TUGAS 4 - Indra Geni - Tugas4 - PedagogiBk
TUGAS 4 - Indra Geni - Tugas4 - PedagogiBk
PEDAGOGI
PENDIDIKAN KESENIAN
(LANJUTAN)
Dosen Pembimbing
Oleh
Indra Geni
21151015
a. Yang mengenai moril atau kebatinan, yakni agama, hidupnya rakyat didalam,
aturan peri-kehidupan (sosial), cara-caranya hidup (adat-istiadat), semuanya
itu yang dapat menimbulkan tertib dan damai.
b. Yang mengenai kemajuannya angan-angan, yakni: pengajaran, bahasa,
kesusasteraan dan pengetahuan lain-lainnya.
c. Yang mengenai kepandaian atau kecakapan manusia, yaitu: bercocok tanam,
pekerjaan tangan, industri, perdagangan, pelajaran, kesenian dan lain-lain.
Teranglah disini, bahwa maksud kultur yaitu berdaya upaya untuk memperbaiki
segala dasar-dasar kebatinan, (bakat), segala kekuasaan atau kepandaian dan segala
kekuatan yang ada dalam hidup manusia, perbaikan mana harus harmonis (patut,
runtut, laras) dan sempurna, matang atau masak. Menurut’ keterangan diatas, bahwa
pekerjaan kita, yaitu.pengajaran itu semata-mata suatupekerjaan kulturil. Didalam
daftar-pengajaran kita ada tersebut perkataan secara kebudayaan kemajuan hidupnya
rakyat mulai dari zaman purbakala hingga kini. Perlu sekali kita mengetahui sejarah
kebudayaan bangsa kita, oleh karena bangsa kita bukan “natuurvolk” (rakyat yang
hidupnya masih amat primitif) akan tetapi adalah suatu “cultuurvolk”, yakni rakyat
yang sudah mempunyai kultur atau keadaban dan juga sudah turut berusaha
memajukan peri-keadaban.
Dimana sejarah kebudayaan itu menceriterakan kemajuan rakyat tentang asal-
usulnya, adat-istiadatnya, kejadian-kejadian didalam masyarakatnya, segala peralatan
hidupnya baik lahir maupun batin, maka sejarah biasa atau sejarah politik itu hanya
menjadi bagian dari pengetahuan sejarah kebudayaan, yaitu suatu peralatan, yang
memang sangat pentingnya. Sekarang orang dapat lebih mengerti, apakah sebabnya
saja pernah, bahkan sering memakai perkataan garis hidup untuk menterjemahkan
perkataan “cultuurgeschiedenis” atau “cultuur”.
Sesudah kita memberi pandangan tersebut diatas, perlulah sekarang kita cari,
apakah sebabnya ada beberapa orang mencela pekerdjaan kulturil itu. Diatas telah
diterangkan, bahwa dalam hal itu ada beberapa kesalahan yang harus kita benarkan.
Yang pertama, orang mengira bahwa kebudayaan dan kesenian itu sama, bahkan kita
dengar gabungan perkataan kebudayaan dan kesenian. Adapun sebenarnya kesenian
itu hanya salah suatu wujud lahir dari kemasakan kulturil, seperti juga kesusasteraan,
agama, atau politik dsb. Seringkali orang yang menyerang pekerjaan kulturil itu
malah sedang giat-giatnya melakukan pekerjaan kulturil. sendiri, sebab politik adalah
semata-mata usaha kulturil, Yang kedua harus kita cari, apakah sebabnya orang
menyerang kebudayaan dan kesenian itu mungkin oleh karena kultur dianggap sama
dengan kesenian (dan ini salah besar) dan oleh karena orang mengira, bahwa kesenian
itu melemahkan tentang hal ini haruslah kita memberi keterangan sebagai
berikut:Kesenian itu salah suatu dari perujudan lahir dari jiwa kita, yang timbul dari
kemauan jiwa kita sendiri dan harus terbatas oleh rasa keindahan kita (perasaan
aesthetis). Rasa ini dimiliki oleh tiap-tiap manusia, meskipun bertingkat-tingkat
kwalitasnya dan bermacam-macam wujudnya. Misalnya: ada orang yang tebal rasa
aesthetisnya, tetapi tidak suka kepada musik boleh jadi orang itu mewudjudkan jiwa
keseniannya dalam bentuk lain, umpamanya dalam caranya berpakaian yang serba
indah, atau dalam cara melahirkan angan-angannya dengan kata-kata indah. Ada pula
yang tidak mempunyai dasar kebudayaan, tetapi oleh karena dalam dan tebal rasa
keseniannya, orang itu misalnya memperlihatkan yang menak jubkan dalam hal seni
bangun atau menggambar dan sebagainja.
