Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS TIPE 2


PADA NY. S DAN NY. T DENGAN FOKUS STUDI
KETIDAKPATUHAN TERHADAP DIET
DI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG

KTI

Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Tugas Akhir


pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh :

Kinanthi Suhartini

NIM. P1337420515030

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2018
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA NY. S


DAN NY. T DENGAN FOKUS STUDI KETIDAKPATUHAN
TERHADAP DIET DI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir Pada
Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh :

Kinanthi Suhartini

NIM. P1337420515030

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2018

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Kinanthi Suhartini

NIM : P1337420515030

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pikiran oranglain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang, dan judul

buku aslinya serta dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus adalah hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Magelang, 15 Maret 2018

Yang membuat pernyataan,

Kinanthi Suhartini

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,

atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan kasus

tentang Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus tipe 2 pada Ny. S dan Ny. T

dengan Fokus Studi Ketidakpatuhan terhadap Diet di RSUD Tidar Kota

Magelang sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan

berkat adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:

1. Warijan, S.Pd., A.Kep., M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Semarang.

2. Putrono, S.Kep., Ns., M.Kes. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Semarang.

3. Hermani Triredjeki, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

4. Direktur RSUD Tidar Kota Magelang

5. Heru Supriyatno, MN. selaku dosen pembimbing I dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah

6. Bambang Sarwono, SKp.,MKes.Epid selaku dosen Pembimbing II dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah

7. Orang tua saya Bapak Suryana dan Ibu Roliyah yang selalu memberikan

semangat, nasehat, doa dan dukungannya

8. Kakak tercinta Ratri Sundari yang selalu menjadi inspirasi saya


v
9. Teman-teman Prodi DIII Keperawatan Magelang khususnya kelas Kresna

1 angkatan 2015.

10. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari penyusunan laporan kasus ini tidak luput dari

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun, guna memperbaiki proposal laporan kasus ini agar dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Magelang, 29 Desember 2017

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...............................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................iv

KATA PENGANTAR ................................................................................v

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................3

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6

A. Konsep Dasar Diabetes Melitus ......................................................... 6

1. Pengertian .................................................................................... 6

2. Klasifikasi Diabetes Melitus ........................................................ 6

3. Patofisiologi ................................................................................. 7

4. Pathway ....................................................................................... 9

5. Manifestasi Klinis ........................................................................10

vii
B. Ketidakpatuhan terhadap Diet pada Diabetes Melitus ........................ 12

1. Pengertian .................................................................................... 12

2. Tanda dan Gejala Ketidakpatuhan ................................................12

3. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan ................................ 13

4. Ketidakpatuhan Diet .................................................................... 16

5. Prinsip Peningkatan Kepatuhan Diet ............................................21

6. Dampak Ketidakpatuhan terhadap Diet ........................................24

C. Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................... 28

1. Pengkajian ................................................................................... 28

2. Masalah Keperawatan .................................................................. 33

3. Perencanaan ................................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 37

A. Rancangan Penelitian .........................................................................37

B. Subjek Penelitian ...............................................................................37

C. Fokus Studi........................................................................................ 37

D. Definisi Operasional Fokus Studi ....................................................... 38

E. Tempat dan Waktu.............................................................................39

F. Instrumen Penelitian ..........................................................................39

G. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 39

H. Analisis Data dan Penyajian Data ...................................................... 40

I. Etika Penelitian.................................................................................. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 42

A. Hasil .................................................................................................. 42

viii
B. Pembahasan ....................................................................................... 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 79

A. Simpulan ........................................................................................... 79

B. Saran .................................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Bahan Makanan yang dianjurkan ............................................................. 18

2.2 Bahan makanan yang tidak dianjurkan .................................................... 18

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Pathway Ketidakpatuhan ........................................................................... 9

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 : Informed Consent

Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 4 : Leaflet

Lampiran 5: Poster Kontrol Gula Darah

Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes

Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang serius dan terus mengalami peningkatan setiap tahun

diberbagai negara. International Diabetic Federation (IDF) melaporkan

bahwa tahun 2015 Indonesia berada di peringkat ke tujuh untuk prevalensi

diabetes tertinggi di dunia setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia

dan Meksiko dengan jumlah sebesar 10 juta penderita (Depkes RI, 2016).

Kasus yang banyak dijumpai saat ini adalah diabetes melitus tipe 2 dimana

kebanyakan penderita mengalami kelebihan berat badan, menjalankan pola

hidup tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, stress, mengkonsumsi

makanan tidak sehat dan terdapatnya faktor genetik yang memicu terjadinya

resistensi insulin (Soegondo, Soewondo, Subekti, 2009). Berdasarkan data

rekam medis RSUD Tidar Kota Magelang tahun 2016, diabetes melitus tipe 2

menempati urutan ke 6 dari sepuluh besar penyakit di instalasi rawat inap

dengan jumlah sebanyak 484 kasus. Pada tahun 2017 dari bulan Januari –

November kasus diabetes melitus tipe 2 masih mendominasi dengan jumlah

sebanyak 731 kasus dan paling banyak diderita oleh perempuan dengan

kelompok usia 45-64 tahun.

Salah satu penentu keberhasilan pada penatalaksanaan diabetes melitus

adalah perencanaan makan. Kepatuhan penderita dalam mengikuti

1
2

perencanaan makan sangat berperan penting untuk menstabilkan kadar gula

darah. Akan tetapi dalam mengikuti jadwal diet kadangkala penderita sulit

untuk melakukannya dan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Faktor

yang dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap diet adalah pengetahuan, sikap,

dukungan keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan (Fauzia Sari & Artini,

2013). Selain itu kejenuhan dalam mengikuti program pengobatan dan lama

sakit juga mempengaruhi tingkat kepatuhan diet (Risnasari, 2014). Untuk

memperbaiki perilaku atau kebiasaan penderita diabetes agar patuh terhadap

anjuran diet perlu adanya pendidikan kesehatan secara rutin sehingga

diharapkan penderita akan memiliki kontrol glikemik yang baik. Ketika

penderita patuh terhadap dietnya dan memiliki kontrol glikemik yang baik

maka akan menghindari terjadinya komplikasi akut maupun komplikasi

jangka panjang (Solichah, Rosiana, Siswanti, 2012).

Hasil Penelitian Aristina Halawa dan Pandeirot (2015) mengatakan bahwa

banyak penderita diabetes yang harus dirawat kembali karena kadar gula darah

yang tidak stabil sehingga muncul berbagai komplikasi yang salah satunya

disebabkan karena tidak patuh terhadap diet. Hasil penelitian ini juga

diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Haryono, Effendy

& Aulawi (2008), bahwa sebanyak 8 responden yang diwawancara lebih dari

setengahnya pernah menjalani rawat inap ulang dimana kebanyakan

disebabkan karena tidak menerapkan pengelolaan diet dengan benar sehingga

menimbulkan adanya komplikasi. Hal itu sesuai dengan pendapat Soegondo

(2009), bahwa apabila penatalaksanaan diabetes melitus buruk terutama dalam


3

perencanaan makan maka akan menimbulkan komplikasi akut berupa

hiperglikemia, hipoglikemia yang mempunyai angka kematian tinggi karena

ketidaktahuan penderita. Selain itu juga dapat menyebabkan komplikasi

jangka panjang atau kronik berupa arteri koroner, retinopati diabetik, nefropati

diabetik, neuropati diabetik, ulkus serta infeksi.

Dengan mempertimbangkan banyaknya pasien diabetes melitus tipe 2

yang tidak patuh terhadap dietnya, maka perlu adanya keterlibatan dari pihak

pasien itu sendiri, keluarga, dan tenaga kesehatan khususnya perawat karena

sebagai pemberi layanan kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien

dalam meningkatkan kepatuhan terhadap diet sehingga dapat mencegah

munculnya berbagai komplikasi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka

penting untuk dilakukan Asuhan Keperawatan pada Diabetes Melitus tipe 2

dengan fokus studi ketidakpatuhan terhadap diet

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus tipe 2

dengan fokus studi ketidakpatuhan terhadap diet?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus tipe 2

dengan ketidakpatuhan terhadap diet di RSUD Tidar Kota Magelang.


4

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

a. Menggambarkan hasil pengkajian klien diabetes melitus tipe 2 dengan

ketidakpatuhan terhadap diet.

b. Menggambarkan masalah keperawatan klien diabetes melitus tipe-2

dengan ketidakpatuhan terhadap diet.

c. Menggambarkan tindakan keperawatan klien diabetes melitus tipe 2

dengan ketidakpatuhan terhadap diet.

d. Menggambarkan hasil evaluasi klien diabetes melitus tipe 2 dengan

ketidakpatuhan terhadap diet.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat memberikan informasi lebih bagi pengembangan ilmu

keperawatan dan dapat memperluas ilmu lebih khususnya mengenai

diabetes melitus tipe 2 dengan ketidakpatuhan terhadap diet.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan.

b. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan teori

yang didapat saat memberikan asuhan di lahan.


5

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Menambah pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan serta dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain

terutama dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan.

d. Bagi masyarakat

Dapat menjadi bacaan untuk menambah wawasan tentang kesehatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes melitus merupakan suatu sindroma yang ditandai dengan

peningkatan konsentrasi glukosa darah akibat kerusakan pada sekresi

insulin. Penurunan sekresi disebabkan karena kerusakan sel beta ataupun

kekurangan fungsi sel beta yang progresif (Soegondo, Soewondo, &

Subekti, 2009).

Menurut Irianto (2014), diabetes melitus merupakan penyakit

dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat

melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula darah

sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal

dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah

malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL. Kadar gula darah

biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau

minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut Smeltzer (2015), diabetes melitus dibagi menjadi beberapa tipe ::

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Tipe ini ditandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas yang

menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormon

6
7

insulin yang menjurus ke defisiensi insulin absolut. Diabetes tipe 1

terjadi secara mendadak sebelum usia 30 tahun dan penderita

memerlukan injeksi insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Disebabkan oleh kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi

insulin, dan mengakibatkan penurunan jumlah insulin yang

diproduksi.

c. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes gestasional terjadi karena intoleransi glukosa yang muncul

selama kehamilan.

3. Patofisiologi

Diabetes melitus terjadi karena terdapatnya gangguan metabolisme

tubuh yang menyebabkan glukosa menumpuk dalam aliran darah. Ada

beberapa tipe diabetes melitus menurut Padila (2012), pada diabetes

melitus tipe 1 terjadi karena destruksi sel beta pankreas secara absolut.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab yaitu faktor genetik dimana

penderita mewarisi kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes

tipe 1, kemudian faktor imunologi yang terjadi karena adanya respon

autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada

jaringan normal tubuh yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan

asing, dan yang terakhir faktor lingkungan karena virus atau toksin

tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan dekstruksi sel

beta.
8

Pada diabetes melitus tipe 2, terjadi resistensi insulin pada tahap

awal yang kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin yang

tujuannya untuk mengkompensasi agar kadar glukosa darah tetap normal.

Akan tetapi semakin lama sel beta tidak sanggup mengkompensasi

resistensi insulin karena fungsinya yang semakin menurun dan berakibat

terhadap peningkatan glukosa darah. Terdapat beberapa faktor penyebab

resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2, diantaranya adalah faktor

usia, obesitas, kurangnya aktivitas, riwayat keluarga, dan diet tinggi

lemak (Soegondo, et al., 2009).

Penanganan pada penderita dengan defisiensi insulin berbeda

karena tergantung tipe diabetesnya. Menurut Suzanna (2014), pada

diabetes melitus tipe 1 karena terjadi destruksi sel beta secara absolut

sehingga tidak dapat memproduksi insulin maka penanganannya dengan

pemberian suntikan insulin dan penerapan makan yang benar. Sedangkan

pada diabetes tipe 2 penanganan awal yang dilakukan adalah dengan

pemberian edukasi, diet, latihan jasmani, dan terapi farmakologis.

Penerapan diet pada penataksanaan diabetes melitus sangat penting

untuk dilakukan. Karena akan mempengaruhi kadar glukosa dalam tubuh.

Menurut Soegondo (2009), apabila penderita diabetes melitus tidak

mengikuti perencanaan makan sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan

maka akan menjadi salah satu kendala dalam keberhasilan

penatalaksanaan diabetes.
9

4. Pathway

DM Tipe DM tipe
1 2
Faktor genetik, Faktor usia, obesitas,
respon autoimun, riwayat keluarga, kurang
faktor lingkungan aktivitas, diet tinggi lemak

Destruksi sel beta Penurunan sensitivitas terhadap insulin


pankreas
Defisiensi Defisiensi
insulin Insullin
Penanganan : suntikan Penanganan : Edukasi,
insulin dan penerapan diet, latihan jasmani,
makan yang benar terapi farmakologis
(diet)
MK : Ketidakpatuhan

Suntikan
die Latihan Terapi
insulin
t jasmani farmakologis
Komplikasi Komplikasi
akut kronis makrovaskule
hipoglikemi r
hiperglikemi mikrovaskule
a a r
neuropat
Ketidakstabilan glukosa darah i
Kondisi fisiologis
terganggu

Keputusasaan

Gangguan Proses Keluarga

Sumber : Padila (2015), Soegondo (2009),PPNI (2016),Suzanna (2014)


10

5. Manifestasi Klinis

Menurut Damayanti (2015), manifestasi klinis diabetes melitus sebagai

berikut :

a. Keluhan Utama

1) Poliuria

Jika konsentrasi glukosa darah melebihi nilai ambang ginjal (>180

mg/dl), maka gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar

urine yang mengandung glukosa tersebut keluar tidak terlalu

pekat, maka tubuh akan menarik air sebanyak mungkin sehingga

urine keluar dalam volume yang banyak dan terjadi peningkatan

berkemih (Kurniadi & Nurrahmani, 2014)

2) Polidipsi

Karena banyaknya pengeluaran cairan dalam tubuh, maka

mengakibatkan tubuh mengalami dehidrasi. Hal ini akan

merangsang rasa haus sehingga penderita ingin selalu minum

3) Poliphagi

Pemasukan glukosa ke dalam sel-sel tubuh berkurang

mengakibatkan energi yang dibentuk juga berkurang. Sel juga

menjadi miskin gula sehingga tubuh penderita berusaha

meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan alarm rasa

lapar (Kurniadi & Nurrahmani, 2014).


11

b. Keluhan lain

1) Kelelahan dan Kelemahan

Rasa lelah dan kelemahan otot diakibatkan karena berkurangnya

pemasukan glukosa ke dalam sel-sel tubuh sehingga energi yang

dibentuk menjadi kurang (Kurniadi & Nurrahmani, 2014).

2) Perubahan Penglihatan

Ganguan penglihatan pada diabetes melitus disebabkan adanya

kerusakan pada pembuluh darah mata yang dapat menyebabkan

gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina mata atau

biasa disebut dengan retinopati diabetikum (Pudiastuti, 2013).

3) Perasaan gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki

Kelainan ini bisa disebabkan karena saraf yang menuju tangan,

tungkai dan kaki mengalami kerusakan. Kelainan tersebut biasa

disebut dengan polineuropati diabetikum (Pudiastuti, 2013)

4) Kelainan Kulit

Kelainan kulit ini berupa kulit kering dan lesi luka yang

penyembuhannya lambat serta dapat menyebabkan terjadiya

infeksi berulang.
12

B. Ketidakpatuhan terhadap Diet pada Diabetes Melitus

1. Pengertian

Ketidakpatuhan adalah perilaku individu ataupun pemberi asuhan

tidak mengikuti rencana perawatan dan pengobatan yang disepakati dengan

tenaga kesehatan, sehingga menyebabkan hasil pengobatan tidak efektif

(PPNI, 2016).

Menurut Wilkinson (2016), ketidakpatuhan merupakan perilaku

individu yang gagal untuk menepati rencana promosi kesehatan atau

rencana terapeutik yang telah disepakati oleh individu, keluarga, komunitas

dan tenaga kesehatan. Kepatuhan individu dalam mengikuti program terapi

merupakan hal yang penting agar tidak mengakibatkan hasil yang secara

klinis tidak efektif.

Ketidakpatuhan terhadap diet pada penderita diabetes melitus

merupakan perilaku tidak menjalankan rekomendasi diet diabetes yang

diberikan petugas kesehatan dalam hal :

a. Jumlah, yaitu porsi kalori yang dikonsumsi penderita diabetes melitus

b. Jenis, macam makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi

penderita diabetes melitus

c. Jadwal, yaitu waktu makan yang tetap bagi penderita diabetes diabetes

yaitu 3x makanan pokok 2-3x selingan.

2. Tanda dan Gejala Ketidakpatuhan

a. Perilaku tidak mengikuti program dan anjuran

b. Tampak tanda atau gejala penyakit yang masih ada atau meningkat
13

c. Tampak komplikasi penyakit atau masalah kesehatan yang menetap

atau meningkat (PPNI, 2016)

3. Faktor yang mempengaruhi Ketidakpatuhan

Menurut Wilkinson (2016), ketidakpatuhan pada individu dapat

disebabkan oleh beberapa faktor:

a. Faktor Individu

1) Pengaruh Budaya

Kultur budaya berpengaruh terhadap nilai-nilai yang dianut oleh

individu karena berkaitan dengan praktik budaya yang terkait.

Ketika rencana pengobatan tidak sesuai dengan budaya yang dianut

maka itu akan menjadi kendala bagi petugas kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan.

2) Defisit pengetahuan

Tingkat pengetahuan pasien dalam menjalankan diet sangat

berpengaruh terhadap kepatuhannya. Tingkat pendidikan seseorang

mempengaruhi bagaimana orang tersebut menerima informasi,

sehingga berdampak pada pengetahuan yang dimiliki. Informasi

tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal tetapi dapat juga

diperoleh dari pendidikan non formal ataupun dari media massa dan

elektronik.

