.000
Kepentingan yg dimiliki sebelumnya -
Kepentingan Non pengendali -
Jumlah Rp 1.800.000.000
Aset bersih teridentifikasi Rp 1.660.000.000
Goodwill Rp 140.000.000

Aset neto teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurang liabilitas atas
kedua entitas (Rp1.380.000.000 + Rp280.000.000). Tidak ada kepentingan yang
dimiliki sebelumnya karena Mandiri tidak mengakuisisi secara bertahap, demikian
juga dengan nilal kepentingan nonpengendali karena akuisisi dilakukan atas seluruh
aset neto PT Permata dan PT Samara. Pada contoh ini, akuisisi dilakukan terhadap
aset neto sehingga pihak pengakuisisi mengakui seluruh aset teridentifikasi yang
diperoleh dan liabilitas yang diambil alih pada nilai wajarnya.
Berikut jurnal yang dicatat oleh PT Mandiri:
31 Desember 2020
Mencatat biaya akuisisi
Beban 40.000.000
Kas 40.000.000
31 Desember 2020
Mencatat akuisisi aset bersih
Kas 520.000.000
Piutang Usaha 350.000.000
Persediaan 400.000.000
Tanah 320.000.000
Bangunan dan Mesin 900.000.000
Goodwill 140.000.000
22

Utang usaha 280.000.000


Utang wesel 550.000.000
Kas (imbalan yang dialihkan) 1.800.000.000

Atas akuisisi ini. PT Permata dan PT Samara sebagai entitas yang


dibubarkan akan menghapusbukukan seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan
menghentikan operasinya. Praktik seperti ini dalam dunia bisnis juga disebut
sebagai merger seperti halnya pada Contoh 1.1

6. Pembelian Diskon
Tidak semua akuisisi menghasilkan goodwill. Terkadang pihak pengakuisisi
melakukan pembelian pada nilai imbalan Konsep Kunci yang lebih rendah daripada
nilai wajar aset teridentifikasi Keuntungan atas pembelian yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil alih. Kondisi ini dakon diakui dalam laporan aba rugi dan
penghasilan disebut pembelian dengan diskon, yaitu suatu kombinasi komprehensif
lain pengakuisil bisnis yang mana jumlah nilai wajar aset teridentifikasi pada
tanggal akuisisi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih melebihi nilai
agregat (imbalan yang dialihkan kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiliki
oleh pihak pengakuisisi + kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi).
Selisih tersebut diakui oleh pihak pengakuisisi sebagai keuntungan dalam laporan
laba rugi pada tanggal akuisisi. Keuntungan tersebut diatribusikan kepada pihak
pengakuisisi.

Contoh 1.5 Merger: Akuisisi Aset Neto Pembelian Diskon


Merujuk pada Contoh 1.1, PT Permata mengalihkan imbalan senilai Rp250.000.000
untuk mengakuisisi aset neto PT Samara. PT Permata mengeluarkan Rp20.000.000
untuk biaya legal.
Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai
berikut:
Imbalan yang dialihkan Rp 250.000.000
Kepentingan yang Dimiliki Sebelumnya -
Kepentingan Nonpengendali -
Jumlah Rp 250.000.000
23

Aset bersih Teridentifikasi Rp 280.000.000


Pembelian Diskon Rp 30.000.000

Pada contoh ini, akuisisi imbalan yang dialihkan bernilai lebih rendah
daripada nilai wajar aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil
alih. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT Permata :
31 Desember 2020
Mencatat biaya akuisisi
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000

31 Desember 2020
Mencatat akuisisi aset bersih
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Utang usaha 110.000.000
Utang wesel 240.000.000
Kas (imbalan yang dialihkan) 250.000.000
Keuntungan pembelian diskon 30.000.000

Atas akuisisi ini, selisih pembelian diskon diakui sebagai keuntungan dalam
laporan laba, rugi pada periode akuisisi.

7. Akuisisi Bertahap
Akuisisi bertahap terjadi ketika proses akuisisi entitas tidak dilakukan
sekaligus tetapi sebelumnya entitas pengakuisisi memiliki kepemilikan pada entitas
yang diakusisi. Misalnya Entitas A saat Ini memiliki 30% kepemilikan di Entitas B,
kemudian Entitas A menambah kepemilikannya sebesar 25%, sehingga Entitas A
total memiliki 55% kepemilikan Entitas B. Jika dengan 55% Entitas A memperoleh
pengendalian maka proses pembelian 25% saham tersebut merupakan bentuk
24

akuisisi bertahap. Transaksi kombinasi bisnis akan diterapkan saat pembelian


tambahan 25% saham Entitas B.
Seperti yang digambarkan pada ilustrasi pembuka, Bank Mandiri
melakukan akuisisi secara bertahap dari 60% kemudian di tambah 20% menjadi
80%. Pada akuisisi bertahap ini, pengendalian sudah diperoleh oleh Bank Mandiri
sejak akuisisi pertama, sehingga akuisisi tambahan tidak mengubah substansi
pengendalian yang dimiliki oleh Bank Mandiri.

