Makalah Sejarah Perkembangan
Makalah Sejarah Perkembangan
Latar belakang
Ilmu manajemen, seperti yang kita ketahui bersama, masih terus berkembang. Ilmu manajemen
mengajarkan kita pendekatan atau prosedur penting untuk melakukan penelitian, menganalisis, dan
memecahkan masalah manajerial.
Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk membahas gambaran perkembangan dan teori
manajemen dari waktu ke waktu. Dalam ilmu manajemen, terdapat beberapa aliran pemikiran yang
terbagi berdasarkan aliran klasik, aliran hubungan manusia, dan manajemen modern, yang
merupakan cikal bakal teori manajemen yang terus berkembang dengan berbagai aliran lainnya.
Pendekatan proses dan produksi dikenal sebagai aliran pemikiran klasik, sedangkan aliran hubungan
manusia mengkaji bagaimana sumber daya manusia digunakan dalam organisasi.
Seorang manajer harus mempelajari dan memahami evolusi manajemen, yang telah menghasilkan
teori-teori manajemen yang muncul dari berbagai aliran, sehingga manajer dapat menerapkan teori
yang paling tepat untuk menghadapi situasi tertentu. Dengan demikian, ketika dihadapkan dengan
situasi atau masalah yang kompleks, seorang manajer dapat menemukan solusi atau membuat
keputusan yang tepat.
Ilmu pengetahuan dibagi menjadi tiga kelompok besar dalam evolusi peradaban manusia, yaitu:
A. Ilmu eksakta adalah ilmu yang mempelajari segala fenomena, bentuk, dan keberadaan yang
erat hubungannya dengan alam dan isinya, mempunyai sifat-sifat yang pasti secara
universal, dan tidak terpisahkan oleh ruang dan waktu, seperti fisika, kimia, dan biologi.
B. Ilmu sosial atau ilmu non eksakta adalah ilmu yang mempelajari semua fenomena manusia
dan keberadaannya dalam kaitannya dengan setiap aspek kehidupan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, seperti ekonomi, politik, psikologi, sosiologi, hukum administrasi,
dan lain-lain.
C. Humaniora, ilmu yang berkaitan erat dengan seni, seperti seni tari, seni lukis, sastra, dan
seni suara.
Ilmu manajemen merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial. Frederick W. Taylor melakukan
eksperimen studi waktu dan gerak dengan teorinya yang operasional pada tahun 1886. Dari sini
muncullah konsep teori efisiensi dan efektivitas. Kemudian, pada tahun 1911, Taylor menerbitkan
“The Principle of Scientific Management,” yang menandai awal dari manajemen sebagai ilmu.
Bidang ilmu manajemen memiliki sejarah yang panjang. Piramida di Mesir adalah buktinya. Lebih
dari 100.000 orang bekerja pada konstruksi piramida selama 20 tahun. Tanpa seseorang yang
mengatur, mengarahkan, dan memindahkan buruh selama pembangunan piramida, itu tidak akan
mungkin terjadi.
Pada 1400-an, teknik manajemen lain digunakan di Venesia, Italia, yang pada saat itu berfungsi
sebagai pusat komersial dan ekonomi negara. Jenis awal perusahaan ekonomi dan banyak tugas
yang dilakukan oleh perusahaan modern saat ini diciptakan oleh orang Venesia. Sebagai gambaran,
kapal perang diluncurkan dari gudang senjata Venesia dan berhenti di sepanjang kanal untuk
menambah bahan baku dan tali layar. Ini sebanding dengan pengembangan metode jalur perakitan
Henry Ford untuk membangun mobilnya. Selain jalur perakitan ini, Venesia memiliki sistem
akuntansi untuk melacak pendapatan dan pengeluaran, sistem penyimpanan dan pergudangan
untuk mengawasi barang-barang mereka, dan manajemen sumber daya manusia untuk mengawasi
personel.
