Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI


PENDEKATAN PROBLEM-CENTERED LEARNING (PCL)
TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI
MATEMATIK SISWA SMP

Oleh
Gina Fitriani dan Darta
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pasundan Bandung

Abstrak

Dalam pembelajaran matematika, kemampuan representasi merupakan salah satu


kompetensi atau kemampuan dasar matematika yang harus dikuasai siswa selain
pemahaman, penalaran dan proses matematika selain pemecahan masalah,
komunikasi dan koneksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
kemampuan representasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan Problem-Centered
Learning (PCL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, serta untuk mengetahui
bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran melalui pendekatan Problem-
Centered Learning (PCL) dalam pelajaran matematika, dan soal-soal representasi
matematik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.
Berdasarkan hasil uji coba diperoleh hasil validitas yang diinterpretasikan sebagai
soal yang validitasnya sedang; koefisien reabilitas instrumen diinterpretasikan
sebagai soal yang reliabilitasnya tinggi; daya pembeda termasuk kriteria cukup
baik; dan tingkat kesukaran berkisar antara soal sedang, dan soal sukar. Teknik
analisis data pada penelitian ini menggunakan uji rerata. Berdasarkan analisis
data, bahwa kemampuan representasi matematik siswa yang memperoleh model
pembelajaran melalui pendekatan Problem-Centered Learning (PCL) lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Dari angket yang
diberikan pada kelas eksperimen, diperoleh informasi bahwa baik siswa
memberikan sikap yang positif terhadap model pembelajaran melalui pendekatan
Problem-Centered Learning (PCL).
Kata kunci: Pembelajaran melalui pendekatan Problem-Centered Learning
(PCL).

Pendahuluan
Pembentukan SDM yang berkua-litas mata pelajaran yang wajib diberikan
dalam sistem pendidikan nasional, kepada siswa pendidikan dasar
menjadikan matematika menjadi satu hingga sekolah menengah atas.
ISSN 2086-4817 Program Studi Pendidikan Matematika 29
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

Tujuannya agar keterampilan dan mengkomunikasikan gagasan mate-


kemampuan para peserta didik dapat matis, ataupun mengenal koneksi
berkembang dengan baik sebagaimana antar konsep matematis yang baik.
diharapkan, yaitu menjadi SDM yang Dengan demikian salah satu yang
berkualitas. harus dikembangkan dalam tujuan
Secara rinci dalam panduan pembelajaran matematika tersebut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kemampuan siswa dalam
(KTSP) 2006, (BSNP, 2006) pembela- merepresentasikan ide atau gagasan.
jaran matematika bertujuan agar Dengan kata lain, siswa harus memi-
peserta didik memiliki kemampuan liki kemampuan representasi mate-
sebagai berikut: matis dalam pembelajaran matema-
1. Memahami konsep matematika, tika.
menjelaskan keterkaitan antar Kemampuan representasi mate-
konsep atau algoritma secara matik merupakan kemampuan menu-
luwes, akurat, efesien, dan tepat angkan, menyatakan, menerjemah-
dalam pemecahan masalah. kan, mengungkapkan, atau membuat
2. Menggunakan penalaran pada model dari ide-ide atau konsep-
pola dan sifat, melakukan mani- konsep matematika baru yang
pulasi matematika dalam mem- beragam (Mudzakkir, 2006).
buat generalisasi menyusun Beberapa bentuk representasi mate-
bukti atau menjelaskan gagasan matika tersebut dapat berupa
dan pernyataan matematika. diagram, grafik, tabel, ekspresi atau
3. Memecahkan masalah yang notasi matematik, serta menulis
meliputi kemampuan memaha- dengan bahasa sendiri baik formal
mi masalah, merancang model maupun non formal.
matematika, menyelesaikan Agar kemampuan representasi
modul, dan menafsirkan solusi matematik siswa dapat berjalan
yang diperoleh. dengan baik, maka perlu diciptakan
4. Mengkomunikasikan gagasan suasana pembelajaran matematika
dengan simbol, tabel, diagram, yang kondusif yang dapat meng-
atau modia lain untuk memper- optimalkan kemampuan siswa dalam
jelas keadaan suatu masalah. membaca, menulis, mendengarkan,
5. Memiliki respon menghargai menerangkan, mendiskusikan jawa-
kegunaan matematika dalam ban atau alasan, mempertahankan
kehdupan yang memiliki rasa pendapat, memprediksikan dan
ingin tahu, perhatian, dan minat mengklarifikasi (dalam Cahyani,
dalam mempelajari matematika 2007:4). Jadi adanya keterlibatan
serta respon ulet dan percaya siswa secara aktif, pada saat proses
diri dalam pemecahan masalah. belajar mengajar berlangsung.
Untuk dapat memahami setiap Salah satu alternatif pembelaja-
konsep matematika yang dipelajari, ran untuk meningkatkan kemampuan
ISSN 2086-4817
30 Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

