st
ak
a-
in
do
.b
lo
gs
po
t.c
om
001/I/15 MC
Konflik Bersejarah
om
t.c
po
gs
lo
.b
do
in
a-
ak
st
pu
001/I/15 MC
om
1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
t.c
Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2)
po
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
gs
Nino Oktorino
777141875
ISBN: 978-602-02-4779-3
om
t.c
po
gs
lo
.b
do
in
a-
ak
Pendahuluan ............................................................ 1
1. Perjudian Montgomery ......................................... 5
2. Pasukan Jerman di Belanda ................................ 33
3. Go, Go, Go ............................................................ 67
4. Jalan Raya Neraka ............................................... 101
5. Jembatan yang Berdarah ..................................... 123
6. Makam Pasukan Lintas Udara Inggris .................. 147
Daftar Pustaka ......................................................... 167
v
001/I/15 MC
Neraka di Normandia
Legiun Arya Kehormatan
Runtuhnya Hindia Belanda
Singa Bosnia: Sejarah Divisi SS Handschar
Neraka di Front Timur
Dalam Cengkeraman Dai Nippon
Greatest Raids: Kisah-kisah Operasi Pembebasan Sandera
Waffen-SS: Pasukan Elit Pengawal Hitler
Perang yang Tidak Boleh Dimenangkan: Kisah Perang Korea,
1950–1953
Luftwaffe: Kisah Angkatan Udara Jerman Nazi, 1935–1945
Ensiklopedi Pendudukan Jepang di Indonesia
Enam Hari yang Mengguncang Dunia: Kisah Perang Arab-
Israel 1967
Bebaskan Mussolini!
Meine Ehre heißt Treue: Kisah Divisi SS Leibstandarte
Sieg Heil! Kisah Pendirian Reich Ketiga
Perang Demi Perdamaian: Kisah Perang Yom Kippur 1973
Target Tito: Kisah Operasi Militer Jerman Menyingkirkan Sang
Pemimpin Partisan Yugoslavia
001/I/15 MC
1
001/I/15 MC
om
t.c
po
gs
lo
.b
do
in
a-
ak
st
pu
001/I/15 MC
P E NDA H UL UA N
yang lain. Jika sekutu Amerika mereka, yang diterjunkan
lebih ke selatan, gagal merebut satu pun jembatan maka
seluruh divisi Inggris itu kemungkinan besar akan terpo-
tong dari rekan-rekannya dan ditangkap atau dihancurkan
lawan. Bahkan penundaan kedatangan pasukan darat
juga akan menimbulkan hasil serupa karena, sekalipun
pasukan lintas udara terlatih dengan sangat baik, mereka
kekurangan senjata pendukung dasar bagi sebuah unit
infanteri, seperti tank dan artileri berat, sehingga tidak
bisa diharapkan dapat bertahan lama menghadapi musuh
yang memiliki banyak perlengkapan seperti itu.
Sekalipun demikian, Operasi Market-Garden adalah
rencana kesayangan Montgomey, pahlawan perang Inggris
yang belum pernah terkalahkan. Bahkan sekalipun beri-
siko, rencana ini cukup masuk akal dan ambisius: sa-
saran akhir dari operasi nekad ini adalah merebut se-
buah jembatan yang melintang di atas Sungai Rhein
untuk mengapit jantung Reich Ketiga dan berusaha mem-
percepat berakhirnya perang di Eropa. Apalagi musuh
yang diperkirakan harus dihadapi di kawasan penerjunan
hanya garnisun setempat yang terutama terdiri atas orang-
orang tua veteran Perang Dunia I dan remaja tanggung
dari barisan Pemuda Hitler, serta pasukan yang compang-
camping setelah bencana besar yang menimpa tentara
Jerman di Normandia, sama sekali bukan lawan dari se-
buah divisi elite lintas udara—paling tidak, demikianlah
opini Sekutu.
Namun pandangan Sekutu bahwa tidak akan ada per-
lawanan berarti lawan di Arnhem ternyata meleset jauh.
Apalagi, tanpa sepengetahuan mereka, sebuah korps
panzer Waffen-SS yang tangguh tengah berada di daerah
tersebut untuk beristirahat dan diperkuat kembali. Bah-
kan sekalipun telah diluluhlantakkan di Normandia dan
jauh lebih lemah daripada Divisi Lintas Udara ke-1 Ing-
001/I/15 MC
001/I/15 MC
perjudian
montgomery
5
001/I/15 MC
M O N T G O M E RY
Sekalipun keduanya sepakat untuk mendesak terus
pasukan Jerman guna mencegah musuh menyusun kem-
bali kekuatannya dan mendirikan suatu garis pertahanan
baru di sebelah timurlaut Prancis, Eisenhower ingin men-
desak Jerman setapak demi setapak dengan membuka
P E R J U D I AN
front yang lebih luas. Namun Monty melihat suatu ke-
sempatan besar untuk meng-KO pasukan Jeman dengan
menyerangnya dari utara. Dalam perintahnya untuk aksi
tersebut, secara antusias dia mengatakan: ”Sasaran kita
sebenarnya adalah kawasan Ruhr.” Apabila kawasan in-
dustri utama Jerman ini berhasil direbut, Hitler bukan ha-
nya akan kehilangan sebagian besar pabrik dan tambang
om
batu bara yang penting dan melumpuhkan mesin militer
Nazi tetapi juga membuat wilayah barat Jerman terbuka
t.c
po
gs
lo
.b
do
in
a-
ak
st
pu
M O N T G O M E RY
bagi suplai Sekutu, Monty mendesak agar tusukan pa-
sukan Sekutu hanya ditujukan ke Ruhr saja untuk me-
mastikan kekalahan Jerman dan mengakhiri peperangan
di Eropa secepat mungkin. Dia memperingatkan bahwa,
dengan mendekatnya musim dingin, strategi lainnya hanya
P E R J U D I AN
akan membuat peperangan menjadi mandek karena front
akan melemah akibat tersebarnya suplai dan pasukan.
Eisenhower menolak menerima argumentasi Monty.
Membatasi kedua kelompok satuan darat Sekutu di satu
sektor saja, demikian menurutnya, akan mengundang
Jerman melancarkan serangan balasan di sektor lainnya.
Apalagi menurutnya, jalur yang dipilihnya untuk dilewati
om
pasukan Inggris bukan hanya akan merebut situs-situs
peluncur roket V-2 yang membomi Inggris tetapi juga akan
t.c
memotong jalur pelarian Satuan Darat ke-15 Jerman, yang
po
M O N T G O M E RY
menguasai pintu masuk ke pelabuhan utama Belgia ter-
sebut. Melihat keadaan suplai yang kritis, demikian argu-
mentasi Monty, sulit sekali untuk memenuhi kebutuhan
seluruh kesatuan Sekutu agar dapat mendesak maju di
suatu front yang luas. Jauh lebih masuk akal, demikian
P E R J U D I AN
desaknya, untuk menghentikan Satuan Darat ke-3 Ame-
rika maupun Satuan Darat ke-1 Kanada, memberikan
mereka cukup perbekalan untuk bersikap bertahan, dan
mengerahkan seluruh usaha di belakang Satuan Darat
ke-2 Inggris dan Satuan Darat ke-1 Amerika. Kedua sa-
tuan darat ini akan melancarkan serangan besar-besaran
melalui Belanda dan merebut Ruhr. Sebagai pendahuluan
serangan itu, Montgomery menyampaikan kepada Eisen-
hower sebuah rencana yang berani, dikenal dengan nama
Operasi Market-Garden.
Montgomery menyarankan penerjunan tiga divisi dari
Satuan Lintas Udara ke-1 Sekutu, pasukan cadangan
strategis Sekutu, di sepanjang jalan raya yang menghu-
bungkan tiga kota Belanda, yaitu Eindhoven, Nijmegen,
dan Arnhem. Pasukan lintas udara akan merebut serang-
kaian jembatan yang melintang di atas terusan serta ti-
ga sungai besar, membersihkan jalan dari musuh dan
mempertahankannya agar tetap terbuka. Tahap operasi
ini dinamakan Market. Kemudian, dalam suatu gerakan
berisiko yang terkoordinasi yang disebut Garden, unit-unit
lapis baja Inggris akan menerobos melewati jembatan-
jembatan itu dan kota-kota di sepanjang jalur tersebut
guna bergabung dengan pasukan lintas udara. Tank-tank
Inggris akan melaju sejauh 159 km menuju Zuider Zee,
kemudian berbelok ke timur, mengapit Tembok Barat
Jerman, dan bergerak untuk merebut Ruhr.
Rencana berani ini sangat mengejutkan rekan-rekan
sejawat Montgomery, yang mengenalnya sebagai orang
yang hati-hati dan sangat teliti. ”Petualangan yang begitu
001/I/15 MC
M O N T G O M E RY
pasukan Kanada dan Satuan Darat ke-3 Amerika demi
mengutamakan sebuah tusukan oleh pasukan Inggris dan
Satuan Darat ke-1 Amerika, tetapi dia menyetujui Market-
Garden dan menjanjikan Montgomery bahwa dia akan
memperoleh suplai yang memadai untuk melancarkan
P E R J U D I AN
operasi tersebut.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Eisenhower,
Montgomery ingin segera memulai operasi itu sebelum
cuaca yang buruk maupun pulihnya kekuatan Jerman
mengurangi kesempatannya untuk meraih keberhasilan.
Dia memilih tanggal 17 September sebagai Hari H, sebuah
tenggat waktu yang hanya memberikan waktu tujuh hari
bagi stafnya untuk menyusun rencana—waktu yang
benar-benar tidak memadai untuk merencanakan suatu
operasi yang rumit secara menyeluruh.
001/I/15 MC
M O N T G O M E RY
PETA RENCANA SERANGAN DALAM
OPERASI MARKET-GARDEN
Ijs
sel
Zwolle
P E R J U D I AN
Zuider Zee
AMSTERDAM
Deventer
Hilversum Apeldoorn
Rencana serangan
dari Arnhem
BELANDA Divisi
Linud ke-1
Zutphen
Inggris
Utrecht Deelen
Ede
Rhine Hilir Oosterbeek
Ke Rotterdam
ARNHEM
Driel
Waal
NIJMEGEN
Hatert Rhine
Divisi
Linud
JER
ke-82 AS Grave
Teru
MA
san W Uden
ilhe
lmi
N
na Veghal
Divisi
Tilburg St. Oedeenrode Linud
Zon ke-101 AS
EINDHOVEN Sasaran
Aalst
Turnhout Valkenswaard
Gerakan Korps XXX
Ke Antwerp
Terusan Meuse-Escaut Roermond
Gheel
Leopoldsburg Hechtel
Garis depan 17
September
BELGIA
001/I/15 MC
Airspeed Horsa
FAR
Awak : 2 orang
Kapasitas Angkut : 25 orang prajurit
Berat : - kosong 3,804 ton
- penuh 7,045 ton
Panjang : 20,43 meter
Lebar : 3,65 meter
Tinggi : 5,95 meter
Rentang sayap : 26,83 meter
Kecepatan : - ditarik 242 km/jam
- melayang 160 km/jam
M O N T G O M E RY
Urquhart di Moor Park tidak memperlihatkan sikap yang
sama. Dia telah bertemu Montgomery dan saat melihat
rencana yang dibuat bagi Divisi Lintas Udara ke-1 Inggris
di Arnhem, Browning mengatakan kepada marsekal itu:
”Kukira kita menyasar sebuah jembatan yang terlalu
P E R J U D I AN
jauh.”
Montgomery mengabaikan perkataan bawahannya itu.
Ketika ditanyai untuk berapa lama pasukan lintas uda-
ra diizinkan bertahan di jembatan Arnhem, Marsekal ter-
sebut menjawab dengan enteng, ”Dua hari sudah cukup.
Pasukanku akan segera bergabung dengan anak-anak
lintas udara …!”
Namun sikap percaya diri Montgomery tersebut tidak
dimiliki oleh Browning. Menurut Browning, waktu yang
ideal adalah empat hari. Dia khawatir akan keberadaan
Satuan Darat ke-2. Pasukan ini masih terlalu jauh untuk
segera tiba di kawasan Arnhem. Pasukan Inggris itu ter-
diri atas Korps XXX pimpinan Jenderal Horrocks. Di lam-
Jenderal Horrocks, panglima Korps XXX Inggris yang menjadi ujung tombak
pasukan darat dalam Operasi Garden. (Sumber: Axis History Forum)
001/I/15 MC
Divisi Lintas Udara ke-82 dibentuk pada bulan Agustus 1942 dari sebuah
divisi infanteri dengan nomor yang serupa. Pada bulan April 1943, mereka
diterjunkan di Afrika Utara sebelum kemudian dikirimkan untuk menyerang
Sisilia di Italia. Ketangguhan anggotanya membuat divisi ini dijuluki pasukan
Jerman sebagai ”Devils in Baggy Pants”, yang kemudian digunakan sebagai
nama tidak resmi divisi Amerika tersebut.
Divisi lintas udara ini kemudian ikut serta dalam penerjunan untuk mem-
bangun landas serbu Sekutu di Normandia sebelum pendaratan pasukan da-
ratnya. Setelah menyelesaikan misinya, mereka kemudian kembali ke Inggris
dan, pada bulan Agustus 1944, dihimpun ke dalam Satuan Lintas Udara ke-1
Sekutu. Pada pertengahan September, bersama dua divisi lintas udara Sekutu
lainnya, Divisi ke-82 diikutsertakan dalam Operasi Market-Garden dan ber-
hasil merebut sasaran-sasarannya yang berada di antara Grave dan Nijmegen.
Namun kemenangannya berusia pendek karena kekalahan pasukan Sekutu
dalam pertempuran di Arnhem.
Divisi Lintas Udara ke-82 kemudian memainkan peranan penting dalam
menghadang serangan terakhir Hitler di Ardennes dalam Pertempuran Ton-
jolan. Mereka kemudian diikutsertakan dalam serangan Sekutu ke Ruhr, di
mana mereka berhasil menangkap 100.000 prajurit Jerman dalam waktu satu
hari. Setelah penyerahan Nazi, Divisi ke-82 ditugaskan sebagai bagian pasu-
kan pendudukan Sekutu di Jerman.
001/I/15 MC
M O N T G O M E RY
P E R J U D I AN
▲ Para prajurit dari sebuah peleton Divisi Lintas Udara ke-82 berpose sebelum
memasuki pesawat terbang yang akan mengangkut mereka ke sasaran.
▼ Anggota Divisi Lintas Udara ke-82 memamerkan bendera Nazi yang berhasil
mereka rampas.
001/I/15 MC
Mayor Jenderal R.E. Urquhart, panglima Divisi Lintas Udara ke-1 Inggris berdiri di
depan markas besarnya. (Sumber: After the Battle)
001/I/15 MC
M O N T G O M E RY
tiknya mengena. Bantuan segera dikirimkan oleh pihak
Amerika melalui jalan darat dan udara. Setiap hari ribuan
ton dikirimkan untuk pasukan Inggris. Ini berlangsung
hingga tanggal 1 Oktober. Adanya bantuan logistik yang
besar ini membuat Montgomery akhirnya menetapkan se-
P E R J U D I AN
rangannya sesuai jadwal, 17 September 1944.
Jenderal Browning memberitahukan Urquhart bahwa
dia telah menyarankan kepada RAF agar menyetujui ada-
nya operasi penerjunan di siang hari. Karena terbatasnya
pesawat angkut, maka akan dilakukan tiga kali peng-
angkutan. Dalam Perang Dunia II, pasukan lintas udara
selalu mendapat kesulitan jika dibutuhkan karena jumlah
pesawat angkut kurang sekali.
Mayor Jenderal Urquhart menyarankan agar pihak
Amerika, yang memiliki banyak pesawat pengangkut, me-
ngerahkan pasukannya dalam kekuatan penuh. Mayor
Jenderal Taylor dan Divisi Lintas Udara ke-101 harus
terjun dengan kekuatan penuh. Demikian pula harus
diusahakan menerjunkan Divisi Lintas Udara ke-82 di
bawah Gavin dengan sekali angkut. Pasukan Urquhart
sendiri terpaksa harus diterjunkan tiga kali.
Untuk operasi tersebut, Urquhart membutuhkan 130
pesawat terbang untuk setiap brigade Para. Divisi Lintas
Udara ke-1 Inggris meliputi Brigade ke-1 dan ke-4 Para
serta Brigade Pendaratan Udara ke-1 yang diterjunkan
dengan pesawat layang. Pasukan ini diperkuat oleh
Brigade Para Independen ke-1 Polandia di bawah Mayor
Jenderal Stanislaw Sosabowski, di mana sebagian dari
pasukan ini juga diterjunkan dengan pesawat layang.
Kesulitan utama yang dihadapi oleh Urquhart adalah
dia harus menyerang sasaran melalui penerjunan terpisah.
Dia memerlukan tenaga yang banyak untuk merebut jem-
batan yang berada di kota Arnhem. Selain itu, dia juga
memerlukan kekuatan penuh untuk mengamankan zona
001/I/15 MC
M O N T G O M E RY
Ultra
P E R J U D I AN
Mesin Colossus adalah komputer elektronik pertama yang dapat diprogram dan
digunakan untuk menguraikan komunikasi Jerman selama Perang Dunia II.
