Anda di halaman 1dari 15

DUNIA MELAYU: TANTANGAN DAN PROSPEKNYA

DI MASA DEPAN

Maman S Mahayana
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
maman_s_mahayana@yahoo.com

ABSTRAK
Dunia Melayu dengan segala reputasinya di masa lalu dan tantangannya di masa depan
sesungguhnya potensial merekatkan sentimen keserumpunan dalam lingkup wilayah yang
sangat luas. Tetapi, di Indonesia, pandangan terhadap dunia Melayu, tidaklah seragam,
mengingat Indonesia terbentuk dari keberagaman etnik, suku bangsa, dan bahasa. Tambahan
lagi, dunia Melayu melintasi batas teritorial negara. Maka konsep keserumpunan itu sering kali
disaputi persoalan politik negara bersangkutan. Jika sudah begitu, kepentingan nasional
menjadi hal yang lebih utama dibandingkan persoalan dunia Melayu. Dalam konteks itu, penting
artinya membuka peluang meningkatkan kesadaran keserumpunan melalui kesepakatan
pemakaian bahasa resmi Asean. Itulah prospek dunia Melayu di masa depan yang
implementasinya ternyata tidaklah sederhana. Penetapan bahasa Melayu atau bahasa Indonesia
yang diusulkan menjadi bahasa resmi Asean masih berupa wacana. Boleh jadi perlu wacana lain
yang dapat disepakati bersama. Tulisan ini mencoba mengungkapkan kemungkinan
disepakatinya bahasa resmi Asean.

Kata Kunci: melayu, tantangan, masa depan

ABSTRACT
The Malay world with all its reputation in the past and its challenges in the future actually has
the potential to glue the sentiment of clump in a very wide scope of territory. However, in
Indonesia, the view of the Malay world is not uniform, considering that Indonesia is formed
from ethnic, ethnic, and linguistic diversity. In addition, the Malay world crossed the territorial
boundaries of the state. So the concept of family is often followed by the political problems of
the country concerned. If so, the national interest becomes more important than the problem of
the Malay world. In that context, it is important to open up opportunities to increase family
awareness through agreements on the use of asean official languages. That is the prospect of the
Malay world in the future whose implementation turned out not to be simple. The designation
of Malay or Indonesian proposed to become the official language of Asean is still a discourse. It
may need another discourse that can be mutually agreed upon. This paper attempts to reveal
the possibility of agreeing on the official language of Asean.

Keywords: malays, challenges, future.

PENDAHULUAN perspektif yang berbeda dalam


Dunia Melayu di Indonesia memposisikan dunia Melayu itu
disikapi secara beragam. Kadang kala menentukan pemaknaan atas konsep
terjadi benturan pandangan antara Melayu. Oleh karena itu, dunia Melayu di
warga masyarakat Melayu sendiri yang Indonesia dapat diklasifikasikan atas
merasa sebagai penduduk asli dari dasar sudut pandang: (i) bahasa (ii)
tradisi dalam lingkaran kebudayaan budaya, (iii) etnisitas, (iv) wilayah
Melayu dan masyarakat non-Melayu geografi, dan (v) politik.
yang juga (merasa) mempunyai sejarah Berdasarkan perspektif bahasa,
panjang dengan tradisi agung budaya dunia Melayu menerabas wilayah kultur
leluhurnya. Sudut pandang dan etnik lain yang sangat luas dengan

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 12


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

sejarah panjang penyebarannya, dalamnya melekat budaya etnis


peranannya, dan pengaruhnya. masyarakat Melayu yang mendukung
Penemuan sejumlah prasasti (batu budaya itu. Meskipun demikian, klaim
bersurat) berbahasa Melayu kuno di atas kemelayuan etnis—yang asli atau
wilayah-wilayah non-budaya Melayu yang gado-gado—itu juga pada akhirnya
menunjukkan bukti penyebarluasan mendatangkan masalah tersendiri
bahasa Melayu itu terjadi dan diterima ketika dihadapkan pada persoalan
oleh masyarakat non-Melayu,1 dan itu genealogi Melayu proto atau klaim
terjadi sebelum bangsa-bangsa Barat sebagai bangsa Melayu asli.2 Sebutlah
datang ke wilayah Nusantara. Adanya beberapa di antaranya, seperti klaim
bahasa Melayu dialek-dialek setempat, dan penyebutan Melayu—Bugis,
seperti Melayu Banjar atau Melayu Melayu—Jambi, Melayu—Palembang,
Betawi—sekadar menyebut dua Melayu—Banjar, Melayu—Sambas, atau
contoh—yang kemudian membentuk bahkan juga Melayu—Minangkabau.3
bahasa sendiri, menegaskan bukti lain
kuatnya pengaruh bahasa Melayu. 2
Dalam pandangan budaya, dunia Sekadar contoh, masyarakat suku Talang Mamak
di Indragiri Hulu, Riau, misalnya, baik yang
Melayu adalah wilayah budaya yang mengaku sebagai suku Talang Mamak Jalan
dihuni kelompok etnik yang mengklaim Lama—yang masih mempertahankan secara ketat
mengusung budaya Melayu. Mengingat tradisi leluhur, maupun Talang Mamak Jalan
wilayahnya yang bertebaran begitu luas, Baru—yang sudah bersedia menjalankan syariat
Islam, mengklaim sebagai Melayu proto mengingat
maka konsep budaya Melayu di begitu banyak kosa kata yang digunakan suku
Talang Mamak berbeda dengan bahasa Melayu
1
Harimurti Kridalaksana (“Pengantar tentang yang digunakan secara luas di masyarakat Riau.
Pendekatan Historis dalam Kajian Bahasa Melayu Kepala suku atau tetua adat—disebut juga batin,
dan Bahasa Indonesia” dalam Harimurti meyakini, bahwa mereka sebagai asli Melayu yang
Kridalaksana (Ed.), Masa Lampau Bahasa paling setia menjaga adat-istiadat leluhur. Apakah
Indonesia: Sebuah Bunga Rampai (Yogyakarta: dengan begitu banyaknya perbedaan kosa kata
Kanisius, 1991), hlm. 6—7) mencatat 18 prasasti Melayu Talang Mamak dan Melayu yang dipakai
berbahasa Melayu kuno. Selengkapnya ke-18 masyarakat Pekanbaru dan sekitarnya, suku Talang
prasasti itu adalah berikut ini: (1) Prasasti Mamak sebagai Melayu proto? Jawabannya tentu
Sojomerto (Pekalongan), (2) Prasasti Bukateja perlu penelitian mendalam tentang masalah itu.
(Pubalingga, Banyumas), (3) Prasasti Dieng (Wawancara dengan Dheni Kurnia, sastrawan Riau
(Dieng), (4) Prasasti Sang Hyang Wintang I keturunan suku Talang Mamak, 3 Februari 2021).
(Gandasuli, Temanggung), (5) Prasasti Sang Hyang
3
Wintang II (Gandasuli), (6) Prasasti Dang Pu Pada awal tahun 2000-an, di Padang
Hawang Glis (Gandasuli), (7) Prasasti diselenggarakan seminar kebudayaan Melayu.
Manjucrigrha (Candi Sewu), (8) Prasasti Kebon Salah satu hasil rumusan seminar itu adalah klaim
Kopi, Bogor), (9) Prasasti Kedukan Bukit bahwa kebudayaan Melayu berasal dari
(Palembang), (10) Prasasti Talang Tuwo Minangkabau. Dalam seminar itu ditegaskan,
(Palembang), (11) Prasasti Telaga Batu bahwa Minangkabau sesungguhnya juga bagian
(Palembang), (12) Prasasti Palembang dari dunia Melayu. Pada tahun 2008, Pusat
(Palembang), (13) Prasasti Kota Kapur (Bangka), Tamadun Melayu Universitas Indonesia juga
(14) Prasasti Karang Brahi (Jambi), (15) Prasasti mengadakan seminar bertajuk: “Kebudayaan
Palas Pasemah (Lampung), (16) Prasasti Jebung Melayu—Bugis”. Dalam seminar itu, dibincangkan
(Lampung), (17) Prasasti Padang Roco (Sumatera juga perkara suku bangsa Melayu yang masih
Barat) dan (18) Prasasti Bukit Gombak (Sumatera keturunan Bugis. Beberapa raja dan tokoh Melayu
Barat). Keterangan Harimurti ini sekaligus merevisi di Johor, Selangor, dan Tanjungpinang,
pendapat Sutan Takdir Alisjahbana, (“Sejarah sesungguhnya juga masih keturunan Bugis. Mantan
Bahasa Indonesia” dalam Harimurti Kridalaksana Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, sebagai
(Ed.), ibid., hlm. 97) yang menyebutkan bahwa keturunan Bugis, juga mengaku dirinya sebagai
prasasti Gandasuli di Jawa Tengah yang bertarikh orang Melayu. Jadi, penamaan Melayu-Bugis lebih
827 dan 832 Masehi merupakan prasasti Melayu didasarkan keturunan darah, baik dari pihak ibu,
tertua. maupun ayah.