representasi matematis yaitu dengan alasan untuk setiap jawaban yang


mencoba menggunakan pendekatan diberikan. Problem-Centered Lear-
Problem-Centered Learning (PCL). ning (PCL) memungkinkan siswa
Menurut Jakubowski (dalam mensti-mulasi pikirannya untuk
Mauladiyati, 2009: 13) pendekatan membuat konsep-konsep yang ada
PCL merupakan aktivitas pembelajaran menjadi logis melalui aktivitas
yang menekankan belajar melalui pembelajaran pada masalah-masalah
penelitian atau pemecahan masalah yang menarik bagi siswa dan siswa
yang memiliki keunggulan diantara- selalu berusaha memecahkan masalah
nya: pendekatan PCL merupakan tersebut, mementingkan komunikasi
sebuah pembelajaran yang senantiasa pada pembelajaran, memfokuskan
menghadirkan ide-ide matematika pada proses-proses penyidikan dan
dalam kemasan situasi berpusat pada penalaran dalam pemecahan masalah
masalah sebagai titik tolak pembelaja- dan mengembangkan kepercayaan
ran yang memberikan kesempatan pada diri siswa dalam menggunakan
siswa melakukan identifikasi terhadap matematika ketika mereka mengha-
masalah, merumuskan pertanyaan- dapi situasi-situasi kehidupan sehari-
pertanyaan berkenaan dengan masalah, hari.
dan mencoba memberikan alternatif Berdasarkan pendahuluan diatas,
solusi. maka dalam penelitian ini akan
Problem-Centered Learning dirumuskan sutu permasalahan yaitu:
(PCL) memfokuskan pada kemampuan “Apakah kemampuan representasi
siswa untuk membangun arti konsep- matematik siswa yang memperoleh
konsep dan ide bagi mereka sendiri. pembelajaran matematika melalui
Dalam hal ini para siswa melakukan pendekatan Problem-Centered Lear-
suatu proses investigasi melalui ning (PCL) lebih baik daripada
negosiasi dalam menemukan dan menggunakan model pembelajaran
mengkontruksi ide-ide matematika konvensional?”
yang tersirat dalam situasi masalah
yang diberikan, sehingga memperoleh Kerangka Pemikiran
pengetahuan formal yang direncana- Walber (dalam Suhendri, 2006:
kan. Aktivitas pembelajaran dalam 22) Problem-Centered Learning
PCL terdiri dari tiga bagian, yaitu kerja Mathematics adalah suatu pendekatan
individu, diskusi kelompok, dan matematika yang berdasarkan pada
diskusi kelas (sharing). pemecahan masalah atau yang
Pendekatan ini mendorong siswa terpusat pada siswa (Student-
untuk terlibat secara aktif dalam Centered Approach). Kemudian pada
menyelesaikan masalah negosiasi awal tahun 90-an Wheatley
antara siswa dengan siswa maupun mengembang-kan pendekatan ini di
siswa dengan guru, berfikir secara sekolah menengah dan disebut
kritis, menjelaskan serta mengajukan sebagai Problem-Centered Learning
ISSN 2086-4817 Program Studi Pendidikan Matematika 31
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