Ultra adalah proyek intelijen Sekutu yang menyadap dan memecahkan sandi
komunikasi angkatan bersenjata Jerman, maupun Italia dan Jepang, yang
memberikan sumbangan besar bagi kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia
II. Bermarkas di Bletchley Park, di sebelah utara London, sekelompok ke-
cil pemecah sandi mengembangkan teknik untuk menguraikan pesan-pesan
sadapan yang disandikan oleh para operator Jerman yang menggunakan mesin
elektronik pembuat sandi, di mana yang paling penting adalah mesin Enigma
dan, kemudian, mesin Tunny yang lebih canggih. Aliran bahan intelijen mili-
ter tingkat tinggu itu kemudian diolah di Bletchley Park. Hasil penguraiannya
diteruskan kepada unit-unit militer Sekutu di lapangan, yang boleh dikatakan
mengetahui hampir seluruh detil operasi militer lawan bahkan sebelum para
komandan Jerman yang dihadapinya memperoleh rencana operasional itu.
Menurut sejumlah ahli sejarah, boleh jadi keberadaan Ultra mempercepat
kekalahan Jerman hingga sebanyak dua tahun lebih awal.
M O N T G O M E RY
mengadakan perlawanan yang sengit. Bala bantuan pa-
sukan Jerman akan lebih cepat tiba dan semakin kuat
untuk menangkal serbuan lawan. Keunggulan mereka
terletak dengan adanya senjata-senjata berat untuk
menghancurkan Sekutu. Hal inilah yang menjadi pikiran
P E R J U D I AN
Urquhart. Memang risiko besar yang harus dihadapi
dalam setiap serbuan lintas udara adalah tidak adanya
dukungan tembakan senjata-senjata berat. Urquhart pun
terpaksa menggantungkan diri pada satuan artileri berat
pasukan payung yang hanya memiliki meriam kaliber 75
mm.
Mayor Jenderal Urquhart dan stafnya mempersiap-
kan daerah penerjunan, tiga tempat di utara jalur kereta
api Arnhem-Utrecht. Kawasan itu pada peta diberi tanda
L, S, dan Y. Dua tempat lainnya di selatan rel kereta api
dan utara desa Heelsum ditandai dengan huruf X dan Z.
Pasukan Polandia akan didaratkan di selatan sungai yang
berhadapan dengan kota Arnhem. Apabila kota ini jatuh
ke tangan Sekutu, artileri penangkis serangan udaranya
harus dibungkam terlebih dahulu karena mereka ini telah
banyak mengambil korban di pihak RAF.
Urquhart memutuskan untuk menerjunkan terlebih
dahulu Brigade Para ke-1 dan sebagian dari Brigade Pen-
daratan Udara ke-1. Ini termasuk anggota Markas dan
beberapa unit divisi infanteri. Sebelum pasukan induk
diterjunkan, Kompi Independen ditugaskan memper-
siapkan zona penerjunan. Akan dikerahkan 12 pesawat
pemandu ditambah 143 pesawat Dakota dari Komando
Udara-9 Amerika untuk mengangkut Brigade Para ke-
1. Sisanya diangkut dengan pesawat layang. Pener-
junan kedua akan berlangsung 24 jam kemudian, di
mana induk pasukan dari Brigade Para ke-4 akan di-
terjunkan dengan 126 Dakota. Sisanya, termasuk Brigade
Pendaratan Udara, akan mendarat dengan 301 pesawat
M O N T G O M E RY
C-47 Skytrain
P E R J U D I AN
Awak : 4 orang
Kapasitas : 28 orang prajurit
Berat : - kosong 8,226 ton
- penuh 11,793 ton
Panjang : 19,43 m
Tinggi : 5,18 m
Rentang sayap : 29,41 m
Kecepatan : 360 km/jam
Jarak Tempuh : 2.575 km
Persenjataan :-
Douglas C-47 Skytrain merupakan versi militer dari pesawat angkut sipil
Douglas DC-3. Pesawat terbang yang banyak digunakan oleh Sekutu pada
masa Perang Dunia II ini memiliki banyak perbedaan dari versi sipilnya, di
antaranya diperlengkapi dengan sebuah pintu kargo dan lantai pesawat yang
diperkuat.
Di medan perang Eropa, C-47 dan variannya yang khusus dibuat untuk
pasukan payung, C-53 Skytrooper, digunakan dalam jumlah besar, terutama
untuk menarik pesawat layang dan menerjunkan pasukan payung. Sekitar
2.000 pesawat pengangkut C-47 diberikan kepada Inggris dan negara-negara
Persemakmurannya dalam kerangka program bantuan Lend-Lease, di mana
pesawat tersebut mendapat nama Dakota—yang berasal dari singkatan nama
”DACoTA” (Douglas Aircraft Company Transport Aircraft). Selama Perang
Dunia II, C-47 dan DC-3 yang dimodifikasi digunakan oleh Sekutu sebagai
pesawat angkut pasukan, barang maupun ambulans terbang.
Dalam Perang Dunia II, pesawat angkut ini terkenal karena digunakan
untuk melewati ”Si Ponok”, puncak pegunungan Himalaya, guna mengang-
kut perbekalan dari India ke Cina. Pesawat C-47 tetap dioperasikan banyak
negara hingga dasawarsa 1950-an.
M O N T G O M E RY
Italia itu, pesawat layangnya ”mendarat” di laut sekitar
satu kilometer lebih dari pantai. Hicks harus berenang
ke pantai bersama dengan anak buahnya, namun masih
kebagian tembak-menembak dengan lawan. Pengalaman
di Sisilia membuatnya berhati-hati, tetapi dia disegani
P E R J U D I AN
sebagai komandan yang baik. Dia termasuk ”orang tua”
dalam divisi. Serangan ke Arnhem bertepatan dengan
hari ulang tahunnya yang ke-49. Brigadenya terdiri atas
batalyon-batalyon dari Resimen South Staffords dan
Guard Frontiers.
Brigade ke-4 mempunyai komandan bernama Shan
Hackett. Bertubuh kecil, berhidung besar, bermata jeli,
dan bersemangat tinggi, dia memiliki pribadi yang menye-
nangkan. Sebelum ditunjuk menjadi komandan pasukan
brigade para itu, Hackett berpengalaman dengan pasukan
khusus yang bertugas di padang pasir. Pada mulanya,
kesulitan muncul saat Hackett mengambil alih komando
itu. Batalyon ke-11 dibentuk dari sukarelawan yang pernah
bertempur di Timur Tengah, Batalyon ke-10 dibentuk dari
anggota Resimen Royal Sussex, sementara Batalyon ke-
156 telah terbentuk di India. Hackett sendiri berasal dari
kesatuan Hussar ke-8 dan tidak memiliki pengalaman
seperti halnya kedua komandan brigade lainnya di bidang
infanteri. Sekalipun demikian, dia sanggup memimpin
anak buahnya dengan baik. Urquhart kagum akan orang
ini.
Komandan artileri mempunyai ciri khas, berpengalaman
di padang pasir dan mendapatkan anugerah dua medali
DSO. Namanya Robert Loder-Symonds. Pernah terluka
dan terpaksa berjalan timpang, perwira ini memiliki
disiplin dan semangat yang tinggi, serta selalu berada
dekat dengan anak buahnya. Di kemudian hari dia ter-
bunuh di Pulau Jawa saat ikut dalam pesawat terbang
yang melakukan misi pengintaian.
M O N T G O M E RY
P E R J U D I AN
Sebuah jip dimasukkan ke dalam pesawat layang Waco yang akan dilibatkan dalam
Operasi Market-Garden. (Sumber: A Bridge Too Far)
kekuatan
jerman di
arnhem
33
DI A R N H EM
masi di mana Markas Besar Montgomery terletak,
Browning pergi menuju ke tempat itu dengan sebuah jip.
Pada saat itu, Divisi Lapis Baja Guards Inggris sedang
melaju ke arah Brussels. Browning terhalang oleh iringan
J E R M AN
truk yang panjang. Dengan kesal dia membunyikan
klakson. Dari jendela truk yang paling akhir muncul
kepala yang mengenakan topi baja. Yang mengejutkan
jenderal Sekutu itu adalah topi baja tersebut karena dia
K E K UATA N
ternyata berada di belakang iringan truk Jerman. Dengan
sigap Jenderal Browning melarikan diri setelah melewati
sebuah tikungan!
Sementara itu, unit-unit Jerman yang berantakan ini
berusaha mati-matian untuk meloloskan diri ke negerinya
sendiri di bawah pengejaran musuh. Kepanikan dan ke-
kacauan kelihatannya menjadi ciri khas pelarian orang
Jerman. Semua jenis kendaraan digunakan. Jalan-jalan
dari perbatasan Belgia hingga Arnhem dan terus ke utara
dipadati oleh truk, bus, mobil staf, kendaraan half-track,
kendaraan lapis baja, kereta gerobak dan mobil sipil yang
menggunakan arang atau kayu bakar sebagai bahan
bakarnya. Bahkan ada sejumlah kasus menggelikan, di
mana sejumlah prajurit yang berambut kusut dan kele-
lahan melarikan diri dengan sepeda anak-anak dan mo-
bil jenazah besar yang ditarik oleh dua kuda hela yang
lamban.
Di mana-mana, konvoi yang kacau balau ini diiikuti
oleh para prajurit yang berjalan terseok-seok, kelelahan
dan kotor. Di antara mereka terdapat para prajurit panzer,
tanpa tanknya, dalam seragam tempur hitam mereka;
anggota Luftwaffe, sisa-sisa dari angkatan udara Jerman
yang telah dihancurkan di Prancis atau Belgia; dan para
prajurit Waffen SS, yang dapat dikenali dari lambang ke-
pala tengkoraknya. Tanpa pemimpin dan tanpa tujuan,
beberapa prajurit begitu kehilangan arah sehingga secara
DI A R N H EM
dan sepeda. Bahkan ada yang memaksa para petani Be-
landa di bawah todongan senjata untuk membawa mere-
ka ke arah Jerman.
Kelelahan, tidak memiliki semangat tempur ataupun
J E R M AN
kebanggaan diri lagi, para prajurit Jerman itu tidak la-
gi mengindahkan para perwiranya yang berusaha me-
mulihkan ketertiban di antara mereka. Bahkan mereka
tidak memedulikan orang Belanda, yang berteriak, ”Pu-
K E K UATA N
lang sana! Orang Inggris dan Amerika akan berada di sini
dalam waktu beberapa jam.”
Para pemimpin perlawanan Belanda sendiri tahu bahwa
Jerman boleh dikatakan tidak memiliki pasukan tempur
yang mampu menghentikan gerakan Sekutu, yang telah
membuka sebuah lubang besar di front Barat Jerman,
Para wanita Belanda yang dicap sebagai kolaborator karena mengencani prajurit
Jerman segera ditangkapi oleh anggota gerakan perlawanan dan digunduli. (Sum-
ber: A Bridge Too Far)
Sebelum Perang Dunia II, beberapa gerakan yang pro-Nazi/Fasis juga tumbuh
di Belanda. Di antara mereka terdapat Algemeene Nederlandsche Fascisten
Bond (Serikat Umum Fasis Belanda), Troelstra Beweging (Gerakan Troelstra),
FAR
DI A R N H EM
◄ Seorang anggota Ger-
maansche SS en Nederland
(SS Jermanik Belanda).
berlatih melempar granat.
J E R M AN
▼ Anton Mussert (berse-
ragam hitam) dan Reichs-
kommissar Dr. Arthur
Seyss-Inquart menginspeksi
K E K UATA N
barisan sukarelawan SS
Belanda dari Brigade
Grenadier SS ’Landstorm
Nederland’.
DI A R N H EM
”telinga”, karena kebanyakan anggotanya menderita ma-
salah pencernaan maupun masalah pendengaran.
Namun, sekalipun tampaknya pembebasan Belanda
dari pendudukan Jerman terlihat tidak terelakkan, hingga
J E R M AN
tanggal 5 September—puncak dari penarikan pasukan
Jerman melalui negeri mereka—tidak seorang pun Belan-
da yang melihat pasukan Sekutu yang menyeberangi
perbatasan Belgia-Belanda. Pada kenyataannya, setelah
K E K UATA N
usaha Divisi Lapis Baja ke-11 Inggris untuk menyeberangi
terusan Albert dan maju ke ‘s-Hertogenbosch digagalkan
oleh pasukan Jerman yang meledakkan seluruh jembatan
yang melintang di atas terusan itu, gerakan pasukan
darat Sekutu ke utara dihentikan. Operasi lebih lanjut
dihentikan sambil menunggu pengiriman suplai sebagai
persiapan dilancarkannya Operasi Market-Garden.
Sementara itu, berita kejatuhan Antwerp menimbulkan
kekhawatiran dan keterkejutan di markas besar Hitler
di Rastenburg, Prusia Timur. Sebelumnya, terlalu sibuk
mengurus kehancuran yang menimpa Satuan Darat
Grup Tengah Jerman di Front Timur, bencana serupa
yang terjadi dalam waktu yang bersamaan yang menimpa
Satuan Darat Grup B kini mendapatkan perhatian penuh
Hitler. Diktator Jerman itu mengambil langkah-langkah
penting untuk menyelamatkan front Jerman.
Selain kekurangan prajurit dan persenjataan, masa-
lah besar lainnya yang melanda tentara Jerman adalah
penurunan semangat juang. Keadaan ini hampir tidak
tertahankan lagi sehingga seorang tokoh yang memiliki
kharisma sangat dibutuhkan untuk menanggulangi ke-
adaan di garis depan, dan tidak ada sosok yang lebih tepat
daripada Generalfeldmarschall Gerd von Rundstedt.
Sebenarnya, Rundstedt bukanlah jenderal kesayangan
Hitler. Faktanya, di belakang punggung sang Führer, mar-
sekal tersebut sering kali meremehkan kemampuan militer
Divisi Lintas Udara ke-1 dibentuk pada tahun 1941, setelah Perdana Men-
teri Inggris Winston Churchill, yang terkesan dengan penampilan pasukan
payung Jerman, menuntut dibentuknya sebuah pasukan lintas udara. Inti unit
ini adalah sebuah batalyon pasukan khusus SAS, yang diperkuat oleh sejumlah
batalyon infanteri yang dilatih ulang menjadi unit-unit pasukan payung dan
pesawat layang.
Pada bulan Juli 1942, Brigade Lintas Udara pertama Inggris itu dikembang-
kan menjadi sebuah divisi dengan merekrut lebih banyak sukarelawan. Me-
reka kemudian dilibatkan dalam Operasi Torch, pendaratan Sekutu di Afrika
Utara. Divisi Lintas Udara ke-1 juga dilibatkan dalam penyerbuan ke Sisilia
maupun operasi lintas laut ke Taranto, di Italia. Dalam pertempuran ini, ko-
mandan divisi, Mayor Jenderal George F. Hopkinson, terbunuh.
Setelah bertugas di Italia, divisi ini ditarik ke Inggris untuk diperkuat kem-
bali. Mereka kemudian diterjunkan dalam pertempuran di Arnhem, di mana
divisi ini babak belur dan gagal merebut jembatan kota itu yang disasar me-
reka.
Setelah kekalahan di Arnhem, Divisi Lintas Udara ke-1 disusun kembali,
di mana brigade keempatnya dibubarkan dan sisa anggotanya digabungkan
ke dalam brigade pertamanya. Pada bulan Mei 1945, divisi yang belum pulih
kekuatannya ini dikirimkan ke Denmark untuk menerima penyerahan Jer-
man di sana. Mereka kembali ke Inggris pada bulan November 1945, di mana
kesatuan ini kemudian dibubarkan.
DI A R N H EM
Foto profil seorang
prajurit Lin-
tas Udara Inggris
dalam seragam
lengkap.
J E R M AN
K E K UATA N
1
Lihat Nino Oktorino, Neraka di Normandia (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2013) untuk mengetahui alasan pencopotan Marsekal von
Rundstedt oleh Hitler selama Pertempuran di Normandia.
DI A R N H EM
”menyimpan” 34 divisi, termasuk beberapa divisi lintas
udara di Inggris. Secara teoritis, kekuatan Sekutu hampir
seimbang dengan kekuatan pasukan Jerman di Barat.
Namun, dalam hal kekuatan tempur, mereka masih lebih
J E R M AN
unggul. Kekuatan lapis baja Jerman rendah. Selain itu,
Jerman hanya memiliki 27 divisi yang siap tempur, se-
mentara Sekutu mempunyai 53 divisi.
Namun, yang lebih mencemaskan Rundstedt, Führer
K E K UATA N
menekankan ketangguhan Tembok Barat, atau Garis
Siegfried, bahkan sekalipun garis pertahanan di perbatasan
barat Jerman itu telah lama diabaikan dan tidak memiliki
cukup personel untuk mempertahankannya. Seperti pe-
rintahnya kepada para jenderalnya yang lain, Hitler me-
merintahkan agar Rundstedt mempertahankan ”setiap
pun juga.”
Bagi von Rundstedt, situasi jelas benar-benar tidak ada
harapan lagi, kekalahan Reich sudah tidak terelakkan.
Pada sore hari pada tanggal 4 September, saat dia pergi
ke markas besarnya di dekat Koblenz, von Rundstedt
FAR
Heil Führer!
VON RUNDSTEDT
Marsekal
DI A R N H EM
sebuah garis pertahanan yang membentang dari Antwerp
lewat Maastricht ke Metz dan dari sana mengikuti garis
dari Terusan Albert ke Meuse dan Garis Siegfried.