3) Sistem nilai individu, kemampuan pribadi dan perkembangan

Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki pasien akan

menentukan pasien dalam bersikap. Ketika pasien paham akan


14

pentingnya bersikap patuh, maka pasien juga akan bersikap baik

dalam pengobatannya karena tidak ingin memperburuk kondisi.

4) Kekuatan motivasi dan kepercayaan kesehatan

Motivasi individu yang kuat berpengaruh dalam kepatuhannya

mengikuti program pengobatan. Ketika individu memiliki motivasi

yang kuat maka ia akan bersikap lebih baik untuk mencegah

keparahan penyakit yang dialaminya.

5) Orang terdekat

Karena keluarga adalah pihak yang paling dekat dengan pasien,

Keluarga dapat mempengaruhi keyakinan, nilai kesehatan, dan

menentukan program pengobatan yang diterima oleh pasien. Peran

serta keluarga dalam mendukung pasien agar patuh terhadap dietnya

penting karena dapat meningkatkan motivasi pasien itu sendiri.

Dukungan keluarga terhadap kepatuhan penderita diabetes melitus

dapat meliputi ketlatenan dalam mengingatkan, menyuruh, dan

merawat pasien.

6) Nilai spiritual

Nilai spiritual berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam

mengikuti program pengobatan, karena itu meliputi keyakinan yang

dianut oleh pasien serta bagaimana keyakinan tersebut berpengaruh

terhadap rencana pengobatan.

b. Faktor Sistem Kesehatan

1) Kredibilitas pemberi layanan


15

Pelayanan yang baik dari tenaga kesehatan dapat mempengaruhi

pasien untuk berperilaku positif terhadap dietnya. Keanggotaan tim

edukasi baik perawat, ahli diet, dokter, psikolog, ahli farmasi,

instruktor latihan jasmani dalam pemberian layanan sangat penting

untuk menentukan tingkat kepatuhan pasien. Dalam perawatan

tenaga kesehatan harus berlandaskan empati, selain itu keterampilan

dalam penyuluhan dan komunikasi pemberi layanan mempengaruhi

kepatuhan pasien dalam mengikuti program pengobatan. Kesulitan

dalam membentuk hubungan pemberi layanan dan klien biasanya

dapat menyebabkan kurangnya tindak lanjut perawatan dari pemberi

layanan tersebut dan mengakibatkan kurangnya kepuasan terhadap

perawatan.

2) Cakupan kesehatan individual

Meliputi beban pembiayaan program pengobatan, ataupun hambatan

mengakses pelayanan kesehatan misalnya gangguan mobilisasi,

masalah transportasi, ketiadaan orang yang merawat anak dirumah,

cuaca tidak menentu dan program terapi yang tidak ditanggung

asuransi dapat menyebabkan ketidakpatuhan individu dalam

mengikuti rencana pengobatan (PPNI, 2016)

c. Faktor Jaringan

Keterlibatan anggota-anggota dalam perencanaan kesehatan baik dari

persepsi kepercayaan orang terdekat maupun nilai sosial yang terkait

dengan perencanaan. Pasien dan keluarga harus secara terus menerus


16

diingatkan tentang manfaat diet yang diberikan untuk pengobatannya

dan pengaruhnya terhadap kondisi kesehatannya saat ini. Keluarga

pasien juga diberikan pemahaman tentang pemberian makanan dari luar

yang tidak dapat dijamin kebaikannya untuk kondisi pasien, sehingga

keluarga tidak salah memberikan dukungan kepada pasien (Ilmah &

Rochmah, 2015)

4. Ketidakpatuhan Diet

Ketidakpatuhan terhadap diet pada penderita diabetes akan berakibat

pada kegagalan dalam pengobatan dan berakibat terjadinya penurunan

kesehatan. Dalam buku yang berjudul Penyakit-Penyakit Mematikan,

Pudiastuti (2013) memaparkan bahwa pengaturan diet sangat penting.

Penderita diabetes melitus tidak boleh terlalu banyak makan makanan

manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita diabetes

dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya.

a. Tujuan pemberian diet :

Menurut Krisnatuti, Yenrina, dan Rajmida (2014), tujuan pemberian

diet bagi penderita diabetes melitus adalah :

1) Mencapai dan mempertahankan kadar gula darah mendekati

normal.

2) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi optimal

3) Memberi kecukupan energi untuk mempertahankan atau mencapai

berat badan normal


17

4) Menghindari atau menangani komplikasi akut dan komplikasi

kronis

b. Syarat diet :

Menurut Pudiastuti (2013), terdapat syarat-syarat diet bagi penderita

diabetes melitus yang harus dipenuhi dalam penyusunan menu

diantaranya

1) Memenuhi 3 aspek (tepat jumlahnya, tepat jenisnya dan tepat

jadwalnya)

a) Tepat jumlahnya

Jumlah kalori yang dibutuhkan dalam diet harus disesuaikan

dengan kondisi tubuh seseorang. Untuk menentukan jumlah

kalori yang dibutuhkan dapat memperhitungkan kebutuhan

kalori basal yang besarnya 25 – 30 kal/kgBB ideal. Jumlah

kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi bergantung pada

beberapa faktor yaitu : jenis kelamin, umur, aktivitas, berat

badan dan lain-lain. Komposisi makanan yang dianjurkan

berdasarkan Perkeni (2015), asupan karbohidrat yang

dianjurkan sebesar 45– 65 % dari total asupan energi, lemak

sekitar 20-25 % kebutuhan kalori, protein sebesar 10-20 % dari

total asupan energi, natrium < 2300 mg, dan serat sebesar ±25

g/hari.
18

b) Tepat Jenisnya

Penderita diabetes harus mengetahui dan memahami jenis

makanan yang dianjurkan, dihindari dan dibatasi.

Tabel 2.1 Bahan Makanan yang dianjurkan


Jenis Makanan Sumber makanan
Karbohidrat Nasi beras merah, mie, kentang, ubi, singkong, gandum,
sagu, sereal, dan roti tawar
Protein Rendah Lemak Daging ayam tanpa kulit, ikan, susu skim, yogurt, tahu,
tempe, dan kacang-kacangan
Buah pepaya, apel, pisang (pisang ambon sebaiknya dibatasi),
kedondong, salak, semangka, apel, pir, jeruk,belimbing,
melon, dan buah naga
Sayuran a. Sayuran golongan A
yang mengandung sangat sedikit energi, protein,
dan karbohidrat di antaranya adalah goyong, lobak,
selada, jamur segar, mentimun, tomat, sawi, tauge,
kangkung, terung, kembang kol, kol, labu air.
b. Sayuran golongan B
yang boleh dikonsumsi tetapi hanya 100 gram/hari
diantaranya adalah buncis, daun melinjo, daun pakis,
daun singkong, daun pepaya, labu siam, katuk, pare,
nangka muda, jagung muda, genjer, kacang kapri,
jantung pisang, daun beluntas, bayam, kacang
panjang, dan wortel
(Sumber : Febry, 2008
Tabel 2.2 Bahan makanan yang tidak dianjurkan
Jenis Makanan Sumber makanan
Mengandung gula sederhana gula pasir, gula aren, selai, jeli, sirup, susu kental
manis, kue yang manis, cake, dodol, buah-buahan
yang diawetkan dengan gula, es krim, dan soft
drink.
Banyak Lemak fast food, gorengan, dan cake.
Banyak Natrium telur asin, kornet, ikan asin, dan dendeng. Selain
itu bumbu-bumbu seperti soda kue, ragi,
penyedap rasa, garam dapur

(Sumber : Febry, 2008)


19

c) Tepat Jadwal

Waktu makan yang tetap bagi penderita diabetes sangat penting

pada pagi, siang, dan malam yaitu pada pukul 7.00-8.00, 12.00-

13.00, dan 17.00-18.00, serta selingan makanan pada pukul

10.30-11.00 dan 15.30-16.00.

2) Makanan mengandung vitamin, lemak, protein dan mineral sesuai

kebutuhan individu.

a) Vitamin

Vitamin C dan E merupakan jenis antioksidan yang berperan

melawan radikal bebas yang ditimbulkan oleh stress fisiologik

(Kurniadi & Nurrahmani, 2014).

b) Protein

Apabila penderita diabetes melitus mengabaikan jumlah asupan

protein yang berlebihan, maka berakibat timbulnya komplikasi

pada organ ginjal. Manifestasi lanjut kelainan ginjal pada

diabetes melitus disebut nefropati diabetik. (Kurniadi &

Nurrahmani, 2014).

c) Lemak

Perbaikan profil lemak darah akan menurunkan komplikasi

jantung pada diabetes melitus, yaitu dengan menurunkan lemak

total, LDL, trigliserida dan menaikkan HDL darah melalui

pengaturan makan.(Kurniadi & Nurrahmani, 2014)


20

d) Mineral

(1) Chromium

Chromium bermanfaat untuk mengurangi resistensi

terhadap insulin yang umumnya dialami penderita Diabetes

tipe 2. Dengan meningkatnya sensitifitas insulin, maka

proses metabolisme glukosa dapat kembali berjalan normal

dan pada akhirnya memaksimalkan perolehan nutrisi

sekaligus mengurangi kelebihan glukosa sehingga kadar

glukosa dalam darah dapat stabil (Kurniadi & Nurrahmani,

2014).

(2) Magnesium

Magnesium dibutuhkan untuk penderita diabetes melitus

dengan kontrol glikemik rendah, atau penderita diabetes

yang mendapatkan terapi diuretik. penurunan kadar

magnesium dihubungkan dengan ketidaksensitifan insulin

(Kurniadi & Nurrahmani, 2014).

3) Makanan yang mudah dicerna, tidak menimbulkan gas, tidak

merangsang

Apabila penderita diabetes terlalu berlebihan mengkonsumsi serat

tidak sesuai anjuran gizi, maka akan menimbulkan rasa sesak,

kembung dan kadang menimbulkan banyak gas diperut sehingga

mengganggu penyerapan zat gizi tertentu (Dalimartha & Adrian,

2012).
21

5. Prinsip Peningkatan Kepatuhan

Penatalaksanaan pada ketidakpatuhan terhadap diet pada penderita

diabetes melitus membutuhkan strategi yang jelas. Menurut Sri Yanti

(2009), penyuluhan penting untuk dilakukan karena sebagai salah satu

metoda pengobatan yang berpengaruh pada penderita diabetes melitus.

Ketika penderita diabetes melitus mendapatkan penyuluhan secara tetap

maka komplikasi pada diabetes melitus semakin jarang terjadi, seperti

koma, jumlah amputasi menurun dan lain sebagainya. Penyuluhan juga

berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat yang meningkat serta

kemungkinan masuk rumah sakit juga berkurang. Penyuluhan sebaiknya

dilakukan oleh satu kelompok penyuluh yang terdiri atas dokter, ahli gizi,

dan perawat khusus (nurse educator). Penyuluhan dapat dilakukan pada

penderita rawat inap maupun rawat jalan dalam lingkungan rumah sakit,

selain itu dapat pula dilakukan melalui perkumpulan diabetes diluar

lingkungan rumah sakit

Prinsip yang harus diperhatikan dalam proses edukasi untuk

meningkatkan kepatuhan menurut Perkeni (2015), antara lain:

a. Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari

terjadinya kecemasan.

b. Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang

sederhana.

c. Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan

stimulasi.
22

d. Diskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan

pasien.

e. Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan.

f. Libatkan keluarga / pendamping dalam proses edukasi.

Dalam penyuluhan perlu mempertimbangkan pengetahuan yang dimiliki

oleh penderita. Menurut Bloom ada 6 domain kognitif yang berpengaruh

terhadap kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti

mengingat dan kempuan memecahkan masalah. Hal itu dipaparkan oleh

Wina Sajaya (2015), dimana keenam domain itu adalah :

a. Pengetahuan berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat

informasi yang sudah dipelajari. Dalam hal pengetahuan, penting bagi

penderita diabetes melitus untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih

tinggi berikutnya. Untuk mengetahui tingkatan pengetahuan penderita

sebelum diberikan penyuluhan dapat menggunakan pertanyaan-

pertanyaan seperti : apa itu diabetes melitus, apa penyebabnya,

mengapa diet itu penting bagi penderita diabetes melitus, dan lain

sebagainya.

b. Pemahaman berhubungan dengan bukan hanya mengingat fakta, akan

tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan,

menafsirkan, menangkap makna dari suatu konsep. Ketika penyuluhan

diberikan kepada penderita diabetes melitus, perlu juga memperhatikan

bagaimana pemahaman penderita terhadap materi yang diberikan

khusunya materi tentang peningkatan terhadap kepatuhan diet. Ketika


23

penderita diabetes melitus paham akan pentingnya diet, maka yang

diharapkan bukan hanya sekedar menyebutkan manfaatnya, akan tetapi

harus dapat menjelaskan bagaimana prinsip diet, apa saja yang harus

dipantang, dan lain sebagainya

c. Penerapan bertujuan mengaplikasikan materi yang telah dipelajari ke

dalam situasi yang baru. Hal ini berhubungan dengan perilaku

penderita setelah mendapatkan pengetahuan, dan dipahami kemudian

diterapkan.

d. Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi

terhadap sesuatu objek. Apabila penderita sudah sampai tahap ini jika

penderita telah mampu membedakan, mengelompokkan pengetahuan

terhadap objek yang diterimanya. Seperti dapat membedakan diet

diabetes melitus dengan diet yang lain, dan sebagainya.

e. Sintesis merupakan kemampuan untuk merangkum dalam satu

hubungan logis dari pengetahuan yang dimiliki. Misalnya penderita

diabetes melitus dapat membuat ringkasan dengan kata- kata sendiri

tentang hal-hal yang telah ia baca, dengar, dan membuat kesimpulan

setelah mendapatkan penyuluhan yang telah diberikan

f. Evaluasi diartikan sebagai kemampuan dalam membuat penilaian

terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Dalam hal

ini penderita dapat menilai seperti baik, buruk, jelek dan sebagainya

setelah diberikan sesuatu pada tahap sebelumnya.


24

6. Dampak Ketidakpatuhan terhadap diet pada Diabetes Melitus

Menurut Soegondo, dkk (2009), Ketidakpatuhan terhadap diet pada

penderita diabetes melitus dapat menyebabkan berbagai dampak negatif

yang terjadi pada perjalanan penyakit diabetes melitus seperti

ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah yang berakibat terjadinya

komplikasi akut dan komplikasi kronis :

a. Komplikasi akut

1) Hipoglikemia

Hipoglikemia diabetik disebabkan oleh peningkatan insulin dalam

darah dan terjadinya penurunan kadar glukosa darah akibat terapi

insulin yang tidak adekuat sehingga dapat memperberat penyakit

diabetes bahkan menyebabkan kematian. Beberapa penyebab

hipoglikemia adalah karena makan kurang dari aturan yang

ditentukan, berat badan yang menurun, setelah beraktivitas seperti

berolahraga, dan pemberian suntikan insulin yang tidak tepat.

Tanda-tanda hipoglikemia :

a) Stadium parasimpatik yang ditandai dengan gejala lapar, mual,

tekanan darah turun.

b) Stadium gangguan otak ringan dengan tanda gejala lemah, lesu,

sulit bicara, kesulitan menghitung sederhana.

c) Stadium simpatik yang ditandai dengan munculnya keringat

dingin pada muka terutama di hidung, bibir atau tangan, dan

rasa berdebar-debar.
25

d) Stadium gangguan otak berat dengan tanda gejala koma atau

tidak sadar dengan atau tanpa kejang.

Pokok utama pencegahan hipoglikemia pada penderita diabetes

adalah dengan makan tepat waktu, tepat jumlah kalorinya. Apabila

telah terjadi hipoglikemia maka pengobatan harus segera

dilaksanakan dengan cara :

a) Stadium permulaan

Penderita masih dalam kondisi sadar, Penatalaksanaanya dengan

pemberian gula murni ± 30 g atau sekitar 2 sendok makan atau

sirup, permen, dan makanan yang mengandung hidrat arang.

Serta menghentikan obat hipoglikemik dan segera periksa gula

darah sewaktu.

b) Stadium Lanjut yang disebut koma hipoglikemi

Penatalaksanaan pada stadium ini harus dengan cepat dan tepat

yaitu dengan pemberian larutan glukosa intravena 40%

sebanyak 2 flakon setiap 10 – 20 menit hingga sadar dan disertai

pemberian cairan dextrose 10% per infus 6 jam per kolf yang

tujuannya untuk mempertahankan glukosa darah dalam batas

normal.

2) Hiperglikemia

Hiperglikemia pada penderita diabetes biasanya disebabkan karena

adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian obat oral

maupun insulin. Tanda khas ketika terjadi hiperglikemia pada


26

penderita diabetes melitus adalah adanya penurunan kesadaran

disertai dehidrasi berat.

a) Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik adalah keadaan yang mengancam nyawa

dimana individu yang mengalaminya sering mengalami mual

dan nyeri abdomen, dapat timbul muntah-muntah yang

memperparah dehidrasi, dan kadar kalium tubuh total turun

akibat poliuria yang berkepanjangan. Kadar glukosa darah

apabila terjadi ketoasidosis adalah >300 mg/dL, terjadi

ketonemia, dan pH <7,32. Prinsip dasar penatalaksanaanya

adalah rehidrasi cepat-tepat, pemberian insulin, memperbaiki

gangguan elektrolit dan mengatasi faktor pencetus.

b) Hiperglikemik Non ketotik

Sering ditemukan pada usia lanjut yaitu usia lebih dari 60

tahun, paling banyak ditemukan pada penderita diabetes tipe-2,

individu yang mempunyai penyakit dasar lain seperti penyakit

ginjal atau kardiovaskuler, dan mempunyai faktor pencetus

infeksi, aritmia, pendarahan, gangguan keseimbangan cairan,

pankreatitis, koma hepatik dan CVD. Kadar glukosa darah pada

pemeriksaan hiperglikemik non ketotik biasanya didapatkan

hasil sebesar >600 mg/dL.