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 14


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

Penyebutan ini boleh jadi untuk Melayu sejak lama menunjukkan


membedakannya dengan masyarakat peranannya yang reputasional, tidak
Melayu yang mukim di kawasan Riau pada tempatnya makna Melayu
(Riau Daratan) dan Tanjungpinang direduksi sebagai suku bangsa atau
(Riau Kepulauan). Sebagai wilayah etnik. Dunia Melayu di dalamnya
budaya, dunia Melayu selain mencakup berkaitan erat dengan bangsa yang
wilayah yang disebutkan tadi, juga menghasilkan kebudayaan literasi dan
melewati batas yang tidak tersekat oleh peradaban tinggi.
garis teritorial politik. Maka, Brunei Para pelaut asing, seperti I-tsing
Darussalam, Malaysia, Singapura, (671), Marco Polo (1292), Magellan
Pattani, Kamboja, Vietnam sampai ke (abad ke-16) sebagaimana yang dicatat
Mindanao, sesungguhnya termasuk Antonio Pigafetta (1522), merasa perlu
bagian dunia Melayu dalam konteks membuat keterangan tentang bahasa
wilayah budaya. Melayu sebagai bahasa di kawasan Asia
Melayu dalam konteks etnisitas, Tenggara yang penting dipelajari.
cenderung ditempatkan dalam Informasi itu menunjukkan bahwa
pengertiannya yang sempit, yaitu bahasa Melayu sudah menjadi alat
kelompok masyarakat yang komunikasi antarbangsa. Oleh karena
menggunakan bahasa Melayu sebagai itu, bahasa Melayu perlu dipelajari oleh
bahasa ibu. Maka yang dimaksud etnis siapa pun yang hendak datang ke
Melayu adalah masyarakat yang berada kawasan Asia Tenggara. Kajian
di wilayah Provinsi Riau (Daratan), mendalam Azyumardi Azra5 tentang
Kepulauan Riau, sebagian Jambi, jaringan ulama Timur Tengah dan
Palembang (Sumatra), Banjarmasin, dan Nusantara abad ke-17 dan ke-18
Sambas (Kalimantan). Klaim yang sama menunjukkan bukti, bahwa para ulama
berlaku pada etnis Melayu yang berada di Nusantara telah berhasil membangun
di luar wilayah Indonesia, seperti peradaban agung lewat jalinan kerja
masyarakat Melayu Brunei, Singapura, sama yang luas dengan masyarakat
dan Malaysia.4 Tetapi, belakangan, mancanegara. Jaringan itu
muncul penolakan atas penyempitan dimungkinkan oleh kemampuan dan
makna Melayu sebagai etnik. Penolakan penguasaan mereka dalam bahasa
itu didasari pemikiran, bahwa bangsa Melayu dan bahasa Arab. Karya-karya
Melayu tidak hanya menyebarkan intelektual yang dihasilkan para ulama
bahasanya sebagai lingua franca yang itu hampir seluruhnya berbahasa
berperan penting sebagai bahasa Melayu yang ditulis dengan huruf Arab-
perhubungan, perdagangan, diplomasi, Melayu, Jawi, atau Pegon,6 dan bahasa
dan persuratan, yaitu bahasa ilmu Arab.7
pengetahuan dan kesusastraan, tetapi
juga menanamkan kebudayaannya. 5
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah
Bahasa Melayu sudah sejak lama dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII:
menjadi bahasa kaum cerdik-pandai, Akar Pembaruan Islam Indonesia, Jakarta:
para ulama, dan kaum intelektual. Kencana, 2013.
Mengingat kebudayaan dan bahasa 6
Periksa buku-buku yang membicarakan kekayaan
khazanah kesusastraan Melayu (klasik), beberapa
4
Di beberapa kota di Pulau Jawa, penyebutan etnis di antaranya, Liaw, Yock Fang, Sejarah
Melayu kerap digunakan juga secara salah kaprah. Kesusastraam Melayu Klasik, Jilid 1-2, Jakarta:
Melayu dimaksudkan juga sebagai pribumi untuk Erlangga, 1991, 1993. Cetakan Pertama, Singapore:
membedakannya dengan nonpribumi (masyarakat Pustaka Nasional, 1975; Teuku Iskandar,
keturunan Tionghoa, Arab, dan India). Kesusasteraan Klasik Melayu Sepanjang Abad,
Jakarta: Libra, 1996; V.I. Braginsky, Yang Indah,