Sementara itu, pada hari yang sama dengan kedatangan
J E R M AN
Rundstedt ke markas besarnya yang baru dan jatuhnya
Antwerp ke tangan Inggris, Generaloberst Kurt Student,
panglima Kesatuan Pasukan Payung Jerman, ditelepon di
kantornya di Berlin oleh Generaloberst Alfred Jodl. Kepala
K E K UATA N
staf operasi OKW (Oberkommando der Wehrmacht,
atau Komando Tertinggi Angkatan Bersenjata Jerman)
itu memberikan taklimat mengenai keadaan di Belgia
dan Belanda. Dia diberitahu bahwa Satuan Darat ke-15
pimpinan General der Infanterie Gustav-Adolf von Zangen
yang berkekuatan lebih dari 80.000 prajurit kini terisolasi
di timurlaut Belgia dan hanya bisa meloloskan diri dari
Generaloberst Kurst
Student. Berasal
dari sebuah keluarga
bangsawan rendahan
Prusia, dia dikenal
sebagai Bapak Pasukan
Payung Jerman. (Sumber:
Sons of the Reich)
Pasukan payung Jerman mengawaki sepucuk senapan mesin Browning kal. .30
buatan Amerika di dekat Arnhem. Penggunaan senjata rampasan dari musuh lazim
dilakukan pasukan Jerman, terutama ketika suplai mereka sendiri tidak memadai.
(Sumber: Fallschirmjäger)
DI A R N H EM
jang Terusan Albert. Jodl mengakhiri teleponnya dengan
kata-kata ”Front ini harus dipertahankan dengan segala
cara.”
Sebuah kesatuan yang hanya ada di atas kertas, unit-
J E R M AN
unit Satuan Pasukan Payung ke-1 tersebar di Jerman dan
Belanda, terdiri entah dari kesatuan yang sedang disusun
atau sisa-sisa dari kesatuan yang ada sebelumnya. Namun,
sekalipun keadaan terlihat menakutkan, kepemimpinan,
K E K UATA N
inisiatif dan suatu sistem staf yang baik di pihak Jerman
mulai menghasilkan suatu pertahanan dari kekalutan
yang terjadi. Pada tanggal 4 September, Divisi Infanteri
ke-719 mulai menggali parit pertahanan di Terusan Albert
dan segera diperkuat oleh pasukan yang berada di bawah
komando Generalleutnant Kurt Chill. Meskipun secara
resmi Chill hanya memimpin Divisi Infanteri ke-85, yang
telah menderita kerugian besar selama penarikan mundur
dari Normandia, dalam perjalanan dia juga mengambil
alih sisa-sisa dari Divisi Infanteri ke-84 dan ke-89. Pada
mulanya diperintahkan untuk membawa pasukannya
ke Rhineland untuk diistirahatkan dan diperkuat, Chill
mengabaikan perintah itu dan membawa pasukannya
ke Terusan Albert, bergabung dengan Divisi ke-719. Dia
juga mendirikan ”pusat-pusat penerimaan” di jembatan-
jembatan yang melintang di atas Terusan Albert, di mana
kelompok-kelompok kecil prajurit yang mengundurkan
diri diambil dan dihimpun menjadi unit-unit darurat.
Pada tanggal 7 September, Divisi Infanteri ke-176,
sebuah divisi ”Kranken” yang terdiri atas orang-orang yang
sudah tua atau prajurit yang memiliki masalah kesehatan,
telah tiba dari Garis Siegfried. Unsur-unsur Satuan Payung
ke-1 pun telah mulai tiba. Pada saat itu, satuan tersebut
terdiri atas sekitar tujuh resimen Fallschirmjäger, yang
beranggotakan sekitar 20.000 prajurit lintas udara, dan
sekumpulan baterai penangkis serangan udara maupun
DI A R N H EM
Wolfgang Reinhard dan Divisi Infanteri-719 di bawah Ge-
neralleutnant Karl Sievers. Reinhard membuat perkiraan
bahwa Inggris akan menyerbu bagian barat Terusan
Albert, lalu menempatkan pasukannya di tempat tersebut.
J E R M AN
Dia juga memperhitungkan bahwa Inggris akan mendesak
ke utara untuk menutup jalur sekitar Walcheren-Zuid
Beveland. Dengan demikian, gerakan pasukan Inggris itu
akan menjebak Satuan Darat ke-15 Jerman yang berusaha
K E K UATA N
untuk melarikan diri melalui muara Sungai Scheldt. De-
ngan cara itu, Inggris juga berusaha untuk membuka
lebar jalur ke pelabuhan Antwerpen.
Reinhard tidak memperhitungkan jalan pikiran Mont-
gomery yang lebih ambisius. Marsekal Inggris itu hendak
memukul posisi Jerman yang paling lemah. Sementara
itu, gerakan mundur Divisi Infanteri ke-85 Jerman di-
hentikan oleh Generalleutnant Chill, komandan divisi
tersebut. Kesatuan ini diperintahkan untuk bertahan di
sepanjang Terusan Albert. Saat Korps XXX Inggris muncul
di Beeringen, Chill ditugaskan untuk menahan mereka.
Student sendiri kini mempunyai pasukan yang memadai,
yang dikumpulkan dari kawasan lain. Dalam waktu 24
jam kemudian Divisi-176 Jerman tiba dan menempati
garis pertahanan. Dengan demikian, pasukan pimpinan
Student telah siap menangkal serbuan Inggris.
Pada pertengahan bulan September itu, ketika Satu-
an Darat ke-2 Inggris sedang mempersiapkan diri untuk
mengikuti Operasi Market-Garden, lawan yang siap me-
nahannya adalah Satuan Pasukan Payung ke-1 Jerman!
Kekuatan Jerman bertambah dengan tibanya Satuan Darat
ke-15. Satuan tersebut berhasil menghindari jebakan yang
dipasang oleh pihak Inggris dengan mengangkut mereka
melalui laut dan masuk Sungai Scheldt. Dari markas
besarnya di sebuah hotel di Oosterbeek dekat Arnhem,
Model mengontrol pasukan-pasukan ini.
om
Kriegsmarine dikelompokkan ke dalam unit Fliegerhorst
dan Schiffstammabteilung. Ada juga sejumlah batalyon
t.c
pelatihan yang sedang diperlengkapi, beberapa batalyon
po
DI A R N H EM
prajurit Heer, Luftwaffe, Kriegsmarine, eselon belakang
dan Waffen-SS) di bawah komando Generalleutnant Hans
von Tettau di Grebbeberg. Termasuk di dalamnya adalah
SS Unteroffizierschule (Sekolah Bintara SS) Arnhem
J E R M AN
dan Batalyon Pelatihan SS ke-16 di bawah pimpinan SS
Sturmbannführer Sepp Krafft, yang unitnya akan me-
mainkan suatu peranan penting dalam tahap awal per-
tempuran. Di Arnhem sendiri terdapat sebuah garnisun
K E K UATA N
kota di bawah Generalmajor Friedrich Kussin
Pada tanggal 5 September, pasukan Model diperkuat
dengan kedatangan Korps Panzer SS II, yang terdiri
atas Divisi Panzer SS ke-9 ’Hohenstaufen’ dan Divisi
Panzer SS ke-10 ’Frundsberg’, di bawah komando SS-
Obergruppenführer Wilhelm Bittrich. Korps yang telah
dipukul mundur dari Normandia tersebut tinggal memi-
liki 6.000–7.000 prajurit, 20–30% dari kekuatan awalnya;
Tiga orang prajurit dari Divisi SS ’Frundsberg’ bersantai sejenak di suatu tempat
di garis pertahanan Arnhem-Milingen. Kehadiran Korps Panzer SS II di Arnhem
kemudian menentukan hasil akhir pertempuran di kota itu. (Sumber: Die 10. SS-
Panzer-Division Frundsberg)
DI A R N H EM
◄ Para prajurit dari Divisi
SS ke-9 mempersiapkan diri
untuk mempertahankan se-
buah garis di dekat museum
kota Arnhem.
J E R M AN
▼ Anggota dari sebuah unit
flak Divisi SS ke-9 bersantai
K E K UATA N
di dekat barisan kendaraan
lapis mereka yang berhenti di
sebuah jalan. .
SS-Obergeruppenführer
Wilhelm Bittrich,
komandan Korps Panzer
SS II. (Sumber:Waffen-SS)
DI A R N H EM
batalyon perintis, dua baterai artileri berat dan sebuah
batalyon zeni, semuanya sebagian telah dimotorisasi.
Sekalipun menderita kerugian besar setelah lolos dari
Kantong Falaise, Korps Panzer SS II terdiri atas para
J E R M AN
veteran berpengalaman. Divisi-divisinya juga mendapatkan
pelatihan khusus dalam operasi-operasi anti-serangan
lintas udara: selama pembentukannya, kedua divisi dilatih
sebulan lamanya untuk menghadapi ancaman serangan
K E K UATA N
lintas udara saat menunggu pengiriman peralatan mereka,
dan juga telah menghabiskan waktu 15 bulan terakhir
untuk mempelajari reaksi yang paling ampuh terhadap
suatu serangan pasukan payung baik di kelas maupun
latihan lapangan.
Untuk mendapatkan gambaran posisi Korps Panzer
SS II di Belanda dapat dilihat dari invasi Sekutu di
Normandia. Pada bulan Juni yang mengejutkan Jerman
itu, Bittrich memimpin Divisi Panzer SS ke-9 dan ke-
10. Kedua divisi itu diakui sebagai pasukan elite yang
berpengalaman. Pada tanggal 10 Juni, kedua divisi itu
terlibat dalam pertempuran seru dan berusaha mendesak
Sekutu ke laut. Kedua divisi itu terhenti gerakannya oleh
artileri Sekutu yang sangat rapat. Sejak saat itu, bah-
kan para perwira Jerman merasa bahwa Sekutu akan
memenangkan perang. Ini terutama anggapan dari para
perwira kedua divisi tersebut. Mereka tidak termakan pro-
paganda mengenai munculnya senjata rahasia Jerman
yang lebih modern untuk menghancurkan Sekutu. Bah-
kan para perwira Waffen-SS yang keras dan berdisiplin
tinggi merasa Jerman tidak akan bertahan lama. Bittrich
yang orang lapangan merasakan hal-hal yang lain ketika
pasukannya dihantam oleh artileri dan roket-roket yang
dilepaskan oleh pesawat pemburu-pembom Typhoon
milik Inggris.
Hawker Typhoon
FAR
Awak : 1 orang
Panjang : 9,73 m
Tinggi : 4,66 m
Rentang sayap : 12,67 m
Berat : - kosong 4,010 ton
- penuh 5,170 ton
Kecepatan : 663 km/jam
Jangkauan : 821 km
Persenjataan : 4 × kanon Hispano Mk II 20 mm
8 × roket RP-3
2 × bom 227 kg, atau
2 × bom 454 kg
Hawker Typhoon adalah sebuah pesawat pemburu serbaguna buatan
Hawker Aircraft. Pada mulanya dimaksudkan untuk menggantikan pe-
sawat pemburu Hawker Hurricane sebagai pesawat pemburu siang
menengah, Typhoon ternyata dioperasikan sebagai pesawat pemburu di
ketinggian rendah sekaligus pesawat pemburu malam dan pesawat pem-
buru jarak jauh.
Pada akhir tahun 1942, pesawat ini mulai memasuki kariernya yang
paling terkenal sebagai pesawat penyerang darat paling baik dalam Perang
Dunia II. Pesawat ini mampu membawa bom seberat hampir 1.000 kg,
sehingga dijuluki sebagai ”Bombphoon”.
Persenjataannya semakin mematikan ketika Typhoon dipasangi roket.
Sekalipun proyektil roket-roketnya tidak akurat dan memerlukan keah-
lian khusus untuk menyasar dan menembakkannya, daya gempur sebuah
Typhoon yang dahsyat membuatnya disamakan dengan daya gempur se-
buah kapal perusak
DI A R N H EM
SS-Obergruppenführer Willi Bittrich memerintahkan
anak buahnya segera menyerang posisi pasukan Sekutu.
Mereka berada di baratdaya Caen. Namun serangan ba-
lik itu tidak menguntungkan pasukan Jerman karena
J E R M AN
artileri Sekutu memaksa mereka berlindung. Bittrich,
yang berdiri di luar mobil Volkswagennya, berteriak keras
memberikan aba-aba kepada anak buahnya. Perintahnya
dilaksanakan oleh anak buahnya, yang kemudian kembali
K E K UATA N
melancarkan serangan.
Perwira Jerman yang tinggi dan tampan ini sendiri
sangat disegani oleh anak buahnya. Reputasinya baik,
humoris dan sopan. Faktor-faktor ini yang membuat
anak buahnya selalu menurut dan melaksanakan perin-
tah komandannya. Karier militer Bittrich dimulai ketika
Perang Dunia I meletus, di mana dia bertugas dalam
sebuah resimen. Dia kemudian dipindahkan ke Luftwaffe,
berada dalam unit yang sama dengan Göring. Bittrich
SS-Standartenführer Walter
BR IDG E TOO
DI A R N H EM
murka: ”Inilah akhir dari Tentara Jerman! Tidak pernah
dalam sejarah Tentara Jerman menggantung seorang
perwira karena pengkhianatan—mereka selalu ditembak
mati.”
J E R M AN
Kepala Staf Bittrich, seorang perwira Angkatan Darat
yang diperbantukan di Waffen-SS, membisikinya, ”Jen-
deral, aku harus meminta Anda untuk tidak berbicara se-
perti ini secara terbuka.”
K E K UATA N
Namun Bittrich menyuruh perwira itu untuk pergi
dengan kibasan tangannya, ”Ah, tinggalkan aku sendiri!”
Perkataan keras itu dilaporkan kepada pemimpin SS
Heinrich Himmler, yang segera memerintahkan Bittrich
untuk melepaskan komandonya. Namun General Eberbach,
panglima Satuan Panzer ke-5 dan atasan langsung Bittrich,
menolak permintaan itu, beralasan bahwa keadaan di garis
depan terlalu genting. Himmler tidak bisa berbuat apa-apa
karena, saat di garis depan, Waffen-SS berada di bawah
komando Angkatan Darat sehingga kewenangannya atas
anak buahnya terbatas. Sekalipun demikian, Himmler tetap
berusaha menyingkirkan jenderal SS yang membangkang
itu. Selama pertempuran di Arnhem yang terjadi beberapa
minggu setelah itu, Himmler mengirimkan salah satu
tangan kanannya ke tempat Bittrich dengan membawa
perintah agar dia segera melapor kepada Reichsführer-
SS. Namun Model menentang pemanggilan Bittrich itu
dan Himmler pun tidak pernah berhasil mendisiplinkan
jenderalnya yang pembangkang itu.
Apabila menyimak kehidupannya, Bittrich memang
agak aneh. Dalam kariernya dia ternyata bergabung de-
ngan Waffen-SS, yang bertolak belakang dengan prinsip
hidupnya. Namun yang jelas di sini, Bittrich adalah pra-
jurit profesional yang mampu dan dibuktikannya dalam
pertempuran di Arnhem.
Sd.Kfz. 251
FAR
Awak : 2 + 10 penumpang
Berat : 7,81 ton
Panjang : 5,80 m
Lebar : 2,10 m
Tinggi : 1,75 m
Persenjataan : 2 x senapan mesin MG 34 atau MG 42
Kecepatan : 52,5 km/jam
Jarak jelajah : 300 km
DI A R N H EM
Dalam pertempurannya di Normandia terjadi hal-hal
yang unik. Dalam mengisi waktu senggangnya, Bittrich
mempunyai kebiasaan mengajak tiga anggota stafnya
bermain bridge. Mereka biasanya bermain di mobil atau
J E R M AN
di sebuah puri kuno Perancis di bawah keremangan si-
nar lilin. Selain itu, terdapat pula sebotol sampanye di
atas meja. Ketika Sekutu menekan terus posisi Jerman,
Bittrich pernah berkata: ”… Seandainya pihak Inggris
K E K UATA N
akan menangkap kita, saya harap mereka tiba saat kita
sedang bermain bridge .…”
Di Normandia, Satuan Darat ke-2 Inggris nyaris meng-
hancurkan pasukan Jerman pimpinan Bittrich. Para
prajurit SS harus mati-matian bertahan dari desakan
Divisi Lapis Baja Guards, sementara dari udara pesawat-
DI A R N H EM
Bren Gun
J E R M AN
K E K UATA N
Awak : 2 (penembak dan pengganti magazen/laras
senjata)
Berat : 10,35 kg
Panjang : 115,6 cm
Panjang laras : 63,5 cm
Kaliber : .303
Kecepatan tembak : 500–520 peluru/menit
Jangkauan efektif: 550 m
Bren adalah versi modifikasi dari senapan mesin ringan ZB vz. 26 buatan
Cekoslowakia. Dikembangkan sebelum Perang Dunia II, nama Bren berasal
dari Brno, kota di Cekoslowakia di mana Zb vz. 26 awal dirancang, dan
Enfield, lokasi berdirinya pabrik senjata Royal Small Arms Factory di Inggris.
Selama Perang Dunia II, Bren juga diproduksi InglisCo di Kanada.
Bren dioperasikan oleh dua orang prajurit, yang bertugas sebagai
penembak dan pengisi peluru. Dalam tentara Inggris dan Persemakmuran,
pada umumnya setiap regu memiliki sepucuk Bren. Secara umum, Bren
sangat populer di antara para prajurit Inggris karena dianggap sebagai senapan
mesin ringan yang bisa dipercaya dan efektif, sekalipun di Afrika Utara senjata
ini harus sangat dijaga kebersihannya agar pasir dan debu tidak membuatnya
macet.