Oleh karena membuat kesenian itu bukan tenaga yang berlaku seketika, maka
teranglah kesenian itu bukannya hawa-nafsu, akan tetapi buah dari kehendak yang
pasti, serta sudah difikir-fikirkan dengan masak. Disini teranglah pula, bahwa-
kesenian itu tidak hanya timbul dari perasaan saja. (dasarna memang perasaan), akan
tetapi juga bertali dengan fikiran. Itulah sebab-sebab yang menentukan rendah
tingginya kesenian. Halus dan jernihnya perasaan, fikiran serta kehendak, itulah
syarat-syarat yang akan dapat menimbulkan kesenian yang luhur. dalam soal ini
janganlah kita lalu salah faham, mengira, bahwa fikiran boleh berbuat lebih dari
kewajibannya, misalnya lalu menuntun geraknyaperasaan dalam mewujudkan
kesenian itu. Fikiran kita tak akan dapat menimbulkan kesenian, karena fikiran hanya
dapat menetapkan benar atau salahnya keadaan, tetapi sama sekali tidak cakap
menentukan bagus atau jeleknya perwudjudan.
D. Pendidikan Dan Kebudayaan
Pendidikan, yang dalam hidup segala makhluk terdapat sebagai laku kodrat
(instinct); dalam. hidup manusia jang beradab bersifat usaha kebudayaan. Sebagai
laku-kodrat, maka pendidikan itu masih bersifat laku atau kejadian sebelum
merupakan perbuatan berdasarkan kemauan jadi masih sangat sederhana dan hanya
mengenai pokok-pokok keperluannya. Pendidikan yang berlaku sebagai instinct itu
berupa pemeliharaan. terhadap kanak-kanak, serta latihan-latihan tingkah laku yang
kelak perlu untuk hidup dan penghidupannya. Sebagai usaha kebudayaan, maka
pendidikan itu bermaksud memberi tuntunan didalam hidup tumbuhnya tubuh dan
jiwa kanak-kanak, agar kelak dalam garis-garis kodrat pribadinya dan pengaruh
segala keadaan yang mengelilingi dirinya kanak-kanak dapat kemajuan dalam
kehidupannya lahir dan batin, menuju kearah adab kemanusiaan.
a. sandiwara baru tersebut dapat mudah dilakukan oleh setiap orang jaman kini
orang tidak puas dengan hanya menonton saja orang ingin ikut serta ini sesuai
dengan jiwa baru yang dinamis dan demokratis
b. macam-macam cerita dari berbagai kejadian atau keadaan jaman sekarang kini
dapat mudah dipertunjukkan
c. sandiwara baru dapat dipakai untuk mempertunjukkan segala pengajaran adab
dan kesusilaan baru (modern) yang dapat mudah diterima oleh rakyat.
Bagi kita kaum Taman Siswa dapatlah pada umumnja ditarik kesimpulan,
bahwa sudah selayaknya soal kesenian itu kita tempatkan didalam lingkaran.
Kesenian yang kita pakai sebagai alat pendidikan didalam Taman Siswa tetap
bermaksud mempengaruhi perkembangan djiwa anak-anak kita kearah Keindahan
pada khususnya, namun keindahan didalam rangkaiannya dengan keluhuran dan
kehalusan, hingga lajak bagi hidup manusia yang beradab dan berbudaya. Soal
kesenian-kesenian apa yang perlu dan dapat kita masukkan kedalam rencana
pengajaran dalam lingkungan perguruan Taman Siswa, sebenarnja adalah soal teknik
mengenai pelaksanaannya. jangan pula dilupakan, bahwa bangsa kita memiliki
kebudajaan. yang tidak rendah nilainja dan beraneka warna isinya, diantaranya
berbagai kesenian yang berderajat, juga diukur dengan ukuran internasional. kita
Indonesia, seni suara, . seni sastera, seni lukis atau sungging, seni sandiwara,
semuanya itu hingga jaman sekarang .masih dapat kita saksikan sendiri. janganlah
dalam pada itu dilupakan, bahwa dalam kesenian kesenian tersebut. Sebetulnya masih
banyak kesenian-kesenian kebangsaan kita yang hingga kini masih patut dipelihara,
dimana perlu dengan diperbaharui lebih dahulu: Disamping pemeliharaan kesenian-
kesenian . yang merupakan peninggalan dari nenek-moyang kita yang bermutu. tinggi
itu, hendaknja kita berikan.pula kepada anak-anak kita segala apa yang baru, yang
dapat memperkaya atau memperkembang hidup. kesenian rakjat kita, sekalipun
dengan menggunakan bahan-bahan berasal dari kebudayaan bangsa-bangsa lain.