Ada dua kejadian penting dalam ilmu manajemen yang terjadi sebelum abad ke-20. The Wealth of
Nation, sebuah karya ekonomi klasik oleh Adam Smith, diterbitkan pada tahun 1776, menandai
permulaan. Dalam bukunya, dia berargumen bahwa pembagian kerja, atau pemecahan pekerjaan
menjadi tugas yang spesifik dan berulang, akan menguntungkan bisnis secara ekonomi. Smith
sampai pada kesimpulan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan output dengan meningkatkan
kemampuan dan ketangkasan setiap pekerja, mengurangi waktu yang terbuang untuk berpindah
antar kegiatan, dan menciptakan mesin dan penemuan hemat tenaga kerja lainnya.
Revolusi industri di Inggris merupakan peristiwa penting kedua yang berdampak pada pertumbuhan
ilmu manajemen. Penggunaan mesin untuk menggantikan tenaga manusia, yang dimulai selama
Revolusi Industri, menyebabkan relokasi tugas produksi dari rumah tangga ke lokasi yang ditunjuk
yang dikenal sebagai pabrik. Karena perubahan ini, para manajer pada saat itu membutuhkan teori
untuk membantu mereka dalam meramalkan permintaan, memastikan pasokan bahan baku yang
memadai, menugaskan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan tugas-tugas
lainnya. Akibatnya, ilmu manajemen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Pada abad ke-20, Henry Fayol, seorang manufaktur Perancis, menyatakan bahwa manajemen terdiri
dari lima tugas utama: pengorganisasian, komando, koordinasi, dan pengendalian. Pada
pertengahan 1950-an, buku teks ilmu manajemen mulai menggunakan teori Fayol sebagai kerangka
kerja; praktek ini masih digunakan sampai sekarang.
Birokrasi adalah bentuk organisasi yang ideal seperti yang didefinisikan oleh pembagian kerja,
hierarki yang jelas, aturan dan peraturan, penentuan terperinci, dan sejumlah hubungan impersonal.
Itu diciptakan oleh sosiolog Jerman Max Weber. Weber sampai pada kesimpulan bahwa “birokrasi
ideal” tidak mengambil bentuknya dalam praktiknya. Untuk menjadi landasan bagi teori tentang
bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar, ia menentukan jenis organisasi.
Gagasannya berkembang menjadi model untuk desain struktural yang masih digunakan oleh banyak
bisnis yang cukup besar saat ini.
Ketika Patrick Blackett menciptakan ilmu riset operasi, sintesis teori statistik dan teori ekonomi
mikro, pada 1940-an, lebih banyak kemajuan dibuat. Ini dikenal sebagai “Ilmu Manajemen.” Dia
mencoba pendekatan ilmiah untuk pemecahan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang
logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker, yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Manajemen”, menerbitkan “Concept of the Corporation”, salah satu buku pertama tentang
manajemen terapan. Buku Ini muncul dari ide Alfred Sloan (ketua General Motors), yang
menugaskan penelitian organisasi.
Ilmu manajemen merupakan kumpulan disiplin ilmu sosial yang mempelajari dan mengkaji
manajemen sebagai fenomena dalam masyarakat modern. Manajemen sulit untuk didefinisikan
dalam kenyataan karena tidak ada definisi manajemen yang diterima secara universal. Manajemen,
menurut Mary Parker Follet, adalah seni menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Definisi ini
menyiratkan bahwa manajer mencapai tujuan organisasi dengan mengatur orang lain untuk
melaksanakan berbagai tugas.
Manajemen dapat berarti hanya itu, tetapi juga dapat berarti lebih banyak. Pada kenyataannya,
tidak ada definisi tunggal yang digunakan secara konsisten oleh semua orang.
Stoner mengungkapkan definisi yang lebih kompleks, yaitu “Manajemen adalah proses perencanaan,
pengarahan, dan pemantauan upaya anggota organisasi, serta penggunaan sumber daya organisasi
lainnya, untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”
Sudah jelas dari definisi di atas bahwa Stoner menggunakan kata “proses” daripada “seni” untuk
mendefinisikan manajemen, dengan “seni” mengacu pada kemampuan atau keterampilan pribadi.
