Bab 1 Akl 1 Kelompok 4
Bab 1 Akl 1 Kelompok 4
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Silvi Uswatul Hasanah (12170321422)
Puan Fariza (12170322264)
Fatih Umiarisky (12170323196)
Fiona Dwiyanti (12170320213)
Nur Hanifah (12170321838)
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
H. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN KOMBINASI BISNIS .............. 24
1. Penyajian ................................................................................................ 24
2. Pengungkapan ........................................................................................ 25
I. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ...................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. iv
iii
BAB I : KOMBINASI BISNIS
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan tujuan dan motivasi kombinasi bisnis
2. Menjelaskan konsep pengendalian dam kombinasi bisnis
3. Menerapkan pencatatan dan pengukuran transaksi kombinasi bisnis
4. Menerapkan penyajian dan pengungkapan kombinasi bisnis
B. KERANGKA BAB
Kombinasi Bisnis
Restrukturisasi
Keuntungan Bentuk Entitas Entitas Pengendalian Biaya Transaksi Pengungkapan
Sepengendali
Aspek Perpajakan
Pengembangan Metode Imbalan yang
dalam Kombinasi Bisnis
Bisnis Akuntansi Diahlikan
Bisnis
Identifikasi
Aspek Etika Goodwill
Kombinasi Bisnis
Pencatatan
Transaksi
Kombinasi Bisnis
Pembelian Diskon
Akuisisi Bertahap
Kombinasi Bisnis
Tanpa Pengalihan
Imbalan
1
2
C. LATAR BELAKANG
1. Motivasi
Perusahaan menjadi semakin besar akibat pertumbuhan dan perkembangan
usaha. Perkembangan dapat terjadi melalui pertumbuhan organik dan unorganik.
Pertumbuhan organik adalah pertumbuhan perusahaan secara natural akibat
peningkatan skala usaha dan pendirian usaha baru. Pertumbuhan unorganik adalah
pertumbuhan perusahaan akibat akuisisi dan pembelian perusahaan yang sudah
berjalan.
Pertumbuhan organik membutuhkan waktu lebih panjang. Pertumbuhan
organik dapat dicapai oleh perusahaan dengan peningkatan pangsa pasar secara
alami atau melakukan ekspansi usaha dari awal. Pertumbuhan organik
membutuhkan waktu lebih lama, karena perusahaan untuk melakukan ekspansi
misalnya, akan memulai dengan mengembangkan produk baru, mengembangkan
pabrik baru memasarkan. Namun jika pengembangan dilakukan dengan cara
unorganik, perusahaan dapat membeli perusahaan lain yang telah menghasilkan
produk tersebut sehingga dalam waktu cepat perusahaan dapat memperoleh
hasilnya.
Perusahaan melakukan kombinasi bisnis dengan berbagai tujuan dan
motivasi. Motivasi umum dalam melakukan kombinasi bisnis adalah ingin agar
entitas tersebut menjadi lebih besar dan berkembang. Semakin besar perusahaan,
investor akan memperoleh pengembalian investasi (return), yang semakin besar
dari investasinya. Beberapa motivasi spesifik kombinasi bisnis antara lain:
a. Menjadikan entitas lebih besar.
b. Menghindari pengambilalihan oleh entitas lain.
c. Mensinergikan sumber daya yang dimiliki.
d. Kompensasi yang diterima manajemen terkadang dikaitkan dengan ukuran
perusahaan.
e. Meningkatkan kebanggaan entitas.
3. Pengembangan Bisnis
Pengembangan bisnis dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Pengembangan bisnis internal dapat dilakukan dengan pembentukan entitas baru
secara internal. Dalam rangka pengembangan bisnis, entitas membentuk entitas
anak melalui penyetoran modal secara tunai. Tujuan pembentukan entitas baru
tersebut biasanya untuk membuka pasar yang lebih luas atau memperluas jaringan
produksi. Misalnya entitas melakukan ekspansi usaha ke Timor Leste. Untuk tujuan
kemudahan bisnis dan pemenuhan regulasi di negara tersebut perlu didirikan
perusahaan dengan bentuk hukum tersendiri.