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 15


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

Dunia Melayu dalam pandangan dan di perbatasan Serawak.8 Dengan


kewilayahan (geografi), melintasi demikian, wilayah geografis dunia
sejumlah negara ASEAN, yaitu Brunei Melayu, berada melewati dan memasuki
Darussalam, Filipina, Indonesia, beberapa negara. Sekat politik itulah
Malaysia, Muangthai, Singapura, yang menempatkan masyarakat Melayu
sebagian Kamboja dan Vietnam. Dengan di kawasan-kawasan itu berkembang
demikian, dunia Melayu dalam seiring dengan perjalanan sejarah
pengertian ini seolah-olah tersekat oleh negeri itu yang tidak terlepas dari
batas teritorial politik (negara). perundang-undangan yang berlaku di
Meskipun begitu, adanya semangat negara-negara tersebut.
keserumpunan telah menjadikan Berkaitan dengan pandangan
masyarakat Melayu dalam kehidupan kewilayahan, terutama yang terjadi di
sehari-hari di kawasan itu sering kawasan Asia Tenggara, pemaknaan
menabrak batas-batas teritorial, dunia Melayu kadang kala disaputi oleh
terutama masyakarat Melayu—Pattani persoalan politik kepentingan bangsa
(Muangthai) yang berbatasan dengan (dan negara) bersangkutan dan perkara
Perlis dan Kelantan (Malaysia), nasionalisme yang (mungkin)
masyarakat Melayu yang berada di jalur berlebihan. Hal itulah yang kadang kala
Sijori (Singapura, Johor—Melaka, Riau) menciptakan riak-riak yang dapat
merenggangkan semangat
keserumpunan. Oleh karena itu, konsep
Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu
dalam Abad 7—19, Jakarta: Indonesian-
8
Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS), Sentimen keserumpunan dan migrasi warga
1998; Edi Sedyawati, dkk. (Ed.), Sastra Melayu Indonesia yang telah berlangsung begitu lama
Lintas Daerah (Jakarta: Pusat Bahasa, 2004. Buku- menjadikan hubungan masyarakat di kawasan itu
buku itu sesungguhnya menegaskan, bahwa bahasa sering kali tidak terpengaruh konflik politik. Jika
Melayu, tidak hanya berhasil mengatasi dan dicermati, terjadinya konfrontasi Indonesia—
sekaligus mempersatukan bahasa-bahasa etnik lain, Malaysia pertengahan dasawarsa 1960-an, dalam
dibandingkan bahasa Jawa atau Sunda, tetapi juga praktiknya tidak mempengaruhi hubungan sosial
menjadi media bagi para ulama menghasilkan budaya masyarakat di kawasan itu. Warga Batam
karya-karya intelektual yang berlimpah, berupa atau Karimun; penduduk Rupat atau Bengkalis,
syair, pantun, hikayat, biografi, sejarah, dan ketika itu bisa seenaknya bolak-balik berbelanja
seterusnya. batu es ke Singapura, Johor, atau Melaka, tanpa
peduli apa yang sedang bergejolak di Jakarta.
7
Naskah berbahasa Arab yang bertebaran di Mereka santai saja menyeberangi Selat Melaka dan
kesultanan-kesultanan di Nusantara, juga kemudian diterima warga Malaysia, tanpa mereka
merupakan kekayaan tersendiri dunia literasi ketahui bahwa Kuala Lumpur sedang bersitegang
Nusantara. Sejauh ini, belum ada upaya untuk dengan Jakarta. Sirene tanda bahaya yang
melakukan inventarisasi, dokumentasi, kodikologi, meraung-raung di beberapa kota di Pulau Jawa,
dan pencatatan naskah-naskah berbahasa Arab di yang menggambarkan Indonesia sedang
Nusantara. Sekadar contoh, beberapa lemari yang menghadapi situasi darurat perang ketika itu,
tersimpan di Masjid Pulau Penyengat, menurut kenyataannya disikapi tenang-tenang saja oleh
keterangan Raja Malik, salah seorang keturunan segenap penduduk di perbatasan kedua negara.
Raja Ali Haji, khusus menyimpan naskah-naskah Maka, persoalan yang terjadi dalam hubungan
berbahasa Arab yang ditulis sastrawan Riau Jakarta—Kuala Lumpur, seperti tidak ada
seangkatan Raja Ali Haji. Sampai sekarang, kaitannya dengan aktivitas penduduk di perbatasan
naskah-naskah itu tetap tersimpan rapi dan belum dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Batas
tersentuh para peneliti (Wawancara dengan Raja teritorial dan persoalan politik kedua negara, tidak
Malik, 15 Juli 2019). Dapat kita bayangkan, berapa serta-merta memagari hubungan sosio-kultural
banyak masjid di seluruh Indonesia yang penduduk yang bertahun-tahun lamanya hidup dan
menyimpan naskah-naskah sejenis itu. Belum lagi mengakar sebagai sentimen keserumpunan.
yang tersimpan di pesantren-pesantren, termasuk di Kesamaan perasaan sebagai warga puak Melayu
dalamnya, kitab-kitab kuning, hampir dapat itulah yang melekat-rekatkan sentimen
dipastikan, belum tersentuh para peneliti. persaudaraan penduduk di daerah itu.

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 16


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

Melayu tidak dapat diseragamkan Pusat Studi Melayu


begitu saja. Dunia Melayu sebagai puak
Dalam konteks itu, agak kebudayaan, telah meninggalkan jejak
mengherankan, sejauh pengamatan, di sejarah yang penuh dengan mitos. Di
Indonesia belum ada institusi sana, ada serangkaian kisah tentang
pendidikan yang mempunyai pusat keagungan sebuah komunitas etnis yang
studi Melayu yang mencakupi wilayah- mendiami wilayah Semenanjung.
wilayah tersebut.9 Kajian Melayu hanya Meskipun sejak Mei 1824, secara politik,
sebatas sebagai program studi Melayu,10 kerajaan Melayu, termasuk di dalamnya
sama halnya seperti beberapa masyarakat dan kebudayaannya,
universitas yang menyelenggarakan terbelah melalui Traktat London,12
program studi yang mengkhususkan hubungan sosio-kultural masyarakat di
studinya pada etnik atau masyarakat kawasan itu tetap berjalan, tanpa
sukubangsa tertentu, seperti Prodi merasa ada sekat-sekat politik yang
(bahasa dan sastra) Sunda, Jawa, memisahkannya. Perjanjian antara
Minangkabau, atau Bali. Dunia Melayu Inggris dan Belanda itu memang
yang diperkenalkan di Indonesia seolah- membagi dua kerajaan Riau–Lingga—
olah hanya berkaitan dengan Johor dan Pahang dalam wilayah
kesusastraan Melayu yang sudah
dijadikan bahan pelajaran sejak sekolah termasuk juga khazanah sastra Melayu yang
dasar sampai perguruan tinggi. Kajian- berkembang di wilayah Brunei, Pattani, dan
Mindanau, Filipina. Dalam buku itu diuraikan juga
kajian tentang dunia Melayu cenderung perjalanan kesusastraan Melayu sejak zaman
terfokus pada khazanah kesusastraan— Sriwijaya (Palembang), kesultanan Aceh sampai ke
terutama naskah-naskah tertulis, perkembangan mutakhir. Penekanannya terpusat
kesenian, dan tradisi masyarakat pada kesusastraan Melayu dan tidak pada aspek
Melayu yang berada di wilayah lain yang meliputi dunia Melayu. Satu buku lain
yang disusun Teuku Iskandar, Kesusasteraan
Indonesia.11 Klasik Melayu Sepanjang Abad (Jakarta: Libra,
1996, xxviii + 670 halaman) juga mencatat lebih
9
Di Indonesia ada beberapa lembaga studi Melayu, luas khazanah kesusastraan Melayu di berbagai
di antaranya, Lembaga Kajian Melayu (Universitas daerah di Nusantara sampai Johor, Singapura, dan
Sumatera Utara, Medan), Pusat Penelitian Budaya Pattani.
Melayu (Universitas Riau, Pekanbaru), Pusat
Tamadun Melayu (Universitas Indonesia, Depok— 12
PenandatangananTraktat London antara Inggris
tidak aktif lagi), dan Balai Kajian dan dan Belanda, 17 Maret 1824, jelas merupakan
Pengembangan Budaya Melayu (Yogyakarta) yang usaha membelah kedaulatan bangsa Melayu.
diprakarsai Mahyudin Al Mudra. Lembaga- Kerajaan Johor dan Riau dengan sendirinya
lembaga ini bukanlah bagian dari kajian wilayah terpecah: Kesultanan Johor berada di bawah
atau pusat studi kewilayahan, seperti Kajian kekuasaan Inggris dan Riau berada di bawah
Wilayah Amerika, Kajian Wilayah Australia, Pusat kekuasaan Belanda. Maka pada tahun 1830,
Studi Jepang, atau Pusat Studi Timur Tengah, Belanda menempatkan seorang residen di
melainkan lembaga yang bergerak dalam bidang Tanjungpinang yang mewakili kekuasaan Belanda.
penelitian dan kegiatan lain yang berhubungan Lebih daripada itu, Belanda juga menetapkan
dengan budaya Melayu. peraturan, bahwa dalam setiap penggantian tahta,
sultan harus bersumpah setia kepada pemerintah
10
Di Universitas Riau dan Universitas Lancang Belanda. Dengan demikian, Belanda lebih mudah
Kuning, Pekanbaru, ada program studi (bahasa dan mengawasi Kerajaan Riau yang wilayah
sastra) Melayu, tetapi bukan sebagai pusat studi kekuasaannya makin menyusut. Belanda berhasil
yang wilayah kajiannya lebih luas. mengacaukan peran tradisional sejumlah
kesultanan Melayu dan kesultanan lain di wilayah
11
Sebagai contoh, sebuah buku berjudul Sastra Nusantara. Tindakan itu yang tidak dilakukan
Melayu Lintas Daerah (Editor: Edi Sedyawati, Inggris di Semenanjung, sehingga beberapa
dkk.) (Jakarta: Pusat Bahasa, 2006, xxii + 419 kesultanan di wilayah itu tetap dapat memainkan
Halaman) memuat sejumlah karya sastra (Melayu) peran tradisionalnya.
yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia,