(PCL). Pendekatan PCL mengikuti dan menjadikan situasi-situasi lebih


teori yang mengatakan bahwa belajar bermakna. Artinya suatu representasi
terjadi ketika siswa membangun dari suatu masalah matematik
pengetahuan-nya sendiri. merupakan gambaran hubungan-
Problem-Centered Learning hubungan dan operasi-operasi dari
(PCL) memberikan kesempatan pada situasi masalah tersebut. Jones &
siswa melakukan aktivitas belajar yang Kmith (1991) mengemukakan:
potensial melalui penyelesaian masalah Representasi adalah model atau
non rutin yang menuntut siswa mencari bentuk pengganti dari suatu
solusi yang tidak segera ditemui, situasi masalah atau aspek dari
karena dengan intruksi yang berpusat suatu situasi masalah yang
pada masalah akan menstimulir usaha digunakan untuk menemukan
siswa belajar, sehingga siswa akan solusi, sebagai contoh, suatu
tertantang membangun pemahaman masalah dapat direpresentasikan
matemati-kanya sendiri, dengan cara dengan obyek, gambar, kata-
memecahkan masalah, menyajikan kata, atau simbol matematika.
solusi-solusinya melalui presentasi di Jones dan Kmith (dalam
depan kelas, dan belajar dari metode- Hudiono, 2005:18) menyatakan
metode yang digunakan oleh siswa representasi “A model or alternate
lainnya. Menurut Backhouse (dalam form of problem situation or aspect
Suhendri, 2006:6) instruksi yang of a problem situation used in finding
berpusat pada masalah memberikan a solution. For example, problem can
peluang pada siswa untuk menciptakan be represented by object, pictures,
pemahaman matematika mereka word, or mathematical symbols”.
sendiri, melalui proses berpikir, Dari hal ini yang dikemukakan oleh
bertanya, dan berkomunikasi dalam Jones dan Kmith tersebut, represen-
situasi matematika sehingga membuat tasi merupakan suatu model atau
siswa berpartisipasi dalam belajar suatu bentuk alternative dari suatu
matematika. situasi masalah atau aspek dari situasi
Goldin (dalam Yusritawati, 2009: masalah yang digunakan dalam
15) menyatakan bahwa representasi mencari suatu solusi. Misalnya,
adalah suatu konfigurasi atau bentuk masalah dapat direpresentasikan
atau susunan yang dapat sebagai objek, gambar, kata-kata,
menggambarkan, mewakili atau me- atau simbol matematika. Secara lebih
lambangkan suatu objek kehidupan detail, NCTM (dalam Cahyani,
nyata atau angka dapat mewakili suatu 2007:11) menuturkan, bahwa:
posisi dalam garis bilangan. Kaput Representing involve translating
(dalam Yusritawati, 2009:15) a problem or an idea into a new
mengungkapkan bahwa representasi form, representing includes the
adalah alat-alat yang digunakan translations of diagram or
individu untuk mengorga-nisasikan physical model into symbols or
ISSN 2086-4817
32 Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