G. Dasar – Dasar Umum Dan Garis- Garis Besar Pendidikan Kesenian Di Taman
Siswa.
Adanya hubungan kesenian dengan pendidikan dan bahwa kedudukan
kesenian didalam Taman Siswa memang istimewa. Kita memulai pendidikan dengan
mengutamakan pelajaran kesenian Pendidikan sastra dan gending adalah pendidikan
intellek dan perasaan, dan karenanya merupakan pendidikan budi pekerti. Kalau
sastra dan gending dipisahkan satu dengan yang lain. ada lagi pengajaran, yang
disesuaikan dengan kepribadian yang satu mementingkan dengan cuma pikiran saja,
harus juga dengan gending yang lain. jangan cuma gending saja, tapi harus juga
dengan pikiran. Tanda kalau kedua-duanja dianggap perlu. Ada pokok lain yang
perlu kita pahami, yaitu untuk menyelidiki sesuatu, mengetahui baik atau tidak
baiknya didalam kita membanding-banding, haruslah kita mengingat adanya
kepentingan atau _ pengertian yaitu : sifat pokoknya, bentuknya, isinya Artinya agar
jangan sampai kita hanya meniru belaka, maka janganlah kita didalam memahami
atau mengertikan sesuatu kenjataan itu kita cuma memandangnya dari satu sudut saja,
tapi harus keempat sudut tadi kita ingat. Sifatnya berarti pokoknya, apakah sifatnya?
Lalu bagaimanakah bentuknya? Kalau sifatnya sudah sama, maka tentang bentuknya,
itu sudah seharusnya ada pengaruh dari suasananya orang masing-masing.
Sekarang tentang isinya. Isi itu sudah kemasukan pengaruh dari suasana,
orang-orangnya yang melakukan. Misalnya permainan anak-anak sudah sejak dulu
kita pelajarkan untuk keperluan kontinuitet, tapi Pak Katno lalu memberi isi baru jang
sesuai dengan suasana sekarang, jadi tidak usah sama dengan permainan-permainan
anak-anak dijaman dulu. Nyanyian-nyanyian yang dulu. Kini kembalilah kita kepada
soal sastera dan gending atau bahasa dan seni-suara. Seni suara disini tidak hanja
jang berupa. tapi hendaknya diartikan juga bahasa sebagai seni. Misalnya kita
mendekatkan anak-anak dengan keindahan dari syair-syair misalnya dari Chairil Anwar
dan lain-lain orang seniman sastera yang terkenal agar supaya anak-anak kita bisa
menghargai nilai seni atau keindahannya.
Negara kita sudah merdeka, bangsa kita sudah merdeka, tetapi banjak orang- orang
yang sesungguhnya belum berjiwa merdeka; masih terikat oleh konsepsi- konsepsi dan
tradisi-tradisi lama belum berani memperbaharui. Dijaman dulu yang berani
memperbaharui itu, biasanya para wali. Kalau sekarang, hendaknyalah mereka yang
sungguh-sungguh faham didalam sesuatu bagian hidup dan penghidupan manusia,
misalnja didalam usaha kesenian, seni bahasa, seni lagu, seni pahat, seni lukis dan
sebagainya; mereka itu berani meniru para wali tadi, sekalipun hanya dalam hal
menciptakan sesuatu bentuk kesenian. Itulah yang kita harap-harap. jadi memperbaharui
dalam arti membuang apa yang tidak baik, dan kita gantinya dengan apa yang baik. Apa
yang baik kita teruskan. Barangkali disinilah letak pokoknya maksud Taman Siswa dalam
usaha keseniannya: memperbaharui hingga sesuai dengan alam dan jamannya yang baru.
jangan segan-segan meneruskan apa yang baik, dan jangan segan-segan pula
memasukkan bahan-bahan kesenian dari Juar. Dulu ketika kita masih belum merdeka.
KEPUSTAKAAN
Tambahan :
Bapak herman :karakter yang dapat dikembangankan dalam sandiwara percaya diri,
kekompakan, kerjasama, komunikasi, pemilihhan bahasa, saling menghargai, keuletan,
bersungguh-sungguh, kesabaran