27

b. Komplikasi Kronis

Menurut Damayanti (2015), komplikasi kronik terdiri dari :

1) Komplikasi Makrovaskuler

Diakibatkan oleh perubahan ukuran diameter pembuluh darah.

pembuluh darah akan menebal, terjadi pengerasan dan timbul

sumbatan akibat plak yang menempel. Komplikasi makrovaskuler

yang paling sering terjadi adalah penyakit arteri koroner, penyakit

cerebrovaskuler, dan penyakit vaskuler perifer

2) Komplikasi Mikrovaskuler

Kelainan struktur dalam membran pembuluh darah kecil dan

kapiler menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan

mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Komplikasi

mikrovaskuler pada pembuluh darah mata menyebabkan gangguan

penglihatan akibat kerusakan pada retina mata dan disebut

retinopati diabetik. Sedangkan komplikasi yang berakibat

terjadinya kelainan pada fungsi ginjal dapat menyebabkan gagal

ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci darah (Pudiastuti,

2013)

3) Komplikasi Neuropati

Komplikasi neuropati perifer dan otonom menimbulkan

permasalahan di kaki, yaitu berupa ulkus kaki diabetik.Terjadinya

ulkus diabetik diawali dengan adanya hiperglikemia pada pasien

diabetes. Hiperglikemia ini menyebabkan terjadinya neuropati dan


28

kelainan pada pembuluh darah. Neuropati baik sensorik, motorik

maupun autonomik akan menimbulkan berbagai perubahan pada

kulit dan otot. Kondisi ini selanjutnya menyebabkan perubahan

tekanan pada telapak kaki yang akan mempermudah terjadinya

ulkus. Ulkus di kaki dapat sangat dalam dan mengalami infeksi

sehingga masa penyembuhannya lama dan dapat mengakibatkan

amputasi pada tungkai (Kurniadi & Nurrahmani, 2014).

C. Konsep Asuhan Keperawatan pada Diabetes Melitus dengan Ketidakpatuhan

terhadap diet

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Pengkajian

diperlukan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab perilaku

ketidakpatuhan (Wilkinson, 2016).

a. Status Kesehatan

1) Keluhan Utama

a) Kondisi Hiperglikemi

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus, banyak kencing,

dehidrasi, suhu meningkat, sakit kepala, pasien dalam keadaan

apatis sampai koma,

b) Kondisi Hipoglikemi

Gemetar, sempoyongan, berkeringat, jantung berdebar-debar,

cemas, takikardi, palpitasi, menggigil, kepala terasa ringan,


29

pucat, lapar, mual, sakit kepala, kelelahan, mengantuk, lemah,

pandangan kabur, mimpi buruk, sulit konsentrasi, sulit bicara,

kebingungan, penurunan kesadaran, kejang (Bulecheck,

K.Butcher, M.Dochterman, & M.Wagner, 2016)

2) Status Kesehatan masa lalu

Meliputi lama klien menderita diabetes melitus, pernah dirawat

inap berapa kali, pengobatan apa yang dianjurkan

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah terdapat anggota keluarga yang menderita diabetes

melitus atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan

terjadinya defisiensi insulin seperti hipertensi dan jantung.

4) Pengkajian berdasarkan 11 pola Kesehatan Fungsional dari

Gordon (Potter & G.Perry, 2010)

a) Pola Persepsi Kesehatan – Penanganan Kesehatan

Pada klien penderita diabetes melitus perlu dilakukan

pengkajian mengenai gambaran pribadi terhadap

kesehatannya, apakah terdapat persepsi yang negatif terhadap

dirinya sehingga terdapat kecenderungan untuk tidak

mengikuti anjuran dari petugas kesehatan, kemudian

bagaimana klien mengelola kesehatannya seperti seberapa

sering melakukan kunjungan ke penyedia layanan kesehatan

dan kepatuhan terapi di rumah, serta bagaimana persepsi klien


30

terhadap diet seperti berapa pentingkah pengaturan pola makan

bagi klien

b) Pola Nutrisi – Metabolik

Akibat produksi insulin yang tidak adekuat pada penderita

diabetes melitus tipe 2, maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi

status kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian

meliputi :

(1) Bagaimana diet yang dijalankan penderita? Apakah

mengikuti anjuran?

(2) Bagaimana pola makan yang dijalankan? Apakah

mengikuti prinsip diet 3J yaitu jadwal makan, jenis

makanan, dan jumlah makanan yang direkomendasikan?

(3) Apakah terdapat gangguan pencernaan yang

mempengaruhi kepatuhan terhadap diet?

Sedangkan data objektif pada pengkajian terkait nutrisi

meliputi rasio tinggi badan, berat badan, pemeriksaan mata,

integumen, gastrointestinal, serta hasil laboratorium lainnya.

c) Pola Eliminasi

Pada penderita diabetes biasanya mengeluh sering kencing

atau poliuria dan terjadinya glukosuria untuk itu perlu

dilakukan pengkajian pada pola ekskresi untuk mengetahui


31

apakah terdapat masalah dalam proses eksresi termasuk dalam

hal eliminasi alvi.

d) Pola Aktivitas - Latihan

Akibat kondisi tubuh penderita diabetes yang rentan

mengalami kondisi hiperglikemia ataupun hipoglikemia, maka

perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut apakah terdapat

masalah dalam melakukan aktivitas seperti mudah lelah dalam

beraktivitas, perlunya bantuan dalam beraktivitas dan lain

sebagainya.

e) Pola Istirahat – Tidur

Adanya poliuri dan situasi rumah sakit yang ramai dapat

mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga

pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.

Untuk itu perlu dilakukan pengkajian terhadap lama waktu

tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, kesulitan tidur,

serta penggunaan obat tidur.

f) Pola Kognitif – Perseptual

Pada penderita diabetes melitus perlu dilakukan pengkajian

mengenai bagaimana pola pendengaran, penglihatan,

pengecapan, perabaan, penghidu, kemampuan berbahasa,

ingatan dan kemampuan membuat keputusan.


32

g) Pola Persepsi - Konsep diri

Adanya perubahan status kesehatan akan menyebabkan

penderita diabetes melitus mengalami gangguan pada

gambaran diri. Lama penyakit yang diderita, ketidakadekuatan

pemahaman, lama program perawatan dan pengobatan, biaya

program perawatan dan pengobatan yang menyebabkan pasien

mengalami kecemasan dan kurangnya motivasi sehingga

berdampak pada kepatuhan dalam mengikuti anjuran yang

diberikan petugas kesehatan.

h) Pola Peran – Hubungan

Apakah terdapat indikasi menarik diri dari pergaulan, Klien

tinggal dengan siapa, hubungan dengan keluarga dan sosialnya

apakah terdapat perubahan, tanggapan keluarga terhadap

penyakit yang diderita klien, apakah keluarga mendukung

sepenuhnya terhadap pengobatan dan perawatan klien

terutama dalam hal ketlatenan dalam mengingatkan,

menyuruh, dan merawat pasien.

i) Pola Seksualitas - Reproduksi

Pada penderita diabetes melitus pelunya dilakukan pengkajian

apakah terdapat masalah dalam seksualitas dan reproduksi

sehubungan dengan penyakitnya.

j) Pola Toleransi Stress – Koping


33

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi

yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya.

Pemikiran terhadap lamanya waktu perawatan dan pengobatan,

banyaknya biaya biaya yang dikeluarkan, terlalu banyak

pantangan yang dijalankan, perasaan tidak berdaya, serta

respons klien terhadap stressor apakah mengakibatkan banyak

makan atau malas makan sehingga dapat menyebabkan reaksi

psikologis yang negatif seperti menjadi mudah marah, mudah

tersinggung, dan terjadinya kecemasan.

k) Pola Nilai Kepercayaan

Adakah nilai kepercayaan yang bertentangan dengan program

pengobatan yang dianjurkan terutama dalam hal diet yang

dijalankan.

2. Masalah Keperawatan

a. Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan merupakan perilaku individu atau pemberi asuhan

tidak mengikuti rencana perawatan dan pengobatan yang disepakati

dengan tenaga kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan atau

pengobatan tidak efektif. Penyebabnya antara lain disabilitas misalnya

penurunan daya ingat, defisit sensorik atau motorik, efek samping

program perawatan atau pengobatan, beban pembiayaan program

perawatan atau pengobatan, lingkungan tidak terapeutik, program

terapi kompleks atau lama, hambatan mengakses pelayanan kesehatan


34

misalnya gangguan mobilisasi, masalah transportasi, ketiadaan orang

merawat anak di rumah,cuaca tidak menentu, program terapi tidak

ditanggung asuransi, ketidakadekuatan pemahaman seperti akibat

defisit kognitif, kecemasan, gangguan penglihatan, gangguan

pendengaran, kelelahan dan kurang motivasi. Tanda dan gejala mayor

yang mungkin muncul pada ketidakpatuhan adalah individu menolak

menjalani perawatan, menolak mengikuti anjuran, perilaku tidak

menjalankan aturan. Sedangkan tanda dan gejala Minor yang mungkin

muncul adalah tampak tanda dan Gejala penyakit yang masih ada atau

meningkat, serta tampak komplikasi penyakit yang menetap atau

meningkat.Kondisi Klinis terkait ketidakpatuhan adalah disebabkan

karena kondisi baru terdiagnosis penyakit, kondisi penyakit kronis,

serta masalah kesehatan yang menimbulkan perubahan pola hidup

(PPNI, 2016).

3. Perencanaan

a. Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan menunjukkan terjadinya kegagalan pada pasien untuk

mematuhi rekomendasi terapeutik. Hal ini harus segera ditangani agar

tidak menimbulkan dampak negatif. Menurut Moorhead, Johnson, &

dkk (2013) , Tindakan Keperawatan yang perlu dilakukan agar

masalah ketidakpatuhan teratasi dengan tujuan dan kriteria hasil

diantaranya memperlihatkan perilaku patuh terhadap diet yang

disarankan selama 3x24 jam, dibuktikan oleh indikator:


35

1) Berpartisipasi dalam menetapkan tujuan diet yang bisa dicapai

2) Mengikuti rekomendasi diet 3J

3) Mengikuti anjuran makan sesuai jumlah kalori yang dibutuhkan

4) Berpartisipasi dalam menetapkan Angka Gula Darah normal

Untuk mencapai hasil diatas maka tindakan keperawatan yang perlu

dilakukan menurut Bulecheck, Butcher, & dkk (2013) antara lain :

1) Kaji pengetahuan pasien mengenai prinsip diet 3J yang disarankan

2) Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya, termasuk

makanan yang disukai

3) Kaji pandangan pasien dan keluarga tentang faktor yang

mempengaruhi kemauan pasien dalam mengikuti prinsip diet 3J

yang disarankan

4) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tujuan untuk bersikap patuh

terhadap diet yang disarankan

5) Instruksikan pasien untuk menghindari makanan yang dipantang

dan mengkonsumsi makanan yang diperbolehkan

6) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhan

tentang perawatan

7) Berikan penguatan positif terhadap kepatuhan untuk mendukung

perilaku positif yang terus menerus

8) Buat kontrak tertulis dengan pasien dan evaluasi perilaku patuh

secara berkelanjutan.
36

9) Konsultasikan dengan dokter, ahli gizi, perawat khusus (nurse

educator) tentang kemungkinan perubahan program pengobatan

yang mendukung kepatuhan pasien terhadap dietnya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah rancangan

deskriptif yaitu menggambarkan tentang proses asuhan keperawatan dengan

memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam kasus yang dipilih yaitu

asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus tipe 2 dengan fokus

studi ketidakpatuhan terhadap diet.

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan dua klien sebagai klien, dimana klien

yang dipilih dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

1. Klien rawat inap di RSUD Tidar Kota Magelang pada Januari 2018

2. Telah didiagnosa diabetes melitus tipe 2 dengan indikator :

a. Klien yang sudah pernah mendapat konseling gizi

b. kadar glukosa darah >200 mg/dl

c. Klien dengan usia 45- 64 tahun

d. Klien berjenis kelamin perempuan

3. Klien bersedia menjadi subyek

C. Fokus Studi

Fokus studi pada penelitian ini adalah ketidakpatuhan terhadap diet pada

klien diabetes melitus tipe 2.

37
38

D. Definisi Operasional

Ketidakpatuhan pada studi kasus ini adalah perilaku individu yang tidak

menjalankan rekomendasi diet diabetes yang diberikan petugas kesehatan

dalam 3 J prinsip diet yaitu tepat jumlahnya, tepat jenisnya, dan tepat

jadwalnya. Terjadinya perilaku ketidakpatuhan dapat diketahui dengan

perilaku penderita yang tidak mengikuti program perawatan di rumah sakit

yaitu mengikuti anjuran diet sesuai jumlah kalori yang dibutuhkan, serta

tampak tanda dan gejala masalah kesehatan yang masih ada atau bahkan

meningkat. Sedangkan Klien Diabetes melitus yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah klien yang pernah dirawat inap dan telah didiagnosa oleh

dokter sebelumnya bahwa menderita diabetes melitus didasari terdapatnya

tanda 3P yaitu polidipsi, poliphagi, dan poliuria, dan hasil pemeriksaan

glukosa darah serta pemeriksaan penunjang lain. Klien juga pernah

mendapatkan konseling gizi. Beberapa tindakan yang dilakukan dalam

pemecahan masalah keperawatan ketidakpatuhan terhadap diet adalah dengan

cara memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingya mematuhi anjuran

diet dengan mengkaji pengetahuan yang dimiliki klien terhadap nutrisi, sikap

terhadap kepatuhan diet yang dijalankan, motivasi yang berpengaruh dalam

kepatuhan diet, keterlibatan orang terdekat dan tenaga kesehatan dalam

mendukung kepatuhan terhadap diet yang dianjurkan.


39

E. Tempat dan Waktu

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus tipe 2 dengan

ketidakpatuhan akan dilakukan di RSUD Tidar Kota Magelang yang akan

dilakukan selama 5 hari pada 11 – 15 Januari 2018

F. Instrumen Penelitian

Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

adalah instrumen pengkajian yang meliputi biodata, riwayat kesehatan, serta

pengkajian fokus pada ketidakpatuhan yang dirumuskan oleh penulis dengan

meminta masukan kepada ahli dan dosen terkait. Kemudian alat tulis, alat

kesehatan (tensimeter, stetoskop, alat tes gula darah).

G. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara

Melakukan wawancara atau anamnesa secara langsung dengan klien serta

keluarga tentang keluhan dan penyakitnya. Kemudian melakukan diskusi

dengan tim medis lainnya berhubungan dengan penanganan klien diabetes

mellitus tipe 2 dengan fokus studi ketidakpatuhan terhadap diet di RSUD

Tidar Kota Magelang, terutama dalam hal pengetahuan yang dimiliki klien

terhadap nutrisi, sikap terhadap kepatuhan diet yang dijalankan, motivasi

yang berpengaruh dalam kepatuhan diet, keterlibatan orang terdekat dan


40

tenaga kesehatan dalam mendukung pengobatan dan peningkatan

kepatuhan.

2. Observasi langsung

Melakukan pemeriksaan fisik klien yang meliputi rasio tinggi badan dan

berat badan, tanda vital, pemeriksaan integumen, gastrointestinal, dan

pemeriksaan fisik lainnya serta hasil pemeriksaan laboratorium meliputi

hasil gula darah, kadar HbA1c, dan lain sebagainya untuk mengetahui

apakah terdapat gangguan akibat perilaku ketidakpatuhan tersebut.

H. Analisis dan Penyajian Data

Analisis dalam studi kasus asuhan keperawatan pada klien diabetes

melitus tipe 2 dengan fokus studi ketidakpatuhan terhadap diet ini dilakukan

secara deskriptif yaitu dengan keseluruhan proses asuhan keperawatan yang

telah dilakukan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi

serta evaluasi yang disajikan secara narasi.

I. Etika Penelitian

Sebelum melakukan pennelitian ini penulis melakukan serangkaian

proses perizinan yaitu sebagai berikut :

1. Meminta izin secara tertulis ke Kesbangpol Kota Magelang untuk

melakukan studi pendahuluan dan studi kasus di RSUD Tidar Kota

Magelang.

2. Meminta izin secara tertulis kepada Direktur RSUD Tidar Kota Magelang

untuk melakukan studi pendahuluan.


41

3. Melakukan studi pendahuluan dengan menyerahkan surat dari diklat ke

bagian instalasi Rekam Medis RSUD Tidar Kota Magelang kemudian

mendapat data yang diinginkan.

4. Melakukan anamnesa dan observasi langsung baik dengan responden

maupun keluarga.

5. Menentukan prioritas masalah keperawatan dari data yang diperoleh,

kemudian menyusun perencanaan manajemen klien dengan

ketidakpatuhan terhadap diet.

6. Melakukan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.

7. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan

Dalam penelitian ini untuk menjaga kerahasiaan identitas klien

akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Nama klien akan

dituliskan dengan inisial dan alamat klien tidak akan ditulis secara lengkap

serta apabila melakukan tidakan yang berisiko bagi klien akan menggunakan

inform consent untuk mendapat persetujuan klien.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Studi kasus dilakukan di ruang Gladiol dan ruang Edelweis RSUD Tidar

Kota Magelang pada tanggal 11-15 Januari 2018. Studi kasus ini melibatkan

2 klien sebagai subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan yaitu klien I (Ny. S) dan klien II (Ny. T).