Sedangkan “proses” mengacu pada pendekatan metodis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen
diartikan sebagai suatu proses dimana semua manajer harus melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan tujuan yang diinginkan tanpa harus memperhatikan atau memperhatikan
keahlian khusus.
Menurut uraian di atas, manajemen pada hakikatnya adalah suatu kerjasama dengan orang-orang
untuk menentukan dan menginterpretasikan tujuan organisasi dengan melaksanakan fungsi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengendalian
(controlling). Tidak ada teori manajemen yang dapat diterapkan pada semua situasi saat ini. Seorang
manajer akan menghadapi berbagai perspektif manajemen. Setiap sudut pandang mungkin berguna
dalam situasi yang berbeda.
Sekitar abad ke-17, dunia produksi berubah secara besar-besaran. Barang konsumsi dapat
diproduksi secara massal tidak seperti sebelumnya. Peningkatan produksi dari barang ini terjadi
karena ditemukannya berbagai peralatan penanganan komoditas. Pada saat itu, peran tenaga kerja
mungkin telah tergantikan sebagian oleh mesin-mesin baru. Manajemen ilmiah lahir dengan
perkembangan teknologi oleh para insinyur yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar Barat.
Pada titik ini, hal tersebut dikenal sebagai Revolusi Industri oleh para pengusaha. Insinyur Barat
menantang perusahaan yang mengembangkan metode manajemen baru. Teori manajemen ilmiah
itu sendiri harus meningkatkan produktivitas.
Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan menambahkan pekerja yang lebih
efisien. Beberapa variabel dalam manajemen ilmiah diidentifikasi sebagai berikut.
Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang telah memberikan kontribusi yang signifikan untuk manajemen
ilmiah.
Henry L. Gantt berkolaborasi dengan Taylor pada beberapa proyek. Namun, sebagai insinyur industri
konsultan independen, Gantt mulai mempertimbangkan sistem insentif Taylor.
Teori Gantt didasarkan pada peningkatan produktivitas, serta efektivitas dan efisiensi kerja, melalui
stimulus berupa upah/gaji atau insentif. Esensi teori tersebut adalah: 1) adanya kerjasama yang
saling menguntungkan antara manajer dan karyawannya.
2) Untuk menyeleksi dan menempatkan pegawai yang tepat digunakan metode seleksi ilmiah.
Frank dan Lillian adalah pasangan suami istri yang mendukung gerakan manajemen ilmiah. Mereka
berkolaborasi untuk mempelajari kelelahan dan gerakan, serta cara-cara untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial. Menurut Frank dan Lillian, manajemen ilmiah ditujukan untuk membantu
karyawan dalam mencapai potensi penuh manusia mereka.
Frank berpendapat bahwa gerakan dan kelelahan terkait erat. Selanjutnya, setiap gerakan yang
dihilangkan akan menyebabkan kelelahan. Lillian, di sisi lain, mengklaim bahwa gerakan yang efektif
dapat mengurangi kelelahan. Dengan kata lain, penelitiannya menyimpulkan bahwa gerakan yang
efektif akan memotivasi karyawan untuk bekerja.
Menurut Fayol, berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam suatu perusahaan industri
dapat diklasifikasikan ke dalam tugas-tugas berikut.
2) Commercial, yaitu kegiatan membeli berbagai bahan dan menjual produk yang terbuat dari bahan
tersebut.
4) Security, yang meliputi kegiatan menjaga keselamatan dan keamanan tempat kerja serta aset
perusahaan.
5) Akuntansi, yang meliputi kegiatan seperti pencatatan, penghitungan biaya dan manfaat yang
diperoleh, serta penyajian laporan keuangan.