Meskipun pada awalnya dimaksudkan untuk memainkan peranan sebagai
senapan mesin ringan, Bren juga dapat dioperasikan sebagai senapan mesin
menengah dengan mengubah laras dan magasinnya serta menopangnya
dengan tripod guna mendukung tembakan. Tripod yang sama juga dapat
diadaptasi saat Bren digunakan sebagai senjata penangkis serangan udara. Bren
modifikasi berlaras dua dapat digunakan sebagai senjata penangkis serangan
udara maupun dipasang di atas kendaraan untuk operasi-operasi “pukul dan
lari” Komando Inggris.
go,go,go!
67
GO, G O, G O !
Pasukan payung dari Divisi Lintas Udara ke-1 Inggris di pesawat angkut mereka
dalam perjalanan ke Arnhem, 17 September 1944. (Sumber: Arnhem)
GO, G O, G O !
▲ Penerjunan pasukan payung dari Divisi Lintas Udara ke-101 Amerika Serikat di atas
kota Eindhoven. (Sumber: A Bridge Too Far)
▼ Pasukan payung dari Skwadron Perintis Brigade Pendaratan Udara ke-1 membenahi
parasut mereka setelah mendarat di zona penadaratannya, Arnhem, 17 September.
(Sumber: Arnhem)
Divisi Lintas Udara ke-101 ”Screaming Eagles” dibentuk pada bulan Agustus
1942. Intinya adalah sebuah divisi cadangan dengan nomor yang sama. Tugas
pertama divisi ini dilakukan pada malam sebelum D-Day, di mana mereka
diterjunkan di garis belakang Jerman di Normandia. Mereka berhasil men-
jalankan misinya untuk melumpuhkan pertahanan pantai musuh serta meng-
hambat gerakan bala bantuan Jerman ke pantai.
Dalam Operasi Market-Garden, Divisi ke-101 ditugaskan untuk mere-
but jembatan-jembatan penyeberangan di Eindhoven. Hanya mendapatkan
sedikit perlawanan, mereka berhasil merebut kebanyakan dari sasaran mereka
pada hari pertama penerjunan. Namun gerakan mereka tertunda saat sasaran
utamanya, jembatan di atas Terusan Wilhelmina, diledakkan lawan, yang ke-
mudian berakhir dengan kekalahan Sekutu di Arnhem.
Setelah kegagalan di Arnhem, Divisi ke-101 dikirimkan ke Ardennes. Se-
lama Pertempuran Tonjolan, mereka bertahan mati-matian di Bastogne dan
berhasil menghambat kemajuan pasukan Jerman. Dalam pertempuran itu,
pernyataan ”“Nuts!” dari panglima divisi, Jenderal Anthony McAuliffe, men-
jadi penyemangat anak buahnya untuk bertahan hingga kedatangan bala ban-
tuan Sekutu, yang kemudian membuat arah pertempuran berbalik merugikan
Nazi. Setelah perang di Eropa berakhir, Divisi ke-101 melakukan tugas pen-
dudukan di daerah Alpen Austria selama beberapa waktu.
GO, G O, G O !
◄ Dua orang prajurit Di-
visi ke-101 saling membuat
samaran di muka rekannya
menjelang pemberangkatan
mereka.
GO, G O, G O !
tembak. Mengherankan hingga saat itu pasukan Jerman
belum melakukan reaksi.
Markas Komando sementara Urquhart berada di ping-
gir hutan. Informasi-informasi tentang posisi pasukan
Jerman belum masuk dan ini membuat Urquhart gelisah.
Namun dia masih terhibur dengan mendaratnya Brigade
Para ke-1 di bawah Lathbury dengan sempurna. Hanya
Brigade Pendaratan Udara ke-1 di bawah Hicks yang be-
lum ada beritanya. Mereka direncanakan mendarat di
bagian utara Brigade Para ke-1. Urquhart memutuskan
untuk mencari letak markas Hicks.
Ketika perwira tinggi itu tiba di markas Brigade Penda-
ratan Udara ke-1, Hicks tidak ada di tempat karena sedang
memeriksa batalyon-batalyonnya. Ternyata, brigade ter-
sebut mendarat dengan selamat. Namun Urquhart masih
harus kecewa karena berita tentang Skwadron Pengintai
belum masuk. Pasukan yang merupakan gabungan pasu-
kan payung dan pesawat layang ini bertugas untuk lang-
sung merebut jembatan. Pesawat layang yang mengangkat
sarana transportasi untuk menyerbu jembatan tidak tepat
kedatangannya.
Urquhart memutuskan untuk mengerahkan Batalyon
ke-2 dari Brigade Para ke-1 menyerbu jembatan. Batal-
yon tersebut berada di bawah komando John Frost. Ke-
sulitan masih melanda pauskan payung Inggris itu ka-
rena komunikasi radio tidak sempurna, sehingga Brigade
Para ke-1 tidak bisa melakukan kontak dengan pasukan
lainnya. Urquhart yang sudah berpengalaman pernah me-
rasakan hal itu ketika bertempur di padang pasir. Jadi,
hubungan komunikasi hanya tergantung pada mobilitas
kurir.
Pada saat pendaratan, hanya ada satu unit Jerman yang
terorganisasi dan berada di tempat untuk menghadapi
ancaman pasukan payung Inggris, Batalyon Pelatihan SS
SS-Sturmbannführer
BR IDG E TOO
GO, G O, G O !
satunya sasaran militer yang berharga di Arnhem adalah
jembatan kota itu.
Komandan yang cemas itu tahu bahwa tidak ada in-
fanteri Jerman yang berada dekat tempat tersebut selain
batalyonnya yang lemah. Karena itu dia memutuskan un-
tuk menghentikan lawan yang bergerak menuju jembatan
sebisa mungkin hingga bala bantuan datang. Krafft ber-
tindak dengan cepat untuk membuat sebuah tirai peng-
halang di sebelah barat Oosterbeek.
Untungnya, sekalipun kekurangan prajurit, Krafft memi-
liki senjata eksperimen yang baru: sebuah peluncur roket
berlaras banyak yang mampu melontarkan peluru-peluru
mortir berukuran besar. Beberapa unit senjata eksperimen
telah ditinggalkan bersamanya untuk berlatih. Kini dia
berencana menggunakannya untuk membingungkan pa-
sukan Inggris dan memberikan kesan bahwa dia memiliki
kekuatan yang lebih besar. Pada saat yang bersamaan,
dia memberikan perintah kepada kelompok-kelompok pe-
nyerang yang masing-masing berkekuatan 25 orang pra-
jurit untuk melancarkan serangan gencar guna membuat
pasukan payung lawan ketar-ketir.
Saat Krafft memberikan pengarahan, sebuah mobil staf
dengan suara bergemuruh memasuki markas besarnya
dan Generalmajor Kussin, komandan kota Arnhem, cepat-
cepat masuk ke dalam gedung. Jenderal tersebut datang
dari Arnhem untuk melihat sendiri apa yang sedang
terjadi. Melihat besarnya penerjunan pasukan payung
Inggris di dekatnya, Kussin berjanji akan mengirimkan
bala bantuan kepada Krafft. Saat sang jenderal memasuki
mobilnya kembali, Krafft memperingatkannya agar tidak
melewati jalan Utrecht-Arnhem karena pasukan Inggris
telah berada di sana dan menyarankannya untuk meng-
ambil jelan kecil. Sarannya diabaikan dan, sebagaimana
dikhawatirkan perwira SS itu, mobil Kussin disergap oleh
Waco CG-4
FAR
Awak : 2 orang
Kapasitas angkut : 13 prajurit
Panjang : 14,8 m
Rentang sayap : 25,5 m
Tinggi : 4,7 m
Berat : - kosong 1,769 ton
- penuh 3,402 ton
Kecepatan : - ditarik 241 km/jam
- melayang 96 km/jam
Waco CG-4A, atau dijuluki Hadrian oleh orang Inggris, adalah pesawat
layang yang paling banyak digunakan Amerika Serikat dalam Perang Du-
nia II. Pesawat buatan Waco Aircraft Company yang terbuat dari kerangka
kayu dan logam ini memiliki dua roda utama dan satu roda ekor,
Pesawat layang berawak dua orang ini dapat membawa 13 prajurit ber-
senjata lengkap. Jika diperlukan, muatannya dapat diganti dengan sebuah
truk seberat 1/4 ton, atau sebuah jip, ataupun sepucuk howitzer kaliber
75 mm. Peralatan berat ini dapat dimasukkan ke dalam pesawat layang
tersebut lewat bagian hidung yang dapat dibuka.
Ditarik terutama oleh pesawat angkut C-47, Waco dilibatkan dalam
berbagai operasi lintas udara Sekutu dari Italia ke Eropa Barat hingga Asia
Pasifik. Pesawat layang ini juga digunakan untuk mengangkut senjata dan
perbekalan bagi kaum Partisan Tito di Yugoslavia.
G O, G O, G O !
pasukan payung Inggris. Jenderal Jerman itu sendiri te-
was diberondong di mobilnya saat mencoba meloloskan
diri.
Hari menjelang siang ketika pasukan Jerman mem-
berikan reaksi. Hujan mortir telah berlangsung, di mana
beberapa peluru meledak dekat markas besar Urquhart.
Parit-parit perlindungan segera digali.
Urquhart dengan beberapa anak buahnya mengejar
batalyon Frost. Mereka bertemu di timur Oosterbeek. Frost
sedang memimpin anak buahnya yang mengalami ke-
sulitan. Namun komandan divisi lintas udara itu tidak me-
nunggu Frost dan berusaha menemui Lathbury. Brigadir
jenderal itu ternyata sedang mengunjungi Batalyon ke-3
yang berusaha memasuki Arnhem.
Penembak jitu Jerman mulai beraksi. Jip Urquhart
menjadi sasaran, tetapi selamat. Hubungan dengan
Anggota pasukan payung Inggris bergerak secara hati-hati di dekat desa Wolfhe-
ze. Keputusan para perencana Sekutu untuk tidak menerjunkan anak buahnya
secara langsung di atas sasaran membuat sebagian besar pasukan payung harus
menghabiskan waktu berjam-jam untuk menempuh jarak berkilo-kilometer .
Akibatnya, unsur pendadakan hilang dan dalam keadaan kelelahan mereka harus
menghadapi musuh yang sudah siap mempertahankan sasaran yang dituju. (Sum-
ber: Pictorial History of World War II)
G O, G O, G O !
nakan sebagai markas di Oosterbek. Dalam perjalanan
keluar hotel, salah satu koper Model terbuka. Seluruh pa-
kaiannya terlempar dan terhampar di jalan. Beberapa di
antara perwira staf bahkan ada yang tidak sempat mem-
benahi dokumen penting dan milik pribadinya.
Di Arnhem dan Oosterbeek sendiri terdapat sekitar
6.ooo prajurit Jerman. Mereka terdiri atas Divisi SS
ke-9 dan ke-10 yang tangguh. Suasana kota tenang dan
orang-orang SS itu pun bersikap santai. Beberapa orang
di antaranya berkeliling kota atau ke hutan sekitarnya
dengan bersepeda. Disiplin agak mengendur. Seorang
anggota SS berpangkat mayor sedang berkeliling dengan
sepedanya. Saat itu dia berada di daerah terbuka. Tiba-
tiba dia mendengar dentuman artileri udara. Dia berhenti
dan mendongak ke atas. Agak terkejut juga sang mayor
karena langit tampak dipenuhi parasut dan pesawat-
pesawat layang! Sebuah pesawat terbang terbakar, agak-
nya terkena telak tembakan penangkis serangan udara
yang berada di jembatan Arnhem.
Mayor SS itu memutar sepedanya dan hendak kembali
ke markasnya. Dia terpaksa berhenti dan meminggirkan
sepedanya saat konvoi mobil menyusulnya. Mobil pertama
berhenti. Seorang perwira berpangkat marsekal memakai
jaket kulit melongok dari jendela dan bertaya: ”Arah ke
mana jalannya ke markas Jenderal Bittrich?”
Sang mayor menghormat dan memberikan arah ke
Doetinchem, yakni Markas Besar SS-Obergruppenführer
Bittrich. Setelah perwira berpangkat marsekal itu berlalu,
sang mayor baru sadar bahwa yang bertanya tadi adalah
Generalfeldmarschall Model! Panglima Satuan Darat Grup
B ini beberapa saat sebelumnya hampir saja tertangkap
oleh pasukan Inggris.
Mayor SS tersebut memasuki Arnhem dan keadaan
sudah kacau! Dia masih sempat meloncat ke mobil staf
G O, G O, G O !
Pegulat yang
FAR
Menjadi
Agen Ganda
King Kong adalah nama sandi seorang agen ganda Belanda bernama Chris
Lindemans. Awalnya, pegulat yang tampan dan playboy itu bergabung de-
ngan gerakan perlawanan Belanda sebagai seorang patriot. Di antara misi-
nya adalah menyelundupkan seorang pemimpin perlawanan yang penting
ke Spanyol. Pada gilirannya, tokoh itu memberitahu atasannya di London
bahwa Lindemans dapat dipercaya.
Pada awal 1944, Lindemans direkrut oleh Abwehr (jawatan intelijen
militer Jerman).. Kelihatannya dia berkhianat demi menyelamatkan ka-
kaknya yang ditangkap Abwehr dan kekasihnya, seorang penari kabaret.
Dia dengan mudah menyusup ke dalam kelompok perlawanan, bahkan
pergi ke London untuk mendapatkan pelatihan lebih lanjut dari SOE Ing-
gris.
Gerak-gerik Lindemans sebenarnya dicurigai oleh dinas kontrainteli-
jen Sekutu, tetapi dia berhasil mendapat kepercayaan dari staf Pangeran
Bernhard dan dikirim kembali ke Belanda. Dalam sebuah misi, dia ditem-
bak dan ditangkap oleh Gestapo, yang tidak tahu statusnya sebagai agen
ganda. Dengan bantuan kelompok perlawanan, dia meloloskan diri dari
rumah sakit penjara. Sekalipun aksi itu menewaskan 47 patriot, nama Lin-
demans melambung di antara gerakan perlawanan. Lewat kontaknya, dia
berhasil memperoleh rincian Operasi Market-Garden dan menyerahkan
informasi itu kepada Abwehr. Namun info tersebut diabaikan oleh Model.
Setelah perang, seorang pengkhianat Belanda yang ingin menyelamat-
kan diri dari tiang gantungan membocorkan status agen ganda Lindemans.
Bekas pegulat itu kemudian ditangkap. Pada tahun 1946, saat menunggu
diadili di penjara Scheveningen, dia berhasil merayu seorang perawat un-
tuk memberikannya pil obat tidur dan bunuh diri dengan menenggaknya
hingga overdosis.
G O, G O, G O !
menggantikan tugas pasukan payung Sekutu setelah
jembatan itu direbut. Untuk mencegah gerakan pasukan
Inggris itu, Bittrich menghadangnya di sepanjang jalan
raya yang menuju Nijmegen. Hal ini membuat kejutan ba-
gi Sekutu, yang di kemudian hari menduga bahwa agen
ganda Belanda King Kong, membongkar Operasi Market-
Garden kepada pihak Jerman dan bahwa von Rundstedt
pada saat-saat terakhir mengirim dua divisi dari Bittrich
ke daerah yang terancam. Dokumen-dokumen Jerman
dan penyelidikan yang dilakukan pihak Belanda sesudah
perang, menunjukkan ketidakbenaran versi itu.
Rincian Operasi Market-Garden sendiri memang telah
bocor dan diketahui oleh pihak Jerman, sekalipun hal
itu terjadi secara kebetulan. Selama penerjunan pasu-
kan payung Sekutu, sebuah pesawat layang Amerika ke-
G O, G O, G O !
rakan Satuan Darat ke-2 dan Divisi Lintas Udara ke-
101. Rahasia itu pun kemudian disebarkan kepada para
komandan lapangan agar siaga. Bittrich menyatakan,
”Ketika memerintahkan sebuah batalyon dari Divisi Panzer
SS ke-9, jenderal itu tampak tertekan karena dialah satu-
satunya yang mempunyai pasukan yang tangguh dan
harus berhasil memorakporandakan lawan. Pertahanan
yang dibangunnya berdasarkan teori bahwa Divisi Lintas
Udara ke-1 akan menyerang posisi yang sudah ditentukan.
Tempat-tempat tersebut jelas. Tinggal menunggu bantuan
dari Satuan Darat Grup B. Di Arnhem, Jerman tidak akan
mempertahankan daerah yang tidak diserang lawan!”
Konsep Bittrich sangat berani.
Segera pasukan Jerman mengorganisasikan pertahan-
annya, lengkap dengan senjata-senjata beratnya. Patroli
segera dikirimkan ke jembatan Arnhem yang menuju
Nijmegen. SS-Obersturmbannführer Ludwig Spindler—
komandan Resimen Artileri Berlapis Baja SS ke-9—segera
menyusun sebuah gugus tugas kecil (pada mulanya
Kampfgruppe Spindler hanya beranggotakan 120 orang
prajurit tetapi kemudian diperkuat oleh 16 unit terpisah
selama pertempuran). Menjelang sore, dia diperintahkan
bergerak ke barat menuju Oosterbeek dan membuat suatu
rintangan untuk mencegah pasukan Inggris mencapai pu-
sat kota Arnhem. Sementara itu, Batalyon Perintis dari
Divisi SS ke-9 yang dipimpin oleh SS-Hauptsturmführer
Viktor Gräbner diperintahkan ke selatan menuju Nijmegen,
menyeberangi jembatan Arnhem menjelang malam.
Namun, pada awalnya tidak ada unit yang diperintah-
kan untuk mengamankan jembatan di Arnhem sendiri.