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 17


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

kekuasaan Inggris dengan sempadan Malaysia dan menjadi negara merdeka


Selat Singapura dengan kekuasaan tahun 1965, berhasil pula mengangkat
Belanda di Bangkahulu (Sumatra negeri bandar itu begitu kuat secara
Selatan). Akan tetapi hubungan sosial, ekonomi. Brunei Darussalam yang
ekonomi, dan kebudayaan terus merdeka 1 Januari 1984, telah menjadi
berlangsung melalui ikatan-ikatan negara terkaya di dunia. Di sana, masih
tradisi yang berakar pada sentimen ada masyarakat Melayu di Pattani
Melayu. (Muangthai) dan Mindanao (Filipina)
Secara politik, ada dua yang berhadapan dengan problemnya
kekuasaan kolonial yang berbeda ketika sendiri. Sementara puak Melayu di
itu, yaitu Inggris dan Belanda. Lalu ada kawasan Riau –Daratan dan
batas-batas geografi yang memagari Kepulauan—yang menjadi bagian dari
puak Melayu. Secara sosio-kultural, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
sekat politik itu tidak berlaku ketika terus meningkatkan kesadaran politik
mereka mengusung perilaku dan nilai identitas kemelayuan sambil melakukan
budaya Melayu. Dalam hal ini, isu pembangunan sosio-budaya di tengah
keserumpunan menjadi alat perekat dan perubahan angin politik nasional yang
puak Melayu secara sadar sengaja sering tidak terduga.
memanfaatkannya untuk menggugah Ada dua hal yang menjadi tali
emosi kemelayuan. Itulah yang terjadi pengikat puak Melayu di kawasan ini.
dalam diri komunitas Melayu di Pertama, kesadaran kultural
kawasan Semenanjung ketika belum ada kemelayuan. Kedua, kesadaran ideologi
sekat-sekat wilayah politik kenegaraan. (keimanan) yang dianut mayoritas
Maka, ketika balatentara Jepang pendudukan di kawasan ini, yaitu
menggantikan kekuasaan kolonial agama Islam. Kedua hal itulah yang
Inggris, 15 Februari 1942 di kawasan menjadi perekat yang secara emosional
Semenanjung dan mengusir Belanda menumbuhkan semangat, sentimen, dan
dari Pulau Jawa, 8 Maret 1942, keadaan kesadaran kemelayuan. Bagaimana
itu makin mempererat hubungan sentimen kemelayuan—yang kerap
kultural komunitas Melayu di kawasan diberi label atas nama keserumpunan—
itu.13 bergerak menjadi semangat bersama
Malaysia yang membangun membangun dunia Melayu. Lalu,
bangsanya lewat kebudayaan –dengan bagaimanakah membangun kembali
semangat Melayu yang menjiwainya— keagungan kebudayaan Melayu dalam
berhasil menempatkan negara itu dalam situasi seperti itu? Bagaimana gagasan
posisi sangat penting dalam hubungan itu tidak sekadar romantika masa lalu,
sosial-politik-budaya di kawasan tetapi juga ada tujuan lain yang
Semenanjung. Singapura yang selepas melatardepaninya?
kerusuhan rasial memisahkan diri dari
Membangun Persepahaman
13
Adanya kesadaran sentimen keserumpunan ini Sejarah telah mencatat bahwa
pula yang kemudian melahirkan keinginan agar usaha menyatukan puak Melayu lewat
kawasan Semenanjung Melayu, Agustus 1945, gerakan politik, selalu gagal lantaran di
bergabung ke dalam wilayah negara Indonesia
dalamnya ada kedaulatan negeri-negeri
Raya, menjelang berakhirnya Perang Dunia II dan
terutama beberapa hari sebelum berakhirnya yang merdeka. Persoalannya tentu saja
kekuasaan Jepang. Mengenai masalah ini, tidak gampang diselesaikan jika aspek
selengkapnya, periksa Maman S Mahayana, politik menjadi pilihan. Kini, gerakan itu
“Periode Pergolakan dan Pematangan; Menegaskan dipandang tidak realistik. Meskipun ada
Jati Diri,” dalam Akar Melayu: Ideologi dalam
Sastra, Jakarta: Buku Pop, 2010, hlm. 19—58.
sekat politik yang berkaitan dengan

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 18


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

kedaulatan negara, kesadaran sebagai mayoritas, tiba-tiba menjadi


kemelayuan tidak lagi diperlakukan minoritas ketika berpisah dari Malaysia
sebagai kesadaran etnik, melainkan dan Singapura menjadi negara merdeka.
sebagai sebuah ras yang mendiami Dengan populasi masyarakat Melayu
wilayah geografi yang sangat luas, mulai yang berjumlah 14 % dari keseluruhan
komunitas di kawasan Semenanjung, penduduk Singapura, proses
Pattani (Muangthai), Mindanao pembentukan identitas dan kebudayaan
(Filipina) sampai ke wilayah Melayu di Singapura tentu saja berbeda
Madagaskar dan Afrika Selatan. Itulah dengan apa yang terjadi di Malaysia,
potensi dunia Melayu yang sangat boleh Brunei Darussalam, dan Indonesia.
jadi akan mempertemukan kembali Masyarakat Melayu di Singapura harus
kesadaran keserumpunan puak Melayu. merumuskan sendiri identitasnya dalam
Melihat perkembangan dan berhadapan dengan etnis lain. Meskipun
perubahan yang terjadi pada demikian, adanya semacam hak
masyarakat Melayu dewasa ini, istimewa masyarakat Melayu di
terutama di Malaysia, Singapura, dan Singapura sebagai penduduk pribumi,
Brunei Darussalam, ada kecenderungan seperti tercantum dalam Perlembagaan
untuk menempatkan problem kultural Singapura, membuka kesadaran mereka
lebih signifikan dibandingkan problem bersaing secara sehat dengan etnik lain
politik dan ekonomi. Di Malaysia, dalam memainkan peran sosialnya
misalnya, berpisahnya Singapura adalah sebagai warga bangsa. Salah satunya
fakta yang tidak dapat dinafikan. Ia melalui upaya merengkuh pendidikan
harus diakui sebagai peristiwa masa lalu setinggi-tingginya. Maka, bagi generasi
yang memang telah terjadi, meskipun muda Melayu—Singapura, kemelayuan
sangat mungkin masih tersimpan luka tidak menjadi sentimen utama dalam
sejarah. Oleh karena itu, mengangkat konteks kebangsaan. Masa lalu adalah
dan menumbuhkan isu-isu kemelayuan catatan sejarah dan masa depan adalah
dengan semangat membangun harapan yang mesti diperjuangkan
kebesaran dunia Melayu menjadi berdasarkan kiprah di masa kini.14
wacana yang terus-menerus
diembuskan sebagai salah satu usaha 14
Ketika saya menjadi pengajar tamu untuk
mengukuhkan kesadaran kebangsaan di semester pendek mata kuliah Pendidikan Sastera
Malaysia. Itulah sebabnya, identitas dan (Literature Education), 3—14 Juni 2018 di
kebudayaan Melayu –dalam pengertian Nanyang Technological University, National
Institute of Education, Asian Languages and
lebih luas ditempatkan sebagai
Cultures Academic Group untuk calon guru
kebudayaan rakyat asal rantau— sekolah Melayu Singapura, di luar waktu kuliah,
menjadi prinsip utama konsep saya berkesempatan mengobrol dan berdiskusi
kebudayaan kebangsaan. Dalam secara intens dengan 16 peserta kuliah itu. Sebagai
hubungan itu, Islam menjadi unsur orang Melayu yang akan menjadi guru di sekolah
Melayu (Singapura), saya mengajukan beberapa
penting dalam pembentukan pertanyaan berkaitan dengan konsep dan sentimen
kebudayaan kebangsaan. Dalam hal ini, kemelayuan. Jawabannya sungguh mengejutkan: (i)
agama Islam menjadi salah satu pemerintah Singapura telah memberi banyak hal
identitas yang melekat dalam diri orang (fasilitas, kemudahan, dan kesejahteraan) bagi
warganya. Maka, mereka harus memberikan yang
Melayu. Di dalamnya, termasuklah etnis
terbaik bagi bangsa dan negara Singapura; (ii)
lain di kawasan Semenanjung yang mereka bersyukur, Tuhan telah menganugerahi
masuk agama Islam dan diterima Singapura sebagai negeri kecil, sehingga
sebagai Melayu. pemerintah dapat menjalankan kekuasaannya
Di Singapura, problemnya lain secara baik; (iii) kesadaran sebagai “negeri kecil”
justru menumbuhkan semangat untuk bersama-
lagi. Masyarakat Melayu yang semula sama bagi setiap warga negara (Singapura) untuk