1. Pengkajian

a. Status Klien

Pengkajian pada kedua klien dilakukan pada tanggal 11 Januari

2018. Ny. S masuk ke bangsal Gladiol pukul 06.00 WIB, dan

dilakukan pengkajian pada pukul 08.15 WIB. Sedangkan Ny. T masuk

ke bangsal Edelweis pukul 11.41 WIB dan dilakukan pengkajian

pukul 14.30 WIB.

Tabel 4.1 Status Klien I dan Klien II

NO KLIEN I KLIEN II
1. Nama Ny. S Ny. T
2. Tanggal Masuk RS 11 Januari 2018 11 Januari 2018
3. Tanggal Pengkajian 11 Januari 2018 11 Januari 2018
4. Usia 57 tahun 54 tahun
5. Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
6. Pendidikan SMP SMA

42
43

b. Status Kesehatan

Tabel 4.2 Riwayat Keperawatan Klien I dan Klien II


NO KLIEN I KLIEN II
1. Keluhan Penglihatan kabur, pusing, Pusing, lemas.
utama dan badan terasa lemas

2. Riwayat Sebelum dibawa ke rumah Klien mengeluh pusing, lemas,


Penyakit sakit klien minum sereal dan tangan dan kaki gemetar, serta
Sekarang buah pisang dengan alasan dada terasa terbakar. Setelah
lapar pada malam hari. makan nasi dan opor ayam 2
Klien juga mempunyai jam sebelumnya. Klien juga
sariawan sudah 1 minggu mempunyai luka di tungkai
tidak kunjung sembuh, kaki kiri hampir mengering
sudah memeriksakan diri ke dengan diameter ±3cm, luka
dokter akan tetapi tidak sudah ada sejak 1 bulan yang
berpengaruh drastis. lalu. Periksa Kadar Gula Darah
Periksa kadar gula darah terakhir 2 bulan yang lalu
terakhir tanggal 4 Januari dengan hasil 230 mg/dL. Pada
2018 dengan hasil 217 waktu di IGD RSUD Tidar
mg/dL. Pada waktu di IGD Kota Magelang diketahui
RSUD Tidar Kota Kadar Gula Darah Ny. T
Magelang diketahui Kadar adalah 497 mg/dL.
Gula Darah Ny. S adalah
431 mg/dL

3. Riwayat Klien didiagnosis diabetes Klien didiagnosis diabetes


Penyakit melitus sejak 3 tahun yang melitus sejak 4 tahun yang lalu,
dahulu lalu, pernah dirawat klien pernah dirawat dirumah
dirumah sakit sebanyak 5 sakit >10 kali, dan terakhir
kali, dan terakhir pada bulan pada bulan Maret 2017 dengan
September 2017 dengan keluhan luka di kakinya sukar
keluhan sesak nafas, mual, sembuh dan kadar gula darah
muntah, dan kadar gula yang terlalu tinggi yaitu
darah mencapai 450 mg/dL. mencapai 501 mg/dL. Klien
Selama ini Ny. S teratur selama ini tidak rutin minum
mengkonsumsi Glimepiride obat dan kontrol ke layanan
1 mg 3 kali sehari. Klien kesehatan. Klien tidak
tidak memiliki alergi memiliki alergi terhadap obat
terhadap obat-obatan, tetapi ataupun makanan.
memiliki alergi terhadap
makanan laut.
44

4. Riwayat Keluarga klien mengatakan Ny. T mengatakan tidak


Penyakit tidak ada anggota keluarga didalam keluarganya tidak ada
Keluarga yang mengalami diabetes, yang menderita diabetes
hipertensi, jantung ataupun melitus, hipertensi, jantung,
penyakit lainnya. ataupun penyakit lainnya

c. Pengkajian Fokus
Pada pengkajian fokus penulis melakukan wawancara secara langsung

dengan klien dan keluarga. Data yang diperoleh dari hasil wawancara

dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Hasil Pengkajian Fokus Klien I dan Klien II


NO KLIEN I KLIEN II
1. Pola Klien berpendapat Klien berpendapat bahwa
Persepsi penyakitnya sangat sering merasa terkekang
Kesehatan menyiksanya.Dalam dengan penyakitnya sehingga
dan keseharian klien ia makan sembarangan dan
Penanganan mengendalikan kadar gula kadang lupa minum obat.
Kesehatan darah dengan mengkonsumsi Klien juga mengatakan tidak
Glimepirid 3 kali sehari dan ada yang mengingatkannya
membeli obat di apotik. dalam minum obat ataupun
Menurut klien dengan perihal makan karena tinggal
mengkonsumsi obat secara sendiri.
teratur maka kadar gula darah
dapat stabil sehingga ia dapat
makan sesukanya.

2. Pola Nutrisi Penerapan diet klien selama Penerapan diet Ny. T selama
dan ini tidak patuh, klien makan ini tidak patuh, klien makan
Metabolik dengan porsi sesukanya, dengan porsi sesukanya,
dengan jenis sesukanya, dan dengan jenis sesukanya, dan
makan sewaktu-waktu karena makan sewaktu-waktu. Klien
klien merasa bosan, jenuh mengatakan ia hanya
dan lapar terus menerus. mengerti bahwa penderita
Klien mengatakan sering diabetes tidak dibolehkan
merasa mual. Klien makan-makanan manis,
mengatakan sebenarnya tidak makan nasi putih, tidak boleh
mengerti betul tentang makan daging, dan makanan
pantangan makanan bagi bersantan. Klien sering
penderita diabetes melitus merasa mual dan muntah
walaupun sudah pernah serta mengatakan makanan
dijelaskan dahulu waktu dari rumah sakit kebanyakan
45

pertama kali masuk rumah hambar.


sakit. Klien juga mengatakan A : IMT 22,9(Normal)
makanan dari rumah sakit B : GDS : 335 mg/dL
tidak enak. HbA1c 8,1 %.
A : IMT 23,6(Preobesitas). C : Kondisi umum klien
B : GDS :331 lemah, kesadaran
mg/dL, HbA1c 7,2 %, Compos Mentis.
Hb 10,8g/dL. - Pada pemeriksaan
C : Kondisi umum klien abdomen, yaitu tidak
lemah, Kesadaran ditemukan adanya
compos mentis, tekanan lesi, tidak asites,
darah 140/80 mmHg, bising usus 12
nadi 84 x/menit, x/menit, tidak ada
pernafasan 28 x/menit, nyeri tekan, dan
SPO2 98 %. perkusi timpani.
 Pada pemeriksaan - Pemeriksaan mulut
abdomen tidak tidak ada stomatitis,
ditemukan adanya lidah bersih, mukosa
lesi, dan tidak asites, bibir lembab, dan gigi
bising usus 12 lengkap.
x/menit, tidak ada - Pemeriksaan leher,
nyeri tekan, dan tidak ada pembesaran
perkusi timpani. kelenjar tiroid, tidak
 Pemeriksaan mulut ada nyeri tekan, tidak
ditemukan stomatitis terdapat gangguan
pada rongga mulut menelan.
sebelah kanan, lidah - Pada pemeriksaan
bersih, mukosa bibir integumen warna kulit
lembab, dan gigi normal, CRT < 3
lengkap. detik, kulit kering dan
 Pemeriksaan leher, terdapat lesi yang
tidak ada pembesaran hampir mengering
kelenjar tiroid, tidak dengan diameter ±3
ada nyeri tekan, tidak cm pada kaki kiri,
terdapat gangguan tidak ada purulent,
menelan. berwarna hitam, tidak
 Pada pemeriksaan ada nyeri tekan dan
integumen warna tidak berbau
kulit normal, tidak D :
ada lesi, lembab, - Kebutuhan kalori klien
CRT < 3 detik. adalah 1700 kalori
D : dengan kebutuhan
- Kebutuhan kalori 1700 protein 60 gram, lemak
kkal dengan kebutuhan 36,5 gram, dan
protein 60 gram, lemak karbohidrat 270 gram.
65 gram, dan - Makan siang pukul
46

karbohidrat 256 gram. 12.00 WIB klien tidak


- Makan pagi pukul menghabiskannya
07.00 klien tidak dengan alasan hambar.
menghabiskannya
dengan alasan hambar.
Pukul 07.45 klien
makan roti selai sobek
1 potong dan keripik
tempe habis 3 buah.

3. Pola Peran Klien banyak menghabiskan Ny. T tidak bekerja dan


dan waktu dirumah sendirian. banyak menghabiskan waktu
Hubungan Klien tinggal dengan suami dirumah sendirian. Klien
dan anaknya. Hubungan tinggal sendiri. Hubungan
dengan anggota keluarga, klien dengan anggota
orang sekitar, dan petugas keluarga, orang sekitar dan
rumah sakit baik. petugas rumah sakit baik.

4. Pola Klien sering merasa menjadi klien sering klien sering


Toleransi beban bagi keluarganya, merasa menjadi beban bagi
Stress dan karena ia merasa penyakitnya keluarganya, tidak berguna,
Koping bertambah parah dan dan selalu merepotkan orang
menghabiskan banyak biaya lain.
untuk berobat.

d. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.4 Pemeriksaan Penunjang
Klien I Klien II
Hasil pemeriksaan laboratorium darah Hasil pemeriksaan laboratorium darah
lengkap pada tanggal 11 Januari 2018 lengkap pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 05.15 WIB, menunjukkan hasil pukul 10.10 WIB, menunjukkan hasil
gula darah sewaktu 431 mg/dL, gula darah sewaktu 497 mg/dL,
HbA1c 7,2%, Trigliserida 204 mg/dL, HbA1c 8,1%, Trigliserida 260 mg/dL,
Kolesterol 201 mg/dL. Kreatinin 1,15 mg/dL
47

2. Analisis Data

Tabel 4.5 Hasil Analisis Data pada Klien I dan Klien II


NO Klien I Penyebab Masalah
1. DS : Kurang Ketidakpatuhan
- Klien mengatakan pusing, pengetahuan
lemas, dan penglihatan kabur. tentang
- Klien mengatakan makanan dari pengobatan
rumah sakit tidak enak
DO :
- Tampak perilaku tidak
mengikuti anjuran dibuktikan
dengan makan pagi pukul 07.00
WIB klien tidak
menghabiskannya dengan alasan
hambar, dan pukul 07.45 klien
makan roti selai sobek 1 potong,
dan keripik tempe 3 buah serta
riwayat diet diabetes klien tidak
patuh dengan alasan bosan,
jenuh, dan lapar terus menerus.
- Tampak masalah kesehatan
yang meningkat pada klien
dibuktikan dengan penglihatan
kabur, sariawan dan sering
mual.
- Kadar gula darah sewaktu klien
pada pukul 06.30 WIB adalah
331 mg/dL, hasil pemeriksaan
laboratorium ditemukan kadar
HbA1c klien adalah 7,2%
dimana menandakan kendali
diabetes sedang, kadar
kolesterol 201 mg/dL, dan kadar
trigliserida 204 mg/dL.
- Tekanan darah 140/80 mmHg,
nadi 84 x/menit, pernafasan 28
x/menit, SPO2 98 %.
NO Klien II Penyebab Masalah
1. DS : Kurang Ketidakpatuhan
- Klien mengatakan pusing, dan Motivasi
badan lemas.
- Klien mengatakan agak bosan
dengan makanan rumah sakit
karena hambar.
48

DO :
- Tampak perilaku tidak
menjalankan anjuran yaitu tidak
menghabiskan makan siang
pukul 12.00 WIB dengan alasan
hambar dan riwayat diet
diabetes tidak patuh dengan
alasan jenuh dan sering lupa,
- Tampak masalah kesehatan
yang menetap dibuktikan
dengan terdapat ulkus
diabetikum pedis sinistra
dengan diameter ±3 cm, sudah
hampir mengering, tidak ada
purulent, berwarna hitam, tidak
ada nyeri tekan, tidak berbau,
dan klien mengeluh sering
merasa mual, Tekanan Darah
130 / 70 mmHg, Nadi 84
x/menit, Suhu 36,4 ̊C,
Pernafasan 22 x/menit
- Hasil laboratorium kadar
HbA1c 8,1 % (kendali diabetes
berat), kreatinin 1,15 U/L,
Trigliserida 260 mg/dL, kadar
GDS (11.30 WIB) 335 mg/dL

3. Diagnosis Keperawatan
Tabel 4.6 Diagnosis Keperawatan pada Klien I dan Klien II
NO. Klien I Klien II
1. Ketidakpatuhan berhubungan Ketidakpatuhan berhubungan
dengan Kurang Pengetahuan dengan Kurang Motivasi
tentang Pengobatan

4. Intervensi Keperawatan

Setelah ditemukan masalah keperawatan dari analisa data tersebut

kemudian penulis menyusun recana tindakan keperawatan. Dalam

merencanakan tindakan keperawatan ini penulis menentukan tujuan yang

ingin dicapai, kriteria hasil yang ingin didapat dan tindakan yang akan

diberikan kepada klien.


49

Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan pada Klien I dan Klien II


Klien I Klien II
Tujuan yang dibuat untuk mengatasi Tujuan yang dibuat untuk mengatasi
ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakpatuhan berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang kurang motivasi adalah setelah
pengobatan adalah setelah dilakukan dilakukan tindakan keperawatan
tindakan keperawatan selama 5 x 24 selama 5 x 24 jam diharapkan kriteria
jam diharapkan kriteria hasil : hasil :
1. Berpartisipasi dalam menetapkan 1. Berpartisipasi dalam menetapkan
tujuan diet yang bisa dicapai tujuan diet yang bisa dicapai
2. Mengikuti rekomendasi diet 3j 2. Mengikuti rekomendasi diet 3j
3. Mengikuti anjuran makan sesuai 3. Mengikuti anjuran makan sesuai
jumlah kalori yang dibutuhkan jumlah kalori yang dibutuhkan
4. Motivasi meningkat 4. Motivasi meningkat
5. Angka gula darah meliputi gula 5. Adanya keterlibatan keluarga
darah puasa 70-150 mg/dl, gula 6. Angka gula darah meliputi gula
darah post prandial <150, gula darah puasa 70-150 mg/dl, gula
darah sewaktu 70-200 mg/dl. darah post prandial <150, gula
darah sewaktu 70-200 mg/dl.
Intervensi : Intervensi :
1. Observasi kadar gula darah 1. Observasi kadar gula darah
2. Kaji pengetahuan klien mengenai 2. Kaji pengetahuan klien mengenai
prinsip diet 3J prinsip diet 3J
3. Kaji pola makan dan mengobservasi 3. Kaji pola makan dan mengobservasi
perilaku makan klien perilaku makan klien
4. Berikan pendidikan kesehatan secara 4. Diskusikan program pengobatan
bertahap secara terbuka dan perhatikan
5. Libatkan keluarga ketika keinginan klien.
memberikan pendidikan kesehatan 5. Berikan pendidikan kesehatan secara
6. Kolaborasi dengan nurse educator bertahap
tentang teknik penyampaian materi 6. Libatkan keluarga ketika
dan teknik peningkatan motivasi memberikan pendidikan kesehatan
untuk mendukung perilaku patuh 7. Kolaborasi dengan nurse educator
secara berkelanjutan tentang teknik penyampaian materi
7. Buat kontrak tertulis dengan pasien dan teknik peningkatan motivasi
dan evaluasi perilaku patuh secara untuk mendukung perilaku patuh
berkelanjutan secara berkelanjutan
8. Buat kontrak tertulis dengan pasien
dan evaluasi perilaku patuh secara
berkelanjutan
50

5. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.8 Hasil Implementasi Keperawatan Klien I dan Klien II tanggal


11 januari 2018 (hari pertama)
No Implementasi Respon
Klien I Klien II
1. Mengobservasi DS : - DS : -
kadar gula darah DO : DO :
GDS : 315 mg/dL GDS : 315 mg/dL
GDPP : 295 mg/dL GDPP : 300 mg/dL

2. Mengkaji DS : DS :
pengetahuan klien Klien mengatakan tidak Klien mengatakan
mengenai prinsip mengerti betul hanya mengerti bahwa
diet 3J pantangan bagi tidak diperbolehkan
penderita diabetes makan makanan manis,
melitus walau sudah makan nasi putih,
pernah dijelaskan makan daging dan
dahulu waktu pertama makanan bersantan
kali masuk rumah sakit DO :
DO : Pengetahuan klien
Pengetahuan klien tentang prinsip diet 3J
tentang prinsip diet 3J masih rendah
masih rendah

3. Mengkaji pola DS : DS :
makan dan Klien mengatakan Klien mengatakan
mengobservasi makan tadi pagi tidak makan siang tidak
perilaku makan klien habis habis karena hambar
DO : DO :
Makan pagi habis 1/4 Makan siang tidak
porsi, pukul 07.45 WIB habis. Makanan
klien makan roti selai selingan pukul 15.00
sobek 1 potong dan WIB tidak dihabiskan,
keripik tempe 3 buah. Pukul 16.00 klien
Selingan pukul 10.00 makan crackers keju 3
WIB klien buah, dan makan sore
menghabiskannya habis 1/4 porsi.