words, representing is also used in Ruseffendi (2005:35), “Penelitian


translating or analyzing a verbal eksperimen adalah penelitian yang
problem to make its meaning benar-benar untuk melihat sebab
clear. akibat. Perlakuan yang kita lakukan
Pada dasarnya, beberapa ungkapan terhadap variable bebas kita lihat
tersebut bermakna bahwa: a) Proses hasilnya pada variable terikat.”
representasi melibatkan penterjemahan Sehingga variable bebasnya adalah
masalah atau ide ke dalam bentuk baru; pembelajaran melalui pendekatan
b) Proses representasi termasuk Problem-Centered Learning (PCL).
pengubahan diagram atau model fisik Sedangkan variabel terikatnya adalah
ke dalam symbol-simbol atau kata- kemampuan representasi matematik
kata; dan c) Proses representasi juga siswa.
dapat digunakan dalam penterjemahan
atau penganalisian masalah verbal Desain Penelitian
membuat maknanya menjadi jelas. Pada penelitian ini akan melibat-
kan dua kelompok, yaitu kelompok
Kemampuan eksperimen dan kelompok kontrol.
Dasar
Matematika Kelompok eksperimen adalah kelom-
pok yang diberi perlakuan khusus,
Problem- yaitu memperoleh pembelajaran
Centered
Learning
melalui pendekatan Problem-
(PCL) Centered Learning (PCL) sedangkan
Kemampuan kelompok kontrol memperoleh
Representasi
Matematik pembelajaran konvensional. Dengan
demikian desain penelitian yang
Gambar 1 Kerangka Pemikiran digunakan pada penelitian ini adalah
desain kelompok kontrol pretes-
Diagram diatas menunjukkan postes.
bahwa kemampuan dasar dalam Desain eksperimen yang diguna-
representasi matematik dapat dila- kan berbentuk “Pretest-Postest-
kukan dengan menggunakan pende- Control Group Design” yang
katan Problem-Centered Learning. melibatkan dua kelompok. Hal ini
Diantara-nya didukung oleh beberapa dapat digambarkan sebagai berikut:
pendapat dari Walber, Goldin, Jones A O X O
dan Kmith. A O O
Keterangan:
Metode Penelitian A : Kelompok kelas yang diambil
Penelitian ini diarahkan pada secara acak
penelitian eksperimental, karena O : Tes awal sama dengan tes akhir
penelitian yang digunakan adalah yaitu tes berupa kemampuan
hubungan sebab akibat. Menurut representasi matematik pada
ISSN 2086-4817 Program Studi Pendidikan Matematika 33
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

kelompok eksperimen maupun Sedangkan representasi eksternal


kelompok kontrol adalah hasil perwujudan dalam
X : Perlakuan dengan pembelajaran mengerjakan apa-apa yang dikerjakan
melalui pendekatan Problem- siswa secara internal atau
Centered Learning (PCL). representasi internal (Goldin dalam
Mudzakkir, 2006:22). Hasil
Pembahasan perwujudan ini dapat diungkapkan
Representasi matematik dapat baik secara lisan, tulisan, dalam
digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk kata-kata, simbol, ekspresi
representasi eksternal dan representasi atau notasi matematik, gambar,
internal. Rrepresentasi internal dari grafik, diagram, tabel, atau objek
seseorang sulit untuk diamati secara fisik berupa alat peraga. Dalam
langsung karena merupakan aktivitas uraian di atas, terlihat bahwa
mental seseorang di dalam otaknya interaksi antara representasi internal
(mids-on), tetapi representasi internal dan representasi eksternal terjadi
seseorang dapat disimpulkan atau secara timbal balik ketika seseorang
diduga dari representasi eksternal mempelajari matematik.
dalam berbagai kondisi, misalnya Menurut Hasanah (2004:14)
melalui pengungkapannya melalui representasi matematika adalah ide-
kata-kata (lisan), melalui tulisan ide atau gagasan-gagasan matematika
berupa symbol-simbol, gambar, grafik, dalam upaya untuk dapat memahami
tabel, ataupun melalui alat peraga konsep matematika. Lesh dkk (dalam
(hands-on). As’ari, 2001:82) menyatakan ada
Representasi internal merupakan lima ragam representasi yang sering
proses berpikir tentang ide-ide digunakan dalam mengkomunikasi-
matematika yang memungkinkan kan ide-ide atau gagasan-gagasan
pikiran seseorang bekerja atas dasar matematika yaitu:
ide tersebut (Hiebert dan Charpenter 1. Experience-based “Scrips”
dalam Mudzakkir, 2006:21). Pada 2. Model-model manipulatif
mulanya representasi internal sangat 3. Gambar atau diagram
berkaitan dengan proses mendapat-kan 4. Simbol tertulis
kembali pengetahuan yang telah 5. Bahasa lisan
diperoleh dan disimpan dalam ingatan Menurut Lesh dikatakan bahwa
serta relevan dengan kebutuhan untuk untuk mengembangkan kemampuan
digunakan ketika diperlukan. Proses pemahaman yang mendalam dari ide
representasi internal ini tentu tidak matematika, siswa harus memiliki
dapat diamati dengan kasat mata dan pengalaman dalam 5 bentuk repre-
tidak dapat dinilai secara langsung sentasi tersebut dan mampu untuk
karena merupakan aktivitas mental melihat kaitan dari bentuk
(miods on) dalam pikiran seseorang. representasi yang berbeda.