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 19


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

Bagi masyarakat Melayu Brunei, agama lain itu tidak berarti bebas
ada dua faktor utama yang memainkan mengembangkan agama yang
peranan dalam kehidupan sosial budaya bersangkutan. Ada larangan yang ketat
masyarakat Melayu di Brunei bagi penganut agama lain untuk
Darussalam. Pertama, adat istiadat, dan mengembangkan agamanya. Tujuannya
kedua, agama Islam. Adat istiadat, di adalah agar kelangsungan agama Islam
samping berfungsi sebagai salah satu sebagai agama resmi negara, tetap
alat untuk mempertahankan institusi terjaga, kokoh sebagai ideologi negara
raja, juga dalam kerangka menjunjung yang tidak tergoyahkan.
konsep taat-setia kepada raja sebagai Demikianlah, kehidupan
“Yang Dipertuan”. Kedudukan itu akan masyarakat Melayu di Brunei
lebih terjamin, jika Islam menjadi agama Darussalam cenderung berorientasi
resmi, dan sekaligus menjadi teras pada agama Islam, meskipun secara
kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, eksplisit, dalam perlembagaannya tidak
identitas Melayu tak dapat dipisahkan, disebutkan bahwa Al-Quran dan Hadis
atau bahkan kemudian diidentikkan sebagai landasan pemerintahan dan
sebagai Islam. rujukan utama. Jadi, ada ruang yang
Homogenitas masyarakat Melayu dapat dimainkan adat negeri yang
Brunei dengan Islam sebagai dalam hal ini tidak lain adalah adat
identitasnya menjadikan agama Islam istiadat Melayu. Dengan demikian,
sebagai agama resmi negara dan agama Islam dan adat istiadat, berjalan
sekaligus juga ideologi negara. bergandengan. Atau, peri kehidupan
Mengingat adanya beberapa aliran masyarakat tetap berpegang pada
dalam Islam, sultan lalu memilih Ahli ajaran agama Islam, meskipun
Sunnah Wal-Jemaah ditempatkan perlembagaan tidak mencantumkannya.
menjadi ideologi negara. Lebih jauh dari
itu, hasrat sultan dan rakyat negeri itu Reputasi Bahasa Melayu
membawa dan menjadikan Brunei Dunia Melayu di Malaysia,
sebagai sebuah negara Islam yang Singapura, dan Brunei Darussalam,
menempatkan ajaran Islam sebagai tentu saja sangat berbeda dengan
dasar peraturan dan pegangan hidup pengertian dunia Melayu sebagai etnis
masyarakat Melayu. sebagaimana yang melekat dalam
Di dalam Perlembagaan (undang- sebagian besar masyarakat Riau. Di
undang dasar) Brunei, dinyatakan juga sinilah, Riau yang pernah menjadi pusat
bahwa negara menjamin rakyatnya kebudayaan Melayu mempunyai posisi
bebas menganut dan mengamalkan yang sangat strategis. Ia secara
agama lain. Kebebasan mengamalkan emosional, kultural, dan sosial,
mempunyai ikatan tradisional yang
tidak dapat dipisahkan dalam konteks
menjaga stabilitas dan kerukunan bangsa; (iv)
meskipun orang-orang Melayu di Singapura
puak Melayu. Oleh karena itu,
mempunyai pertalian sejarah dengan Malaysia, masyarakat Melayu Riau dapat secara
mereka memilih berpikir realistik. Singapura leluasa menjalin hubungan dengan
adalah pilihan yang paling realistik; (v) sebagai masyarakat Melayu Singapura, Malaysia,
orang Melayu, mereka menyadari pentingnya
dan Brunei Darusalam, termasuk
kesadaran keserumpunan dan sentimen Melayu.
Tetapi, ada yang jauh lebih penting lagi, yaitu Pattani di Muangthai, meskipun ada
kesejahteraan. Jadi persoalannya bukan lagi perkara sekat politik yang memisahkannya.
minoritas-mayoritas, tetapi sejauh mana Dengan posisi Melayu Riau yang
Pemerintah memberi kebebasan dan kesejahteraan seperti itu, maka Riau dapat
bagi warga Melayu Singapura.
memanfaatkan isu kemelayuan sebagai

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 20


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

aset lokal, nasional, sekaligus regional. Dari ketiga pertanyaan itu, tentu
Jadi, atas nama kebudayaan Melayu, saja pilihannya jatuh pada butir
emosi kemelayuan dapat menjadi tali pertama: bahasa! Bukankah bahasa
pengikat harapan dan cita-cita bersama, Melayu telah sejak lama menjadi alat
membangun kembali keagungan ekspresi, alat adaptasi sosial, alat
kebudayaan Melayu. komunikasi, dan sarana yang membuka
Di masa depan, kiprah yang telah peluang seluas-luasnya untuk
dimainkan kebudayaan Melayu, tentu melakukan berbagai macam kerja sama?
saja dapat terus dikembangkan dengan Mengapa bahasa? Inilah beberapa
menjalin hubungan sosio-kultural argumen yang melandasinya.
dengan masyarakat Melayu serantau. Pertama, sejak abad ke-15
Hanya dengan itu pula, harapan bahasa Melayu telah memainkan
menempatkan kembali kebesaran dunia peranan penting di wilayah Nusantara,
Melayu bukanlah sesuatu yang mustahil. tidak hanya untuk kepentingan
Masalahnya kini tinggal bagaimana komunikasi antarsuku bangsa pribumi,
masyarakat Melayu sendiri menyadari tetapi juga bagi para pelayar dari Eropa,
dan berusaha mengangkat kembali khususnya Portugis dan Belanda.
kebesaran kebudayaannya, baik dalam Catatan Francois Valentijn
lingkup lokal, nasional, regional, (Beschrijvinghe van Batavia, 1726)
maupun internasional. menyebutkan, bahwa bahasa Melayu
Sentimen kemelayuan yang coba tidak hanya dipakai penduduk di
diangkat untuk kepentingan dan tujuan Batavia, tetapi juga di seluruh Hindia
politik, sudah terbukti tidak lagi Belanda, bahkan sampai negeri Parsi.
populer, dan bahkan hanya akan Itulah sebabnya, Valentijn menyarankan
mengundang masalah yang jauh lebih agara kedatangan bangsa Belanda ke
kompleks. Jika sentimen keagamaan Nusantara diikuti juga oleh usaha
yang hendak diusung, juga akan memperkenalkan bahasa Belanda
menghadapi kendala yang pasti tidak kepada penduduk pribumi agar dapat
sederhana. Bahkan, sangat mungkin bersanding dengan bahasa Portugis
hanya akan mengundang konflik yang lebih dahulu disebarkan dan
internal terutama jika itu digunakan bahasa Melayu yang sudah menjadi alat
sebagai alat perjuangan bagi komunikasi yang paling luas
masyarakat Melayu di Riau, Singapura, penyebarannya. 15