4. Mendiskusikan - DS :
program pengobatan Klien mengatakan tidak
secara terbuka dan menyukai makanan
perhatikan keinginan rumah sakit karena
klien. rasanya tidak enak, dan
selalu ingin didampingi
oleh anaknya
51

DO :
Sumber semangat klien
adalah anaknya

5. Memberikan DS : DS :
pendidikan Klien mengatakan mau Klien mengatakan mau
kesehatan secara diberikan pendidikan diberikan pendidikan
bertahap kesehatan kesehatan
DO : DO :
Setelah diberikan Setelah diberikan
pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
klien mampu klien mampu
menjelaskan tujuan diet menjelaskan tujuan dan
akan tetapi belum dapat prinsip diet 3J akan
menjelaskan prinsip tetapi belum mengerti
diet 3J tentang jumlah ukuran
yang dianjurkan

6. Libatkan keluarga DS : DS :
ketika memberikan Keluarga mengatakan Adik klien menolak
pendidikan mau diberikan diberikan pendidikan
kesehatan pendidikan kesehatan kesehatan karena akan
DO : pergi
Keluarga kooperatif DO :
Keluarga tidak
kooperatif

7. Kolaborasi dengan DS : - DS : -
nurse educator DO : DO :
tentang teknik Penyampaian materi Penyampaian materi
penyampaian materi menggunakan media menggunakan media
dan teknik leaflet, lembar balik, leaflet, lembar balik
peningkatan dan buku saku dan buku saku
motivasi untuk
mendukung perilaku
patuh secara
berkelanjutan

8. Buat kontrak dengan DS : DS :


pasien dan keluarga Klien dan keluarga Klien mengatakan mau
untuk pendidikan mengatakan mau diberikan pendidikan
kesehatan ulang diberikan pendidikan kesehatan lagi
kesehatan lagi DO :
DO : Klien kooperatif,
Klien dan keluarga keluarga kurang
kooperatif kooperatif.
52

Tabel 4.9 Hasil Implementasi Keperawatan Klien I dan Klien II tanggal


12 januari 2018 (hari kedua)
No Implementasi Respon
Klien I Klien II
1. Mengobservasi DS : DS :
kadar gula darah Klien mengatakan Klien mengatakan
kadar gula darah tadi kadar gula darah tadi
pagi 284 pagi 307 mg/dL
DO : DO :
- GDP : 284 mg/dL - GDP : 307 mg/dL
- GDPP : 270 mg/dL - GDS : 300 mg/dL
- GDS : 298 mg/dL - GDPP : 291 mg/dL

2. Mengkaji DS : DS :
pengetahuan klien Klien mengatakan Klien mengatakan kalo
mengenai prinsip tujuan diet agar gula makan harus dijadwal,
diet 3J darah normal, BB jumlah dan jenisnya
seimbang, dan gak ada harus diatur
komplikasi DO :
DO : Pengetahuan klien
Pengetahuan klien masih sama
tentang diet belum
meningkat

3. Mengkaji pola DS : DS :
makan dan Klien mengatakan Klien mengatakan
mengobservasi makan pagi habis 1/2 makan siang dan
perilaku makan klien porsi makan pagi habis 3/4
DO : porsi, snack pukul
- Makan pagi habis 1/2 10.00 WIB tidak habis
porsi, selingan pukul DO :
10.00 WIB habis, Makan pagi dan siang
makan siang habis 3/4 habis 3/4 porsi. Pukul
porsi. 09.00 WIB klien
- Pukul 09.00 WIB klien makan roti selai dan
makan buah keripik singkong
kelengkeng 3 biji dengan alasan lapar
sekali

4. Memberikan DS : DS :
pendidikan Klien mengatakan mau Klien mengatakan mau
kesehatan ulang diberikan pendidikan diberikan pendidikan
dengan kesehatan lagi kesehatan lagi
berkolaborasi DO : DO :
bersama ahli gizi Setelah diberikan Setelah diberikan
pada klien II dan pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
53

dengan penambahan kembali mengenai ulang klien paham akan


media pembelajaran prinsip diet 3J ukuran-ukuran
video pada klien I pengetahuan klien makanan sesuai anjuran
meningkat, akan tetapi
perlu ditekankan
mengenai jumlah
makanan yang
dianjurkan

5. Melibatkan keluarga DS : DS :
ketika memberikan Keluarga mengatakan Adik klien mengatakan
pendidikan mau diberikan mau diberikan
kesehatan pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
kembali DO :
DO : Keluarga kooperatif
Keluarga kooperatif

6. Kolaborasi dengan DS : - DS : -
nurse educator DO : DO :
tentang teknik Peningkatan motivasi Peningkatan motivasi
penyampaian materi dengan afirmasi positif dengan afirmasi positif
dan teknik
peningkatan
motivasi untuk
mendukung perilaku
patuh secara
berkelanjutan

8. Buat kontrak DS: DS :


pendidikan Klien dan keluarga DO:
kesehatan kembali mengatakan mau Tidak melakukan
dengan pasien dan diberikan pendidikan pendidikan kesehatan
evaluasi perilaku kesehatan kembali kembali hanya evaluasi
patuh secara DO : perilaku patuh klien.
berkelanjutan Klien dan keluarga
kooperatif

Tabel 4.10 Hasil Implementasi Keperawatan Klien I dan Klien II tanggal


13 januari 2018 (hari ketiga)
No Implementasi Respon
Klien I Klien II
1. Mengobservasi DS : - DS : -
kadar gula darah DO : DO :
GDP : 239 mg/dL GDP : 273 mg/dL
GDS : 247 mg/dL GDS : 287 mg/dL
54

GDPP : 229 mg/dL GDPP : 271 mg/dL

2. Mengkaji DS : DS :
pengetahuan klien Klien mengatakan Klien mengatakan
mengenai prinsip makan harus sesuai kalau makan harus
diet 3J jadwal, jenis, dan sesuai jam yang
jumlah dianjurkan, jenis dan
DO : jumlah menu bisa
Pengetahuan klien dilihat di buku saku
meningkat dan leaflet
DO :
Pengetahuan klien akan
prinsip diet meningkat.
Klien mampu
menjelaskan prinsip
diet 3J dengan benar.

3. Mengkaji pola DS : DS :
makan dan Klien mengatakan Klien mengatakan
mengobservasi makan pagi dan siang makan pagi habis
perilaku makan klien habis 1/2 porsi, snack setengah porsi
pukul 10.00 WIB habis DO :
DO : Makan pagi habis 1/2
Klien tidak makan porsi, makan siang
diluar menu yang habis 1 porsi, selingan
disarankan, hanya saja pukul 10.00 habis
kebutuhan alorinya
masih kurang

5. Memberikan DS : -
pendidikan Klien dan keluarga
kesehatan mengatakan mau
berkolaborasi diberikan pendidikan
dengan ahli gizi ( kesehatan kembali
hanya dilakukan DO :
pada Ny. S) Setelah diberikan
pendidikan kesehatan
kembali, klien dan
keluarga mampu
menjelaskan kembali
materi mengenai
ukuran-ukuran
makanan

6. Libatkan keluarga DS : -
ketika memberikan Keluarga mengatakan
55

pendidikan mau diberikan


kesehatan pendidikan kesehatan
kembali
DO :
Keluarga kooperatif

7. Kolaborasi dengan DS : DS :
nurse educator Klien mengatakan agar Klien mengatakan akan
dalam pemberian semakin sehat maka mematuhi dietnya agar
afirmasi positif harus patuh terhadap cepat sembuh dan
dietnya dapat naik haji tahun
DO : besok
Klien tampak lebih DO :
bersemangat setelah Motivasi klien
pemberian afirmasi meningkat
positif

Tabel 4.11 Hasil Implementasi Keperawatan Klien I dan Klien II tanggal


14 januari 2018 (hari keempat)
No Implementasi Respon
Klien I Klien II
1. Mengobservasi DS : - DS : -
kadar gula darah DO : DO :
GDP : 215 mg/dL GDP : 222 mg/dL
GDS : 234 mg/dL GDS : 234 md/dL
GDPP : 223 mg/dL GDPP : 214mg/dL

2. Menevaluasi pola DS : DS :
makan dan Klien mengatakan Klien mengatakan
mengobservasi makan pagi habis 1 makan pagi dan makan
perilaku makan klien porsi siang habis 3/4 porsi
DO : DO :
Makan pagi habis 1 Selingan pukul 10.00
porsi, selingan habis, habis, selingan pukul
dan makan siang habis 15.00 tidak dimakan
3/4 porsi. dengan alasan tidak
suka dan diganti
dengan buah pepaya
dan susu diabetes
setelah berkonsultasi
dengan ahli gizi.
56

3. Memberi intruksi DS : DS :
kepada keluarga Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
untuk selalu akan selalu memberikan akan selalu
mendampingi dan semangat menyemangati klien
mendukung klien DO : dan mengingatkan
Keluarga kooperatif klien
DO :
Keluarga kooperatif

4. Berkonsultasi DS : DS :
dengan nurse Klien mengatakan ingin Klien mengatakan
educator tentang segera pulang ingin cepat pulang
pemberian motivasi DO : DO :
Semangat klien Klien lebih
semakin meningkat bersemangat setelah
diberikan motivasi

Tabel 4.12 Hasil Implementasi Keperawatan Klien I dan Klien II tanggal


15 januari 2018 (hari terakhir)
No Implementasi Respon
Klien I Klien II
1. Mengobservasi DS : DS :
kadar gula darah DO : DO :
GDP : 169 mg/dL GDP : 173 mg/dL
GDS : 171 mg/dL GDS : 161 mg/dL
GDPP : 157 mg/dL GDPP : 165 mg/dL

2. Mengevaluasi pola DS : DS :
makan dan Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
mengobservasi makan pagi dan siang makan pagi dan siang
perilaku makan klien dihabiskan klien, habis 1 porsi, selingan
selingan pukul 10.00 juga habis.
WIB juga habis DO :
DO : Makan pagi dan siang
Makan pagi, siang, sore habis 1 porsi, makan
klien habis 1 porsi, sore habis 3/4 porsi,
selingan juga selingan dihabiskan
dihabiskan.

3. Menginstruksikan DS : DS :
keluarga untuk Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
selalu mendampingi akan selalu akan selalu
dan memberikan mendampingi dan mendampingi klien
dukungan pada klien mengingatkan klien DO :
DO : Keluarga kooperatif
Keluarga kooperatif
57

4. Berkonsultasi DS : DS :
dengan nurse Klien dan keluarga Klien dan keluarga
educator tentang mengatakan mau mengatakan akan
teknik peningkatan diberikan poster dan menempelkan poster
motivasi untuk akan menempelkannya, dirumah, dan tidak apa-
mendukung perilaku serta tidak masalah jika apa bila akan disms
patuh secara akan di sms DO :
berkelanjutan DO : Keluarga kooperatif
(memberikan poster Keluarga kooperatif
untuk ditempelkan
dirumah dan SMS
reminder)

6. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari, diperoleh evaluasi

setiap harinya setelah semua tindakan keperawatan dilakukan dan

menunjukkan hasil yang berbeda

Tabel 4.13 Hasil evaluasi formatif pada klien I dan klien II


Hari/tgl Klien I Klien II
Hari S: S:
pertama Klien mengatakan tujuan diet Klien mengatakan kalo makan
11 supaya kadar gula darah normal, harus di jam, jenis dan jmlhnya
januari BB seimbang dan terhindar dari harus diatur
2018 komplikasi O:
O: - Setelah diberikan pendidikan
- Setelah diberikan pendidikan kesehatan klien dapat mengulang
kesehatan klien hanya dapat materi yang diajarkan mengenai
mengulang materi tujuan diet prinsip diet 3J, akan tetapi belum
akan tetapi tidak dapat mengerti tentang anjuran ukuran
menjelaskan prinsip diet 3J makanannya
- Klien makan diluar menu yang - Klien makan diluar menu yang
dianjurkan yaitu roti selai dianjurkan yaitu makan
sobek 1 potong Crackers keju
- Hasil GDPP : 295 mg/dL - Hasil GDS : 315 mg/dL
Hasil GDS : 315 mg/dL Hasil GDPP : 300 mg/dL
A: A:
Masalah ketidakpatuhan belum Masalah ketidakpatuhan belum
teratasi teratasi
P: P:
Lanjutkan intervensi (observasi Lanjutkan intervensi (observasi
kadar gula darah, kaji pola dan kadar gula darah, kaji pola dan
58

perilaku makan, kaji ulang perilaku makan, kaji ulang


pengetahuan mengenai prinsip pengetahuan mengenai prinsip
diet 3J, Berikan pendidikan diet 3J, Berikan pendidikan
kesehatan ulang dengan kesehatan ulang dengan
melibatkan keluarga, melibatkan keluarga, kolaborasi
kolaborasi dengan nurse dengan nurse educator tentang
educator tentang teknik teknik penyampaian materi.
penyampaian materi).

Hari S: S:
kedua 12 Klien mengatakan kalo makan Klien mengatakan sudah mengerti
januari harus sesuai jadwal, jenis dan tentang ukuran makanan sesuai
2018 jumlahnya bisa dilihat di buku anjuran
saku O:
O: - Klien makan diluar menu yang
- Setelah diberikan pendidikan dianjurkan pada pagi hari klien
kesehatan kembali makan roti selai, dan pukul
pengetahuan klien meningkat 16.00 WIB klien sempat makan
akan tetapi perlu ditekankan keripik singkong dengan alasan
kembali mengenai aturan lapar.
jumlah makan sesuai anjuran. - Setelah diberikan pendidikan
- GDP : 284 mg/dL, GDPP : kesehatan ulang yang mengenai
270 mg/dL, GDS : 298 ukuran makannya klien
mg/dL menjadi lebih paham dan dapat
- Klien sempat makan buah menjelaskan prinsip diet 3J.
kelengkeng 3 biji - Kadar GDP : 3017 mg/dL,
- Makan pagi habis 1/2 porsi, GDPP : 291 mg/dL, GDS : 300
makan siang habis 3/4 porsi, mg/dL
makanan selingan habis - Klien dan keluarga tampak
- Keluarga kooperatif, selalu antusias mendengarkan
memberikan dukungan penjelasan
kepada klien. A : Masalah Ketidakpatuhan
- Kebutuhan kalori klien belum teratasi
belum terpenuhi P:
A : masalah ketidakpatuhan Lanjutkan intervensi : observasi
belum teratasi kadar gula darah, evaluasi pola
P: makan dan perilaku makan,
Lanjutkan intervensi : instruksikan kepada keluarga
observasi kadar gula darah, untuk selalu mendampingi dan
kaji pola makan dan perilaku mengingatkan klien, edukasi
makan, kaji ulang pengetahuan ulang tentang diet jika diperlukan,
prinsip diet 3J, dukung klien konsultasikan dengan nurse
agar tetap patuh terhadap educator tentang teknik
dietnya, edukasi ulang tentang peningkatan motivasi
jumlah makanan dengan
berkolaborasi bersama ahli
59

gizi, konsultasikan
dengannurse educator teknik
peningkatan motivasi.

Hari S: S:
ketiga 13 Klien mengatakan lebih paham Klien mengatakan kalau makan
januari setelah diberikan penjelasan harus dijam yaitu 3 kali makanan
2018 kembali mengenai ukuran pokok dan 3 kali selingan, jenis
jumlah makannya. dan jumlahnya bisa dilihat di
O: buku saku.
- Pengetahuan klien O:
meningkat, klien dapat - Pemahaman klien mengenai
menjelaskan kembali prinsip diet 3J semakin
mengenai prinsip diet 3J. meningkat
- Motivasi klien meningkat, - Motivasi klien semakin
dan keluarga senantiasa bertambah setelah pemberian
mendampingi dan memberi afirmasi positif.
semangat klien. - Klien tidak makan apapun selain
- Klien tidak makan makanan makanan rumah sakit.
diluar menu yang disarankan, - Makan pagi habis 1/2 porsi,
makan pagi dan siang habis makan siang habis 1 porsi, dan
1/2 porsi, makan sore habis selingan dihabiskan
3/4 porsi, snack pukul - Kadar GDP : 273 mg/dL, GDS :
10.00WIB, pukul 15.00 WIB, 287 mg/dL, GDPP : 271 mg/dL
dan pukul 20.00 habis. A : Masalah ketidakpatuhan
- Kadar GDP : 239 mg/dL, belum teratasi
GDS : 247 mg/dL, GDPP : P:
241 mg/dL Lanjutkan intervensi : observasi
A : Masalah Ketidakpatuhan kadar gula darah, evaluasi pola
belum teratasi dan perilaku makan, dukung klien
P: untuk selalu patuh terhadap
Lanjutkan intervensi : dietnya, edukasi ulang mengenai
observasi kadar gula darah, diet jika diperlukan, intruksikan
evaluasi pola dan perilaku keluarga untuk selalu
makan, dukung klien untuk mendampingi dan memberikan
selalu patuh terhadap dietnya, semangat, konsultasikan dengan
edukasi ulang mengenai diet nurse educator tentang teknik
jika diperlukan, intruksikan peningkatan motivasi.
keluarga untuk selalu
mendampingi dan memberikan
semangat, konsultasikan
dengan nurse educator tentang
teknik peningkatan motivasi.
60

Hari S: S:
Keempat, Klien mengatakan makan pagi Klien mengatakan makan pagi
14 dan siang habis 3/4 porsi, dan habis 1 porsi dan kadar gula tadi
Januari kadar gula darah tadi pagi 215 pagi 201 mg/dL.
2018 mg/dL O:
O: - Klien mulai menunjukkan
- Klien mulai menunjukkan perilaku patuh ditandai dengan
perilaku patuh ditandai tidak makan diluar menu yang
dengan makan pagi dan siang disarankan. Makan pagi habis 1
habis 3/4 porsi, makan sore porsi, makan siang habis 3/4
habis 1 porsi, selingan pukul porsi, selingan pukul 10.00
10.00 WIB habis, selingan habis.
pukul 15.00 tidak habis - Keluarga senantiasa
diganti dengan buah pepaya mendampingi klien dan
dan susu diabetes setelah memberikan dukungan
berkonsultasi dengan ahli - Semangat klien meningkat
gizi. - Kadar GDP : 201 mg/dL, GDS :
- Keluarga selalu 219 mg/dL, GDPP : 203 mg/dL.
mendampingi klien dan klien A : Masalah ketidakpatuhan
lebih bersemangat belum teratasi
- Kadar GDP : 215 mg/dL, P:
GDS : 220 mg/dL, GDPP : Lanjutkan intervensi : Observasi
203 mg/dL. kadar gula darah, evaluasi pola
A : Masalah ketidakpatuhan makan dan perilaku makan,
teratasi sebagian dukung klien agar selalu patuh
P: terhadap dietnya, instruksikan
Lanjutkan intervensi : keluarga untuk selalu
Observasi kadar gula darah, mendampingi klien dan memberi
evaluasi pola makan dan semangat, konsultasikan dengan
perilaku makan, dukung klien nurse educator tentang teknik
agar selalu patuh terhadap peningkatan motivasi untuk
dietnya, instruksikan keluarga mendukung perilaku patuh yang
untuk selalu mendampingi berkelanjutan.
klien dan memberi semangat,
konsultasikan dengan nurse
educator tentang teknik
peningkatan motivasi untuk
mendukung perilaku patuh
yang berkelanjutan.