ISSN 2086-4817
34 Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

Tabel 1 Indikator Representasi Matematik


(Mudzakkir, 2006)
Representasi Indikator
Representasi - Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu
Visual: Diagram, representasi ke representasi diagram, grafik, atau tabel
tabel, atau grafik - Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan
masalah
Gambar - Membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas
masalah dan memfasilitasi penyelesaiannya
Persamaan atau - Membuat persamaan atau ekspresi matematik dari
ekspresi matematik representasi lain yang diberikan
- Membuat konjekttur dari pola bilangan
- Penyelesaian masalah dengan melibatkan ekspresi matematik
Kata-kata atau teks - Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi
tertulis yang diberikan
- Menuliskan interpretasi dari suatu representasi
- Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang
disajikan
- Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah
matematika dengan kata-kata atau teks tertulis
- Membuat dan menjawab pertanyaan dengan menggunakan
kata-kata atau teks tertulis

Goldin (dalam Cahyani, 2007:11) Indikator-indikator representasi


menyatakan bahwa representasi adalah di atas memiliki hubungan saling
sesuatu konfigurasi atau bentuk atau bebas. Tiap representasi yang diuji,
susunan yang dapat menggambarkan, yaitu: representasi visual, persamaan
mewakili atau melambangkan sesuatu atau ekspresi matematik, kata-kata
dalam suatu cara. Cotohnya suatu cara atau tulisan tidak bersyarat satu sama
dapat menggambarkan suatu objek lainnya, akan tetapi sangat mungkin
kehidupan nyata atau angka dapat adanya irisan diantara jenis
mewakili suatu posisi dalam garis representasi tersebut.
bilangan. Konsep atau objek yang sama
Dalam pengembangan represen- dalam pembelajaran biasa dipersepsi
tasi matematik perlu diperhatikan tidak sama oleh masing-masing
indikator-indikator untuk tercapainya siswa. Mereka akan mempersepsi dan
peningkatan representasi matematik. memberikan representasi eksternal
Pada Tabel di bawah ini dijelaskan yang berbeda-beda sesuai dengan
beberapa indikator dari representasi informasi yang mereka miliki
matematik, yaitu: (representasi internal) masing-
masing. Seperti telah diuraikan
ISSN 2086-4817 Program Studi Pendidikan Matematika 35
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