Pembentukan entitas baru dapat juga dilakukan melalui mekanisme spin-off
atau pemisahan satu unit atau divisi perusahaan menjadi entitas anak tersendiri.
Melalui mekanisme spin-off, setoran modal dari entitas induk berupa aset dari divisi
tersebut yang dipisahkan. Tujuan pemisahan tersebut untuk fleksibilitas dalam
menjalankan usaha, alasan regulasi yang mengharuskan menjadi bentuk hukum
terpisah atau karena tujuan perpajakan. Sebagai contoh, pembentukan PT BNI
Syariah yang awalnya merupakan unit usaha syariah (UUS) dari PT BNI (Persero).
Bentuk pengembangan bisnis internal dapat juga dilakukan melalui
kombinasi bisnis internal atau sering disebut sebagai restrukturisasi entitas
sepengendali. Kombinasi bisnis dilakukan oleh entitas anak yang dimiliki oleh satu
4
2. Bentuk Entitas
Jenis kombinasi bisnis dapat juga dibedakan tentang bagaimana bentuk
perusahaan sebelum dan sesudah melakukan kombinasi bisnis. Berdasarkan bentuk
hukum ini, kombinasi bisnis dapat diklasifikan atas:
6
3. Metode Akuntansi
Jenis kombinasi bisnis dapat juga dilihat dari sudut pandang akuntansi. Ada
dua metode yang dikenal dalam kombinasi bisnis yaitu:
a. Metode pooling of interest atau penyatuan kepentingan. Dalam metode
penyatuan kepentingan masing-masing pihak akan menyatukan kepentingan
bisnisnya sehingga tidak diperlukan penilaian ulang aset dan liabilitas entitas
yang bergabung. Dalam metode ini dasar pencatatannya adalah nilai buku dari
entitas yang bergabung. Metode penyatuan kepentingan tidak diperkenankan
dalam kombinasi bisnis yang umum, namun masih diperkenankan untuk
7
penghasilan dikenakan atas selisih antara nilai buku aset dan liabilitas dengan nilai
wajar aset dan liabilitas yang dialihkan dalam proses merger dan akuisisi.
Pajak harus dibayar oleh pihak yang melakukan pengalihan aset. Jika yang
dialihkan tanah dan bangunan akan dikenakan 5% pajak final atas nilai jual. Jika
bukan tanah dan bangunan akan dikenakan pajak penghasilan sebesar keuntungan
dari selisih nilai wajar dengan nilai buku. Untuk pengalihan tanah dan bangunan
pihak yang mengakuisisi dikenakan bea perolehan hak tanah dan bangunan sebesar
5%.
Perusahaan yang ingin menggunakan nilai buku harus mengajukan
permohonan kepada Dirjen Pajak dengan melampirkan tujuan melakukan merger,
melunasi seluruh pajak dan memenuhi persyaratan tujuan bisnis. Business purpose
test dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan merger untuk menciptakan sinergi
yang kuat dan memperkuat struktur permodalan serta tidak dilakukan untuk
mengindarkan pajak. Direktorat Jenderal Pajak melarang merger yang
menggunakan nilai buku apabila perusahaan yang menerima pengalihan mengalami
kerugian atau kerugiannya lebih besar dari perusahaan yang mengalihkan hartanya
Investor memiliki kekuasaan atas investee ketika investor saat ini memiliki
hak berupa kemampuan kini untuk mengarahkan aktivitas relevan. Aktivitas
relevan adalah aktivitas yang secara signifikan memengaruhi imbal hasil investee.
Imbal hasil investor dapat positif, negatif atau kombinasinya. Investor
mengendalikan investee jika investor tidak hanya memiliki kekuasaan atas investee
dan eksposur atau hak atas imbal hasil variabel dari keterlibatannya dengan
investee, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menggunakan kekuasaannya
dalam memengaruhi imbal hasil investor dari keterlibatannya dengan investee.