Hari S: S:
Kelima, Klien mengatakan Klien mengatakan makan pagi
15 menghabiskan makanan dari dan siang habis 1 porsi
Januari rumah sakit O:
2018 O: - Klien menunjukkan perilaku
- Klien menunjukkan perilaku patuh ditandai dengan tidak
61

patuh ditandai dengn tidak makan diluar menu yang


makan diluar menu yang disarankan, keluarga senantiasa
dianjurkan, keluarga mendampingi klien, klien
senantiasa mendampingi semakin bersemangat karena
klien dan memberi semangat, ingin cepat pulang
klien tampak lebih - Kadar GDP 173 mg/dL, GDS :
bersemangat. 161 mg/dL, GDPP : 165 mg/dL
- Kadar GDP : 169 mg/dL, - Makan pagi, siang dan sore habis
GDS : 171 mg/dL, GDPP 1 porsi, snack pukul 10.00 WIB
157 mg/dL dan `15.00 WIB tidak dihabiskan
- Makan pagi, siang, dan sore karena tidak suka, dan
habis 1 porsi, selingan pukul mengganti selingan dengan buah
10.00 WIB dan 15.00 WIB pepaya setelah berkonsultasi
habis. Klien tidak makan dengan ahli gizi
diluar menu yang dianjurkan. A : masalah ketidakpatuhan
A :Masalah Ketidakpatuhan teratasi sebagian
teratasi sebagian P:
P: Lanjutkan intervensi : observasi
Lanjutkan intervensi : kadar gula darah, instruksikan
observasi kadar gula darah, kepada keluarga untuk selalu
instruksikan kepada keluarga memberikan dukungan, buat
untuk selalu memberikan kontrak untuk evaluasi perilaku
dukungan, buat kontrak untuk patuh dengan SMS reminder.
evaluasi perilaku patuh dengan
SMS reminder.

Tabel 4.14 Hasil evaluasi sumatif pada klien I dan klien II


Klien I Klien II
S: S:
Klien mengatakan menjadi lebih paham Klien mengatakan semakin paham
tentang pentingnya diet bagi akan dietnya, ia akan patuh terhadap
kesehatannya, ia akan mematuhi dietnya dietnya agar bisa menunaikan haji
agar cepat sembuh dan tidak membuat tahun depan
khawatir keluarga O:
O: - Klien berpartisipasi dalam
- Klien berpartisipasi dalam menentukan tujuan diet yang bisa
menentukan tujuan diet yang bisa dicapai
dicapai - Selama 5 hari perawatan klien
- Selama 5 hari perawatan klien mengikuti rekomendasi diet setelah
mengikuti rekomendasi diet seteah diberikan pendidikan kesehatan
diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 2 kali
sebanyak 3 kali - Keluarga senantiasa mendampingi
- Keluarga senantiasa mendampingi klien.
klien. - Motivasi klien untuk patuh diet
- Motivasi klien untuk patuh diet semakin meningkat
62

semakin meningkat - Angka Kadar GDP : 173 mg/dL,


- Angka Kadar GDP : 169 mg/dL, GDS GDS : 161 mg/dL, GDPP 165
: 171 mg/dL, GDPP 157 mg/dL mg/dL
- kebutuhan kalori klien terpenuhi - kebutuhan kalori klien terpenuhi
dibuktikan dengan klien makan menu dibuktikan dengan klien makan
dari rumah sakit dan apabila klien menu dari rumah sakit dan apabila
tidak menyukai menu dari rumah sakit klien tidak menyukai menu dari
klien mengganti makanannya dengan rumah sakit klien mengganti
berkonsultasi dengan ahli gizi terlebih makanannya dengan berkonsultasi
dahulu dengan ahli gizi terlebih dahulu
A : Masalah ketidakpatuhan teratasi
A : Masalah ketidakpatuhan teratasi
sebagian
sebagian
P:
P:
Lanjutkan intervensi : observasi
Lanjutkan intervensi : observasi kadar
kadar gula darah, evaluasi pola dan
gula darah, evaluasi pola dan perilaku
perilaku makan klien, dukung klien
makan klien, dukung klien agar tetap
agar tetap patuh terhadap dietnya,
patuh terhadap dietnya, instruksikan
instruksikan keluarga untuk selalu
keluarga untuk selalu mengingatkan
mengingatkan klien dan memberi
klien dan memberi semangat, edukasi
semangat, edukasi ulang tentang diet
ulang tentang diet jika diperlukan dan
jika diperlukan dan Berkonsultasi
Berkonsultasi dengan nurse educator
dengan nurse educator tentang
tentang teknik peningkatan motivasi
teknik peningkatan motivasi untuk
untuk mendukung perilaku patuh secara
mendukung perilaku patuh secara
berkelanjutan (memberikan poster
berkelanjutan (memberikan poster
untuk ditempelkan dirumah dan SMS
untuk ditempelkan dirumah dan SMS
reminder)
reminder)

B. Pembahasan

Pada sub bab ini penulis hendak membahas mengenai proses pemberian

asuhan keperawatan pada Ny. S dan Ny. T dengan diagnosa medis Diabetes

Melitus tipe 2 tanggal 11 – 16 Januari 2018 di ruang Gladiol dan Edelweis

RSUD Tidar Kota Magelang. Disini penulis akan menguraikan hal-hal yang

berkaitan dengan masalah keperawatan yang dialami oleh kedua klien.

Dimulai dengan proses pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Hal itu

sesuai dengan teori dari Potter dan Perry (2010).


63

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses

keperawatan, yang mana dari hasil pengkajian penulis dapat merumuskan

masalah keperawatan melalui analisa data guna memberikan intervensi

yang tepat guna kepada klien. Dalam proses pengumpulan data penulis

memperoleh data dari rekam medis, wawancara langsung kepada klien,

dan observasi.

Proses pengkajian dilakukan pada 11 Januari 2018 dengan

menggunakan konsep teoritis yang terkait dengan permasalahan klien

sebagai alat bantu dalam arah pengkajian. Hasil pengkajian yang diperoleh

kedua klien berjenis kelamin perempuan. Prevalensi kejadian diabetes

melitus tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada pria. Hal ini dikarenakan

wanita lebih beresiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita

memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar,

sindroma siklus bulanan, dan pasca menopouse yang membuat distribusi

lemak tubuh menjadi terakumulasi akibat proses hormonal tersebut

sehingga wanita beresiko menderita diabetes melitus tipe 2 (Hongiyanto,

Yamlean, Supriati, 2014).

Keluhan utama yang dirasakan Ny. S yaitu penglihatan kabur,

pusing, dan badan terasa lemas. Sedangkan pada Ny. T diperoleh keluhan

utama pusing dan lemas. Keduanya sama-sama mengeluh tanda terjadinya

hiperglikemia. Soegondo (2009), menyatakan bahwa penderita diabetes

melitus sangat rentan mengalami kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia


64

dimana kondisi itu merupakan komplikasi akut yang sering terjadi.

Menurut PERKENI (2015), Hiperglikemia adalah peningkatan kadar gula

darah secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme

yang berbahaya antara lain ketoasidosis diabetik, koma hiperosmoler non

ketotik (KHNK), dan kemolakto asidosis. Tanda dari hiperglikemia yang

khas menurut Bulecheck, K.Butcher, M.Dochterman & M.Wagner (2016),

adalah penglihatan kabur, lemas, rasa haus, banyak kencing, dehidrasi,

suhu meningkat, sakit kepala, keadaan apatis sampai koma.

Pada kedua klien ditemukan munculnya masalah kesehatan berupa

komplikasi penyakit yang meningkat (PPNI, 2016). Pada Ny. S ditemukan

komplikasi penyakit berupa terdapat stomatitis pada rongga mulut bagian

kanan, sedangkan pada Ny. T ditemukan adanya ulkus diabetikum pedis

sinistra. Tanda dari komplikasi penyakit yang meningkat menurut Fatimah

(2015), disebut tanda gejala kronik, dimana pasien biasanya mengeluhkan

kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa kebas

di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi

mudah goyah dan lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria

bisa terjadi impotensi.

Tingkat pendidikan pada kedua klien juga berbeda, dimana Ny. S

mempunyai latar belakang pendidikan terakhir SMP sedangkan Ny. T

mempunyai pendidikan terakhir SMA. Menurut pendapat penulis, tingkat

pendidikan pasien sangat berpengaruh terhadap pemahaman. Hal ini sesuai

dengan pendapat Nursalam (2011), bahwa semakin tinggi tingkat


65

pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima

informasi, sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Hasil pengkajian riwayat keperawatan sekarang diketahui bahwa

penyebab Ny. S mengalami tanda hiperglikemia dikarenakan sebelum

dibawa ke rumah sakit klien minum sereal dan buah pisang. Sementara

Ny. T sebelum dibawa ke rumah sakit ia makan nasi dan opor ayam yang

berakibat pada naiknya kadar gula darah pada keduanya. Hal ini

dibuktikan dengan hasil GDS Ny. S yaitu 431 mg/dL , dan Ny. T 497

mg/dL. Dari data yang didapatkan kedua klien tidak menerapkan salah satu

4 pilar pengobatan diabetes melitus yaitu tidak mengikuti perencanaan

diet. Hal itu sesuai dengan pernyataan Soegondo (2009), bahwa apabila

penalaksanaan diabetes melitus buruk terutama dalam hal perencanaan

makan maka akan menimbulkan komplikasi akut berupa hiperglikemia

maupun hipoglikemia.

Hasil pengkajian riwayat keperawatan dahulu diketahui bahwa Ny.

S dan Ny. T pernah dirawat dirumah sakit > 3 kali dan dengan hasil kadar

gula darah yang tinggi. Pada Ny. S dalam keseharian ia rutin

mengkonsumsi obat Glimepiride 1 mg 3 kali sehari. Sedangkan Ny. T

karena ia tinggal sendiri ia tidak rutin minum obat dan makan sesukanya.

Penulis berpendapat bahwa hal ini menunjukkan terdapat beberapa faktor

yang dapat menyebabkan kejadian rawat ulang pada pasien diabetes

melitus. Menurut Junianty, Nursiswati, & Ernaliyawati (2011), sebagian

pasien diabetes tipe 2 mengalami komplikasi yang berakibat pada kejadian


66

rawat ulang karena dipengaruhi oleh tingkat self care penderita diabetes

dalam pengontrolan gula darah. Padahal dalam penanganan pasien

diabetes melitus sangat diperlukan kepatuhan dalam menjalankan program

terapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan PERKENI (2015), pengelolaan

penderita diabetes melitus ditentukan dalam 4 pilar utama, yaitu edukasi,

terapi diet, olahraga dan obat-obatan yang harus dilakukan selaras agar

terdapat peningkatan kualitas hidup penderita diabetes melitus.

Pada pengkajian persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan

diketahui kedua klien merasa tersiksa dengan penyakitnya. Pada Ny. S

terjadi kesalahan persepsi dimana menurutnya apabila ia rutin minum obat

maka kadar gula darahnya akan stabil sehingga ia dapat makan sesukanya.

Sedangkan pada Ny. T selain karena alasan tidak ada yang mengingatkan,

Ny. T juga mengatakan jenuh. Hal ini menunjukkan ada beberapa faktor

yang dapat menghambat keberhasilan terapi pada penderita diabetes

melitus. Menurut Hasbi (2012), faktor yang mempengaruhi yaitu

pemodifikasi (umur, jenis kelamin, pendapatan, pengetahuan, dan lama

menderita penyakit), faktor persepsi individu ( persepsi kerentanan,

keseriusan, manfaat dan hambatan), dan faktor isyarat bertindak

(dukungan keluarga) (Purwanti & Nurhayati, 2017).

Penerapan diet kedua klien selama ini tidak patuh. Ny. S merasa

bosan, jenuh dan lapar terus menerus dan mengatakan sebenarnya tidak

mengerti betul tentang pantangan makanan bagi penderita diabetes melitus

walaupun sudah pernah dijelaskan dahulu waktu pertama kali masuk


67

rumah sakit. Sementara Ny. T mengatakan ia pernah dijelaskan pantangan

makanan pada saat pertama kali dirawat, dan sekarang hanya mengerti

bahwa penderita diabetes tidak dibolehkan makan-makanan manis, makan

nasi putih, tidak boleh makan daging, dan makanan bersantan. Hal itu

menunjukkan bahwa keduanya masih kurang dalam pengetahuan terutama

dalam hal perencanaan makan atau diet. Hasil penelitian Bertalina dan

Purnama (2016), mengungkapkan bahwa sebagian besar penderita

diabetes melitus belum memahami prinsip diet diabetes yaitu 3J. Penderita

diabetes sering menganggap bahwa kadar gula tinggi merupakan kelebihan

gula dalam tubuh yang disebabkan oleh sering mengkonsumsi makanan

yang manis padahal dalam kenyataannya jenis-jenis makanan sumber

karbohidrat yang dapat menaikkan gula darah dengan cepat.

Hasil Penelitian Soegondo (2009), menyatakan bahwa dukungan di

lingkungan terdekat sangat diperlukan bagi penderita diabetes agar disiplin

dalam menjalani terapi pengobatan. Banyak penderita yang tidak disiplin

karena merasa dirinya baik-baik saja, padahal sewaktu-waktu apabila

penderita diabetes melitus tidak disiplin dapat mengakibatkan keadaan

hipoglikemia ataupun hiperglikemia yang dapat berakibat kematian. Pada

pengkajian kedua klien diketahui saat ini sudah tidak bekerja dan banyak

menghabiskan waktu di rumah sendirian. Akan tetapi pada Ny. T

hubungan dengan keluarga kurang terjalin baik, khususnya dengan

anaknya, karena sang anak tinggal di Jakarta. Hal ini menunjukkan


68

dukungan keluarga pada kedua klien kurang, terutama dalam hal

mengingatkan makan, minum obat, dan aktivitas.

Hasil pengkajian pada kedua klien diketahui stressor pada Ny. S

adalah permasalahan biaya. Sedangkan stressor pada Ny. T diakibatkan

karena ia merasa kurang mendapat perhatian dari keluarga. Stress sangat

mempengaruhi kadar glukosa darah bagi penderita diabetes melitus. Stress

memicu reaksi biokimia tubuh melalui 2 jalur, yaitu neuroendokrin dan

neural. Reaksi pertama respon stress yaitu sekresi sistem saraf simpatis

untuk mengeluarkan norepinefrine yang berakibat terjadinya peningkatan

frekuensi jantung, hal ini menyebabkan glukosa darah meningkat guna

sumber energi untuk perfusi (Damayanti, 2015). Hal ini sejalan dengan

pendapat (Pratiwi, Amatirta, & Yamin, 2014), bahwa terdapat pengaruh

tingkat stress dengan peningkatan kadar glukosa darah. Hal ini

dikarenakan pengaruh stress terhadap sistem neuroendokrin antara lain

melalui rangsangan pada sistem saraf dengan mengaktifkan sistem

Simpatik Adrenal Medulla (SAM) yang selanjutnya diikuti dengan

aktivitas Hipotalamus Pituitari Adrenal (HPA). Selama Stress, sistem saraf

simpatik merangsang kelenjar adrenal bagian Medulla untuk mensekresi

hormon epinefrine yang menghasilkan efek metabolik yang meningkatkan

laju metabolisme dan peningkatan kadar glukosa darah.

Pada pemeriksaan laboratorium darah kedua klien dilakukan

pemeriksaan kadar HbA1c. Pengukuran HbA1c adalah cara yang paling

akurat untuk menentukan tingginya kadar gula darah selama 2-3 bulan
69

terakhir. HbA1c juga merupakan pemeriksaan tunggal terbaik untuk

menilai resiko terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh

tingginya kadar glukosa dalam darah (Utomo, Wungouw, & Marunduh,

2015). Pada Ny. S kadar HbA1c 7,2 % hal ini menunjukkan kendali

diabetes sedang dengan rata-rata gula darah 3 bulan terakhir adalah 170

mg/dL, kadar trigliserida 204 mg/dL, kolesterol 201 mg/dL. Sedangkan

pada Ny. T kadar HbA1c adalah 8,1 %, hal ini menunjukkan kendali

diabetes berat dengan rata-rata gula darah 3 bulan terakhir adalah 205

mg/dL, kadar trigliserida 260 mg/dL, kreatinin 1,15 mg/dL. Kadar

trigliserida kedua pasien juga tinggi maka beresiko terjadinya penyakit

jantung koroner. Terjadinya penyakit Jantung Koroner pada penderita

diabetes melitus sangat kompleks dan salah satunya dipengaruhi oleh

perubahan profil lipid (Purwanto, 2017). Pada Ny. T juga terjadi

peningkatan kreatinin yang menunjukkan terdapat gangguan di ginjal yang

dapat mengarah kepada komplikasi yaitu nefropati diabetikum.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan proses pengkajian maka didapatkan data, kemudian

penulis melakukan analisa dan mengidentifikasi menjadi rumusan

diagnosa keperawatan. Pada tahap ini, analisa dimulai dari data yang telah

difokuskan kemudian dilakukan penilaian klinik tentang respon klien dan

keluarga terhadap masalah keperawatan yang muncul. Fokus diagnosa

keperawatan yang diambil yaitu ketidakpatuhan terhadap diet pada pasien

diabetes melitus tipe 2.