Follett menyarankan komitmen yang kuat untuk kerjasama manusia dan pemahaman tentang
kelompok. Follett mendefinisikan kelompok sebagai “mekanisme di mana berbagai individu dapat
menggabungkan bakat mereka untuk mencapai sesuatu yang baik.” Menurutnya, organisasi adalah
sebuah komunitas di mana manajer dan karyawan bekerja secara harmonis tanpa satu pihak
mendominasi yang lain, dan di mana berbagai perbedaan dan konflik dapat diselesaikan melalui
diskusi. Menurut Follett, manajer bertugas membantu karyawan dalam berkolaborasi satu sama lain
untuk mencapai berbagai kepentingan yang terintegrasi. Buat karyawan merasa seperti milik
perusahaan, menurut Follett, untuk menghasilkan tanggung jawab bersama.
Chester mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem kegiatan yang ditujukan untuk suatu tujuan
tertentu. Menurut Chaster, manajemen memiliki dua fungsi utama: menetapkan tujuan dan
mengelola sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya. Barnard percaya bahwa komunikasi
sangat penting untuk mencapai tujuan bersama. Menurut teorinya tentang penerimaan otoritas,
bawahan hanya akan menerima perintah jika mereka mampu, mengerti, dan mau mematuhi
kepemimpinannya.
Perkembangan lanjutan dalam manajemen dimulai pada tahun 1930-an dan telah populer sejak
tahun 1950-an, khususnya dalam bentuk perhatian terhadap karyawannya. Sudut pandang ini
berasal dari berbagai kelemahan dalam manajemen klasik yang berorientasi pada tugas dan
menyebabkan stres serta perlambatan dan penurunan produktivitas karena pekerjaan yang
monoton.
a. Studi Hawthorne
Penelitian tersebut dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Elton Mayo. Penelitian ini
memperluas penelitian sebelumnya tentang dampak kelelahan terhadap output karyawan.
Menurut temuan penelitian ini, tidak ada hubungan langsung antara perubahan kondisi
kerja fisik dan output karena produktivitas meningkat terlepas dari ada atau tidak adanya
perubahan ini.
Mayo menyimpulkan bahwa kondisi sosial yang diciptakan untuk pekerja di ruang uji
memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas. Pekerja di ruang ujian
tersebut merasa dianggap penting, diberi banyak informasi, dan sering dimintai
pendapatnya terkait pengawasan yang lebih partisipatif. Hasil nyata lain dari penelitian ini
yang sangat penting bagi produktivitas adalah pergeseran perhatian manajer dan peneliti
manajemen dari masalah teknis dan struktural ke pendekatan tradisional terhadap masalah
sosial dan kemanusiaan.
b. Kontribusi dan Keterbatasan Hubungan Manusiawi
Penekanan pada kebutuhan sosial yang berbeda dalam aliran hubungan manusia
melengkapi pendekatan klasik untuk meningkatkan produktivitas. Konsep makhluk sosial,
yang tidak sepenuhnya menggambarkan individu di tempat kerja, adalah salah satu teori
keterbatasan hubungan manusia. Upah, daya tarik pekerjaan, struktur organisasi, dan
hubungan kerja, selain lingkungan sosial di tempat kerja, semuanya berdampak pada
produktivitas.
Manajemen modern pada dasarnya didasarkan pada dua konsep, yaitu teori perilaku organisasi dan
manajemen kuantitatif.
a. Teori Perilaku
Pandangan ini membedakan dua jenis perilaku, yakni perilaku per individu dan perilaku
antar kelompok sosial.
1) Douglas McGregor kemudian mengembangkan sudut pandang ini melalui teorinya
tentang X dan Y.
2) Teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow.
3) Teori dua faktor Frederich Herzberg.
4) Dalam situasi manajerial yang berbeda, Robert Blake dan Jane Mouton menggambarkan
gaya kepemimpinan.
5) Chris Argyris, yang memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem hubungan
antarbudaya.
6) Edgar Schein, yang mempelajari dinamika kelompok organisasi. Rensis Likert menyelidiki
empat sistem manajemen.
8) Fred Fiedler menggunakan pendekatan yang fleksibel untuk penelitian kepemimpinan.