Contoh paling sederhana adalah investor A yang merupakan pemegang
saham mayoritas pada investee B. Sebagai pemegang saham mayoritas, investor A
memiliki kekuasaan atas investee B dari hak suara yang dimilikinya. Selain itu,
imbal hasil yang akan diterima investor A adalah dividen yang nilainya tergantung
dari kinerja (laba) yang diperoleh investee B. Dengan kekuasaan yang dimiliki,
investor A dapat menentukan jumlah dividen yang akan diterima dari investee B.
Berbeda halnya jika investor C yang memiliki obligasi investee B, obligasi tidak
memiliki hak suara dan imbal hasil (bunga) bersifat tetap. Oleh karena itu, investor
C tidak memiliki pengendalian atas investee B meskipun investor C memiliki
seluruh obligasi investee B. Meskipun terdapat obligasi dengan suku bunga
mengambang, namun perubahan imbal hasil (bunga) tersebut tidak ditentukan oleh
investor C, melainkan akibat perubahan suku bunga di pasar.
Hak imbal hasil variabel umumnya berupa dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham. Pengendalian terjadi jika investor memiliki hak untuk
11
3. Bisnis
Menurut PSAK 22, bisnis adalah suatu rangkaian terpadu dari kegiatan dan
aset yang mampu dikelola dengan tujuan memberikan hasil dalam bentuk dividen,
efisiensi biaya atau manfaat ekonomi lainnya secara langsung kepada pemilik
entitas. Suatu rangkaian terpadu dari kegiatan tersebut paling tidak meliputi input,
proses, dan output.
Industri perkapalan misalnya, setiap kapal berbentuk satu perusahaan. Pada
akuisisi kapal harus dipastikan bahwa akuisisi tersebut terjadi atas bisnis kapal
bukan kapal sebagai aset tetap. Jika akuisisi atas kapal beserta izin usaha dan
infrastruktur lainnya maka akuisisi tersebut merupakan kombinasi bisnis. Namun
jika akuisisi tersebut atas kapal tanpa disertai izin usaha dan infrastruktur
pendukung lainnya, maka transaksi tersebut merupakan transaksi pembelian aset
tetap.
biaya untuk menerbitkan efek utang dan efek ekuitas. Jika pihak pengakuisisi
menerbitkan efek sebagai imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis,
maka biaya tersebut diakui sebagai pengurang premium atau agio/tambahan modal
disetor yang timbul atas penerbitan efek tersebut. Ketentuan ini mengacu pada
PSAK 50 Instrumen Keuangan : Penyajian
4. Goodwill
Goodwill adalah aset yang diklasifikasikan sebagai aset takberwujud.
Goodwill muncul pada saat entitas melakukan akuisisi entitas lain. Goodwill akan
diakui oleh entitas yang melakukan akuisisi. Goodwill mencerminkan manfaat
ekonomi yang timbul dari aset yang diperoleh dalam kombinasi binis yang tidak
dapat diidentifikasikan secara individu sehingga harus diakui secara terpisah.
Goodwill akan terjadi jika harga perolehan dari entitas yang diakuisisi lebih
tinggi dibandingkan nilai wajar entitas yang diakuisisi. Pada transaksi tersebut nilai
aset pihak pengakuisisi telah menunjukkan nilai wajar pada tanggal tersebut, maka
kelebihan harga beli tersebut tidak dapat diidentifikasikan ke aset yang ada,
15
sehingga harus diakui bentuk aset baru yaitu goodwill. Pihak pengakuisisi bersedia
membayar lebih mahal karena memandang ada nilai lebih yang akan dihasilkan
oleh entitas yang diakuisisi melebihi nilai wajarnya. Kelebihan mungkin
disebabkan karena jaringan pemasaran,teknologi, keandalam SDM, dan lain-lain.