Malaysia, mengingat heterogenitas Sampai sekarang, dibandingkan


kondisi keagamaan di ketiga wilayah itu. dengan bahasa etnis yang lain, bahasa
Apakah kemudian pilihannya jatuh pada Melayu –yang kemudian menjadi bahasa
sentimen kultural kemelayuan? Indonesia, bahasa kebangsaan Malaysia,
Pertanyaan berikutnya –sebagaimana Brunei Darussalam, dan menjadi salah
telah dikemukakan di bagian awal— (1) satu bahasa kebangsaan di Singapura—
ekspresi yang dapat dipahami bersama termasuk bahasa yang paling luas
dan mengejawantah dalam bentuk penyebarannya dan paling besar jumlah
bahasa; (2) ekspresi dalam bentuk
perilaku, sikap, tata nilai, norma, etos
15
Kees Groeneboer, Jalan ke Barat: Bahasa
Belanda di Hindia Belanda 1600—1950. Jakarta:
kerja, tradisi, ideologi dan pandangan
Erasmus Taalcentrum, 1995. Lihat juga Harimurti
hidup masyarakat Melayu serumpun, Kridalaksana (Ed.), Masa Lampau Bahasa
atau (3) ekspresi dalam bentuk berbagai Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta:
macam ragam kesenian yang hidup dan Kanisius, 1991. Sutan Takdir Alisjahbana, “Bahasa
berkembang di kawasan Semenanjung Indonesia,” Poedjangga Baroe, No. 5, I, November
1933, hlm. 150.
Melayu?

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 21


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

penuturnya. Bukankah itu merupakan pada bahasa Melayu. Mengapa bahasa


sebuah ikon yang sejak lama menjadi Melayu selalu menjadi pilihan terbaik
milik bersama, dikenal dan dipahami dibandingkan bahasa Belanda, Portugis,
secara luas, dan menjadi sarana atau bahasa-bahasa etnik lain yang ada
ekspresi, komunikasi, kerja sama, dan di Nusantara?
kerangka berpikir masyarakat Secara linguistik, bahasa Melayu
Nusantara. Itulah potensi besar yang adalah bahasa yang begitu terbuka
membuka jalan bagi usaha mengangkat menerima unsur bahasa asing. Dengan
martabat Melayu? demikian, ia berkembang dan terus-
Kedua, masih berdasarkan menerus mengikuti perkembangan
catatan Francois Valentijn zaman. Selain itu, secara gramatika,
(Beschrijvinghe van Amboina, 1724) bahasa Melayu cenderung mudah, tidak
tentang bahasa Melayu, disebutkan njlimet (rumit), dan luwes, lantaran
bahwa “bahasa ini indah, bagus sekali, sifatnya yang selalu dapat
merdu bunyinya, dan kaya, yang menyesuaikan diri dengan
disamping bahasa Portugis, merupakan perkembangan zaman. Jika secara
bahasa yang dapat dipakai di seluruh sosiologis bahasa Melayu sudah sejak
Hindia, sampai ke Parsi, Hindustan, dan lama menjadi lingua franca di wilayah
negeri Cina… Bahasa Melayu hampir Nusantara, maka sesungguhnya bahasa
menjadi bahasa Latin atau bahasa Melayu sangat potensial menjadi bahasa
Perancis di Eropa.” Jika orang-orang resmi di kawasan ini.
Eropa sudah sejak lama begitu kagum Adanya kerja sama kebahasaan
kepada bahasa Melayu, lalu mengapa yang sudah berlangsung beberapa lama
pula kini kita tidak merasa bahwa antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei
bahasa Melayu sesungguhnya Darussalam, serta kerja sama dalam
merupakan kekayaan kultural yang berbagai bidang kebudayaan
dapat membanggakan warga puak dan masyarakat Melayu serumpun, tentu
bangsanya sendiri. saja merupakan langkah yang baik bagi
Ketiga, penelitian mendalam terbukanya peluang menjadikan bahasa
yang dilakukan Kees Groeneboer (1995) Melayu –atau bahasa apa pun
tentang bahasa Belanda di Hindia namanya—sebagai bahasa resmi di
Belanda (1600—1950) menyebutkan, kawasan Asia Tenggara. Pertanyaannya:
bahwa sudah sejak tahun 1600-an tarik- mengapa kerja sama kebahasaan yang
menarik pengaruh antara bahasa berlangsung beberapa tahun lamanya
Portugis, Belanda, dan Melayu, justru itu sampai sekarang belum juga
pada akhirnya mengangkat bahasa membuahkan kesepakatan mengenai
Melayu ke taraf tertinggi.16 Dalam pemakaian bahasa resmi di kawasan
sistem pengajaran dan pemakaiannya Asia Tenggara, atau paling tidak, bahasa
dalam birokrasi pemerintahan kolonial, resmi di kawasan Indonesia, Malaysia,
pemaksaan penggunaan bahasa dan Brunei Darussalam?
Belanda, terbukti selalu mendatangkan
kegagalan.17 Maka pilihan terbaik jatuh
Internasional Bahasa dan Sastra Indonesia--
16
Kees Groeneboer, Jalan ke Barat: Bahasa Melayu, kerja sama Universitas Pakuan, dengan
Belanda di Hindia Belanda 1600—1950. Jakarta: Dewan Bahasa dan Pustaka. Bogor, Universitas
Erasmus Taalcentrum, 1995. Pakuan, Bogor, 14-16 September 2002. Dimuat
dalam Jurnal Insania, STAIN Purwokerto, Vol. 14,
Lihat Maman S Mahayana, “Perkembangan
17
No. 3, September—Desember 2009, hlm. 395—
Bahasa Indonesia—Melayu di Indonesia dalam 424.
Konteks Sistem Pendidikan,” Makalah Seminar