Sudut pandang utama para pendukung teori ini diringkas dalam poin-poin berikut.
1) Organisasi secara keseluruhan dan pendekatan manajer terhadap pengawasan harus
disesuaikan dengan kondisi saat ini.
2) Diperlukan pendekatan motivasional untuk membangun komitmen karyawan terhadap
tujuan organisasi.
3) Diperlukan pengelolaan yang sistematis dengan pendekatan yang tepat berdasarkan
berbagai pertimbangan yang relevan.
4) Manajemen rekayasa dapat dievaluasi sebagai proses rekayasa dalam hal peran prosedur
dan prinsip yang diikuti secara ketat.
Hasil penelitian perilaku juga menunjukkan hal berikut.
1) Manajer harus dilatih untuk memahami berbagai prinsip dan konsep manajemen.
2) Diperlukan pendekatan motivasional untuk membangun komitmen karyawan terhadap
tujuan organisasi.
3) Diperlukan pengelolaan yang sistematis dengan pendekatan yang tepat berdasarkan
berbagai pertimbangan yang relevan.
4) Manajemen rekayasa dapat dievaluasi sebagai proses rekayasa dalam hal peran prosedur
dan prinsip yang diikuti secara ketat.
5) Perlu diterapkannya pengawasan dan manajemen positif yang komprehensif terhadap
karyawan, salah satunya untuk menguji reaksi karyawan terhadap pekerjaan.
6) Setiap pekerjaan karyawan harus diatur sedemikian rupa sehingga meningkatkan
kepuasan kerja.
b. Teori Kuantitatif
Subyek dari proses pemecahan masalah harus diidentifikasi melalui penelitian ilmiah dan
operasional, serta teknik ilmiah seperti perencanaan program, penganggaran modal, pengembangan
sumber daya manusia, dan sebagainya. Pendekatan-pendekatan tersebut dikenal sebagai
pendekatan ilmu manajemen (science management), yaitu pendekatan dengan prosedur di bawah
ini.
1) Identifikasi masalah
3) Penyelesaian model
5) Hasil monitoring
6) Pelaksanaan kegiatan
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan manajemen harus didasarkan pada pendekatan
kuantitatif bagi manajer.
Teori manajemen berkembang dengan pesat, karena banyaknya penelitian yang dilakukan oleh
banyak universitas, yang kemudian menghadirkan berbagai teori manajemen dari berbagai aliran.
Secara umum, teori manajemen dapat diklasifikasikan ke dalam enam aliran pemikiran.
Henry Fayol adalah Direktur perusahaan pertambangan dan lulusan teknik Prancis. Ia menerbitkan
buku berjudul “Administration Industrielle ET Generale” pada tahun 1916. Buku ini merupakan hasil
pengamatan dan penelitian Fayol tentang praktik manajemen di perusahaannya, yang
menginspirasinya untuk mengembangkan 14 teori fungsi administrasi.
Henry Fayol mengembangkan 14 fungsi administratif ini untuk membantu para pemimpin organisasi
mengelola dan berinteraksi dengan tim kerja mereka.
1. Inisiatif
2. Equity/Keadilan
3. Rentang Kendali
4. Bentuk penghargaan atas kinerja yang telah dihasilkan karyawan
5. Kesatuan perintah.
6. Saling menghargai dan patuh atas semua peraturan
7. Pembagian kerja
8. Otoritas dan tanggung jawab
9. Kesatuan komando atau perintah
10. Keseimbangan antara kepentingan individu & organisasi
11. Manajemen teratas sebagai otoritas tertinggi
12. Tatanan
13. Stabilitas para pekerja
14. Espirit de corps (kerja sama tim
Max Weber (1864-1920) dari Jerman mempelopori Birokrasi Legal Rasional, sebuah teori
manajemen birokrasi yang masih digunakan sampai sekarang.
Salah satu karakteristik utama masyarakat industri, menurut Weber, adalah keinginan untuk
merasionalisasi proses sosial dan ekonomi. Akibatnya, ia menyebut jenis birokrasi ini sebagai “tipe
ideal” atau “model organisasi rasional”.