sebelumnya, representasi matematik pembelajaran matematika antara


baik secara internal maupun eksternal siswa kelompok kontrol dengan
perlu dilakukan dalam pembelajaran siswa kelompok eksperimen.
matematika karena akan membantu Sedangkan berdasarkan nilai
siswa dalam megorganisasikan pikiran- rerata nilai postes kelompok
nya, memudahkan pemahamannya, eksperimen sebesar 73,2 lebih baik
serta memfokuskannya pada hal-hal daripada nilai rerata kelompok
yang esensial dari suatu masalah kontrol sebesar 51,7. Setelah dianali-
matematik yang dihadapinya selain itu, sis, didapat bahwa kemampuan
representasi juga dapat membantu representasi matematik siswa dalam
siswa dalam membangun konsep atau pembelajaran matematika kelompok
prinsip matematik yang sedang siswa yang memperoleh pembelaja-
dipelajari. Bahkan NCTM (Mudzakkir, ran melalui pendekatan Problem-
2006:24) menegaskan bahwa represen- Centered Learning (PCL) lebih baik
tasi merupakan pusat pembelajaran dan daripada siswa yang memperoleh
penggunaan matematika. pembelajaran konvensional.
Beberapa manfaat atau nilai Melihat hal ini, pembelajaran
tambah yang diperoleh guru atau siswa melalui pendekatan Problem-
sebagai hasil pembelajaran yang Centered Learning (PCL) dapat
melibatkan representasi matematik digunakan sebagai alternatif pembe-
(dalam adalah sebagai berikut: lajaran yang dapat meningkatkan
1. Pembelajaran yang menekan-kan kemampuan representasi matematik
representasi akan menye-diakan siswa dalam pembelajaran matema-
suatu konteks yang kaya untuk tika. Menurut Jakubowski (dalam
pembelajaran guru. Mauladiyati, 2009:13) pendekatan
2. Meningkatkan pemahaman siswa. PCL merupakan aktivitas pembelaja-
3. Menjadikan representasi seba-gai ran yang menekankan belajar melalui
alat konseptual. penelitian atau pemecahan masalah
4. Meningkatkan kemampuan siswa yang memiliki keunggulan diantara-
dalam menghubungkan representasi nya: pendekatan PCL merupakan
matematik dengan koneksi sebagai sebuah pembelajaran yang senantiasa
alat pemecahan masalah. menghadirkan ide-ide matematika
Berdasarkan hasil tes yang dalam kemasan situasi berpusat pada
diberikan sebelum mendapatkan masalah sebagai titik tolak pembela-
pembelajaran (pretes), terlihat nilai jaran yang memberikan kesempatan
rerata kelompok eksperimen sebesar pada siswa melakukan identifikasi
34,8 tidak jauh berbeda dengan nilai terhadap masalah, merumuskan
rerata kelompok kontrol sebesar 30,4. pertanyaan-pertanyaan berkenaan
Selain itu, setelah dianalisis ternyata dengan masalah, dan mencoba
tidak terdapat perbedaan kemampuan memberikan alternatif solusi.
representasi matematik siswa dalam
ISSN 2086-4817
36 Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

Strategi dan teknik pembelajaran adanya kerjasama yang positif antara


kooperatif dengan menggunakan anggota kelompok dan kelompok
pembelajaran melalui pendekatan yang lain, siswa pun dapat
Problem-Centered Learning (PCL) ini menyelesaikannya dengan mudah.
menuntut siswa untuk berperan aktif Ini terlihat bahwa upaya untuk
yang pada akhirnya siswa secara meningkatkan kemampuan represen-
individu mampu mengkronstruksi tasi tentunya tidak lepas dari adanya
pengetahuan yang diperolehnya sendiri kerjasama atau interaksi yang baik
dari hasil berdiskusi kemudian antara siswa sebagai faktor internal
menuliskannya terutama dalam dan guru sebagai faktor eksternal
representasi matematik. Ruseffendi dalam pembelajaran. Interaksi yang
(1991:283) menyatakan, “Belajar aktif baik akan menciptakan pembelajaran
dapat menyebabkan ingatan lebih tahan yang aktif, dengan menggunakan
lama dan pengetahuan kita menjadi kemampuan representasinya siswa
lebih luas dibandingkan dengan belajar berusaha memperoleh pengetahuan-
pasif, sehingga anak belajar aktif, nya sendiri dengan bantuan guru
hidupnya akan lebih berhasil dalam tentunya yang berperan sebagai
mengatasi persoalan di masyarakat”. fasilitator. Guru bertindak sebagai
Cai, Lane, dan Jakabcin (dalam “fasilitator” dan “pelatih” dari pada
Senjaya, 2007:19) menyatakan, “Re- “sumber informasi primer” maka
presentasi merupakan cara yang digu- metode pembelajaran yang meng-
nakan seseorang untuk mengkomuni- utamakan peran aktif siswa dan
kasikan jawaban atau gagasan menempatkan guru dalam fasilitator
matematik yang bersangkutan”. tersebut sangat efektif dalam kegiatan
Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran. Selama pembelajaran
pembelajaran konvensional yang berlangsung siswa diberikan soal-soal
berpusat pada guru dan cenderung representasi yang dapat melatih siswa
membuat siswa kurang aktif mengikuti untuk menyelesaikan persoalan
pembelajaran. Hal ini terlihat selama tersebut dengan menggunakan bahasa
proses pembelajaran berlangsung. matematika, seperti dalam bentuk
Pembelajaran melalui pendekatan gambar, ekspresi matematik atau
Problem-Centered Learning (PCL) simbol matematika. Jones & Knuth
memberi kesempatan kepada siswa (1991) mengemukakan:
untuk berdiskusi dengan kelompoknya Representasi adalah model atau
untuk meme-cahkan masalah yang ada bentuk pengganti dari suatu situasi
di lembar kerja siswa kemudian masalah atau aspek dari suatu situasi
perwakilan masing-masing kelompok masalah yang digunakan untuk
presentasi di depan kelas. Walaupun menemukan solusi, sebagai contoh,
pada awalnya siswa merasa sulit untuk suatu masalah dapat direpresentasi-
memahami masalah yang terdapat pada kan dengan obyek, gambar, kata-kata,
lembar kerja siswa, namun karena atau simbol matematika.
ISSN 2086-4817 Program Studi Pendidikan Matematika 37
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