Kematian komandan garnisun Arnhem, Generalmajor
Friedrich Kussin, menimbulkan kekacauan di bidang ko-
mando dan wewenang. Baru pada saat menjelang sore
Batalyon Perintis dari ’Frundsberg’ diperintahkan untuk
Perintah pembentukan divisi ini dikeluarkan pada bulan Januari 1943, dan
mulai disusun pada musim semi dari para sukarelawan RAD dan wajib mi-
liter. Pada mulanya, divisi ini mendapatkan nama kehormatan ’Karl der
Grosse’ (Karel Agung) dan dibentuk sebagai sebuah divisi panzergrenadier.
Pada tanggal 22 Oktober 1943, divisi itu dinamakan kembali sebagai Divisi
Panzer SS ke-10 ’Frundsberg’.
Ditempatkan bersama Divisi ’Hohenstaufen’ di bawah Korps Panzer SS
II, ’Frundsberg’ dikirim ke Galicia pada bulan Maret 1944, di mana mereka
terlibat pertempuran sengit di sana hingga kemudian dicadangkan. Dipindah-
kan ke Front Barat pada bulan Juni 1944, mereka diikutsertakan dalam per-
tempuran di Normandia. Sekalipun menderita kerugian besar selama pertem-
puran di Lembah Odon, tetapi divisi tersebut tidak terjebak di Kantong
Falaise dan berhasil mundur ke kawasan Arnhem pada bulan September 1944.
Selama pertempuran untuk membendung Operasi Market-Garden, ’Fr-
undsberg’ berhasil melakukan pertempuran pertahanan di kawasan Nijme-
gen. Divisi itu kemudian diperkuat kembali di Jerman antara bulan Novem-
ber hingga Desember 1944. Mereka kemudian ikut serta dalam pertempuran
di Alsace, sebelum kemudian dikirimkan ke Front Timur pada bulan Januari
1945.
Divisi ini bertempur di kawasan Pomerania, Polandia, selama bulan
Februari 1945. Dipukul mundur Tentara Merah, mereka menarik diri ke lan-
das serbu Altdamm. Mereka kemudian dikirimkan ke Saxony, dan ikut ber-
tempur di kawasan Dresden. Sebagian besar divisi ini hancur pada saat perang
berakhir.
G O, G O, G O !
◄ Karena kekurangan
kendaraan bermotor, seba-
gian prajurit dari Divisi SS
’Frundsberg’ bersepeda untuk
mencapai garis depan selama
pertempuran di Nijmegen-
Arnhem.
G O, G O, G O !
ke jembatan dari sisi lain. Dia sampai di tengah, berlutut,
dan melakukan sesuatu.” Barry memerintahkan sebuah
regunya untuk membuka tembakan dan regu lainnya ber-
lari ke jembatan. Pada saat itu, orang Jerman tersebut
telah menghilang.
Pasukan Barry berhasil mencapai jembatan dan mulai
berlari dengan kecepatan penuh ketika tiba-tiba salah
satu rintangan jembatan meledak. Mereka kemudian di-
berondongi tembakan dari posisi-posisi pasukan Jerman
yang tersembunyi di seberang sungai. Sekalipun Barry dan
dua anak buahnya terluka, tetapi tidak ada korban jiwa
di pihak pasukan Inggris. Demikianlah sasaran pertama
pasukan payung Inggris terlepas dari genggaman mereka.
Pada saat itu, jam menunjukkan pukul 18.30 dan masih
ada dua jembatan lainnya yang harus diamankan oleh
anak buah Frost.
Kini Kompi C harus menyelesaikan tugas kedua, yak-
ni menyerang markas besar Jerman di Arnhem. Kompi
B ditugaskan untuk menghadang pasukan Jerman yang
akan menyerang dari daerah tinggi di Den Brink sementara
Kompi A dan Detasemen Markas di bawah komando Frost
melaju ke dalam kota Arnhem.
Sementara itu, hujan mortir berpelontar roket dan tem-
bakan senapan mesin yang dilancarkan batalyon Krafft
semakin meningkat di antara jalan Utrecht-Arnhem,. Ber-
untung bagi pasukan Inggris karena di kawasan tersebut
terdapat parit-parit pertahanan buatan Jerman. Mereka
berlindung dalam parit itu. Lathbury dan Urquhart men-
diskusikan kemajuan pasukan yang lamban. Pagar yang
mengelilingi setiap rumah penduduk Belanda merupakan
hambatan. Upaya untuk menghindari pagar-pagar itu
akan menimbulkan risiko. Hambatan lain adalah sikap
tentara Inggris yang walaupun dalam keadaan bertempur
masih menghormati milik orang lain. Untuk menggeledah
G O, G O, G O !
Sten Gun
Berat : 3,2 kg
Panjang : 760 mm
Panjang laras : 196 mm
Kaliber : 9x19mm Parabellum
Kecepatan menembak : 500 peluru/menit
Jangkauan efektif : 100 meter
Ketika dipaksa mundur dari daratan Eropa pada musim panas 1940 dan harus
meninggalkan banyak perlengkapan mereka di belakang, Inggris dipaksa un-
tuk segera memperlengkapi tentaranya guna menghadapi ancaman invasi Na-
zi. Di antara kebutuhan yang mendesak adalah pengadaan senjata otomatis
perorangan yang dapat diproduksi secara massal dalam waktu singkat dan mu-
rah. Hasilnya adalah Sten gun.
Sten adalah nama singkatan dari perancang senjata itu, Mayor Reginald
V. Shepherd dan Harold Turpin, serta Enfield. Senapan ini menggunakan
komponen logam tempaan sederhana dan sedikit pengelasan, sehingga hanya
memerlukan sedikit proses perakitan. Kebanyakan proses produksinya dapat
dilakukan di bengkel-bengkel kecil, setelah itu baru dirakit di pabrik Enfield.
Sekalipun memiliki daya berondong mematikan dalam pertempuran ja-
rak dekat, Sten, terutama model-model awalnya, memiliki banyak masalah.
Misalnya, ketika distel untuk menembak satu-satu, senapan otomatis itu
malah memuntahkan peluru secara otomatis, demikian pula sebaliknya.
Akibatnya, banyak pemakainya yang menjulukinya sebagai ”Mimpi Buruk
Tukang Ledeng”, ”Penggugur Tukang Ledeng,” atau bahkan ”Stench Gun”
(Senapan Busuk).
Meskipun demikian, Sten banyak digunakan pasukan Inggris. Karena ram-
ping dan mudah dibongkar pasang sehingga mudah disembunyikan, Sten juga
banyak dikirimkan kepada kaum gerilyawan di seluruh daerah pendudukan
di Eropa. Apabila dibungkus dengan kain basah, Sten mengeluarkan suara
seperti senjata berat sehingga banyak prajurit lawan yang mengira berhadapan
dengan senapan mesin.
G O, G O, G O !
tara Arnhem dan Nijmegen untuk memeriksa kekuatan
pasukan lintas udara Sekutu di sana. Beberapa saat
menjelang pukul 19.00, unit Gräbner menyeberangi jem-
batan besar jalan raya di Arnhem. Kira-kira satu kilometer
dari ujung selatan jembatan, dia menghentikan dan mela-
porkan ke markas besar divisi: ”Tidak ada musuh. Tidak
ada pasukan payung.” Kendaraan-kendaraan lapis baja
ringannya berpatroli sejauh beberapa kilometer di kedua
sisi jalan raya. Setelah mendengar laporan tersebut, ba-
talyon Gräbner akhirnya diperintahkan atasannya untuk
kembali ke markas besarnya di sebelah utara Arnhem.
Waktu menunjukkan pukul 20.00 ketika, tanpa sepe-
ngetahuan Jerman, anak buah Frost memasuki Arnhem
dan secara diam-diam mendekati sasaran mereka yang
tersisa, sasaran utama dari rencana nekat Montgomery.
Ketika melihat truk-truk Jerman bergerak melewati jem-
batan itu ke arah selatan, wajah anggota pasukan lintas
Dua kendaraan lapis baja half-track Sd. Kfz. 251 milik Batalyon Perintis SS ke-9
pimpinan SS-Hauptsturmführer Paul Gräbner bergerak melalui Oosterbek.
Foto ini diambil oleh seorang sipil Belanda dari balik jendela rumahnya. (Sumber:
German Armored Units at Arnhem, September 1944)
Beberapa prajurit Jerman yang ditawan oleh pasukan Sekutu selama pertempuran
sengit di pinggiran kota Arnhem. Di antara mereka terdapat para remaja yang
direkrut untuk menghimpun pertahanan terakhir bagi Reich Ketiga. (Sumber:
Feldgrau)
G O, G O, G O !
sekitar stasiun Wolfhezen. Mereka diserang dengan tem-
bakan senapan mesin. Akibatnya, skwadron perintis itu
terpaksa bertempur sambil berlari untuk secepatnya tiba
di jembatan. Beberapa tawanan Jerman diperiksa oleh
Gough. Mereka menyatakan bahwa pasukan Inggris itu
dihadang oleh Batalyon Pelatihan ke-16 pimpinan Krafft.
Dan mereka ini bertempur mati-matian untuk menahan
gerakan pasukan Inggris.
Mayor Gough dan beberapa anak buahnya berhasil
melepaskan diri dengan perlindungan Batalyon ke-1. Dia
berusaha menghubungi Lathbury dengan radio, tetapi ga-
gal. Akhirnya, Gough, didampingi oleh Pip Hicks, mencapai
Markas Besar Divisi. Dia bertemu Charles MacKenzie yang
menyarankan agar mayor itu melakukan kontak dengan
Urquhart.
Gough dengan beberapa kendaraan jip berusaha me-
nemukan Urquhart. Di tengah perjalanan mereka ber-
temu dengan pasukan dari Baterai Ringan ke-3 pimpinan
Mayor Dennis Mumford, yang menyarankan agar Gough
tidak meneruskan perjalanan karena pasukan Jerman
melakukan pagar betis di kawasan yang akan dilalui.
Mereka berbalik dan melakukan perjalanan melingkar
ke desa Renkum. Gough memacu anak buahnya. Ketika
mencapai markas Brigade ke-1 di dekat sungai, mereka
mendapat keterangan bahwa Lathbury dan Urquhart telah
pergi dengan Batalyon ke-3. Gough berusaha mengontak
Markas Besar Divisi tetapi gagal. Sekalipun demikian,
Gough tidak putus asa dan kemudian bergabung dengan
Frost.
Pada saat itu, di bawah perlindungan kegelapan ma-
lam, para prajurit payung Inggris dari Kompi A berusaha
menyerang kubu Jerman yang bertahan di jembatan secara
diam-diam. Mereka didukung oleh pasukan penjinak ran-
jau pimpinan Eric Mackay, yang membawa senjata pe-
Anggota Red Devils bergerak secara hati-hati melalui reruntuhan sebuah rumah.
Dalam pertempuran di Arnhem, kedua belah pihak yang bermusuhan sering kali
terlibat dalam pertempuran jarak dekat dan satu lawan satu yang sengit. (Sumber:
Airborne)
G O, G O, G O !
mencapai jembatan. Dalam pertempuran sengit, mereka
berhasil menguasai ujung utara jembatan. Namun usaha
pasukan payung Inggris untuk terus bergerak maju diha-
dang oleh sekelompok prajurit Panzergrenadier SS yang
bertahan di bagian selatan jembatan.
Dari jendela, Frost melihat adanya seseorang menye-
linap di antara gedung. Jalan sepi dan gelap. Frost me-
merintahkan salah seorang anak buahnya untuk melacak
orang tersebut. Tidak berapa lama kemudian prajurit
itu kembali. Dia melapor bahwa orang itu bukan ang-
gota Perlawanan Belanda melainkan anggota pasukan
Panzer SS. Frost tertawa terbahak-bahak mendengar la-
poran anak buahnya. Dia kemudian membuat rencana
untuk menyerang orang Jerman yang bertahan di selatan
jembatan.
Frost memerintahkan seorang perwira untuk meng-
hubungi pasukannya yang berada di sekitar jembatan.
Akan tetapi Kompi B, yang diperintahkan untuk meng-
ambil posisi di sebelah jembatan dan menempatkan
meriam-meriam anti-tanknya guna melindungi lambung
kiri batalyon, ternyata sedang bertempur dengan Jerman
di Den Brink dalam usahanya untuk mencapai sasaran.
Mereka baru bisa tiba setelah pukul 03.00. Sebuah patroli
juga dikirimkan untuk mengetahui lokasi Kompi C, yang
diperkirakan berada di sekitar Arnhem. Ternyata, kompi itu
juga belum bisa bergerak karena dikepung oleh pasukan
Jerman. Lebih parah lagi, perwira yang bertugas untuk
melakukan kontak dengan Lathbury membawa berita
buruk: pasukan Jerman telah memotong jalur selatan
di belakang batalyon. Frost memerintahkan agar Mayor
Gough tetap berada di jembatan dan siap menangkal se-
rangan Jerman.
Aksi pasukan payung Inggris menyerang Arnhem sen-
diri membuat pusing SS-Obergruppenführer Bittrich:
tik Frost. Pada saat itu, batalion perintis dari Divisi ’Ho-
henstaufen’ telah melewati jembatan sebelum kedatangan
Frost dan pasukannya, sementara Divisi ’Frundsberg’ ber-
ada di sekitar Sungai Rhine.
Bittrich bertindak cepat. Divisi ’Frundsberg’ diperin-
FAR
jalan raya
neraka
101
N ER A K A
jalan Nijmegen menuju jembatan sasarannya, kontingen
pertama dari Divisi SS ’Frundsberg’ telah bergerak dari
seberang sungai dan menyusun pertahanan di ujung se-
R AYA
latan jembatan tersebut. Baik Model maupun Bittrich
sepakat bahwa kunci dari pertempuran yang mereka
J AL AN
hadapi bukanlah Arnhem, melainkan jembatan jalan raya
di Nijmegen. Apabila gerakan Sekutu dapat dihentikan di
Waal, keberhasilan apa pun yang diraih pasukan payung
Inggris di utara tidak akan berarti apa-apa.
Suatu serangan Amerika terhadap jembatan tersebut
pada malam itu berakhir dengan kegagalan. Pada pagi
berikutnya, 18 September, para prajurit Divisi ke-82 me-
lancarkan serangan lainnya. Sebuah kompi pasukan
payung bergerak membelakangi jalanan, disambut de-
ngan sorak sorai penduduk Belanda yang melemparkan
buah-buahan dan bunga bagi para pembebasnya. Saat
Penduduk Belanda berderet menonton pasukan payung Amerika dari Divisi Lin-
tas Udara ke-82 yang bergerak melewati pinggiran Nijmegen untuk merebut jem-
batan jalan raya yang melintang di atas Sungai Waal. (Sumber: A Bridge Too Far)
N ER A K A
pasukan Jerman bertiarap menunggu lawan. Mereka
membiarkan pasukan Amerika bergerak sejauh dua blok
dari jembatan dan kemudian membuka tembakan dengan
R AYA
sepucuk senapan mesin dan sejumlah senjata penangkis
serangan udara. Pasukan payung, yang berlarian dari ja-
J AL AN
lan ke jalan, mendekat hingga sejauh satu blok dari jem-
batan sebelum akhirnya dihentikan.
Pasukan Jerman mati-matian mempertahankan jembat-
an tersebut, membuat pihak Sekutu gagal menguasai
saluran vital yang menghubungkan pasukan daratnya
dengan pasukan payung yang terpotong di Arnhem, sekitar
18 km di sebelah utara. Pasukan payung Amerika di
Nijmegen terpaksa harus menunggu kedatangan pasukan
darat yang bergerak maju menyusuri koridor tersebut.
Keadaan itu dipakai oleh anak buah Euling untuk
menanam ranjau dan kawat berduri serta mendirikan
perbentengan lapangan. Lebih banyak lagi prajurit Di-
visi ’Frundsberg’ yang berdatangan. Bahkan, Harmel, ko-
mandan divisi itu, mendirikan pos komandonya di tepi
utara Waal. Dari sana dia dapat mengamati jembatan
kunci itu. Sebenarnya, Model telah mengirimkan pesan
kepadanya yang berisi perintah Führer yang melarang
peledakan jembatan-jembatan yang diserang Sekutu.
Sebaliknya, perintah yang sama memerintahkan pasukan
Jerman untuk mempertahankannya sebagai persiapan
bagi suatu serangan balasan guna memulihkan garis
depan di sepanjang perbatasan Belanda-Belgia. Akan
tetapi Harmel tidak memedulikan perintah yang di-
anggapnya sebagai omong kosong itu, dan memutuskan
untuk meledakkan jembatan apabila tank-tank Inggris
berusaha menyeberanginya.
Sementara itu, di sektor paling selatan Market-Garden,
Divisi Lintas Udara ke-101 Amerika telah mendarat di
sebelah utara Eindhoven dan, dengan cepat dan relatif
Seorang
FAR
Sukarelawan
Indonesia dalam
Waffen-SS?
N ER A K A
mudah, berhasil merebut desa Veghel dan keempat jem-
batannya yang melintang di atas Sungai Aa dan Terusan
Willems. Kemudian mereka memalingkan perhatiannya ke
R AYA
selatan dan jembatan jalan raya yang vital di atas Terusan
Wilhelmina di desa Zon.
J AL AN
Pasukan payung yang bergerak ke desa Zon hanya
sedikit menghadapi perlawanan hingga mereka mencapai
pinggiran kota Eindhoven. Di sana, barisan terdepan
mereka ditembaki oleh sepucuk meriam 88 mm Jerman.
Sebuah tim bazoka kemudian merayap tanpa terlihat
hingga sejauh 45 meter dari meriam tersebut dan
Seorang prajurit
payung Amerika
berlarian menuju
sasaran di bawah
gempuran mematikan
dari meriam 88 mm
Jerman, di mana salah
satu pelurunya jatuh
meledak di dekatnya.