8. Kombinasi Bisnis Tanpa Pengalihan Imbalan


Ketika investor memiliki investasi pada saham entitas lain yang awalnya
tidak memiliki pengendalian namun dapat diperoleh tanpa adanya pengalihan
imbalan. Hal ini dapat terjadi di antaranya karena
1. Pihak yang diakuisisi membeli kembali sahamnya dari pihak lain sehingga
pihak pengakuisiai memperoleh pengendalian. Hal ini disebabkan jumlah
lembar saham yang dimiliki pengakuisisi tetap naman jumlah lembar saham
beredar berkurang sehingga proporsi kepemilikan pihak pengakuisisi
meningkat
2. Hilangnya hak veto yang sebelumnya menghalangi pengakuisisi untuk
mengendalikan. Hal ini terjadi ketika pengakuisisi memiliki hak suara
mayoritas, namun tidak memilik pengendalian karena ada investor lain yang
memiliki hak veto. Ketika hak veto investor lain tersebut hilang. maka pihak
pengakuisisi akan memperoleh pengendalian dengan sendirinya.
3. Pengakuisisi dan yang diakuisisi sepakat untuk mengombinasikan bisnisnya
dengan kontrak semata.

H. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN KOMBINASI BISNIS


1. Penyajian
Pada bagian sebelumnya telah dibahas bahwa akuisisi terdiri dari 2 jenis
yaitu akuisisi aset neto dan akuisisi saham. Pada akuisisi aset neto (merger dan
konsolidasi), seluruh aset teridentifikasi dan liabilitas pihak yang diakuisisi
langsung diakui secara individual pada tanggal akuisisi oleh pihak pengakuisisi
pada nilai wajarnya. Dengan demikian, aset dan liabilitas pihak yang diakuisisi
25

tersebut, termasuk goodwill yang timbul akan digabungkan dengan aset dan
liabilitas pihak pengakuisisi dan disajikan pada laporan keuangan pihak
pengakuisisi. Jadi, kombinasi bisnis dan kombinasi aset dan liabilitas secara
akuntansi sudah langsung terjadi sejak awal akuisisi sehingga tidak diperlukan
prosedur konsolidasi laporan keuangan lebih lanjut di kemudian hari.
Sedangkan pada akuisisi saham, seluruh aset teridentifikasi dan liabilitas
pihak yang diakuisisi tidak langsung diakui secara individual pada tanggal akuisisi
oleh pihak pengakuisisi Pihak pengakuisisi hanya mengakui saldo investasi sebagai
representasi atas aset dan liabilitas tersebut, termasuk goodwill yang timbul saat
akuisisi. Pada akhir periode pelaporan, jika memilik pengendalian, pihak
pengakuisisi akan mengonsolidasikan laporan keuangannya dengan pihak yang
diakuisisi sehingga aset dan liabilitas kedua pihak akan disajikan pada laporan
keuangan konsolidasian. Jadi, kombinasi bisnis serta kombinasi aset dan liabilitas
secara akuntansi tidak terjadi bersamaan sejak awal akuisisi sehingga diperlukan
prosedur konsolidasi laporan keuangan secara reguler di kemudian hari. Prosedur
konsolidasi ini yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

2. Pengungkapan
Berdasarkan PSAK 22, pihak pengakuisisi mengungkapkan informasiyang
memungkinkan pengguna laporan keuangan agar dapat mengevaluasi sifat dan
dampak keuangan dari kombinasi bisnis yang terjadi, baik selama periode
pelaporan berjalan ataupun setelah akhir periode pelaporan tetapi sebelum
penyelesaian laporan keuangan.
Pihak pengakuisisi juga mengungkapkan informasi yang memungkinkan
pengguna laporan keuangan dapat mengevaluasi dampak keuangan dari
penyesuaian yang diakui pada periode pelaporan berjalan yang berhubungan
dengan kombinasi bisnis yang terjadi pada periode tersebu atau periode pelaporan
sebelumnya.

I. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Ketika sebuah entitas melakukan transaksi kombinasi bisnis, laporan
keuangan entitas tersebut akan berbeda dibandingkan dengan laporan keuangan
26

entitas periode sebelumnya. Jika kombinasi bisnis tersebut dilakukan dengan


melakukan akuisisi entitas lain dengan ukuran yang signifikan maka akan terjadi
perubahan material atas komponen laporan keuangan.
Jika pembaca laporan keuangan ingin membandingkan laporan keuangan
dari periode sebelumnya, padahal entitas tersebut melakukan aksi korporasi
kombinasi usaha, maka analisis harus dilakukan dengan hati-hati. Analisis biasanya
akan memberikan perhatian besar apakah kinerja usaha sebelum dan sesudah
dilakukan kombinasi mengalami perubaham atau tetap sama.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Martani, dkk. (2021). Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 Edisi 2. Jakarta Selatan:
Salemba Empat.

iv

Anda mungkin juga menyukai