70

Disini penulis akan membahas diagnosa keperawatan ketidakpatuhan.

Ketidakpatuhan adalah perilaku individu ataupun pemberi asuhan tidak

mengikuti rencana perawatan dan pengobatan yang disepakati dengan

tenaga kesehatan, sehingga menyebabkan hasil pengobatan tidak efektif

(PPNI, 2016).

Dalam diagnosa keperawatan PPNI (2016), batasan karakteristik

penegakan diagnosa ketidakpatuhan antara lain : perilaku tidak mengikuti

program dan anjuran, tampak tanda atau gejala penyakit yang masih ada

atau meningkat, tampak komplikasi penyakit atau masalah kesehatan yang

menetap atau meningkat. Sesuai dengan data, pada kedua klien

menunjukkan bahwa kedua klien mengeluhkan tanda-tanda terjadinya

hiperglikemia dimana diakibatkan oleh perencanaan makan yang tidak

baik, yaitu tidak patuh terhadap diet yang disarankan dimana hal itu

menunjukkan perilaku tidak mengikuti program anjuran pengobatan, serta

tampak masalah kesehatan yang meningkat dan menetap.

Pada Ny. S penglihatan klien sudah mulai terganggu, klien

mengeluhkan pandangannya sering kabur. Penyakit diabetes dapat

merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab utama kebutaan.

Terdapat 3 penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes yaitu

retinopati diabetikum yang diakibatkan karena kadar glukosa darah yang

tinggi dapat merusak pembuluh darah retina, kemudian katarak dan

glaukoma (A. Ndraha, 2014). Ny. S juga mengeluhkan mempunyai

sariawan yang tak kunjung sembuh dan sering merasakan mual. Gangguan
71

cerna pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol glukosa darah

yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang mengenai saluran

pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena

infeksi, gangguan rasa pengecapan juga dapat terjadi sehingga mengurangi

nafsu makan, sampai dapat terjadinya masalah pada gigi. Rasa sebah,

mual, muntah dan juga diare juga dapat terjadi karena terjadi gangguan

pada saraf otonom di lambung dan usus (B. Ndraha, 2014)

Sedangkan pada Ny. T terdapat ulkus diabetikum yang diakibatkan

karena terjadinya kerusakan pembuluh darah di perifer. Kerusakan pada

pembuluh darah di kaki dapat terjadi lebih dini dan prosesnya cepat pada

penderita diabetes (C. Ndraha). Seperti halnya Ny. S, Ny T juga

mengeluhkan sering merasa mual. Hal ini dapat disebabkan karena

terdapatnya komplikasi diabetes yang mengakibatkan terdapat gangguan

saluran cerna pada kedua klien. Berdasarkan data tersebut karena kedua

klien mengalami masalah kesehatan yang menetap dan meningkat serta

terdapat perilaku tidak mengikuti anjuran yaitu tidak mengikuti

perencanaan makan yang baik maka penulis menegakkan diagnosa

keperawatan ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang pengobatan.
72

3. Rencana Keperawatan

Tindakan intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil

yang diharapkan. Tahap perencanaan berfokus pada prioritas masalah,

merumuskan tujuan, dan kriteria hasil (Potter dan Perry, 2010). Sebelum

diuraikan rencana tindakan dari diagnosa yang ditegakkan, intervensi

harus disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga

rencana tindakan dapat dilakukan dengan Spesifik, Measure, Archievable,

Rasional, Time(SMART)

Penulis menyusun intervensi untuk masalah ketidakpatuhan lebih

khususnya ketidakpatuhan terhadap diet sesuai dengan fokus studi yang

diambil dengan tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5

x 8 jam, diharapkan ketidakpatuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil

diantaranya berpartisipasi dalam menetapkan tujuan diet yang bisa dicapai,

mengikuti rekomendasi diet 3J, mengikuti anjuran makan sesuai jumlah

kalori yang dibutuhkan, angka gula darah meliputi gula darah puasa 70-

150 mg/dL, gula darah post prandial <150, gula darah sewaktu 70-200

mg/dL.

Berdasarkan diagnosa yang telah dirumuskan maka penulis menyusun

rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi ketidakpatuhan klien yaitu

dengan kaji pengetahuan klien mengenai prinsip diet 3J yang disarankan,

kaji pola makan klien saat ini dan sebelumnya termasuk makanan yang

disukai, kaji pandangan klien dan keluarga tentang faktor yang

mempengaruhi dalam mengikuti prinsip diet 3J, Observasi kadar gula


73

darah secara berkelanjutan, jelaskan kepada klien dan keluarga tujuan

untuk beriskap patuh, dorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan

keluhan tentang perawatan, berikan penguatan positif terhadap kepatuhan

untuk mendukung perilaku positif yang terus menerus, buat kontrak

tertulis dengan klien dan evaluasi perilaku patuh secara berkelanjutan,

kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, perawat khusus (nurse educator)

tentang kemungkinan perubahan program pengobatan dan teknik

penyampaian materi.

4. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan. Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat

diaplikasikan pada klien (Debora, 2011). Seorang perawat harus yakin

dengan tindakan yang dilakukan kepada klien sesuai dengan tindakan yang

sudah direncanakan, kemudian selalu mendokumentasikan menurut urutan

waktu.

Menurut Purba, Sitorus dan Yati (2008), seorang perawat harus

merancang program yang bisa meningkatkan pemahaman dan kepatuhan

pasien karena penelitian menunjukkan hampir semua pasien mempunyai

pemahaman yang keliru tentang manfaat penatalaksanaan diabetes melitus.

Perlu tindakan keperawatan untuk menggali lebih dalam ketidakpatuhan

pasien terhadap penatalaksanaan diabetes, seperti faktor-faktor yang

mempengaruhi kurangnya pemahaman pasien terhadap anjuran diet,


74

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku malas dalam menjalani anjuran

diet.

Implementasi yang dilakukan kepada Ny. S dan Ny. T adalah sama dengan

rincian sebagai berikut :

a. Mengobservasi kadar gula darah

Penulis melakukan pemantauan kadar gula darah pada tanggal 11

Januari 2018 – 15 Januari 2018. Kadar gula darah Ny. S tanggal 11

Januari 2018 yaitu GDS 331 mg/dL, GDPP 315 mg/dL sampai pada

hari kelima tanggal 15 Januari 2018 kadar gula darah klien terus

mengalami penurunan dengan hasil GDP 189 mg/dL, GDS 182 mg/dL,

GDPP 169 mg/dL.

Penurunan kadar gula darah juga terjadi pada Ny. T, dimana pada

tanggal 11 januari 2018 hasil GDS 16.30 adalah 325 mg/dL, GDPP

pukul 20.00 WIB adalah 300 mg/dL. Hingga pada hari kelima tanggal

15 Januari 2018 kadar gula darah Ny. T mengalami penurunan dengan

hasil GDS (pukul 15.55) : 188 mg/dL, GDPP (pukul 20.00) : 197

mg/dL. Pada klien dengan masalah ketidakpatuhan lebih khususnya

ketidakpatuhan terhadap diet penulis berpendapat bahwa dengan

memantau kadar gula darah klien secara rutin, maka dapat mengetahui

apakah terjadi penurunan atau bahkan terjadi peningkatan setiap

harinya. Pemeriksaan kadar gula darah diperlukan untuk memodifikasi

jenis diet dan menentukan jenis pengobatan (Arisman, 2011)


75

b. Mengkaji pengetahuan klien mengenai prinsip diet 3J

Pengetahuan klien sangat mempengaruhi tingkat pemahaman klien.

Pada klien yang telah didiagnosa diabetes melitus sangat diperlukan

pengkajian bagaimana tingkat pemahamannya lebih khusunya dalam

perencanaan diet. Sehingga dapat mengetahui tingkat pemahaman

tentang diet. Dari data yang didapat pada kedua klien menunjukkan

kurangnya pengetahuan dalam pengelolaan diet. Pengkajian yang

dilakukan pada Ny.S terdapat kesalahan persepsi dimana ia

menganggap bahwa kadar gula darah hanya perlu diatur dengan

minum obat. Hingga hari kelima setelah dilakukan pendidikan

kesehatan pengetahuan klien meningkat dan dapat menjelaskan

kembali prinsip diet 3J. Hal itu juga ditemukan pada Ny. T dimana ia

menganggap bahwa penderita diabetes melitus tidak diperbolehkan

makan nasi, daging, makanan bersantan. Hingga hari kelima

pengetahuan klien juga meningkat dibuktikan dengan klien dapat

menjelaskan kembali prinsip diet 3J, dan mematuhinya.

c. Mengkaji pola makan klien saat ini dan mengobservasi perilaku makan

klien.

Penulis berpendapat dengan mengkaji pola makan dan

mengobservasi perilaku makan klien maka akan menunjukkan sejauh

mana pemahaman klien terhadap prinsip dietnya sehingga akan

tercermin pada perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sudaryanto, Setiyadi dan Frankilawati (2014), bahwa pola makan


76

merupakan suatu cara dalam pengaturan jumlah, dan jenis makanan

dengan maksud mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah

atau membantu kesembuhan penyakit. Data yang didapatkan pada

Ny.S Hingga pada hari kelima tanggal 15 Januari 2018 klien masih

tidak menghabiskan menu dari rumah sakit, tetapi untuk selingan

dihabiskan oleh klien. Sedangkan pada Ny. T hingga pada hari kelima

tanggal 15 Januari 2018 klien menunjukkan perilaku patuh, tidak

makan diluar menu yang disarankan dan menghabiskan menu dari

rumah sakit. Perawatan hingga hari kelima pada kedua klien

menunjukkan penurunan kadar gula darah dan terjadi peningkatan

asupan makanan, hal ini menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus

yang melaksanakan pengelolaan dm sesuai dengan anjuran maka akan

dapat mengendalikan kadar gula darah (Idris, Jafar & Indriasari, 2014)

d. Memberikan pendidikan kesehatan dan penguatan positif dengan

berkolaborasi dengan nurse educator tentang teknik penyampaian

materi yang tepat bagi kedua klien.

Menurut Ridwan dan Putro (2012), pada penderita diabetes perlu

diberikan pendidikan kesehatan sesering mungkin dengan

memperhatikan pola penyampaian atau komunikasi dan teknik agar

dapat diterima. Selain itu pemberian penguatan positif akan menambah

semangat klien dan mempercepat proses penyembuhan secara

psikologis. Pada Ny. S setelah diberikan pendidikan kesehatan

sebanyak 3 kali, yaitu pendidikan kesehatan dengan penambahan


77

media pembelajaran yaitu video pada hari kedua lebih efektif, klien

dapat menjelaskan prinsip diet 3J dengan benar, keluarga senantiasa

mengingatkan klien dan motivasi klien juga meningkat.

Sedangkan pada Ny. T setelah diberikan pendidikan kesehatan

sebanyak 2 kali pengetahuan klien juga semakin meningkat, pada Ny.T

pendidikan kesehatan hanya menggunakan media leaflet, lembar balik,

dan buku saku. Hingga hari kelima perawatan, klien menunjukkan

perilaku patuh yaitu tidak mengganti menu makanan diluar menu yang

disarankan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan didasarkan

dari tujuan keperawatan yang ditetapkan. Suatu asuhan keperawatan

dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku dari kriteria hasil

yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam,

2008). Pada evaluasi penulis sudah sesuai teori yang ada yaitu SOAP

(Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning).

Pada diagnosa Ketidakpatuhan, setelah dilakukan tindakan

keperawatan, hasil evaluasi menunjukkan pada Ny.S hingga hari kelima

didapatkan data bahwa klien menunjukkan perilaku patuh diet ditandai

dengan tidak makan diluar menu yang disarankan, akan tetapi klien belum

mengikuti anjuran makan sesuai dengan jumlah kalori yang dibutuhkan

hal ini dibuktikan dengan klien tidak pernah menghabiskan makanan

pokok dari rumah sakit dan kadar gula darah sewaktu klien pada hari
78

kelima <200 mg/dL, Gula darah puasa diatas >150 mg/dL, dan gula darah

post prandial >150 mg/dL. Dari data yang didapat menunjukkan bahwa

masalah ketidakpatuhan teratasi sebagian sehingga masih melanjutkan

intervensi.

Pada Ny. T setelah dilakukan tindakan keperawatan, hingga hari

kelima klien menunjukkan perilaku patuh ditandai dengan menghabiskan

makanan pokok dari rumah sakit, tidak makan diluar menu yang

disarankan. Keluarga senantiasa mendampingi klien. Akan tetapi kadar

gula darah sewaktu klien pada hari kelima <200 mg/dL, Gula darah puasa

diatas >150 mg/dL, dan gula darah post prandial >150 mg/dL. Dari data

yang didapat menunjukkan bahwa masalah ketidakpatuhan teratasi

sebagian sehingga masih melanjutkan intervensi yaitu dengan observasi

kadar gula darah, evaluasi pola makan dan perilaku makan terus menerus,

berikan penguatan positif untuk mendukung perilaku positif yang terus

menerus, buat kontrak tertulis dengan pasien dan evaluasi perilaku patuh

secara berkelanjutan, serta konsultasikan dengan dokter, ahli gizi, perawat

khusus (nurse educator) tentang kemungkinan perubahan program

pengobatan yang mendukung kepatuhan pasien terhadap dietnya

(Wilkinson, 2016).
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam

melakukan asuhan keperawatan ketidakpatuhan terhadap diet pada klien

diabetes melitus melalui beberapa proses mulai dari pengkajian, merumuskan

diagnosa, menyusun rencana tindakan, melakukan tindakan, dan mengevaluasi

tindakan yang diberikan.

Pada proses pengkajian hal-hal yang perlu dikaji meliputi identitas klien,

riwayat kesehatan, pemeriksaan diagnostik, dan pemeriksaan fisik. Pada

ketidakpatuhan terhadap diet sesuai dengan fokus diagnosa keperawatan yang

diambil pengkajian difokuskan kepada persepsi dan pengetahuan klien tentang

pentingnya diet bagi penderita diabetes melitus. Selain itu faktor yang

mendukung klien agar patuh terhadap diet juga perlu dikaji lebih lanjut. Hasil

pemeriksaan penunjang ditegakkan ntuk mendukung diagnosa keperawatan

seperti pemeriksaaan kadar HbA1c dimana hasil itu dapat menjadi indikator

jangka panjang kontrol gula darah klien dari efek diet, terapi obat ataupun

olahraga. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik terutama pada

sistem pencernaan untuk melihat apakah terdapat gangguan sehingga klien

tidak patuh terhadap dietnya.

Pada diagnosa keperawatan penulis harus menganalisis data-data yang

didapat saat pengkajian. Data tersebut meliputi data subyektif dan data

79
80

obyektif, kemudian setelah data-data tersebut terkumpul dan sesuai dengan

tanda gejala yang ada dalam pedoman diagnosa keperawatan selanjutnya

diagnosa keperawatan dapat ditegakkan. Pada masalah ketidakpatuhan

biasanya ditemukan keluhan terdapatnya masalah kesehatan yang menetap

bahkan meningkat.

Untuk menangani masalah keperawatan yang ada penulis harus

menentukan rencana tindakan yang tepat sesuai dengan masalah keperawatan.

Untuk menangani masalah ketidakpatuhan terhadap diet rencana yang dipilih

yaitu mengobservasi kadar gula darah , mengkaji pengetahuan klien

mengenai prinsip diet 3J, mengkaji pola makan klien saat ini dan

mengobservasi perilaku makan klien, memberikan pendidikan kesehatan dan

berikan penguatan positif, serta kolaborasi dengan nurse educator tentang

teknik penyampaian materi. Tindakan ini dapat dilakukan untuk melihat

sejauh mana klien mampu memahami dan diharapkan menerapkan prinsip

diet 3J, hal ini juga didukung oleh tingkat pendidikan sehingga penulis dapat

menentukan teknik penyampaian yang tepat disesuaikan dengan tingkat

pendidikan klien . Setelah ditentukan rencana tindakan yang sesuai dengan

kondisi klien kemudian dilanjutkan dengan berkolaborasi dengan nurse

educator kembali dalam teknik peningkatan motivasi untuk mendukung

perilaku patuh secara berkelanjutan. Setelah dilakukan pemberian motivasi

untuk mendukung perilaku patuh, kedua klien tampak lebih bersemangat dan

motivasi mereka agar kesehatannya menjadi lebih baik meningkat dengan

patuh terhadap dietnya.


81

Proses yang terakhir dalam asuhan keperawatan adalah mengevaluasi

seberapa berhasil maupun seberapa efektif tindakan keperawatan yang

dilakukan untuk mengurangi masalah klien. Pada masalah ketidakpatuhan

yang perlu dievaluasi adalah seberapa efektifnya teknik pendidikan kesehatan

yang dilakukan untuk mendukung perilaku patuh dan seberapa besar tingkat

kesadaran klien untuk mematuhi dietya agar kesehatannya semakin membaik.

Apabila tindakan yang dilakukan belum berhasil untuk menangani masalah

ketidakpatuhan maka dapat dilakukan modifikasi tindakan dan bisa juga

ditambah rencana tindak lanjut. Penulis menemukan beberapa hambatan yang

menjadi keterbatasan dalam penyusunan studi kasus ini, dimana diperlukan

intervensi lanjutan di rumah untuk mengevaluasi perilaku positif yang terus

menerus.