(Sumber: Airborne)
N ER A K A
udara Sekutu, tidak kelihatan sama sekali. Diperkirakan
harus tiba pada malam hari sebelumnya, pasukan darat
masih belum datang di Eindhoven.
R AYA
Sebenarnya, pada siang tanggal 17 September, bersama-
an dengan pendaratan pasukan payung di sepanjang ko-
J AL AN
ridor Market-Garden, Korps XXX telah bergerak maju dari
landasan serbunya di Terusan Meuse-Escaut dan mulai
bergemuruh ke utara menuju jalan raya yang dijadikan
sasarannya. Panglimanya, Jenderal Horrocks, berharap
dapat tiba sesuai jadwal yang ditentukan: Eindhoven, 21
km jauhnya, pada tengah malam; Nijmegen, 66 km lebih
jauh, pada saat tengah malam tanggal 19 September; dan
Arnhem, 18 km dari sana, pada tanggal 21 September.
Dia menyadari bahwa pasukannya menghadapi rintangan
yang sangat besar. Jalan raya yang sempit hanya dapat
Mayor Jenderal Max Taylor, komandan Divisi Lintas Udara ke-101 Amerika. (Sum-
ber: Airborne)
Seorang prajurit Divisi Lintas Udara ke-101 memeriksa sebuah tank M4 Firefly
yang dilumpuhkan meriam Jerman di dekat Eindhoven. (Sumber: US National
Archive and Records Administration [NARA])
N ER A K A
lah itu, barisan tersebut bergerak maju lagi. Namun per-
jumpaan pertama dengan musuh ini menjadi sebuah
pola yang akan dihadapi terus-menerus oleh Korps XXX
R AYA
hingga hari berikutnya: suatu kemajuan yang tersendat-
sendat yang membuat kesal dan membuat mereka jauh
J AL AN
ketinggalan dari jadwal yang seharusnya.
Pada tengah malam tanggal 17 September, barisan pa-
sukan darat masih berada 9,6 km di selatan Eindhoven,
dan baru pada sore hari berikutnya tank-tank Inggris me-
masuki kota tersebut—terlambat 24 jam dari jadwal semu-
la. Dengan kerumunan orang Belanda yang bergembira
yang menjadi satu-satunya penghalang, mereka bergerak
melalui Eindhoven menuju jembatan yang dihancurkan di
Zon. Bekerja tanpa henti, pasukan zeni Inggris mendirikan
sebuah jembatan ponton untuk menyeberangi terusan,
dan tank-tank pun kemudian bergemuruh melaluinya
pada pagi hari tanggal 19 September, Hari-H plus 2.
Dari Zon, gerakan mereka ke arah utara berlangsung
cepat dan tanpa perlawanan, sehingga tank-tank dapat
mencapai Nijmegen hanya dalam waktu beberapa jam.
Hal itu menyebabkan operasi tersebut terlihat seakan-
akan memiliki kecepatan yang menepati jadwal yang ada.
Namun pasukan dari Divisi Panzer SS ke-10 yang
mempertahankan jembatan jalan raya yang besar di atas
Waal di Nijmegen mengakhiri setiap harapan pasukan
Inggris untuk meraih kembali waktu yang telah terbuang.
Bertahan dengan gigih di belakang gulungan kawat berduri
di sekeliling perempatan lampu merah di kaki jembatan,
para prajurit SS yang ulung itu memukul mundur suatu
serangan di siang itu yang dilancarkan unsur-unsur Divisi
Lapis Baja Guards dan Divisi Lintas Udara ke-82 Amerika.
Jembatan tersebut, rintangan terakhir yang ada untuk
menuju ke Arnhem yang terletak hanya 18 km dari sana,
tetap berada di tangan Jerman.
Mk IV (A22) Churchill
FAR
Awak : 5 orang
Berat : 38,5 ton
Panjang : 7,44 m
Lebar : 3,25 m
Tinggi : 2,49 m
Persenjataan : - 1 x meriam Ordnance QF 75 mm
- 2 x senapan mesin 7.92 mm Besa
Kecepatan : 24 km/jam
Jarak Tempuh : 90 km
N ER A K A
Benar-benar memedulikan nasib Divisi Lintas Udara
ke-1 Inggris, Jenderal Gavin menyarankan suatu tindakan
nekat untuk melewati koridor tersebut—suatu serangan
R AYA
amfibi menyeberangi Waal di waktu terang hari. ”Itulah
satu-satunya cara untuk merebut jembatan ini,” demikian
J AL AN
kata sang jenderal kepada stafnya. ”Kita harus merebutnya
secara bersamaan dari kedua ujungnya.” Sementara Gavin
menyusun serangan, pasukan payungnya di tepi selatan
akan menyeberangi hilir sungai dari jembatan. Setelah
merebut tepian utara, mereka akan mengapit posisi Jer-
man di jembatan dan sebuah sasaran yang lebih kecil,
sebuah jembatan kereta api. Pasukan yang bertahan di
kedua jembatan harus ditaklukkan. Pada saat bersamaan,
pasukan lapis baja dari barisan darat Inggris akan terus
menggempur pasukan Jerman yang mempertahankan
ujung selatan jembatan jalan raya itu.
Gavin sadar bahwa penyeberangan sungai itu meru-
pakan suatu pertaruhan besar. Pasukan payungnya tidak
Sebuah konvoi tank dari Divisi Lapis Baja Guards melewati desa Grave dalam
perjalanan mereka menuju Nijmegen. (Sumber: After the Battle)
Sebuah truk amunisi Inggris meledak setelah terkena tembakan pasukan payung
Jerman di dekat Koevering yang berada di ”Jalan Raya Neraka” pada tanggal 24
September. Kebanyakan jalan di jalur ini diapit pepohonan sehingga memudahkan
pasukan Jerman melancarkan penyergapan. (Sumber: Arnhem)
N ER A K A
ke utara. Keadaan itu mengingatkan Mayor Jenderal
Maxwell Taylor akan Old West, ”di mana garnisun kecil
harus berhadapan dengan serangan tiba-tiba orang Indian
R AYA
di setiap titik di sepanjang jalur kereta api penting.” Para
prajurit lintas udaranya memberikan julukan seram ter-
J AL AN
hadap jalan yang membentang sejauh 24 km yang harus
mereka pertahankan: Jalan Raya Neraka.
Para perencana Sekutu telah memperhitungkan bahwa
pasukan di Arnhem hanya dapat bertahan selama empat
hari tanpa dukungan dari pasukan darat. Pada tanggal
20 September, Hari-H plus 4, nasib mereka bergantung
pada hasil serangan lintas sungai Jenderal Gavin yang
menyeberangi Waal. Dijadwalkan akan dilancarkan pada
pukul 13.00, serangan itu ditunda karena perahu-perahu
Inggris, yang tertunda pengirimannya akibat kemacetan
di sepanjang jalan menuju Nijmegen, masih belum tiba.
Perahu-perahu itu akhirnya tiba pada pukul 14.40. Ke-33
perahu campuran kayu tripleks dan kanvas yang susah
dipakai itu harus dipasang kembali oleh pasukan zeni.
Untuk menghadapi serangan itu, Harmel telah meng-
himpun 500 prajurit Waffen-SS di kota Nijmegen, yang
diperkuat oleh unit-unit Luftwaffe, Heer dan Polizei. Meriam-
meriam Flak 88 mm dan 37 mm telah dipasang untuk
melindungi jalan besar yang melandai ke arah jembatan.
Selain itu, dia juga memiliki sejumlah Panzerjäger IV.
Sepanjang hari itu, meriam-meriam Inggris meng-
gempur posisi-posisi pasukan Jerman, sementara pasu-
kan payung Amerika dan prajurit grenadier dari Divisi
Guards menyerang pinggiran Nijmegen. Gempuran itu
membungkam meriam-meriam Flak 88 mm yang me-
nyediakan pertahanan utama pada jalur-jalur yang meng-
arah ke jembatan.
Menjelang sore, sementara artileri dan tank-tank
Inggris menggempur pasukan Jerman yang bertahan di
8.8cm Flak 18
FAR
Meriam Jerman paling terkenal selama Perang Dunia II adalah meriam berat
’Flak 88’. Ada tiga versi meriam ini, yaitu 8.8cm Flugabwehrkanone (Flak)
18, 36 dan 37.
Meriam kaliber 88 mm pada mulanya dikembangkan sebagai sebuah
meriam berat penangkis serangan udara. Namun dalam uji coba tempurnya
dengan Legiun Kondor Jerman selama Perang Saudara Spanyol (1936-1939),
selain terbukti sebagai meriam penangkis serangan udara yang andal, meriam
ini juga membuktikan diri sebagai meriam penghancur tank yang ampuh.
Hal ini dikarenakan sifat fleksibel meriam tersebut: tidak seperti kebanyakan
meriam penangkis serangan udara yang dipasang vertikal, laras meriam ini
dapat diarahkan secara horizontal.
Beberapa model meriam buatan pabrikan Krupp ini kemudian dipasang
sebagai senjata utama di tank-tank tempur utama Jerman, seperti Tiger I dan
II. Selain itu, meriam 88 mm juga digunakan dipasang di meriam-meriam
swagerak, kereta api lapis baja, kapal selam, dan kapal perang kecil dan
pertahanan pantai.
N ER A K A
kedua tepi sungai, 40 tank Inggris bergerak mendekati tepi
sungai dan mulai menembakkan peluru asap ke ujung
tepian di sebelah barat jembatan. Kemudian gelombang
R AYA
pertama pasukan payung, 260 orang prajurit di bawah
Mayor Julian Cook, meluncurkan perahu-perahu mereka
J AL AN
ke dalam Sungai Waal yang aliran airnya deras. Sejak
awal, segala sesuatunya bermasalah. Beberapa perahu
yang tipis itu terbalik saat dinaiki para prajurit. Beberapa
N ER A K A
berikutnya, orang Amerika bergerak maju ke jembatan
jalan raya, sasaran utama mereka. Pada saat bersamaan,
sebuah serangan pasukan lapis baja Inggris di sisi lain
R AYA
sungai akhirnya menembus perimeter pertahanan Jerman
di sekitar persimpangan lampu merah di kaki jembatan.
J AL AN
Melalui neraka bangunan-bangunan yang terbakar dan
tembakan meriam, empat tank Inggris berpacu mendekati
jembatan dan menyerbu kolongnya. Berduel dengan
meriam-meriam 88 mm Jerman di tepi sungai, tank-
tank itu memberondongi pasukan zeni ’Frundsberg’ yang
bertahan di kolong jembatan dan berusaha memasang
bahan peledak.
Memandang dengan rasa ngeri dari pos komandonya,
Harmel segera memerintahkan agar jembatan itu dile-
dakkan. Perwira zeni yang bertanggung jawab terus me-
nekan tombol. Tetapi tidak terjadi apa-apa. Tembakan
Seorang prajurit zeni Waffen-SS yang terbunuh saat berusaha memasang bahan
peledak untuk menghancurkan jembatan di Nijmegen. (Sumber: Great Battles of
the Waffen-SS)
SS-Hauptsturmführer Karl
Heinz Euling, komandan
Kampfgruppe Euling dari
Divisi SS ’Frundsberg’. Dia
mendapatkan medali Knight
Cross atas peranannya dalam
mempertahankan jembatan di
Nijmegen. (Sumber: Sons of the
Reichs)
N ER A K A
pasukan Inggris pada saat-saat yang menentukan dalam
pertempuran. Namun keberhasilan ini harus dibayar
mahal. Lebih dari 260 jenazah prajurit Jerman ditemukan
R AYA
di antara reruntuhan bangunan di Nijmegen.
Kejatuhan jembatan Nijmegen ke tangan Sekutu sendiri
J AL AN
membuat jalan ke Arnhem telah terbuka: jarak antara
mereka dan pasukan payung Inggris yang berantakan ha-
nya tinggal 18 km lagi. Namun yang mengejutkan pasukan
payung Amerika, pasukan lapis baja Inggris berhenti un-
tuk bermalam. Para prajuritnya kelelahan, sementara
amunisi dan bahan bakar unit mereka menipis. Lebih dari
itu, bentangan jalan ke Arnhem menunjukkan daerah
yang buruk hingga saat itu—jalannya mendaki, lurus dan
benar-benar terbuka untuk diserang. Suatu serangan
pasukan lapis baja melewati jalan itu memerlukan pa-
sukan infanteri untuk melindungi lambungnya guna
mengatasi perlawanan pasukan Jerman. Sayangnya, pa-
sukan infanteri Inggris masih belum mencapai ujung tom-
bak serangan Operasi Garden itu.
Dalam keadaan yang memanas itu, orang Amerika ti-
dak habis berpikir mengapa para awak tank Inggris tidak
langsung bergerak untuk menyelamatkan rekan-rekannya
yang terkucil di Arnhem. ”Kami telah melakukan serangan
bunuh diri menyeberangi Waal guna merebut ujung utara
jembatan,” kata Kolonel Reuben H. Tucker, komandan
Resimen ke-504 yang telah melancarkan operasi amfibi
itu. ”Kami hanya berdiri saja dengan darah mendidih, saat
pasukan Inggris bersiap beristirahat di malam itu, gagal
mengambil kesempatan dari situasi yang ada. Kami benar-
benar tidak bisa mengerti. Ini bukanlah hal yang kami
lakukan dalam tentara Amerika—khususnya jika orang-
orang kami sedang terdesak sekitar 18 km jauhnya.”
Jelas keadaan semakin mencekam. Yang lebih meng-
khawatirkan pihak Sekutu, para komandan mereka tidak
Dua orang prajurit lintas udara Amerika Serikat mengamati tank-tank Cromwell
Inggris menyeberangi jembatan di Nijmegen. (Sumber: Airborne Carpet)
jembatan yang
berdarah
123
BER DA R A H
J E M B ATA N YA N G
Sebuah foto udara yang menunjukkan ujung utara jembatan jalan raya Arnhem,
tempat berlangsungnya pertempuran sengit antara Batalyon Para ke-2 Inggris dan
pasukan Jerman. (Sumber: Liberation)
PIAT
FAR
Berat : 15 kg
Panjang : 0,99 m
Kecepatan peluru : 76 m/detik
Jangkauan tembak efektif : 110 m
Jarak tembak maksimal : 320 m
Pembidik : lubang bidik
Isi : bahan peledak cekung
Berat isi : 1,1 kg
Mekanisme ledakan : tumbukan
Projector, Infantry, Anti Tank (PIAT) merupakan sebuah senjata anti-tank
jinjing Inggris dalam Perang Dunia II. Dikembangkan pada tahun 1942, PIAT
merupakan respons terhadap kebutuhan Tentara Inggris untuk memperoleh
senjata anti-tank infanteri yang efektif.
Dibuat berdasarkan sistem mortir klep, PIAT dapat meluncurkan sebuah
bom seberat 1,1, kg dengan menggunakan pegas yang kuat dan patrum tak
berpeluru di ekor proyektil. Senjata ini dapat digunakan secara efektif pada
jarak sekitar 110 meter untuk menghancurkan sebuah tank sementara untuk
peranan tidak langsung sebagai “penghancur rumah” jarak efektifnya adalah
320 meter.
Dibandingkan senjata anti-tank infanteri lainnya pada masa itu, PIAT
memiliki sejumlah keunggulan. Di antaranya mengeluarkan asap yang lebih
sedikit di moncong senjata setelah penembakan sehingga meminimkan
kemungkinan posisi penembaknya diketahui lawan sementara larasnya pun
tidak mahal. Namun PIAT pun memiliki sejumlah kekurangan, seperti
pengokangan senjata yang sulit, luka memar yang dialami penggunanya ketika
menembakkan proyektil, serta daya tembusnya yang lemah.
Mulai dugunakan pada tahun 1943, PIAT merupakan senjata anti tank
infanteri utama yang digunakan pasukan Inggris dan Persemakmuran hingga
awal tahun 1950.
BER DA R A H
Ketika serangan infanteri ini mengalami kegagalan,
Brinkmann melancarkan serangan lainnya dengan me-
ngerahkan sejumlah kendaraan lapis baja dan kendaraan
pengangkut pasukan. Dua meriam anti-tank 6-pounder
J E M B ATA N YA N G
Inggris memainkan peranan besar dalam melumpuhkan
serangan lapis baja ini dan segera jelas bahwa Divisi
’Frundsberg’ harus mencari jalur lain ke Nijmegen.
Serangan besar Jerman lainnya terhadap jembatan
Arnhem dilancarkan sekitar pukul 09.30. Atas inisiatifnya
sendiri, SS-Hauptsturmführer Paul Gräbner—seorang per-
wira yang agresif dan percaya diri—memutuskan kembali
ke jembatan Arnhem dan membersihkannya dari pasukan
payung Inggris agar pengiriman bala bantuan Jerman ke
Nijmegen tidak terhalang. Iring-iringan kendaraan lapis
baja dan kendaraan bermotor SS pimpinannya dipacu de-
ngan kecepatan 48 km/jam ke arah jembatan Arnhem,
sementara para prajuritnya mengarahkan senapan mesin
jalan raya.
Dari rumah yang dijadikan Pos Komando Pasukan, be-
berapa anak buah Frost memperhatikan gerakan pasukan
Jerman itu. Pemandangan sangat jelas di jembatan dan di
jalur Nijmegen. Konvoi Jerman sekarang bergerak ke arah
FAR
Sebuah kendaraan half-track Sd.Kfz 250 milik Batalyon Perintis SS ke-9 yang
dilumpuhkan anak buah Frost teronggok di dekat jembatan Arnhem. (Sumber:
German Armored Units at Arnhem September 1944)
BER DA R A H
rakan lawan. Penghadangan berhasil. Enam kendaraan
terbalik dan tercebur ke dalam sungai. Sisanya terbakar,
berhenti, tetapi masih mampu membalas.