Lebih spesifik, nilai goodwill dihitung sebagai berikut :
Nilai-nilai dalam perhitungan di atas diukur pada nilai wajar pada tanggal
akuisisi. Sebagai gambaran, perhitungan di atas dapat juga dilihat seperti Gambar
1.1 berikut:
GAMBAR 1.1
Perhitungan Nilai Goodwill
Biaya Transaksi
Imbalan yang
Goodwill
Dialihkan
Kepentingan Ekuitas
Aset Terindentifikasi
yang Dimiliki
yang Diperoleh dan
Sebelumnya
Liabilitas yang
Kepentingan
Diambil alih
Nonpengendali
Untuk akuisisi aset dan liabilitas, goodwill diakui dalam laporan posisi
keuangan pihak pengakuisisi. Sedangkan pada akuisisi saham, goodwill yang
timbul pada akuisisi diakui dalam saldo investasi dalam laporan posisi keuangan
pihak pengakuisisi dan akan diakui secara terpisah pada laporan posisi keuangan
konsolidasian. Goodwill diuji atas penurunan nilai setiap akhir periode pelaporan,
terlepas ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai.
16
Aset neto teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurang liabilitas.
Tidak ada kepentingan yang dimiliki sebelumnya karena PT Permata tidak
mengakuisisi secara bertahap. demikian juga dengan nilai kepentingan
nonpengendali karena akuisisi dilakukan atas seluruh aset neto PT Samara. Pada
contoh ini, akuisisi dilakukan terhadap aset neto sehingga pihak pengakuisisi
mengakui seluruh aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih
pada nilai wajarnya. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT Permata:
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya transaksi
31 Desember 2020
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
18
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Kas (imbalan yang dialihkan) 352.000.000
Mencatat akuisisi aset neto
31 Desember 2020
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Saham Biasa (Rp.20.000 x 11.000) 220.000.000
Tambahan Modal Disetor 182.000.000
19
Perbedaan jurnal pada Contoh 1.2 ini dibandingkan Contoh 1.1 adalah pada
imbalan yang dialihkan (saham biasa dan tambahan modal disetor). Perlu
diperhatikan bahwa Saham Biasa dan Tambahan Modal Disetor dalam jurnal di atas
bukanlah milih PT Samara yang diakui oleh PT Permata namun Imbalan non-kas
yang dibayarkan oleh PT Permata.
31 Desember 2020
Investasi pada PT Samara 352.000.000
Kas 352.000.000
Mencatat akuisisi saham
Pada Contoh 1.3, jurnal yang dicatat PT Permata sangat sederhana karena
tidak mencatat aset dan liabilitas secara individual. Hal ini disebabkan PT Samara
tidak dibubarkan dan tetap menggunakan aset dan liabilitas tersebut dalam
20
operasinya. Pada tiap akhir priode pelaporan, laporan keuangan PT Permata akan
dikonsolidasikan.
Jika akuisisi dilakukan dengan imbalan non-kas, maka akun kas pada jurnal
akuisisi diganti dengan akun imbalan non-kas tersebut dan diukur pada nilai wajar.
Aset neto teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurang liabilitas atas
kedua entitas (Rp1.380.000.000 + Rp280.000.000). Tidak ada kepentingan yang
dimiliki sebelumnya karena Mandiri tidak mengakuisisi secara bertahap, demikian
juga dengan nilal kepentingan nonpengendali karena akuisisi dilakukan atas seluruh
aset neto PT Permata dan PT Samara. Pada contoh ini, akuisisi dilakukan terhadap
aset neto sehingga pihak pengakuisisi mengakui seluruh aset teridentifikasi yang
diperoleh dan liabilitas yang diambil alih pada nilai wajarnya.
Berikut jurnal yang dicatat oleh PT Mandiri:
31 Desember 2020
Mencatat biaya akuisisi
Beban 40.000.000
Kas 40.000.000
31 Desember 2020
Mencatat akuisisi aset bersih
Kas 520.000.000
Piutang Usaha 350.000.000
Persediaan 400.000.000
Tanah 320.000.000
Bangunan dan Mesin 900.000.000
Goodwill 140.000.000
22
6. Pembelian Diskon
Tidak semua akuisisi menghasilkan goodwill. Terkadang pihak pengakuisisi
melakukan pembelian pada nilai imbalan Konsep Kunci yang lebih rendah daripada
nilai wajar aset teridentifikasi Keuntungan atas pembelian yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil alih. Kondisi ini dakon diakui dalam laporan aba rugi dan
penghasilan disebut pembelian dengan diskon, yaitu suatu kombinasi komprehensif
lain pengakuisil bisnis yang mana jumlah nilai wajar aset teridentifikasi pada
tanggal akuisisi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih melebihi nilai
agregat (imbalan yang dialihkan kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiliki
oleh pihak pengakuisisi + kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi).