1. Berdasarkan peraturan umum, terdapat ketentuan yang tegas dan resmi mengenai
kewenangan, yaitu ketentuan hukum dan administrasi.
2. Prinsip tingkat (hierarki) dan derajat wewenang merupakan sistem yang tegas dari hubungan
atasan-bawahan dengan pengawasan.
3. Birokrasi modern dikelola melalui penggunaan dokumen tertulis, yang disusun dan disimpan
dalam bentuk asli atau duplikat.
4. Pelaksanaan birokrasi di bidang-bidang tertentu memerlukan pelatihan dan keahlian khusus.
5. Ketika birokrasi berkembang sepenuhnya, aktivitasnya menuntut kemampuan kerja yang
maksimal dari para pelaksananya, meskipun organisasi dibatasi oleh waktu.
Pendekatan yang berbeda untuk perencanaan dan manajemen organisasi disediakan oleh
manajemen sistem.
Menurut teori manajemen sistem, bisnis, seperti tubuh manusia, terdiri dari banyak komponen yang
harus bekerja secara harmonis agar sistem yang lebih besar berfungsi secara optimal.
Menurut teori tersebut, keberhasilan suatu organisasi tergantung pada beberapa elemen kunci,
termasuk sinergi, saling ketergantungan, dan hubungan timbal balik antara berbagai subsistem.
Fokus utama dari teori yang dikembangkan oleh Fred Fiedler ini adalah bahwa tidak ada satu
pendekatan manajemen yang bekerja untuk setiap organisasi.
Fiedler mengusulkan bahwa karakteristik seorang pemimpin secara langsung berkaitan dengan
seberapa efektif mereka memimpin tim mereka.
Menurut teori kontingensi, tiga variabel dapat berdampak: struktur dan ukuran organisasi, teknologi
yang digunakan, dan gaya kepemimpinan.
Douglas McGregor, seorang psikolog sosial Amerika, menciptakan teori ini. Menurutnya, gaya
manajemen pemimpin organisasi dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap motivasi kerja anggota
tim.
Manajer yang menerapkan Teori X beranggapan bahwa karyawan selalu malas dan tidak
menerapkan seluruh kapasitas dan kemampuannya dalam bekerja, sehingga harus selalu dikontrol.
Berbeda dengan Teori Y, berasumsi bahwa pekerja menikmati pekerjaannya, itulah sebabnya
mereka mampu mengendalikan diri dan tidak memerlukan pengawasan khusus.
3.1. Simpulan
Manajemen sudah ada dan dipraktekkan sejak lama, dibuktikan oleh pembangunan Piramida di
Mesir dan di Venesia, Italia, saat menjadi pusat komersial dan ekonomi negara. Terdapat dua
kejadian penting yang terjadi sebelum abad ke-20, yaitu sebuah karya ekonomi klasik oleh Adam
Smith yang diterbitkan 1773 sebagai penanda permulaan dan revolusi industri di Inggris yang
berpengaruh pada perkembangan ilmu manajemen. Manajemen memiliki beberapa aliran, yaitu
aliran klasik, aliran ilmiah, aliran hubungan manusiawi, dan aliran manajemen modern. Serta
memiliki beberapa terori, yaitu teori manajemen klasik, teori perilaku, teori ilmiah, teori
administrasi, teori sistem, teori birokrasi, dan teori kontingensi serta teori x dan y.
3.2. Saran
Mungkin itulah materi yang dapat diwacanakan pada makalah ini, meskipun penulisan ini masih jauh
dari kata sempurna minimal tulisan ini dapat diimplementasikan. Masih banyak kesalahan dari
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis membutuhkan saran/kritikan yang membangun demi
berkembangnya makalah yang akan penulis susun ke depannya. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada Bapak Dr. Althon K. Pongtuluran, S.E., M.M. selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Pengantar yang telah memberikan tugas makalah ini.