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 22


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

Keempat, sejarah mencatat, yang begitu besar dan penyebarannya


pengangkatan bahasa Melayu menjadi yang begitu luas, maka bahasa Melayu
bahasa Indonesia telah menempatkan (atau bahasa Indonesia) potensial
bahasa Indonesia, tidak hanya sebagai menjadi bahasa antarbangsa, setidak-
bahasa kebangsaan, bahasa resmi tidaknya berlaku di kawasan Asia
negara, tetapi juga sebagai bahasa yang Tenggara sebagaimana yang terjadi di
berhasil menanggalkan fanatisme etnik masa lalu. Oleh karena itu, peningkatan
dan kedaerahan serta mampu kerja sama di bidang bahasa dan sastra
menumbuhkan semangat persatuan antarnegara di kawasan Asia Tenggara,
keindonesiaan. Jadi, ia berperan sebagai mutlak diperlukan guna mewujudkan
salah satu alat persatuan bangsa, harapan itu. Perhatikan kutipan James
sebagaimana tersurat dalam butir ketiga T. Collins (2005: 103-104) berikut ini:
teks Sumpah Pemuda: “ ... menjunjung Ketiga negara ini (Indonesia,
bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Malaysia, dan Brunei
Kelima, sebagaimana dikatakan Darussalam: msm), telah aktif
dalam pepatah lama: “Bahasa mempromosikan bahasa Melayu
mencerminkan bangsa!” itu berarti sebagai suatu fenomena
perilaku dan sikap budaya suatu internasional dan berusaha
masyarakat tercermin pula dari bahasa menarik komunitas penutur
yang digunakannya. Jika memang dunia bahasa Melayu di Thailand, Sri
Melayu hendak dikembangkan dan kita Langka, Australia, Kamboja, dan
coba menggali potensi-potensinya, penutur bahasa Melayu di Afrika
maka tidak dapat lain, salah satu Selatan yang lebih dekat dengan
sarananya dapat dilakukan melalui arus utama pembangunan
bahasanya, bahasa Melayu. Ia pada budaya dan ekonomi penutur
akhirnya tidak sekadar mengangkat bahasa Melayu di Asia Tenggara.
martabat dan marwah Melayu, tetapi Dilihat dari aspek sejarah,
juga mengangkat martabat bangsa sosiologi, linguistik, sastra dan budaya,
secara keseluruhan. tidak ada alasan untuk menolak usulan
(dan harapan) bahasa Melayu (atau
Wacana Bahasa Resmi Asean bahasa Indonesia) menjadi bahasa
Begitulah perjalanan panjang resmi kedua—setelah bahasa Inggris
riwayat bahasa Melayu menegaskan yang digunakan di negara-negara Asean.
kepada kita tentang kedudukan, Langkah berikutnya adalah bagaimana
martabat, dan reputasi bahasa Melayu bahasa Melayu (atau bahasa Indonesia)
yang tidak dapat tergantikan, baik oleh menjadi bahasa resmi yang digunakan
bahasa daerah mana pun, maupun oleh dalam persidangan Perserikatan
bahasa asing, terutama Belanda dan Bangsa-Bangsa (PBB).
Inggris. Melihat jumlah penuturnya ***
(bahasa Indonesia dan bahasa Melayu)18 Berkaitan dengan usulan bahasa
resmi Asean, muncul dua wacana yang
kini berkembang. Pertama, memilih
bahasa Melayu sebagaimana yang
18
James T. Collins, (Bahasa Melayu, Bahasa
Dunia: Sejarah Singkat, Jakarta: Yayasan Obor
diusulkan Perdana Menteri Malaysia,
Indonesia, 2005, hlm. 104) mencatat, bahwa jumlah
penutur bahasa Melayu yang fasih sekarang ini, Dato’ Ismail Sabri Yakoob dalam
baik sebagai bahasa pertama, maupun sebagai
bahasa kedua, diperkirakan 150—200 juta di
seluruh dunia. Menurut Collins, pada tahun 2020, penutur bahasa Melayu (atau bahasa Indonesia)
jumlah penutur bahasa Melayu di seluruh dunia sudah mencapai lebih dari 300-an juta.
mencapai 300 juta orang. Jadi, sekarang jumlah

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 23


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

pidatonya di Istana Negara di depan peristiwa penetapan bahasa Indonesia


Presiden Joko Widodo (1/4/2022). sebagai bahasa persatuan, sebagaimana
Wacana ini mendapat sambutan dan tertuang dalam butir ketiga Sumpah
dukungan luas masyarakat Melayu di Pemuda, tidak hanya menumbuhkan
kawasan Semenanjung yang semangat persatuan Indonesia, tetapi
menempatkan bahasa Melayu sebagai juga sebagai pemantik yang melahirkan
bahasa ibu atau bahasa pertama. Kedua, konsep Indonesia yang dibayangkan:
memilih bahasa Indonesia, dan bukan bertanah air, berbangsa, dan
bahasa Melayu. Alasannya: (i) menjunjung bahasa persatuan.
perkembangan pesat bahasa Indonesia Sumpah Pemuda, 28 Oktober
telah menempatkan bahasa Indonesia 1928, adalah salah satu titik berangkat
lebih maju dan kosa katanya lebih kaya. perjuangan kemerdekaan Indonesiaan,
Dalam konteks ini, bahasa Indonesia 17 Agustus 1945. Dapat dipahami jika
lebih leluasa menyerap kosa kata dalam UUD 1945, Pasal 36, tercantum
bahasa asing dan bahasa etnik, di luar pernyataan, “Bahasa Negara adalah
bahasa Melayu sebagai asal dan dasar bahasa Indonesia” yang menegaskan
bahasa Indonesia;19 (ii) bahasa fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
Indonesia dipelajari di berbagai persatuan bagi bangsa heterogen yang
universitas dan institusi di multietnik yang memiliki ratusan
mancanegara; (iii) pengangkatan bahasa bahasa daerah. Pengangkatan bahasa
Melayu sebagai bahasa Indonesia Melayu sebagai bahasa Indonesia
menempatkan bahasa Indonesia sebagai merupakan keputusan politik, tetapi
bahasa persatuan yang mengatasi berkat keputusan politik itu pula
sentimen etnik dan berbagai Indonesia punya konsep tanah air,
keberagaman yang melekat pada suku- bangsa, dan bahasa persatuan yang
suku bangsa di Indonesia; (iv) pemilihan menjadi cikal bakal penamaan Negara
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Asean, tidak berarti hendak mengubur Bukankah ketika itu (28 Oktober 1928)
sejarah panjang keagungan puak Melayu Indonesia sebagai sebuah negeri (tanah
dan reputasi bahasa Melayu; (v) air) dan bangsa yang merdeka, belum
ada, belum wujud?20 Atas peranan dan
19
Pernyataan bahasa Indonesia lebih maju dengan fungsi bahasa Indonesia itu pula salah
kosa kata yang lebih kaya daripada bahasa Melayu satu pertimbangan dicantumkannya
dimungkinkan oleh beberapa faktor berikut: (i)
kosa kata etnik atau yang berasal dari bahasa
daerah yang dianggap sudah menjadi bagian dari
kebudayaan Indonesia dapat diserap sebagai bahasa
Indonesia, misalnya, ngaben, subak (Bali), siri
20
(Bugis), carok (Madura), koteka (Papua); (ii) Nama Indonesia pertama kali diperkenalkan J.R.
pengindonesiaan berbagai istilah keilmuan yang Logan (1850). Adolf Bastian dalam buku
dimulai sejak zaman Jepang sampai sekarang, telah Indonesien (1884) mempopulerkannya sebagai
menghasilkan ribuan istilah bahasa Indonesia; (iii) bangsa yang mendiami wilayah indos ‘India’ dan
pengindonesiaan berbagai istilah atau kata dari nesos ‘pulau’. Artinya, Indonesia adalah sebuah
bahasa asing; (iv) pencatatan kosa kata Melayu wilayah (dan bangsa) yang mendiami gugusan
yang hidup di masyarakat, tetapi belum tercatat pulau(-pulau). Pulau-pulau itulah yang dikenal
dalam kamus bahasa Indonesia; (v) pencatatan sebagai wilayah Nusantara. Jadi, secara de facto,
ungkapan atau kosa kata baru yang hidup di wilayah Indonesia memang sudah ada sejak entah
masyarakat, baik yang diambil dari bahasa daerah, kapan. Tetapi, secara de jure, wilayah itu berada di
seperti keukeuh, ngeyel, ngotot, ger, greget, dan bawah penguasaan bangsa asing (Belanda).
seterusnya, maupun kata atau akronim hasil Pertanyaannya: apakah kini kita perlu menolak
bentukan baru, misalnya, berdikari, sinetron, vigim, nama Indonesia lantaran yang mula
drakor, baper, dan seterusnya. mempopulerkannya bangsa asing?