Kesimpulan dan Saran adalah positif berdasarkan dari


Kesimpulan hasil rata-rata skala sikap siswa.
1. Kemampuan representasi matematik
siswa yang memperoleh pembela- B. Saran
jaran melalui pendekatan Problem- 1. Untuk di Lapangan
Centered Learning (PCL) lebih baik Karena dalam kemampuan
daripada siswa yang memperoleh representasi matematik siswa
pembelajaran konvensional. Hal ini yang memperoleh pembelajaran
ditunjukkan oleh kemampuan dalam melalui pendekatan Problem-
menjawab soal representasi mate- Centered Learning (PCL) lebih
matik yang terdiri dari 4 Indikator baik daripada siswa yang
kemampuan representasi matematik memperoleh pembelajaran kon-
yang diteliti yaitu menjawab vensional (biasa), maka pem-
pertanyaan dengan menggunakan belajaran ini dapat dijadikan
kata-kata atau teks tertulis, sebagai salah satu alternatif
membuat gambar untuk memper- bagi guru untuk meningkatkan
jelas masalah dan memfasilitasi ke-mampuan representasi
penyelesaaiannya, penyelesaian matematik siswa.
masalah dengan melibatkan eks- 2. Untuk Peneliti Selanjutnya
presi matematik dan menggunakan Karena keterbatasan waktu
representasi visual untuk menye- terutama kapasitas siswa dalam
lesaikan masalah. representasi matematika masih
2. Sikap siswa terhadap pembelaja-ran terbatas, maka peneliti hanya
melalui pendekatan Problem- menggunakan 4 indikator dari
Centered Learning (PCL) adalah 11 indikator representasi
positif. Hal ini ditunjukkan oleh matematik yang semestinya.
siswa menunjukkan minat dan Oleh karena itu, disarankan
kesungguhannya pada matematika, untuk melakukan penelitian
siswa menyatakan minatnya lebih lanjut dengan indikator
terhadap kegiatan pembelajaran representasi matematik yang
dengan menggunakan model belum diteliti yaitu menyajikan
pembelajaran melalui pendekatan kembali data atau informasi
Problem-Centered Learning (PCL), dari suatu representasi ke
siswa berperan aktif dalam representasi diagram, grafik
pembelajaran melalui pendekatan dan tabel, membuat konjektur
Problem-Centered Learning (PCL), dari pola bilangan, membuat
siswa menunjukkan kesenangannya situasi masalah berdasarkan
pada representasi matematik dalam data atau representasi yang
penyelesaian soal dan siswa diberikan, menuliskan
menyatakan manfaat representasi interpretasi dari suatu
matematik dalam penyelesaian soal representasi, menuliskan
ISSN 2086-4817
38 Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