Sergapan itu menewaskan Gräbner dan sekitar 70
J E M B ATA N YA N G
anak buahnya. Mereka yang selamat untuk sementara
terdesak ke bangunan sekolah yang dikuasai oleh unit ze-
ni Inggris. Kopral Simpson dan Perry menghujani orang-
orang Jerman itu dengan senjata otomatisnya. Salah satu
kendaraan beroda half-track terkena tembakan, awak
kendaraan itu yang berusaha menyelamatkan diri tewas
ketika berusaha berlindung di semak-semak.
Pihak Jerman kemudian berusaha mengerahkan infan-
teri lewat sungai, tetapi mereka terdesak oleh tembakan
mortir dan artileri pasukan payung Inggris. Tembakan
artileri berasal dari Oosterbeek yang dibimbing oleh Mum-
ford yang berada di Pos Observasi. Pasukan Jerman pun
tidak tinggal diam. Mereka meningkatkan serangan mortir
dan artileri. Anak buah Frost banyak yang menjadi korban
tembakan tersebut.
Orang Jerman dengan sikap percaya diri menempatkan
meriam ukuran sedang di tempat terbuka. Senjata ini
disiapkan untuk menghadapi Batalyon ke-2 Inggris, tetapi
Jerman lengah. Ketika persiapan selesai, para penembak
jitu Inggris mengarahkan senjatanya ke arah awak meriam
Jerman selagi meriam mereka belum bisa digunakan.
Akhirnya pihak Jerman maklum bahwa mereka gagal,
lalu mengirimkan Panzer IV untuk menarik meriam itu ke
tempat yang lebih aman.
Frost melakukan kontak dengan Markas Besar Divisi.
Dia minta segera dikirimkan bantuan dan amunisi. Mar-
kas Besar menyatakan bahwa dua batalyon sedang ber-
usaha mendobrak pertahanan Jerman dan menuju ke
jembatan. Frost berharap bahwa Korps XXX akan segera
tiba untuk membantunya, tetapi mereka masih terlalu jauh
BER DA R A H
J E M B ATA N YA N G
Letnan Kolonel John Frost (mengenakan topi baja) membahas situasi lapangan
dengan seorang perwira pasukan lintas udara Inggris. (Sumber: A Drop Too Many)
BER DA R A H
◄ Awak sebuah unit
penangkis serangan udara
Luftwaffe mempersiapkan
sepucuk kanon Flak 30
kaliber 20 mm untuk
J E M B ATA N YA N G
menghadapi armada udara
yang membawa pasukan
payung Sekutu. Foto ini
diambil di Dreyenseweg, di
sebelah utara Oosterbek.
(Sumber: German Armored
Units at Arnhem September
1944)
BER DA R A H
Montgomery. Berkenaan dengan jembatan Arnhem, Model
dengan sikap dingin berkata kepada Bittrich: ”Aku meng-
inginkan jembatan itu.”
Demikianlah sepanjang siang hingga malam 18/19
J E M B ATA N YA N G
September pertempuran di Arnhem berkobar. Tank-tank
Tiger dari Kompi Tank Berat Hummel dikirimkan untuk
menghancurkan pertahanan pasukan payung Inggris di
jembatan Arnhem sementara Brigade Meriam Penyerang
ke-280 tiba untuk mendukung pasukan Jerman yang
berhadapan dengan pasukan utama Inggris. Perlahan-
lahan, serangan Jerman menjadi semakin terorganisasi
dan efektif.
Di pihak lain, Red Devils di Arnhem mengalami ke-
pungan mematikan yang dilakukan pihak Jerman. Pada
akhir hari kedua, 18 September, kawasan kota yang
berada di ujung utara jembatan besar yang melintang
di atas Rhine Hilir dipenuhi dengan rongsokan perang
dan bau tidak sedap pertempuran. Api berkobar tanpa
Sebuah tank Tiger dari Kompi Tank Berat Hummel di dekat jembatan Arnhem
mempersiapkan serangan dengan dengan para prajurit panzergrenadier. (Sumber:
German Armored Units at Arnhem September 1944)
Messerschmitt Bf-109E-7/B
FAR
Awak : 1 orang
Berat : - kosong 2,014 ton
- penuh 2,767 ton
Panjang : 8,74 m
Tinggi : 3,40 m
Rentang sayap : 9.86 m
Kecepatan : 578 km/jam
Jarak Tempuh : 1.094 km
Persenjataan : 1 x kanon MG FF/M 20 mm
4 x senapan mesin MG17 7,92 mm
Salah satu pesawat pemburu terkenal dalam Perang Dunia II, Bf-109 ber-
gabung dengan Luftwaffe pada musim semi 1937. Ketika diuji coba di medan
tempur bersama Legiun Kondor, pesawat pemburu ini dengan cepat mampu
mendominasi udara di atas Spanyol. Hal yang sama juga diraihnya di Polan-
dia, Denmark, Norwegia, dan Eropa Barat ketika Perang Dunia II meletus.
Pesawat Bf-109E sedikit lebih unggul dibandingkan Hawker Hurri-
cane, tetapi memiliki kemampuan berimbang dengan Supermarine Spitfire.
Kelebihan Bf-109 terletak pada kecepatannya di ketinggian yang tinggi, se-
mentara Spitfire unggul pada ketinggian menengah. Membawa satu kanon
20 mm MG FF, pesawat ini memiliki kelebihan lain pada sistem injeksi ba-
han bakarnya, yang memampukannya melakukan manuver negative-G tanpa
membuat arus mesinnya terputus. Namun keterbatasan kapasitas bahan ba-
karnya membuatnya hanya mampu bertempur selama beberapa menit dalam
Pertempuran di Inggris.
Pesawat Bf-109 tetap menjadi pesawat pemburu utama Luftwaffe selama
perang dan menjadi pesawat terbanyak yang pernah diproduksi sepanjang
sejarah, yaitu sekitar 33.000 buah. Tujuh puluh persen di antaranya adalah
model Bf-109G.
BER DA R A H
PETA PERTEMPURAN DI JEMBATAN ARNHEM
J E M B ATA N YA N G
SUNGAI RHEIN
Keterangan:
Garis pertahanan maksimum wilayah yang dikuasai Inggris
Bangunan-bangunan yang dipertahankan Inggris pada awal pengepungan.
Sebuah tim artileri pasukan Lintas Udara ke-1 Inggris yang berada di Oosterbek
menembakkan howitzer 75 mm ke arah pasukan Jerman yang mengepung ba-
talyon Frost di jembatan Arnhem. (Sumber: Airborne Carpet)
BER DA R A H
rangan ini menguntungkan Jerman karena mereka dapat
memperbaiki posisi dan mendekati sasaran setapak demi
setapak.
Satu-satunya hiburan bagi Frost dan anak buahnya
J E M B ATA N YA N G
adalah tembakan artileri Inggris yang dibimbing oleh
Mumford dari arah Oosterbeek. Tembakan artileri yang
akurat itu membuat resah satuan Panzergrenadier yang
mengepung Frost.
Pasukan Jerman lama-kelamaan mendongkol karena
tidak bisa segera menghalau unit yang lebih kecil itu. Se-
waktu-waktu mereka menggunakan meriam penangkis
serangan udara kaliber 20 mm dan 40 mm untuk meng-
hadapi senapan-senapan mesin Frost. Bahkan gereja-
gereja di dalam kota menjadi sasaran tembakan Jerman.
Mereka mengira bahwa menara gereja itu digunakan
sebagai pos observasi artileri Inggris! Kenyataannya, me-
nara gereja itu sama sekali tidak pernah digunakan oleh
Inggris sebagai pos observasi.
Muncul desas-desus di antara pasukan payung Inggris
yang bertahan di jembatan bahwa mereka akan segera di-
gantikan oleh pasukan lainnya. Mereka mengharapkan
kemunculan Batalyon ke-1 atau ke-3 yang berhasil men-
dobrak pertahanan Jerman. Kadang kala mereka berharap
datangnya satuan-satuan dari South Stafford atau Ba-
talyon ke-11, sementara Jerman semakin meningkatkan
pengepungannya terhadap pasukan payung Inggris yang
keras kepala itu. Tembakan-tembakan tank dan artileri
Jerman merobohkan gedung yang digunakan sebagai
tempat berlindung oleh pasukan Inggris. Usaha seperti itu
ternyata tidak banyak mengambil korban tewas di pihak
Inggris, tetapi banyak jatuh korban yang terluka. Masalah
ini justru semakin mengkhawatirkan dan membuat repot
kedua petugas kesehatan yang ada. Frost, setelah meng-
interogasi seorang tawanan Jerman baru tahu bahwa
Awak : 5 orang
Berat : 45,5 ton
Panjang : 8,86 m
Lebar : 3,4 m
Tinggi : 2,98 m
Persenjataan : 1 x meriam KwK 42 L/70 75 mm
2 x senapan mesin MG34 7,92 mm
Kecepatan : 46 km/jam
Jarak Tempuh : 200 km
Panzer V, lebih dikenal dengan nama Panther, adalah tank yang dibuat Jerman
sebagai tanggapan terhadap ancaman T-34 Soviet, yang mengungguli semua
tank Jerman pada awal Operasi Barbarossa. Di antara keistimewaan milik
T-34 yang diserap ke dalam rancangan Panther adalah lapisan baja miring
(yang memberikan kesempatan lebih besar untuk mengelak tembakan serta
meningkatkan ketebalan baja yang lebih efektif untuk menghadapi penetrasi),
rantai yang lebar (yang memampukan tank lebih mudah bermanuver di tanah
yang lunak) serta meriam sekaliber 76,2 mm yang memiliki kemampuan
menembus baja lebih baik dan menembakkan peluru berbahan peledak tinggi
yang lebih efektif.
Sekalipun debut awalnya di Kursk buruk, versi-versi lanjutan Panther
membuktikan ketangguhannya. Kombinasi daya tembak, mobilitas, dan
perlindungan Panther yang hebat membuatnya menjadi tolok ukur desain
tank negara-negara lain, dan dianggap sebagai salah satu tank terbaik dalam
Perang Dunia II.
BER DA R A H
Model memang memerintahkan untuk tidak meledakkan
jembatan. Apabila hal ini terjadi, akan sia-sia saja serbuan
yang dilakukan oleh pasukan payung Inggris.
Tank-tank dan artileri Jerman terus menggempur secara
J E M B ATA N YA N G
sistematis rumah-rumah yang dihuni pasukan payung
sepanjang hari berikutnya. ”Itulah tembakan paling baik
dan paling efektif yang pernah kulihat,” kenang seorang
prajurit Jerman. ”Dimulai dari atap, gedung-gedung am-
bruk seperti rumah boneka.”
Pada malam tanggal 19 September, hanya setengah dari
ke-500 prajurit awal Frost yang masih mampu bertempur.
Pada akhir hari berikutnya, jumlahnya menyusut menjadi
sekitar 150 hingga 200 orang. Di ruang-ruang bawah ta-
nah dari rumah-rumah yang ditembusi peluru meriam,
orang-orang yang terluka dan dibalut dengan perban ko-
Seorang suster Belanda merawat para prajurit payung Inggris yang terluka di se-
buah pos kesehatan di Oosterbek. Melimpahnya korban luka di antara pasukan
payung sementara minimnya peralatan medis merupakan salah satu alasan banyak
kantong perlawanan Divisi Lintas Udara ke-1 di Arnhem akhirnya jatuh ke tangan
Jerman. (Sumber: http//:saakt.nl)
BER DA R A H
”Tidak, Pak,” jawab prajurit itu, ”Namun kita benar-
benar membuat mereka harus membayar mahal.”
Kira-kira 3,2 km dari sana, sisa-sisa Divisi Lintas
Udara ke-1 dipukul mundur ke dalam suatu posisi perta-
J E M B ATA N YA N G
hanan berbentuk U, di mana ujungnya yang terbuka ber-
hadapan dengan tikungan Rhein Hilir. Pada tanggal 21
September, perimeter itu menyusut menjadi sebuah kan-
tong dengan kedalaman 1,6 km dan luas 2,4 km. Ke dalam
kantong tersebut pasukan Jerman melontarkan berton-
ton bahan peledak; begitu sengit gempurannya sehingga
mereka menyebut wilayah yang diperebutkan itu sebagai
Der Hexenkessel—ketel tukang sihir. Namun, sekalipun
digempur tanpa ampun oleh meriam-meriam Jerman dan
diusik oleh para penembak jitu mereka, para prajurit Divisi
Lintas Udara ke-1 tetap bertahan. Kekurangan makanan,
air dan suplai medis, mereka menunggu kedatangan pasu-
kan darat untuk diselamatkan.
Pasukan darat Inggris bergerak dari Nijmegen pada pagi
tanggal 21 September, di mana tank-tanknya melaju ke
arah Arnhem di sepanjang jalan yang mendaki dan terbuka.
Untuk menghadang mereka, Harmel mengerahkan empat
meriam penyerang StuG IIIdan 16 Panzer IV dari Resimen
Panzer ’Frundsberg’ yang diangkut menyeberangi Rhein
sehari sebelumnya. Perwira SS itu kemudian mendirikan
sebuah ”garis pengentian” di sebelah utara Nijmegen. Se-
luruh ”pulau” antara Arnhem dan Nijmegen yang berada
di rawa-rawa tanah rendah dan lunak dibanjiri dengan
air. Akibatnya, setiap gerakan di luar jalan raya mustahil
dilakukan oleh tank-tank dan sukar dijalankan oleh pa-
sukan infanteri.
Harmel dengan terampil menempatkan pasukannya
untuk menguasai jalan dari Nijmegen ke Arnhem. Kekha-
watiran pasukan Inggris untuk dihabisi di jalan yang
mendaki segera terbukti ketika 9,6 km dari Arnhem, se-
BER DA R A H
J E M B ATA N YA N G
▲ Para prajurit Jerman menembaki pasukan payung Polandia yang diterjunkan di
atas Arnhem. Banyak prajurit Polandia yang terbunuh sebelum mencapai tanah akibat
tembakan mematikan pasukan Jerman yang berada di darat. (Sumber: It Never Snows in
September)
Dari kiri ke kanan: Letnan Kolonel R. Stevens, Mayor Jenderal Sosabowski, dan
Mayor Jenderal Thomas di Valburg, 24 September. Montgomery kemudian
menjadikan Sosabowski kambing hitam atas kegagalannya menolong Divisi Lintas
Udara ke-1 di Arnhem dan mencopot perwira Polandia itu dari komandonya.
Akibatnya, timbul pemogokan para prajurit dari Brigade Para Polandia. (Sumber:
Arnhem 1944)
makam pasukan
lintas udara
inggris
147
Mayor Jenderal Urquhart dan Brigadir Jenderal Hicks menyusun rencana untuk
menghadapi pasukan Jerman di Arnhem di Hotel Hartenstein yang dijadikan mar-
kas besarnya. (Sumber: After the Battle)
IN G G R IS
Sturmgeschütz III Ausf. G
UDAR A
PA S U K A N L I N TA S
Awak : 4 orang
M A K A M
Berat : 21,6 ton
Panjang : 6,31 m
Lebar : 2,92 m
Tinggi : 2,15 m
Persenjataan : 1 x meriam StuK 40 L/48 75 mm
1 x senapan mesin MG34 7,92 mm
Kecepatan : 40 km/jam
Jarak Tempuh : 155 km
IN G G R IS
tu siang. Tiga jam kemudian, Resimen Infantri Para ke-
506 dan pasukan lapis baja Inggris bergabung dengan
Brigade Guards ke-32 di Uden, membuka kembali Jalan
UDAR A
Raya Neraka.
Namun semua itu tidak banyak meringankan tekanan
bagi Jenderal Urquhart dan anak buahnya, yang terus
PA S U K A N L I N TA S
bertempur dengan gagah berani melawan pasukan
Jerman yang lebih kuat di seberang sungai. Pada tanggal
24 September ada begitu banyak prajurit Inggris yang
terluka sehingga pos-pos perawatan darurat dan rumah-
rumah orang Belanda di pinggiran Oosterbek dipenuhi
para pasien. Karena kehabisan suplai medis dan keadaan
orang-orang yang terluka semakin mengenaskan, Urquhart
M A K A M
IN G G R IS
kemanusiaannya, bahkan selama pertempuran yang pa-
ling sengit pun.”
Beberapa gencatan senjata pilihan diumumkan selama
UDAR A
waktu-waktu tertentu di sektor-sektor khusus untuk
memampukan pengambilan orang-orang yang terluka. Ru-
mah Sakit St. Elizabeth kemudian digunakan oleh kedua
PA S U K A N L I N TA S
pihak yang bermusuhan untuk merawat orang-orang
yang terluka. Di antara mereka yang dirawat terdapat
Brigadir Jenderal Lathbury, yang tanda pangkatnya te-
lah disingkirkan dan didaftarkan sebagai ”Kopral Satu
Lathbury”.
Keadaan pasukan payung Inggris yang memburuk
itu perlu diketahui oleh Horrocks dan Browning. Untuk
M A K A M
memberitahukan mereka, Urquhart harus mengirimkan
seorang kurir yang tahu masalahnya. Karena itu dipilihlah
Charles Mackenzie, seorang perwira staf, untuk pergi ke
posisi kedua perwira tinggi tersebut.