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 24


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

bahasa Indonesia sebagai bahasa negara tarik-menarik bahasa Melayu dan


dalam Pasal 36 UUD 1945!21 bahasa Indonesia yang hendak
Tarik-menarik antara bahasa ditetapkan sebagai bahasa resmi Asean,
Melayu atau bahasa Indonesia yang agaknya tetap akan menghadapi
hendak dipilih dan ditetapkan sebagai kendala: (1) Indonesia tegas tidak dapat
bahasa resmi Asean—setelah bahasa menerima pilihan bahasa Melayu
Inggris, dalam kenyataannya, cukup sebagai bahasa resmi Asean mengingat
problematik. Tarik-menarik itu tidak pertimbangan historis dan nasionalisme
terlepas dari persoalan yang yang berkaitan dengan fungsi dan
melatarbelakanginya, yaitu (i) sejarah peranan bahasa Indonesia sebagai
panjang bahasa Melayu dengan negara; (2) Malaysia dan Brunei
penyebarannya yang luas, jumlah Darussalam tetap memilih bahasa
penuturnya yang siginifikan, kuatnya Melayu sebagai bahasa resmi Asean, dan
sentimen kemelayuan, dan reputasinya bukan bahasa Indonesia, juga atas
sebagai bahasa antarbangsa, (ii) sejarah pertimbangan historis dan reputasinya
kelahiran bahasa Indonesia yang sebagai bahasa antarbangsa.
berfungsi dan berperan sebagai bahasa Atas pertimbangan itu, bolehlah
persatuan bagi bangsa Indonesia yang kiranya diperlukan skenario lain yang
heterogen dan multietnik.22 Oleh sebab mungkin dapat diterima berbagai pihak,
itu, posisi bahasa Indonesia tidak dapat yaitu mengusulkan nama baru yang di
dilepaskan dari perkara nasionalisme dalamnya merepresentasikan akar
Indonesia. Perkara nasionalisme yang bahasa nasional negara-negara Asean!
melekat pada bahasa Indonesia itulah Dengan langkah politik, terutama
yang tidak terjadi di banyak negara yang menetapkan bahasa resmi Asean, jalan
kelahiran bahasa nasionalnya berkaitan lempang terbuka menuju harapan ideal
dengan kemerdekaan bangsa. membangun kebesaran dunia: tamadun
Jika bercermin pada peristiwa Melayu.
Kongres Pemuda Pertama, 1926, yang
gagal ketika hendak merumuskan Rekomendasi
bahasa persatuan Indonesia—yang
ketika itu Muhammad Yamin 1. Perlu menciptakan nama
mengusulkan bahasa Melayu, maka (bahasa) baru, misalnya, bahasa
Nusantara, yang asal dan
21
Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa dasarnya dari bahasa Indonesia,
persatuan ini memang unik. Bagaimana mungkin
Malaysia, Brunei, dengan tetap
kelahiran sebuah bahasa seketika mengatasi
bahasa-bahasa yang sudah mempunyai sejarah mempertimbangkan perluasan
panjang? Tetapi, keputusan politik sudah dan penambahan kosa kata baru
menetapkan demikian dan faktanya, justru lantaran sesuai tuntutan dan
adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, perkembangan zaman.
konflik etnik dan persoalan disintegrasi relatif
dapat dihindarkan.
2. Perlu menanggalkan snobisme,
primordialisme, dan sikap
22
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 2015), nasionalisme yang berlebihan
Indonesia memiliki 718 bahasa daerah dengan 14 demi kepentingan bersama.
bahasa daerah yang penuturnya berada di atas satu
3. Perlu kesadaran bersama, bahwa
juta jiwa. Dengan kehadiran bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan, sentimen kedaerahan dengan “lahirnya” bahasa baru,
lesap dalam semangat persatuan Indonesia. Itulah bahasa Melayu tidak akan hilang
sebabnya, Indonesia menamakan negaranya di bumi.
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia 4. Perlu tindakan bersama untuk
(NKRI).
mendesak pemerintah masing-

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 25


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

masing punya keinginan politik 19, Jakarta: Indonesian-


mewujudkan (i) kesepakatan Netherlands Cooperation in Islamic
bersama penamaan bahasa baru Studies (INIS), 1998
yang digunakan di kawasan Collins, James T. Bahasa Melayu, Bahasa
Asean; (ii) mengubah atau Dunia: Sejarah Singkat, Jakarta: Yayasan
menambah keputusan Obor
pemakaian bahasa Inggris dalam Indonesia, 2005.
pertemuan kenegaraan tingkat Darmawidjaja. “Tentang Bahasa.”
Asean. Poedjangga Baroe, No. 12, Th. I, Djoeni
5. Perlu kesepakatan bersama dan 1934.
keputusan politik pemerintah Groeneboer, Kees. Jalan ke Barat:
Indonesia, Malaysia, Brunei Bahasa Belanda di Hindia Belanda
Darussalam, dan Singapura—jika 1600—1950,
mungkin juga pemerintah Jakarta: Erasmus Taalcentrum,
Thailand, Filipina, Timor Leste, 1995.
Kamboja, dan Vietnam untuk Iskandar, Nur St. “Peranan Balai Pustaka
menetapkan bahasa resmi Asean, dalam Perkembangan Bahasa
apa pun nama bahasanya! Indonesia.” Pustaka
dan Budaja, No. 8, Th. II, 1960. E.
DAFTAR PUSTAKA Ulrich Kratz (Peny.). Sumber Terpilih
Abdullah, Hj. Wan Mohd. Shaghir. Sejarah
“Karya-Karya Klasik Abad 16: Bukti Sastra Indonesia Abad XX.
Bahasa Melayu Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
Bahasa Ilmu.” Jurnal Dewan 2000.
Bahasa, Februari 1990. Iskandar, Teuku. Kesusasteraan Klasik
Albach, Philip G. and Gail P. Kelly (Eds.) Melayu Sepanjang Abad, Jakarta: Libra,
Education and Colonialism. New York: 1996
Longman, 1978. Jamin, Muhammad. Sumpah Indonesia
Alisjahbana, Sutan Takdir, “Pengadjaran Raja. Bukit Tinggi: Nusantara, 1955.
Bahasa” Poedjangga Baroe, No. 2, Th. I, Dimuat juga
Agoestoes 1933. dalam E. Ulrich Kratz. (Peny.).
-------------------------------. “Bahasa Sumber Terpilih Sejarah Sastra Indonesia
Indonesia.” Poedjangga Baroe, No. 5, I, Abad
November XX. Jakarta: Kepustakaan Populer
1933. Gramedia, 2000.
-------------------------------. “Soal Bahasa Kridalaksana, Harimurti (Ed.). Masa
dalam Sekolah Kebangsaan” Poedjangga Lampau Bahasa Indonesia: Sebuah
Baroe Bunga Rampai.
No. 10, Th. I, April 1934, hlm. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Liaw, Yock Fang, Sejarah Kesusastraam
Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad Melayu Klasik, Jilid 1-2, Jakarta:
XVII & Erlangga, 1991,
XVIII: Akar Pembaruan Islam 1993. Cetakan Pertama,
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2013. Singapore: Pustaka Nasional, 1975.
Braginsky, V.I. Yang Indah, Berfaedah Lombard, Denys. Nusa Jawa: Silang
dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Budaya: Batas-Batas Pembaratan.
Abad 7— Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 26


Maman S Mahayana
Dunia Melayu: Tantangan dan Prospeknya di Masa Depan

Mahayana, Maman S. Akar Melayu: 2021, Faculty of Social Sciences


Sistem Sastra dan Konflik Ideologi di and Humanities UTM Johor
Indonesia dan Bahru, Malaysia, 14—15
Malaysia. Magelang: Indonesia November 2021
Tera, 2001. Moain, Amat Juhari. “Sejarah Tulisan
---------------------------. Bahasa Indonesia Jawi.” Jurnal Dewan Bahasa, November
Kreatif. Jakarta: Penaku, 2015. 1991.

---------------------------. “Perkembangan Nagazumi, Akira. Bangkitnya


Bahasa Indonesia—Melayu di Indonesia Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Pustaka
dalam Utama Grafiti,
Konteks Sistem Pendidikan,” 1989.
Jurnal Insania, STAIN Purwokerto, Vol. Niel, Robert van. Munculnya Elit Modern
14, No. 3, Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya, 1984.
September—Desember 2009, Sedyawati, Edi, dkk. (Ed.), Sastra Melayu
hlm. 395—424. Lintas Daerah (Jakarta: Pusat Bahasa,
---------------------------. “Memartabatkan 2004
Citra dan Kedaulatan Bahasa Melayu di Wawancara dengan Dheni Kurnia, 3
Persada Februari 2021.
Dunia” Kertas Kerja Persidangan Wawancara dengan Raja Malik, 15 Juli
antarbangsa Bahasa Melayu 2019.

Nura: Jurnal Nusantara Raya Vol. 1 No. 1 (2022) | 27

Anda mungkin juga menyukai