langkah-langkah penyelesaian Mauladiyati, R. (2009). Pembelajar-


masalah matematika dengan an Matematika dengan Pende-
kata-kata atau teks tertulis, katan Problem-Centered Lear-
menyusun cerita yang sesuai ning (PCL) dalam Upaya
dengan suatu representasi yang Meningkatkan Kompetensi
disajikan terhadap siswa dengan Strategis Siswa SMP. Skripsi
jenjang pendidikan yang bebeda, jurusan Pendidikan Matematika
dan atau materi pelajaran yang UNPAS Bandung: Tidak
berbeda, untuk melengkapi dan diterbitkan.
atau menindaklanjuti penelitian
ini.
Mudzakkir, H.S. (2006). Strategi
Daftar Pustaka Pembelajaran “Think-Talk-
Amalia, A. (2008). Pengaruh Write” untuk Meningkatkan
Pendekatan Problem-Centered Kemampuan Representasi
Learning (PCL) terhadap Matematik Beragam Siswa
Kemampun Berpikir Kreatif Sekolah Menengah Pertama.
Matematis Siswa. Skripsi jurusan Tesis pada Program Pasca
Pendidikan Matematika FPMIPA Sarjana UPI Bandung: Tidak
UPI Bandung: Tidak diterbitkan. diterbitkan.
Cahyani, Y. (2007). Meningkatkan Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar
Kemampuan Representasi Mate- kepada Membantu Guru
matik Siswa Melalui Metode Mengembangkan
Inkuiri. Skripsi jurusan Pendidikan Kompetensinya dalam
Matematika FPMIPA UPI Pengajaran Matematika untuk
Bandung: Tidak diterbitkan. Meningkatkan CBSA. Bandung:
Hafriani. (2004). Mengembangkan Tarsito
Kemampuan Pemecahan Masa-lah Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-
Matematika melalui Problem- dasar Penelitian Pendidikan dan
Centered Learning (PCL). Tesis Bidang Non- Eksakta Lainnya.
pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tarsito.
Bandung: Tidak diterbitkan. Santoso, S. (2001). SPSS Versi 10.
Hudiono, B. (2005). Peran Jakarta: Gramedia.
Pembelajaran Diskursus Multi Senjaya, D.K. (2007). Pembelajaran
Representasi (DMR) Terhadap Matematika Dengan Mengguna-
Perkembangan Kemampuan Ma- kan Pendekatan Kontekstual
tematik dan Daya Representasi Dalam Upaya Meningkatkan
pada Siswa SLTP. Disertasi pada Kemampuan Representasi
Program Pasca Sarjana UPI Matematik Siswa. Skripsi jurusan
Bandung: Tidak diterbitkan. Pendidikan Matematika FPMIPA
UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
ISSN 2086-4817 Program Studi Pendidikan Matematika 39
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan
Jurnal Pendidikan Matematika “SYMMETRY”  Volume 1  Nomor 1 Februari 2012

Sugiono. (2009). Statistika untuk


Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suhendri. (2006). Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa SMA melalui
Problem-Centered Learning
(PCL). Skripsi jurusan Pendidikan
Matematika FPMIPA UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Suherman, E. (2003). Evaluasi
Pembelajaran Matematika. Jica
UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Susetyo, B. (2010). Statistika untuk
Analisis Data Penelitian.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Yusritawati, I. (2009). Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Two Stay-Two
Stray terhadap Kemampuan
Representasi Matematik Siswa
SMP. Skripsi jurusan Pendidikan
Matematika Matematika UNPAS
Bandung: Tidak diterbitkan.

ISSN 2086-4817
40 Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan

Anda mungkin juga menyukai