B. Saran

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah, penulis memiliki beberapa saran

yang ingin disampaikan, khususnya :

1. Praktisi Keperawatan

Bagi praktisi keperawatan yang menangani klien dengan diabetes melitus

diharapkan tidak hanya melakukan edukasi tentang pentingnya sikap patuh

khususnya dalam hal diet hanya pada klien namun juga melibatkan

keluarga agar keluarga mampu menerapkan ketika sudah pulang dari

Rumah Sakit.
82

2. Saran bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan penggunakan metode

pembelajaran dengan kasus lebih diperbanyak agar mahasiswa terbiasa

menghadapi kasus seperti di lapangan.

3. Saran bagi Rumah Sakit

Diharapkan melakukan intervensi sehubungan dengan hal yang

telah penulis utarakan dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan. Akan

tetapi tetap mempertimbangkan tingkat pemahaman pasien sehingga

mempunyai berbagai jenis metode pembelajaran yang efektif.

4. Saran bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa yang mendapatkan kasus serupa dapat

menyempurnakan penulisan karya tulis ilmiah dengan lebih mengkaji

faktor pendukung keluarga terhadap motivasi khususnya pada klien

diabetes melitus agar mematuhi program pengobatan.


DAFTAR PUSTAKA

Arisman, D. (2011). Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Melitus &

Dislipidemia. Jakarta: EGC.

Bertalina, & Purnama. (2016). Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan, Motivasi

Pasien, dan dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes

Mellitus. Jurnal kesehatan, VII, 329-340.

Bulecheck, G. M., K.Butcher, H., M.Dochterman, J., & M.Wagner, C. (2013).

Nursing Interventions Classification (NIC) (I. Nurjannah & R. D.

Tumanggor, Trans. 6 ed.). Singapore: Elsevier.

Dalimartha, S., & Adrian, F. (2012). Makanan dan Herbal untuk penderita

Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya.

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan

(Pertama ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.

DEPKES, R. I. (2016). Diabetes Fakta dan Angka. 2. Retrieved from

www.searo.who.int/indonesia/topics/8-whd2016-diabetes-facts-and-

numbers-indonesian.pdf

Fauzia, Y., Sari, E., & Artini, B. (2013). Gambaran Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Kepatuhan Diet penderita Diabetes Mellitus di Wilayah

Puskesmas Pakis Surabaya. Jurnal Kesehatan.

Febry, A. B. (2008). Sajian Sehat dan Lezat untuk Penderita Diabetes. Jakarta:

DeMedia Pustaka.

Halawa, A., & M.Nancye, P. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang DM

terhadap kepatuhan Diet pada penderita DM di club Diabetes Melitus.


Haryono, R., Effendy, C., & Aulawi, K. (2008). Gambaran Pelaksanaan

Discharge Planning pada pasien diabetes mellitus.

Hongdiyanto, A., Yamlean, P. V. Y., & Supriati, H. S. (2013). Evaluasi

Kerasionalan pengobatan Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien rawat inap

di RSUP PROF. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2013. Jurnal Ilmiah

Farmasi, 3, No 2.

Idris, A. M., Jafar, N., & Indriasari, R. (2014). Pola Makan dengan Kadar Gula

Darah pasien DM Tipe 2. JURNAL MKMI, 211-218.

Ilmah, F., & Rochmah, T. N. (2015). Kepatuhan Pasien Rawat Inap Diet Diabetes

Mellitus berdasarkan teori Kepatuhan Niven. Jurnal Administrasi

Kesehatan Indonesia No. 1, 3, 60-69.

Irianto, K. (2014). Memahami berbagai macam penyakit (Penyebab, Gejala,

Penularan, Pengobatan, dan Pencegahan). Bandung: Alfabeta.

Junianty, S., Nursiswati, & Ernaliyawati, E. (2011). Hubungan tingkat self care

dengan kejadian komplikasi pada pasien DM tipe 2 di Ruang Rawat Inap

RSUD Sumedang. Jurnal Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Padjajaran

Krisnatuti, D., Yenrina, R., & Rasjmida, D. (2014). Diet Sehat Untuk Penderita

Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. (2014). Stop : Gejala Penyakit Jantung Koroner,

Kolesterol Tinggi, Diabetes Melitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana

Medika.
Moorhead, S., Johnson, M., & dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification

(NOC) (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Trans. 5 ed.). Singapore:

Elsevier.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah dilengkapi dengan

Asuhan Keperawatan pada sistem Cardio, Perkemihan, Integumen,

Persyarafan, Gastrointestinal, Muskuloskeletal, Reproduksi, Respirasi.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe

2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB. Perkeni.

Potter, P. A., & G.Perry, A. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3 (D. N.

Fitriyani, O. Tampubolon & F. Diba, Trans. 7 ed.). Singapore: Elsevier.

PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi

dan Indikator Diagnostik) (1 ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

Pradono, J., & Sulistyowati, N. (2014). Hubungan antara tingkat pendidikan,

pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, perilaku hidup sehat dengan

status kesehatan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 17, No 1 Januari

2014.
Pratiwi, P., Amatirta, G., & Yamin, M. (2014). Pengaruh Stress terhadap kadar

gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus yang menjalani

hemodialisa. Jurnal Kesehatan, V, No 1, 11-16.

Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Purba, C. I. (2008). Pengalaman Ketidakpatuhan Pasien terhadap

Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Universitas Indonesia, Jakarta.

Purba, C. I. H., Sitorus, R., & Afiyanti, Y. (2008). Pengalaman ketidakpatuhan

pasien terhadap penatalaksanaan Diabetes Melitus : Studi Fenomenologi.

Jurnal Keperawatan Indonesiaa, 12, No 2, 84-90.

Purwanti, L. E., & Nurhayati, T. (2017). Analisis faktor dominan yang

mempengaruhi kepatuhan pasien DM tipe 2 dalam melakukan perawatan

kaki. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10, No 1, 44-52.

Purwanto, D. E. P. (2017). Perbedaan Kadar Trigliserida pada Diabetes Melitus

Tipe 2 dengan penyakit Jantung Koroner dan tanpa penyakit Jantung

Koroner di RSUD DR. Moewarni. Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Surakarta.

Ridwan, A., & Putro, H. P. (2012). Hubungan pengetahuan tentang diet Diabetes

Melitus dengan perilaku Diet Penderita Diabetes Melitus. Jurnal AKP, 3,

No 1.

Risnasari, N. (2014). Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus

dengan Munculnya Komplikasi di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri.

Jurnal No. 25, 01.


Sanjaya, W. (2015). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Smeltzer, S. C. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (D.

Yulianti & A. Kimin, Trans. 12 ed.). Jakarta: EGC.

Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan Diabetes

Melitus Terpadu (2 ed.). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sudaryanto, A., Setiyadi, N. A., & Frankilawati, D. A. (2014). Hubungan antara

Pola Makan, Genetik, dan Kebiasaan Olahraga terhadap kejadian Diabetes

Melitus Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari.

Prosiding SNST Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Suzanna, N. (2014). Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini. 27 no 2, 9-

16.

Utomo, M. R. S., Wungouw, H., & Marunduh, S. (2015). Kadar HbA1c pada

pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang

Kota Manado. Jurnal e-Biomedik, 3, No 1

W.Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, M. S., & Setiati, S. (2010). Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam (V ed.). Jakarta: Internal Publishing.

Wilkinson, J. M. (2014). Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi

NIC, Hasil NOC (E. Wahyuningsih, Trans. 10 ed.). Jakarta: EGC.


LAMPIRAN
1
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Lampiran 2 : Informed Consent

5
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan Diet DM

SATUAN ACARA PENYULUHAN


DIET DIABETES MELITUS
1. Topik : Diet Diabetes Melitus
2. Sub topik : Pengertian dan penyebab diabetes melitus, tanda dan gejala
diabetes melitus, komplikasi diabetes melitus, tujuan dan
manfaat diet diabetes melitus, menjelaskan diet diabetes
melitus (3J).
3. Tempat : RSUD Tidar Kota Magelang
4. Sasaran : Ny. S dan Ny. T
5. Waktu : 15 menit
6. Penyuluh : Kinanthi Suhartini
7. Tujuan :
a. Tujuan umum :
Setelah dilakukan penyuluhan selama menit diharapkan klien mampu
memahami tentang Diabetes Melitus
b. Tujuan khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan menit diharapkan klien mampu :
1) Mengerti dan memahami pengertian dan penyebab diabetes melitus
2) Memahami tanda dan gejala diabetes Melitus
3) Mengetahui komplikasi diabetes melitus
4) Memahami tujuan dan manfaat diabetes melitus
5) Memahami dan menerapkan prinsip diet diabetes melitus (3J yaitu
tepat jumlah, tepat jenis, dan tepat jadwal).
8. Materi : Terlampir
9. Media : Leaflet, lembar balik, buku saku, video
10. Metoda :
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
11. Manfaat : mencapai kadar gula darah normal, menurunkan kadar gula darah
dalam urine, mencapai BB normal, menghasilkan energi yang cukup,
meningkatkan taraf kesehatan, mencegah terjadinya komplikasi.
12. Tabel kegiatan :
Tahapan Kegiatan Susunan Penyuluhan Waktu Metode Media
Praoperasional 1. Mengadakan 5 menit Ceramah Leaflet,
(Pembukaan) kesepakatan atau lembar balik,
kontrak dalam buku saku,
penyuluhan dan video
2. Mengucapkan salam
3. Menjelaskan tujuan
Operasional 1. Menjelaskan 5 Menit Ceramah Leaflet,
(Inti) pengertian dan lembar balik,
penyebab diabetes buku saku,
melitus dan video
2. Menjelaskan tanda
dan gejala Diabetes
9
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Melitus
3. Menjelaskan
komplikasi akibat
diabetes melitus
4. Menjelaskan tujuan
dan manfaat diet
5. Menjelaskan prinsip
diet 3J
6. Memberikan
kesempatan audience
untuk bertanya
Post Operasional 1. Mengevaluasi secara 3 Menit Ceramah Leaflet,
(Penutup) lisan dan melihat lembar balik,
tingkat pemahaman buku saku,
klien dan video
2. Memberikan leaflet
dan buku saku
3. Memberikan salam
penutup
13. Evaluasi :
a. Jenis evaluasi yang digunakan evaluasi formatif
b. Menggunakan teknik evaluasi secara lisan, klien mampu
1) Menyebutkan pengertian dan penyebab diabetes melitus
2) Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus
3) Menyebutkan komplikasi akibat diabetes melitus
4) Menjelaskan tujuan dan prinsip diet diabetes melitus (3J yaitu tepat
jumlah, tepat jenis, dan tepat jadwal).
14. Materi
Diet Diabetes Melitus
a. Definisi
Menurut Irianto (2014), Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana
kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula darah sepanjang hari
bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya
berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari
120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya. Penyebab diabetes melitus :
1. Diabetes tipe 1. Menurut Padila (2012), beberapa faktor penyebab
diabetes mellitus tipe 1:Faktor genetik, Faktor Imunologi, Faktor
lingkungan
2. Diabetes Tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi
insulin pada tahap awal yang kemudian disusul oleh peningkatan sekresi
insulin yang tujuannya untuk mengkompensasi agar kadar glukosa darah
tetap normal. Menurut Soegondo (2009) penyebab resistensi insulin pada
diabetes mellitus tipe 2 tidak begitu jelas, tetapi ada beberapa faktor yang
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
berperan : Usia , Obesitas, Kurang Aktivitas, Riwayat Keluarga, Diet
tinggi lemak
3. Diabetes Mellitus Gestasional. Penyebab diabetes gestasional berkaitan
dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen serta hormon
pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan.
b. Tanda dan gejala :
3P yaitu : Poliuria (sering kencing), Polidipsi (sering haus), dan Poliphagi
(sering lapar)
c. Komplikasi akibat diabetes melitus
3) Komplikasi akut : Hipoglikemia, Hiperglikemia
4) Komplikasi Kronis :
a) Komplikasi Makrovaskuler :penyakit arteri koroner, penyakit
cerebrovaskuler, dan penyakit vaskuler perifer
b) Komplikasi Mikrovaskuler : Komplikasi mikrovaskuler pada
pembuluh darah mata menyebabkan gangguan penglihatan akibat
kerusakan pada retina mata dan disebut retinopati diabetik. Sedangkan
komplikasi yang berakibat kelainan pada fungsi ginjal dapat
menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cucci
darah (Pudiastuti, 2013)
c) Komplikasi Neuropati : ulkus kaki diabetic, ulkus di kaki dapat sangat
dalam dan mengalami infeksi sehingga masa penyembuhannya lama
dan dapat mengakibatkan amputasi pada tungkai.
d. Tujuan pemberian diet bagi penderita diabetes melitus menurut Krisnatuti,
Yenrina, dan Rajmida (2014), adalah :Mencapai dan mempertahankan kadar
gula darah mendekati normal, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan
melalui gizi optimal, memberi kecukupan energi untuk mempertahankan atau
mencapai berat badan normal, menghindari atau menangani komplikasi akut
dan komplikasi kronis
e. Syarat diet : Menurut Pudiastuti (2013), terdapat syarat-syarat diet bagi
penderita diabetes melitus yang harus dipenuhi dalam penyusunan menu
diantaranya
1) Memenuhi 3 aspek (tepat jumlahnya, tepat jenisnya dan tepat jadwalnya)
a) Tepat jumlahnya : Untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
dapat memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25 – 30
kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi
bergantung pada beberapa faktor yaitu : jenis kelamin, umur, aktivitas,
berat badan dan lain-lain. Komposisi makanan yang dianjurkan
berdasarkan Perkeni (2015), asupan karbohidrat yang dianjurkan sebesar
45– 65 % dari total asupan energi, lemak sekitar 20-25 % kebutuhan
kalori, protein sebesar 10-20 % dari total asupan energi, natrium < 2300
mg, dan serat sebesar ±25 g/hari.
b) Tepat Jenisnya
Tabel 2.1 Bahan Makanan yang dianjurkan
Jenis Makanan Sumber makanan
Karbohidrat Nasi beras merah, mie, kentang, ubi, singkong, gandum,
sagu, sereal, dan roti tawar
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Protein Rendah Lemak Daging ayam tanpa kulit, ikan, susu skim, yogurt, tahu,
tempe, dan kacang-kacangan
Buah pepaya, apel, pisang (pisang ambon sebaiknya dibatasi),
kedondong, salak, semangka, apel, pir, jeruk,belimbing,
melon, dan buah naga
Sayuran c. Sayuran golongan A
yang mengandung sangat sedikit energi, protein,
dan karbohidrat di antaranya adalah goyong, lobak,
selada, jamur segar, mentimun, tomat, sawi, tauge,
kangkung, terung, kembang kol, kol, labu air.
d. Sayuran golongan B
yang boleh dikonsumsi tetapi hanya 100 gram/hari
diantaranya adalah buncis, daun melinjo, daun pakis,
daun singkong, daun pepaya, labu siam, katuk, pare,
nangka muda, jagung muda, genjer, kacang kapri,
jantung pisang, daun beluntas, bayam, kacang
panjang, dan wortel
(Sumber : Febry, 2008
Tabel 2.2 Bahan makanan yang tidak dianjurkan
Jenis Makanan Sumber makanan
Mengandung gula sederhana gula pasir, gula aren, selai, jeli, sirup, susu kental
manis, kue yang manis, cake, dodol, buah-buahan
yang diawetkan dengan gula, es krim, dan soft
drink.
Banyak Lemak fast food, gorengan, dan cake.
Banyak Natrium telur asin, kornet, ikan asin, dan dendeng. Selain
itu bumbu-bumbu seperti soda kue, ragi,
penyedap rasa, garam dapur

(Sumber : Febry, 2008)


c) Tepat Jadwal : Waktu makan yang tetap yaitu pada pukul 7.00-8.00,
12.00-13.00, dan 17.00-18.00, serta selingan makanan pada pukul 10.30-
11.00 dan 15.30-16.00.
2) Makanan mengandung vitamin, lemak, protein dan mineral sesuai
kebutuhan individu.
3) Makanan yang mudah dicerna, tidak menimbulkan gas, tidak merangsang

DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Dalimartha, S., & Adrian, F. (2012). Makanan dan Herbal untuk penderita
Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya.
Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan
(Pertama ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
Irianto, K. (2014). Memahami berbagai macam penyakit (Penyebab, Gejala,
Penularan, Pengobatan, dan Pencegahan). Bandung: Alfabeta.
Krisnatuti, D., Yenrina, R., & Rasjmida, D. (2014). Diet Sehat Untuk Penderita
Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. (2014). Stop : Gejala Penyakit Jantung Koroner,
Kolesterol Tinggi, Diabetes Melitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana
Medika.
Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah dilengkapi dengan
Asuhan Keperawatan pada sistem Cardio, Perkemihan, Integumen,
Persyarafan, Gastrointestinal, Muskuloskeletal, Reproduksi, Respirasi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB. Perkeni.
Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Lampiran 5 : Poster Kontrol Gula Darah

14
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Lampiran 5 : Poster Kontrol Gula Darah
Lampiran 6 : Poster Komplikasi Diabetes
Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup

Daftar Riwayat Hidup

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Kinanthi Suhartini
2. NIM : P1337420515030
3. Tanggal Lahir : 15 Maret 1997
4. Tempat Lahir : Wonosobo
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah
a. Dusun : Jatiwera
b. Kelurahan : Kaliwiro
c. Kecamatan : Kaliwiro
d. Kabupaten : Wonosobo
e. Propinsi : Jawa Tengah
7. Telpon
a. Rumah :-
b. Email : skinanthi33@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan SD di SD 1 Kaliwiro, lulus tahun 2009
2. Pendidikan SMP di SMP 3 Kaliwiro, lulus tahun 2012
3. Pendidikan SMA di SMA Negeri 2 Wonosobo, lulus tahun 2015
Magelang, 18 Maret 2018

Kinanthi Suhartini

P1337420515030

Anda mungkin juga menyukai