Mackenzie mendapat perintah menemui Horrocks dan
Browning untuk meyakinkan mereka bahwa Divisi Lintas
Udara ke-1 sangat membutuhkan obat-obatan, makanan
dan amunisi. Juga beberapa perahu untuk membantu
pasukan Polandia agar bisa menyeberang. Bila suplai itu
terlambat maka anak buah Urquhart akan tamat riwa-
yatnya. Mackenzie akan didampingi oleh Eddie Myers dari
satuan zeni.
Sementara itu, Horrocks bermaksud mendobrak po-
sisi Jerman di Nijmegen dan membuat landas serbu ba-
gi Divisi ke-43 yang dipimpin oleh Mayor Jenderal G.I.
Thomas. Salah satu brigade akan bergerak menembus
Elst ke Arnhem, sementara brigade lain akan bergerak ke
kiri menembus Oosterhout menuju pangkalan feri di He-
veadorp. Horrocks memperkirakan bahwa Thomas akan
menyeberangkan pasukannya ke Sungai Waal di malam
Kamis untuk siaga dan menyerang di pagi hari berikut-
Jagdpanzer IV
FAR
Awak : 4 orang
Berat : 24-25 ton
Panjang : 6,85 m
Lebar : 3,17 m
Tinggi : 1,85 m
Senjata utama : meriam PaK39 L/48 75mm
Senjata Sekunder : 2×senapan mesin MG42 7,92mm
Kecepatan : 40 km/jam
Jangkauan : 210 km
Sturmgeschütz neuer Art mit 7.5cm PaK L/48 auf Fahrgestell Panzer-
kampfwagen IV (Sd Kfz 162), atau lebih dikenal dengan nama Jagdpanzer
IV, dikembangkan sebagai versi perbaikan dari StuG III dan, akhirnya,
menggantikannya. Pada mulanya, pengembangannya ditentang keras oleh
Kolonel Jenderal Guderian, Inspektur Jenderal Pasukan Lapis Baja, sehingga
Jagdpanzer IV dijuluki ”bebek Guderian” karena pengembangannya yang
bermasalah. Menurut rencana, OKW bermaksud menempatkan 21 Jagdpanzer
IV untuk setiap divisi panzer, tetapi rencana ini terbukti terlalu mengawang-
awang. Hanya 1977 Jagdpanzer IV dari segala model yang diproduksi selama
perang.
Siluetnya yang rendah membuat kendaraan lapis baja ini sulit disasar oleh
lawan. Dengan lekukan bajanya yang baik, mobilitas yang mumpuni dan daya
tembaknya yang mematikan, khususnya setelah meriam utamanya diganti
dengan jenis L/70, Jagdpanzer IV terbukti sebagai sebuah penghancur tank
yang andal dan merupakan musuh yang berbahaya, khususnya saat digunakan
untuk bertahan.
IN G G R IS
nya. Dalam kenyataannya, hingga hari Jumat tidak ada
pasukan yang digerakkan. Pada waktu itu satuan-satuan
Somerset telah bergerak ke Oosterhout tetapi tertahan
UDAR A
oleh lawan. Di bawah perlindungan kabut, beberapa ken-
daraan lapis baja bergerak cepat ke Oosterhout dan ber-
gabung dengan pasukan Polandia di dekat Driel.
PA S U K A N L I N TA S
Ketika kabut menghilang, Batalyon ke-7 Somersets da-
ri Divisi ke-43 benar-benar terhalang di Oosterhout ber-
sama satuan-satuan artileri serta sebuah skwadron tank.
Pasukan Jerman dengan gigih menghadang pasukan Ing-
gris itu. Gerakan pasukan Inggris lainnya tertahan juga
di Elst.
Pihak Jerman menempatkan para penembak jitu da-
M A K A M
lam perimeter Inggris. Ketika sedang bercakap-cakap de-
ngan Ian Murray, Mayor Jenderal Urquhart terkejut ka-
rena menjadi sasaran penembak jitu Jerman. Dengan
cepat mereka berlindung. Untuk menangkal penembak
jitu Jerman, sebuah unit dibentuk oleh Laurie Hardman,
Seorang prajurit Inggris berusaha membungkam penembak jitu Jerman dari re-
runtuhan Hotel Hartenstein yang telah hancur berantakan akibat gempuran me-
riam. (Sumber: Arnhem)
IN G G R IS
tampak topi baja. Denyut jantung ketiga orang itu tidak
lama berdebaran karena pemakai topi baja itu adalah
prajurit Polandia. Selain itu, muncul juga sosok tentara
UDAR A
Inggris yang bertugas sebagai perwira penghubung. Me-
reka segera bergegas ke satuan Polandia yang sedang ber-
tempur dengan sengit menghadapi Jerman di Elst.
PA S U K A N L I N TA S
Posisi pasukan Polandia agak sulit. Mereka tampaknya
akan kalah kuat dengan lawan, yang sehari sebelumnya
telah berhasil mendesak mundur Resimen Borders Inggris.
Keberadaan pasukan Polandia di daerah Driel secara tidak
langsung membantu Divisi ke-43 yang berusaha menem-
bus blokade Jerman.
Gerakan Korps XXX tetap lamban karena Jerman mem-
M A K A M
berikan perlawanan yang sengit. Kota Oosterhout sendiri
baru bisa dibersihkan dari unsur-unsur pasukan Jer-
man di pagi hari. Dari pertempuran itu tertangkap 139
prajurit Jerman, lima meriam penangkis serangan udara
dan meriam 88 mm. Salah satu batalyon dari Divisi ke-
43 menderita kerugian 19 orang terluka. Sementara itu
peluru-peluru mortir Jerman dari posisi lainnya masih te-
tap berjatuhan dan menambah korban.
Mackenzie dan Myers berhasil dengan tugasnya. Mereka
membawa satuan Polandia yang tergabung dalam Brigade
ke-1 dengan perahu-perahu karet menyeberangi sungai.
Sasarannya adalah Oosterbeek dan Hotel Hartenstein.
Sementara itu, perimeter pertahanan Divisi Lintas Udara
ke-1 semakin sempit. Mereka telah berada di Arnhem dan
Oosterbeek selama hampir satu minggu. Persediaan air
semakin berkurang. Makanan harus dijatah, berupa ikan
sarden dan sepotong biskuit.
Pada malam 23/24 September, 45 tank Königstiger
Heer tiba untuk membantu Bittrich. Dia mengirimkan
30 di antaranya untuk membantu Harmel menghentikan
Divisi Lapis Baja Guards, sementara sisanya dialihkan
Awak : 5 orang
Berat : 68 ton
Panjang keseluruhan : 10,3 m
Lebar : 3,76 m
Tinggi : 3,08 m
Persenjataan : - meriam KwK 43/L71 88mm
- 2 x senapan mesin MG34 7,92mm
Kecepatan : 35 km/jam
Jarak Tempuh : 170 km
IN G G R IS
ke barat menuju Oosterbek Kessel. Di sana mereka di-
gunakan untuk menghancurkan kubu-kubu kuat Inggris
dengan akibat yang dahsyat. Namun kelompok-kelompok
UDAR A
pasukan payung Inggris yang bertahan dengan gigih
menghancurkan beberapa monster lapis baja itu dengan
menembakkan bazoka PIAT dari jarak yang begitu dekat.
PA S U K A N L I N TA S
Pada tanggal 25 September, sekitar 110 meriam Jerman
bergemuruh di Oosterbek, menggempur parit-parit perta-
hanan Inggris. Pesawat-pesawat angkut RAF yang ber-
usaha menerjunkan perbekalan kepada pasukan yang
terkepung harus terbang melewati tembok tembakan Flak
yang gencar. Banyak dari perbekalan yang diterjunkan
berakhir di tangan pasukan Jerman yang telah merebut
M A K A M
zona-zona penerjunan Inggris.
Para prajurit Jerman memeriksa ”harta karun” yang dijatuhkan dari langit oleh
misi-misi penyuplaian Inggris. Banyak di antara isinya adalah makanan kalengan
berkualitas baik yang didambakan oleh para prajurit Jerman. (Sumber: It Never
Snows in September)
IN G G R IS
UDAR A
PA S U K A N L I N TA S
M A K A M
▲Para prajurit Jerman menggeledah anggota pasukan payung Inggris yang menyerah
kepada mereka, 26 September 1944. Banyak di antara tawanan merupakan orang-orang
yang terluka dan terpaksa ditinggalkan oleh rekan-rekannya yang memilih meloloskan
diri dari penawanan. (Sumber: It Never Snows in September)
▼Di bawah pengawalan anggota Luftwaffe, sebuah barisan tawanan yang terdiri atas 100
orang prajurit dari Divisi Lintas Udara ke-1 Inggris digiring dengan berjalan kaki menuju
Jerman melewati desa Ellecom yang berada beberapa kilometer dari Arnhem. (Sumber:
Arnhem 1944)
IN G G R IS
UDAR A
PA S U K A N L I N TA S
M A K A M
▲Dua orang prajurit
Inggris yang lolos dari
Arnhem melompat ke
tepi selatan Sungai Rhein
Hilir setelah diselamatkan
oleh para prajurit zeni dari
Korps XXX. Di belakang
mereka masih melintang
Jembatan Arnhem yang
gagal mereka rebut.
(Sumber:TSM)
◄Seorang perwira
Divisi Lintas Udara
ke-1 kehilangan celana
panjangnya saat
menyeberangi Sungai
Rhein. (Sumber: Arnhem)
Mayat seorang prajurit lintas udara Inggris tergeletak di sebuah lubang perlin-
dungan, kemungkinan di Oosterbeek. Dia memegang pengeras suara sebuah ra-
dio lapangan. (Sumber: Arnhem 1944)
IN G G R IS
landia. Sejumlah 6.414 prajurit Divisi Lintas Udara ke-1
ditawan musuh. Antara Oosterbeek dan Arnhem, 1.485
orang prajurit dan perwira dari Divisi Lintas Udara ke-1
UDAR A
dan Resimen Penerbang Pesawat Layang tidak akan per-
nah kembali lagi.
Selama Operasi Market-Garden, 29.268 prajurit Ame-
PA S U K A N L I N TA S
rika telah diterjunkan dengan parasut atau pesawat la-
yang di Belanda. Divisi Lintas Udara ke-82 kehilangan 215
orang prajurit yang terbunuh, 790 terluka dan 427 lainnya
hilang. Sementara itu, Divisi ke-101 menderita kerugian
315 orang anggotanya terbunuh, 1.248 terluka dan 547
hilang. Seratus dua puluh dua orang pilot pesawat layang
juga hilang, di mana 12 orang di antaranya tewas.
M A K A M
Di antara kontingen darat Inggris, Korps XXX menderita
kerugian sebesar 1.480 orang. Sementara itu, Korps VIII
dan Korps XII kehilangan 3.874 orang anggotanya.
Tidak diketahui jumlah pasti korban yang diderita
pihak Jerman, tetapi diperkirakan jumlah keseluruhannya
mencapai sekitar 6.400 orang. Menurut sejarawan Robert
Kershaw, selain 2.565 orang yang hilang di utara Rhein
Hilir, termasuk 1.240 orang anggota Divisi ’Hohenstaufen’,
Jerman kemungkinan kehilangan 3,750 orang lagi dalam
pertempuran di sekitar koridor Korps XXX, termasuk 750
orang anggota Divisi ’Frundsberg’.
Bagi orang Belanda, hasil akhir dari pertempuran itu
terasa pahit dan menyakitkan. Selain 500 orang di antara
mereka yang terbunuh dan 500 lainnya terluka, sekitar
100.000 orang dipaksa keluar dari daerah Arnhem dan
Oosterbek. Rumah-rumah mereka dihancurkan dan dija-
rah secara sistematis oleh pasukan Jerman, yang kemu-
dian memotong catu mereka menjadi kurang dari 500
kalori per hari. Selain itu, sebagai balasan dari bantuan
yang diberikan orang Belanda kepada Sekutu selama
Operasi Market-Garden serta pemogokan pekerja kereta
Makam para prajurit lintas udara Inggris di sebuah sisi jalan yang terbunuh dalam
pertempuran di Arnhem . (Sumber: After the Battle)
167
Ailsby, Christopher. 2004. Die Geschichte der Waffen-SS. Wina: Tosa Verlag.
———. 2004. Hitler’s Renegades: Foreign Nationals in the Service of the Third
Reich. Dulles: Brassey’s Inc.
———. 2000. Hitler’s Sky Warriors. Virginia: Brassey’s Inc.
———. 1997. Waffen-SS: Hitler's Black Guard at War. London: Brown Pack-
aging Books Ltd.
Ambrose, Stephen. 2001. Band of Brothers. New York: Simon & Schuster.
Anto Dwiastoro Slamet. Mei 1992. ”A Bridge Too Far: Operasi Linud Sekutu
di Negeri Belanda.” TSM, No. 59, Tahun V.
Badsey, Stephen. 1993. Arnhem 1944: Operation Market Garden. Oxford: Os-
prey Publishing Ltd.
Bennett, David. 2001. A Magnificent Disaster. Havertown, PA: Casemate.
Barker, A.J. 1998. Waffen-SS at War. Surrey: Ian Allan Publishing.
Blandford, Edmund L. 1993. Green Devils/Red Devils: Untold Tales of the Air-
borne in World War II. London: Leo Cooper.
Bullock, Alan. 1958. Hitler: A Study in Tyranny. New York: Bantam Books.
Blandford, Edmund L. 1944. Hitler's Second Army: The Waffen SS. Shrews-
bury: Airlife Publishing Ltd.
Blumenson, Martin, dkk. 1978. Liberation. Alexandria: Time-Life Books.
Darman, Peter (peny.). 2004. Great Battles of the Waffen-SS. Kent: Grange
Books.
Evans, Martin. 1998. The Battle for Arnhem. Whitefriars, Norwich: Pitkin.
Farrar-Hockley, Anthony. 1970. Airborne Carpet: Operation Market Garden.
New York: Ballantine Books, Inc.
———. 1973. Student. New York: Ballantine Books, Inc.
169
Hook, Patrick. 2003. Hohenstaufen: 9th SS Panzer Division. Surrey: Ian Allan
Publishing.
Irving, David. 2002. Hitler’s War and the War Path. London: Focal Point Pub-
lication.
———. 1982. The War between the Generals. Middlesex: Penguin Books.
Kershaw, Robert. 1996. It Never Snows In September. Cambridge, Massachu-
setts: Da Capo Press.
Liddell Hart, B.H. 1958. The German Generals Talk. New York, Berkley Books.
———. 1983. History of the Second World War. London: Pan Books.
Lucas, James. 2001. Storming Eagles. London: Cassell Military Paperbacks.
MacDonald, Charles. 1970. Airborne. New York: Ballantine Books.
Mellenthin, F.W. von. 1971. Panzer Battles: A Study of the Employment of Ar-
mor in the Second World War. New York: Ballantine Books.
Michaelis, Rolf. 2004. Die 10. SS-Panzer-Division Frundsberg. Erlangen: Mi-
chaelis Verlag.
Middlebrook, Martin. 1994. Arnhem 1944: The Airborne Battle, 17-26 Sep-
tember. Boulder, Colorado: Westview Press.
Militärgeschichtliches Forschungsamt (peny.). 2006. Germany and the Second
World War, jil. 7. Oxford: Clarendon Press.
Mitcham, Samuel W. 2000. Retreat to the Reich: The German Defeat in France,
1944. Westport: Praeger Publishers.
Mrazek, James E. Airborne Combat: The Pesawat layang War/Fighting Pesawat
layang s of World War II. Mechanicsburg, PA: Stackpole Books.
Nichol, John, dan Tony Rennell. 2011. Arnhem: The Battle for Survival. Lon-
don: Viking.
Ramsey, Winston G. (peny.). 1973. After The Battle Number 2: The Battle
of Arnhem. Battle Of Britain International Ltd.
Reynolds, Michael. 2004. Sons of the Reich: II SS Panzer Corps. Havertown:
Casemate.
Rikmenspoel, Marc J. 2002. Waffen-SS: The Encyclopedia. New York: The
Military Book Club.
Ryan, Cornelius. 1995. A Bridge Too Far. New York: Simon & Schuster.
Saunders, Hillary St. George. 1975. The Red Beret. London: New English
Library Ltd.
P U S TA K A
Schneider, Wolfgang. 2003. Die Waffen-SS. Hamburg: Rowohlt Taschenbuch
Verlag.
Shirer, William L. 1960. The Rise and Fall of the Third Reich. New York: Simon
and Schuster.
DA F TA R
Simpsons, Keith. 1990. Waffen SS. New York: Gallery Books.
Stern, Robert C. 1978. SS Armor: A Pictorial History of the Armored Formations
of the Waffen-SS. Carrolton: Squadron/Signal Publications, Inc.
Strawson, John. 1973. Hitler as Military Commander. London: Sphere Books.
Time-Life Editors. 1991. The Heel of the Conqueror. Alexandria: Time-Life
Books.
Urquart, Robert E. 2008. Arnhem. Pen & Sword Military Classics.
Whiting, Charles. 1975. Hunter’s from the Sky. London: Corgi Books.
Williamson, Gordon. 2004. The Waffen-SS (2), 6.to 10. Divisions. Oxford:
Osprey Publishing.
———. 2005. Waffen-SS Handbook, 1933-1945. Gloucestershire: Sutton
Publishing.
Windrow, Martin. 1999. Waffen-SS. Oxford: Osprey Publishing.
Zwarts, Marcel. 2001. German Armoured Units at Arnhem. Hongkong: Con-
cord Publications Co.