Selisih tersebut diakui oleh pihak pengakuisisi sebagai keuntungan dalam laporan
laba rugi pada tanggal akuisisi. Keuntungan tersebut diatribusikan kepada pihak
pengakuisisi.
Pada contoh ini, akuisisi imbalan yang dialihkan bernilai lebih rendah
daripada nilai wajar aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil
alih. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT Permata :
31 Desember 2020
Mencatat biaya akuisisi
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
31 Desember 2020
Mencatat akuisisi aset bersih
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Utang usaha 110.000.000
Utang wesel 240.000.000
Kas (imbalan yang dialihkan) 250.000.000
Keuntungan pembelian diskon 30.000.000
Atas akuisisi ini, selisih pembelian diskon diakui sebagai keuntungan dalam
laporan laba, rugi pada periode akuisisi.
7. Akuisisi Bertahap
Akuisisi bertahap terjadi ketika proses akuisisi entitas tidak dilakukan
sekaligus tetapi sebelumnya entitas pengakuisisi memiliki kepemilikan pada entitas
yang diakusisi. Misalnya Entitas A saat Ini memiliki 30% kepemilikan di Entitas B,
kemudian Entitas A menambah kepemilikannya sebesar 25%, sehingga Entitas A
total memiliki 55% kepemilikan Entitas B. Jika dengan 55% Entitas A memperoleh
pengendalian maka proses pembelian 25% saham tersebut merupakan bentuk
24
tersebut, termasuk goodwill yang timbul akan digabungkan dengan aset dan
liabilitas pihak pengakuisisi dan disajikan pada laporan keuangan pihak
pengakuisisi. Jadi, kombinasi bisnis dan kombinasi aset dan liabilitas secara
akuntansi sudah langsung terjadi sejak awal akuisisi sehingga tidak diperlukan
prosedur konsolidasi laporan keuangan lebih lanjut di kemudian hari.
Sedangkan pada akuisisi saham, seluruh aset teridentifikasi dan liabilitas
pihak yang diakuisisi tidak langsung diakui secara individual pada tanggal akuisisi
oleh pihak pengakuisisi Pihak pengakuisisi hanya mengakui saldo investasi sebagai
representasi atas aset dan liabilitas tersebut, termasuk goodwill yang timbul saat
akuisisi. Pada akhir periode pelaporan, jika memilik pengendalian, pihak
pengakuisisi akan mengonsolidasikan laporan keuangannya dengan pihak yang
diakuisisi sehingga aset dan liabilitas kedua pihak akan disajikan pada laporan
keuangan konsolidasian. Jadi, kombinasi bisnis serta kombinasi aset dan liabilitas
secara akuntansi tidak terjadi bersamaan sejak awal akuisisi sehingga diperlukan
prosedur konsolidasi laporan keuangan secara reguler di kemudian hari. Prosedur
konsolidasi ini yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
2. Pengungkapan
Berdasarkan PSAK 22, pihak pengakuisisi mengungkapkan informasiyang
memungkinkan pengguna laporan keuangan agar dapat mengevaluasi sifat dan
dampak keuangan dari kombinasi bisnis yang terjadi, baik selama periode
pelaporan berjalan ataupun setelah akhir periode pelaporan tetapi sebelum
penyelesaian laporan keuangan.
Pihak pengakuisisi juga mengungkapkan informasi yang memungkinkan
pengguna laporan keuangan dapat mengevaluasi dampak keuangan dari
penyesuaian yang diakui pada periode pelaporan berjalan yang berhubungan
dengan kombinasi bisnis yang terjadi pada periode tersebu atau periode pelaporan
sebelumnya.
iv